BAB IV
ANALISIS DATA PENELITIAN
Setelah penulis merangkum seluruh data, memilah-milah,dan
memfokuskan data pada hal-hal penting di bab ke tiga, langkah selanjutnya
menurut Miles dan Huberman adalah mendisplay data. Dengan melakukan
display data, akan memudahkan peneliti memahami apa yang telah terjadi dan,
kemudian merencanakan langkah berikutnya. Dalam pendekatan fenomenologi,
display data akan menggambarkan dengan lebih tepat pengalaman-pengalaman
subyek penelitian yang diwawancarai.
Penulis akan menampilkan display data sebagai berikut:
Pengalaman Apa yang
dipikirkan
Apa yang
dirasakan
Apa yang
dilakukan Subyek Penelitian
Subyek 1
Bapak PCS
1.Kapan waktu
Meninggal.
1.Dada yang sesak
dan sulit bernafas.
1. Berserah, siap
dipanggil
Tuhan.
2.Isteri yang juga
an barang
. Keinginan anak
t
aan
.Tidak mau
n
sudah tua dan
sakit.
3.Uang d
yang belum
dikembalikan.
2
dan cucu
berkumpul.
3.Sedih meliha
situasi jaman
tetapi memiliki
ketenangan dan
keyakinan.
4. memiliki dug
waktu dipanggil.
2
dibawa ke
rumah sakit.
3. beberapa jam
sebelum
meninggal,
justru kelihata
sehat dan
berpesan
kepada anak
cucu supaya
hidup rukun.
ubyek 2
ucu yang masih di
.Sakit tulang kaki, .Berserah, ingin S
Ibu K
C
perantauan.
1
kepala,dan
punggung.
1
segera dipanggil
2.Bingung
tu dan
an dan
. Marah,
k,
ng
ya.
a
ndiri.
3. Lupa wak
Hari.
4.Bosan
5..Kesepi
ingin ditemani.
2
membenta
melotot.
3.Minta tolo
kepada kakang
kawah adi ari-
ari yang
dianggap
sebagai
penolongn
4.Pernah mencob
mencekik
lehernya se
5.Sehari sebelum
meninggal,
berbicara
an-
al.
dengan tem
temannya yang
sudah
meningg
ubyek 3
. Biaya
tan
.Sakit lambung.
l.
.Berserah kalau
makan
S
Bapak S
1
pengoba
2. Anak yang
belum
menikah
1
2 Kaki bengkak.
3.Ingin keluarga
selalu berkumpu
4. jenuh karena
harus minum
banyak obat .
5. bosan dengan
jenis makanan
1
Dipanggil
Tuhan.
2. Marah.
3. Sedih.
4. sengaja
makanan apa
saja
yang banyak
erepotkan
n
n.
an tidak
n pantangan.
6.Merasa sudah
Sehat.
7.Kuatir m
keluarga.
8. Meraguka
kemampuan
dokter bisa
menyembuhka
9.Menyakini
umurnya tidak
panjang lagi.
d
mempedulika
pantangan.
ubyek 4
. Biaya
an.
.Sesak nafas.
.Berserah.
an
S
Bapak IS
1
Pengobat
1
1
2.Marah deng
2.Anak yang belum .Sakit karena luka
.
.
.
an
an
.
elemparkan
ng,
i
ek).
n
an
jam
l,
Menikah.
2
yang tidak
mengering.
3.Tubuh lemas
4. Mata kabur.
5. Kaki bengkak
6. Takut.
7. Cemas.
8. Bosan.
9.Kesepian
10.Kuatir
merepotk
keluarga.
11. Meraguk
kemampuan
dokter bisa
menyembuhkan
m
bantal dan guli
serta tubuhnya
bergerak
keberbaga
tempat(ngos
3.mengumpulkan
teman lama.
4.sengaja maka
makanan apa
saja tidak
mempedulik
pantangan.
5.beberapa
sebelum
meningga
justru tampak
sehat sehingga
masih melakukan
terapi di sebuah
klinik, makan nasi
goreng dan minum
air kelapa muda.
ubyek 5
. Rumah yang
iki.
elum
. kaki dan tangan
.Menyuruh anak-
baiki
S
Bapak Spn
1
perlu
diperba
2.Anak yang b
Menikah.
1
kanan lemah
karena stroke.
2.Tenang.
1
Anak
memper
rumah.
3. Merasa sudah .Waktu tidur
Sehat.
4.Ingin
ditemani keluarga.
2
Bertambah.
3.Rajin minum
Obat.
