Download - Bab iii
![Page 1: Bab iii](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022060115/557c9480d8b42a41498b49b3/html5/thumbnails/1.jpg)
26 STUDIO 3A 2014
“Kedungsepur merupakan
salah satu kawasan strategis di Indonesia yang berperan
sebagai Pusat Kegiatan Nasional dan Pendorong
Perekonomian Jawa
Tengah”
Posisi Kedungsepur
yang berada diantara PKN
Jabodetabek dan
Gerbangkertasu 5 sila,
terletak di sepanjang laut
utara Provinsi Jawa Tengah
serta telah terfasilitasi
dengan pelabuhan
Internasional Kelas II,
memberikan poin lebih terhadap Kedungsepur untuk dikembangkan sebagai kawasan
Industri. Oleh karena itu, diperlukan adanya kerjasama anatar wilayah di Kedungsepur
guna pertumbuhan wilayah yang lebih optimal.
Namun sayangnya, Kedungsepur belum
memanfaatkan potensi besar yang ia miliki secara optimal.
Minimnya integrasi antara wilayah di Kawasan Kedungsepur
terlihat dari disparitas PDRB antara Kota Semarang dengan
Kabupaten lain disekitarnya serta pembangunan ekonomi
antar wilayah yang tidak berimbang. Belum ada suatu
rencana ataupun aturan pembangunan pengembangan yang
melibatkan semua daerah di Kawasan Kedungsepur untuk
mengembangkan kawasan tersebut sehingga memiliki posisi
yang kuat di Indonesia.
Faktanya, Kedungsepur bisa dan mampu untuk
berkembang dan menjadi salah satu pioner industri di
Indonesia khususnya Provinsi Jawa Tengah.
Karena dapat dilihat dari
potensi alam dan sumber
daya manusia, yang
hanya butuh sedikit
polesan untuk
menjadikannya kawasan
industri yang mumpuni di
masa depan.
Potret Kedungsepur
![Page 2: Bab iii](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022060115/557c9480d8b42a41498b49b3/html5/thumbnails/2.jpg)
STUDIO 3A 2014 27
Luas keseluruhan Wilayah Kedungsepur sebesar 5.256,53 km2 atau sekitar 16,25%
dari total keseluruhan luas wilayah Provinsi Jawa Tengah. Batas-batas wilayah Kedungsepur
adalah sebagai berikut :
Utara : Laut Jawa dan
Kab. Jepara.
Timur : Kabupaten Pati,
Blora dan Kudus.
Barat : Kab. Batang.
Selatan : Kab. Sragen,
Boyolali,
Magelang dan
Temanggung.
Luas & Batas Wilayah
![Page 3: Bab iii](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022060115/557c9480d8b42a41498b49b3/html5/thumbnails/3.jpg)
28 STUDIO 3A 2014
Terdapat berbagai cara dalam memantau
perkembangan ekonomi Kedungsepur.
Perkembangan Kedungsepur tersebut dapat dilihat
dari jumlah penduduk berdasarkan mata
pencaharian, kontribusi Kedungsepur tersebut
terhadap Jawa Tengah, Laju Pertumbuhan Ekonomi
dari Kedungsepur sendiri, Nilai LQ dan Shift Share,
dan dari tipologi klassen.
Perkembangan perekonomian di suatu wilayah
secara umum dapat dilihat dari angka PDRB per
tahunnya. Namun, selain dilihat dari angka PDRB,
kondisi perekonomian dapat dilihat juga dari
jumlah penduduk berdasarkan mata
pencahariannya. Berikut jumlah penduduk
berdasarkan mata pencaharian di wilayah
Kedungsepur tahun 2009.
Penduduk Berdasarkan
Mata Pencaharian
0%
Pertanian35%
Pertambangan dan
Galian, Listrik, Gas, dan Air Bersih
1%
Industri15%
Konstruksi7%
Perdagangan22%
Komunikasi5%
Keuangan2%
Jasa13%
PE
RK
EM
BA
NG
AN
E
KO
NO
MI
Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Sumber: Jawa Tengah dalam Angka 2009
Diagram Prosentase Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Kedungsepur tahun 2009
![Page 4: Bab iii](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022060115/557c9480d8b42a41498b49b3/html5/thumbnails/4.jpg)
STUDIO 3A 2014 29
Berdasarkan diagram penduduk menurut mata pencaharian, terlihat bahwa mata
pencaharian penduduk didominasi oleh bidang pertanian. Hal ini sejalan dengan
penggunaan lahan di wilayah Kedungsepur yang didominasi oleh lahan pertanian yaitu
berupa sawah, tegalan, dan hutan. Untuk mata pencaharian di bidang industri justru hanya
menunjukkan prosentase sebesar 15%, lebih rendah di bidang pertanian dan
perdagangan.
Kontribusi Terhadap PDRB Kontribusi PDRB merupakan prosentase besarnya nilai PDRB yang diberikan oleh suatu
wilayah terhadap wilayah lain yang memiliki skala lebih luas (agregat). Analisis agregat
ini dapat menunjukkan pula kondisi perekonomian suatu wilayah dibandingkan dengan
wilayah lain yang setara ataupun lebih tinggi tingkatannya.
Berdasarkan diagram
diatas, terlihat bahwa
masing-masing wilayah
kabupaten dan kota di
Kedungsepur memiliki
kontribusi yang berbeda-
beda dalam sektor
perekonomian terhadap
Provinsi Jawa Tengah.
Secara akumulatif, kontribusi
Kedungsepur terhadap Jawa
Tengah sebesar 20,94%.
Namun, jika dilihat dari
besarnya, kontribusi masing-
masing wilayah tidak jauh
berbeda di dalam lingkup Kedungsepur. Wilayah yang
memiliki kontribusi PDRB terbesar pada tahun 2012
terhadap Provinsi Jawa Tengah adalah Kota Semarang
sebesar 11,47%. Hal ini sesuai dengan kondisi Kota
Semarang sebagai ibukota Jawa Tengah yang memiliki
kegiatan perekonomian tergolong tinggi.
Kemudian, urutan kedua dalam lingkup Kedungsepur
ditempati oleh Kabupaten Kendal dan Kabupaten
Semarang yang memiliki kontrbusi sama sebesar 2,86%.
Berdasarkan besarnya kontribusi terhadap Jawa Tengah
yang ditunjukkan tiap kabupaten dan kota, terlihat bahwa
terjadi perbedaan yang cukup signifikan. Perbedaan yang
cukup signifikan inilah yang memberikan informasi bahwa
peran masing-masing kabupaten/kota di Kedungsepur
dalam perekonomian masih jauh berbeda.
Sumber: BPS Jawa Tengah tahun 2013
11,47%
0,48%
2,86%
2,86%
1,70%
1,57%Kota Semarang
Kota Salatiga
Kabupaten Semarang
Kabupaten Kendal
Kabupaten Grobogan
Kabupaten Demak
Diagram Kontribusi PDRB Wilayah Kedungsepur di Jawa Tengah Tahun
2012
![Page 5: Bab iii](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022060115/557c9480d8b42a41498b49b3/html5/thumbnails/5.jpg)
30 STUDIO 3A 2014
55%
2%
14%
14%
8%7%
Kota Semarang
Kota Salatiga
Kabupaten Semarang
Kabupaten Kendal
Kabupaten Grobogan
Kabupaten Demak
Selanjutnya, setelah membahas kontribusi Kedungsepur
dengan wilayah di dalamnya terhadap Jawa Tengah, perlu
membahas kontribusi masing-masing kabupaten/kota
terhadap Kawasan Kedungsepur. Besar kontribusi PDRB
masing-masing wilayah di Kawasan Kedungsepur
menunjukkan besarnya
potensi wilayah tersebut di
Kawasan Kedungsepur.
Sama halnya dengan kontribusi wilayah dalam
Kedungsepur terhadap Provinsi Jawa Tengah, kontribusi
PDRB terhadap Kedungsepur sendiri juga menunjukkan
bahwa Kota Semarang berkontribusi paling besar, yaitu
55%. Kemudian, urutan kedua ditempati oleh Kabupaten
Kendal dan Kabupaten Semarang sebesar 14%.
Berdasarkan diagram tersebut dapat diperoleh informasi
bahwa perkonomian di Kawasan Kedungsepur didominasi
oleh Kota Semarang. Hal ini
dikarenakan hampir segala
aktivitas, seperti
perekonomian dan
pemerintahan terpusat di
Kota Semarang. Sedangkan
kontribusi kota dan
kabupaten lain tidak terlalu
besar dikarenakan
kabupaten/kota lain hanya
memiliki satu sektor basis.
Hal ini berbanding terbalik
dengan Kota Semarang
yang memiliki sektor basis
lebih dari satu.
