Download - BAB IIw
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Laporan Keuangan
Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan.
Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode
tertentu. Dengan melihat laporan keuangan suatu perusahaan kita bisa melihat
bagaimana prestasi manajemen dalam periode tersebut. Informasi dan gambaran
perkembangan keuangan perusahaan dapat diperoleh dengan mengadakan interpretasi
dari laporan keuangan, yaitu dengan menghubungkan elemen-elemen dari berbagai
aktiva satu dengan lainnya, elemen-elemen pasiva yang satu dengan lainnya, elemen
aktiva dengan pasiva, elemen-elemen neraca dengan elemen-elemen laporan
rugi/laba, sehingga akan diperoleh banyak gambaran mengenai kondisi keuangan
suatu perusahaan.
Menurut Husnan (1998:75), laporan keuangan adalah laporan yang disusun
berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi, sebagai salah satu sumber informasi yang
dipergunakan untuk melakukan analisis dan keputusan keuangan. Seringkali
manajemen perlu memahami kondisi keuangan pada perusahaan sebelum mengambil
keputusan-keputusan penting yang akan berpengaruh terhadap kondisi keuangan
dimasa yang akan datang.
Sementara itu, Sutrisno (2001:9) mengatakan bahwa laporan keuangan
merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama yakni
17
neraca dan laporan laba-rugi. Neraca menunjukkan posisi kekayaan perusahaan,
kewajiban keuangan dan modal sendiri perusahaan pada waktu tertentu. Kekayaan
disajikan pada sisi aktiva, sedangkan kewajiban dan modal sendiri pada pasiva.
Laporan laba-rugi adalah laporan yang menunjukkan hasil kegiatan perusahaan dalam
periode waktu tertentu. Laba merupakan selisih positif dari penghasilan perusahaan
dengan pengeluaran perusahaan, sedangkan rugi merupakan selisih negatif yang
terjadi dimana pengeluaran perusahaan lebih besar daripada pendapatan yang mampu
diraihnya.
Kemudian menurut Sartono (1999:21), bahwa tujuan manajemen keuangan
dapat diartikan sebagai manajemen dana, baik yang berkaitan dengan pengalokasian
dana dalam berbagai bentuk investasi-investasi atau pembelajaran secara efisien dan
pada prinsipnya fungsi utama seorang manager keuangan, meliputi pengambilan
keputusan investasi, pengambilan keputusan pembelanjaan dan kebijaksanaan
deviden.
Tugas pokok yang ingin dicapai manager keuangan adalah memaksimalkan
profit, berimplementasi kepada kemakmuran pemegang saham atau maximizing
wealth of stockholders melalui optimalisasi nilai-nilai perusahaan. Tujuan
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat ditempuh dengan
memaksimumkan nilai sekarang (present value) semua keuntungan pemegang saham
yang diharapkan akan diperoleh dimasa yang akan datang.
Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen
atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan
18
kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau
pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat
keputusan ekonomi yang mencakup keputusan untuk menahan atau menjual investasi
mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti
manajemen.
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan,
merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama
tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manager dengan
tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh
para pemilik perusahaan, disamping laporan keuangan dapat juga digunakan untuk
memenuhi tujuan lain, yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.
Laporan kaungan yang disusun, harus didasarkan pada prinsip akuntansi yang lazim
di Indonesia, yaitu prinsip akuntansi yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
Menurut Sutrisno, beberapa pihak yang membutuhkan laporan keuangan suatu
perusahaan, yaitu antara lain :
1. Investor penanam modal berisiko dan penasehat, mereka berkepentingan dengan
risiko yang melekat serta hasil pengembalian dari investasi yang mereka lakukan.
Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus
membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik
pada informsi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan
perusahaan untuk membayar deviden.
19
2. Manajemen, yaitu berkepentingan terhadap laporan keuangan karena laporan
keuangan merupakan cerminan kinerja manajemen selama satu periode.
3. Pemilik, yaitu berkepentingan terhadap keamanan modal yang dikelola
manajemen dan digunakan untuk memutuskan apakah perlu ada pembagian
deviden atau tidak, bila ada seberapa besar deviden payout ratio-nya, serta untuk
menilai kinerja manajemen.
