Download - Bahan buletin

Transcript
Page 1: Bahan buletin

Sains dan Agama Begitu Dekat

Masa kejayaan peradaban Islam berlangsung paling lama daripada peradaban lainnya yakni

selama 14 abad. Ketika itu, ilmu berkembang, penemuan bermunculan, serta wilayah

pemerintahan Islam meluas. Di dalam kitab suci Al-Qur‟an dapat digali ayat-ayat yang

membuat seorang muslim untuk mengamati dan meneliti tentang semesta sehingga

menghasilkan karya dan penemuan di berbagai bidang.

Dalam Surat Al-Furqan ayat 53, menjelaskan tentang dua buah laut yang airnya tidak saling

bercampur;

“Dan dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar, lagi

segar dan yang lain asin lagi pahit; dan dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang

menghalangi” (QS. Al-Furqan: 53)

Berjarak lampau dari ayat Al-Qur‟an diturunkan, seorang ilmuwan berhasil menemukan zona

“Pycnocline” yaitu sebuah pembatas seperti lapisan membran semi permeable. Dengan

adanya pembatas tersebut,

air laut yang tawar lagi segar tidak dapat bercampur dengan air laut yang asin lagi pahit.

Makhluk hidup yang ada di laut asin pun tidak dapat berpindah ke air laut yang tawar.

Perbedaan zona pynocline ini terletak pada kerapatan dan kadar garam.

Terdapat lagi, salah satu ayat yang membuat para astronom muslim menentukan panjang

garis edar matahari dan bulan serta waktu tempuhnya dalam mengelilingi bumi, yakni;

“Dan dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. masing-masing

dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya” (QS. Al-Anbiya: 33)

Astronomi di masa kejayaan Islam

merupakan salah satu ilmu yang

berkembang pesat. Hal ini

dilatarbelakangi oleh ketekunan para

astronom dan dukungan para pemimpin

pemerintahan Islam. Para astronom

muslim adalah seorang yang tekun dan

pantang menyerah dalam menggali ilmu

kauniyah. Para astronom muslim, antara

lain : Khwarizmi, Ibnu Al-Satir, Al-

Farghani, dan sebagainya harus

mengulang penelitian berkali-kali hingga

kemudian mendapatkan hasilnya.

Ada desiran hangat dalam tubuh. Semangat memuncah. Menginginkan hal demikian terjadi

padanya. Menjadi ilmuan, menggali ilmu kauniyah dan ayat-ayat kauliyah. Begitu jiwa Faqih

berniat.

ardeefeleena.wordpress.com

Page 2: Bahan buletin

Artikel di media online yang menginspirasinya ini, ia minimize sementara. Faqih beralih pada

jadwal pelajaran hari Rabu.

Jadwal pelajaran jam pertama adalah Biologi. Besok mulai lagi bab baru, pikirnya, sembari

membuka Bab ketiga tentang Pencernaan. Faqih membolak-balik halaman per-halaman.

Cepat ia membaca. Hanya melihat gambarnya, bagian-bagian pencernaan, dan hanya

membaca keterangan pada gambar tanpa membaca keseluruhan paragraf. Ada kerongkongan,

lambung, pankreas, usus dua belas jari, usus halus, usus buntu. Faqih mencoba

menghafalnya. Ia sebutkan bagian-bagiannya sembari membayangkan letaknya di dalam

tubuh manusia. Sesekali katup matanya menutup, dahinya mengernyit.

***

Di sini, sekolah masih terasa sepi jika belum mendekati saatnya bel berbunyi. Para siswa,

biasanya akan berbondong berdatangan 5 menit sebelum jam pertama dimulai. Itupun belum

seluruhnya masuk ke dalam kelas. Kecuali jika guru mulai berjalan ke arah kelas, maka siswa

akan bergegas masuk, duduk dengan tenang. Sebelum guru memasuki ruangan, beberapa

siswa masih bercakap di luar kelas, bermain ke bangku tetangga, ke kelas sebelah, membaca-

baca, browsing, tilawah Al-Qur‟an atau juga mampir sejenak ke basecamp ekskul maupun ke

sekretariat organisasi.

Faqih, Bu Endang sudah hadir belum? sms dikirim oleh Ismi di ruang kerja Osis.

