Download - BAB II TINJAUAN UMUM TERKAIT PERLINDUNGAN …
23
BAB II
TINJAUAN UMUM TERKAIT PERLINDUNGAN HUKUMPEKERJA
KONTRAK ATAS DASAR KEBUTUHAN DALAM HAL KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA APABILA TERJADI KECELAKAAN KERJA
2.1. Pengertian Perlindungan Hukum
Menurut Philipus perlindungan hukum yaitu selalu berkaitandengan
kekuasaan. Ada dua kekuasaan pemerintah dan kekuasaanekonomi. Dalam hubungan
dengan kekuasaan pemerintah,permasalahan perlindungan hukum bagi rakyat (yang
diperintah),terhadap pemerintah (yang memerintah). Dalam hubungan
dengankekuasaan ekonomi, permasalahan perlindungan hukum adalahperlindungan
bagi si lemah terhadap si kuat,misalnya perlindungan bagi pekerja terhadap
pengusaha.23
Maksud dari penjelasan tersebut bahwa rakyat mempunyaihak, kewajiban dan
kedudukan yang memerlukan perlindungan hukumbaik dalam hubungan kekuasaan
pemerintah, permasalahanperlindungan hukum maupun dalam hubungan dengan
kekuasaanekonomi.
Menurut Setiono, perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk
melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak
sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman
sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia.24
Perlindungan hukum selalu dikaitkan dengan konsep rechtstaat atau konsep
rule of law karena lahirnya konsep-konsep tersebut tidak lepas dari keinginan
23Asri Wijayanti, op.cit. h. 10.
24Setiono, 2004, Rule of Law (Supremasi Hukum), Magister Ilmu Hukum Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta, h. 3.
1
9 23
24
memberikan pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia, konsep
rechtstaat muncul di abad ke-19 yang pertama kali dicetuskan oleh Julius Stahl.Pada
saatnya hampir bersamaan muncul pula konsep negara hukum (rule of Law) yang
dipelopori oleh A.V.Dicey.
Konsep rechtstaat menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan
dengan negara hukum adalah negara yang menyelenggarakan kekuasaan
pemerintahannya didasarkan pada hukum. Konsep negara hukum atau rechtstaat
menurut Julius Stahl mencakup 4 (empat) elemen, yaitu :
1. Perlindungan hak asasi manusia;
2. Pembagian kekuasaan;
3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang;
4. Peradilan tata usaha negara.25
Keberadaan hukum dalam masyarakat sangatlah penting dalam kehidupan
dimana hukum dibangun dan dijiwai oleh moral konstitusionalisme. Hak-hak asasi
warga harus dihormati dan ditegakkan oleh pengembang kekuasaan negara
dimanapun dan kapanpun, ataupun juga ketika wargamenggunakan kebebasannya
untuk ikut serta atau untuk mengetahui jalannya proses pembuatan kebijakan
publik.26
25Philipus M. Hadjon, op.cit. h. 2 26Sudikno Mertokusumo, 2003, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Cet. 1, Liberty,
Yogyakarta, (selanjutnya disingkat Sudikno Mertokusumo I) h. 22.
25
Negara hukum pada dasarnya bertujuan untuk memberikan perlindungan
hukum bagi rakyat terhadap tindakan pemerintah yang dilandasi oleh dua prinsip
negara hukum, yaitu perlindungan hukum preventif merupakan perlindungan yang
diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya
pelanggaran dan perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa
sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah
terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.27
Keadilan dibentuk oleh pemikiran yang benar, dilakukan secara adil dan jujur
serta bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan. Rasa keadilan dan hukum
harus ditegakkan berdasarkan hukum positif untuk menegakkan keadilan dalam
hukum sesuai dengan realitas masyarakat yang menghendaki tercapainya masyarakat
yang aman dan damai.Keadilan harus dibangun sesuai dengan cita hukum (Rechtidee)
dalam negara hukum (Rechtstaat), bukan negara kekuasaan (Machtsstaat). Hukum
berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia, penegakkan hukum harus
memperhatikan 4 unsur yaitu:
1. Kepastian hukum (Rechtssicherkeit)
2. Kemanfaat hukum (Zeweckmassigkeit)
3. Keadilan hukum (Gerechtigkeit)
4. Jaminan hukum (Doelmatigkeit).28
27ZahirinHarahap,2001, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, h. 2.