Sumber: BPS Jawa Tengah tahun 2013
Diagram Kontribusi PDRB masing-masing
Wilayah Kedungsepur Tahun 2012
![Page 6: Bab iii](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022060115/557c9480d8b42a41498b49b3/html5/thumbnails/6.jpg)
STUDIO 3A 2014 31
Perkembangan perekonomian suatu
kawasan dapat dilihat melalui analisis
Laju Pertumbuhan Ekonomi. Laju
pertumbuhan ekonomi di Kawasan
Kedungsepur dapat dilihat pada
diagram berikut yang didasarkan pada
PDRB Kabupaten/Kota atas dasar
Harga Konstan mulai dari tahun 2009-
2012
Diagram Laju Pertumbuhan Ekonomi Kawasan
Kedungsepur tahun 2009-2012 Dapat dilihat bahwa laju
pertumbuhan ekonomi Kawasan
Kedungsepur dari tahun 2009
hingga tahun 2012 tergolong tidak
stabil karena mengalami naik turun
secara signifikan. Dalam kurun
waktu 2009 hingga 2012,
perekonomian Kedungsepur
mengalami penurunan sebanyak 2
kali yaitu pada tahun 2009 sebesar
-3% dan pada tahun 2012 sebesar
6%. Selain itu, terjadi pula
kenaikan LPE sebanyak 2 kali yaitu
pada tahun 2010 sebesar 7% dan
pada tahun 2011 sebesar 12%.
LQ
Shift Share
Berdasarkan data Produk Domestik Regional Bruto ADHK Kawasan
Kedungsepur tahun 2008 – 2012 dan Produk Domestik Regional Bruto ADHK
Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 – 2012 dapat diketahui sektor basis dan
non-basis yang ada di Kawasan Kedungsepur. Berikut adalah tabel dari
hasil perhitungan nilai LQ per sektor Kawasan Kedungsepur.
L P E
aju
ertumbuhan
konomi
-3%
7%
12%
6%
-4%
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
2009 2010 2011 2.012
LPESumber: BPS Jawa Tengah tahun 2013
![Page 7: Bab iii](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022060115/557c9480d8b42a41498b49b3/html5/thumbnails/7.jpg)
32 STUDIO 3A 2014
Tabel III.1 Nilai LQ per sektor Wilayah Kedungsepur Tahun 2008 – 2012
Sektor LQ = (Eil/El) / (Eir/Er) Rata-
rata Keterangan
2008 2009 2010 2011 2012
Pertanian 0.71 0.70 0.68 0.69 0.69 0.69 NON BASIS
Pertambangan dan Penggalian 0.37 0.36 0.33 0.33 0.33 0.34 NON BASIS
Industri Pengolahan 0.93 0.91 0.85 0.85 0.85 0.88 NON BASIS
Listrik, Gas dan Air Minum 1.61 1.55 1.44 1.42 1.42 1.49 BASIS
Bangunan 0.51 1.86 1.76 1.75 1.75 1.53 BASIS
Perdagangan, Restoran, dan Hotel 1.29 1.27 1.19 1.17 1.17 1.22 BASIS
Pengangkutan dan Komunikasi 1.42 1.39 1.24 1.26 1.26 1.31 BASIS
Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan 1.05 1.03 0.97 0.83 0.83 0.94 NON BASIS
Jasa-Jasa 1.24 0.59 1.14 1.14 1.14 1.05 BASIS
Sumber : Hasil Analisis Kelompok Studio Perancangan dan Pembangunan Kota Kelas A, 2014
Berdasarkan Tabel III.3, terlihat
bahwa sektor basis yang terdapat pada
Kawasan Kedungsepur terdiri dari 5
sektor basis. Sektor basis terbesar
berdasarkan nilai LQ adalah pada sektor
bangunan dimana diantara keenam
wilayah kabupaten/kota Kedungsepur
yang terbesar adalah sektor bangunan
yang ada di Kota Semarang. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sektor bangunan di
Kota Semarang sangat berkaitan erat
dengan fungsi Kota Semarang sebagai
pusat kegiatan bagi wilayah lain dalam
lingkup Kawasan Kedungsepur Sektor
basis kedua adalah sektor listrik, gas dan
air minum, sektor basis ketiga adalah
pengangkutan dan komunikasi, sektor
basis keempat adalah sektor
perdagangan, restoran dan hotel, dan
sektor basis yang kelima adalah sektor
jasa-jasa. Tidak berbeda dengan sektor
basis yang pertama, kontribusi terbesar
dari keempat sektor basis tersebut adalah
berasal dari Kota Semarang. Kota
Semarang memiliki peran yang sangat
besar dalam hal kontribusi PDRB bagi
Kawasan Kedungsepur.
![Page 8: Bab iii](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022060115/557c9480d8b42a41498b49b3/html5/thumbnails/8.jpg)
STUDIO 3A 2014 33
Selanjutnya sektor
non-basis di Kawasan
Kedungsepur terdiri dari
4 sektor, dimana sektor
non-basis yang terendah
adalah sektor
pertambangan dan
penggalian. Hal tersebut
menunjukkan bahwa
wilayah kabupaten/kota
di Kawasan Kedungsepur
tidak memiliki banyak potensi dalam sektor tersebut.
Kawasan Kedungsepur yang memiliki kontribusi PDRB
terbesar dalam sektor pertambangan dan penggalian
adalah Kabupaten Grobogan dimana potensi sektor
tersebut berdasarkan pada kondisi alam berupa potensi
bahan tambang yang ada di Kabupaten Grobogan.
Selain sektor basis dan non-basis dapat diketahui pula
sektor progresif dan sektor mundur yaitu dengan
menggunakan analisis shift-share. Berikut adalah hasil
dari perhitungan shift share:
Tabel III.2 Analisis Shift Share Wilayah Kedungsepur
No. Sektor KPP (%) KPPW (%) KPP + KPPW
Keterangan Yit/Yot-Yt/Yo yit/yio-Yit/Yio (PB)
1 Pertanian 31.96 7.45 39.41 PROGRESIF
2 Pertambangan dan Penggalian 47.57 8.01 55.57 PROGRESIF
3 Industri Pengolahan 44.99 10.44 55.44 PROGRESIF
4 Listrik, Gas, dan Air Minum 49.54 7.05 56.59 PROGRESIF
5 Bangunan/Konstruksi 50.64 19.08 69.71 PROGRESIF
6 Perdagangan, Restoran, dan Hotel 52.93 14.01 66.94 PROGRESIF
7 Pengangkutan dan Komunikasi 54.15 13.23 67.38 PROGRESIF
8 Keuangan, Persewaan dan jasa
Perusahaan
52.28 -3.34 48.94 PROGRESIF
9 Jasa-jasa 50.48 17.70 68.18 PROGRESIF
Sumber : Hasil Analisis Kelompok Studio Perancangan dan Pembangunan Kota Kelas A, 2014
Dari hasil analisis shift-share pada Tabel III.4, terlihat bahwa ke-9
sektor ekonomi di Kawasan Kedungsepur termasuk dalam kategori
sektor progresif. Hal ini mengindikasikan adanya spesialisasi dalam
sektor-sektor tersebut yang tumbuh secara cepat dan mampu memiliki
daya saing.
![Page 9: Bab iii](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022060115/557c9480d8b42a41498b49b3/html5/thumbnails/9.jpg)
34 STUDIO 3A 2014
Dari hasil analisis LQ dan Shift-Share selanjutnya
dapat diketahui karakteristik sektor perekonomian
Kawasan Kedungsepur yang dinyatakan dalam diagram
analisis ekonomi Klassen. Berikut tipologi Klassen dari analisis
LQ dan Shift Share.
Untuk sektor berkembang terdapat 4
sektor perekonomian yaitu sektor
Pertanian, Pertambangan dan
Penggalian, Industri Pengolahan,
Keuangan, Persewaan dan sektor Jasa
Perusahaan. Keempat sektor tersebut
merupakan sektor progresif namun bukan
merupakan sektor basis di Kawasan
Kedungsepur. Sehingga perlu adanya
upaya untuk memajukan utamanya untuk
mengembangkan sektor progresif tersebut
turut menjadi sektor basis dalam
perekonomian Kawasan Kedungsepur.
