4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proses Pembakaran Mesin
Jenis pembakaran pada motor bensin meliputi pembakaran normal
(sempurna) dan pembakaran tidak normal. Pembakaran normal adalah bahan bakar
yang dapat terbakar seluruhnya pada saat berada pada keadaan yang dikehendaki.
Pembakaran tidak sempurna adalah pembakaran pembakaran dimana nyala api dari
pembakaran ini tidak menyebar secara teratur dan merata, sehingga menimbulkan
masalah atau bahkan kerusakan pada bagian-bagian motor (Daryanto,2003).
2.2 Motor Bakar 4 Langkah
Motor bakar 4 langkah adalah mesin pembakaran dalam yang dalam satu
kali siklus pembakaran akan mengalami empat langkah piston. Empat langkah
tersebut meliputi langkah hisap (pemasukan), kompresi, tenaga dan langkah buang.
Yang secara keseluruhan memerlukan dua putaran poros engkol (crankshaft) per
satu siklus pada bensin atau mesin diesel.
(sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Motor_bakar_empat_langkah) diakses pada
tanggal 15 Maret 2017.
2.2.1 Cara Kerja Motor 4 Langkah
a. Langkah Hisap
Pada langkah hisap ini piston bergerak dari titik mati atas menuju ke titik mati
bawah. Posisi katup mesuk membuka sedangkan katup buang menutup. Karena
piston bergerak turun maka ruang pembakaran dan silinder menjadi hampa,
5
akibatnya campuran udara dan bahan bakar masuk ke ruang silinder melalui katup
masuk.
Gambar 2.1 : Langkah Hisap motor 4 langkah
(sumber : http://info-tekniksepedamotor.blogspot.co.id/2014/07/perbedaan-motor-
2-langkah-dan-motor-4.html) diakses pada tanggal 15 Maret 2017.
b. Langkah kompresi
Pada saat langkah kompresi, torak atau piston bergerak dari titik mati bawah
menuju titik mati atas. Posisi kedua katup yaitu katup masuk dan katup buang sama-
sama tertutup. Karena piston bergerak ke atas maka campuran bahan bakar dan
udara tadi dimampatkan atau dikompresikan oleh piston, sehingga tekanan dan
suhunya naik. Lalu beberapa derajat sebelum piston sampai di titik mati atas, spark
plug akan memercikkan bunga api yang membakar udara yang telah tercampur
bahan bakar.
Gambar 2.2 Langkah kompresi motor 4 langkah
6
(sumber : http://info-tekniksepedamotor.blogspot.co.id/2014/07/perbedaan-motor-
2-langkah-dan-motor-4.html) diakses pada tanggal 15 Maret 2017.
c. Langkah usaha
Langkah ini disebut juga langkah kerja, pada langkah usaha piston atau
torak bergerak dari titik mati atas menuju titik mati bawah. Posisi katup masuk dan
katup buang masuh tertutup.
Gambar 2.3 : Langkah usaha motor 4 langkah
(sumber : http://info-tekniksepedamotor.blogspot.co.id/2014/07/perbedaan-motor-
2-langkah-dan-motor-4.html) diakses pada tanggal 15 Maret 2017.
Pada langkah usaha ini, campuran bahan bakar dan udara terbakar dengan
cepat dan menimbulkan tekanan yang sangat kuat sehingga mendorong piston turun
ke bawah. Lalu piston memutar poros engkol melalui batang piston. Sehingga
energi dari hasil pembakaran tersalurkan ke poros engkol.
d. Langkah Buang
Pada langkah buang ini, piston bergerak dari titik mati bawah menuju ke
titik mati atas. Proses pembuangan gas hasil sisa pembakaran sebenarnya dimulai
sebelum piston mencapai titik mati bawah pada langkah usaha di atas. Adapun
ketika piston naik ke titik mati atas maka pistonhanya mendorong gas sisa
7
pembakaran yang masih tertinggal di dalam silinder untuk selanjutnya dibuang
keluar melalui katup buang.
Gambar 2.4 : langkah buang motor 4 langkah
(sumber : http://info-tekniksepedamotor.blogspot.co.id/2014/07/perbedaan-motor-
2-langkah-dan-motor-4.html) diakses pada tanggal 15 Maret 2017.
Siklus tersebut terjadi berulang-ulang sehingga motor akan terus hidup.
