Download - Bab i,II,III Terbaru
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
1/41
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangInisiasi Menyusu Dini yaitu memberikan ASI kepada bayi baru lahir,
bayi tidak boleh dibersihkan terlebih dahulu dan tidak dipisahkan dari ibu.
Pada inisiasi menyusu dini ibu segera mendekap dan membiarkan bayi
menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium
Devolepment Goals (MDGs) dalam pencapaian Inisiasi Menyusu Dini (IMD),
yaitu Inisiasi Menyusu Dini dapat meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif
dan lama menyusui maka akan membantu mengurangi kemiskinan, membantu
mengurangi kelaparan karena ASI dapat memenuhi kebutuhan makanan bayi
sampai usia dua tahun, membantu mengurangi angka kematian anak balita.
Pemberian ASI dikenal sebagai salah satu yang memberikan pengaruh
yang paling kuat terhadap kelangsungan hidup anak, pertumbuhan dan
perkembangan. Penelitian menyatakan bahwa inisiasi dini dalam 1 jam
pertama dapat mencegah 22% kematian bayi di bawah umur 1 bulan di negara
berkembang (APN, 2007). Pencapaian 6 bulan ASI Eksklusif bergantung
pada keberhasilan inisiasi dalam satu jam pertama. ASI Eksklusif selama 6
bulan pertama kehidupan, bersamaan dengan pemberian makanan
pendamping ASI dan meneruskan ASI dari 6 bulan sampai 2 tahun, dapat
mengurangi sedikitnya 20% kematian anak balita (Roesli, 2008).
Peran tenaga kesehatan, khususnya dokter dan bidan sangat
berpengaruh terhadap pemberian ASI secara dini. Namun, di Indonesia masih
1
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
2/41
2
banyak tenaga kesehatan maupun pelayanan kesehatan (termasuk Rumah
Sakit) yang belum mendukung pemberian ASI secara dini dengan alasan
keadaan Ibu masih lemah, masih banyak darah dan lendir yang harus
dibersihkan, takut bayi terkena hipotermi, bahkan ada yang mengatakan
Inisiasi Menyusu Dini dengan membiarkan bayi merangkak sendiri mencari
puting susu ibu adalah hal primitive yang melecehkan bangsa indonesia
(padahal IMD juga dilakukan di negara maju). Banyak rumah sakit dan bidan
yang langsung memberikan susu formula begitu bayi lahir jika ASI belum
keluar (Soegiarto, 2008).
3,7% bayi di Indonesia disusui dalam 1 jam pertama setelah kelahiran,
dan angka kematian bayi masih relatif tinggi yaitu 35 per 100 kelahiran hidup
yang diantaranya disebabkan oleh hipotermi, kurang gizi dan infeksi. Di
Indonesia angka pemberian ASI Eksklusif masih rendah yaitu hanya 7,8%.
Penelitian menyatakan bahwa inisiasi dini dalam 1 jam pertama dapat
mencegah 22% kematian bayi di bawah umur 1 bulan di negara berkembang
(SDKI, 2007).
Angka kematian bayi baru lahir sebanyak 22% dalam satu bulan
pertama dapat dicegah dengan bayi menyusu pada ibu satu jam pertama,
sedangkan menyusu pada hari pertama lahir dapat menekan angka kematian
bayi hingga 16% (Roesli, 2008). Proses inisiasi menyusu dini bayi tidak
mengalami hipotermi atau kedinginan karena dekapan ibu terhadap bayi dan
suhu di dada ibu akan naik 2oC (Roesli, 2008).
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
3/41
3
Menyusui bayi di Indonesia sudah menjadi budaya namun praktik
pemberian ASI masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi
Kesehatan Indonesia 2007 hanya 10% bayi yang memperoleh ASI pada hari
pertama, yang diberikan ASI kurang dari 2 bulan sebanyak 73%, yang
diberikan ASI 2 sampai 3 bulan sebanyak 53% yang diberikan ASI 4 sampai
5 bulan sebanyak 20% dan menyusui eksklusif sampai usia 6 bulan sebanyak
49% (WHO, 2007)
Setiap jam sebelum mencapai usia 1 tahun di Indonesia diperkirakan 20
bayi meninggal pada setiap tahunnya. Hampir setengah dari kematian bayi ini
terjadi pada masa neonatal yaitu pada bulan pertama kelahiran, di mana bayi
sangat rentan terhadap kesakitan dan kematian (Roesli, 2008).
Suatu hasil penelitian di Ghana yang diterbitkan oleh jurnal pediatriks
menunjukkan bahwa 16% kematian bayi dapat dicegah melalui pemberian
ASI pada bayi sejak hari pertama kelahirannya. Angka ini naik menjadi 22%
jika pemberian ASI dimulai dalam 1 jam pertama setelah kelahirannya. ASI
adalah asupan gizi yang terbaik untuk melindungi dari infeksi pernafasan,
diare, alergi, sakit kulit, asma, obesitas juga membentuk perkembangan
intelegensia, rohani, perkembangan emosional. Hasil telaah dari 42 negara
menunjukkan bahwa ASI eksklusif memiliki dampak terbesar terhadap
penurunan angka kematian balita, yaitu 13% dibanding intervensi kesehatan
masyarakat lainnya (Roesli, 2008).
