Download - BAB II SDM PAUD
-
17
BAB II
DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS PENELITIAN
A. Deskripsi Teoretis
1. Hakikat Kemampuan Guru Merencanaan Pembelajaran
a. Kemampuan
Menurut chaplin, kemampuan merupakan tenaga (daya
kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Menurut Robbins
kemampuan juga bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau
merupakan hasil latihan atau praktek.1Atau dengan kata lain kemampuan
seseorang berdasarkan atas pembawaan yang ada dalam dirinya dan
latihan yang terbiasa dilakukannya.
Kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan
sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.2Kemapuan yang dimiliki oleh
seseorang itu bisa merupakan bawaan sejak lahir dan juga bisa di dapat
dari hasil latihan-latihan yang ia lakukan.
Sementara menurut Jhonson yang dikutip oleh Wijaya dkk,
mengartikan kemampuan adalah sebagai perilaku rasional untuk
1Http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.y=0&qual=hiht&fname=/jiunkpe/
sl/eman/2008/jiunkpe-ns-sl-2008-31403361-9052-hanurda-chapter2.pdf diakses tanggal 25 maret 2002.
2Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah (Jakarta: Gramedia, 1992),p. 17.
17
-
18
mencapai tujuan yang dipersyarakatkan sesuai kondisi yang harapkan.3
Hal ini dapat diartikan sebagai suatu keadaan di mana untuk mencapai
tujuan diperlukan usaha agar sesuai dengan apa yang diinginkan.
Menurut Abdul Gafur, kemampuan awal guru adalah
kemampuan dan keterampilan yang relevan termasuk latar belakang
karakteristik yang dimiliki guru pada saat akan mulai suatu program
pembelajaran.4Hal ini berarti kemampuan awal adalah kepandaian yang
dimiliki seseorang sejak lahir atau perilaku seseorang dari keturunanya.
Salah satu faktor yang penting dalam kegiatan pembelajaran
guru yaitu kemampuan kognitif.Kemampuan kognitif adalah gagasan,
pikiran, dan ingatan yang dimiliki guru dalam aktivitas sehari-hari.Maka
dalam hal ini dapat dikata bahwa kemampuan kognitif yang harus dimiliki
oleh seorang guru merupakan suatu kemampuan seorang guru untuk
dapat memiliki pemahaman dan pengetahuan yang lebih dalam proses
pembelajaran yang akan dilakukan di kelas.
Kemampuan-kemampuan kognitif akan tetap merupakan faktor
yang penting dalam proses belajar dan mengajar untuk guru.
Kemampuan kognitif yang utama adalah persepsi, ingatan dan berpikir.
Kemampuan seseorang dalam melakukan persepsi dalam mengingat,
dan dalam berpikir besar pengaruhnya terhapada hasil proses
pembelajaran yang diberikan oleh guru. Hal yang untuk dilakukan adalah
3Cecep Wijaya, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung:Remaja Rosdakarya, 1992), P.8
4 Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta), p.31.
-
19
mengatur faktor-faktor tersebut sedemikian rupa, sehingga faktor-faktor
tersebut merupakan cara untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan kemampuan
adalah kecakapan atau potensi menguasai sesuatu keahlian yang
merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek
yang digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui
tindakannya.
b. Kemampuan Guru
Kompetensi guru adalah Kemampuan tertentu secara bulat yang
merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat
diamati dan diukur.5 Dengan kata lain bahwa kompetensi merupakan
gambaran kemampuan guru yang dilakukan dalam membuat
perencanaan pembelajaran dilandasi ilmu pengetahuan yang hasil dari
tindakan itu bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain. Sedangkan
dalam Undang-Undang Republik IndonesiaNomor. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh seseorang dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan.6Berdasarkan uraian diatas, keprofesionalan
seorang guru dapat artikan sebagai pandangan tentang bidang pekerjaan
sebagai suatu pengabdian melalui keahlian tertentu dan yang
5Nurfuadi.Profesionalisme Guru (Purwokerto : STAIN Press, 2012),p.71.
6 E.Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: Rosdakarya,2009),p.25.
-
20
menganggap keahlian ini sebagai sesuatu yang harus diperbaharui
secara terus-menerus dengan memanfaatkan kemajuan-kemajuan yang
terdapat dalam ilmu pengetahuan.