2.3 Bahan Bakar
Bahan bakar adalah setiap bahan yang dapat digunakan untuk menghasilkan
energi untuk menghasilkan kerja mekanik secara terkendali. Dengan kata lain, ini
adalah zat yang menghasilkan energi, terutama panas yang dapat digunakan.
2.3.1 Bahan Bakar Minyak
Pertalite merupakan suatu bahan bakar cair yang mudah disimpan dan
mudah dipindahkan. Pertalite merupakan pengembangan dari bahan bakar bensin
yang memiliki RON 90.
8
a. Karakteristik Pertalite
Tabel 2.1 Karakteristik Pertalite (www.pertamina.com)
Untuk mendapatkan rasio pembakaran secara teoritis dari komponen Pertalite
adalah sebagai berikut:
C8H18 + 12,5O2 8CO2 + 9H2O + Energi
- Berat atom C adalah 12,011 g/mol
- Berat atom H adalah 1,008 g/mol. (lihat tabel periodik).
Persamaan pembakarannya adalah:
No. Kandungan Keterangan
1. Kadar oktan 90-91
2.
Kandungan sulfur
maksimal
0,05% m/m (setara dengan 500 ppm)
3. Kandungan timbal tidak ada
4. Kandungan logam tidak ada
5. Residu maksimal 2,0%
6. Berat jenis
maksimal 770 kg/m3, minimal 715
kg/m3(pada 15Β°C)
7. Warna hijau
8. Penampilan visual jernih dan terang
9
- C + O2 =- CO2
- 2H2 + O2 = 2H2O
Untuk membakar 12,011 g Carbon diperlukan 1 mol O2, dan untuk membakar
4,032 g (2 x 1,008 x 2) Hydrocarbon diperlukan 1 mol O2.
Volume setiap 1 mol gas apapun pada kondisi 0ΒΊC (273 K) dan 760 mm Hg (1
atm) adalah 22,41 Liter. Udara terdiri atas 21% volume O2 dan 79% volume N2,
lainnya 1%. Maka volume minimum udara yang diperlukan untuk membakar
sempurna bahan bakar tersebut diatas adalah:
(komposisi atom C : berat atom C) x volume setiap 1 kmol gas x (voleme
udara total : volume oksigen)
((0,86/12,011) +( 0,14/4,032)) x 22,41x 100/21 = 11,35 .
Oleh karena berat 1 liter udara setara dengan 1.293 g, maka perbandingan
campuran teoritis udara-bahan bakar menjadi: 11,35 x 1,293 = 14,68 g udara/g
bahan bakar, artinya secara teoritis untuk membakar 1 g bahan bakar secara
sempurna diperlukan 14,68 g udara, atau secara teoritis 1 gram bahan bakar
memerlukan 14,68 gram udara agar bisa terbakar secara sempurna.
2.3.2 Liquid Petroleum gas (LPG)
Liquid Petroleum Gas atau yang biasa disebut dengan LPG adalah gas
minyak bumi yang dicairkan. Dengan menambah tekanan dan menurunkan
suhunya, gas berubah menjadi cair. Komponennya didominasi Propana (C3H8)
dan Butana (C4H10). LPG juga mengandung hidrokarbon ringan daam jumlah
kecil, misalnya etana (C2H6) dan Pentana (C5H12).
Dalam kondisi tekanan atmosfer, LPG akan berbentuk gas. Volume LPG
dalam bentuk cair lebih kecil dibandingkan dalam bentuk gas untuk berat yang
10
sama. Karena itu LPG dipasarkan dalam bentuk cair dalam tabun-tabung logam
bertekanan. Untuk memungkinkan terjadinya ekspansi panas (thermal expansion)
dari cairan yang dikandungnya, tabung LPG tidak diisi secara penuh, hanya sekitar
80-80% dari kapasitasnya. Rasio antara gas bila menguap dengan gas dalam
keaadan cair bervariasi tergantung komposisi, tekanan dan temperatur.
Apabila terjadi kebocoran pada udara yang tenang, gas akan dengan mudah
tersebar secara perlahan. Untuk membantu pendeteksian kebocoran ke atmosfer,
LPG ditambahkan bahan yang berbau yaitu Pentana (C5H12). LPG yang
dipasarkan Pertamina merupakan campuran antara 29,3% Propana, 69,7% Butana,
dan 1% Pentana. Kandungan energy LPG sebesar 46.23 MJ/kg dan 26 MJ/l,
sedangkan kandungan energy bensin sebesar 44.4 MJ/kg dan 34,8 MJ/l.