Permasalahan yang utama rendahnya angka cakupan ASI ini adalah
karena faktor sosial budaya, kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
4/41
4
kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung serta
gencarnya promosi susu (Depkes RI, 2003).
Kesadaran akan pentingnya ASI termasuk IMD dipengaruhi oleh
tingkat pengetahuan ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini yang rendah
karena dipengaruhi oleh faktor pendidikan ibu yang rendah, tidak ada
dorongan atau motivasi untuk mengetahui perkembangan zaman, ketersediaan
informasi, ketersediaan fasilitas kesehatan, pendapatan perkapita yang
menyebabkan ibu melakukan persalinan dengan dukun, dukungan dari orang
terdekat, dukungan dari tenaga kesehatan, kebudayaan, dan adanya promosi
Insiasi Menyusui Dini. (http://www.fkm.undip.ac.ad)
Kabupaten Batang terdapat 21 puskesmas, salah satunya adalah
puskesmas Bawang yang memiliki fasilitas rawat inap selain fasilitas rawat
jalan. Puskesmas Bawang mempunyai jumlah bidan yaitu 30 bidan dengan 22
bidan desa dan 8 bidan Puskesmas. Jumlah persalinan yang ditolong oleh
tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Bawang pada tahun 2009 yaitu
sejumlah 932 persalinan, dan dari jumlah tersebut hanya 10,6% (99
persalinan) yang dilakukan inisiasi menyusu dini (IMD) sedangkan sisanya
tidak dilakukan (DKK Batang, 2009). Dalam pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan apabila tidak dilakukan inisiasi menyusu dini maka
kematian (mortalitas) dan kesakitan (morbiditas) bayi masih tinggi atau tidak
mengalami perubahan yang bermakna.
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
5/41
5
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti
tingkat pengetahuan ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini di wilayah kerja
Puskesmas Bawang, kabupaten Batang.
B. Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang maka perumusan masalahnya adalah
Bagaimana Tingkat Pengetahuan Ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di
wilayah kerja puskesmas Bawang, kabupaten Batang.
C. Tujuan Penelitiana. Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini
di wilayah kerja Puskesmas Bawang kabupaten Batang.
b. Tujuan Khusus1) Mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pengertian
Inisiasi Menyusu Dini.
2) Mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang manfaatInisiasi Menyusu Dini.
3) Mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tatalaksanaInisiasi Menyusu Dini.
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
6/41
6
D. Manfaat Penelitian1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,
pengetahuan ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini bertambah terutama
diwilayah kerja puskesmas bawang, kabupaten Batang.
2. Manfaat Praktisa. Bagi peneliti.
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan peneliti tentang inisiasi menyusu dini yang didapat selama di
bangku kuliah dan menerapkannya di masyarakat.
b. Bagi petugas kesehatanHasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi
bagi tenaga kesehatan tentang pentingnya inisiasi menyusu dini dan
dapat menerapkan praktik inisiasi menyusu dini pada ibu bersalin
sehingga dapat mengurangi angka kematian neonatus.
c. Bagi institusiHasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi dan referensi
penelitian selanjutnya didalam meningkatkan pengetahuan tentang
inisiasi menyusu dini.
d. Bagi masyarakat.Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi secara umum
pada masyarakat terutama pada ibu hamil untuk nantinya menerapkan
inisiasi menyusu dini dan memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
7/41
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengetahuan1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan hal ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yaitu: indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan (knowledge) adalah
hasil tahu dari manusia terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang
memungkinkan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya
(Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan menurut Irwanto (2003) adalah segala
sesuatu yang diketahui atau segala sesuatu yang berkenaan dengan mata
pelajaran.
2. Tingkat PengetahuanPengetahuan merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya
tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Notoatmodjo, 2005). Tingkat pengetahuan seseorang secara rinci dibagi
menjadi enam tingkatan (Notoatmodjo, 2003) yaitu:
a. Tahu (know)Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
7
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
8/41
8
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu
tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
(Notoatmodjo, 2005).
b. Memahami (comprehension)Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar (Notoatmodjo,
2005).
c. Analisis (analysis)Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
d. Sintesis (synthesis)Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
e. Evaluasi (evaluation)Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,
atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
9/41
9
3. Manfaat PengetahuanMenurut Notoatmodjo (2007, p.140), pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan penelitian terbukti
bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari
pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang
mengadopsi perilaku baru, di dalam diri seseorang terjadi proses yang
berurutan yakni:
a.Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam dirimengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).
b. Interest(merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek tersebut. Disinisikap subyek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulustersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik
lagi.
d. Trial, sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuaidengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e.
Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru atau diadopsi perilaku melalui proses
seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang
positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng.