28Ishaq, 2009, Dasar-dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 43.
26
Penegakan hukum dan keadilan harus menggunakan jalur pemikiran yang
tepat dengan alat bukti dan barang bukti untuk merealisasikan keadilan hukum dan isi
hukum harus ditentukan oleh keyakinan etis, adil tidaknya suatu perkara. Persoalan
hukum menjadi nyata jika para perangkat hukum melaksanakan dengan baik serta
memenuhi, menepati aturan yang telah dibakukan sehingga tidak terjadi
penyelewengan aturan dan hukum yang telah dilakukan secara sistematis,
artinyamenggunakan kodifikasi dan unifikasi hukum demi terwujudnya kepastian
hukum dan keadilan hukum.29
Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia, agar
kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan secara profesional.
Pelaksanaan hukum dapat berlangsung normal, damai, dan tertib. Hukum yang telah
dilanggar harus ditegakkan melalui penegakkan hukum. Penegakan hukum
menghendaki kepastian hukum, kepastian hukum merupakanperlindungan terhadap
tindakan sewenang-wenang. Masyarakat mengharapkan adanya kepastian hukum
karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan tertib, aman dan damai.
Aturan hukum baik berupa undang-undang maupun hukum tidak tertulis,
dengan demikian, berisi aturan-aturan yang bersifat umum yang menjadi pedoman
bagi individu bertingkah laku dalam hidup bermasyarakat, baik dalam hubungan
dengan sesama maupun dalam hubungannya dengan masyarakat. Aturan-aturan itu
menjadi batasan bagi masyarakat dalam membebani atau melakukan tindakan
29Ibid, h. 4.
27
terhadap individu. Adanya aturan semacam itumaka akanmenimbulkan kepastian
hukum. Dengan demikian, kepastian hukum mengandung dua pengertian yaitu
pertama, adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan
apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan dan kedua, berupa keamanan hukum bagi
individu dari kesewenangan pemerintah karenadengan adanya aturan yang bersifat
umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan
oleh negara terhadap individu.30
Peran pemerintah dan pengadilan dalam menjaga kepastian hukum sangat
penting. Pemerintah tidak boleh menerbitkan aturan pelaksanaan yang tidak diatur
oleh undang-undang atau bertentangan dengan undang-undang. Apabila hal itu
terjadi, pengadilan harus menyatakan bahwa peraturan demikian batal demi hukum,
artinya dianggap tidak pernah ada sehingga akibat yang terjadi karena adanya
peraturan itu harus dipulihkan seperti sediakala. Akan tetapi, apabila pemerintah tetap
tidak mau mencabut aturan yang telah dinyatakan batal itu, hal itu akan berubah
menjadi masalah politik antara pemerintah dan pembentuk undang-undang.31
Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa perlindungan hukum
adalah segala bentuk upaya pengayoman terhadap harkat dan martabat manusia serta
pengakuan terhadap hak asasi manusia di bidang hukum. Prinsip perlindungan hukum
bagi rakyat Indonesia bersumber pada Pancasila dan konsep negara hukum, kedua
30Peter Mahmud Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, (selanjutnya
disingkat Peter Mahmud Marzuki II) h. 157.
31Ibid, h. 159.
28
sumber tersebut mengutamakan pengakuan serta penghormatan terhadap harkat dan
martabat manusia.
1.2. Pekerja Kontrak
1.2.1. Pegertian pekerja
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Ketenagakerjaan,
pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan
dalam bentuk lain.Pekerja sendiri diartikan secara umum yakni orang yang bekerja
pada satu perusahaan/instansi mendapat tugas/pekerjaan serta upah sebagai
imbalannya.Secara prinsip tidak ada perbedaan antara buruh,pekerja, karyawan,
pegawai dan kuli.Perbedaaannya hanya pada istilah saja, dan semua istilah tersebut
secara prinsip mempunyai persamaan, yakni setiap orang yang bekerja dengan
menerima upah atau imbalan. Namun dalam kultur Indonesia, buruh berkonotasi
sebagai pekerja rendahan, hina, kasaran dan sebagainya. sedangkan pekerja, tenaga
kerja dan karyawan adalah sebutan untuk buruh yang lebih tinggi, dan diberikan
cenderung kepada buruh yang tidak memakai otot tapi otak dalam melakukan kerja.
