21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Minapolitan
Minapolitan terdiri dari kata mina dan kata politan (polis). Mina berarti
ikan dan Politan berarti kota, sehingga Minapolitan dapat diartikan sebagai kota
perikanan atau kota di daerah lahan perikanan atau perikanan di daerah kota.
Minapolitan adalah kota perikanan yang tumbuh dan berkembang karena
berjalannya sistem dan usaha perikanan serta mampu melayani, mendorong,
menarik, menghela kegiatan pembangunan ekonomi daerah sekitarnya. Sesuai
dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.12/MEN/2010
tentang Minapolitan, definisi dari Minapolitan adalah konsepsi pembangunan
ekonomi kelautan dan perikanan berbasis kawasan berdasarkan prinsip-prinsip
terintegrasi, efisiensi, berkualitas dan percepatan.
B. Kawasan Minapolitan
Kawasan Minapolitan adalah suatu bagian wilayah yang mempunyai
fungsi utama ekonomi yang terdiri dari sentra produksi, pengolahan, pemasaran
komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan/atau kegiatan pendukung lainnya.
(Keputusan Menteri Perikanan dan Kelautan No 18 Tahun 2011 Tentang
Pedoman Umum Minapolitan). Dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang,Minapolitan masuk dalam kategori Agropolitan
dijelaskan bahwa Kawasan Agropolitan/Minapolitan adalah kawasan yang terdiri
atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem
produksi pertanian/perikanan dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang
Potensi Pengembangan Kawasan Minapolitan…, Diana Indra Dewi, FKIP UMP, 2018
22
ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan satuan
sistem permukiman dan sistem agrobisnis.
C. Konsep Minapolitan
Konsep Minapolitan didasarkan pada tiga azas yaitu demokratisasi
ekonomi kelautan dan perikanan pro rakyat, pemberdayaan masyarakat dan
keberpihakan dengan intervensi negara secara terbatas (limited state intervention),
serta penguatan daerah dengan prinsip: daerah kuat – bangsa dan negara kuat.
Ketiga prinsip tersebut menjadi landasan perumusan kebijakan dan kegiatan
pembangunan sektor kelautan dan perikanan agar pemanfaatan sumberdayanya
benar-benar untuk kesejahteraan rakyat dengan menempatkan daerah pada posisi
sentral dalam pembangunan. Dalam pengembangannya, kawasan minapolitan
memiliki sasaran pengembangan Kawasan minapolitan yang secara lengkap
disebutkan pada Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 18/Men/2011
tentang Pedoman Umum Minapolitan. Namun secara esensial, sasaran program
minapolitan bisa disarikan menjadi 4(empat) hal utama sebagai berikut:
1. Pelayanan secara terpadu dan efisien dari instansi pusat dan daerah serta
instansi lintas-sektor pada kawasan minapolitan
2. Berkembangnya sektor ekonomi dari komoditas sektor perikanan
3. Kawasan sentra minapolitan bersama wilayah sekitarnya tumbuh sebagai
kota mandiri
4. Pengisian tenaga kerja pada wilayah sekitar sentra minapolitan sesuai
dengan kapasitas daya dukung produksi perikan
Potensi Pengembangan Kawasan Minapolitan…, Diana Indra Dewi, FKIP UMP, 2018
23
Minapolitan merupakan konsep pembangunan kelautan dan perikanan
berbasis manajemen ekonomi kawasan dengan motor penggerak sektor kelautan
dan perikanan dalam rangka peningkatan pendapatan rakyat. Pembangunan
ekonomi kelautan dan perikanan dengan konsepsi Minapolitan dikembangkan
melalui peningkatkan efsiensi dan optimalisasi keunggulan komparatif dan
kompetitif daerah sesuai dengan eksistensi kegiatan pra produksi, produksi,
pengolahan dan/atau pemasaran, serta jasa pendukung lainnya, yang dilakukan
secara terpadu, holistik, dan berkelanjutan. Minapolitan bertujuan untuk: (a)
meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat skala mikro dan kecil, (b)
meningkatkan jumlah dan kualitas usaha skala menengah ke atas sehingga
berdaya saing tinggi, dan (c) meningkatkan sektor kelautan dan perikanan menjadi
penggerak ekonomi regional dan nasional.
