Lilik Fitrianis, 2015 PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Lokasi dan Subyek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian itu dilaksanakan.
Menurut Nasution (2010: 49) mengemukakan “Lokasi penelitian menunjukan
pada pengertian tempat atau lokasi sosial penelitian yang dicirikan oleh adanya
tiga unsur yaitu, pelaku, tempat dan kegiatan yang dapat diobservasi.” Lokasi
dalam penelitian ini adalah SMK Negeri 1 Bandung, yang beralamat di Jl.
Wastukancana No. 3 Tlp (022) 4204514/Fax (022) 4209105 Bandung 40117.
Dalam penelitian ini, penulis memilih tempat di SMK Negeri 1 Bandung dengan
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
a. Berdasarkan hasil observasi awal diperoleh informasi bahwa kelas XI PS-2
SMK Negeri 1 Bandung memiliki masalah dalam hal rendahnya motivasi siswa
dalam proses pembelajaran PKn.
b. Adanya keterbukaan dari pihak sekolah, terutama guru mata pelajaran PKn
terhadap penelitian yang akan dilaksanakan.
c. Peneliti pernah melakukan Program Pengembangan Lapangan (PPL) di SMK
Negeri 1 Bandung. Sehingga mempermudah peneliti dalam melakukan
penelitian.
d. Lokasi SMK Negeri 1 Bandung yang strategis, sehingga memudahkan peneliti
untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut.
2. Subjek Penelitian
Nasution (2010: 32) mengemukakan bahwa “Subjek penelitian adalah
sumber penelitian yang dapat memberikan informasi, dipilih secara purposif dan
bertalian dengan purfose atau tujuan tertentu.” Jadi, dalam penelitian kualitatif
74
Lilik Fitrianis, 2015 PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
subjek penelitiannya adalah pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian atau
sumber yang dapat memberikan informasi yang dipilih sesuai dengan tujuannya.
Berdasarkan uraian di atas yang menjadi subyek dalam penelitian adalah:
a. Guru mata pelajaran PKn kelas XI PS-2 di SMK Negeri 1 Bandung tahun
ajaran 2014/2015. Hal ini didasarkan bahwa guru sebagai pihak yang dapat
memberikan informasi berkenaan dengan model cooperative learning tipe
numbered heads together untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
b. Siswa-siswi kelas XI PS-2 di SMK Negeri 1 Bandung, dengan jumlah
keseluruhan siswa sebanyak 36 orang, yang terdiri atas 34 siswa perempuan
dan 2 siswa laki-laki. Dipilihnya kelas ini sebagai subyek penelitian karena
kelas ini memiliki masalah dengan rendahnya motivasi belajar siswa dalam
pembelajaran PKn.
C. Pendekatan dan Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Secara metodologis, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif, pemilihan pendekatan dalam penelitian sangat
penting untuk mengarahkan peneliti demi mencapai tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian. Adapun pendekatan kualitatif menurut Sugiyono (2011: 9)
bahwa:
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
daripada generalisasi.
Sedangkan menurut Creswell (2010: 4-5) menyatakan bahwa:
Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan
memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang
dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian
kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan
75
Lilik Fitrianis, 2015 PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang
spesifik dari para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari
tema-tema yang khusus ketema-tema yang umum, dan menafsirkan makna
data. Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki struktur atau kerangka
yang fleksibel. Siapapun yang terlibat dalam bentuk penelitian ini harus
menerapkan cara pandang penelitian yang bergaya induktif, berfokus
terhadap makna individual dan menerjemahkan kompleksitas suatu
persoalan.
Berdasarkan pengertian di atas, penelitian dengan pendekatan kualitatif
merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
dan digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti
adalah sebagai instrumen kunci.
Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada dua
alasan. Pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini membutuhkan
sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual. Kedua pemilihan
pendekatan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dengan sejumlah
data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat dipisahkan dari latar
alamiahnya.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut
terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan
dan kegunanaan (Sugiyono, 2011: 2).
Mengingat bentuk dari penelitian yang dilaksanakan adalah suatu kajian
reflektif, dalam rangka mengatasi masalah pembelajaran berupa rendahnya
motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran PKn di kelas XI PS-2 SMK
Negeri 1 Bandung, maka metode yang tepat untuk digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian tindakan kelas (classroom action research).