Dari analisis perekonomian yang
dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kondisi perekonomian di Kedungsepur
cenderung meningkat pada tahun 2010 dan
2011. Dari analisis LQ yang dilakukan,
Sumber: Hasil Analisis Kelompok Studio Perancangan dan Pembangunan Kota Kelas A, 2014
Tipologi Klassen Wilayah Kedungsepur
TIPOLOGI KLASSEN
LQ
< 1
SEKTOR BERKEMBANG SEKTOR UNGGULAN
SEKTORTERBELAKANG SEKTOR POTENSIAL
PB >
1
PB <
0
LQ
> 1
Pertanian, Pertambangan dan
Penggalian, Industri Pengolahan,
Keuangan, Persewaan dan sektor Jasa
Perusahaan merupakan sektor progresif,
namun nilai LQ < 1 (merupakan sektor
non basis) sehingga perlu dikembangkan
agar mampu menjadi sektor basis.
Bangunan/Konstruksi, Listrik, Gas,
dan Air Minum, Pengangkutan
dan Komunikasi, Perdagangan
Restoran, dan Hotel, dan sektor
Jasa – jasa
Diagram tipolosi klassen
menunjukkan bahwa terdapat
sektor Listrik, Gas, dan Air
Minum, Bangunan/Konstruksi,
Perdagangan Restoran, dan
Hotel, Pengangkutan dan
Komunikasi, dan sektor Jasa –
jasa sebagai sektor unggulan.
Sektor unggulan yang menjadi
prioritas pertama adalah sektor
bangunan/konstruksi. Sektor
tersebut akan ditingkatkan
dalam pengembangan
perekonomian di Kawasan
Kedungsepur, tentunya didukung
dengan sektor unggulan yang
menjadi prioritas selanjutnya.
![Page 10: Bab iii](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022060115/557c9480d8b42a41498b49b3/html5/thumbnails/10.jpg)
STUDIO 3A 2014 35
terdapat beberapa sektor yang tergolong
non basis. Namun, jika menggunakan analisis
Shift Share, sektor-sektor tersebut tergolong
progresif, yang artinya memiliki kemampuan
daya saing jika dikembangkan. Hal tersebut
didukung dengan adanya hasil dari analisis
tipologi klassen yang menunjukkan bahwa
sektor-sektor PDRB di Kedungsepur tergolong
sektor unggulan dan berkembang. Oleh
karena itu, dengan adanya rencana
pengembangan kawasan industri di
Kedungsepur, khususnya di Kabupaten
Kendal dapat mempengaruhi perkembangan
sektor PDRB lainnya dalam lingkup
Kedungsepur.
Perkembangan Industri Sektor industri secara umum dibedakan menjadi dua, yaitu industri besar dan industri
kecil, serta rumah tangga. Industri besar di Jawa Tengah mencapai 4.213 unit perusahaan
dengan 67.407 tenaga kerja pada tahun 2009. Untuk industri kecil dan menengah terdapat
6441 unit perusahaan pada tahun 2010.
Terlihat bahwa lebih dari 50%
industri besar berada di Kota Semarang,
sejumlah 341 unit perusahaan yang
terletak tersebar di daerah pinggiran
kota, seperti Mangkang, Kaligawe, dan
Mijen. Untuk jumlah industri terbanyak
kedua ada di Kabupaten Semarang
dengan prosentase sebanyak 21% yang
terletak di sepanjang jalan menuju
Yogyakarta, yaitu Ungaran, Bergas, dan
Karangjati.
Sumber: Jawa Tengah dalam Angka 2011
Diagram Prosentase Industri Besar dan Sedang Kedungsepur tahun 2009
![Page 11: Bab iii](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022060115/557c9480d8b42a41498b49b3/html5/thumbnails/11.jpg)
36 STUDIO 3A 2014
0
200.000
400.000
600.000
800.000
1.000.000
1.200.000
1.400.000
1.600.000
tahun 2007
tahun 2008
tahun 2010
Sumber: Jateng dalam Angka 2008, 2009, 2011
Diagram Perkembangan Jumlah Penduduk Kedungsepur
Perkembangan Penduduk Perkembangan penduduk di suatu wilayah tergolong dinamis. Banyak faktor yang
mempengaruhi jumlah penduduk tiap tahunnya. Berikut perkembangan penduduk
Kedungsepur dari tahun 2007, 2008, dan 2011.
Dari diagram
disamping, terlihat
bahwa perkembangan
jumlah penduduk di
tiap wilayah
kabupaten/kota
berbeda tiap
tahunnya. Untuk jumlah
penduduk terbanyak
berada di Kota
Semarang, disusul
Kabupaten Grobogan
dan Kabupaten
Demak.
Untuk perkembangannya, Kota Semarang mengalami
pertambahan jumlah penduduk yang paling signifikan dari
tahun 2007 hingga 2011, mencapai 20.000 hingga 30.000
jiwa per tahun. Sama halnya dengan Kota Semarang,
Kabupaten Semarang dan Kabupaten Demak mengalami
pertambahan jumlah penduduk sebesar 10.000 hingga
20.000 jiwa per tahunnya. Untuk Kabupaten Kendal,
Kabupaten Grobogan, dan Kota Salatiga mengalami
perkembangan jumlah penduduk yang tidak stabil. Kabupaten
Kendal mengalami kenaikan jumlah penduduk pada tahun
2008 sebesar 16.000 jiwa, sedangkan pada tahun 2010
mengalami penurunan hingga 50.000 jiwa. Angka tersebut
menunjukkan angka yang cukup signifikan untuk kurun waktu
dua tahun. Hal tersebut menunjukkan adanya kemungkinan
migrasi yang cukup tinggi
di Kabupaten Kendal.
Sama halnya dengan
Kabupaten Kendal,
Kabupaten Grobogan
juga mengalami siklus
kenaikan dan penurunan
jumlah penduduk pada
tahun yang sama dengan
jumlah sekitar 10.000
jiwa. Sedangkan untuk
Kota Salatiga kenaikan
dan penurunanya hanya
berkisar 4000 jiwa.
![Page 12: Bab iii](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022060115/557c9480d8b42a41498b49b3/html5/thumbnails/12.jpg)
STUDIO 3A 2014 37
Dari sistem perkotaan di Jawa Tengah, sesuai dengan arahan yang
tertuang dalam RTRWN, Provinsi Jawa Tengah memiliki sistem pelayanan
perkotaan. Pada Kabupaten/Kota di Kedungsepur sendiri terdapat tiga
skala pelayanan yang dikelompokan kedalam skala pelayanan nasional,
skala pelayanan wilayah dan sekala pelayanan lokal. Pertama, Kota
Pusat Pelayanan Kegiatan Nasional (KPPKN) adalah Kota Semarang.
Kedua Kota Pusat Pelayanan Kegiatan Wilayah (KPPKW) adalah Koridor
Kabupaten Semarang-Bawen-Ambarawa, Kota Salatiga. Dan yang
terakhir Kota Pusat Pelayanan Kegiatan Lokal (KPPKL) meliputi Kabupaten
Demak, Kabupaten Kendal, Kabupaten Grobogan.
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berdasarkan Perda Jawa Tengah
Nomor 6 tahun 2010 tentang RTRWP Jawa Tengah tahun 2009-2029,
merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan
skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan. Pusat Kegiatan Lokal
(PKL) di Kabupaten Kendal terdiri dari perkotaan Kendal, Perkotaan
Weleri, Perkotaan Kaliwungu, Perkotaan Boja, dan Perkotaan Sukorejo.
Perkotaan Kendal berfungsi sebagai pusat pemerintahan tingkat daerah,
pusat perdagangan regional, dan pendidikan. Perkotaan Weleri sebagai
pusat perdagangan dan jasa. Perkotaan Kaliwungu sebagai pusat industri,
kawasan ekonomi strategis, perdagangan, dan jasa. Perkotaan Boja
sebagai pusat kegiatan pertanian penyangga agropolitan, perdagangan,
dan jasa serta konservasi. Perkotaan Sukorejo sebagai pusat agropolitan,
pertanian, peternakan, dan konservasi.
Dalam PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional menetapkan sebagian wilayah administrasi/kota-kota
di Provinsi Jawa Tengah sebagai Pusat Kegiatan Nasional Kawasan
Perkotaan Kedungsepur yaitu Semarang, Kendal, Demak, Ungaran, dan
Purwodadi. Pada kawasan ini dilakukan pengembangan revitalisasi dan
percepatan pengembangan kota-kota pusat pertumbuhan nasional yaitu
revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi. Dapat dilihat juga sesuai
dengan fungsi kawasan bahwa Perkotaan Kaliwungu dengan fungsi pusat
pelayanan sebagai pusat industri, kawasan ekonomi strategis,
perdagangan, dan jasa; dengan pengembangan fasilitas dasar kawasan
industri, pusat perdagangan, jasa skala regional, dan fasilitas pelayanan
transportasi laut skala nasional.
