1
1
BAB II
TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN
2.1 Landasan Terori
2.1.1 Sistem Pengendalian Intern
Pengertian Sistem Pengendalian Intern menurut Peraturan Pemerintah No.
60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah:
“Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan”. Sistem pengendalian intern diperlukan sebagai alat pengendalian yang
membantu pihak manajemen agar seluruh kegiatan di pemerintahan/organisasi
dapat berjalan dengan baik, teratur, terarah sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Untuk itu pihak manajemen perlu dibantu oleh alat pengendali yaitu
Sistem pengendalian intern.
The Institute of Internal Auditor (IIA) (Sanyoto, 2007:247)
The attitude and action of management and the board regarding the significance of control within the organization. The control environment provides the discipline and structure for the achievement of the primary objectives of the system of internal control. The control environment includes the following elements : integrity and ethical values, management’s philosophy and operating style, organization structure, assignment of authority and responsibility, human resources policies and practices, and competence of personnel.
Sedangkan menurut Mulyadi (2008:163) “mendefifisikan sistem
pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode, ukuran-ukuran yang
dikoordinsikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan
2
keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya
kebijakan manajemen.
Berdasarkan definisi di atas bahwa sistem pengendalian intern merupakan
sebagai alat pengendalian pemerintah/perusahaan dalam melakukan kegiatan
operasionalnya secara menyeluruh untuk menghasilkan informasi atau tujuan
yang dapat dipertanggungjawabkan serta menjaga kekayaan organisasi,
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan
mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
2.1.2 Tujuan Sistem Pengendalian Intern
Tujuan pengendalian intern menurut (COSO Committee of Sponsoring
Organization) (Sanyoto, 2007:257)
a. to provide reliable data, included : 1) completenees: input/process/output 2) accuracy: input/process/output 3) uniqueness 4) reasonableness 5) error are detected
b. to encourage adherence to prescribe accounting policies, included : 1) timeliness: captired/enter/process 2) valuation: calculation, summary, etc 3) classification
c. to safeguard asset and records, included: 1) transaction authorized 2) distribution of output 3) validity, no nonvalid data processed 4) security of data and records
Menurut Mulyadi dalam buku Auiting (2008:181) “tujuan pengendalian
intern adalah sebagai berikut :
a. keandalan informasi keuangan,
3
b. kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku,
c. efektifitas dan efisiensi operasi”.
Secara umum, Pengendalian Intern merupakan bagian dari masing-masing
sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman pelaksanaan
operasional perusahaan atau organisasi tertentu. Sedangkan Sistem Pengendalian
Intern merupakan kumpulan dari pengendalian intern yang terintegrasi,
berhubungan dan saling mendukung satu dengan yang lainnya.
Di lingkungan perusahaan, pengendalian intern didifinisikan sebagai
suatu proses yang diberlakukan oleh pimpinan (dewan direksi) dan management
secara keseluruhan, dirancang untuk memberi suatu keyakinan akan tercapainya
tujuan perusahaan yang secara umum dibagi kedalam tiga kategori, yaitu :
a. Ke-efektif-an dan efisiensi operasional perusahaan
b. Pelaporan Keuangan yang handal
c. Kepatuhan terhadap prosedur dan peraturan yang diberlakukan.
Suatu pengendalian intern bisa dikatakan efektif apabila ketiga kategori
tujuan perusahaan tersebut dapat dicapai, yaitu dengan kondisi :
a) Direksi dan manajemen mendapat pemahan akan arah pencapain
tujuan perusahaan, dengan, meliputi pencapaian tujuan atau target
perusahaan, termasuk juga kinerja, tingkat profitabilitas, dan
keamanan sumberdaya (aset) perusahaan.
b) Laporan Kuangan yang dipublikasikan adalah handal dan dapat
dipercaya, yang meliputi laporan segmen maupun interim.
4
c) Prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sudah
taati dan dipatuhi dengan semestinya.
(Sumber :www. keuanganlsm.com)
Berdasarkan uraian di atas maka penulis menarik kesimpulan bahwa
tujuan pengendalian intern yaitu menjaga kekayaan atau aktiva organisasi,
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi agar dapat menghasilkan
informasi yang dapat dipercaya dan terintegrasi, mendorong efisiensi dan
efektivitas kegiatan dalam mencapai tujuan, dan mendorong dipatuinya kebijakan
dan rencana manajemen, prosedur, undang-undang dan peraturan.
2.1.3 Unsur-Unsur Sistem Pengendalian Intern
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang SPIP
disebutkan Pengendalian Interen terdiri dari 5 (lima) komponen yang
berhubungan, yaitu:
1) Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi dan
mempengaruhi kesadaran pengendalian pihak yang terdapat dalam
organisasi tersebut. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk
semua komponen pengendalian interen yang lain, menyediakan disiplin
dan struktur. Lingkungan pengendalian meliputi penegakan integritas dan
nilai etika, komitmen terhadap kompetensi, kepemimpinan yang kondusif,
pembentukan struktur organisasi yang sesuai kebutuhan, pendelegasian
wewenang dan tanggung jawab yang tepat, penyusunan dan penerapan
5
kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia,
perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif, dan
hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait.