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
10/41
10
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi PengetahuanMenurut (Notoatmodjo, 2003) yang dikutip oleh Hendra (2008), ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu:
a. UmurMakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan
mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu,
bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti
ketika berumur belasan tahun. Daya ingat seseorang itu salah satunya
dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini, maka dapat kita simpulkan
bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada
pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-
umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau
mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
b. IntelegensiIntelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan
berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi
baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah
satu model untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara
terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan (Khayan, 1997).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari
seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
11/41
11
c. LingkunganLingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama
bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang
baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya.
Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang
akan berpengaruh pada cara berfikir seseorang.
d. Sosial BudayaSosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.
Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya
dengan orang lain, karena hubungan ini seeorang mengalami suatu
proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.
e. PendidikanPendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk
mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga
sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri.
f. InformasiInformasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang.
Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia
mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV,
radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan
pengetahuan seseorang.
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
12/41
12
g. PengalamanPengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat
diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau
pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai
upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 1997).
5. Pengukuran pengetahuanPengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur
dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Notoatmodjo,
2005). Cara mengukur tingkat pengetahuan dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan, kemudian dilakukan penilaian nilai 1 untuk
jawaban benar dan nilai untuk jawaban salah. Kemudian digolongkan
menjadi 3 kategori yaitu baik, sedang, kurang. Dikatakan baik (>80%),
cukup (60-80%), dan kurang (
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
13/41
13
telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang
sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni :
a. Cara Tradisional atau Non IlmiahCara tradisional terdiri dari empat cara yaitu :
1) Trial and ErrorCara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu ini bila
seseorang menghadapi persoalan atau masalah, upaya yang
dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak
berhasil, maka dicoba kemungkinan yang lain sampai berhasil.
Oleh karena itu cara ini disebut dengan metode Trial (coba) dan
Error (gagal atau salah) atau metode coba-salah adalah coba-
coba. Metode ini telah banyak jasanya terutama dalam
meletakkan dasar-dasar menemukan teori-teori dalam berbagai
ilmu pengetahuan. Hal ini juga merupakan pencerminan dari
upaya memperoleh pengetahuan, walaupun pada taraf yang masih
primitive. Pengalaman yang diperoleh melalui penggunaan
metode ini banyak membantu perkembangan berfikir dan
kebudayaan manusia ke arah yang lebih sempurna.
2) Kekuasaan atau OtoritasSumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal ataupun informal, ahli agama, pemegang
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
14/41
14
pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata lain pengetahuan
tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik
tradisi, otoritas pemrintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli
pengetahuan.
3) Berdasarkan Pengalaman PribadiAdapun pepatah mengatakan Pengalaman adalah guru terbaik.
Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu
merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
4) Jalan PikiranSejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara
berfikir umat manusiapun ikut berkembang. Dari sini manusia
telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuan, dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran
pengetahuan, manusia telah menjalankan jalan pikirannya, baik
melalui induksi atau deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya
adalah cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui
pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan. Kemudian dicari
hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan. Apabila
proses pembuatan kesimpulan itu melalui pertanyaan-pertanyaan
khusus kepada umum dinamakan induksi sedangkan deduksi
adalah pembuatan kesimpulan dari pertanyaan - pertanyaan
umum kepada khusus.
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
15/41
15
b. Cara Ilmiah atau Cara ModernDalam memperoleh pengetahuan dewasa ini menggunakan cara yang
sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode ilmiah atau
popular disebut metodologi penelitian (Research Methodologi).
7. Sumber pengetahuanMenurut Notoatmodjo (2003), sumber dari pengetahuan didapat melalui
penginderaan. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu :
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
B. Inisiasi Menyusu Dini1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini
a. Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu diniadalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir (Roesli, 2008).
b. IMD merupakan program yang dilakukan dengan cara langsungmeletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi
merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk menyusu
(Syarifah, 2008).
c.
Inisiasi menyusu dini adalah proses alami mengembalikan bayi
manusia untuk menyusu, yaitu dengan memberikan kesempatan pada
bayi untuk mencari dan menghisap ASI sendiri, dalam satu jam
pertama pada awal kehidupannya (Swasono, 2008 dalam Roesli, 2008)
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
16/41
16
Jadi, inisiasi menyusu dini adalah segala upaya yang dilakukan agar
agar bayi bisa menyusu sedini mungkin dalam satu jam pertama pada
awal kehidupannya.
d. Inisiasi Menyusu Dini adalah memberikan sesegera mungkin air susuibu (ASI) kepada bayi (Suari, 2008).
e. Inisiasi Menyusu Dini adalah segala upaya yang dilakukan agar bayibisa menyusu sedini mungkin dalam satu jam pertama pada awal
kehidupannya (Kresnawan, 2007).
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Praktik InisiasiMenyusu Dini
1. Faktor IbuIbu menyusui harus muncul motivasi dan percaya diri bahwa dirinya bisa
menyusui.
2. KeluargaDari lingkungan keluarga, faktor nenek dan 'staf ahli' seperti baby sitter,
pembantu rumah tangga (PRT) sangat mempengaruhi usia pemberian
makanan tambahan pertama untuk bayi. Ayah juga berperan dalam
suksesnya ASI eksklusif yaitu dengan mendukung secara fisik dan
psikologis.