Penggunaan pendekatan kualitatif dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
diperkuat oleh Rochiati dalam Kunandar (2012: 46) mengatakan bahwa:
76
Lilik Fitrianis, 2015 PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian kualitatif meskipun data
yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif, dimana uraiannya bersifat
deskriptif dalam bentuk kata-kata, peneliti merupakan instrumen pertama
dalam pengumpulan data, proses sama pentingnya dengan produk.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka penulis menggunakan pendekatan
kualitatif dengan menggunakan metode PTK. Metode PTK ini merupakan suatu
aksi, kaji tindakan dan riset tindakan yang dilakukan di kelas. Metode ini
bertujuan untuk melakukan perbaikan, peningkatan dan perubahan ke arah yang
lebih baik sebagai upaya pemecahan masalah. Siklus dalam PTK diawali dengan
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Sukardi (2004: 104) adalah
“Penelitian tindakan sebagai suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif
partisipasif, kolaboratif dan spiral, yang memiliki tujuan untuk melakukan
perbaikan sistem, metode kerja, proses, isi, kompetensi dan situasi.”
a. Prosedur dalam penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Pendapat lain mengenai PTK dikemukakan pula oleh Arikunto (2012: 3)
yang mengungkapkan bahwa “PTK merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas secara bersama.” Arikunto (2012: 16) membagi kedalam
empat tahapan lazim yang harus dilalui dalam model PTK, yaitu “Perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.” Keempat tahapan itu dapat digambarkan
sebagai berikut:
Refleksi Pelaksanaan SIKLUS I
Pengamatan
Refleksi SIKLUS II
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
77
Lilik Fitrianis, 2015 PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas
Sumber: Arikunto (2012: 16)
1) Menyusun Rancangan Tindakan (Planning)
Pada tahap pertama peneliti menyusun perencanaan tindakan dalam
pembelajaran yang dilakukan berdasarkan studi pendahuluan. Hasil studi
pendahuluan diketahui bahwa motivasi siswa dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) sangat kurang. Oleh karena itu, peneliti membuat
perencanaan yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Penerapan model
cooperative learning tipe numbered heads together yang dapat menumbuhkan
motivasi belajar siswa. Pada perencanaan tindakan ini, peneliti melakukan kerja
sama dengan guru di sekolah yang menjadi tempat penelitian. Hal ini dilakukan
agar penelitian dapat dilakukan dengan teliti.
2) Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Tahap kedua adalah tahap pelaksanaan, dalam tahap ini peneliti bekerja
sama dengan guru. Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh peneliti, peneliti
melakukan tindakan berupa penerapan model cooperative learning tipe numbered
heads together dalam proses pembelajaran. Sedangkan guru mitra bertugas
sebagai observer.
3) Pengamatan (Observing)
Tahap ketiga adalah tahap pengamatan dimana dalam tahap ini yang
bertugas mengamati jalannya pembelajaran dengan menggunakan model
cooperative learning tipe numbered heads together adalah guru mitra saat peneliti
sedang melakukan tindakan. Hal ini dilakukan agar guru mitra dan peneliti dapat
menjalankan tindakan dan pengamatan sebaik mungkin dan mendapatkan hasil
yang akurat.
?
78
Lilik Fitrianis, 2015 PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4) Refleksi (Reflecting)
Tahap berikutnya adalah tahap refleksi yang merupakan kegiatan untuk
mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini
dilakukan setelah melakukan tindakan, guru dan peneliti mendiskusikan
implementasi hasil dari rancangan tindakan. Kemudian mendiskusikan rencana
untuk mengulang kembali tahapan-tahapan agar menghasilkan hasil yang
diinginkan.
Keempat tahapan dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk
membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kemudian
kembali kelangkah sebelumnya. Jadi, dalam satu siklus terdapat empat tahapan
tersebut.