4. Kreditor, yaitu berkepentingan terhadap laporan keuangan untuk mengevaluasi
kredit yang diberikan. Apakah perusahaan tersebut mempunyai kemampuan yang
cukup baik dalam membayar hutang-hutangnya baik jangka pendek maupun
jangka panjang.
5. Pemerintah, yaitu berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan kerena itu
berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan
informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menentapkan kebijakan pajak dan
sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional.
6. Masyarakat, perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara,
misalnya perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian
nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada
penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat
dengan menyediakan informasi kecenderungan trend dan perkembangan terakhir
kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitas.
20
2.2. Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan menghubungkan angka-angka yang terdapat dalam
laporan keuangan dengan angka lain atau menjelaskan perubahan angka-angka dalam
laporan keuangan agar pemakai lebih mudah untuk menginterpretasikannya.
Menurut Skousen (2001:21), Analisis laporan keuangan adalah diagnosis,
identifikasi di mana satu perusahaan mempunyai masalah, dan meramal,
memperkirakan bagaimana suatu perusahaan akan melaksanakan di masa datang.
“Analisis rasio keuangan, yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan
perhitungan laba-rugi satu dengan yang lainnya, dapat memberikan gambaran tentang
sejarah perusahaan dan penilaian posisinya pada saat ini.” (Sawir, 2005)
Selanjutnya menurut Riyanto (1999:329), bahwa analisis rasio adalah analisis
yang dilakukan dengan mengadakan interpretasi dan analisis laporan financial suatu
perusahaan, seorang penganalisis financial memerlukan adanya ukuran atau “yard
stick” tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis financial adalah “rasio”.
Pengertian rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam arithmetical
term, yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam
financial.
Dengan demikian analisis laporan keuangan, terutama berfungsi untuk
mengubah data akuntansi yang sederhana dan dapat menilai keadaan hasil operasi
perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu serta dapat juga digunakan untuk
meramalkan dan menaksir kinerja/prestasi dan keadaan perusahaan dimasa
mendatang. Selanjutnya, menurut Munawir (1995:64), dengan mempergunakan
21
laporan yang diperbandingkan, termasuk data tentang perubahan-perubahan yang
terjadi dalam jumlah rupiah, persentase serta trendnya, penganalisis menyadari bahwa
beberapa rasio secara individu akan membantu dalam menganalisis dan
mengimplementasikan posisi keuangan suatu perusahaan. Ditambahkan oleh Sartono
(1999:119), yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan
dibidang financial akan sangat membantu dalam menilai prestasi dan kinerja
manajemen masa lalu dan prospeknya dimasa mendatang.
Dengan analisis keuangan ini dapat diketahui kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki suatu perusahaan. Rasio tersebut dapat memberikan indikasi apakah
perusahaan memiliki kas yang cukup rasional, efisiensi manajemen persediaan,
perencanaan pengeluaran investasi yang baik dan struktur modal yang sehat sehingga
tujuan memaksimalkan kemakmuran pemegang saham dapat tercapai. Dengan
analisis prestasi keuangan, seorang analisis keuangan akan dapat menilai apakah
manager keuangan dapat merencanakan dan mengimplementasikan ke dalam setiap
tindakan secara konsisten dengan tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang
saham. Untuk melakukan analisis ini dapat dengan cara membandingkan prestasi satu
periode dibanding dengan periode yang sebelumnya, sehingga diketahui adanya
kecenderungan selama periode tertentu.
Analisis laporan keuangan guna menyediakan informasi mendasar tentang
posisi keuangan dan kinerja keuangan perusahaan, rasio keuangan didesain untuk
memperlihatkan hubungan antara item-item pada neraca dan laporan laba rugi,
sehingga dapat menggambarkan potensi dan kemajuan perusahaan. Husnan
22
(1998:35), berpendapat bahwa analisis rasio keuangan adalah analisis yang digunakan
dengan cara menghitung rasio-rasio keuangan yang dapat mencerminkan aspek-aspek
tertentu mengenai perusahaan, rasio-rasio keuangan perusahaan dapat dihitung
berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam laporan keuangan, seperti laporan rugi
laba dan neraca.