Akan tetapi pada intinya sebenarnya keempat kata ini sama mempunyai arti satu yaitu
pekerja. Hal ini terutama merujuk pada Undang-Undang Ketenagakerjaan, yang
berlaku umum untuk seluruh pekerja maupun pengusaha di Indonesia.
1.2.2. Pengertian kontrak
Berdasarkan Bab II Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(selanjutnya disebut KUHPerdata) Indonesia menyamakan kontrak dengan perjanjian
atau persetujuan. Hal tersebut secara jelas terlihat dalam judul Bab II Buku III
29
KUHPerdata, yakni “Perikatan yang Lahir dari Kontrak atau Persetujuan”. Pasal 1313
KUHPerdata mendefinisikan perjanjian sebagai suatu perbuatan yang terjadi antara
satu atau dua orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap orang lain.
Perjanjian kerja dapat dibedakan menjadi beberapa jenis diantaranya yaitu
sebagai berikut :
1. Perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT)
Didalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor Kep. 100/Men/VI/2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu adalah perjanjian kerja antara
pekerja/buruh dan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam
waktu tertentu dan untuk pekerjaan tertentu.32 Syarat-syarat yang harus
dipenuhi dalam pembuatan perjanjian kerja waktu tertentu terdapat
didalam Pasal 56-58 Undang-Undang Ketenagakerjaan.
2. Perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT)
Menurut Kep. 100/Men/VI/2004 pada Pasal 1 angka 2 adalah perjanjian
kerja antara pekerja/buruh dan pengusaha untukmengadakan hubungan
kerja yang bersifat tetap. PKWTT ini dapat mensyaratkan masa percobaan
kepada pekerja asalkan hal tersebut dituangkan didalam perjanjian kerja
tertulis bila perjanjian kerjanya secara lisan masa percobaan harus
32Rukiyah L dan Darda Syahrizal, 2013, Undang-Undang Ketenagakerjaan dan Aplikasinya,
Dunia Cerdas, Jakarta, h. 174.
30
dicantumkan didalam surat pengangkatan. Pengaturan mengenai PKWTT
terdapat didalam Pasal 60-63 Undang-Undang Ketenagakerjaan.
3. Perjanjian kerja dengan perusahaan pemborong pekerjaan
Perjanjian kerja dengan perusahaan pemborong pekerjaan dalam hal ini
memang kurang bisa ntuk dipahami tetapi untuk lebih mepercepat suatu
pekrjaan terkait dengan deatlinedimungkinkan saja pengusaha dalam hal
ini mengadakan kerja sama denganperusahaan lain yang berbadan hukum
dimana perjanjian tersebut dibuat secara tertulis.33 Syarat-syarat
penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain
berdasarkan Pasal 65 ayat (2) Undang-Undang Ketenagakerjan jo Pasal 3
ayat (2) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 yaitu:
a. Harus terpisah dengan kegiatan utama perusahaan
b. Adanya perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi kerja
c. Secara keseluruhan merupakan kegiatan penunjang diperusahaan
tersebut
d. Tidak menghambat proses produksi secara langsung.
4. Perjanjian kerja dengan perusahaan penyedia jasa pekerja
Perusahaan penyedia jasa pekerja harus berbadan hukum dan memiliki
izin dari instansi ketenagakerjaan. Dimana pada Pasal 66 ayat (1) Undang-
33Ibid, h. 181
31
Undang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa pekerja/buruh dari
perusahaan penyedia jasa pekerja tidak boleh digunakan oleh pemberi
kerja untuk melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang
berhubungan dengan proses produksi kecuali untuk kegiatan jasa
penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses
produksi. Pekerja dari perusahaan penyedia jasa pekerja hanya
dipekerjakan pada kegiatan penunjang seperti usaha-usaha pelayanan
kebersihan, usaha penyediaan makanan bagi pekerja/buruh, usaha tenaga
pengamanan, usaha jasa penunjang dipertambangan dan perminyakan
serta uaha penyediaan angkutan pekerja/buruh.34
1.2.3. Pengertian pekerja kontrak
Pekerja kontrak adalah pekerja dengan status bukan pekerja tetap atau dengan
kalimat lain pekerja yang bekerja hanya untuk waktu tertentu berdasarkan
kesepakatan antara pekerja dengan perusahaan pemberi kerja. Dalam istilah hukum
pekerja kontrak sering disebut “Pekerja PKWT”, maksudnya pekerja dengan
perjanjian kerja waktu tertentu. Salah satu hal yang sangat penting yang harus
diperhatikan oleh pekerja kontrak adalah harus memiliki/mendapatkan surat
perjanjian kerja yang ditandatangani oleh pengusaha dan pekerja yang bersangkutan.