3. LingkunganLingkungan kerja juga sangat berperan untuk suksesnya ASI Eksklusif;
UU Nakes no. 13/2003 menyebutkan perlunya ruang laktasi dan
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
17/41
17
fasilitasnya. Pengalaman dari mulut ke mulut dari tetangga juga
menentukan seorang bayi akan mendapatkan ASI eksklusif.
4. Kebijakan/aturan di masyarakatAdvokasi terhadap PEMDA juga perlu dilakukan mengingat masih ada
produk susu formula program bantuan dana APBD yang menyalahi aturan
label seperti masih mencantumkan formula untuk 0-6 bulan dimana usia
ini haruslah hanya mendapatkan ASI.
5. PengetahuanPengetahuan dapat diperoleh melalui berbagai media baik cetak maupun
elektronik, berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat sehingga
seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah,
internet dan lain- lain) akan lebih banyak pengetahuannya. Dan
pengetahuan juga dapat di peroleh dengan pemberian penyuluhan (Hector
et.al 2005) . Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) karena
dalam pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
D. Tata Laksana Inisiasi Menyusu DiniInisiasi menyusu dini memerlukan beberapa persiapan, diantaranya
kondisi fisik dan mental ibu (Roesli, 2008). Berikut ini beberapa langkah
yang harus dilakukan menurut protokol avidence based yang telah
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
18/41
18
diperbarui oleh WHO dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk
satu jam pertama yaitu :
1. Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya segerasetelah lahir selama paling sedikit satu jam
2. Bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisasi menyusu dan ibu dapatmengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta memberi bantuan
jika diperlukan.
3. Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayibaru lahir hingga inisiasi menyusu dini selesai kemudian baru
dilakukan prosedur tersebut seperti: memandikan, menimbang,
pemberian vitamin K, obat tetes mata, dan lain-lain
4. Prinsip menyusu / pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dansecara eksklusif
5. Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayitengkurap di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu.
Biarkan kontak kulit ke kulit ini menetap selama setidaknya 1 jam
bahkan lebih sampai bayi dapat menyusu sendiri. Apabila ruang
bersalin dingin, bayi dapat diberi topi dan diselimuti. Ayah atau
keluarga dapat memberi dukungan dan membantu ibu selama proses
bayi menyusu ini. Ibu diberi dukungan untuk mengenali saat bayi siap
untuk menyusu, menolong bayi bila diperlukan.
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
19/41
19
E. Pentingnya kontak kulit dan menyusu diniMenurut Sjafani (2007), ada dua hal penting yang tidak disadari selama ini
bahwa kontak kulit bayi dan ibu penting dan bayi baru lahir segera
didapati untuk menyusu sendiri. Roesli (2008) mengatakan kontak kulit
dengan kulit segera setelah lahir dan bayi menyusu sendiri dalam satu jam
pertama terbilang penting karena:
1. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkakmencari payudara.
2. Ibu dan bayi merasa lebih tenang, pernafasan serta detak jantung bayilebih stabil, bayi akan jarang menangis sehingga mengurangi
pemakaian energi.
3. Menjaga kolonisasi bakteri baik dari ibu didalam perut bayi sehinggamemberikan perlindungan terhadap infeksi
4. Bonding (Ikatan kasih sayang) antara ibu dan bayi akan lebih baikkarena pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu
biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama.
5. Makanan awal non ASI mengandung zat putih telur yang bukanberasal dari susu manusia, misalnya dari susu hewan. Hal ini dapat
mengganggu pertumbuhan fungsi usus dan mencetuskan alergi lebih
awal.
6. Bayi diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusuieksklusif dan akan lebih lama disusui.
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
20/41
20
7. Sentuhan tangan bayi di puting susu dan sekitarnya serta isapan bayipada puting susu akan merangsang pengeluaran hormon oksitosin
8. Bayi mendapat kolostrum (ASI yang pertama kali keluar). Kolostrum(the gift of life) yang kaya akan daya tahan tubuh, penting untuk
ketahanan terhadap infeksi, penting untuk pertumbuhan usus dan
kelangsungan hidup bayi.
9. Ibu dan Ayah akan merasa sangat bahagia bertemu dengan bayinyauntuk pertama kali dalam kondisi seperti ini. Bahkan, ayah mendapat
kesempatan mengazankan anaknya di dada ibunya.