Setelah memperhatikan penyajian data penelitian, penulis menyampaikan
menjelang kematia lansia Jawa diawali dengan tahap
hasil penelitian tentang pengalaman menjelang kematian lansia Jawa berupa
persamaan-persamaan sikap pada saat menjelang kematian dengan kerangka teori
menjelang kematian Elisabeth Kübler-Ross sebagai berikut:
1. Penerimaan
Pengalaman
penerimaan terhadap kematian yang ditandai dengan sikap siap untuk
dipanggil bahkan sudah menanti-nantikan panggilan Tuhan. Empat dari
lima subyek penelitian yaitu bapak PCS, ibu K, bapak S, dan bapak IS
memiliki sikap penerimaan dalam bentuk berserah. Sikap berserah ini
karena merasa sudah tidak mampu lagi menghadapi kondisi tubuh yang
lemah sehingga ingin segera menerima panggilan Tuhan. Kelima subyek
penelitian memang merasakan kelemahan tubuh, baik kaki bengkak,
tulang keropos, kepala pusing, sesak nafas, penglihatan yang sudah
berkurang, luka yang tidak segera sembuh, gangguan lambung, dan stroke.
Tiga diantara lima subyek penelitian, yaitu ibu K, bapak IS, dan bapak
Spn, memiliki pengalaman jatuh, baik dari tempat tidur, sepeda motor atau
pada saat berjalan. Kecuali hal tersebut mereka juga memahami bahwa
pada saatnya pasti akan dipanggil Tuhan juga karena asalnya memang dari
Tuhan.
Kemarah2. an dan Depresi.
aitu bapak PCS, ibu K, bapak S, dan bapak IS
3.
Empat subyek penelitian y
juga menunjukkan sikap kemarahan dan depresi. Kedua sikap ini terjadi
karena tidak tahan menghadapi rasa sakit yang semakin meningkat,
kejenuhan minum obat dan memakai alat kesehatan. Mereka meragukan
kemampuan dokter untuk menyembuhkan penyakit dan merasakan
berbagai cara pengobatan tidak segera tampak hasilnya. Dalam relasi
dengan keluarga, merasa tidak diperhatikan serta perlakuan dari keluarga
tidak sesuai dengan keinginanya. Kemarahan terwujud dalam bentakan,
teriakan, dan usaha mencekik dirinya sendiri karena sudah tidak tahan
dengan rasa sakitnya.
Tawar Menawar.
Lansia Jawa yang akan meninggal juga menampakkan sikap tawar-
4.
alan terjadi karena faktor biaya pengobatan yang besar,
angkalan ini
menawar. Dari lima subyek penelitian ada tiga orang yang masih
memikirkan anaknya yang belum menikah, yaitu bapak IS, bapak S, bapak
Spn. Satu orang memikirkan isteri yang sakit yaitu bapak PCS dan satu
orang lagi yaitu ibu K memikirkan cucu yang bekerja di luar negeri. Dua
dari lima subyek penelitian masih memikirkan soal materi. Bapak PCS
memikirkan uang yang dibawa orang lain, dan bapak Spn memikirkan
rumah yang harus diperbaiki.
Penyangkalan.
Sikap penyangk
sehingga sehingga akan merepotkan keluarga. Mereka merasa dirinya
sudah sehat, tidak perlu minum obat lagi, dan sudah tidak perlu lagi
menaati anjuran dokter untuk berpantang dalam memilih makan.
Sesungguhnya hal itu disebabkan karena bosan dengan obat yang setiap
hari harus diminum, dan merasa harapan hidup sudah kecil.
Subyek penelitian yang tampak jelas memiliki sikap peny
adalah bapak S dan bapak IS.
5. ikap penerimaan pada saat kematian datang.
at subyek penelitian yang
6.
sikap dan keadaan yang sama tetapi di luar
yek penelitian merasakan kesepian sehingga masih memiliki
nelitian memiliki keinginan untuk ditemani oleh
keluarga pada saaat menjelang kematiannya.
S
Pada saat akhir, keluarga mendampingi emp
berada dalam proses menerima panggilan Tuhan. Pendampingan dari
keluarga ini menolong para subyek penelitian lebih merasakan ketenangan
dan tetap berada pada tahap peneriman saat mengakhiri hidupnya di dunia.