1.2.4. Hak-hak pekerja kontrak
a. Berhak mendapat upah minimum
34Ibid, h. 183.
32
Pekerja PKWT / pekerja kontrak berhak mendapat upah minimum sesuai
dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Gubernur. Upah yang diperoleh
pekerja kontrak tidak boleh lebih rendah dari upah minimum yang terdiri
dari UMP, UMK, UMS Provinsi, maupun UMS Kabupaten /Kota. Upah
pekerja kontrak serendah-rendahnya adalah sama dengan upah minimum
diperusahaan tempat ia bekerja. Upah yang diperhitungkn yaitu upah
pokok dan tunjangan tetap. Namun tunjangan tetap tiak menjadi dasar
perhitungan upah minimum.
b. Berhak atas ganti rugi jika PHK diluar perjanjian kerja
Berdasarkan Pasal 62 Undang-Undang Ketenagakerjaan apabila salah
satu pihak didalam perjanjian kerja mengakhiri hubungan kerja sebelum
berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerja waktu
tertentu, maka berlaku ketentuan pihak yang menghentikan perjanjian
kerja diwajibkan membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar upah
pekerja sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja.
c. Berhak atas THR
Berdasarkan Pasal 6 ayat 2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 4
Tahun 1994 tentang Tunjangan Hari Raya Keagamaan menyatakan bahwa
pekerja waktu tertentu juga berhak untuk mendapatkan THR. Pemberian
THR diberikan bagi pekerja yang telah bekerja selama 3 tahun.
33
d. Berhak atas tunjangan-tunjangan
Segala macam tunjangan baik tunjangan tetap maupun tunjangan tidak
tetap, wajib dibayarkan kepada pekerja kontrak. Besarnya tunjangan
mengikuti perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama. Macam-macam tunjangan ini berlaku sama cengan peraturan
yang dikenakan pada pekerja kontrak.
e. Berhak atas jaminan sosial tenaga kerja
Pekerja kontrak juga berhak atas jaminan kesejahteraan yang diberikan
oleh perusahaan. PT JAMSOSTEK sebagai badan penyelenggara jaminan
sosial tenaga kerja memberi nomor induk bagi pekerja yang terdaftar
didalamnya. Sehingga menyebabkan hak-hak pekerja kontrak atas jaminan
kesejahteraan tidak hilang walaupun ia berpindah tempat kerja karena
berakhirnya kontrak kerja.
f. Berhak atas masa istirahat dan cuti
Pekerja kontrak juga behak atas masa istirahat dan cuti seperti halnya
pekerja tetap. Akan tetapi terbatas pada masa kerja terus menerus yang
kerap diisyaratkan. Masa istirahat ini juga berlaku bagi pekerja kontrak
perempuan.
g. Berhak atas perlindungan hukum
LPPHI merupakan lembaga yang dapat memfasilitasi penyelesaian
perselisihan antara pekerja dengan pengusaha yang tidak terbatas hanya
untuk pekerja tetap. Pekerja kontrak didorong untuk senantiasa menyadari
34
hak-haknya serta memperjuangkan melalui lembaga-lembaga atau instansi
yang berwenang.
h. Hak-hak lain yang sama dengan pekerja tetap
1. Hak mendapat kesempatan dan perlakuan yang sama tanpa
diskriminasi dalam memperoleh pekerjaan;
2. Mendapat hak yang sama dalam berpindah kerja, memperoleh
pekerjaan, damn mendapat penghasilan yang layak bagi kemanusiaan.
3. Memperoleh pengakuan dan penghargaan atas kompetensi kerja,
prestasi, dan kemampuanya.