KEBIJA
KA
N
Pengem
bang
an K
aw
asa
n In
dustri
Kendal
termasuk
dalam PKL
Jawa Tengah
dan Puat
Kegiatan
Nasional
Kawasan
Kedungsepur
![Page 13: Bab iii](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022060115/557c9480d8b42a41498b49b3/html5/thumbnails/13.jpg)
38 STUDIO 3A 2014
Ditinjau dari kebijakan dan strategi yang disampaikan pihak Direktorat
Pengembangan Permukiman, Dirjen Cipta Karya Kementrian Pekerjaan Umum
tahun 2014, bahwa prioritas lokasi kegiatan pengembangan permukiman
terdiri dari tiga hal, yaitu :
Kabupaten/Kota Strategis Nasional
Kabupaten/Kota Memiliki Rencanan SPM
Kabupaten/Kota Memiliki Inovasi Baru
Kedungsepur merupakan kawasan strategis nasional, yang selain
berfokus pada pengembangan industri, berfokus juga pada pengembangan
kawasan permukiman. Kabupaten Kendal dan Kota Semarang merupakan
dua wilayah di Kedungsepur yang difokuskan pada pengembangan kawasan
permukiman. Seperti diketahui, bahwa Kota Semarang merupakan pusat dari
aktivitas Kedungsepur dan Kabupaten Kendal akan direncakan sebagai
kawasan industri.
Kawasan Strategis Nasional Kedungsepur merupakan kawasan strategi di
Jawa Tengah yang memiliki peran sebagai Pusat Kegiatan Nasional dan
pendorong perekonomian Jawa Tengah. Namun sayangnya belum mampu
melaksanakan perannya tersebut dikarenakan berbagai masalah yang dimiliki.
Ditinjau dari segi lokasi, Kedungsepur sangat
strategis yaitu diantara PKN Jabodetabek dan
Gerbangkertasusila serta telah terfasilitasi dengan
pelabuhan Internasional Kelas II namun Kedungsepur
tidak dapat memanfaatkan potensinya secara optimal.
Dengan melihat Kedungsepur dari beberapa teori pada
literatur yang membahas perancangan wilayah,
transportasi berkelanjutan, peruntukan kawasan industri,
dan peruntukan kawasan hunian maka dapat ditemukan
beberapa isu permasalahan yang muncul di Kawasan
Kedungsepur.
POTENSI, ISU, DAN
PERMASALAHAN
ke
du
ng
se
pu
r
![Page 14: Bab iii](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022060115/557c9480d8b42a41498b49b3/html5/thumbnails/14.jpg)
STUDIO 3A 2014 39
Tabel III.3 Permasalahan Kedungsepur
Perancangan Wilayah Transportasi
Berkelanjutan Kawasan Industri Kawasan Hunian
Adanya disparitas PDRB antara
Kota Semarang sebagai kota inti
di Kedungsepur dengan
kabupaten/kota di sekitarnya.
(PDRB Kota Semarang cenderung
meningkat namun PDRB kab/kota
lainnya cenderung menurun)
Sumber : laporan BPS, PDRB 2003-
2011
Masih minimnya
integrasi antar
wilayah di
Kedungsepur
karena belum
adanya sistem
transportasi yang
baik
Pertumbuhan kawasan
industri di wilayah
Kedungsepur selain Kota
Semarang mengancam
konversi lahan dari lahan
produktif pertanian untuk
ekspansi kawasan industri
Pertumbuhan
penduduk secara
cepat cenderung
mengarah ke wilayah
Kedungsepur luar
Semarang karena
harga lahan yang
murah.
Pembangunan ekonomi antar
wilayah yang tidak setara akibat
disparitas PDRB
Kawasan industri akan
mengancam kualitas
lingkungan hidup di
sekitarnya, selain itu
kawasan industri di
Kendal, Demak, dan
Semarang terletak di
pesisir utara Jawa Tengah
sehingga banyak
permasalahan rob dan
abrasi.
Kedungsepur belum mampu
mendorong pertumbuhan ekonomi
Jawa Tengah, bahkan Kota
Semarang belum mampu
memberikan trickledown effect
pada wilayah Kedungsepur
lainnya.
Sumber: Analisis Studio Perancangan dan Pembangunan Kota Kelas A, 2014
Minimnya integrasi antar
Kedungsepur ditambah
dengan konversi lahan
yang mungkin
mengancam penggunaan
lahan di Kedungsepur
dapat menyebabkan
buruknya kualitas
lingkungans
![Page 15: Bab iii](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022060115/557c9480d8b42a41498b49b3/html5/thumbnails/15.jpg)
40 STUDIO 3A 2014
Kabupaten Kendal terletak di sebelah utara
Kawasan Kedungsepur yang berbatasan langsung
dengan laut jawa dimana memiliki pelabuhan yang satu
ruang lingkup dengan pelabuhan tanjung mas Kota
Semarang, serta bersebelahan dengan Kota Semarang
yang merupakan ibukota Jawa tengah sekaligus pusat
dari Kedungsepur. Lokasinya yang strategis mendukung
pengembangan Kabupaten Kendal untuk dijadikan
sebagai kawasan industri. Ketersediaan pelabuhan
yang bisa mendukung distribusi bahan baku ataupun
hasil industri menjadi poin plus bagi Kabupaten Kendal.
Selain itu juga dilewati oleh jalan provinsi dan jalan
nasional yang juga dapat mempermudah distribusi
barang ataupun manusia via darat.
Selain itu, berdasarkan Perda No. 20 tahun 2011
tentang RTRW Kab. Kendal, penataan ruang wilayah
Kab. Kendal ditujukan untuk mewujudkan ruang wilayah
sebagai Kota Industri yang didukung oleh pertanian,
produktif, prospektif, dan berkelanjutan menuju
penguatan ekonomi masyarakat yang adil dan
sejahtera. Oleh karena itu, prospek pengembangan
industri di Kabupaten Kendal terbilang baik, sebab
perwujudan dari kawasan industri sendiri merupakan
tujuan pengembangan wilayah Kab. Kendal.
KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) yang saat ini telah
berganti nama menjadi KIK (Kawasan Industri Kendal)
adalah cikal bakal pengembangan industri besar di
Kabupaten Kendal khususnya Kecamatan Kaliwungu.
Penentuan lokasi tersebut tentunya tidaklah
Potret
Kab. Kendal
![Page 16: Bab iii](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022060115/557c9480d8b42a41498b49b3/html5/thumbnails/16.jpg)
STUDIO 3A 2014 41
sembarangan. Banyak alasan yang dijadikan
bahan pertimbangan oleh pemerintah dalam
menentukan hal tersebut. Kecamatan Kaliwungu
merupakan kecamatan yang dilalui oleh Jalan
provinsi dan nasional dan kecamatan yang memiliki
akses langsung ke Pelabuhan Kendal. Oleh karena
itu, Kabupaten Kendal khususnya kecamatan
kaliwungu bagus untuk dikembangkan sebagai
kawasan industri.
Kabupaten Kendal memiliki luas 1.002,23 km2
dan terdiri atas 20 kecamatan yang dibagi lagi atas
sejumlah 265 desa dan 20 kelurahan. Pusat
pemerintahan terletak di Kecamatan Kendal. Batas-batas
administrasi Kabupaten Kendal adalah sebagai berikut :
• Sebelah Utara : Laut Jawa;
• Sebelah Selatan : Kabupaten Temanggung;
• Sebelah Timur : Kota Semarang;
• Sebelah Barat : Kabupaten Batang
Luas Dan
Batas Wilayah
Peta Administrasi
Kab. Kendal
Sumber : BAPPEDA Jateng
2010
![Page 17: Bab iii](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022060115/557c9480d8b42a41498b49b3/html5/thumbnails/17.jpg)
42 STUDIO 3A 2014
12%0%
28%
1%
10%26%
7%4%
12%
Perkembangan
Untuk mengetahui perkembangan ekonomi
Kabupaten Kendal, terdapat beberapa cara untuk
melihatnya, diantaranya yaitu dengan melihat
perkembangan penduduk berdasarkan mata
pencaharian, kontribusi Kendal terhadap PDRB
Kedungsepur ataupun Jawa Tengah, LPE, LQ dan Shift
Share serta melalui Tipologi Klassen.
Kontribusi Terhadap PDRB
PDRB merupakan salah sati aspek perekonomian
yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk melihat
tingkat kesejahteraan masyarakat pada suatu wilayah.
Aspek perekonomian dilihat dari besarnya PDRB tiap
sektor di Kabupaten Kendal dan bagaimana
kontribusinya terhadap PDRB di kawasan Kedungsepur.