Belum. Ntar aq sms, say. dibalas Faqih disela browsing internet

Oke Faqih, tq J

Bab baru, guru akan menerangkan proses pencernaan manusia. Dibantu ketua kelas, ibu guru

membawa laptop dan alat peraga bagian atas tubuh manusia.

Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ dan kelenjar-

kelenjar pencernaan. Ketiganya, proses, organ-organ dan kelenjar bersinergi dalam sistem

pencernaan. Hal ini berfungsi memecah bahan-bahan makanan menjadi sari-sari makanan

agar siap diserap tubuh.

Seksama. Seluruh kelas mendengarkan penjelasan dari Ibu Guru. Seluruhnya mengamati

bagian organ sistem pencernaan,yang secara mendetail satu per-satu ditunjukkan oleh guru

pada alat peraga. Sesekali siswa beralih pada buku panduan mereka, melihat gambarnya dan

keterangan di bawahnya.

Seperti yang dipelajari Faqih dan 30 siswa lainnya, serangkaian alat-alat pencernaan dalam

proses tersebut, antara lain : mulut, kerongkongan, lambung, usus halus dan usus besar. Satu

per-satu, Ibu guru menunjukkan bagian-bagian tersebut disertai dengan sub-bagian yang

terdapat di dalamnya. Di dalam mulut terdapat gigi, lidah dan kelenjar ludah. Di dalam usus

halus terbagi atas usus 12 jari, usus kosong dan usus penyerapan. Hati, pankreas, dan

kelenjar-kelenjar di dalam usus halus mampu menghasilkan getah pencernaan, antara lain :

cairan empedu, getah pankreas dan getah usus. Begitu seterusnya, Ibu Guru menerangkan

dengan mendetail. Sebagian besar siswa masih tampak antusias. Adapula siswa yang terlihat

tekun mencatat. Di akhir pertemuan, diputarkan video sistem pencernaan.

Page 3: Bahan buletin

“Sistem pencernaan kita hebat ya Is,”kata Faqih.

“Iya, sempurna,”respon Ismi di sampingnya.

Faqih menoleh dan berkata,“Perjalanan sistem pencernaan kita begitu panjang, penuh liku.

Dari mulut, melewati sempitnya kerongkongan, masuk ke lambung dan berkelak-kelok di

usus. Sungguh perjalanan yang menakjubkan,”yakinnya.

Ismi mengangguk, membenarkan. “Iya.”

“Sewaktu kita menerima pelajaran, waktu nulis, atau berbicara seperti ini, di luar kendali kita,

sistem pencernaan ini terus bekerja. Tanpa kita sadari, ia terus mengolahnya, sungguh-

sungguh sempura.”

Angguk Ismi lagi, menyatakan sepakat. Ia terus mengamati Faqih. Menunggu apakah masih

ada pernyataan di luar persepsinya. Tidak seperti biasa, Faqih mengulas pelajaran dengan

penuh hikmah. Sebelumnya, ia cenderung berminat untuk menghafal kosakata baru atau kata-

kata ilmiah.

“Dan kalau kita berfikir lagi ya Is. Siapa ya yang menyuruh kita untuk bersiap ke sekolah?

Padahal sebelumnya kita masih di atas kasur, eh tiba-tiba kita mandi, lalu akhirnya berada di

atas sepeda motor, akhirnya siap ke sekolah,” Sengaja Ismi tidak menyela,”Jika tidak karena

niat dan azam yang kuat, juga stimulus pada saraf dalam tubuh, maka kita tidak akan di sini

Is,”angguknya berulang-ulang.

Firman Allah SWT dalam QS. Al-Infithaar ayat 7-8 :

Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan

tubuh)mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.

(QS. Al Infithaar, 82:7-8)

“Sains itu begitu dekat dengan agama,”ucap Faqih pagi ini.

Ia terus mengingatnya, sains dan agama begitu dekat. Keduanya saling terkait. Kemajuan

sains termaktub dalam Kitab Suci Al-Qur‟an. Melalui ayat-ayat Al-Qur‟an para ilmuwan

dapat menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Saat memahami hakikat ilmu secara

menyeluruh, maka keyakinan meningkat bahwa kepingan pengetahuan tersebut telah ada,

bersumber dari Sang Maha Pemilik Ilmu.