F. Keuntungan IMD bagi Ibu dan BayiMenurut Suari (2008), Roesli (2008), dan JNPK-KR (2007), ada berbagai
manfaat yang diperoleh dari proses inisiasi menyusu dini, diantaranya :
1. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi :a. Mengoptimalkan keadaan hormonal ibu dan bayib. Kontak memastikan perilaku optimum menyusu berdasarkan
insting dan bisa diperkirakan :
1)
Menstabilkan pernapasan
2) Mengendalikan temperatur tubuh bayi3) Bayi mempunyai pola tidur yang lebih baik4) Mendorong ketrampilan bayi untuk menyusu lebih cepat dan
efektif
5) Meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
21/41
21
2. Keuntungan menyusu dini untuk bayi :a. Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera
kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi
b. Meningkatkan kecerdasanc. Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan napasd. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibubayie. Mencegah kehilangan panas
3. Keuntungan Menyusu dini untuk ibu :a. Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin karena isapan mulut
bayi
b. Meningkatkan keberhasilan produksi ASIc. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibubayi
4. Dengan memulai menyusu dini maka :a. Kematian balita sebesar 40% terjadi pada satu bulan pertama
kehidupan bayi. Inisiasi menyusu dini dapat mengurangi 22%
kematian bayi usia 0-28 hari. Berarti inisiasi menyusu dini dapat
mengurangi angka kematian balita sebesar 8.8%
b.
Meningkatkan keberhasilan menyusui eksklusif dan lama
menyusui sampai 2 tahun. Dengan demikian, dapat menurunkan
kematian anak secara menyeluruh
c. Bayi akan terlatih motoriknya saat menyusu, sehingga akanmengurangi kesulitan posisi saat menyusu
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
22/41
22
G. Penghambat IMDInisiasi menyusu dini masih sulit untuk diterapkan karena adanya mitos
atau pendapat yang masih simpang siur. Berikut ini dalah pendapat-
pendapat yang dapat menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan
kulit bayi (Roesli, 2008) :
1. Bayi kedinginan-tidak benarBayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit
dengan sang ibu. Berdasarkan hasil penelitian Dr. Niels Bergman
(2005), suhu dada ibu yang melahirkan menjadi 1oC lebih panas
daripada suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang
diletakkan di dada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun 1oC.
Jika bayi kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat 2oC
menghangatkan bayi. Kulit ibu bersifat thermoregulator atau thermal
sinchrony bagi suhu bayi.
2. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya-tidak benar
Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah
lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi
menyusu dini membantu menenangkan ibu.
3. Tenaga kesehatan kurang tersedia-tidak masalahSaat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan
tugasnya. Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan ayah
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
23/41
23
atau keluarga terdekat untuk menjaga bayi sambil memberi dukungan
pada ibu.
4. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk-tidak masalahDengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau
kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan
usahanya mencapai payudara dan menyusu dini.
5. Ibu harus dijahit-tidak masalahKegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara. Yang
dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu.
6. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore(gonorrhea) harus segera diberikan setelah lahir-tidak benar
Menurut American College of Obstetrics and Gynecology dan
Academy Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini
dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri
tanpa membahayakan bayi.
7. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur-tidak benar
Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas
badan bayi. Selain itu, kesempatan vernix meresap, melunakkan, dan
melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera
setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai
menyusu awal selesai.
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
24/41
24
8. Bayi kurang siagatidak benarJustru pada 1 -2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert).
Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama.
9. Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehinggadiperlukan cairan lain (cairan prelaktal)tidak benar
Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi
dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai
pada saat itu.
10.Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayitidak benarKolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Selain
sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru
lahir, kolostrum melindungi dan mematangkan dinding usus yang
masih muda.
H. Peran IMD dalamMillenium Devolepment Goals (MDGs)Dalam Roesli (2008), IMD berperan dalam pencapaian tujuan MDGs.
Berikut ini adalah tujuan dari MDGs :
1.Membantu mengurangi kemiskinan
Inisiasi menyusu dini dapat meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif
enam bulan dan lama menyusui. Jika seluruh bayi yang lahir di
Indonesia dalam setahun disusui secara eksklusif enam bulan, berarti:
a. Harga rata-rata satu kaleng susu formula Rp. 60.000,00 (tahun2007).
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
25/41
25
b. Jumlah bayi lahir di Indonesia 5,5 juta per tahun.c. Biaya pembelian susu formula selama enam bulan untuk bayi ini:
5,5 juta x 55 kaleng x Rp. 60.000,00 = Rp. 18.120 triliun.
d. Setiap bayi memerlukan sekitar Rp. 3,3 juta dalam enam bulan.Biaya ini lebih dari 100% pendapatan buruh yang cuma Rp.
500.000 per bulan.
2. Membantu mengurangi kelaparanBagi anak usia dua tahun, sebanyak 500 cc ASI ibunya mampu
memenuhi kebutuhan kalori 31%, protein 38%, vitamin A 45%, dan
vitamin C 95%. ASI masih memenuhi kebutuhan kalori 70% untuk bayi
6-8 bulan, 55% untuk bayi 9-11 bulan, dan 40% untuk bayi 12-23
bulan. Keadaan ini akan secara bermakna memenuhi kebutuhan
makanan bayi sampai usia dua tahun. Dengan kata lain, pemberian ASI
membantu mengurangi angka kejadian kurang gizi dan pertumbuhan
yang terhenti yang umumnya terjadi pada usia ini.
Bayi yang berkesempatan melakukan inisiasi menyusu dini, 59% masih
menyusu hingga usia enam bulan dan 38% hingga bayi usia 12 bulan.