24%
1%
39%
1%
3%
18%
3%3% 8%
Sumber: Hasil Analisis Studio Perancangan Kelas A, 2014
PDRB Per Sektor Kedungsepur (Atas) dan
PDRB Per Sektor Kab. Kendal (Bawah)
Perekonomian Kendal masih
didominasi oleh tiga sektor
ekonomi yang utama, yaitu
sektor Industri Pengolahan,
Pertanian, dan
Perdagangan/Hotel/Restoran.Hi
ngga pada tahun 2011, industri
pengolahan merupakan sektor
yang memberikan kontribusi
terbesar terhadap pembentukan
PDRB Kabupaten Kendal yaitu
sebesar 39 %.Nilai PDRB sektor
Industri Pengolahan atas dasar
harga konstan tahun 2011
tercatat Rp. 2,23 trilliun
meningkat 3,50% dibanding
tahun 2010 sebesar Rp. 2,15
trilliun
EKONOMI
![Page 18: Bab iii](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022060115/557c9480d8b42a41498b49b3/html5/thumbnails/18.jpg)
STUDIO 3A 2014 43
Peningkatan terjadi di semua kelompok industri, dari
kelompok Industri Makanan/Minuman/Tembakau sampai
kelompok Industri Barang lainnya. Diantara sub
kelompok industri yang ada, kelompok industri Makanan,
Minuman, dan Tembakau mengalami pertumbuhan
tertinggi yaitu sebesar 38%. Kelompok industri yang
memberikan andil relatif kecil atau dibawah 1 persen
adalah kelompok industri Kertas dan Barang cetakan,
kelompok industri Alat angkutan, Mesin dan Peralatan
serta kelompok Industri Barang lainnya. Kemudian jika
dilihat dari kontribusi sektornya, maka sektor industri
pengolahan Kabupaten Kendal berkontribusi sekitar
19% terhadap sektor industri di Kedungsepur.
Kemudian jika dilihat dari pembentukan
PDRB Kabupaten Kendal tertinggi setelah
industri pengolahan adalah sektor pertanian
dan Perdagangan/Hotel/Restoran. Sektor
pertanian juga mengalami peningkatan pada
tahun 2011 dari tahun sebelumnya.Kenaikan
terbesar terjadi pada sub sektor Tanaman
Bahan Makanan yaitu sebesar 15,25 % atau
sebesar 764,5 milyar rupiah. Sektor
perdagangan juga meningkat pada tahun
2011 dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar
5,11% dengan nilai tambah mencapai 1,03
triliun rupiah yaitu pada sub sektor terbesar
berasal dari sub sektor perdagangan besar
dan eceran yaitu sebesar 17,46 % atau
sekitar 998,48 milyar rupiah. Angka ini lebih
besar jika dibandingkan dengan sub sektor
lainnya seperti hotel dan restoran.
Sumber: Kendalkab.bps.co.id, 2012
Kontribusi Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Kendal terhadap Kedungsepur (Kiri) dan Kontribusi Sektor Industri Kabupaten Kendal
Tahun 2011(Kanan)
![Page 19: Bab iii](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022060115/557c9480d8b42a41498b49b3/html5/thumbnails/19.jpg)
44 STUDIO 3A 2014
Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) merupakan salah satu indikator ekonomi
yang menunjukkan pertumbuhan produksi barang dan jasa disuatu wilayah
dalam selang waktu tertentu. Berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan,
laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal pada tahun 2011 adalah
sebesar 5,99%. Laju pertumbuhan terbesar terdapat pada sektor
pertanian, yaitu sebesar 11,08%, kemudian pada urutan kedua adalah
sektor jasa sebesar 6,86%, urutan ketiga adalah sektor transportasi dan
ekonomi sebesar 6,35%, urutan ke empat adalah keuangan sebesar 6,22
%, urutan kelima adalah sektor konstruksi sebesar 5,18%, urutan keenam
adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 5,11, urutan ketujuh
industri pengolahan sebesar 3,5%, urutan kedelapan dari sektor
pertambangan dan penggalian sebesar 1,41% serta laju pertumbuhan
terkecil merupakan sektor listrik/gas/air bersih sebesar 1,25%.
Dapat dilihat bahwa pada
Kabupaten Kendal dalam kurun
waktu empat tahun, yaitu dari tahun
2008-2011, kondisi pertumbuhan
ekonominya berfluktuasi pada
kisaran 4 – 6 %. Dimana laju
pertumbuhan tertinggi terdapat
pada tahun 2011 yaitu sebesar
5,99% dan terendah berada pada
tahun 2008 yaitu sebesar 4,28 %.
Pada tahun 2008 - 2011 laju
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Kendal selalu mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Rata-
rata pertumbuhan ekonomi pada
empat tahun tersebut adalah
sebesar 5,45 %.
4,28
5,565,97 5,99
4,28
5,565,97 5,99
0
1
2
3
4
5
6
7
2008 2009 2010 2011 PDRB
Sumber: Hasil Analisis Studio Perancangan Kelas A, 2014
LPE
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten
Kendal 2008-2011
![Page 20: Bab iii](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022060115/557c9480d8b42a41498b49b3/html5/thumbnails/20.jpg)
STUDIO 3A 2014 45
PDRB Kabupaten Kendal
yang terbagi menjadi
sembilan sektor dimana
sektor-sektor ini ada yang
merupakan sektor basis atau sektor non basis.Sektor basis
dan non basis didapatkan dengan melakukan analisis LQ.
Sedangkan analisis Shift share digunakan untuk mengetahui
bahwa sektor PDRB progressif maupun mundur.
Tabel III.4
Analisis Perhitungan LQ tahun 2010
No Sektor
PDRB
Kabupaten
2011
pi/pl PDRB Provinsi
Jawa Tengah PI/PL
analisis
LQ 2011 Ket
1 Pertanian 1258430,83 0,2329 34.956.425,39 0,18694 1,2457 Sektor
Basis
2 Pertambangan
dan Penggalian 54524,43 0,0101 2.091.257,42 0,011184 0,9022
Sektor
Non Basis
3 Industri 2153337,09 0,3985 61.387.556,40 0,328288 1,2138 Sektor
Basis
4 Listrik,Gas dan
Air Bersih 59332,91 0,0110 1.614.857,68 0,008636 1,2713
Sektor
Basis
5 Bangunan 169796,42 0,0314 11.014.598,60 0,058904 0,5334 Sektor
Non Basis
6 Perdagangan 981409,38 0,1816 40.054.938,34 0,214206 0,8478 Sektor
Non Basis
7 Angkutan 146336,37 0,0271 9.805.500,11 0,052438 0,5164 Sektor
Non Basis
8 Bank&lembaga
Keu lainnya 146035,65 0,0270 7.038.128,91 0,037638 0,7180
Sektor
Non Basis
9 Jasa-jasa 434876,22 0,0805 19.029.722,65 0,101767 0,7907 Sektor
Non Basis
Total 5.404.079
186.992.985,50
Sumber: Analisis Studio Perancangan dan Pembangunan Kota Kelas A,2014
LQ dan Shift Share
Th. 2010
![Page 21: Bab iii](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022060115/557c9480d8b42a41498b49b3/html5/thumbnails/21.jpg)
46 STUDIO 3A 2014
Tabel III.5
Analisis Perhitungan LQ tahun 2011
No. Sektor PDRB Kabupaten
2011 pi/pl
PDRB Provinsi
Jawa Tengah PI/PL
Analisis
LQ
2011
Ket.
1 Pertanian 1.397.854 0,2445 35.399.800,56 0,178543 1,3694 Sektor
Basis
2
Pertambangan
dan
Penggalian
55.293,07 0,0097 2.193.964,23 0,011066 0,8740 Sektor
Non Basis
3 Industri 2.228.765,64 0,3898 65.439.443,00 0,330052 1,1811 Sektor
Basis
4 Listrik,Gas dan
Air Bersih 60.072,44 0,0105 1.711.200,96 0,008631 1,2174
Sektor
Basis
5 Bangunan 168.061,99 0,0294 11.753.387,92 0,05928 0,4959 Sektor
Non Basis
6 Perdagangan 1.031.584,87 0,1804 43.159.132,59 0,217678 0,8289 Sektor
Non Basis
7 Angkutan 156.623,15 0,0274 10.645.260,49 0,053691 0,5102 Sektor
Non Basis
8 Bank&lembag
a Keu lainnya 153.939,74 0,0269 7.503.725,18 0,037846 0,7114
Sektor
Non Basis
9 Jasa-jasa 465.214,85 0,0814 20.464.202,99 0,103214 0,7883 Sektor
Non Basis
Total 5.717.410 198.270.117,9
2
Sumber: Analisis Studio Perancangan dan Pembangunan Kota Kelas A,2014
Hasil analisis LQ pada Kabupaten Kendal
didapatkan bahwa tahun 2010 terdapat 3
sektor basis yaitu sektor pertanian, industri
dan listrik, gas dan air bersih Setelah
dilakukan analisis LQ didapatkan sektor
basis maka dilanjutkan analisis shift share
guna mendapatkan sektor yang progressif
atau sektor mundur sehingga pemerintah
akan tahu sektor-sektor yang harus
difokuskan untuk mengembangkan wilayah
Kabupaten Kendal.