Pengembangan Kawasan Minapolitan adalah suatu pendekatan
pembangunan kawasan perdesaan melalui upaya-upaya penataan ruang kawasan
perdesaan dan menumbuhkan pusat-pusat pelayanan fasilitas perkotaan (urban
function center) yang dapat mengarah pada terbentuknya kota-kota kecil berbasis
Perikanan (minapolis) sebagai bagian dari sistem perkotaan dengan maksud
meningkatkan pendapatan kawasan perdesaan (regional income). Dalam rangka
mengembangkan kawasan Minapolitan diperlukan adanya rencana induk
(masterplan) pengembangan kawasan Minapolitan oleh masing-masing
kabupaten/kota.Peran pemerintah pusat lebih diarahkan pada memfasilitasi.
Dalam implementasinya, pengembangan suatu kawasan Minapolitan
dikarakteristikan pada sentra-sentra produksi dan pemasaran berbasis perikanan
Potensi Pengembangan Kawasan Minapolitan…, Diana Indra Dewi, FKIP UMP, 2018
24
dan mempunyai multiplier effect tinggi terhadap kegiatan ekonomi, produksi,
perdagangan, jasa, pelayanan, kesehatan dan sosial yang saling terkait, dan
mempunyai sarana dan prasarana memadai sebagai pendukung keanekaragaman
aktivitas ekonomi layaknya sebuah kota. Tata laksana pengembangan Minapolitan
tertuang dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:
PER.18/MEN/2012 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Induk
Pengembangan Kawasan Minapolitan yang antara lain menetapkan beberapa
syarat yang harus dipenuhi oleh Kabupaten/Kota untuk menjadi kawasan
Minapolitan, antara lain komitmen daerah, memiliki komoditas unggulan dan
tersedianya fasilitas pendukung, seperti pelabuhan, industri pengolahan, jalan,
listrik dan lainnya. Untuk mengintegrasikan kawasan Minapolitan kedalam
konteks pengembangan wilayah secara makro dan memberikan masukan yang
komprehensif berdasarkan potensi perikanan yang terintegrasi.
Pengembangan Minapolitan diawali oleh adanya base line study untuk
dijadikan dasar dalam penyusunan rencana induk (master plan) kawasan dan jenis
komoditas andalan yang akan dikembangkan dengan berbagai persyaratan, baik
teknis maupun sosial untuk kemudian dapat digunakan sebagai indikator dalam
evaluasi kinerja Minapolitan. Minapolitan ialah proses yang dinamis secara siklik,
melibatkan peran multi-sektor secara terintegrasi untuk mewujudkan kota kecil
secara mandiri dengan sektor penggerak ekonomi dari perikanan yang dilakukan
secara berkelanjutan.
Potensi Pengembangan Kawasan Minapolitan…, Diana Indra Dewi, FKIP UMP, 2018
25
D. Karakterisik dan Syarat Kawasan Minapolitan
Dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No.
18/Men/2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pengembangan
Kawasan Minapolitan, suatu kawasan minapolitan sebaiknya mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
1. Suatu kawasan ekonomi yang terdiri atas sentra produksi, pengolahan,
dan/atau pemasaran dan kegiatan usaha lainnya, seperti jasa dan
perdagangan;
2. Mempunyai sarana dan prasarana sebagai pendukung aktivitas ekonomi;
3. Menampung dan mempekerjakan sumberdaya manusia di dalam kawasan
dan daerah sekitarnya; dan
4. Mampu menjadi motor perekonomian di daerah sekitarnya
Dalam pengembangan kawasan minapolitan, suatu kawasan dapat
ditetapkan sebagai kawasan minapolitan apabila memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1. Kesesuaian dengan Rencana Strategis, Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) dan/atau Rencana Zonasi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) kabupaten/kota, serta Rencana
Pengembangan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang telah ditetapkan;
2. Memiliki komoditas unggulan di bidang kelautan dan perikanan dengan
nilai ekonomi tinggi,meliputi :
Potensi Pengembangan Kawasan Minapolitan…, Diana Indra Dewi, FKIP UMP, 2018
26
a) Keberadaan komoditas unggulan, yaitu melimpah atau dapat
dibudidayakan dengan baik dengan prospek pengembangan tinggi dimasa
depan;
b) Nilai perdagangan komoditas tinggi dengan pertimbangan sebagai
berikut:
1. Memiliki pasar: lokal, nasional dan internasional;
2. Volume atau kemampuan produksi tinggi: dapat atau berpotensi
memenuhi permintaan pasar;
3. Tingkat produktivitas tinggi: kemampuan pemanfaatan teknologi
untuk mencapai tingkat produktivitas tinggi atau dapat dikembangkan
sehingga secara ekonomi menguntungkan;
4. Jumlah pelaku utama/usaha perikanan relatif besar atau sebagian besar
penduduk setempat bekerja di kawasan tersebut;
5. Mempunyai keunggulan komparatif: mempunyai nilai lebih karena
keberadaan komoditas, iklim, SDM, dan ongkos produksi murah;
6. Mempunyai keunggulan kompetitif: produk berkualitas dan sistem
pemasaran efektif.