4. Memperoleh upah yang layak, upah lembur, tunjangan-tunjangan,
waktu istirahat, cuti dan sebagainya;
5. Pekerja kontrak perempuan berhak atas cuti haid, cuti hamil, cuti
keguguran, dan waktu menyusui anak di jam kerja.
6. Hak atas jaminan sosial tenaga kerja;
7. Hak atas keselamatan kerja;
8. Hak-hak lain seperti mengajukan gugatan ke LPPHI, melaporkan
pengusaha ke instansi terkait atau pihak berwajib hak berserikat dan
berkumpul serta hak untuk menyuarakan pendapat, termasuk hak
melakukan mogok kerja.35
35Emmanuel Kurniawan, 2013, Hak-Hak Karyawan Tetap Dan Kontrak, Dunia Cerdas,
Jakarta, h. 163-166.
35
1.3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1.3.1. Keselamatan kerja
Keselamatan Kerja diatur dalam Pasal 86 ayat (1) Undang-Undang
Ketenagakerjaan yang menyatakan bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas:
a. K
eselamatan dan kesehatan kerja;
b. M
oral dan kesusilaan;
c. P
erlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama
Mengenai perlindungan tenaga kerja meliputi beberapa aspek yang salah
satunya mengenai perlindungan keselamatan. Perlindungan tersebut sebagai upaya
agar tenaga kerja merasa aman pada saat akan bekerja sehari-hari dan untuk dapat
meningkatkan produktivitas karyawan. Selain itu keselamatan juga telah menjadi
salah satu hak asasi manusia yang harus dilindungi oleh pemerintah dan dihargai oleh
anggota masyarakat lainnya. Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan dari
berbagai persoalan yang ada disekitarnya dan pada dirinya sendiri yang bisa saja
dapat menimpa atau mengganggu dirinya sendiri serta pelaksanaan pekerjaannya.36
Dengan majunya industrialisasi dan modernisasi, maka dalampeningkatan
intensitas kerja operasional dan tempat kerja para pekerja. Hal ini memerlukan
pengarahan tenaga kerja secara intensif dari para pekerja. Kelelahan, kurang
perhatian, kehilangan keseimbangan danlain-lain merupakan akibat dan sebab
terjadinya kecelakaan, maka dari itu perlu dipahami adanya pengetahuan keselamatan
36R. Wayne Mondy, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Erlangga, Jakarta, h. 86.
36
kerja yang tepat selanjutnya dengan peraturan yang maju akan dicapai keamanan
yang baik dan realistis yang merupakan faktor penting dalam memberikan rasa
tenteram, kegiatan dan kegairahan bekerja pada tenaga kerja yang bersangkutan untuk
dapat mempertinggi mutu pekerjaan, peningkatan produksi dan produktivitas kerja.
Menurut Rivai keselamatan kerja adalahsuatu perlindungan karyawan dari
cedera yang disebabkan oleh kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan.37 Selain
itu menurut Swasto keselamatan kerja menyangkut segenapproses perlindungan
tenaga kerja terhadap kemungkinan adanya bahaya yang timbul dalam lingkungan
pekerjaan.38Dari pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja
adalah suatu bentuk perlindungan yang berkaitan dengan upaya pencegahan
kecelakaan kerja maupun lingkungan kerja serta tindakan pekerja sendiri.
Undang-UndangKeselamatan Kerja yang menyatakan bahwa setiap tenaga
kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas
nasional. Setiap pekerja/buruh yang berada di tempat kerja terjamin pula
keselamatannya. Setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman
dan efisien. Perlu diadakan segala daya upaya untuk membina norma-norma
perlindungan kerja. Pembinaan norma-norma perlu diwujudkan dalam undang-
undang yang memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang
37Ibid, h. 413. 38Swasto Bambang, 2011, Manajemen Sumber Daya Manusia, UB Press, Malang, h. 107.
37
sesuai dengan perkembangan masyarakat, industrialisasi teknik danteknologi.Adapun
syarat-syarat keselamatan kerja antara lain :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
4. Memberikan kesempatan atau jalan penyelamatan diri waktu kebakaran
atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
5. Memberikan pertolongan pada kecelakaan;
6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada pekerja;
7. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
8. Menyelanggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
2.3.2. Kesehatan kerja
Kesehatan Kerja diatur dalam Pasal 86 ayat (1) huruf aUndang-Undang
Ketenagakerjaan yang merupakan salah satu hak pekerja untuk memperoleh
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk itu pengusaha wajib
melaksanakan secara sistematis dan terintegrasi dengan sistem manajemen
perusahaan.