Selain definisi-definisi kemampuan guru diatas, terdapat
pendapat lain yang mendefinisikan kemampuan guru.MC.Leod dalam
Usmanmengemukakan Kompetensi guru adalah merupakan kemampuan
seseorang guru dalam melaksanakan tugas dan kewajiban keguruannya
secara layak dan penuh tanggung jawab berdasarkan keilmuan,
keterampilan, dan sikap yang dipersyaratkan sebagai seorang guru
seseuai dengan ketentuan-ketentuan hukum yang ditetapkan
sebagaimana.7Guru memiliki kedudukan terhormat di masyarakat, karena
mereka percaya kemampuan guru mampu mengajar dan mendidik
peserta didiknya agar menjadi orang yang bermanfaat dan
berkepribadian yang baik. Begitu besarnya kepercayaan masyarakat
kepada guru, karena itu kemampuan guru dituntut untuk selalu
memperhatikan sikap, tingkah laku dan perbutan peserta didiknya, tidak
hanya di lingkungan sekolah tetapi di luar lingkungan sekolah. Oleh
karena itu, tepat sekali yang dikatakan N.A. Ametembun yang dikutip
Syaiful Bahri, bahwa guru merupakan semua orang yang berwenang dan
bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid secara individu
7Danim Sudarwan, Profesi Kependidikan (Bandung: Alfabeta, 2010), p. 10.
-
21
ataupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah.8Bahwa seorang
guru harus tahu sifat-sifat kepribadian apa yang dapat dirangsang
pertumbuhannya melalui materi pelajaran yang akan disajikan. Seorang
guru dapat memupuk sikap, keterampilan serta kemampuan-kemampuan
murid untuk dapat menerima pengetahuan yang didapat baik di sekolah
maupun diluar sekolah.
Orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar
adalah guru. untuk itu kemampuan guru hendaknya harus benar-benar
membawa peserta didiknya pada tujuan yang ingin dicapai. Guru juga
harus mampu mempengaruhi peserta didiknya.
Dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru merupakan profesi
atau jabatan yang memerlukan keahlian khusus untuk menjalankan
profesinya agar menjadi professional dan bertanggung jawab atas
meningkatnya prestasi peserta didiknya di sekolah baik perkembangan
kognitif dan motoriknya maupun afektinya agar berguna untuk dirinya
sendiri maupun bangsa dan Negara.
Dari definisi-definisi tersebut maka dapat dideskripsikan bahwa
kemampuan guru adalah kesanggupan seorang individu untuk
melakukan suatu tugasnya yang memerlukan pengetahuan atau
keterampilan khusus.Kemampuan ada karena adanya dorongan dari
dalam diri untuk melakukan sesuatu yang merupakan gabungan antara
8Syaiful Bahri Djamarah,Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif(Jakarta: Rineka Cipta, 2000),p.29.
-
22
kepandaian dan latihan yang terus menerus karena kemampuan tidak
dapat secara instan tetapi dengan usaha dan kerja keras.
c. Perencanaan Pembelajaran
Dalam merencanakan suatu pembelajaran diperlukan
kemampuan sehingga rencana yang dibuat menjadi efektif dan sesuai
dengan kebutuhan peserta didik. Kemampuan tersebut tidak didapat
secara instan, tapi memerlukan pengetahuan dan latihan-latihan
sehingga pendidik terbiasa dalam merencanakan pembelajaran yang
sesuai. Perencanaan adalah memilih suatu tujuan dan mengembangkan
metode atau strategi untuk mencapai tujuan.9Dengan demikian
perencanaan pembelajaran menekankan kepada bagaimana aktivitas
guru mengajar dan aktivitas anak belajar.Perencanaan pembelajaran
adalah proses penyusunan atau merencanakan kegiatan pembelajaran
yang terdiri atas materi pembelajaran, penggunaan media dalam
pembelajaran, penggunaan metode dan pendekatan selama
pembelajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan
dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.10
Dalam membuat perencanaan pembelajaran, pendidik perlu
memperhatikan bagian-bagian dalam merencanakan pembelajaran.