2) Penilaian Risiko
Penilaian risiko diawali dengan penetapan maksud dan tujuan
Instansi Pemerintah yang jelas dan konsisten baik pada tingkat instansi
maupun pada tingkat kegiatan. Selanjutnya instansi pemerintah
mengidentifikasi secara efisien dan efektif resiko yang dapat menghambat
pencapaian tujuan tersebut, baik yang bersumber dari dalam maupun dari
luar instansi. Terhadap resiko yang telah diidentifikasi, dianalisis untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan. Pimpinan Instansi
Pemerintah merumuskan pendekatan manajemen resiko dan kegiatan
pengendalian resiko yang diperlukan untuk memperkecil resiko.
3) Kegiatan Pengendalian
Kegiatan pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang
membantu memastikan dilaksanakannya arahan pimpinan Instansi
Pemerintah untuk mengurangi resiko yang telah diidentifikasi selama
proses penilaian resiko. Kegiatan pengendalian yang diterapkan dalam
suatu Instansi Pemerintah dapat berbeda dengan yang diterapkan pada
Instansi Pemerintah lain. Perbedaan penerapan ini antara lain disebabkan
oleh perbedaan visi, misi dan tujuan, lingkungan dan cara beroperasi,
6
tingkat kerumitan organisasi, sejarah dan latar belakang serta budaya,
serta resiko yang dihadapi
4) Informasi dan Komunikasi
Informasi yang berhubungan perlu diidentifikasi, ditangkap dan
dikomunikasikan dalam bentuk dan kerangka waktu yang memungkinkan
para pihak memahami tanggung jawab. Sistem informasi menghasilkan
laporan, kegiatan usaha, keuangan dan informasi yang cukup untuk
memungkinkan pelaksanaan dan pengawasan kegiatan Instansi
Pemerintah. Informasi yang dibutuhkan tidak hanya internal namun juga
eksternal. Komunikasi yang efektif harus meluas di seluruh jajaran
organisasi dimana seluruh pihak harus menerima pesan yang jelas dari
manajemen puncak yang bertanggung jawab pada pengawasan. Semua
pegawai harus paham peran mereka dalam sistem pengendalian interen
seperti juga hubungan kerja antar individu. Mereka harus memiliki alat
yang menyebarluaskan informasi penting.
5) Monitoring/Pemantauan
Pemantauan Sistem Pengendalian Intern dilaksanakan melalui
pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi
hasil audit dan reviu lainnya. Pemantauan berkelanjutan diselenggarakan
melalui kegiatan pengelolaan rutin, supervisi, pembandingan, rekonsiliasi
dan tindakan lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas. Evaluasi terpisah
diselenggarakan melalui penilaian sendiri, reviu, dan pengujian efektivitas
7
Sistem Pengendalian Intern yang dapat dilakukan oleh aparat pengawasan
intern pemerintah atau pihak eksternal pemerintah dengan menggunakan
daftar uji pengendalian intern.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis dapat menarik kesimpulan
bahwa, unsur-unsur sistem pengendallian intern merupakan suatu tindakan
terhadap aktivitas/kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan/instansi untuk
memperoleh gambaran atau hasil yang bisa dijadikan sebagai informasi atau
tujuan yang diharapkan.
2.1.4 Hambatan Sistem Pengendalian Intern
Di dalam Pedoman Teknis Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern
(SPIP), tanggal 7 Desember 2009 dengan peraturan Kepala BPKP Nomor: PER-
1326/K/LB/2009, kelemahan penyelenggaraan sistem pengendalian intern ini
terjadi karena beberapa hambatan dan keterbatasan di pemerintah daerah dalam
pelaksanaannya antara lain:
1) Pimpinan instansi pemerintah masih belum sepenuhnya menyadari
pentingnya sistem pengendalian intern.
2) Perspektif pimpinan instansi pemerintah dan auditor atau evaluator
terhadap pelaksanaan sistem pengendalian intern belum sepenuhnya
mendukung terciptanya lingkungan pengendalian yang memadai.
3) Kesalahan-kesalahan yang terjadi dilakukan oleh personil, baik secara
sengaja maupun tidak sengaja.
Menurut uraian di atas maka penulis menarik kesimpulan bahwa
hambatan sistem pengendalian intern ini merupakan faktor utama bagi
8
perusahaan/instansi guna kelancaran terlaksananya tertib administrasi khususnya
laporan keuangan.
2.1.5 Keandalan
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar
Akuntansi Pemerintah :
Andal yaitu informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta
dapat diverifikasi.
Informasi yang andal memenuhi karakteristik:
1. Penyajian Jujur
Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya
yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk
disajikan.
2. Dapat Diverifikasi (verifiability)
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila
pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya
tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.
3. Netralitas.
Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada
kebutuhan pihak tertentu.