3. Letak geografis kawasan yang strategis dan secara alami memenuhi
persyaratan untuk pengembangan produk unggulan kelautan dan
perikanan, meliputi:
a) Lokasi kawasan strategis
1. Jarak dan sistem transportasi;
Potensi Pengembangan Kawasan Minapolitan…, Diana Indra Dewi, FKIP UMP, 2018
27
2. Mempunyai akses terhadap jaringan pengadaan bahan baku,
pengolahan, dan pemasaran (mata rantai pemasokan–supply chain)
b) Kawasan yang secara alami cocok untuk usaha kelautan dan
perikanan
1. Potensi sumber daya kelautan dan perikanan;
2. Kesesuaian lahan dan potensi sumber daya air;
3. Sarana dan prasarana perikanan (Pelabuhan Perikanan, BBI, cold
storage, pabrik es dll);
4. Dekat dengan fishing ground;
5. Sentra produksi garam; dan
6. Sentra pengolahan dan pemasaran
4. Terdapat unit produksi, pengolahan, dan/atau pemasaran dan jaringan
usaha yang aktif berproduksi, mengolah dan/atau memasarkan yang
terkonsentrasi di suatu lokasi dan mempunyai mata rantai produksi
pengolahan, dan/atau pemasaran yang saling terkait, meliputi :
a. Sistem dan mata rantai produksi perikanan budidaya
1. Keberadaan sejumlah unit produksi ikan budidaya yang aktif
berproduksi dan terkonsentrasi di sentra produksi; dan
2. Mata rantai produksi:
a) Keberadaan sarana atau lahan produksi: kolam dan tambak yang
luas;
b) Fasilitas pengairan yang baik dan mencukupi atau potensi
pengairan yang mungkin dikembangkan;
Potensi Pengembangan Kawasan Minapolitan…, Diana Indra Dewi, FKIP UMP, 2018
28
c) Ketersediaan benih berkualitas tinggi atau kemungkinan pengadaan
benih dengan harga murah;
d) Ketersediaan pakan dan obat-obatan murah;
e) Telah diterapkan sistem budidaya yang baik sehingga tingkat
produksinya cukup tinggi dan berkualitas;
f) Keterlibatan pembudidaya dan para pekerja setempat;
g) Sistem distribusi dan pemasaran yang telah berjalan dengan baik
atau dapat segera dikembangkan lebih baik; dan
h) Sentra produksi mempunyai skala usaha layak secara ekonomi dan
multiplier effect terhadap perekonomian di daerah sekitarnya.
b. Sistem dan mata rantai produksi perikanan tangkap
a) Keberadaan sejumlah kapal ikan yang aktif berproduksi dan
mendaratkan hasil tangkapannya di lokasi tersebut; dan
b) Mata Rantai Produksi:
c) Hasil tangkapan yang cukup besar dan mempunyai skala ekonomi
cukup tinggi;
d) Keberadaan sarana tambat, air bersih, tempat pendaratan ikan dan
tempat pelelangan ikan yang memadai;
e) Sistem bongkar muat yang memadai atau mungkin dikembangkan
dalam waktu dekat;
f) Keterlibatan nelayan dan para pekerja setempat;
g) Kegiatan di lokasi/pelabuhan perikanan/TPI mempunyai skala
ekonomi dan multiplier effect terhadap perekonomian di sekitarnya;
Potensi Pengembangan Kawasan Minapolitan…, Diana Indra Dewi, FKIP UMP, 2018
29
h) Sistem distribusi dan pemasaran telah berjalan dengan baik atau dapat
segera dikembangkan lebih baik; dan
i) Sentra produksi mempunyai skala usaha layak secara ekonomi dan
multiplier effect terhadap perekonomian di daerah sekitarnya.
c. Sistem dan mata rantai produksi hilir
a) Keberadaan unit-unit pengolahan atau potensi pengembangannya
dalam waktu dekat;
b) Keberadaan kelembagaan/SDM pengawasan mutu;
c) Sistem tata niaga produk hasil olahan dan fasilitas pendukungnya;
d) Keberadaan fasilitas pasar atau sistem pemasaran produk; dan
e) Sistem dan sarana distribusi (logistik) produk di dalam maupun di luar
kawasan.