Pada bayi yang tidak diberi kesempatan melakukan inisiasi menyusu
dini, prosentase yang masih menyusu pada usia enam bulan hanya 19%
dan untuk bayi usia 12 bulan 8%.
3. Membantu mengurangi angka kematian anak balitaSekitar 40% kematian balita terjadi pada usia bayi baru lahir
(di bawah satu bulan). Menurut (The World Health Report2005 dalam
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
26/41
26
Roesli 2008), angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per
1.000 kelahiran hidup. Jika angka kelahiran hidup di Indonesia sekitar
5 juta per tahun dan angka kematian bayi adalah 20 per 1.000 kelahiran
hidup, berarti sama halnya dengan:
a. Setiap hari, 246 bayi meninggalb. Setiap satu jam, 10 bayi Indonesia meninggal. Jadi, setiap enam
menit, satu bayi Indonesia meninggal.
Menurut The World Report 2005, angka kematian balita
Indonesia adalah 40 per 1.000 kelahiran hidup. Hal ini berarti :
a. Setiap hari, 430 balita meninggal.b. Setiap jam, 24 balita meinggal. Setiap 2 menit, satu balita
Indonesia meninggal.
Berdasarkan penelitian (WHO, 2000 dalam Roesli 2008) di
enam negara berkembang, risiko kematian bayi antara usia 9-12 bulan
meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia di
bawah dua bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 48%.
I.
Manfaat ASI untuk bayi
1. Sebagai antibodi yang dapat mencegah masuknya bakteri dalamtubuh bayi.
2. Sebagai sumber lemak yang dapat mencukupi kebutuhan kalori bayi.3. Sebagai sumber karbohidrat (laktosa).
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
27/41
27
4. Dalam ASI terdapat protein yang sangat berguna untuk bayi karenadalam protein terdapat sistin yang diperlukan untuk pertumbuhan
somatik, dan terdapat juga taurin yang berfungsi untuk pertumbuhan
otak.
5. ASI mengandung vitamin yang cukup untuk bayi. Vitamin K yangberfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah,vitamin E
paling banyak terdapat dalam kolostrum dan juga vitamin D.
6. Mengandung zat protektif yang dapat mencegah bakteri ke dalamtubuh bayi sehingga bayi akan jarang sakit, seperti laktobasilus
bifidus, laktoferin, lisozim, komplemen C3 dan C4, faktor
antistreptokokus, antibodi.
7. Tidak menimbulkan alergi.8. Menyebabkan pertumbuhan baik (Suradi, 2004)
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
28/41
28
J. Kerangka Teori
Gambar 2.1 kerangka teori
Sumber: Notoatmodjo, S 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan
pendidikan
sosial budaya
pengalaman
informasi
Inisiasi Menyusu
Dini
pengetahuan
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
29/41
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Dan Rancangan PenelitianBerdasarkan permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai, metode
penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang
mendeskripsikan pengetahuan ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di
wilayah kerja Puskesmas Bawang, Kabupaten Batang.
B. Tempat dan Waktu PenelitianTempat penelitian yaitu di Puskesmas Bawang, Kabupaten Batang. Penelitian
dilakukan pada bulan juni 2010-juli 2010.
C. Populasi dan Sampel Penelitian1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil di wilayah kerja
puskesmas bawang kabupaten batang yang bejumlah 176 ibu hamil.
2.
Sampel dan teknik sampling
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah 35 orang. Hal ini
sesuai dengan rumus Notoatmodjo (2005), yaitu :
29
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
30/41
30
n = N
1 + N (d2
)
n = 176
1 + 176(0.12)
n = 34,9
keterangan
N = Besar Populasi
n = Besar Sampel
d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan 0.1
D. Variabel dan Definisi Operasional
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu tingkat
pengetahuan ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini.
Tabel 4.1
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil
ukur
Skala
1 Tingkat
pengetahuan
tentang
inisiasimenyusu
dini
Kemampuan
responden dalam
menjawab semua
pertanyaan tentangpengetahuan
inisiasi menyusu
dini yang meliputi
keuntungan IMD
untuk bayi
maupun ibu, tata
laksana inisiasi
menyusui dini,
pentingnya kontak
kulit dan menyusu
dini.
Kuesioner Angket 1.Baik
2.Cukup
3.Kurang
Ordinal
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
31/41
31
E. Prosedur penelitian
1. Tahap persiapanDalam pengumpulan data, peneliti melakukan tahap tahap sebagai
berikut :
a. Studi dokumentasi, studi pustaka, penyusunan proposal, dandilanjutkan dengan ujian proposal.
b. Mengurus perizinan melakukan penelitian dari Ketua Program StudiKebidanan FIKKES Universitas Muhammadiyah Semarang.
c. Kemudian mengajukan permohonan izin ke Kesbang Pol linmas Batang. Setelah itu peneliti ke DKK kota Batang untuk meminta ijin
penelitian ke Puskesmas Bawang, Kabupaten Batang untuk
menentukan populasi dan sampel yang termasuk kriteria inklusi dan
eklusi dalam penelitian.