Dibandingkan dengan bensin, LPG memiliki kandungan energy per satuam massa
relative lebih tinggi, tetapi kandungan persatuan volumenya rendah. Volume LPG
lebih besar dari bensin sekitar 15% sampai dengan 20%. LPG memiliki nilai oktan
110. Nilai oktan 110 memungkinkan untuk diterapkan pada mesin dengan
perbandingan kompresi yang lebih tinggi (Romandoni, 2012). Untuk mendapatkan
rasio pembakaran secara teoritis dari komponen LPG dengan menggunakan
perhitungan sebagai berikut:
a. Propana
C3H8 + 5 (O2 + 3.76 N2) β3CO2 + 4 H2O + 18.8 N2
Mr C3H8 : 3(12) + 8(1) = 44
Massa atom relative (Mr) dari propane adalah 44 maka setiap kilogram propana
membutuhkan udara sebanyak:
=5 (π΄π π2 + 3.76 π2)
ππ πππππππ
11
=5((16π₯2) + (3.76π₯14π₯2))
44= 15.6 ππ
Maka udara yang dibutuhkan untuk membakar 1 kg propane adalah : 15.6 kg
b. Butana
C4H10 + 6.5(O2 + 3.76 N2) 4 CO2 + 5 H2O + 24.4 N2
Mr C4H10 = 4(12) + 10(1) = 58
Massa atom relatif (Mr) dari butane adalah 58 maka setiap kilogram butane
membutuhkan udara sebanyak :
=6.5 (π΄π π2 + 3.76 π΄π π2)
ππ ππ’π‘πππ
=6.5 ((16π₯2) + (3.76π₯14π₯2))
58= 15.4 ππ
Maka udara yang dibutuhkan untuk membakar 1 kg butane adalah 15.4
c. Pentana
C5H12 + 8 (O2 + 3.76 N2) 5CO2 + 6 H20 + 30.08 N2
Mr C5H12 = 5 (12) + 12 (1) = 72
Massa atom relative (Mr) dari pentane adalah 72, maka setiap kilogram pentane
membutuhkan udara sebanyak :
=8 (π΄π π2 + 3.76 π΄π π2)
ππ ππππ‘πππ
=8 ((16 π₯ 2) + (3.76 π₯ 14 π₯ 2))
72= 15.25 ππ
Maka udara yang dibutuhkan untuk membakar 1 kg pentane adalah 15.25 kg.
Jadi untuk membakar 1 kg LPG yang terdiri dari 29.3 % propana, 69.7 % butana
dan 1% pentana dibutuhkan udara sebanyak :
12
=(29.3 % x jumlah udara untuk membakar 1 kg propana) + (69.7 % x jumlah udara
untuk membakar 1 kg butana) + (1 % x udara yang dibutuhkan untuk membakar 1
kg pentana)
= (29.3 % x 15.6) + (69.7 % x 15.4) + (1 % x 15.25)
= 4.57 + 10.73 + 0.15
= 15.45 kg udara
Jadi rasio udara dan LPG secara teoritis adalah 1:15.45
2.4 Kompresi
Kompresi pada motor bakar adalah dimana terjadinya tekanan tinggi pada
ruang bakar yang dihasilkan oleh gerakan torak/piston dari titik mati bawah sampai
titik mati atas pada kondisi katup masuk dan keluar pada posisi tertutup. Dengan
adanya kompresi yang tinggi, bahan bakar akan mudah terbakar dan menghasilkan
suatu tenaga yang besar. Kompresi dalam motor bakan dapat ditentukan melalui
rasio kompresi. Rasio kompreso menunjukkan bahan bakar yang tepat untuk
digunakan untuk bahan bakar mesin tersebut.
2.4.1 Rasio Kompresi
Rasio kompresi pada mesin pembakaran dalam atau mesin pembakaran luar
adalah nilai yang mewakili rasio volume ruang pembakaran dari kapasitas terbesar
ke kapasitas terkecil. Ini adalah spesifikasi mendasar bagi hamper semua motor
bakar. Dalam motor bakar, rasio yang dimaksud adalah rasio antara volume silinder
dan ruang bakar ketika piston berada di titik mati bawah dan volume pada saat
piston berada pada titik mati atas. Misalnya silinder dan ruang bakar dengan piston
di bawah berisi 1000 cc. Ketika piston telah pindah ke atas silinder dan volume
13
tersisa dalam kepala atau ruang bakar menjadi 100 cc, maka rasio kompresi
proporsional disebutkan 100:1000 atau dengan pecahan pengurangan menjadi 1:10.