5. Tersedianya fasilitas pendukung berupa aksesibilitas terhadap pasar,
permodalan, sarana dan prasarana produksi, pengolahan, dan/atau
pemasaran, keberadaan lembagalembaga usaha, dan fasilitas penyuluhan
dan pelatihan, meliputi:
a) Permodalan: aksesibilitas modal bagi nelayan, pembudidaya ikan,
serta pengolah dan pemasar ikan;
b) Kelembagaan: lembaga pemerintahan daerah;
c) Lembaga usaha: koperasi, kelompok usaha atau usaha skala
menengah dan atas;
d) Penyuluhan dan pelatihan: lembaga dan SDM Penyuluhan dan
Pelatihan;
Potensi Pengembangan Kawasan Minapolitan…, Diana Indra Dewi, FKIP UMP, 2018
30
e) Prasarana pengairan: keberadaan jaringan pengairan (budidaya)
utama/primer, sekunder atau lainnya sebagai pendukung sistem
pengairan di kawasan;
f) Energi: jaringan listrik yang memadai; dan
g) Teknologi tepat guna: Penerapan teknologi tepat guna yang mampu
meningkatkan daya saing.
6. Kelayakan lingkungan diukur berdasarkan daya dukung dan daya tampung
lingkungan, potensi dampak negatif, dan potensi terjadinya kerusakan di
lokasi di masa depan, meliputi:
a) Kondisi sumberdaya alam (daya dukung dan daya tampung);
b) Dampak atau potensi dampak negatif terhadap lingkungan; dan
c) Sesuai tata ruang daerah dan nasional.
7. Komitmen daerah, berupa kontribusi pembiayaan, personil, dan fasilitas
pengelolaan dan pengembangan minapolitan, meliputi:
a) Sesuai Renstra dan Tata Ruang Daerah (RTRW Kabupaten/Kota),
RTRW Provinsi dan RTRW Nasional;
b) Mempertimbangan Rencana Zonasi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K);
c) Masuk dalam RPJM;
d) Ditetapkan oleh Bupati/Walikota;
e) Penyusunan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka
Menengah (RPIJM);
f) Kontribusi anggaran APBD atau sumber dana lain yang sah;
Potensi Pengembangan Kawasan Minapolitan…, Diana Indra Dewi, FKIP UMP, 2018
31
g) Keberadaan kelembagaan dinas yang membidangi kelautan dan
perikanan dengan dukungan SDM yang memadai; dan
h) Berkoordinasi dengan provinsi dan pusat
8. Keberadaan kelembagaan pemerintah daerah yang bertanggung jawab di
bidang kelautan dan perikanan, meliputi:
a) Keberadaan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yaitu dinas yang
bertanggung jawab di bidang kelautan dan perikanan; dan
b) Kelompok kerja yang menangani pengembangan kawasan
minapolitan.
9. Ketersediaan data dan informasi tentang kondisi dan potensi kawasan,
meliputi:
a) Mempunyai data dan informasi mengenai sumber daya kelautan dan
perikanan serta data dan informasi terkait; dan
b) Mempunyai sistem pencatatan data statistik dan geografis di bidang
kelautan dan perikanan.
E. Fungsi Kawasan Minapolitan
Pengembangan Minapolitan sebagai sebuah program, bertujuan untuk
mengurangi pengangguran, membuka kesempatan kerja dan berusaha masyarakat,
serta menekan laju urbanisasi. Minapolitan sebagai sebuah program dengan
diwujudkan melalui sistem kawasan minabisnis, minaindustri dan minawisata.