9
(Sumber: dari PP No. 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintah)
Dari uraian di atas maka penulis menarik kesimpulan bahwa, keandalan
merupakan informasi yang disajikan secara tepat dan akurat, serta tidak ada
kesalahan dan penggelapan/penyimpangan data, di lingkungan pemerintahan
bahwa keandalan menjadi tolak ukur dalam kegiatan kedinasan untuk
mendapatkan tujuan atau hasil yang hendak dicapai. Dalam konteknya bahwa
pemerintahan pada saat ini sering mengalami permasalahan terutama dalam
laporan keuangannya, untuk itu terciptanya tettib administrasi bahwa pemerintah
harus menyikapi faktor-faktor utama keandalan yang meliputi: verifiability, netral
dan kejujuran.
2.1.6 Pengelolaan Barang Milik Daerah
Dalam Buku Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 17 Tahun 2007,
Barang Milik Daerah (BMD) adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan barang yang berasal dari
perolehan lainnya yang sah antara lain:
1. barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis;
2. barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak
3. barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang; atau
4. barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
10
Pengertian Barang Milik Daerah adalah semua Kekayaan daerah baik
yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Derah
maupun yang berasal dari perolehan lain yang sah baik yang bergerak maupun
tidak bergerak beserta bagian-bagiannya ataupun yang merupakan satuan tertentu
yang dapat dinilai, dihitung, diukur atau ditimbang termasuk hewan dan tumbuh-
tumbuhan kecuali uang dan surat-surat berharga lainnya.
Landasan Pengelolaan Barang Milik Daerah sebagaimana tersebut
diatas, terdiri dari:
a. barang yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah yang
penggunaannya/pemakaiannya berada pada Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD)/Instansi/Lembaga Pemerintah Daerah lainnya sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. barang yang dimiliki oleh Perusahaan Daerah atau Badan Usaha Milik
Daerah lainnya yang status barangnya dipisahkan.
Barang milik daerah yang dipisahkan adalah barang daerah yang
pengelolaanya berada pada Perusahaan Daerah atau Badan Milik Daerah lainnya
yang anggarannya dibebankan pada anggaran Perusahaan Daerah atau Badan
Usaha milik Daerah lainnya.
Barang Milik Daerah merupakan bagian dari aset Pemerintah Daerah
yang berwujud. Aset pemerintah adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai
dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari
mana manfaat ekonomi dann/atau sosial di masa depan diharapkan dapat
diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam
11
satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk
penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara
karena alasan sejarah dan budaya.
Barang Milik Daerah termasuk dalam aset lancar dan aset tetap. Aset
lancar adalah aset yang diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau
dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan,
berupa persediaan. Sedangkan aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan
pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum, meliputi Tanah; Peralatan
dan Mesin; Gedung dan Bangunan; Jalan, Irigasi dan jaringan; Aset Tetap
Lainnya; serta konstruksi dalam Pengerjaan.
Dari uraian di atas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa, yang
dimaksud aset daerah adalah aset lancar, aset tetap dan aset lainnya, sedangkan
yang dimaksud dengan barang daerah adalah Persediaan (bagian dari aset lancar)
ditambah seluruh aset tetap yang ada di neraca daerah.
Menurut Peraturan Gubernur Jawa Barat, Nomor 64 Tahun 2011 tentang
Perubahan Atas Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 14 Tahun 2010 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah. Pasal 1 angka 18a tentang
Aplikasi Teknologi Informasi Siklus Pengelolaan Barang Daerah, menjelaskan
bahwa :
ATISISBADA adalah perangkat lunak (software) yang berbasis sistem
informasi manajemen dalam siklus pengelolaan data dan informasi barang milik
12
daerah secara on line. Dalam praktiknya, sistem pengelolaan keuangan dan sistem
pengelolaan barang dilaksanakan secara simultan dalam rangka menyusun
laporan pertanggungjawaban pemerintah daerah. ATISISBADA selain
mendukung pelaksanaan pertanggungjawabannya, juga memberikan berbagai
informasi dalam rangka pengelolaan barang. Oleh karena itu, keluaran
ATISISBADA juga memberikan manfaat kepada pengguna barang dan kuasa
pengguna barang dalam tugas-tugas manajerialnya. Laporan yang dihasilkan oleh
ATISISBADA terdiri dari :
1) Kartu inventaris barang (KIB) A Tanah;
2) Kartu inventaris barang (KIB) B Peralatan dan Mesin;
3) Kartu inventaris barang (KIB) C Gedung dan Bangunan;
4) Kartu inventaris barang (KIB) D Jalan, Irigas idan Jaringan;
5) Kartu inventaris barang (KIB) E Aset Tetap Lainnya;
6) Kartu inventaris barang (KIB) F Konstruksi dalam Pengerjaan; dan
7) Kartu inventaris ruangan (KIR).
(Sumber : Pergub No. 6 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Barang Milik
Daerah).