Analisis rasio merupakan bentuk atau cara yang umum digunakan dalam
analisis laporan keuangan untuk mengukur kekuatan dan kelemahan yang dihadapi
perusahaan dibidang keuangan. Analisis rasio adalah suatu metode perhitungan dan
interpretasi rasio keuangan untuk menilai kinerja dan status suatu perusahaan, rasio
merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk
menjelaskan hubungan tertentu antara faktor yang satu dengan faktor yang lain dari
suatu laporan keuangan. Analisis laporan keuangan berarti menggali lebih banyak
informasi yang dikandung suatu laporan keuangan, yang merupakan media informasi
yang merangkum semua aktivitas perusahaan, jika informasi ini disajikan dengan
benar, maka informasi tersebut sangat berguna bagi siapa saja untuk mengambil
keputusan tentang perusahaan.
Kegiatan menganalisis laporan keuangan tidak terlepas dari permasalahan
manajemen bisnis, dalam kegiatan bisnis manajemen selalu dihadapkan dengan
berbagai persoalan yang memerlukan keputusan yang tepat dan cepat, setiap masalah
bisnis akan berdampak ekonomis bagi perusahaan, yaitu kerugian atau keuntungan.
Agar manajer mampu mengambil keputusan yang tepat maka dia perlu mencari dan
23
mengumplakan berbagai bahan informasi agar dalam proses pengambilan
keputusannya dapat menghasilkan yang terbaik.
Kegiatan analisis keuangan merupakan salah satu media untuk mendapatkan
informasi yang lebih banyak, lebih baik, akurat dan dijadikan sebagai bahan dalam
proses pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan merupakan kegiatan
memilih tindakan yang tepat dari beberapa alternatif yang dianggap tepat untuk
menyelesaikan suatu persoalan. Dengan melakukan analisis laporan keuangan
perusahaan makan informasi yang dibaca dari laporan keuangan akan menjadi luas
dan lebih dalam, sehingga hubungan satu pos dengan pos lain akan dapat menjadi
indikator tentang posisi, prestasi atau kinerja keuangan perusahaan. Para manajer
perusahaan sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan, karena dengan
mengetahui posisi keuangan dan hasil-hasil yang dicapai selama periode tertentu,
maka manajer dapat menyusun rencana yang lebih baik, menentukan kebijakan yang
lebih mantap, selain sebagai laporan pertanggungjawaban kepada para pemilik
perusahaan.
2.3. Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan salah satu alat yang penting untuk memperoleh
informasi mengenai kenirja perusahaan, karena melalui laporan keuangan suatu
perusahaan, pihak-pihak yang berkepentingan akan dapat mengetahui posisi
keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan. Walaupun demikian laporan
keuangan akan menjadi berarti bagi pihak yang berkepentingan apabila laporan
24
keuangan tersebut diperbandingkan dalam dua periode, yang sangat berguna untuk
pengambilan keputusan ekonomis bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Analisis rasio keuangan adalah salah satu alat pengukur kinerja perusahaan
dari data laporan keuangan. Laporan keuangan suatu perusahaan lazimnya meliputi
neraca, laporan laba rugi dan laporan aliran kas. Kita tidak bisa langsung
menggunakan laporan keuangan tersebut dalam perencanaan usaha tanpa perlu
dianalisis terlebih dahulu. (Muslich, 1971:78)
Tujuan dari analisis keuangan adalah untuk mengidentifikasi kondisi internal
perusahaan khususnya kondisi keuangan (Sartono, 1999:199-120). Hasil analisis akan
mengungkapkan mengenai kekuatan dan kelemahan perusahaan. Kelemahan
perusahaan harus dipahami jika hendak dilakukan tindakan perbaikan. (Weston,
Copeland, 1996:243).
Fokus dari analisis ratio akan berbeda-beda menurut urgensi dari pihak-pihak
yang berkepentingan, misalnya :
1). Kreditur yang berorientasi pada kepentingan jangka pendek akan memperhatikan
harapan jangka pendek (shock term out look).
2). Investor yang berorientasi pada kepentingan jangka panjang akan lebih mengacu
kepada kelansungan hidup perusahaan jangka panjang (long term aviability) dan
kemampuan menghasikan laba (profitability).