Th. 2011
![Page 22: Bab iii](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022060115/557c9480d8b42a41498b49b3/html5/thumbnails/22.jpg)
STUDIO 3A 2014 47
TIPOLOGI
KLASSEN
Tabel III.6
Analisis Shift share Kabupaten Kendal
No Sektor
KPP (%) KPPW (%) KPP + KPPW
Keterangan Yit/Yot-
Yt/Yo
yit/yio-
Yit/Yio (PB)
1 Pertanian -13,51 18,04 4,53 PROGRESIF
2 Pertambangan dan
Penggalian -1,55 3,97 2,42 PROGRESIF
3 Industri Pengolahan 4,03 8,77 12,80 PROGRESIF
4 Listrik, Gas, dan Air Minum 3,01 -4,20 -1,19 MUNDUR
5 Bangunan/Konstruksi 5,18 12620,84 12626,02 PROGRESIF
6 Perdagangan, Restoran, dan
Hotel 2,71 10,80 13,51 PROGRESIF
7 Pengangkutan dan
Komunikasi 7,58 21,56 29,15 PROGRESIF
8 Keuangan, Persewaan dan
jasa Perusahaan 5,50 19,55 25,04 PROGRESIF
9 Jasa-jasa -0,43 16,51 16,08 PROGRESIF
Sumber: Analisis Studio Perancangan dan Pembangunan Kota Kelas A,2014
Hasil analisis shift share didapatkan bahwa hanya sektor listrik gas, dan air bersih
merupakan sektor yang mundur, yang berarti bahwa terjadi penurunan hasil PDRB tiap
tahunnya walaupun merupakan sektor basis.
Berdasarkan hasil analisis dari perhitungan LQ
dan Shift Share didapatkan karakteristik sektor
perekonomian Kabupaten Kendal. Hasil analisis
ekonomi klassen Kabupaten Kendal didapatkan
bahwa sektor industri memang merupakan sektor
yang difokuskan atau prioritas utama pemerintah
untuk mengembangkan Kabupaten Kendal. Sesuai
dengan rencana tata ruang dan isu yang ada yaitu wilayah kabupaten Kendal difungsikan
sebagai PKN kawasan Kedungsepur dimana merupakan fungsi pusat pelayanan ekonomis
strategis dan industri. Selain itu pemerintah juga dapat mengembangkan sektor pertanian
serta listrik dan gas untuk semakin meningkatkan perekonomian Kabupaten Kendal.
![Page 23: Bab iii](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022060115/557c9480d8b42a41498b49b3/html5/thumbnails/23.jpg)
48 STUDIO 3A 2014
Keterkaitan ekonomi
pada dasarnya
menggambarkan hubungan
antara perekonomian suatu
daerah dengan lingkungan
sekitarnya dan
eksternalitas aglomerasi
dipandang sebagai faktor
penentu yang penting
dalam konsentrasi
geografis kegiatan
ekonomi di daerah
perkotaan. Sebagai akibat
dari adanya keterkaitan
antar daerah dalam
wilayah Kabupaten Kendal
adlah terjadinya aliran
barang, jasa ataupun
manusia. Besarnya aliran
tersebut akan menentukan
besarnya keterkaitan antar
daerah. Berdasarkan hasil
analisis dapat diketahui
bahwa sector industri
merupakan sector yang
paling berperan karena
merupakan pemberi input
bagi sector-sektor lainnya.
Sector pertanian dan
industri memiliki keterkaitan
langsung ke depan yang
cukup besar, hal ini
mengindikasikan terjadi
potensi yang cukup besar,
hal ini mengindisikan terjadi
potensi yang cukup besar
bagi pengembangan
industri pengolahan hasil
pertanian di wilayah
Kedungsepur.
- Pertambangan dan penggalian, bangunan, perdagangan, angkutan, bank dan lembaga keuangan, serta jasa-jasa merupakan sektor progresif, namun nilai LQ < 1 (merupakan sektor non basis) sehingga perlu dipacu menjadi sektor basis
- Listrik, gas, dan air bersih memiliki LQ= 1,217, PB=-1,186 yang merupakan prioritas ketiga yang akan dikembangkan
- Sektor industri memiliki LQ = 1,181 dan PB = 12,796 % maka merupakan sektor prioritas utama yang akan dikembangkan
- Pertanian, memiliki LQ = 1,369 dan PB = 4,533% maka menjadi prioritas 2 yang dikembangkan
SEKTOR UNGGULAN SEKTOR BERKEMBANG
SEKTOR TERBELAKANG SEKTOR
POTENSIAL
LQ <
1
LQ >
1
PB > 1
PB <
0 Sumber: Hasil Analisis Studio Perancangan Kelas A, 2014
Analisis Ekonomi Klassen Kabupaten Kendal
Sektor Industri
menjadi salah satu
sektor unggulan di
Kabupaten Kendal
dengan Nilai LQ 1,18
dan PB 12,8
Kecenderungan Pengembangan Ekonomi
Di Kendal – Kaliwungu
![Page 24: Bab iii](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022060115/557c9480d8b42a41498b49b3/html5/thumbnails/24.jpg)
STUDIO 3A 2014 49
Industri merupakan salah satu sektor yang berpotensi di Kabupaten
Kendal. Oleh karena itu, dari tahun ke tahun jumlah industri di Kabupaten
Kendal bertambah. Belum lagi saat ini (2014) Kabupaten Kendal ditunjuk
menjadi KIK (Kawasan Industri Kendal), khususnya di Kecamatan Kaliwungu.
Oleh karea itu, jumlah industri di Kabupaten Kendal nantinya akan terus
meningkat. Berikut data industri yang terdapat di Kebaupaten Kendal pada
tahun 2013.
Tabel III.7
Industri di Kabupaten Kendal Tahun 2013 No. Nama Industri Keterangan
1 PT Rimba Partikel Indonesia Industri Partikel Board
2 PT Rimba Partikel Indonesia Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
3 PT Laut Jaya Abadi Industri Pengolahan Ikan Hasil Pertanian, Jasa Perdagang Eksport
4 PT Kayu Lapis Indonesia Perdagangan Kayu Lapis
5 PT Texmaco Perkasa
Enginering Industri Mesin Tenun/Tekstil
6 PT Polysindo Eka Perkasa Industri Polyster Chips Polyster Filament Weaving, Printing
7 PT Texmaco Perkasa
Enginering Industri Textile
8 PT Indogas Raya Utama Industri Gas
9 PT Tensindo Industri Kaca Lembaran
10 PT Raberindo Pratama Industri Karet Remah (Cromb Rabber)
11 PT Samator Industri Kimia Dasar Anorganik Gas Industri
12 PT Abadi Jaya Manunggal Industri Pengecoran Besi dan Baja
13 PT Java Match Industri Korek Api
14 PT Multi Karsa Investama Industri Benang Polyster
15 PT Mega Laut Industri Pengolahan dan Pengawetan Ikan
16 PT Tossa Sakti Kendal Perakitan Sepeda Motor Tossa
17 PT Tossa Sakti Kendal Industri Kaca Lembaran
18 PT Global Home Solution Industri Furniture dari Kayu
19 PT Domino Arrsyle (PT Inzio) Perdagangan Besar (ekspor)
20 PT Sinar Bahari Agung (SBA) Industri Ikan Segar
21 PT Industri Gula Nusantara
(IGN) Pabrik Gula Cepiring
22 PT Seafer General Food Industri Pengolahan Ikan, Hasil Pertanian dan Jasa Perdagangan
23 PT Multi Kreasi Industri Pengecoran Besi dan Baja
24 PT Tekii Indonesia Budidaya dan Distributor Utama Bibit Tanaman
25 PT Prima Energi Industri Barang-barang dari Batu Bara
26 PT Tossa Agro Budidaya Sapi Potong dan Industri Pemotongan Hewan
27 PT Perkebunan Biting Perkebunan
28 PT Suryamulya Bangun
Indonesia Industri Pengubah Tegangan/Transformator dan Kabel Listrik
29 PT Sounthern Ocean
Corporation Galangan Kapal
30 PT Citra Mas Mandiri Industri Daur Ulang Barang-barang dari Karet
Sumber : BPM Kabupaten Kendal
Perkembangan
Industri
![Page 25: Bab iii](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022060115/557c9480d8b42a41498b49b3/html5/thumbnails/25.jpg)
50 STUDIO 3A 2014
Sesuai dengan Perda Kabupaten Kendal Nomor 24
Tahun 2007 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Industri Kaliwungu Kabupaten Kendal, tujuan didirikannya
kegiatan perindustrian dan pengoperasian kawasan industri
Kaliwungu adalah agar dapat memberikan nilai tambah
yang optimal khususnya di bidang sosial, ekonomi, budaya,
dan lingkungan bagi masyarakat luas maka seluruh ruang
pada kawasan industri tersebut perlu ditata dengan sebaik-
baiknya. Pemanfaatan ruang secara terpadu merupakan
hal yang sangat substansial untuk diperhatikan dalam hal
ini. Tujuannya adalah menciptakan lokasi investasi yang
dilaksanakan oleh pemerintah demi meningkatkan
pertumbuhan dan ekonomi rakyat. Daerah yang dirancang
menjadi kawasan industri dalam Perda ini memiliki luas ±
2770 hektar. Dalam Perda juga disebutkan bahwa konsep
dasar penataan industri Kaliwungu adalah berdasarkan
pada pendekatan lingkungan dan jenis industri yang
diwadahinya. Jeni – jenis industri tersebut antara lain :
a. industri logam, mesin dan elektronika;
b. industri kimia;
c. industri aneka; dan
d. industri pertanian;
Untuk mengatasi masalah lingkungan, maka
ditetapkan luas kapling kawasan industri adalah 70% dari
total luas wilayah industri Kaliwungu dengan ruang terbuka
hijau 10% dan prasarana serta sarana penunjang 20% .