Secara umum, barang adalah bagian dari kekayaan yang merupakan
satuan tertentu yang dapat dinilai/dihitung/diukur dan ditimbang, tidak termasuk
uang dan surat berharga. aset tetap pemerintah daerah sebagai barang milik
daerah meliputi; tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi,
13
dan jaringan, aset tetap lainnya dan konstruksi dalam pengerjaan, merupakan
bagian dari kegiatan operasionalnya.
Menurut uraian di atas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa,
pengelolaan barang milik daerah merupakan rangkaian kegiatan dan tindakan
untuk mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan hukum dan tunduk pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.1.7 Azas-azas Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 17 Tahun 2007, Barang
milik daerah sebagai salah satu unsur penting dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan masyarakat harus dikelola dengan baik dan benar,
yang pada gilirannya dapat mewujudkan pengelolaan barang milik daerah dengan
memperhatikan azas-azas sebagai berikut:
1. Azas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah dibidang pengelolaan barang milik daerah yang
dilaksanakan oleh kuasa pengguna barang, pengguna barang,
pengelola barang dan Kepala Daerah sesuai fungsi, wewenang dan
tanggungjawab masing-masing;
2. Azas kepastian hukum, yaitu pengelolaan barang milik daerah
harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-
undangan;
3. Azas transparansi, yaitu penyeleggaraan pengelolaan barang
milik daerah harus transparan terhadap hak masyarakat dalam
memperoleh informasi yang benar.
14
4. Azas efisiensi, yaitu pengelolaan barang milik daerah diarahkan
agar barang milik daerah digunakan sesuai batasan-batasan standar
kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara
optimal.
5. Azas akuntabilitas, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus
dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
6. Azas kepastian nilai, yaitu pengelolaan barang milik daerah
harus didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang
dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dan pemindahtanganan
barang milik daerah serta penyusunan neraca Pemerintah Daerah.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa
azas-azas pengelolaan barang milik daerah merupakan suatu langkah atau
keputusan dimana dalam mengelola aset daerah harus dilaksanakan dengan baik
dan benar serta dapat dipertanggungjawabkan bagi pemerintah dan masyarakat
luas.
2.1.8 Penatausahaan Barang Milik Daerah
Yang dimaksud dengan penatausaan dalam Peraturan Gubernur Jawa
Barat No. 14 tahun 2010 adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan,
15
inventarisasi dan pelaporan barang milik daerah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Dalam penatausahaan barang milik daerah dilakukan 3 (tiga) kegiatan
yang meliputi kegiatan pembukuan, inventarisasi dan pelaporan.
1) Pembukuan
Menurut penjelasan Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 14 tahun 2010
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pembukuan adalah proses pencatatan
barang milik daerah kedalam daftar barang pengguna dan kedalam kartu
inventaris barang serta dalam
daftar barang milk daerah. Pengguna/kuasa pengguna barang wajib melakukan
pendaftaran dan pencatatan barang milik daerah ke dalam Daftar Barang
Pengguna (DBP)/Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP).
Pengguna/kuasa pengguna barang dalam melakukan pendaftaran dan
pencatatan harus sesuai dengan format:
1. Kartu inventaris barang (KIB) A Tanah,
2. Kartu inventaris barang (KIB) B Peralatan dan Mesin,
3. Kartu inventaris barang (KIB) C Gedung dan Bangunan,
4. Kartu inventaris barang (KIB) D Jalan, Irigasi, dan Jaringan,
5. Kartu inventaris barang (KIB) E Aset Tetap Lainnya,
6. Kartu inventaris barang (KIB) F Kostruksi dalam Pengerjaan,
7. Kartu inventaris ruangan (KIR)
2) Inventarisasi
16
Kegiatan identifikasi dan inventarisasi dimaksudkan untuk memperoleh
informasi yang akurat, lengkap, dan mutakhir mengenai kekayaan daerah yang
dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah daerah. Untuk dapat melakukan
identifikasi dan inventarisasi aset daerah secara objektif dan dapat diandalkan,
pemerintah daerah perlu memanfaatkan profesi auditor atau jasa penilai yang
independent.
Dari kegiatan inventarisasi disusun Buku Inventaris yang menunjukkan
semua kekayaan daerah yang bersifat kebendaan, baik yang bergerak maupun
yang tidak bergerak. Buku inventaris tersebut memuat data meliputi lokasi,
jenis/merk type, jumlah, ukuran, harga, tahun pembelian, asal barang, keadaan
barang, dan sebagainya.
Adanya buku inventaris yang lengkap, teratur dan berkelanjutan
mempunyai fungsi dan peran yang sangat penting dalam rangka:
a. pengendalian, pemanfaatan, pengamanan dan pengawasan setiap
barang;
b. usaha untuk menggunakan memanfaatkan setiap barang secara
maksimal sesuai dengan tujuan dan fungsinya masing-masing;
c. menunjang pelaksanaan tugas Pemerintah.
Barang inventaris adalah seluruh barang yang dimiliki oleh Pemerintah
Daerah yang penggunaannya lebih dari satu tahun dan dicatat serta didaftar dalam
Buku Inventaris.