Adapun kegunaan rasio keuangan berdasarkan atas berbagai sudut pandang
adalah sebagai berikut :
25
1). Bagi manajer keuangan, digunakan untuk perencanaan dan mengevaluasi prestasi
kinerja (Performance) manajemen dihubungkan dengan prestasi rata-rata industri.
2). Bagi manajer kredit, digunakan untuk memperkirakan resiko potensial yang
dihadapi oleh para debitur sehubungan dengan kepastian pembayaran kembali
pinjaman yang direalisasikan.
3). Para investor, digunakan sebagai alat mengevaluasi nilai saham dan obligasi
berbagai perusahaan serta jaminan keamanan investasinya.
4). Manajer perusahaan, digunakan untuk mengidentifikasikan kemungkinan
melakukan penggabungan (merger) dengan perusahaan lain.
Analisis rasio bagi manajer keuangan terutama digunakan untuk memahami
apa yang perlu dilakukan oleh perusahaan berdasarkan informasi yang tersedia yang
sifatnya terbatas pada laporan keuangan. Analisis rasio membiasakan pimpinan
membuat keputusan atau pertimbangan tentang apa yang perlu dicapai oleh
perusahaan dan bagaimana prospek yang dihadapi pada masa yang akan datang.
2.4. Penggunaan Analisis Rasio Keuangan
Dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan, dapat
digunakan analisis rasio-rasio keuangan.
Sehubungan dengan hal tersebut Sartono (1996:96) menyatakan bahwa,
karena perbedaan tujuan dan harapan yang ingin dicapai, maka analisis keuangan
juga beragam. Dengan demikian untuk menjawabnya dikembangkan empat kelompok
rasio keuangan:
26
1. Rasio likuiditas, yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek tepat pada waktunya.
2. Rasio aktivitas, menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan
dalam menggunakan asset untuk memperoleh penjualan.
3. Financial leverage ratio, menunjukkan kapasitas perusahaan untuk
memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang.
4. Rasio profitabilitas, dapat mengukur seberapa besar kemampuan
perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, asset
maupun laba bagi modal sendiri.
Kemudian, menurut Sutrisno (2001:11), rasio keuangan dapat diperoleh
dengan cara menghubungkan elemen-elemen laporan keuangan. Adapun
pengelompokan jenis-jenis rasio keuangan, pertama rasio menurut sumber darimana
rasio dibuat dan dikelompokkan menjadi :
1. Rasio-rasio Neraca (Balance Sheet Ratios), merupakan rasio yang
menghubungakan elemen-elemen yang ada pada neraca saja. Seperti current
ratio, cash ratio, debt to equity ratio dan sebagainya.
2. Rasio-rasio Laporan Rugi-laba (Income Statement Ratios),
merupakan rasio yang menghubungkan elemen-elemen yang ada pada laporan
rugi-laba saja, seperti profit margin, operating ratio dan lain-lain.
3. Rasio-rasio antar laporan (Inter Statement Ratios), merupakan rasio
yang menhubungkan elemen-elemen yang ada pada dua laporan neraca dan
27
laporan rugi-laba, seperti return on investment, return on equity, assets turnover
dan lainnya. (2001)
Sedangkan kedua jenis rasio menurut tujuan penggunaan rasio yang
bersangkutan. Rasio-rasio ini dapat dikelompokkan menjadi :
1. Rasio Likuiditas atau Liquidity ratios, merupakan rasio-rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang-hutang jangka
pendeknya.
2. Rasio Leverage atau Leverage ratios, merupakan rasio-rasio yang digunakan
untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang.
3. Rasio Aktivitas atau Activity ratios, merupakan rasio-rasio yang digunakan untuk
mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya.
4. Rasio Keuntungan atau Profitability ratios, merupakan rasio-rasio yang
digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mendapatkan
keuntungan.
5. Rasio Penilaian atau Valuation ratios, merupakan rasio-rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan manajemen untuk menciptakan nilai pasar agar
melebihi biaya modalnya.
Selain itu menurut Sutrisno (2001:12), terdapat dua cara perbandingan yang
digunakan untuk menilai rasio-rasio keuangan yang telah diperoleh, yaitu :
1. Membandingkan rasio sekarang dengan rasio tahun lalu pada perusahaan yang
sama.