Beberapa siswa-siswi berlalu-lalang setelah bel berdentang. Saatnya kembali ke sekretariat

Osis, pikir Ismi. Ia lanjutkan tugas menulis undangan rapat, membubuhi cap dan bersiap

mendistibusikannya

Page 4: Bahan buletin

Remaja Membudayakan Diskusi dan Meninta Nasehat

Sifat idealis tidak dapat terpisahkan dari sosok remaja. Remaja memiliki sifat kokoh,

keras, idealis dan mungkin juga ngotot. Selain itu, remaja memiliki kecenderungan

mengukung diri, hidup hanya bersama satu koloni

grup-nya ataubahkan kurang bersosialisasi. Padahal,

sebenarnya rasa ingin tahu seorang remaja itu tinggi.

Mereka memiliki daya kritis yang hebat, sehingga

harus disalurkan dengan banyak berdiskusi,

menyatakan pendapat, meminta saran dan nasehat

kepada orang lain, terutama kepada orang yang lebih

dewasa.

Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa Muaz bin Jabar meminta nasehat kepada

Rosulullah SAW. “Ya Rosulullah, nasehatilah aku.”Nasehat adalah agama,

agama adalah nasehat. Pemuda yang baik selalu ingin dikritik, dinasehati dan meminta

pendapat orang lain. Demikian pula bagi seorang pemimpin yang tidak lantas paling benar

sendiri sehingga tidak meminta saran pendapat orang lain.

Ada sebuah teladan dari panglima besar umat Islam, Solahuddin Al-Ayubi. Ketika itu

ia sengaja mengenakan jubah, cadar dan pakaian penutup lain sehingga tak tampak bahwa

sosok tersebut adalah beliau. Dengan kain penutup tubuhnya, Solahuddin meminta orang lain

untuk berpendapat tentang dirinya. “Wahai Fulan, katakan kepadaku tentang pemimpinmu

Solahuddin Al-Ayubi.”Orang tersebut langsung mengatakan perangi pemimpinnya tersebut.

Dan tercenganglah ia ketika menyaksikan cadar itu dibuka.

Seorang yang bersikap baik, apabila dinasehati maka akan diresapi dan dipikirkan untuk

menjadikan pembelajaran ke depan. Ketika berbeda pendapat dalam hal pemahaman fiqih,

mazhab maupun amalan-amalan yang lain, maka tidak segan untuk terus belajar, mencari

tahu dan berdiskusi dengan orang lain sehingga tabir kebenaran akan terbuka. Misalnya saja

apakah dilarang membaca Surat Yaasin yang ditujukan untuk orang yang telah

zainurihanif.com

Page 5: Bahan buletin

meninggal?Hal tersebut perlu pengkajian dari beberapa referensi sehingga ditemukan bahwa

ada yang meyakininya boleh dan ada yang kurang sepakat.

Berbagai problema menguatkan remaja untuk

tidak gentar mencari ilmu dari berbagai rujukan,

terutama dari para ahli Al-Qur‟an. Tidak lepas

pula bagi remaja untuk berdiskusi agar

ditunjukkan jalan-jalan kebenaran. Pemuda yang

memikirkan masa depan karena Allah SWT

akan penuh pertimbangan, ia akan meminta

nasehat dari orang-orang di sekelilingnya serta

memikirkan dan meresapinya. wallahualam bish

showwab.

*) kajian di Masjid As-Salaam SMA N 1 Sragen pada Sabtu, 11 Mei 2013 oleh Ust. Tulus

soloutara.blogspot.com

Page 6: Bahan buletin

Cara Publik Analisis Berita

Kini pers telah jauh lebih bebas daripada era Orde Baru. Dari yang awalnya dikontrol

oleh pemerintah, kini media dapat leluasa menjadi kontrol pemerintah. Kebebasan yang

bertanggung jawab pada tubuh pers tersebut menjadi dasar bagi pers untuk menjalankan

fungsinya sebagai pilar keempat demokrasi di Indonesia. Pers menjalankan peranannya

dengan mencari, menghimpun dan menyiarkan berita yang selayaknya diketahui oleh publik.