Upaya kesehatan kerja bertujuan untuk melindungi pekerjaan atau buruh guna
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal dengan cara pencegahan kecelakaan
dan penyakit akibat kerja pengendalian bahaya ditempat kerja, promosi kesehatan,
pengobatan,dan rehabilitasi. Dengan demikian tujuan kesehatan kerja adalah:
1. Melindungi pekerja dari resiko kesehatan kerja;
38
2. Meningkatkan derajat kesehatan para pekerja atau buruh;
3. Agar pekerja atau buruh dan orang-orang disekitarnya
terjaminkesehatannya;
4. Menjamin agar produksi dipelihara dan dipergunakan secara amandan
berdaya guna.
Menurut Mathis dan Jackson kesehatan kerja merujuk pada kondisi fisik,
mental dan stabilitas emosi secara umum. Individu yang sehat adalah yang bebas dari
penyakit, cedera serta masalah mental dan emosi yang bisa mengganggu aktivitas
manusia normal umumnya.39
Menurut Swasto kesehatan kerja menyangkut kesehatan fisik dan mental.
Kesehatan mencakup seluruh aspek kehidupan manusiatermasuk lingkungan
kerja.Swasto juga mengemukakan bahwa ada beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan kerja antara lain:
1. Kondisi lingkungan tempat kerja meliputi:
a. Kondisi fisik yaitu berupa penerangan, suhu udara, ventilasi ruangan
tempat kerja, tingkat kebisingan, getaran mekanis, radiasi dan tekanan
udara;
b. Kondisi fisiologis, yaitu dapat dilihat dari konstruksi mesin/peralatan,
sikap badan dan cara kerja dalam melakukan pekerjaan, hal-hal yang
39Mathis Robert L. dan Jackson John H, 2006, Human Resource Management, alih bahasa,
Salemba Empat, Jakarta, h. 245.
39
dapat menimbulkan kelelahan fisik dan bahkan dapat mengakibatkan
perubahan fisik tubuh karyawan.
c. Kondisi khemis yaitu dapat dilihat dari uap gas, debu, kabut, asap, awan,
cairan dan benda padat.
2. Mental psikologis yaitu meliputi hubungan kerja dalam kelompok/teman
sekerja, hubungan kerja antara bawahan dan atasan dan sebaliknya, suasana
kerja, dan lain-lain.40
1.3.3. Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu program yang dibuat bagi
pekerja/buruh maupun pengusaha sebagaiupaya pencegahan (preventif) bagi
timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan
kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja
akibat dari hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal yang demikian.41
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan faktor yang penting dalam
terlaksananya kegiatan perusahaan. Adanya jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap perusahaan kepada para
karyawannya. Menurut Rivai keselamatan dan kesehatan kerja merujuk kepada
kondisi-kondisi fisiologis fiskal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh
lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.42
Dari penjelasan mengenai pengertian keselamatan dan kesehatan kerja yang
telah disebutkan maka dapat disimpulkan bahwa pengertian keselamatan dan
40Swasto Bambang, op.cit. h. 110. 41Adrian Sutedi, op.cit, h. 170
42Rivai Veltzhal 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, Murai
Kencana, Jakarta, h. 411.
40
kesehatan kerja merupakan salah satu cara untuk melindungi para karyawan dari
bahaya atauancaman kecelakaan kerja selama bekerja yang bertujuan untuk
menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat yang mendukung pencapaian
tujuan perusahaan.
1.4. Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1.4.1. Pengertian jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
Jaminan sosial tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang Jamsostek
merupakan hak setiap tenaga kerja yang merupakan kewajiban dari pengusaha. Pada
hakikatnya program jamsostek dimaksudkan untuk memberikan kepastian
berlangsungnyaarus penerimaanpenghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian
penghasilan yang hilang.Disamping itu program jamsostek mempunyai beberapa
aspek antara lain:
a. Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhanhidup
minimal bagi tenaga kerja beserta keluarganya.
b. Merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang menyumbangkan
tenaga serta pikirannya kepada perusahaan tempatnya bekerja.43
1.4.2. Jenis – jenis jaminan sosial tenaga kerja
Berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Jamsostek ruang
lingkup program Jamsostek meliputi:
1) Jaminan kecelakaan kerja
43Lalu Husni, 2014, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Edisi Revisi, Cetakan ke-12,
Rajawali Pers, Jakarta, (selanjutnya disingkat Lalu Husni II) h. 152.