28
2. Membandingkan rasio-rasio suatu perusahaan dengan rasio-rasio kelompok
perusahaan yang sejenis.
Setiap pengelola perusahaan pasti selalu ingin mengetahui apakah perusahaan
yang dikelolanya selama ini telah berjalan dengan baik atau tidak. Untuk itu, guna
mengetahui apakah perusahaan sudah berjalan baik atau belum, maka pengelola harus
mengetahui kinerja perusahaan yang dikelolanya.
2.5. Pengukuran Rasio Penilaian
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
membayar hutang jangka pendek yang jatuh tempo. Semakin likuid keadaan suatu
perusahaan, maka semakin besar kemungkinan perusahaan untuk dapat memenuhi
kewajibannya yang segera jatuh tempo, sehingga resiko yang dihadapinya semakin
kecil dan begitu pula sebaliknya. Rasio penilaian ini terdiri dari rasio resiko dan rasio
hasil.
2.5.1. Pengukuran Rasio Resiko
1. Rasio Likuiditas
“Rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan hubungan kas dan
aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar.” (Brigham dan Houston, 2001:89)
Selain itu menurut Sutrisno (2001:231), rasio likuiditas merupakan
kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajibannya yang segera harus
dipenuhi. Kewajiban yang segera harus dipenuhi adalah hutang jangka pendek, oleh
karena itu rasio ini bisa digunakan untuk mengukur tingkat keamanan kreditor jangka
29
pendek, serta mengukur apakah operasi perusahaan tidak akan terganggu bila
kewajiban jangka pendek ini segera ditagih.
Adapun jenis-jenis rasio likuiditas antara lain sebagai berikut :
a. Current Ratio
Menurut Sawir (2005:8), current ratio merupakan ukuran yang paling
umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka
pendek perusahaan karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari
kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai
dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang. Current ratio yang rendah
biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuiditas. Sebaliknya
suatu perusahaan yang current ratio-nya tinggi juga kurang bagus, karena
menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi
kemampu labaan perusahaan.
Sementara itu menurut Sutrisno (2001:231), current ratio adalah rasio yang
membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang
jangka pendek. Aktiva lancar di sini meliputi kas, piutang dagang, efek,
persediaan, dan aktiva lancar lainnya. Sedangkan hutang jangka pendek meliputi
hutang dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang gaji, dan hutang lainnya yang
segera harus dibayar.
30
b. Quick Ratio
Menurut Sutrisno (2001:230), quick ratio merupakan rasio antara aktiva
lancar sesudah dikurangi persediaan yang dibandingkan dengan hutang lancar.
Rasio ini menunjukkan besarnya alat likuid yang paling cepat yang bisa digunakan
untuk melunasi hutang lancar. Persediaan dianggap aktiva lancar yang paling tidak
lancar, sebab untuk menjadi uang tunai memerlukan dua langkah, yakni menjadi
piutang terlebih dahulu sebelum menjadi kas.
2. Rasio Leverage
Menurut Sutrisno (2001:232), rasio leverage merupakan rasio yang
menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibelanjai dengan hutang.
Apabila perusahaan tidak mempunyai leverage atau leverage factor = 0, artinya
perusahaan dalam beroperasi sepenuhnya menggunakan modal sendiri atau
menggunakan hutang. Semakin rendah leverage factor, perusahaan mempunyai risiko
yang kecil bila kondisi ekonomi merosot. Penggunaan dana hutang bagi perusahaan
tersebut mampunyai tiga dimensi (1) pemberi kredit akan menitik beratkan pada
besarnya jaminan atas kredit yang diberikan, (2) dengan menggunakan dana hutang,
maka apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari beban
tetapnya maka pemilik perusahaan keuntungannya akan meningkat, dan (3) dengan
penggunaan hutang, pemilik mendapatkan dana tanpa kehilangan pengendalian pada
perusahaannya. Semakin besar tongkat leverage perusahaan, akan semakin besar
31
jumlah hutang yang digunakan, dan semakin besar resiko bisnis yang dihadapi
terutama apabila kondisi perekonomian memburuk.”