Penelitian tindakan kelas oleh guru merupakan kegiatan reflektif dalam
berpikir dan bertindak dari guru. Dewey dalam Wiriaatmadja (2008: 12)
mengartikan berpikir reflektif yaitu:
Berfikir reflektif dalam pengalaman pendidikan sebagai selalu aktif, ulet
dan selalu mempertimbangkan segala bentuk pengetahuan yang akan
diajarkan berdasarkan keyakinan adanya alasan-alasan yang mendukung
dan memikirkan kesimpulan dan akibat-akibatnya kemana pengetahuan itu
akan membawa peserta didik.
Tindakan reflektif ini penting dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas karena guru harus banyak melakukan pengambilan kesimpulan,
dan untuk mencapai kesimpulan yang benar itu, ia perlu bereksperimen dan
melakukan tes, dan eksperimen tersebut dapat dilakukan oleh seorang guru salah
satu caranya dengan melakukan penelitian tindakan kelas.
D. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi salah penafsiran dan untuk memperoleh kesatuan arti
dan pengertian dari judul penelitian ini, penulis memberikan penjelasan mengenai
istilah-istilah yang digunakan.
1. Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT)
79
Lilik Fitrianis, 2015 PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Cooperative learning (pembelajaran kooperatif) adalah konsep yang lebih
luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih
dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran
kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas
dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang
dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud
(Suprijono, 2013: 54-55).
Selanjutnya Bern dan Ericks dalam Komalasari (2010: 62) mengemukakan
bahwa ‘Cooperative learning merupakan strategi pembelajaran yang
mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil dimana
siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran.’
Salah satu tipe dari cooperative learning yaitu numbered heads together,
model ini dikembangkan oleh Spencer (1992). Numbered heads together adalah
medel pembelajaran dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu
kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa (Komalasari,
2010: 62).
Langkah-langkah dalam model Numbered heads together Komalasari
(2010: 62-63) adalah sebagai berikut:
a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat
nomor.
b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya.
c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap
anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya.
d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil
melaporkan hasil kerja sama mereka.
e. Tanggapan dari teman lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
f. Kesimpulan.
Sebelum menerapkan model cooperative learning tipe numbered heads
together terhadap siswa, guru harus memahami model tersebut terlebih dahulu.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam penerapan model tersebut, maka
80
Lilik Fitrianis, 2015 PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
langkah-langkah numbered heads together harus mampu dilaksanakan dengan
baik dan benar.
2. Motivasi Belajar
Menurut Mc. Donald (dalam Hamalik, 2009: 158) mengatakan bahwa
‘Motivation is an energy change within the person characterized by affective
arousal and anticipatory goal reaction.’ Motivasi adalah suatu perubahan energi
dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan
reaksi untuk mencapai tujuan.
Jadi adanya motivasi dalam belajar dianggap penting dalam upaya
pembelajaran dilihat dari segi fungsi dan nilainya atau manfaatnya karena dengan
adanya motivasi berarti tidak menutup kemungkinan adanya peningkatan prestasi
belajar yang secara tidak langsung akan menciptakan keberhasilan belajar.
3. Siswa atau Peserta Didik
Siswa atau peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada
jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu (UU No. 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada bab I ketentuan umum, pasal 1 dan ayat ).
4. Pembelajaran
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tetang Sistem Pendidikan Nasional pada
ketentuan umum bab I pasal 1 ayat 20 menjelaskan bahwa: “Pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.”
Menurut Kimble dan Garmezy (dalam Thobroni dan Mustofa, 2013: 18),
mengartikan bahwa ‘Pembelajaran adalah sesuatu perubahan perilaku yang relatif
tetap dan merupakan hasil praktik yang diulang-ulang. Pembelajaran memiliki
makna bahwa subjek belajar harus dibelajarkan bukan diajarkan.’
81
Lilik Fitrianis, 2015 PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jadi dalam pembelajaran siswa sebagai subjek ajar dituntut untuk aktif
mencari, menemukan, menganalisis, merumuskan, memecahkan masalah dan
menyimpulkan suatu masalah.
5. Pendidikan Kewarganegaraan.
Mata pelajaran PKn adalah mata pelajaran yang mendidik siswanya untuk
memiliki pengetahuan mengenai tata cara bernegara yang baik, mata pelajaran
PKn juga merupakan mata pelajaran wajib yang terdapat dalam kurikulum.