Agar Buku Inventaris dimaksud dapat digunakan sesuai fungsi dan
perannya, maka pelaksanaannya harus tertib, teratur dan berkelanjutan,
17
berdasarkan data yang benar, lengkap dan akurat sehingga dapat memberikan
informasi yang tepat dalam:
1. perencanaan kebutuhan dan penganggaran;
2. pengadaan;
3. penerimaan, penyimpanan dan penyaluran;
4. penggunaan;
5. penatausahaan;
6. pemanfaatan;
7. pengamanan dan pemeliharaan;
8. penilaian;
9. penghapusan;
10. pemindahtanganan;
11. pembinaan, pengawasan dan pengendalian;
12. pembiayaan; dan
13. tuntutan ganti rugi.
3) Pelaporan
Dalam Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 14 tahun 2010 disebutkan
bahwa pelaporan barang milik daerah yang dilakukan Kuasa pengguna barang
disampaikan setiap semesteran, tahunan dan 5 (lima) tahunan kepada pengguna.
Yang dimaksud dengan pelaporan adalah peroses penyusunan laporan barang
setiap semester dan setiap tahun setelah dilakukan inventarisasi dan pencatatan.
Pengguna menyampaikan laporan pengguna barang semesteran, tahunan, dan 5
(lima) tahunan kepada Kepala Daerah melalui pengelola. Sementara Pembantu
18
Pengelola menghimpun seluruh laporan pengguna barang semesteran, tahunan
dan 5 (lima) tahunan dari masing-masing SKPD, jumlah maupun nilai serta
dibuat rekapitulasinnya. Rekapitulasi tersebut digunakan sebagai bahan
penyusunan neraca daerah.
Hasil sensus barang daerah dari masing-masing pengguna/kuasa
pengguna, direkap ke dalam buku inventaris dan disampaikan kepada pengelola,
selanjutnya pembantu pengelola merekap buku inventaris tersebut menjadi buku
induk inventaris. Buku induk inventaris merupakan saldo awal pada daftar mutasi
barang tahun berikutnya, selanjutnya untuk tahun-tahun berikutnya
pengguna/kuasa pengguna dan pengelola hanya membuat Daftar Mutasi Barang
(bertambah dan/atau berkurang) dalam bentuk rekapitlasi barang milik daerah.
Mutasi barang bertambah dan atau berkurang pada Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Barat setiap semester, dicatat secara tertib pada:
1. Laporan Mutasi Barang; dan
2. Daftar Mutasi Barang
2.1.9 Pengamanan Aset Tetap
Pengamanan merupakan kegiatan/amanah yang harus dilaksanakan secara
teliti dan seksama dalam upaya agar tidak jadi hal-hal yang diinginkan yang
mengakibatkan hilang atau musnahnya aset tetap, situasi dan kondisi kondisi
alam/cuaca seperti; banjir, bencana alam, kebakaran, pencurian juga merupakan
faktor penyebab dalam pengaman aset tetap.
19
Dalam Buku Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 14 Tahun 2010
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6
Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah;
a. Umum
pengamanan merupakan kegiatan/tindakan pengendalian dan
penertiban dalam upaya pengurusan aset tetap secara fisik,
administratif dan tindakan hukum.
b. Pelaksanaan Pengamanan
Pengamanan dilakukan terhadap barang milik daerah berupa barang
inventaris dalam proses pemakaian dan barang persediaan dalam
gudang yang diupayakan secara fisik, administrasi dan tindakan
hukum.
1). Pengamanan fisik
1) Barang inventaris.
Pengamanan terhadap barang-barang bergerak dilakukan
dengan cara:
a) pemanfaatan sesuai tujuan.
b) penggudangan/penyimpanan baik tertutup maupun terbuka.
c) pemasangan tanda kepemilikan.
Pengamanan terhadap barang tidak bergerak dilakukan dengan
cara :
a) Pemagaran.
20
b) Pemasangan papan tanda kepemilikan.
c) Penjagaan.
2) Barang persediaan.
Pengamanan terhadap barang persediaan dilakukan oleh
penyimpan dan/atau pengurus barang dengan cara penempatan
pada tempat penyimpanan yang baik sesuai dengan sifat
barang tersebut agar barang milik daerah terhindar dari
kerusakan fisik.
2). Pengamanan administratif.
1) Barang Inventaris.
Pengamanan administrasi terhadap barang bergerak dilakukan
dengan cara :
a) pencatatan/inventarisasi.
b) kelengkapan bukti kepemilikan antara lain BPKB, faktur
pembelian dll.
c) pemasangan label kode lokasi dan kode barang berupa
stiker.
Pengamanan administrasi terhadap barang tidak bergerak
dilakukan dengan cara :
a) pencatatan/inventarisasi.
21
b) penyelesaian bukti kepemilikan seperti: IMB, Berita Acara
serah terima, Surat Perjanjian, Akte Jual Beli dan dokumen
pendukung lainnya.
2) Barang Persediaan.
Pengamanan administratif terhadap barang persediaan
dilakukan dengan cara pencatatan dan penyimpanan secara
tertib.