Adapun jenis-jenis dari rasio leverage antara lain sebagai berikut :
a. Debt ratio
“Rasio ini memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan
seluruh kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi hasil persentasenya, cenderung
semakin besar resiko keuangannya bagi kreditor maupun pemegang saham.”
(Sawir, 2005:10)
b. Debt to Equity Ratio (DER)
“Rasio hutang dengan modal sendiri (debt to equity ratio) merupakan
imbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin
tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan
hutangnya.” (Sutrisno, 2001:233)
2.5.2 Pengukuran Rasio Hasil
1. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa
besar efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. Rasio ini
dinyatakan sebagai perbandingan antara penjualan dengan berbagai elemen aktiva.
Elemen aktiva sebagai penggunaan dana seharusnya bisa dikendalikan agar bisa
dimanfaatkan secara optimal.
32
“Sawir mengatakan bahwa rasio aktivitas mengukur seberapa efektif
perusahaan memanfaatkan semua sumber daya yang ada pada pengendaliannya.
Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan
investasi pada berbagai jenis aktiva.” (2005:12)
Adapun jenis-jenis rasio aktivitas antara lain sebagai berikut :
a. Total Assets Turnover
Total assets turnover merupakan kemampuan dana yang tertanam dalam
keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu atau kemampuan modal
yang diinvestasikan untuk menghasilkan revenue.
“Total assets turnover atau perputaran aktiva merupakan ukuran efektivitas
pemanfaatan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Semakin besar perputaran
aktiva semakin efektif perusahaan mengelola aktivanya.” (Sutrisno, 2001)
b. Fixed Assets Turnover
Fixed Assets Turnover, yaitu rasio dari penjualan terhadap aktiva tetap,
mengukur perputaran dari bangunan dan peralatan.
c. Working Capital Turnover
Working capital turnover merupakan kemampuan modal kerja neto
berputar dalam suatu periode siklis kas dari perusahaan.
“Sawir mengatakan bahwa working capital turnover menunjukkan
banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk setiap rupiah modal
kerja.” (2005).
33
2. Rasio Profitabilitas
Keuntungan merupakan hasil dari kebijaksanaan yang diambil oleh
manajemen. Rasio keuntungan digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat
keuntungan yang dapat diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar tingkat keuntungan
menunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan.
Menurut Agnes Sawir (2005:17), profitabilitas merupakan hasil akhir bersih
dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio kemampulabaan akan
memberikan jawaban akhir tentang efektifitas manajemen perusahaan, rasio ini
memberikan gambaran tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan.
Sementara itu menurut Agus Sartono (1994:130), profitabilitas adalah
kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan,
total aktiva maupun modal sendiri.
Adapun jenis-jenis dari rasio profitabilitas, yaitu antara lain :
a. Net Profit Margin
Menurut Siamat (1999:226), net profit margin merupakan hasil akhir dari
operasi suatu perusahaan untuk suatu periode dan merupakan indikator yang
efektif untuk menarik kesimpulan mengenai kemampuan manajemen perusahaan.
b. Return On Equity
Menurut Sutrisno (2001:238), return on equity merupakan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki.
Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan, jika proporsi hutang
34
semakin besar maka rasio semakin besar. Return on equity merupakan suatu
pengukuran dari perhitungan yang tersedia bagi pemilik perusahaan atau
pemegang saham atas modal yang diinvestasikan didalam perusahaan. Return on
equity yang tinggi menandakan tingginya keberhasilan manajemen perusahaan
dalam mengemban misi dari pemiliknya.
c. Return On Investment
Menurut Sutrisno (2001:239), return on investment merupakan kemampuan
perusahaan untuk menhasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup
investasi yang dikeluarkan.
2.5.3 Analisis Common Size
Dalam analisis ini, analisis rasio keuangan perusahaan selama beberapa
tahun yang dinyatakan dalam komponen-komponen neraca dan rugi laba dalam
bentuk persentase. Persentase tersebut dapat dinyatakan sebagai totalitas, seperti total
aktiva dan penjualan dan bisa juga dari suatu tahun dasar. Analisis common size dapat
membantu penganalisis dalam melihat aliran dana dalam perusahaan.