PKn merupakan mata pelajaran yang wajib diajarkan kepada seluruh
satuan pendidikan dalam proses pembelajaran di sekolah. Mulai dari pendidikan
dasar, menengah dan perguruan tinggi sekalipun wajib memuat mata pelajaran
PKn.
Sedangkan menurut Syaifullah dan Wuryan (2009: 9) PKn dirumuskan
sebagai berikut:
Pendidikan kewarganegaraan merupakan sarana untuk membekali peserta
didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan
hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan
bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa
dan negara.
Jadi, melalui PKn warga negara akan paham dan mengerti hubungan
antara warga negara dengan negara, dan melalui pendidikan kewarganegaraan
juga warga negara akan mencintai tanah airnya sehingga dapat diandalkan oleh
bangsa dan negara dalam urusan bela negara.
E. Prosedur Penelitian
Untuk memudahkan proses penelitian, maka terdapat beberapa tahap
dalam penelitian yang disusun secara sistematis, tahap tersebut antara lain:
1. Tahap Persiapan Penelitian
Tahap-tahap penelitian yang akan dilaksanakan harus memiliki arah dan
tujuan yang jelas, maka sebelum mengadakan penelitian terlebih dahulu harus
mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Tahap persiapan
82
Lilik Fitrianis, 2015 PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penelitian diawali dengan melakukan pengamatan awal terhadap sekolah yang
dijadikan obyek penelitian, yaitu SMK Negeri 1 Bandung, sebelum melakukan
kegiatan pra penelitian guna memperoleh informasi dari guru PKn di sekolah
tersebut untuk menggali mengenai permasalahan dalam proses pembelajaran PKn
dan untuk menentukan fokus kajian dalam penelitan. Selanjutnya peneliti
mengajukan judul dan proposal skripsi sesuai dengan apa yang akan diteliti.
2. Tahap Perizinan Penelitian
Tahapan perizinan ditempuh untuk melaksanakan prosedur yang
semestinya harus dilewati dalam proses penelitian, perizinan juga diupayakan
kepada instansi terkait untuk memudahkan peneliti dalam melaksanakan proses
penelitian. Adapun prosedur yang ditempuh peneliti adalah sebagai berikut:
a. Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada rektor UPI Bandung
melalui jurusan PKn, ditandatangani oleh ketua Jurusan PKn, selanjutnya
diteruskan kepada Dekan FPIPS melalui Pembantu Dekan I untuk
mendapatkan surat rekomendasi.
b. Mengajukan surat izin penelitian ke SUBAG MAWA Fakultas Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial dengan melampirkan photocopy proposal skripsi yang
telah disahkan oleh kedua pembimbing, tanda bukti pembayaran SPP dan
photocopy KTM (Kartu Tanda Mahasiswa).
c. Pembantu Dekan I FPIPS mengeluarkan surat rekomendasi permohonan izin
penelitian untuk disampaikan kepada rektor UPI melalui Pembantu Rektor
Bidang Akademik dan Hubungan Internasional.
d. Rektor UPI melalui Pembantu Rektor Bidang Akademik dan Hubungan
Internasional mengeluarkan surat permohonan izin mengadakan penelitian
sebagai pengantar kepada sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian, yaitu
SMK Negeri 1 Bandung.
83
Lilik Fitrianis, 2015 PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
e. Setelah mendapatkan izin kemudian peneliti melakukan penelitian di tempat
yang telah ditentukan, yaitu SMK Negeri 1 Bandung.
3. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini merupakan inti dari penelitian yang dilakukan, dimana peneliti
mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah disusun untuk
memecahkan fokus masalah. Penelitian ini berupa penelitian kualitatif dengan
metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pelaksanaan penelitian ini berdasarkan
langkah-langkah PTK yang terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi yang dilaksanakan pada kelas XI PS-2
siswa SMK Negeri 1 Bandung. Penelitian ini terdiri dari tiga siklus, yang setiap
siklusnya direncanakan dengan matang untuk mendapatkan hasil yang optimal
sesuai dengan apa yang direncanakan dan diharapkan. PTK ini merupakan upaya
perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar terhadap siswa
kelas XI PS-2.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam suatu penelitian merupakan bagian yang
sangat penting. Beberapa teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada
penelitian ini, yaitu pengamatan atau observasi, wawancara, studi kepustakaan,
catatan lapangan dan studi dokumentasi.