9Chuck Will iams, Manajemen Buku 1, alih bahasa, M. Sabrudin Napitupulu (Jakarta: Salemba Empat,
2001), p.143. 10
Suwardi , Manajemen Pembelajaran Menciptakan Guru Kreatif dan Berkompetensi(Surabaya: Media Grafika, 2007), p. 30.
-
23
Bagian-bagian yang harus direncanakan sesuai dengan kompetensi
pedagogik pendidik anak usia dini antara lain memahami prinsip-prinip
perancangankegiatan pengembangan yang mendidik dan
menyenangkan, mengembangkan komponen-komponen rancangan
kegiatan pengembangan yang mendidik dan menyenangkan, menyusun
rancangan kegiatan pengembangan yang mendidik yang lengkap baik
untuk kegiatan di dalam kelas maupun di luar kelas.11 Seorang pendidik
diharapkan mampu mendeskripsikan tujuan atau kompetensi
pembelajaran, mampu memilih dan menentukan materi, mampu
mengorganisir materi, mampu menentukan metode atau strategi
pembelajaran, mampu menentukan sumber belajar atau media atau alat
peraga pembelajaran, mampu menyusun perangkat penilaian, mampu
menentukan teknik penilaian dan mampu mengalokasikan waktu.
Perencanaan pembelajaran merupakan upaya untuk
memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam pembelajaran,
terutama untuk mencapai tujuan dari pelaksanaan pembelajaran.
Mulyasa menyatakan bahwa guru profesional harus mampu
mengembangkan persiapan mengajar yang baik, logis dan sistematis
karena disamping untuk kepentingan pelaksanaan pembelajaran,
persiapan mengajar merupakan bentuk dari profesional
11
Peraturan Pemerintah Menteri Pendidikan No.16 Tahun 2007 tentang Standar pendidik dan Tenaga Kependidikan. http://www.bnsp.org.,p.6 Diakses pada tanggal 15 Desember 2012.
-
24
accoutability.12Sikap profesional pendidik tersebut bukan hanya pada
saat melaksanakan pembelajaran, tapi saat pendidik juga melakukan
perencanaan pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat didefinisikan bahwa
kemampuan merencanakan pembelajaran adalah kesanggupan pendidik
dalam membuat perencanaan pembelajaran mulai dari topik bahasan,
tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran (metode dan tahapan
pembelajaran) alat atau media yang dibutuhkan, dan evaluasi
pembelajaran. Perencanaan pembelajaran bukan hanya sebagai rutinitas
kelengkapan administrasi tapi merupakan cerminan kesiapan pendidik
dalam memberikan yang terbaik untuk peserta didiknya.
d. Defenisi Perencanaan pembelajaran
Perencanaan adalah fungsi operasional pertama dalam setiap
kegiatan pembelajaran. Perencanaan merupakan salah satu bagian yang
teramat penting dalam keseluruhan proses pembelajaran dan merupakan
masalah yang penting, sulit dan kompleks. Perencanaan merupakan
langkah pertama yang mencerminkan berhasil tidaknya suatu lembaga
mencapai tujuannya. Demikian pentingnya suatu perencanaan dalam
fungsi operasional kegiatan pembelajaran, sehingga dalam setiap
tindakan perencanaan harus diperhitungkan dengan matang dan
dilakukan dengan sebaik-baiknya.
12
E.Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), p. 82.
-
25
Ada beberapa definisi tentang perencanaan yang rumusannya
berbeda-beda satu dengan yang lain. Philip Commbs dalam Harjanto
mengemukakan bahwa perencanaan pembelajaran adalah suatu
penerapan yang rasional dari analisis sistematis proses perkembangan
pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien
sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para murid dan
masyarakatnya.13Perencanaan menekankan pada usaha menyeleksi dan
menghubungkan sesuatu dengan kepentingan masa yang akan datang
serta usaha untuk mencapainya.
Perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan
mudah dan tepat sasaran. Untuk melaksanakan kegiatan belajar
mengajar, setiap pendidik harus membuat persiapan atau perencanaan
pembelajarannya terlebih dahulu. Menurut Ellis,
a plan for learning is an enabling device that (1) helps you think about what you want to accomplish and why you want to accomplish it, (2) guides you and your class through an activity in much the same way a map guides you through an area to your
destination, and (3) gives you a frame of reference for deciding to what extent the experience was successful and worthwhile.14
Dari uraian diatas dapat diartikan secara bebas bahwa
perencanaan pembelajaran merupakan suatu perangkat yang
memungkinkan untuk membantu berpikir tentang apa yang ingin dicapai
dan mengapa ingin dicapai, panduan untuk melalui kegiatan dan menjadi 13
Harjanto, Perencanaan Pengajaran(Jakarta : Rineka Cipta, 2010),p. 4. 14
Arthur.K.Ell is , Teaching and Learning Elementary Social Studies(Boston: Allyn and Bacon, 1998), p. 103.
-
26
acuan sejauh mana perencanaan itu sukses dan
bermanfaat.Perencanaan yang dibuat merupakan proses penyusunan
langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan
kebutuhan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan
pembuat perencanaan.
Perencanaan yang dibuat merupakan suatu langkah awal dari
sebuah kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumya. Usman mengungkapkan bahwa perencanaan
pembelajaran merupakan persiapan guru mengajar untuk tiap pertemuan
yang berfungsi sebagai acuan untuk melaksanakan proses belajar
mengajar di kelas agar lebih efisien dan efektif.15Dengan demikian, dalam
melaksanakan suatu pembelajaran diperlukan pembuatan perencanaan
yang matang. Pembelajaran atau pengajaran yang akan direncanakan
memerlukan berbagai pengetahuan agar rencana pembelajaran yang
disusun benar-benar dapat memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran.
Dalam menyusun perencanaan pembelajaran terdapat beberapa
komponen utama yang harus dibuat oleh pendidik yaitu tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, langkah kegiatan pembelajaran,
media pembelajaran dan alat penilaian selama proses pembelajaran.
15
Mohammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Rosda Karya, 2005), p.61.
-
27
Dengan melihat definisi-definisi yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka dapat dideskripsikan bahwa perencanaan
pembelajaran adalah proses penyusunan atau merencanakan kegiatan
pembelajaran yang terdiri atas menentukan tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, langkah kegiatan pembelajaran, penggunaan media
dalam pembelajaran, penggunaan metode dan pendekatan selama
pembelajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan
dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
e. Pentingnya Program Merencanaan Pembelajaran
Merencanaan pembelajaran merupakan bagian penting dalam
memandu pendidik dalam melaksanakan tugas dalam memenuhi
kebutuhan belajar siswanya. Perencanaan pembelajaran merupakan titik
awal dalam menjaga kualitas pembelajaran. Dengan adanya
perencanaan, pendidik menjadi lebih mudah dalam mempersiapkan
pembelajaran, terlebih dengan kondisi siswa yang berbeda-beda
karakteristiknya.Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Wiggins,The
learning plan is familiar to practicing educators and because many useful
resources exist to support teaching and learning for
understanding.16Perencanaan memungkinkan lancarnya tugas pendidik
16
Grant.P.Wiggins, Jay McTighe, Understanding by design (Washington: ASCD, 2005),p. 192.
-
28
dan kerjasama antar pendidik seperti guru dengan guru pendamping. Hal
ini akan melancarkan segala kegiatan yang ingin dilakukan.
Perencanaan merupakan titik awal dalam menjaga kualitas
suatu pembelajaran. Hal ini dikarenakan perencanaan memungkinkan
pendidik membuat tahapan pembelajaran yang terancang dengan baik.
Dimulai dari penentuan tujuan pembelajaran yang merupakan inti dari
pelaksanaan pembelajaran tersebut sampai kepada pelaksanaan
evaluasi pembelajaran. Pentingnya membuat suatu perencanaan
sebelum melaksanakan pembelajaran akan sangat terasa terutama
ketika biaya, waktu dan tenaga dapat berperan secara efektif. Hal ini
dapat memudahkan pendidik dan sekolah dalam menyelenggarakan
pendidikan dan pembelajaran yang tepat guna. Perencanaan
memungkinkan pendidik mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Perencanaan pembelajaran bagi anak usia dini menjadi sangat
penting terutama jika mengingat banyaknya potensi anak yang bisa
dikembangkan secara maksimal. Apabila sebuah pembelajaran yang
direncanakan tidak sesuai dengan kebutuhan anak usia dini, maka
dikhawatirkan pembelajaran tersebut akan sia-sia. Tujuan dari
pembelajaran tersebut tidak tercapai dan menjadi tidak maksimal.