3). Tindakan hukum.
Pengamanan melalui upaya hukum terhadap barang inventaris
yang bermasalah dengan pihak lain, dilakukan dengan cara:
1) negosiasi (musyawarah) untuk mencari penyelesaian.
2) Penerapan hukum.
c. Aparat Pelaksana Pengamanan
Pengamanan pada prinsipnya dilaksanakan oleh aparat pelaksana
Pemerintah Daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya.
1). Pengamanan administratif.
1) Pencatatan oleh Pengguna dan dilaporkan kepada pengelola
melalui Pembantu Pengelola;
2) Pemasangan label dilakukan oleh Pengguna dengan koordinasi
Pembantu Pengelola;
22
3) Pembantu Pengelola dan/atau SKPD menyelesaikan bukti
kepemilikan barang milik daerah.
2). Pengamanan fisik.
1) Pengamanan fisik secara umum tehadap barang inventaris dan
barang persediaan dilakukan oleh pengguna.
2) Penyimpanan bukti kepemilikan dilakukan oleh pengelola.
3) Pemagaran dan pemasangan papan tanda kepemilikan
dilakukan oleh pengguna terhadap tanah dan/atau bangunan
yang dipergunakan untuk penyelenggaraan tugas pokok dan
fungsi dan oleh Pembantu Pengelola terhadap tanah dan/atau
bangunan yang telah diserahkan oleh pengguna kepada Kepala
Daerah.
3). Tindakan Hukum.
1) Musyawarah untuk mencapai penyelesaian atas barang milik
daerah yang bermasalah dengan pihak lain pada tahap awal
dilakukan oleh pengguna dan pada tahap selanjutnya oleh
Pembantu Pengelola .
2) Upaya pengadilan Perdata maupun Pidana dengan
dikoordinasikan oleh Biro Hukum/Bagian Hukum.
3) Penerapan hukum melalui tindakan represif/pengambil alihan,
penyegelan atau penyitaan secara paksa dilakukan oleh Satuan
23
Polisi Pamong Praja (Satpol PP) bersama-sama Biro Hukum/
Pembantu Pengelola dan SKPD Terkait.
d. Pembiayaan
Pembiayaan pengamanan barang milik daerah dibebankan pada
APBD dan/atau sumber lainnya yang sah dan tidak mengikat.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis dapat menarik kesimpulan
bahwa, pengamanan aset tetap yang dilengkapi dengan bukti-bukti otentik, dapat
dijadian sebagai bahan pengambilan keputusan serta menjadi informasi yang
dapat dipertanggungjawabkan bagi pemerintah itu sendiri dan masyarakat luas.
2.1.10 Aktiva Tetap Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
Menurut Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005, Aset Tetap
diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam aktivitas
operasi entitas. Berikut klasifikasi aset tetap yang digunakan:
1. Tanah, termasuk yang dikelompokan sebagai tanah adalah yang
diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional
pemerintah dan dalam kondisi siap pakai.
2. Peralatan dan Mesin, mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor,
alat elektronik, dan seluruh inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang
nilainya signifikan dan masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan dan
dalam siap pakai.
24
3. Gedung dan Bangunan, mencakup seluruh gedung dan bangunan yang
diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional
pemerintah dan dalam kondisi siap pakai.
4. Jalan, Irigasi dan Jaringan, mencakup Jalan, Irigasi dan Jaringan yang
dibangun oleh pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh
pemerintah dan dalam kondisi siap pakai.
5. Aset Tetap Lainnya, mencakup aset tetap yang tidak dapat
dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan
dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi
siap pakai.
6. Konstruksi Dalam Pengerjaan, mencakup aset tetap yang sedang dalam
proses pembangunan namun pada tanggal laporan keuangan belum sesuai
seluruhnya.
Secara umum aktiva tetap meliputi: tanah, peralatan dan mesin, gedung
dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, aset tetap lainnya dan konstruksi dalam
pengerjaan.
Menurut Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 118 Tahun 2009
tentang Kebijakan Akuntansi. Pembahasan kebijakan akuntansi tersebut disajikan
berdasarkan klasifikasi aset tetap dalam laporan keuangan (pos-pos neraca).
1. Tanah
Tanah yang dikelompokan sebagai aset tetap adalah tanah yang diperoleh
dengan maksud untuk dipakai dalam operasional pemerintah daerah dan dalam
25
kondisi siap digunakan, dalam akun tanah termasuk tanah yang digunakan untuk
bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan.
Pengakuan tanah sebagai aset tetap hanya dimungkinkan apabila
perjanjian pengausaan dan hukum serta perundang-undangan yang berlaku di
negara tempat Perwakilan Republik Indonesia berada mengindikasikan adanya
penguasaan yang bersifat permanen.
Pengukuran tanah diakui pertama kali sebesar biaya perolehan. Biaya
perolehan mencakup harga perolehan atau harga pembebasan tanah, biaya yang
dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak, biaya pematangan, pengukuran,
penimbunan dan biaya lainnya yang dikeluarkan sampai tanah tersebut siap
dipakai. Nilai tanah juga meliputi nilai bangunan tua tersebut untuk
dimusnahkan.