2. Tahap Pelaksanaana. Setelah mendapatkan responden yang termasuk kriteria inklusi dan
eklusi, kemudian sampel dimintai persetujuan (inform consent)
sebagai sampel penelitian dan menjelaskan tujuan penelitian kepada
responden.
b. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juni- Juli 2010 kepadaresponden.
c. Memberikan kuesioner kepada sampel untuk diisi (ibu hamil yangdatang saat dilakukan pengambilan data) yang memenuhi kriteria
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
32/41
32
inklusi, serta peneliti membantu pengisian kuesioner dengan cara
wawancara (interview).
d. Data hasil penelitian dikumpulkan, kemudian dilakukan pengecekan.e. Data yang telah dicek tersebut, kemudian diolah dengan program
komputer.
f. Pada tahap akhir dilakukan pembuatan laporan hasil penelitian.Kuesioner yang diberikan responden menekankan masalah etika yang
meliputi:
a. Lembar Persetujuan Penelitian (Informed consent)
Sebelum kuesioner dibagikan kepada responden, terlebih dahulu
peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta dampak
responden selama pengumpulan data. Ibu hamil yang bersedia
menjadi responden diminta untuk menandatangani lembar
persetujuan dan mengikuti penelitian lebih lanjut. Sedangkan mereka
yang tidak bersedia menjadi responden peneliti tidak memaksa dan
tetap menghormati haknya.
b. Anomity (Tanpa Nama)Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, responden tidak
diharuskan untuk mencantumkan nama pada lembar kuesioner atau
nama dicantunkan dalam inisial huruf. Kemudian lembar tersebut
hanya diberi nomor kode tertentu.
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
33/41
33
c. Confidentiality (Kerahasiaan)Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang diberikan oleh
responden (Nursalam, 2003).
F. Metode Pengumpulan Data
1. Teknik pengumpulan dataDalam penelitian ini, sumber data yang diperoleh berasal dari :
a.Data Primer :Data primer diperoleh dari wawancara berdasarkan pertanyaan yang
ada dalam kuesioner, yaitu identitas ibu, pendidikan, pekerjaan, umur,
dan pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini.
b.Data sekunder :Data sekunder diperoleh dari instansi, yaitu dari distribusi ibu hamil
diwilayah kerja puskesmas bawang, kabupaten batang.
2. Uji validitas dan uji reliabilitasSebelum kuesioner diberikan kepada responden dilakukan pengujian
terlebih dahulu sehingga diketahui validitas atau reliabilitas yaitu dengan
cara mengujicobakan instrumen kepada responden di luar sampel
penelitian agar diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati
normal (Notoadmodjo, 2002).
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
34/41
34
a. Uji ValiditasPada penelitian ini digunakan uji validitas dengan analisis butir yaitu
skor yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor
total. Skor butir dipandang sebagai nilai X dan skor total dipandang
sebagai nilai Y (Arikunto, 2006).
Selanjutnya dihitung dengan menggunakan rumus korelasi person
product moment.
2222)()(
))((
yyNxxN
yxxyNrxy
Keterangan :
r = Koefisien korelasi
x = Skor objek pada item nomor 1
y = Skor total subyek
xy = Skor pertanyaan nomor 1 dikalikan total skor
N = Banyaknya subyek
Setelah diperoleh harga rxy maka hasilnya dikonsultasikan dengan
harga kritik r product moment, jika harga rxy lebih besar atau sama
dengan r tabel maka dapat dikatakan butir soal tersebut valid.
b. Uji Riabilitas [
]
Keterangan :
: Koefisien reliabilitas yang dicari
K : jumlah butir pertanyaan
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
35/41
35
Gi2
: Variabel butir-butir pertanyaan
GT2
: Variabel skor total test
Untuk mengetahui reliabilitas dengan cara membandingkan nilai tabel
hasil. Bila alpha hitung > alpha tabel, pertanyaan tersebut reliabel.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel pengetahuan
adalah kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari sejumlah
pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden.
H. Analisis Data
1. Cara pengolahan dataPengolahan data dalam penelitian menggunakan teknik statistik yaitu
pengolahan data yang menggunakan analisis statistik dengan bantuan alat
komputer (Notoatmodjo, 2003). Pengolahan data dilakukan melalui
kegiatan sebagai berikut :
a. Editing (pengeditan)Editing bertujuan untuk mengoreksi data, yang meliputi kelengkapan
pengisian atau jawaban yang tidak jelas. Editing dilaksanakan di
lapangan agar bila terjadi kesalahan atau kekurangan data dapat
segera dilakukan perbaikan.
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
36/41
36
b. Skoring (penilaian)Skoring dilakukan dengan memberikan skor pada jawaban benar
yang telah dilakukan pengeditan. Skoring diberikan apabila jawaban:
benar < 12 dikategorikan kurang, 12-15 dikategorikan cukup, >15
dikategorikan baik. Pengetahuan terdiri dari 25 pertanyaan yang
terdiri dari 7 pertanyaan tentang pengertian dan pentingnya IMD, 5
pertanyaan tentang manfaat IMD dan 7 pertanyaan tentang
tatalaksana IMD, 3 pertanyaan tentang penghambat IMD. Masing-
masing pertanyaan bila jawaban benar diberi nilai 1, jika jawaban
salah diberi nilai 0.