1. Pengamatan atau Observasi
Metode pengamatan merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang
mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan
dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan
dan perasaan (Patilima, 2011: 63).
Sugiyono (2011: 145) mengemukakan bahwa “Teknik pengumpulan data
dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia,
proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu
besar.”
84
Lilik Fitrianis, 2015 PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan pendapat yang dikemukkan oleh Sugiyono, observasi
digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja dan
bila responden diamati tidak terlalu besar. Sejalan dengan penelitian yang
dilaksanakan di kelas XI PS-2, dimana berkaitan dengan perilaku manusia
tepatnya motivasi siswa dalam belajar, dan responden juga tidak terlalu besar
karena jumlah siswa hanya 36 orang.
Sedangkan menurut Creswell (2010: 267) mengartikan bahwa pengamatan
atau observasi kualitatif sebagai berikut:
Observasi kualitatif merupakan obeservasi yang di dalamnya peneliti
lansung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas
individu-individu di lokasi penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti
merekam atau mencatat baik dengan cara terstruktur maupun semistruktur
(misalnya, ingin diketahui oleh peneliti), aktivitas-aktivitas dalam lokasi
penenelitian. Para peneliti kualitatif juga dapat terlibat dalam peran-peran
yang beragam, mulai dari sebagai non-pastisipan hingga partisipan utuh.
Jadi dapat disimpulkan, bahwa pengamatan atau observasi sangat penting
dalam penelitian kualitatif. Peneliti harus turun lansung ke lapangan untuk
mengamati perilaku dan aktivitas responden yang akan diteliti, dalam pengamatan
atau observasi peneliti bisa melakukan berbagai cara dalam mendapatkan data,
bisa dengan cara direkam atau dicatat.
Observasi dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi sebagai alat
pengumpul data. Lembar observasi dibutuhkan untuk mengumpulkan data
mengenai unjuk kerja guru dan aktivitas siswa selama pengembangan tindakan
dalam proses pembelajaran PKn melalui model pembelajaran cooperative
learning tipe numbered heads together. Lembaran pada format observasi aktivitas
guru dan siswa dilakukan dengan cara penskoran data, dan deskripsi dari skor
tersebut, yaitu:
Rata-rata 1- 4 yaitu:
4 = Sangat Baik 3,01 - 4,00 = Sangat Baik
3 = Baik 2,01 - 3,00 = Baik
2 = Cukup 1,01 - 2,00 = Cukup
1 = Kurang 0,00 - 1,00 = Kurang
85
Lilik Fitrianis, 2015 PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(Kunandar, 2012: 299)
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui dua aktivitas dalam
kegiatan pembelajaran dengan lebih efektif, lembar observasi tersebut terdiri dari
aktivitas siswa dan aktivitas guru, dengan menghitung persentasenya sebagai
berikut:
Persentase aktivitas guru =𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑆𝑘𝑜𝑟
𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠𝑥 100%
Persentase aktivitas siswa = 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑆𝑘𝑜𝑟
𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠𝑥 100%
2. Wawancara (Interview)
Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif salah satunya adalah
dengan wawancara (interview). Sugiyono (2011: 137) mengungkapkan bahwa:
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.
Dalam menemukan permasalahan yang harus diteliti, peneliti bisa
melakukan teknik pengumpulan data dengan cara wawancara atau interview.
Jumlah responden dengan teknik wawancara ini harus sedikit/kecil, sejalan
dengan penelitian yang akan dilakukan di XI PS-2 karena jumlah siswanya
sedikit. Teknik wawancara dipilih supaya informasi yang didapatkan dari
responden lebih mendalam.
Menurut Patilima (2011: 68), menegaskan lagi bahwa:
Metode wawancara kualitatif merupakan salah satu teknik untuk
mengumpulkan data dan informasi. Penggunaan metode ini didasarkan
pada dua alasan, pertama, dengan wawancara, peneliti dapat menggali
tidak saja apa yang diketahui dan dialami subjek yang diteliti, akan tetapi
apa yang tersembunyi jauh di dalam diri subjek penelitian. Kedua, apa
yang ditanyakan kepada informan bisa mencakup hal-hal yang bersifat
lintas waktu, yang berkaitan dengan masa lampau, masa sekarang, dan
juga masa mendatang.