Kawasan minapolitan dikembangkan menjadi beberapa fungsi kawasan, fungsi
tersebut diantaranya :
Potensi Pengembangan Kawasan Minapolitan…, Diana Indra Dewi, FKIP UMP, 2018
32
1. Kawasan Minabisnis
Kegiatan perikanan merupakan kegiatan utama di kawasan Minabisnis,
mengingat kawasan Minabisnis sebagai kawasan Agribisnis yang berbasis pada
sektor perikanan. Produk di kawasan Minabisnis berorientsi pada pasar baik pasar
lokal maupun pasar regional, dengan mutu serta harga yang kompetitif dan
terjamin kesediaannya sepanjang tahun.
2. Kawasan Minaindustri
Kawasan Minaindustri dikembangkan sebagai pusat industri pedesaan
yang memiliki skala usaha kecil dan bersifat tidak polutif. Usaha dan kegiatan
industri di kawasan Minaindustri memenuhi kebutuhan desa-desa sekitarnya.
Desa-desa di kawasan Minaindustri berbasis perikanan dengan tenaga dan
teknologi yang berasal dari masyarakat setempat. Kegiatan industri di kawasan
Minaindustri menghasilkan produk-produk untuk bahan baku industri pengolahan
hasil perikanan.
3. Kawasan Minawisata
Kawasan Minawisata mempunyai potensi wisata yang dapat
dikembangkan menjadi kegiatan utama kawasan, serta didukung oleh kegiatan
lokal yang bersifat saling melengkapi seperti pertanian tanaman pangan, sayuran,
maupun industri pariwisata baik kegiatan wisata alam dan wisata buatan. Selain
itu kawasan Minawisata didukung dengan sarana dan prasarana transportasi yang
mengubungkan jaringan pada tingkatan yang lebih tinggi seperti jalur provinsi
maupun jalur nasional.
Potensi Pengembangan Kawasan Minapolitan…, Diana Indra Dewi, FKIP UMP, 2018
33
F. Perumusan Konsep Pengembangan Kawasan
Perumusan konsep pengembangan kawasan perikanan budidaya diawali
dengan identifikasi potensi dan masalah pembangunan. Identifikasi potensi dan
masalah pemanfaatan ruang tidak hanya mencakup perhatian pada masa sekarang
namun juga potensi dan masalah yang akan terjadi di masa depan. Identifikasi dari
potensi dan masalah tersebut membutuhkan terjalinnya komunikasi antara
perencana dengan masyarakat yang akan dipengaruhi oleh rencana. Langkah
berikutnya adalah perumusan tujuan pemanfaatan ruang kawasan perikanan.
Tujuan dan sasaran perencanaan tata ruang harus mencerminkan visi dari
masyarakat setempat. Selanjutnya, dilakukan perumusan strategi dan kebijakan
tata ruang sesuai dengan peraturan tata ruang yang telah ditentukan.
Konsep pengembangan kawasan dimaksudkan untuk memperkecil
kesenjangan pertumbuhan dan ketimpangan kesejahteraan antar wilayah. Untuk
itu pengertian wilayah menjadi penting dalam pembahasan ini. Menurut PPRI No.
47/1997 yang dimaksudkan dengan wilayah adalah ruang yang merupakan
kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait padanya yang batas dan
sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional
tertentu.
Jadi pengembangan kawasan merupakan usaha memberdayakan pihak
terkait (stakeholders) di suatu wilayah dalam memanfaatkan sumberdaya dengan
teknologi untuk memberi nilai tambah (added value) atas apa yang dimiliki oleh
wilayah administratif/wilayah fungsional dalam rangka meningkatkan kualitas
hidup rakyat di wilayah tersebut. Dengan demikian dalam jangka panjangnya
Potensi Pengembangan Kawasan Minapolitan…, Diana Indra Dewi, FKIP UMP, 2018
34
pengembangan wilayah mempunyai target untuk pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kajian pengembangan wilayah di Indonesia selama ini selalu didekati dari
aspek sektoral dan aspek spasial. Pada kajian aspek sektoral lebih menyatakan
ukuran dari aktivitas masyarakat suatu wilayah dalam mengelola sumberdaya
alam yang dimilikinya. Sementara itu, kajian aspek spasial/keruangan lebih
menunjukkan arah dari kegiatan sektoral atau dimana lokasi serta dimana
sebaiknya lokasi kegiatan sektoral tersebut. Pada aspek inilah Sistem Informasi
Geografi (SIG) mempunyai peran yang cukup strategis, dikarenakan SIG mampu
menyajikan aspek keruangan/spasial dari fenomena/fakta yang dikaji (Susilo, K.,
2000).