Dalam setiap kegiatan industri, memperhatikan kondisi
ekologis merupakan suatu keharusan. Kegiatan perindustrian
tidak lepas dari limbah atau sampah yang dihasilkan, maka
perlu adanya sistem pengolahan limbah terpadu terkait hal
tersebut. Dalam kawasan industri kaliwungu, terdapat tiga
zona industri. Dalam kawasan industri Kaliwungu juga
terdapat rencana penyediaan utilitas dengan rencana –
rencana jaringan yang saling terintegrasi.
Keb
ijak
an
Ter
ka
it P
eng
emb
an
ga
n
Ka
wa
san
Ind
ust
ri &
Per
mu
kim
an
![Page 26: Bab iii](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022060115/557c9480d8b42a41498b49b3/html5/thumbnails/26.jpg)
STUDIO 3A 2014 51
Beberapa potensi yang dapat
mendukung pengembangan kawasan
industri di Kabepaten Kendal dapat dilihat
pada Tabel III.8
Regional Design Sustainable
Transportation
Kawasan
Industri
Kawasan
Hunian
Fisik Ketersediaan Lahan
Dilewati oleh jalan
nasional dan jalan
provinsi
Tersedianya sarana
transportasi pendukung
seperti pelabuhan dan
jalur double track
kereta api
Sosial - -
SDM usia
produktif
54%
Identitas /
Ekonomi
Merupakan
penyumbang PDRB
terbesar kedua di
Kedungsepur
setelah Kota
Semarang
Kelembagaan
Didukung oleh
perda no 25 tahun
2007 dan perda no
26 tahun 2011
Adanya
beberapa
investor yang
ingin
berinvestasi
Adanya
peruntukkan
lahan untuk
kawasan
permukiman di
sekitar
kawasan
industri
Sumber : Analisis Studio Perancangan dan Pembangunan Kota Kelas A, 2014
Selain potensi yang mendukung
pengembangan kawasan industri di
Kabupaten Kendal, terdapat pula beberapa
masalah di wilayah meso yang dapat
diklasifikasikan kedalam kacamata regional
design. Isu dan permasalahan wilayah meso
ditunjukan pada Tabel III.9
Isu Potensi dan
Masalah
Tabel III.8
Potensi Kawasan Industri Kabupaten Kendal
![Page 27: Bab iii](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022060115/557c9480d8b42a41498b49b3/html5/thumbnails/27.jpg)
52 STUDIO 3A 2014
Tabel III.9
Isu dan Permasalahan Kawasan Industri Kabupaten Kendal
Regional Design Sustainable
Transportation Kawasan Industri
Kawasan
Hunian
Fisik
Pola
Pengembangan
yang tidak
kompak
Kerusakan Jalan di
Beberapa titik di
sepanjang Pantura
Kabupaten Kendal
Limbah
Rob dan Abrasi
Amblesan
Sampah
Amblesan
Sosial Spekulan tanah Spekulan tanah
Identitas /
Ekonomi
Pertumbuhan
ekonomi di
Kecamatan
Kaliwungu yang
berbasis industri
pengolahan
cendrung menurun
Mahalnya biaya
transportasi
Kelembagaan
Adanya
ketidaksesuaian
penggunaan
lahan dengan
RTRW Kabupaten
Kendal
Sumber : Analisis Studio Perancangan dan Pembangunan Kota Kelas A, 2014
Kendal merupakan penyumbang PDRB terbesar kedua di Kedungsepur
setelah Kota Semarang, didukung dengan dilewati oleh jalan nasional
dan jalan provinsi dan dengan adanya sarana transportasi
pendukung seperti pelabuhan dan jalur double track kereta api
![Page 28: Bab iii](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022060115/557c9480d8b42a41498b49b3/html5/thumbnails/28.jpg)
STUDIO 3A 2014 53
Wilayah studi kelompok 3A studio
perancangan terletak di segmen 2 sebelah
utara yang merupakan wilayah paling tengah
dari wilayah studi messo yang terletak di
Kecamatan Kaliwungu. Industri yang akan
direncanakan untuk dibangun pada kawasan
studio perancangan segmen 2 merupakan
industri kayu lapis. industri kayu lapis ini secara
eksisting sudah ada di kawasan perancangan
segmen 2 dan akan dikembangkan lagi dan
lebih ditata. Industri kayu lapis akan
membutuhkan aksesibilitas yang tinggi dan
mudah, hal ini disebabkan karena bahan baku
dan barang jadi yang berupa barang
berukuran besar dan berat sehingga akan
membutuhkan lokasi yang strategis. Bahan baku
yang berasal dari Kalimantan akan sangat baik
apabila lokasi industri dekat dengan pelabuhan
untuk memudahkan mendistribusikan bahan baku
dari lokasi perkebunan menuju lokasi industri.
Ditinjau dari lokasinya, wilayah
perancangan segmen 2 ini memiliki posisi yang
strategis, dimana memiliki akses langsung ke
pelabuhan sehingga mempermudah proses
distribusi barang melalui jalur laut bahan baku
ataupun hasil industri nantinya. Selain itu, di
wilayah perancangan segmen 2 tersebut belum
terdapat permukiman warga sehingga akan
lebih mudah untuk dikembangkan sebagai
kawasan industri dan permukimannya. Hal lain
yang mendukung pemilihan wilayah tersebut
sebagai lokasi industri adalah karena wilayah
tersebut tersebut terletak di Kecamatan
Kaliwungu yang ditetapkan sebagai KIK
(Kawasan Industri Kendal). Oleh karena itu
wilayah perancangan segmen 2 memiliki
prospek yang baik untuk dikembangkan
sebagai kawasan industri, terlebih diimbangi
dengan manajemen pengelolaan yang baik
ppula.
POTRET Kawasan Industri
![Page 29: Bab iii](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022060115/557c9480d8b42a41498b49b3/html5/thumbnails/29.jpg)
54 STUDIO 3A 2014
Kawasan perancangan segmen 2 memiliki
luas 60,64 Ha yang terdiri 30,34 Ha untuk
kawasan industri kayu lapis dan 30,3 Ha untuk
kawasan permukiman dan memiliki batas
administrasi seperti berikut:
Utara : Kelurahan Kerajan Kulon
Selatan : Kelurahan Kerajan Kulon
Timur : kelurahan Kutoharjo dan Kelurahan
Mororejo
Barat : Kelurahan Kerajan Kulon dan
Kelurahan Barat Tengah
Kawasan perancangan segmen 2
berada di tengah antara kawasan perancangan
segmen 1 dan 3. Kawasan perancangan segmen
2 juga memiliki lokasi paling strategis karena
adanya jalan yang menghubungkan antara
pelabuhan dan jalan arteri.