86
Lilik Fitrianis, 2015 PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Melalui teknik wawancara peneliti bisa mengetahui apa yang tersembunyi
jauh di dalam diri subjek yang diteliti. Teknik wawancara sangat bagus digunakan
untuk mendapatkan data yang akurat dari responden, dan bisa bersifat lintas
waktu, masa lalu, masa sekarang maupun masa depan.
Sedangkan Adimiharja (2008: 67) “Wawancara (interview) adalah
pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara lansung oleh
pewawancara (pengumpul data) kepada responden, dan jawaban-jawaban
responden dicatat atau direkam denga alat perekam (tape recorder).”
Berdasarkan pemaparan di atas, wawancara berguna untuk menggali
informasi sebanyak-banyaknya dari pihak yang diwawancara untuk melengkapi
data yang dibutuhkan dalam penelitian. Dalam hal penelitian ini yang menjadi
subjek penelitian untuk diwawancarai, yaitu guru PKn yang dijadikan objek
peneliti dan beberapa orang siswa yang informasinya dibutuhkan untuk
mendukung penelitian ini.
3. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan
mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah, liflet yang berkenaan dengan
masalah dan tujuan penelitian (Danial dan Wasriah, 2009: 80). Studi kepustakaan
sangat penting untuk dilakukan dalam penelitian guna memperoleh dan menggali
informasi sebanyak-banyaknya suatu teori yang berhubungan dengan penelitian
yang dilakukan agar selanjutnya dapat dibandingkan oleh peneliti antara teori
yang ditemukan dalam kepustakaan dengan hal yang terjadi sebenarnya di
lapangan.
4. Catatan Lapangan
Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2010: 209) ‘Catatan
lapangan merupakan catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami
dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam
penelitian kualitatif.’ Catatan itu berupa coretan seperlunya yang sangat
87
Lilik Fitrianis, 2015 PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dipersingkat, berisi kata-kata kunci, frasa, pokok-pokok isi pembicaraan atau
pengamatan ketika sedang melakukan penelitian. Catatan itu berguna hanya
sebagai alat perantara yaitu antara apa yang dilihat, didengar, dirasakan, diraba,
dengan catatan sebenarnya dalam bentuk catatan lapangan. Catatan itu baru
diubah ke dalam catatan yang lengkap dan dinamakan catatan lapangan setelah
peneliti tiba di rumah. Proses itu dilakukan setiap kali selesai mengadakan
pengamatan atau wawancara, dan disusun sesuai dengan kebutuhan dalam
penelitian.
5. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
diperlukan dalam penelitian kualitatif. Dokumentasi ini penting untuk lebih
memperinci dalam proses pengumpulan data. Adimiharja (2008: 70)
mengemukakan, “studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang
tidak lansung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat
berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi.”
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi
dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dalam hal ini Bogdan (dalam
Sugiyono, 2011: 240) menyatakan bahwa ‘In most tradition of qualitative
research, the phrase personal document is used broadly to refer to any first
person narrative produced by an individual which describes his or her own
actions, experience and belief.’
Dalam suatu penelitian, banyak sekali data-data yang harus dikumpulkan
untuk kebutuhan proses penelitian, studi dokumentasi ini memudahkan peneliti
untuk mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan untuk selanjutnya
diolah oleh peneliti dengan lebih rinci.
Studi dokumentasi dilakukan dengan cara pengumpulan, menganalisis
dokumen-dokumen, catatan-catatan yang penting dan berhubungan serta dapat
memberikan data-data untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian.
88
Lilik Fitrianis, 2015 PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berkaitan dengan hal tersebut, Danial dan Warsiah (2009: 79) mengungkapkan
bahwa:
Studi dokumentasi, yaitu mengumpulkan sejumlah dokumen yang
diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian,
seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data
penduduk; grafik, gambar, surat-surat, foto, akte, dan sebagainya.