Pengungkapan Tanah dalam catatan atas laporan keuangan, diungkapkan
atas dasar penilaian yang digunakan, informasi penting lainnya sehubungan tanah
yang tercantum di neraca.
2. Peralatan dan Mesin
Peralatan dan mesin mencakup antara lain : alat berat, alat angkutan, alat
bengkel dan alat ukur; alat pertanian; alat kantor dan rumah tangga; alat studio,
komunikasi, dan pemancar; alat kedokteran dan kesehatan; alat laboratorium; alat
persenjataan; komputer; alat eksplorasi; alat pemboran; alat produksi,
pengolahan, dan pemurnian; alat bantu eksplorasi; alat keselamatan kerja; alat
26
peraga; dan unit peralatan proses produksi yang masa manfaat lebih dari 12 (dua
belas) bulan dan dalam kondisi siap digunakan.
Pengukuran peralatan dan mesin menggambarkan jumlah pengeluaran
yang telah dilakukan untuk memperoleh peralatan dan mesin tersebut sampai siap
pakai. Biaya ini antara lain meliputi harga pembelian, harga pengangkutan, biaya
instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan
sampai peralatan dan mesin tersebut siap digunakan.
Pengungkapan peralatan dan mesin dalam catatan atas laporan keuangan,
diungkapkan dasar penilaian yang digunakan, informasi penting lainnya
sehubungan dengan peralatan dan mesin yang tercantum dalam neraca.
(Sumber :www.jabar.go.id)
Menurut paparan di atas maka penulis dapat menaik kesimpulan bahwa,
keandalan laporan aset tetap harus diutamakan karena penilaian resiko sangat
tinggi terhadap aset tetap, sistem pengendalian intern mempunyai peranan
penting dalam melakukan penatausahaan barang milik daerah guna keandalan
dalam laporan aset tetap pemerintah.
2.2 Perumusan Model Penelitian dan Hipotesis Penelitian
2.2.1 Perumusan Model Penelitian
Keandalan laporan aset tetap merupakan fungsi yang sangat strategis dan
vital. Dengan langkah inventarisasi dan revaluasi aset/kekayaan daerah
diharapkan akan mampu memperbaiki/menyempurnakan administrasi keandalan
yang ada saat ini. Dengan meningkatnya sistem pembukuan, inventarisasi, dan
27
pelaporan terhadap barang milik daerah tersebut, maka tingkat kualitas laporan
keandalan laporan aset tetap yang dihasilkan akan menjadi lebih reliable
mengingat jumlah aset yang terdaftar benar-benar menggambarkan jumlah yang
sebenarnya sebagai akibat dari tindakan pengamanan yang efisien dan efektif di
lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
Dari pengertian di atas, dapat dilihat terdapat keterkaitan antara variabel
yang satu dengan yang lain. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu sistem
pengendalian intern. Telah dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari pengendalian
intern yaitu untuk menjamin dalam keandalan laporan aset tetap pemerintah.
keandalan laporan aset tetap pemerintah. diartikan informasi dianggap andal jika
dapat diverifikasi, netral serta jujur disajikan secara tepat serta bebas dari
kesalahan dan bias (penyimpangan) yang dapat dipertanggungjawaban
(akuntabel), artinya setiap angka yang ada didalam laporan dapat dijelaskan
kebenarannya serta benar-benar sesuai dengan keadaan fisik dilapangan. Selain
itu informasi yang terdapat di dalam keandalan laporan aset tetap merupakan
bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada publik atas dana yang digunakan
oleh pemerintah.
Namun penelitian ini tidak mengupas keandalan laporan aset tetap semua
item dalam laporan keuangan. Penelitian ini akan difokuskan pada keandalan
laporan aset tetap pemerintah. Alasan difokuskannya penelitian terhadap aset
tetap adalah karena transaksi keuangan yang paling sering dilakukan pada
instansi pemerintah adalah transaksi yang berhubungan dengan aset tetap, yaitu
mulai dari perencanaan, pengadaan, pemeliharaan, sampai pada penghapusan.
28
Pemerintah tidak melakukan transaksi jual beli sehingga saldo aset tetap di neraca
akan jauh lebih besar dibandingkan dengan saldo aset lancar. Selain itu,
mengingat aset tetap memiliki porsi yang paling besar dalam laporan keuangan
pemerintah, maka wajar jika opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) yang
dikeluarkan BPK disebabkan oleh pelaporan aset tetap yang tidak efektif dan
efisiensi.
Karena itu penelitian ini akan difokuskan pada keandalan laporan aset tetap
pemerintah dalam laporan keuangan pemerintah.
2.2.1.1 Kerangka Berpikir
1. Sistem Pengendalian Inter
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah:
“Sistem pengendalian intern proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan”.