Sumber :RTRW Kabupaten Kendal, 2010
Peta Administrasi
Wilayah Kawasan Perancangan Segmen 2
LUAS
BATAS WILAYAH
![Page 30: Bab iii](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022060115/557c9480d8b42a41498b49b3/html5/thumbnails/30.jpg)
STUDIO 3A 2014 55
Perkembangan Ekonomi Tabel III.10
LQ Kecamatan Kaliwungu Tahun 2007-2012
No Lapangan
Usaha
LQ Rata-rata
Keterangan 2007 2008 2009 2011 2012
1 Primer 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 non basis
2 Sekunder 0,24 0,24 0,23 0,98 0,98 0,73 non basis
3 Tersier 1,87 1,89 1,87 1,17 1,17 1,59 basis
Sumber : Hasil analisis kelas A Studio Perancangan 2014
Berdasarkan hasil perhitungan nilai LQ
Kecamatan Kaliwungu, didapatkan hasil
bahwa sektor tersier merupakan sektor
basis, sedangkan sektor primer dan sektor
sekunder merupakan sektor non basis. Hal
ini mengindikasikan bahwa pada
Kecamatan Kaliwungu bahwa pekerjaan
sebagai pedagang, angkutan, PNS/ABRI,
pensiunan dan jasa lainnya merupakan
paling mendominasi dan memiliki peran
penting bagi perkembangan Kecamatan
Kaliwungu sendiri.
Perkembangan Industri Pada kawasan perancangan segmen 2 telah terdapat sebuah industri kayu lapis
dengan skala besar dan tergolong dalam kategori aneka industri menurut Departemen
Perindustrian dan Perdagangan. Industri ini sudah cukup berkembang. Namun perlu dilakukan
penataan ulang agar industri kayu lapis ini dapat semakin berkembang dan terorganisir.
Peletakan kayu bahan baku dan barang hasil produksi yang belu terorganisir dengan baik
dapat menyebabkan kemunduran kualitas industri kayu lapis ini.
![Page 31: Bab iii](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022060115/557c9480d8b42a41498b49b3/html5/thumbnails/31.jpg)
56 STUDIO 3A 2014
Perkembangan Penggunaan Lahan Berdasarkan peta dibawah
menjelaskkan bahwa pada tahun 2000,
kawasan perancangan segmen 2 hanya berupa
sawah irigasi seluruhnya dan belum ada
bangunan. Pada tahun 2006, sudah terdapat
bangunan industri kayu lapis disebelah jalan
arteri utama. Pada tahun 2011 bangunan yang
ada semakin bertambah walau hanya dalam
jumlah yang sangat kecil dan bertambah pada
area sebelah jalur arteri utama dan beberapa
bangunan di jalan menuju pelabuhan.
Perkembangan Tata Guna Lahan Kawasan Perancangan Segmen 2
Th 2000, 2010, 2011 (Kiri ke Kanan)
Karakteristik Sarana dan Prasarana
Berdasarkan peta sarana wilayah pada kawasan
perancangan segmen 2, dapat diketahui bahwa belum
terdapat sarana apapun meskipun sudah terdapat
industri eksisting berupa kayu lapis dan beberapa
bangunan non permanen.
Peta Sebaran Sarana Eksisting
Lokasi Perancangan
![Page 32: Bab iii](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022060115/557c9480d8b42a41498b49b3/html5/thumbnails/32.jpg)
STUDIO 3A 2014 57
Jaringan Jalan
Sumber: Bappeda Jawa Tengah, 2010
Secara eksisting, jaringan jalan yang
terdapat pada kawasan perancangan segmen
2 hanya jalan menuju Pelabuhan Kendal dan
jalan arteri yang menghubungna Kota
Semarang dan Kota Kendal. Jalan yang ada
sudah memiliki kelas jalan yang baik, bahkan
jalan menuju pelabuhan sudah baik walau
masih dalam pembangunan. Untuk
mempertimbangkan adanya kemungkinan
meningkatnya jumlah pengguna kendaraan
pada jalan arteri, maka akan dibangun jalan
khusus untuk kendaraan industri yang akan
menuju kawasan industri.
Jaringan Sanitasi Sama halnya dengan Kecamatan Kaliwungu, kawasan perancangan segmen 2 yang
direncanakan, secara eksisting sudah memiliki sistem jaringan sanitasi yang modern, karena sudah
dilengkapi WC beserta septictank untuk menampung limbah cairnya.
Jaringan Drainase Kawasan mikro atau kawasan perancangan segmen 2belum memiliki jaringan drainase, hal ini
dikarenakan kondisis penggunaan lahan yang ada merupakan lahan tambak. Hal ini juga
dikarenakan kondisi jaringan jalan yang ada belum sepenuhnya tersedia.
Peta
Jarin
gan Ja
lan K
aw
asa
n In
dustri
Keca
mata
n K
aliw
ungu
![Page 33: Bab iii](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022060115/557c9480d8b42a41498b49b3/html5/thumbnails/33.jpg)
58 STUDIO 3A 2014
Perkembangan Penduduk Berdasarkan piramida penduduk pada gambar 3.18 dapat
diketahui bahwa jumlah penduduk paling banyak terdapat pada
kategori kelompok umur 15-19 tahun dengan komposisi 746 jiwa
laki-laki dan 846 jiwa perempuan; dan kategori kelompok umur
20-24 tahun dengan komposisi 607 jiwa laki-laki dan 563 jiwa
perempuan. Banyaknya usia produktif pada Kecamatan Kaliwungu
dapat dijadikan potensi untuk dapat mengembangkan kawasan
industri namun harus
disertai dengan skill yang
nantinya akan dibutuhkan
oleh industri.
Sumber : Kecamatan Kaliwungu Dalam Angka, 2012
Isu, Potensi dan Masalah Kawasan Industri Perkembangan
Kabupaten Kendal terhadap
kawasan Kedungsepur yang
akan mempengaruhi
perkembangan PDRB
Kabupaten Kendal sendiri
sudah menjadi sebuah hal
yang harus diperhatikan
karena dapat menjadi sebuah
potensi besar mengingat
lokasi Kabupaten Kendal
yang tergolong strategis. Pengembangan ini akan difokuskan
pada pengembangan industri skala kecil, menengah dan besar.
Untuk industri skala besar akan difokuskan pada Kecamatan
Kaliwungu. Hal ini menjadi sebuah potensi mengingat Kecamatan
Kaliwungu didukung oleh adanya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
yang ditetapkan dan dilewati oleh jalan arteri Utara Pulau jawa
(Jalan Pantura), dekat dengan Pelabuhan Kendal dan Kota
Semarang. Tapi terdapat beberapa masalah juga dengan lokasi
Kecamatan Kaliwungu yaitu adanya ancaman rob dan land
subsidance yang akan menjadi nilai kurang untuk para investor
yang akan berinvestasi.
1.000 800 600 400 200 0 200 400 600 800 1000
0-4
5-9 .
10-14 .
15-19 .
20-24 .
25-29 .
30-34 .
35-39 .
40-44 .
45-49 .
50-54 .
55-59 .
Perempuan
Laki-laki
Pira
mid
a P
endudu
k
![Page 34: Bab iii](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022060115/557c9480d8b42a41498b49b3/html5/thumbnails/34.jpg)
STUDIO 3A 2014 59
Masalah lingkungan
lain yang ada berupa
pengolahan limbah yang
masih buruk dan sampah
yang tidak dikelola dengan
baik. Ketidaksesuaian
pemanfaatan ruang dengan
RTRW juga menjadi salah
satu masalah lain yang ada. Akibat adanya masalah lingkungan
ini maka menyebabkan masalah sosial berupa spekulasi tanah
yang akan merugikan masyarakat serta menghambat
pembangunan yang ada di Kecamatan Kaliwungu sendiri.
Apabila dirangkum dan dirunut lebih lanjut, maka dapat dibuat
suatu pohon masalah yang menjabarkan permasalaha utama dan
dampak yang diakibatkan dari permasalahan itu sendiri.
Sumber : Analisis Kelompok 4A Studio Perancangan, 2014
Pohon Masalah Segmen 2 Industri
Kondisi Jaringan
Jalan yang Rusak
Adanya Industri yang
Tersebar di Kawasan
Perancangan
Belum Adanya
Pengelolaan
Limbah Industri
Kawasan Perancangan yang
Mempunyai Kerawanan
Bahaya Rob dan abrasi
Input
Terhambatnya
akses distribusi
industri
Kebutuhan pembiayaan
pembangunan industri tinggi
Ekspansi Lahan
Tingginya pembangunan
kebutuhan akan sarana
prasarana industri
Tingginya
kebutuhan akan
lahan
Spekulasi lahan
Pencemaran
Lingkungan
Terhambatnya Pertumbuhan Sektor Industri
Proses
Output
Isu/Masalah
Utama Terhambatnya Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Kaliwungu khususnya pada sektor industri
Dampak
Langsung
Dampak Luas
Berkurangnya promosi daerah
terhadap industri segmen 2
Terhambatnya investasi
penanaman modal industri
Belum adanya kawasan industri baru yang dapat menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi Kab. Kendal
Rendahnya daya saing
wilayah industri segmnen 2