Dalam menyiarkan berita, pers mengikuti suatu perkara dari awal munculnya hingga akhir

suatu kasus. Dimana dengan pemberitaan yang mengabarkan kasus dari awal hingga akhir

dapat mengurangi berita yang dianggap sekedar berwacana. Selain itu, pers mengabarkan

berita-berita faktual tanpa bubuhan opini yang berlebihan. Tidak jarang terlihat, satu dua

pernyataan dari narasumber suatu kasus mengundang opini berpuluh-puluh paragraf dari para

analis maupun editor media. Sehingga kejenuhan masyarakat dengan wacana-wacana di

media dapat terobati melalui pemberitaan yang lengkap hingga akhir suatu perkara. Meskipun

demikian, tidak dipungkiri jika jeda antara bergulirnya kasus hingga kesimpulan kasus

mengundang banyak opini publik maupun opini yang dibuat oleh media massa.

Prinsipnya, bijak dalam menanggapi setiap berita yang ditayangkan oleh media.

Barangkali hanya sebuah opini atau wacana yang belum faktual, -mengemukakan fakta-fakta.

Sehingga perlu analisis tersendiri oleh masyarakat. Berikut cara bagi masyarakat untuk

menganalisis sebuah berita yang diadaptasi dari Suzanne Pitner, How to Analyze the News

yang disingkat COPS (Context, Opinion, Perspective, Sources), antara lain : pertama,

memisahkan pendapat dengan fakta. Fakta

dapat diketahui melalui data-data, angka-angka

statistik dan narasi yang lengkap tidak

sepotong-potong. Sedangkan pendapat

merupakan opini yang bersifat subjektif dari

wartawan maupun dengan mengutip opini dari

wawancara narasumber. Sehingga fakta bagi

masyarakat adalah data yang bersumber

langsung dari narasumber tanpa bubuhan pendapat.

Kedua, melihat berita dari cara pandang perspektifnya. Judul yang diangkat oleh

media terkadang merupakan bentuk penilaian pers terhadap suatu perkara. Padahal media

Page 7: Bahan buletin

adalah perantara atau medium yang bersifat independen. Penilaian berita diserahkan kepada

publik tanpa dibayangi pembentukan opini yang berlebihan dari media dalam

menyiarkannya. Ketiga, mengenali berita beserta konteksnya. Di sini publik menganalisis isi

berita secara menyeluruh (comprehensive), bukan sepotong-potong sesuai dengan foto atau

gambar yang tampak di televisi. Media mencari sudut pandang (angle) yang mengundang

minat penonton atau pembacanya, sehingga terkadang berita yang muncul hanya bagian

tertentu saja yang mengundang simpati.

Terakhir yakni membandingkan berita dari beberapa sumber. Media memiliki aliran

maupun cara penyampaian yang berbeda-beda dalam menyiarkan berita. Dengan

membandingkan berita dari satu media ke media lain, maka opini publik tidak dapat tergiring

oleh media, melainkan publik dapat lebih cerdas dalam menilai suatu berita. Dengan cara ini

diharapkan berita-berita yang ada dapat dianalisis oleh publik sehingga dapat memahaminya

dengan lebih baik.

Page 8: Bahan buletin

ANAK PENJUAL KORAN

Siang ini cuaca normal bertengger di lelangit kota. Panasnya siang dengan suhu

memuncah mulai membuat keringat bercucur. Lama-lama panas ini akan menghitamkan

kulit. Belum lagi asap kendaraan yang bersumber dari knalpot menambah udara makin panas,

kotor hitam legam dan berbau.

Pukul 11 sepanjang Solo-Yogyakarta padat lalu lalang kendaraan. Dari motor, bus,

mobil, truk, dll saling berselip mengebut dan berhenti saat lampu lalu lintas berpijar merah.

Beragam profesi pengendara melintas di jalanan tersebut pukul 11.

“Om, korannya, Om,” teriak anak kecil penjual koran sambil berjalan cepat langkah

lebar. Laki-laki di dalam truk menyatakan tidak dengan simbol tangannya.

“Koran-koran,” teriaknya lagi bersemangat berjalan di pembatas jalan tengah sambil

mengangkat korannya.

Timer lampu lalu lintas masih menunjukkan angka 40, angka yang lama untuk

berhenti. Memberi kesempatan untuk anak kecil itu berjalan-jalan melintas dari satu sela

kendaraan ke sela kendaraan lain menjajakan koran.

“Berita baik, Pak. KPK mengumumkan Angelina Sondakh tersangka korupsi wisma

atlet juga, Pak. Beritanya ada di depan sini, Pak,”katanya fasih namun disahut gelengan oleh

Bapak pengendara motor.