Unsur-unsur Sistem Pengendalian dibagi kedalam lima unsur sebagai
berikut:
1. Lingkungan Pengendalian
2. Penilaian Risiko
3. Informasi dan Komunikasi
4. Kegiatan Pengendalian
5. Pemantauan Pengendalian Intern
29
Unsur yang pertama merupakan unsur yang menjadi pondasi atau
jembatan bagi unsur lainnya. Karena itu, dalam penilaian risiko pengendalian,
jika dijumpai kelemahan pada unsur lingkungan pengendalian tanpa melihat
unsur lainnya, risiko harus ditetapkan tinggi. Walaupun demikian, untuk
mengukur risiko secara keseluruhan maka unsur yang lainnya tetap harus diukur.
2. Keandalan
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar
Akuntansi Pemerintah :
Andal yaitu informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta
dapat diverifikasi.
Informasi yang andal memenuhi karakteristik:
1. Penyajian Jujur
Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya
yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk
disajikan.
2. Dapat Diverifikasi (verifiability)
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila
pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya
tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.
30
3. Netralitas.
Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada
kebutuhan pihak tertentu.
Sumber: dari Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang
Standar Akuntansi Pemerintah
Model kerangka berpikir dalam penelitian ini akan digambarkan dalam
bagan berikut :
31
Gambar 3.1 Model Kerangka Berpikir
Sistem Pengendalian Intern di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
Laporan Aset Tetap di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
Keandalan Laporan Aset Tetap Pemerintah
1. Penyajian Jujur 2. Dapat Diverfikasi 3. Netralis
(PP No. 24 Tahun 2005)
Sistem Pengendalian Intern
1. Lingkungan Pengendalian. 2. Penilaian Risiko. 3. Informasi dan Komunikasi. 4. Kegiatan Pengendalian. 5. Pemantauan Pengendalian
Intern.
(PP No. 60 Tahun 2008)
Pengaruh Sistem Pengendalian Intern
Terhadap Keandalan Laporan Aset Tetap
Pemerintah
Alat bantu yang digunakan adalah SPSS versi 13 dan Metode penelitian
32
2.2.2 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban ataupun dugaan sementara terhadap suatu
masalah yang dihadapi, yang masih akan diuji kebenarannya lebih lanjut melalui
analisa data yang relevan dengan masalah yang terjadi. Dalam penelitian ini,
penulis mengemukakan hipotesis sebagai sebagai berikut:
Ho : Sistem Pengendalian Intern mempunyai pengaruh terhadap keandalan
laporan aset tetap pemerintah.
H1 : Lingkungan pengendalian terdapat pengaruh yang signifikan terhadap
keandalan laporan aset tetap pemerintah.
H2 : Penilaian resiko terdapat pengaruh yang signifikan terhadap keandalan
laporan aset tetap pemerintah.
H 3 : Informasi dan komunikasi terdapat pengaruh yang signifikan terhadap
keandalan laporan aset tetap pemerintah.
H4 : Kegiatan pengendalian terdapat pengaruh yang signifikan terhadap
keandalan laporan aset tetap pemerintah.
H5 : Kegiatan pengendalian terdapat pengaruh yang signifikan terhadap
keandalan laporan aset tetap pemerintah.
33
2.2.2.1 Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Terhadap Keandalan Laporan
Aset Tetap Pemerintah.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah menyatakan:
“Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan”. “Unsur sistem pengendalian intern pemerintah meliputi : lingkungan pengendalian, penilaian risiko, informasi dan komunikasi, kegiatan pengendalian, dan pemantauan pengendalian intern”. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar
Akuntansi Pemerintah: ”andal yaitu informasi dalam laporan keuangan bebas
dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap
fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi”.
Berdasarkan uraian di atas skripsi yang berjudul pengaruh Sistem
Pengendalian Intern Terhadap Keandalan Laporan Aset Tetap Pemerintah, maka
penulis dapat menarik kesimpulan bahwa, sistem pengendalian intern cukup
memiliki peran penting dalam mewujudkan keandalan laporan aset tetap
pemerintah, khususnya dalam hal ini aset tetap pemerintah. Dengan adanya
sistem pengendalian intern yang baik, maka sebuah organisasi atau pemerintah
telah dikondisikan dalam waktu suatu lingkungan kerja yang teratur, terkontrol,
tertata rapi sehingga dengan demikian diharapkan juga, arus data dan informasi di
dalam organisasi tersebut berjalan dengan baik, artinya setiap data dan informasi
34
dapat tersaji secara lengkap, akurat, tetap waktu, dan dapat
dipertanggungjawabkan, dan dapat diakses oleh pihak-pihak yang
berkepentingan.
Sistem pengendalian intern terdiri dari 5 (lima) komponen, yaitu
lingkungan pengendalian, penilaian risiko, informasi dan komunikasi, kegiatan
pengendalian, dan pemantauan pengendalian intern. Saat kelima komponen
tersebut dilaksanakan maka salah satu sasarannya adalah terwujudnya informasi
yang handal. Di lingkungan pemerintah, informasi yang handal dapat diartikan
dengan laporan keuangan yang handal.