Pengetahuan dikategorikan menurut Khomsan (2000) skoring
sebagai berikut:
1) Kurang, jika skor 80% jawaban benar
c. Coding (pengkodean)Setiap sebutan dari jawaban responden akan diberikan kode sebelum
data dimasukan ke komputer untuk dilakukan pengolahan lebih
lanjut. Coding dilakukan dengan cara menandai masing-masing
jawaban dengan kode angka, kemudian dimasukkan dalam lembaran
kertas kerja guna memudahkan dalam pembacaannya.
Adapun cara untuk memberikan kode pada setiap variabel adalah
sebagai berikut:
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
37/41
37
No Pengetahuan Kode
1. Baik
CukupKurang
1
23
No Tingkat pendidikan Ibu Kode
1. Tidak Sekolah 1
2. Sekolah :
SD
SMP
SMA
Perguruan tinggi
2
3
4
5
No Umur Kode
1.
2.
3.
30
1
2
3
d. Tabulasi dataAdalah memasukkan dan menyusun data ke dalam tabel sehingga
sifat beda akan tampak dan analisa data selanjutnya mudah
dilakukan.
2. Analisis DataData yang diperoleh pada penelitian ini adalah data ordinal yang dihitung
prosentasenya dengan menggunakan analisa univariat.
Analisa ini untuk menjelaskan/mendeskripsikan angka/nilai jumlah variabel
dengan ukuran/presentasi. Dengan perhitungan rumus penentuan besarnya
prosentase sebagai berikut (Budiarto, 2002).
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
38/41
38
x 100%
Dimana : x = Hasil prosentase
f = frekwensi hasil pencapaian
n = total seluruh observasi
Kemudian hasil dari besar prosentase ini dimasukan dalam tabel
distribusi frekuensi
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
39/41
39
DAFTAR PUSTAKA
American College., (2007). Obstetrics And Gynekologi, Academy Breastfeeding
Medicine : Mayfield Publishing Company.
Arikunto. S., 2006. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Reneka Cipta.
Depkes., (2003). Pedoman Pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional. Jakarta :
Depkes RI.
Dinas Kesehatan Kabupaten Batang., 2009. Rekapitulasi Data IMD. Batang
Hector., 2005. Faktor faktor yang mempengaruhi IMD. Jurnal Kesehatan (The
Journal of Health).
Hendra., 2008. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan. Available :
http : //www.blogspot kti.com, dikutip pada tanggal 21 April 2010.
Khayan., 1997. Pengertian Intelegensi. Available : http : //www.blogspot
kti.com, dikutip pada tanggal 21 April 2010.
Kresnawan., (2007). Pelatihan APN Bahan Tambahan Inisiasi Menyusu
Dini.Jakarta : JNPK-KR.
Khomsan, Ali., 2000. Tehnik Pengukuran Pengetahuan Gizi IPB, Bogor.
Majid. O., 2007.Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta :
JNPK-KR.
Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S., 2005.Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
40/41
40
Notoatmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku : PT. Rineka
Cipta.
Nursalam., 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian. Jakarta :
Salemba Medika.
Puskesmas Bawang., 2009.Rekapitulasi Data Ibu Hamil. Batang
Roesli, U., 2000. ASI Eksklusif. Jakarta : Pustaka Bunda
Roesli, U., 2008.IMD Plus ASI Eksklusif. Jakarta : Puspa Bunda
Sjafani., 2008. Pentingnya Kontak Kulit dan Menyusu Dini. Available : http :
//www.kuliah bidan.com, dikutip pada tanggal 25 maret 2010.
Soegiarto, B., 2008.Hanya 3.7%, Bayi di Indonesia Yang Mendapat IMD. Jurnal
Kesehatan (The Jurnal of Health)
Soetjingsih., (2007). Tumbuh Kembang Anak, Editor IGN. Ranuh. Gde, Jakarta.
Suari, N., (2008). Inisiasi Menyusu Dini, Apa manfaatnya, (online) Available :
http ://www. Balipost. Co. Id/balipostcetak/2008/01/13.html.
Sugiyono., 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Suradi., Rulina., 2004. Manajemen Laktasi. Jakarta : Perinasia ( Perkumpulan
Perinatologi Indonesia).
Syarifah., 2008. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini. Available : http :
//www.kuliah bidan.com, dikutip pada tanggal16 maret 2010.
WHO., 2007. Survei Demografi Kesehatan Indonesia. Available : http :
//www.gizi.net, dikutip pada tanggal 22 mei 2010.
-
8/3/2019 Bab i,II,III Terbaru
41/41
41
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG INISIASI MENYUSU DINI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAWANG KABUPATEN BATANG
Proposal Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan ( AM. Keb )
DIYAH WIDYASTUTI
GOE.007.023
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SEMARANG