Menurut Suad Husnan (1993:85), dalam analisis commom size dapat
dinyatakan berbagai komponen dalam neraca sebagai persentase dari total aktiva.
Dalam rugi laba komponen-komponennya dinyatakan dalam persentase dari
penjualan. Dengan menyatakan rekening-rekening dalam laporan keuangan sebagai
persentase dari suatu jumlah keseluruhan umumnya memberikan pemahaman yang
lebih baik daripada sekedar memperhatikan data mentahnya saja.
35
Suatu alasan dikembangkannya analisis ini adalah disebabkan pembandingan
dari laporan-laporan keuangan untuk perusahaan yang berbeda ukurannya. Analisis
common size dan analisis rasio keuangan sebenarnya merupakn teknik cross
sectional pada kedua teknik tersebut hasil analisis untuk suatu perusahaan
dibandingkan dengan suatu standar pembanding, seperti perusahaan lain atau industri.
2.5.4 Analisis Cashflow Proforma
Analisis cashflow proforma digunakan untuk memproyeksi cashflow yang
diperoleh perusahaan dimasa yang akan datang. Analisis ini digunakan untuk
memberikan gambaran kepada manajemen mengenai posisi keuangan perusahaan
dimasa yang akan datang.
Perusahaan-perusahaan yang dijalankan dengan baik umumnya mendasarkan
rencana operasi mereka pada seperangkat analisis cashflow proforma. Dalam
menganalisis cashflow proforma, selain lingkungan internal perusahaan, lingkungan
eksternal juga harus diperhatikan, seperti kondisi ekonomi, politik, dan lain-lain.
Proses analisis ini dimulai dengan melakukan peramalan pada penjualan dalam masa
lima tahun mendatang atau lebih. Selanjutnya, aktiva yang dibutuhkan untuk
memenuhi target penjualan itu ditentukan, dan keputusan diambil dengan
mempertimbangkan bagaimana aktiva yang dibutuhkan itu akan dibiayai. Kemudian
laporan rugi laba dan neraca akan diproyeksikan, sehingga laba serta data-data lain
yang diperlukan perusahaan dapat diramal.
36
Apabila laporan keuangan suatu perusahaan telah diramal, manager suatu
perusahaan harus mengevaluasi apakah hasil-hasil yang diperoleh akan sesuai atau
tidak dengan tujuan perusahaan. Apabila tidak, manager harus dapat melakukan
perubahan pada rencana operasi perusahaan, sehingga tujuan perusahaan tersebut
dapat tercapai. Dalam hal ini, pimpinan perusahaan harus memperhatikan lingkungan
internal maupun lingkungan eksternal perusahaan, seperti kondisi ekonomi, politik,
dan lain-lain.
Adapun tahap-tahap dalam memproyeksikan cashflow proforma adalah
sebagai berikut :
1. Peramalan Penjualan (Sales Forecast)
Ramalan penjualan merupakan ramalan unit dan nilai uang penjualan suatu
perusahaan untuk suatu periode di masa yang akan datang, yang umumnya
didasarkan pada trend penjualan terakhir, yang kemudian dipadukan dengan
ramalan prospek perekonomian dari negara, wilayah, industri yang bersangkutan,
dan sebagainya. Ramalan penjualan ini harus diproyeksikan dengan baik, karena
apabila terjadi penyimpangan pada ramalan tersebut dapat mempengaruhi
perusahaan, antara lain apabila pasar berkembang lebih besar daripada yang
diperkirakan oleh perusahaan, maka perusahaan tidak akan mampu memenuhi
permintaan, dan akhirnya konsumen akan membeli produk dari perusahaan
pesaing, hal ini dapat menyebabkan perusahaan kehilangan pangsa pasar. Di lain
pihak, jika perusahaan terlalu memproyeksikan penjualan terlalu tinggi, sehingga
investasi yang ditanamkan perusahaan pada pabrik, peralatan dan persediaan
37
besar, sementara ternyata penjualan perusahaan tidak sebaik yang diperkirakan,
maka dapat mengakibatkan kinerja perusahaan menjadi turun
Apabila perusahaan memproyeksikan penjualan akan mengalami