Rasio kompresi tinggi diinginkan karena memungkinkan mesin untuk
mengekstrak energy mekanis lebih dari massa campuran udara-bahan bakar karena
lebih tinggi efisiensi thermalnya. Hal ini terjadi karena mesin pembakaran internal
adalah mesin panas dan efisiensi yang lebih tinggi tercipta karena rasio kompresi
yang lebih tinggi memungkinkan suhu pembakaran yang sama dicapai dengan
sedikit bahan bakar, sementar menciptakan siklus ekspansi lebih panjang dan
menciptakan output daya mekanik lebih besar.
Nilai dari rasio kompresi berhubungan dengan nilai Research Octane
Number (RON) dari bahan bakar yang akan digunakan. RON atau angka oktan
merepresentasikan ketahanan bahan bakar terhadap kompresi di dalam mesin tanpa
meledak sendiri. Maka mesin dengan kompresi yang tinggi membutuhkan bahan
bakar dengan angka oktan yang tinggi. Pada operasi normal mesin bensin,
Campuran bahan bakar dan udara baru meledak setelah ada percikan api busi.
Apabila nilai rasio kompresi yang tinggi namun tetap dipaksakan
mengonsumsi bahan bakar dengan RON yang rendah akan terjadi detonasi /
knocking pada waktu proses pembakaran. bahan bakar akan meledak sebelum
piston mencapai titik mati atas.
Gambar 2.5 : knocking
14
(sumber : https://www.apritos.com/2786/apa-itu-engine-knocking-mesin-ngelitik-
dan-penyebabnya/ ) diakses pada tanggal 15 Maret 2017.
Pada umumnya pengguna kendaraan akan memaksakan menggunakan
bahan bakar dengan oktan yang rendah karena harga bahan bakar yang relatif lebih
murah. Untuk mengatasi detonasi atau knocking dilakukan dengan mengubah
timing pembakaran menjadi lebih lambat. Hal ini dapat menghilangkan knocking
tetapi tenaga yang dihasilkan tidak dapat maksimal sehingga tetap terjadi
pemborosan dalam penggunaan bahan bakar. Detonasi atau knocking dapat
menimbulkan permasalahan yang fatal pada mesin. Salah satunya adalah
peningkatan suhu mesin yang mengakibatkan piston berlubang.
Gambar 2.6 : Efek knocking
(sumber : http://www.blogmechanical.com/2014/10/pengertian-bilangan-oktan-
ron-dan.html ) diakses pada tanggal 16 Maret 2017.
Sebaliknya, penggunaan bahan bakar dengan oktan yang tinggi terhadap
mesin dengan nilai rasio kompresi yang rendah juga akan berpengaruh pada mesin.
Penggunaan bahan bakar dengan oktan tinggi pada mesin dengan rasio kompresi
yang kecil tidak akan menimbulkan detonasi atau knocking tetapi akan berakibat
pada menurunnya akselerasi mesin. Karena semakin tinggi oktan dari bahan bakar
maka semakin sulit bahan bakar tersebut untuk terbakar. Oleh karena itu dibutuhkan
kompresi yang tinggi untuk membakar bahan bakar dengan oktan yang tingi. Selain
terjadinya penurunan akselerasi, biaya pembelian dari bahan bakar dengan oktan
15
tinggi cenderung lebih mahal tidak sebanding dengan tambahan tenaga yang
diberikan sehingga akan terjadi pemborosan dalam pembeliannya.
2.5 Converter Kit
Dalam penggunaan bahan bakar gas tidak dapat secara langsung digunakan
sebagai pengganti bahan bakar minyak dalam mesin kendaraan. Perlu alat tambahan
agar mesin dapat menerima gas sebagai bahan bakar yang baru. Alat tersebut biasa
disebut dengan Converter kit. Converter kit terdapat 2 varian yaitu konvensional
dan elektrik yang menggunakan electric control unit (ECU). Umumnya converter
kit konvensional menggunakan single point injection sebagai suplay gas yang
masuk ke ruang bakar, sedangkan cinverter kit yang elektrik menguunakan multi
point injection. Converter kit konvensional merupakan alat yang tersusun atas alat-
alat pendukung instalasi yang terdiri dari solenoid valve, pipa suplay gas, converter,
dan injector.