Menurut keterangan keluarga, sikap marah, depresi, tawar menawar dan
penyangkalan muncul berulang kali ketika merasakan sakit, keinginan
tidak terpenuhi, mengetahui biaya pengobatan yang besar dan memikirkan
anggota keluarga yang lain
Penulis juga menemukan beberapa
teori pengalaman menjelang kematian menurut Elisabeth Kübler-Ross yaitu
1. Kesepian.
Kelima sub
keinginan untuk berkunjung ke rumah saudara (bapak S) atau
mengundang teman-temannya untuk berbincang-bincang (bapak IS).
Mereka juga senang kalau anak dan cucu berkumpul sehingga bisa
menyampaikan pesan kepada keluarga untuk hidup rukun dan
memperbaiki rumah.
Keempat subyek pe
2
PCS dan bapak IS justru
lum meninggal. Orang Jawa sering
2. Pe
uh budaya Jawa ditentukan oleh seberapa dalam lansia Jawa
dalam nilai-nilai Jawa dihayati akan semakin
ilai budaya Jawa. Oleh karena itu proses
irakan waktu
Tampak sehat sebelum meninggal.
Dua diantara lima subyek penelitian, Bapak
tampak sehat beberapa jam sebe
menyebut dengan istilah “mulihake cahya” yang digambarkan seperti
bolam lampu yang hampir putus, sekejap menyala terang tetapi kemudian
mati.
ngaruh Budaya Jawa.
Pengar
memegangnya. Semakin
mempengaruhi proses kematian.
Dalam penelitian ini bapak PCS menempati urutan yang paling atas dalam
hal memegang dengan kuat nilai-n
kematiannya terjadi tidak jauh dari meleset dari apa yang dipikirkannya.
Kepekaan spiritual Jawa mempengaruhi proses kematiannya. Dalam hal
ini nampak pada tekadnya untuk meninggal di rumah sendiri, waktu yang
diperkirakan pun tidak jauh berbeda dengan perhitungannya. Semua
cekelan (kekuatan khusus) tidak terlalu mempengaruhi proses meninggal
karena memang sudah saatnya menerima panggilan Tuhan.
Dalam hal ini terdapat perbedaan mengenai siapa yang memperkirakan
waktu kematian. Pada umumnya dokter yang bisa memperk
kematian, tetapi dalam pemahaman budaya Jawa, orang Jawa bisa
menghitung sendiri perkiraan waktu kematiaannya, seperti yang dilakukan
oleh Bapak PCS.
Ibu K berada pada urutan ke dua dalam hal memegang nilai-nilai Jawa. Ia
berseru kepada yang ngemong (yang merawat) dengan sebutan kakang
iter juga tidak pernah
ilai budaya Jawa, sehingga proses kematiannya terjadi
3.
ta lelaku yang juga
kawah adhi ari-ari (air ketuban sebagai kakak dan plasenta sebagai adik).
Pada saat menjelang kematiannya ia merasa berjumpa dan berbincang-
bincang dengan teman-temannya yang sudah mendahuluinya meninggal.
Bapak IS berada pada urutan berikutnya. Meskipun ia memiliki keris
(senjata khas orang Jawa) yang dianggap memiliki kekuatan khusus, tetapi
tidak berpengaruh karena tidak pernah diandalkan.
Bapak Spn yang pernah melakukan tirakat (usaha khusus) untuk
mendapatkan kekuatan tertentu pada saat dinas mil
memperlihatkan kekuatan Jawanya pada saat mengalami kelemahan
karena stroke.
Bapak S merupakan subyek penelitian yang paling kecil bersentuhan
dengan nilai-n
hanya karena faktor fisik yang semakin lemah saja.
Penulis juga mendapatkan temuan lain tentang sikap para pendamping
lansia Jawa yang akan meninggal. Mengingat ka
dipahami sebagai cara bertindak, penulis menemukan cara bertindak dari
para pendamping tersebut sebagai berikut:
a. Para pendamping seringkali tidak memahami proses yang sedang
terjadi pada lansia Jawa yang akan meninggal, sehingga ikut
selalu menemani, meskipun secara bergantian
terpengaruh sikap lansia yang didampinginya. Misalnya ikut marah
dan ikut dalam proses depresi yang sedang berlangsung. Pada sisi
yang lain juga tidak mampu mendukung lelaku lansia yang
didampinginya, sehingga ketika lansia tersebut sudah pada tahap
penerimaan, justru para pendampingnya masih berada pada tahap
tawar menawar, sehingga masih nggondheli (menahan) untuk tidak
segera meninggal.
b. Para pendamping memenuhi harapan lansia Jawa yang akan
meninggal dengan
sampai lansia Jawa tersebut meninggal dunia.