peningkatan, maka investasi juga perlu ditambah. Perusahaan yang tumbuh
memerlukan investasi segera dalam aktiva lancar maupun investasi dalam bentuk
aktiva tetap. Perusahaan yang menguntungkan dan sedang tumbuh biasanya
memerlukan tambahan kas untuk investasi pada piutang dagang, persediaan dan
aktiva tetap, karena apabila tidak dilaksanakan, maka perusahaan bisa saja tidak
dapat menampung permintaan dari pelanggan, sehingga waktu penyerahan akan
ulur, pelanggan akan merasa kecewa dan akhirnya pelanggan akan melakukan
pembelian di perusahaan lain, selain itu juga perusahaan akan kehilangan pangsa
pasar serta menyia-nyiakan peluang. Di pihak lain, jika proyeksi yang dilakukan
terlalu optimistik, sehingga perusahaan memiliki terlalu banyak pabrik, peralatan,
persediaan yang tidak terpakai sepenuhnya, sementara biaya penyusutan dan
penyimpanan akan tinggi dan mungkin perlu dilakukan penghapusan atas
persediaan dan peralatan yang telah usang, hal ini dapat mengakibatkan tingkat
pengembalian yang rendah atas ekuitas, apalagi jika penambahan investasi tersebut
dibiayai dengan hutang, maka masalahnya tentu akan lebih parah lagi.
Dalam meramalkan penjualan, perusahaan harus melakukan analisa ektern
dan intern.
38
a. Analisa Data Ekstern
Analisa data ekstern didasarkan pada observasi dari hubungan antara
penjualan yang dilakukan oleh perusahaan dengan kondisi ekonomi di suatu
daerah atau di suatu negara. Analisa ini sangat penting, karena volume
penjualan perusahaan sangat erat hubungannya dengan beberapa aspek
aktivitas ekonomi, sehingga ramalan-ramalan tentang keadaan ekonomi secara
menyeluruh akan memberikan pandangan yang lebih baik bagi rencana
penjualan yang akan dilakukan.
b. Analisa Data intern
Analisa data intern didasarkan pada keadaan intern perusahaan, misalnya
kapasitas mesin, keuangan yang tersedia dan sebagainya.
Perusahaan-perusahaan biasanya menggabungkan kedua jenis analisa di
atas di dalam membuat peramalan penjualan untuk periode berkutnya. Analisa
data internal dapat memberikan informasi tentang penjualan yang diharapkan,
sedangkan analisa eksternal mempertimbangkan keadaan ekonomi secara
menyeluruh, sehingga dari kedua analisa tadi akan didapatkan suatu rencana
penjualan yang lebih matang, karena telah disesuaikan dengan kondisi-kondisi
ekonomi yang akan memperngaruhi operasi perusahaan.
39
2. Peramalan Neraca dan Laporan Rugi-Laba
Peramalan neraca dan laporan rugi-laba dilakukan untuk meramalkan laporan
keuangan di masa mendatang
a. Meramalkan Laporan Rugi-Laba
Laporan rugi-laba untuk tahun mendatang diramalkan untuk mendapatkan
suatu estimasi atas laba yang dilaporkan dan jumlah laba yang ditahan yang
akan dihasilkan perusahaan selama tahun tersebut. Dalam meramal laporan
rugi-laba perusahaan, seorang manager harus menggunakan asumsi-asumsi,
antara lain mengenai biaya operasi, tarif pajak, beban bunga, dan laba/rugi
yang diperoleh perusahaan. Asumsi yang biasanya digunakan, biaya akan
meningkat dengan laju yang sama sejalan dengan kenaikan penjualan. Tujuan
dari peramalan penjualan ini adalah untuk menentukan berapa banyak laba
yang akan diperoleh perusahaan dan akan ditahan untuk diinvestasikan
kembali pada tahun mendatang.
b. Meramalkan Neraca
Apabila penjualan suatu perusahaan diramalkan mengalami kenaikan, maka
investasi yang akan dilakukan perusahaan juga harus ditingkatkan. Intinya,
penjualan yang lebih tinggi harus didukung oleh kenaikan juga dalam hutang
usaha, pos-pos akrual serta laba ditahan.
40