2.5.1 Converter
Converter berfungsi agar jumlah gas yang dikeluarkan sesuai dengan yang
dibutuhkan oleh mesin. Selain itu, converter juga berfungsi sebagai reducer.
Tekanan gas dari dalam tanki dikurangi oleh converter sehingga tekanan setelah
converter menuju mesin akan lebih kecil sesuai dengan konsumsi dari mesin
tersebut.
2.5.2 Selenoid Valve
Selenoid valve merupakan alat yang digunakan untuk memutus suplay gas
dari tanki menuju converter. Seleniod valve dikontrol melalui switch yang dialiri
arus listrik dari battery untuk mengaktifkan fungsinya pada kendaraan bermotor.
Ketika solenoid valve dialiri arus listrik maka suplay akan terbuka sehingga gas
16
akan mengalir menuju converter untuk selanjutnya dimasukkan pada ruang bakar
mesin. Sebaliknya apabila tidak digunakan, solenoid valve akan menutup saluran
gas dengan cara memutus suplay arus listrik.
2.5.3 Pipa Suplay gas
Untuk mengirimkan gas dari tanki menuju ruang bakar diperlukan media
penghantar berupa pipa. Pipa terbuat dari baja yang didesain dengan dimensi yang
kecil tetapi mampu menahan tekanan gas yang berasal dari tabung.
2.5.4 Injection gas
Injection gas adalah alat yang berfungsi sebagai pengirim gas dari converter
menuju ruang bakar. Terdapat 2 jenis injector yaitu single point injector dan multi
point injector.
Single point injector biasa digunakan untuk converter yang konvensional
yang diletakkan pada throttle body intake manifold. Suolay gas akan dihisap oleh
mesin melalui intake manifold bersamaan dengan udara yang masuk untuk proses
pembakaran. Sedangkan multi point injector biasanya digunakan untuk converter
yang memiliki ECU sebagai pengatur suplay gas. Multi point injection ditempatkan
pada intake manifold masing-masing silinder sehingga jumlah dari injector akan
disesuaikan dengan jumlah silinder pada mesin yang akan digunakan.
2.6 Dyno Test
Dyno test adalah suatu metode pengujian performa mesin kendaraan dengan
cara melihat power (tenaga) dan torque (torsi). Torsi adalah kemampuan mesin
untuk menggerakkan atau memindahkan kendaraan dari kondisi diam hingga
berjalan. Semakin cepat respom mesin maka semakin besar torsi yang diciptakan
dari mesin tersebut. Sedangkan power adalah seberapa cepat kendaraan itu
17
mencapai kecepatan tertentu. Gambar 2.7 menunjukkan dynamo meter merk
Dynostar.
Gambar 2.7 : Dynamo meter
Metode ini dilakukan oleh produsen kendaraan bermotor untuk pengujian performa
yang kemudian dilampirkan pada penjualan kendaraan. Selain itu digunakan juga
untuk modifikator untuk mengetahui peningkatan performa dari mesin yang telah
dimodifikasi. Pengujian Dyno test ditunjukkan oleh gambar 2.8 di bawah ini.
Gambar 2.8 : Pengujian Dyno Test
2.7 Emisi
Setiap proses pembakaran pada motor bakar pasti akan menimbulkan suatu
gas hasil pembakaran yang disebut gas emisi. Gas emisi juga dapat menunjukkan
kinerja dari mesin tersebut dilihat dari emisi yang diciptakan. Perlu dilakukan
pengujian gas emisi untuk mengetahui kandungan dari gas sisa pembakaran
tersebut.