“Mbak ada liputan sejarah Kerajaan Turki Usmani, Mbak. Ada juga berita konflik di

Port Said, Mesir,”tawarnya kini kepada perempuan berjilbab yang menurutnya menyenangi

berita seputar Islam.

Lampu telah beralih hijau. Anak penjual koran menunggu di trotoar tengah dengan

membaca headline news. Sesekali ia mengangguk-angguk kecil dan cepat. Mungkin ia paham

dengan berita itu. Berita tentang Gunung Sadahurip yang kata peneliti ada piramida di

dalamnya.

“Suf, Yusuf,”panggil tukang becak setengah teriak sambil mengangkat jari

telunjuknya.

“Oke, Bang,”kata anak kecil bingar dan lantas menyeberang jalan.

“Ini Bang Koran Harapan, seperti biasa,”katanya sambil merekahkan senyum.

“Yusuf-Yusuf... Hari ini sudah laku berapa,kau?”Kata tukang becak dengan sedikit

logat Bataknya muncul sambil menyodorkan uang dua ribu rupiah.

“Makasih Bang. Hari ini sudah laku empat, Bang,”kata Yusuf menerima uang.

Page 9: Bahan buletin

Setelah transaksi jual beli koran, ia lantas melanjutkan berasong di jalanan lagi. Ia

jajakan koran di tengah jalan dalam terik panas. Meski berkeringat dan terlihat letih, Yusuf

bersemangat menawarkan koran kepada para pengendara. Hal ini terdengar jelas dari

teriakannya menyebut kata „koran‟ yang lantang, ekspresinya yang sambil tersenyum, dan

kefasihannya menceritakan sepenggal isi berita yang ia sesuaikan dengan kemungkinan

ketertarikan pembeli pada berita.

Arhat dan Ridwan, teman sekelasnya, dibonceng orangtua Arhat baru pulang dari

belanja buku-buku. Hari ini keduanya akan memulai les privat di rumah. Tampak semburat

keinginsertaan Yusuf bersama mereka. Belajar bersama dengan riang. Namun nampaknya ia

tidak bisa karena kondisi ekonominya yang jauh berbeda. Lama Yusuf melihat tumpukan

koran di tangannya, tersenyum dan berucap syukur serta harapan yang tertancap kuat dalam

impiannya.

“Koran-koran, korannya Bang,

korannya,” ucap Yusuf menawarkan

kepada para pengendara.

Diam.

“Koran-koran, korannya Bang,

korannya,” ucap Yusuf lagi.

Menggeleng kepala.

“Mas ada beragam berita politik,

ekonomi, dan iptek, Mas.”

Menolak dengan penanda tangan.

Memang sepi. Jarang pembeli koran. Mungkin karena harganya yang tidak murah.

Dalam batin Yusuf semoga saja memang benar dugaannya. Sepi dan jarang ada yang

membeli karena harganya yang tidak murah. Ditambah lagi, kini dengan mudah berita-berita

dapat dilihat di internet. Semoga memang demikian.

Ia istirahat sejenak. Berada di samping tukang becak. Pandangnya ia lempar ke arah

siswa SMP pengayuh sepeda. Berempat, berjejer dua, depan dan belakang. Esok, suatu

ketika, ia akan seperti mereka, mengenyam bangku SMP. Pasti. Karena pemerintah telah

memberikan subsidi dana BOS hingga SMP. Namun, yang menjadi kekhawatirannya

sehingga tetap akan terus berjualan koran adalah pendidikannya. Entah formal maupun

informal. Masihkah untuk selanjutnya, selepas SMP, ia merasakan bangku SMA? Bukan itu

saja, apakah ia bisa memperoleh hak pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk mencerdaskan

dirinya, keluarga, orang-orang di sekelilingnya, dan bagi bangsa negara agama?

“Kau sama penghasilan kakakmu banyakan mana, Suf?”tiba-tiba abang tukang becak

membangunkan lamunannya.

Lama berjeda berpikir,“Banyakan kakak, Bang.”

al-kassafa.blogspot.com

Page 10: Bahan buletin

“Kenapa kau tak ikut mengamen saja, Suf. Enak. Temannya banyak. Hasilnya juga.”

“Karena senang membaca, Bang,”jawabku singkat menyembunyikan harapan-

harapanku setelah lulus SMP, SMA, dan segala penyemangatku untuk tetap berjualan koran.


Top Related