Pendekatan yang mengacu pada aspek sektoral dan spasial tersebut
mendorong lahirnya konsep pengembangan wilayah yang harus mampu
meningkatkan efisiensi penggunaan ruang sesuai daya dukung, mampu memberi
kesempatan kepada sektor untuk berkembang tanpa konflik dan mampu
meningkatkan kesejahteraan secara merata. Konsep tersebut digolongkan dalam
konsep pengembangan wilayah yang didasarkan pada penataan ruang. Dalam
kaitan itu terdapat 3 (tiga) kelompok konsep pengembangan wilayah yaitu: konsep
pusat pertumbuhan, konsep integrasi fungsional, dan konsep pendekatan
desentralisasi (Alkadri et.al. (1999). Konsep pusat pertumbuhan menekankan
pada perlunya melakukan investasi secara besar-besaran pada suatu pusat
pertumbuhan atau wilayah/kota yang telah mempunyai infrastruktur yang baik.
Potensi Pengembangan Kawasan Minapolitan…, Diana Indra Dewi, FKIP UMP, 2018
35
Pengembangan wilayah di sekitar pusat pertumbuhan diharapkan melalui
proses/mekanisme tetesan ke bawah (trickle down effect).
Penerapan konsep ini di Indonesia sampai dengan tahun 2000 telah
melahirkan adanya 111 kawasan andalan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (RTRWN). Konsep integrasi fungsional mengutamakan adanya integrasi
yang diciptakan secara sengaja diantara berbagai pusat pertumbuhan karena
adanya fungsi yang komplementer. Konsep ini menempatkan suatu kota/ wilayah
mempunyai hirarki sebagai pusat pelayanan relatif terhadap kota/wilayah yang
lain. Sedangkan konsep desentralisasi dimaksudkan untuk mencegah tidak
terjadinya aliran keluar dari sumberdana dan sumberdaya manusia.
G. Perikanan Budidaya
Menurut UU RI No 45 tahun 2009 tentang perubahan aras UU No 31
tahun 2004 tentang perikanan, pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk
memelihara, membesarkan, dan /atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya
dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal
untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah,
dan/atau mengawetkannya.
Perikanan Budidaya disebut juga sebagai budidaya perairan atau
akuakultur yang berasal dari bahasa inggris Aquaculture , aqua yang artinya
perairan dan culture yang artinya budidaya. Jadi akuakultur adalah kegiatan untuk
memproduksi biota atau organisme akuatik di lingkungan terkontrol dalam rangka
mendapatkan keuntungan (profit). Yang dimaksud budidaya adalah kegiatan
pemeliharaan untuk :
Potensi Pengembangan Kawasan Minapolitan…, Diana Indra Dewi, FKIP UMP, 2018
36
a. Memperbanyak produksi
b. Menumbuhkan (growth)
c. Meningkatkan mutu biota akuatik sehingga memperoleh keuntungan
Sedangkan usaha budidaya memiliki tujuan yaitu:
a. Meningkatkan jumlah pangan
b. Mengimbagi penurunan persediaan ikan secara alami
c. Mencukupi kebutuhan protein hewani
d. Meningkatkan produk lain seperti mutiara,rumput laut,dll
Perikanan budidaya merupakan komoditas perikanan yang saat ini
banyak menghasilkan keuntungan. Seiring dengan meningkatnya jumlah
penduduk dunia dan kebutuhan akan bahan pangan dan gizi yang lebih baik,
permintaan ikan terus meningkat dari tahun ke tahun.
H. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Yuli Setya Prayoga, 2009 dengan tujuan
penelitian mengetahui status budidaya perikanan di Kecamatan Bawang
Kabupaten Banjarnegara dan menyajikannya dalam bentuk peta tematik. Keadaan
nyata mengenai budidaya perikanan perlu diketahui guna pengembangan di masa
yang akan datang. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Metode yang
digunakan untuk memperoleh data yaitu dengan observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Analisis data menggunakan tabulasi data,klasifikasi data, dan
komputasi data yang kemudian disajikan dalam bentuk peta tematik. Hasil dari
penelitian ini menunjukan bahwa Kecamatan Bawang merupakan wilayah yang
mendukung untuk usaha budidaya perikanan dengan luas total kolam 122,38 Ha,
Potensi Pengembangan Kawasan Minapolitan…, Diana Indra Dewi, FKIP UMP, 2018
37
tingkat produksi dari pembenihan 55.021.010 ekor/tahun, pendederan 71.924.569
ekor/tahun, dan dari pembesaran 273.615 kg/tahun. Faktor yang mrndukung
budidaya ikan adalah air, tanah, dan kondisi lingkungan di Kecamatan Bawang
Kabupaten banjarnegara yang secara umum merupakan wilayah yang baik untuk
usaha budidaya ikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Edwin Dwi Putra,2011 dengan tujuan
untuk mengetahui potensi perikanan di Kecamatan Labakkang dalam mendukung
pengembangan kawasan minapolitan di Kabupaten Pangkep dan untuk
mengetahui arahan pengembangan ruang kawasan minapolitan di Kabupaten
Pangkep. Metode analisa data yang di gunakan yaitu Analisis potensi perikanan
Kecamatan Labakkang; Analisis Kebutuhan Infrastruktur Kawasan minapolitan;
dan Anlisis Skalogram digunakan untuk mengetahui Hirarki dan pusat-pusat
pelayanan kawasan minapolitan.
Hasil penelitian menujukan bahwa Kecamatan Labakkang memiliki
potensi dalam pengembangan kawasan minapolitan di antaranya mampu
memproduksi perikanan sebanyak 3.602,3 ton/tahun dan surplus produksi
perikanan sebanyak 2.380,7 ton/ tahun, memiliki potensi lahan budaidaya tambak
5.254,32 ha jumlah tenaga kerja di bidang budidaya tambak sebanyak 3.564 jiwa,
selain itu komoditas perikanan pada daerah ini telah menebus pasar ekspor dengan
negara tujuan export diantaranya Singapura, Hongkong, China dan Jepang.
Pengembangan kawasan minapolitan pada Kecamatan Labakkang dibagi atas 4
(empat) Sentra kawasan yaitu; Pusat sentra atau kota tani utama (minapolis) yang
berperan sebagai pusat kawasan minapolitan; Sentra produksi sebagai pusat
Potensi Pengembangan Kawasan Minapolitan…, Diana Indra Dewi, FKIP UMP, 2018
38
produksi komoditas perikanan; Subsentra produksi sebagi pemasok hasil produksi
dan; Outlet atau sentra pemasaran yang merupakan daerah-daerah yang menajdi
sasaran pemasaran hasil produksi perikanan.
Penelitian yang dilakukan oleh Kartika Yulinda, 2012 dengan tujuan
penelitian untuk menganalisis spending policy sebagai salah satu kebijakan yang
diimplementasikan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor melalui Dinas
Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor untuk mendukung terciptanya
akselerasi kawasan minapolitan berbasis budidaya ikan lele di Kabupaten Bogor
dan memetakan kendala-kendala yang dihadapi para pembudidaya ikan lele di
Desa Putat Nutug,Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor dan Pemerintah Daerah
Kabupaten Bogor selama berjalannya akselerasi kawasan minapolitan berbasis
budidaya ikan lele di Kabupaten Bogor. Metode penelitian yang digunakan adalah
wawancara mendalam dan studi literatur. Hasil dari penelitian ini adalah
pengalokasian DAK dan APBD Kabupaten Bogor yang memperlambat
terciptanya akselerasi kawasan minapolitan Kabupaten Bogor karena kurangnya
anggaran dan penurunan anggaran dari tahun 2011 ke tahun 2012.
Potensi Pengembangan Kawasan Minapolitan…, Diana Indra Dewi, FKIP UMP, 2018
39
Potensi Pengembangan Kawasan Minapolitan…, Diana Indra Dewi, FKIP UMP, 2018
40
Potensi Pengembangan Kawasan Minapolitan…, Diana Indra Dewi, FKIP UMP, 2018
41
J. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “potensi pengembangan
kawasan minapolitan di Kecamatan Purwanegara ≥ 50% sesuai dengan
persyaratan pengembangan Kawasan Minapolitan menurut Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.18/Men/2012 Tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Kawasan Minapolitan”.
Potensi Pengembangan Kawasan Minapolitan…, Diana Indra Dewi, FKIP UMP, 2018