41
Kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja merupakan resiko yang
dihadapi oleh tenaga kerja yang melakukan pekerjaan. Untuk
menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilannya yang
diakibatkan oleh kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik
maupun mental, maka perlu adanya jaminan kecelakaan kerja. Jaminan
kecelakaan kerja ini diatur dalam Pasal 8 sampai dengan 11 Undang-
Undang Jamsostek. Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak
mendapatkan jaminan kecelakaan kerja, yang termasuk tenaga kerja dalam
jaminan kecelakaan kerja adalah :
a. Magang dan murid yang bekerja pada perusahaan, baik yang
menerima upah maupun tidak;
b. Mereka yang memborong pekerjaan kecuali jika yang memborong
adalah perusahaan;
c. Narapidana yang dipekerjakan di perusahaan.44
2) Jaminan kematian
Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja akan
mengakibatkan terputusnya penghasilan, dan sangat berpengaruh pada
kehidupan sosial ekonomi bagi keluarga yang ditinggalkan. Oleh karena
itu, diperlukan jaminan kematian dalam upaya meringankan beban
keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa
44Asri Wijayanti, op.cit, h. 127.
42
uang. Jaminan kematian diberikan kepada tenaga kerja yang telah
meninggal dunia. Santunan kematian diberikan langsung kepada keluarga
yang ditinggalkan tenaga kerja yang diatur dalam Pasal 12 Undang-
Undang Jamsostek.45
3) Jaminan hari tua
Jaminan hari tua dapat mengkibatkan terputusnya upah karena tidak lagi
mampu bekerja. Akibat terputusnya upah tersebut dapat menimbulkan
kerisauan bagi tenaga kerja dan mempengaruhi ketenagakerjaan sewaktu
masih bekerja, terutama bagi mereka yang penghasilannya rendah.
Jaminan hari tua diberikan kepada tenaga kerja yang telah mencapai usia
55 (lima puluh lima) tahun. Jaminan hari tua dapat diberikan kepada
tenaga kerja yang putus hubungan kerja dengan minimal masa kepersetaan
5 (lima) tahun terhitung dari masa pendaftaran. Jaminan hari tua diatur
dalam Pasal 14 Undang-Undang Jamsostek.46
4) Jaminan pemeliharaan kesehatan
Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas
pekerja sehingga dapat melaksankan rugas sebaik-baiknya dan merupakan
upaya kesehatan dibidang penyembuhan (kuratif). Upaya penyembuhan
diperlukan setap orang maka sudah selayaknya diupayakan
penanggulangan kemampuan masyarakat melalui program jaminan sosial
45Asri Wijayanti, op.cit, h. 137.
46Asri Wijayanti, op.cit, h. 139.
43
tenaga kerja. Jaminan pemeliharaan kesehatan diatur dalam Pasal 16
Undang-Undang Jamsostek.47
1.5. Kecelakaan Kerja
1.5.1. Pengertian kecelakaan kerja
Kecelakaan didefinisikan sebagai suatu kejadian yang tak terduga, semula
tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan
dapat menimbulkan kerugian baik bagi manusia dan atau harta benda. Sedangkan
kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan dan tidak
terencana yang mengakibatkan luka, sakit, kerugian baik pada manusia, barang
maupun lingkungan.
Bagian mesin, alat kerja, tempat dan lingkungan kerja mungkin rusak oleh
kecelakaan. Akibat dari itu, terjadilah kekacauan organisasi (biasanya pada proses
produksi), orang yang ditimpa kecelakaan mengeluh dan menderita, sedangkan
keluarga dan kawan-kawan sekerja akan bersedih hati, kecelakaan tidak jarang
berakibat luka-luka, terjadinya kelainan tubuh dan cacat, bahkan tidak jarang
kecelakaan merenggut nyawa dan berakibat kematian.
Kecelakaan tidak terjadi secara kebetulan, melainkan ada sebabnya. Karena
ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar dapat dicegah
dengan upaya preventif dan kecelakaan serupa tidak berulang kembali. Kecelakaan
kerja merupakan suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang
47Asri Wijayanti, op.cit, h. 140.