Teknik ini sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data
karena banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk
menguji, menafsirkan dan bahkan untuk meramalkan. Teknik ini dilakukan
dengan cara melihat, menganalisa data-data yang berupa dokumentasi yang
berkaitan dan menunjang penelitian.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah langkah yang dilakukan untuk menyajikan data dari
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap subjek penelitian.
Analisis data dalam penelitian pun merupakan proses yang sangat penting karena
untuk menentukan data yang telah terkumpul dapat tersaji dengan baik dan
dimengerti oleh banyak orang. Patilima (2011: 92) mengemukakan “Pada analisis
data kualitatif kita mebangun kata-kata dari hasil wawancara atau pengamatan
terhadap data yang dibutuhkan untuk dideskripsikan dan dirangkum.”
Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan memalui tiga
alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data,
penarikan kesimpulan/verifikasi. Analisis data kualitatif merupakan upaya yang
berlanjut, berulang dan terus menerus. Masalah reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan merupakan rangkaian kegiatan analisis yang saling susul
menyusul.
Aktivitas dalam analisis data menurut Sugiyono (2011: 246), yaitu data
reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Langkah-langkah
ananlisis ditunjukan pada gambar berikut:
Data Collection
Data
Reduction Conclusion
Data
Display
89
Lilik Fitrianis, 2015 PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.2 Komponen dalam analisis data (interactive model)
Sumber: Sugiyono (2011: 247)
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Sugiyono (2011: 249) mengartikan reduksi data sebagai berikut “Reduksi
data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan
keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi.” Bagi peneliti yang masih baru,
dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain
yang dipandang ahli.
Data yang sudah terkumpul lalu diseleksi kemudian dirangkum dan
disesuaikan dengan fokus penelitian yang telah ditetapkan. Kemudian data
dikelompokkan berdasarkan kategori tertentu untuk dicari tema dan polanya
berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat.
Untuk memperjelas data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan
observasi, wawancara, studi kepustakaan, catatan lapangan dan studi dokumentasi
yang ditujukan kepada guru dan siswa yang aktif mengikuti kegiatan
pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, reduksi data bertujuan untuk
mempermudah pemahaman terhadap data yang telah terkumpul dari hasil catatan
lapangan dengan cara merangkum, mengklasifikasikan sesuai masalah dan aspek-
aspek permasalahan yang dapat diteliti.
2. Data Display (Penyajian Data)
90
Lilik Fitrianis, 2015 PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Setelah data reduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam
hal ini Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2011: 249) menyatakan ‘The most
frequent form display data for qualitative reseacrh data in the past has been
narrative text. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.’
Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami
apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
difahami tersebut. Karena penyajian data atau data display adalah sekumpulan
informasi yang akan memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh.
Dengan kata lain, menyajikan data secara terperinci dan menyeluruh dengan
mencari pola hubungannya.
Penyajian data merupakan hasil dari wawancara dengan guru dan siswa
yang aktif mengikuti pembelajaran di kelas. Hasil dari observasi lapangan dan
dokumentasi, dari keseluruhan data yang telah didapat tersebut, dipahami satu
persatu, kemudian disatukan dan diinterpretasi sesuai dengan rumusan masalah.
3. Conclusion Drawing/Verification (Kesimpulan)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikkan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan
yang dikemukan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
91
Lilik Fitrianis, 2015 PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sugiyono (2011: 253) menjelaskan conclusion drawing/verification
(kesimpulan) sebagai berikut:
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru
yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap
sehingga setelah diteliti mejadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau
interaktif, hipotesis atau teori.
Jadi melalui penelitian kualitatif suatu obyek yang sebelumnya remang-
remang, setelah dilakukan penelitian akan ada kejelasan tentang obyek tersebut.
Seperti halnya apakah penerapan model cooperative learning tipe numbered
heads together dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam dalam
pembelajaran PKn.
Demikian prosedur pengolahan dan analisis data yang dilakukan penulis
dalam melakukan penelitian ini. Melalui tahap-tahap tersebut penulis memperoleh
data secara lengkap mengenai penerapan model cooperative learning tipe
Numbered Heads Together (NHT) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa
dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMK Negeri 1
Bandung.