18
Ada lima unsur dalam gas buang kendaraan yang diukur yaitu senyawa HC
( Hidrokarbon ), CO ( Karbon Monoksida ), CO2 ( Karbon Dioksida ), O2 ( Oksigen
) dan senyawa NOx ( Nitrogen Oksida ). Sedangkan negara β negara yang tidak
terlalu ketat emisinya hanya mengukur 4 senyawa unsur ga buang yaitu Senyawa
HC, CO, CO2, dan O2. Bensin adalah senyawa hidrokarbon, jadi setiap HC yang
didapat di gas buang kendaraan menunjukkan adanya bensin yang tidak terbakar
dan terbuang bersama sisa pembakaran. Apabila suatu senyawa hidrokarbon
terbakar sempurna (bereaksi dengan oksigen) maka hasil reaksi pembakaran
tersebut adalah karbondioksida (CO2) dan air(H2O). (Bakeri, 2012)
Ada beberapa kandungan dari sisa pembakaran pada kendaraan bermotor yaitu:
a. CO (Karbon Monoksida)
Gas CO terbentuk atas gabungan karbon dan oksigen yang tidak mencukupi
untuk membentuk karbon dioksida (CO2). CO terjadi karena pembakaran yang
tidak sempurna akibat kurangnya oksigen pada proses pembakaran (campuran
terlalu kaya). CO tidak beraroma tapi sangat beracun. Rata-rata emisi CO pada
mesin 4 langkah 1,5%-3,5% pada mesin karburator dan 0,5%-1,5% pada mesin EFI.
Pengaruh buruk pada mesin jika CO berlebihan adalah pembentukan deposit karbin
yang berlebihan pada katup, ruang bakar, kepala piston dan busi. Deposit tersebut
akan mengakibatkan fenomena self ignition dan mempercepat kerusakan mesin.
b. Nitrogen Oksida (NOx)
Dihasilkan akibat adanya N2 (Nitrogen) dalam campuran udara dan bahan
bakar serta suhu pembakaran mencapai 1800ΜC sehingga terjadi pembentukan NOx.
Biasanya timbul ketika mesin bekerja dengan beban yang berat. NOx tidak
beraroma namun terasa pedih di mata. Kesalahan komposisi udara dengan bahan
19
bakar menjadi penyebab utamanya. Campuran yang cenderung kurus cenderung
mengakibatkan NOx meningkat. Rata-rata emisi NOx pada mesin karburator 2000-
3000 ppm sedangkan pada mesin EFI 1500-2500 ppm.
c. HC (Hidrokarbon)
Hidrokarbon adalah bahan bakar yang tidak terbakar sempurna selama
pembakaran. Emisi HC akan beraroma bahan bakar dan terasa pedih di mata serta
akan menyebabkan gangguan iritasi mata, hidung hingga paru-paru. HC yang tinggi
menyebabkan tenaga mesin berkurang dan konsumsi bahan bakar meningkat. Emisi
HC diukur satuan ppm (part per million). Hubungan antara ppm HC dan persen HC
sebagai berikut:
Jika 0,1% campuran tidak terbakar, menghasilkan 20 ppm HC
β’ Jika 1% campuran tidak terbakar, menghasilkan 200 ppm HC
β’ Jika 10% campuran tidak terbakar,menghasilkan 2.000 ppm HC
β’ Jika 100% campuran tidak terbakar, menghasilkan 20.000 ppm HC
Rata-rata emisi HC mesin karburator adalah 200-400 ppm sedangkan pada mesin
EFI 50-200 ppm.
d. CO2 (Karbondioksida)
Gas CO2 sangat berguna bagi tumbuhan pada proses asimilasi, dimana
substansi CO2 berubah menjadi O2 setelah proses asimilasi. Namun CO2 juga
bersifat panas sehingga apabila berlebihan akan meningkatkan suhu lingkungan.
Semakin tinggi CO2 dalam gas buang mengindikasikan bahwa pembakaran dalam
mesin semakin baik. Rata-rata emisi CO2 pada mesin karburator 12% - 15%
sedangkan pada mesin EFI 12% - 16%.
20
e. Oksigen ( O2 )
Setiap terjadi proses pembakaran bensin, selalu memerlukan udara untuk
membentuk homogenitas campuran udara dan bahan bakar sehingga mudah dibakar
dengan api busi. Besarnya nilai O2 yang diijinkan adalah maximal 2%, semakin
kecil semakin bagus, yang berarti udara yang masuk ke mesin dapat dimanfaatkan
sepenuhnya untuk pembakaran. Namun ada kalanya nilai O2 sangat extreme tinggi
( lebih besar dari 2 % ), hal ini biasanya pertanda knalpot bocor. Oleh karenanya
jika terjadi kebocoran di knalpot maka, nilai-nilai O2, Lambda, AFR dan CO2,
tidak bisa sebagai patokan kesempurnaan pembakaran
(http://pono75.blogspot.co.id/2012/01/interpretasi-hasil-uji-emisi-analisa.html).
Diakses pada tanggal 17 Maret 2017.