44
dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda. Kecelakaan kerja adalah suatu
kecelakaan yang terjadi pada saat seseorang melakukan pekerjaan. Berdasarkan
Undang-UndangKeselamatan Kerja, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang
tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah
diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia
maupun harta benda.
2.5.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja
Lalu Husni mengklasifikasikan ada empat faktor penyebab kecelakaan kerja
yaitu sebagai berikut:
a. Faktor manusia, diantaranya kurangnya keterampilan atau pengetahuan
tentang industri dan kesalahan penempatan tenaga kerja.
b. Faktor material atau peralatannya, misalnya bahan yang seharusnya dibuat
dari besi dibuat dengan bahan lain yang lebih murah sehingga
menyebabkan kecelakaan kerja.
c. Faktor sumber bahaya yang meliputi metode kerja yang salah, sikap kerja
yang teledor serta tidak memakai alat pelindung diri. Kondisi/keadaan
bahaya misalnya lingkungan kerja yang tidak aman serta pekerjaan yang
membahayakan.
45
d. Faktor lingkungan kerja yang tidak sehat, misalnya kurangnya cahaya,
ventilasi, pergantian udara yang tidak lancar dan suasana yang sumpek.48
Dari beberapa faktor tersebut, Suma’mur menyederhanakan faktor penyebab
kecelakaan kerja menjadi dua yaitu:
a. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe
human act atau human error).
b. Keadaan lingkungan yang tidak aman.49
1.6. Gambaran Umum Mengenai Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten
Badung
Menurut Ida Bagus Putu Kusumajaya sebagai Kasubag Kepegawaian di Dinas
Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung yang menyatakan bahwa Dinas Pemadam
Kebakaran Kabupaten Badung adalah sebuah dinas yang berbentuk instansi struktural
pemerintah yang berada dibawah pemerintah daerah Kabupaten Badung, yang
terletak di Jalan Kebo Iwa Nomor 39 Denpasar. Jumlah seluruh pekerja pada tahun
2016 di Dinas ini adalah 313 orang, yang terdiri dari staf administrasi sebanyak 67
orang, staf operasional sebanyak 146 orang, dan pekerja kontrak atas dasar kebutuhan
sebanyak 100 orang, yang dimana jumlah pekerja laki-laki sebanyak 293 orang dan
jumlah pekerja perempuan sebanyak 20 orang. Dari 313 pekerja pada Dinas
48Lalu Husni, 2003, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
(selanjutnya disebut Lalu Husni III), h. 142.
49Suma’mur, 1981, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Gunung Agung,
Jakarta, h. 9.
46
Pemadam Kebakaran Kabupatn Badung tercatat 213 pekerja tetap (PNS) dan 100
orang pekerja kontrak atas dasar kebutuhan sebanyak 100 orang (non PNS).
Selain itu, Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung memiliki 15
armada. Jumlah personel di setiap kendaraan bervariasi tergantung pengaturan di
kantor dan kepala Unit Pelaksana Teknis (selanjutnya disebut UPT) yang disiagakan
dalam tiga shift per hari. Di kantor induk ditempatkan lima kendaraan pemadam, UPT
tiga kendaraan pemadam, dan di setiap pos dua kendaraan pemadam. Hingga saat ini
Kabupaten Badung memiliki dua UPT, Badung Utara dan Badung Selatan. Masing-
masing UPT membawahi beberapa pos pemadam kebakaran. UPT Badung utara
membawahi tiga pos yaitu Pos Puspem, Pos Utara Terminal Mengwi, Pos Petang.
Untuk UPT Badung selatan juga membawahi tiga pos yaitu Pos di Jalan Kunti, Pos di
Jalan Lotring dan Pos di Pecatu.Dinasini merupakan unsur pelaksana pemerintah
daerah di bidang penanggulangan kebakaran yang dipimpin oleh seorang Kepala
Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui
Sekretariat Daerah. Dinas ini juga mempunyai tugas untuk melaksanakan usaha-
usaha pencegahan dan penanggulangan kebakaran serta pertolongan atau
penyelamatan terhadap bencana lain. (Wawancara, Rabu 30 Maret 2016).