Potensi yang dimiliki oleh anak usia dini juga tidak terstimulasi dengan
baik. Pembelajaran yang diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
meningkatkan kemampuan anak akhirnya tidak berhasil mencapai
-
29
tujuannya. Pembelajaran yang direncanakan dengan baik akan
memusatkan kegiatan pada kegiatan yang berpusat kepada anak, sesuai
dengan kebutuhan anak dan dikembangkan dengan tema-tema yang
menarik untuk anak sehingga mengembangkan potensi anak.
f. Tahapan Melaksanakan dan Membuat Perencanaan Pembelajaran
Dalam merencanakan pembelajaran terdapat beberapa
komponen utama yang harus diperhatikan oleh pendidik yang nantinya
dapat memudahkan saat membuat perencanaan maupun saat
melaksanakan pembelajaran. Menurut Hidayat dalam Majid
mengemukakan bahwa perangkat yang harus dipersiapkan dalam
perencanaan pembelajaran antara lain: memahami kurikulum, menguasai
bahan ajar, menyusun program pembelajaran, melaksanakan program
pembelajaran, menilai program dan hasil proses belajar mengajar yang
telah dilaksanakan.17 Hal ini diperlukan agarpendidik dapat dapat
membuat perencanaan pembelajaran yang efektif dan berhasil guna,
sehingga dituntut untuk memahami berbagai aspek yang berkaitan
dengan kebutuhan siswa, tujuan yang hendak dicapai, dan berbagai
strategi yang dapat mendukung jalannya pembelajaran.
Sebelum melaksanakan proses belajar mengajar, seorang
pendidik dituntut untuk mempersiapkan perencanaan pembelajaran
terlebih dahulu agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara
17
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran (Bandung: Rosda Karya, 2000), p.21.
-
30
sistematis. Menurut Suryosubroto, dalam membuat perencanaan
pembelajaran terdapat komponen-komponen yang sebaiknya pendidik
perhatikan, yaitu : 1) menentukan karakteristik dan kemampuan awal
siswa; 2) merumuskan tujuan pembelajaran; 3) pemilihan bahan dan
urutan bahan (materi); 4) pemilihan metode mengajar; 5) menentukan
sarana atau alat sumber belajar (media); 6) pemilihan strategi
evaluasi.18Komponen-komponen tersebut menjadi satu kesatuan yang
tidak terpisahkan yang saling memberikan kesesuaian satu sama lain
Tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh
Suryosubroto, komponen dalam membuat perencanaan pembelajaran
yang dikemukakan Moore terdiri atas objectives, content, methods and
procedure, resources and materials, and evaluation
procedure.19Komponen perencanaan pembelajaran terdiri atas tujuan
pembelajaran, tahap-tahap pembelajaran, metode, media dan evaluasi
pembelajaran.
1) Tujuan Pembelajaran
a) Pengertian Tujuan Pembelajaran
Sebelum membuat tujuan pembelajaran sebaiknya pendidik
menentukan karakteristik siswa, sehingga dapat mengukur kemampuan
siswa untuk mencapai tujuan belajar dan minat siswa terhadap materi
18
B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2009),p.21. 19
Kenneth.D.Moore, Effective Instructional Strategies (California: Sage Publication, 2005),p.118.
-
31
pelajaran. Untuk mengetahui kemampuan siswa, pendidik dapat
menggunakan catatan atau dokumen seperti rapot, tes awal dan
mengadakan komunikasi secara individu. Setelah karakteristik dan
kemampuan siswa diketahui, pendidik bisa menentukan tujuan
pembelajaran. Diharapkan guru dan siswa dapat mengetahui perubahan-
perubahan yang diharapkan akan terjadi pada siswa setelah pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar.
Beberapa ahli kemudian mendefinisikan tujuan
pembelajaran,Menurut Hamalik tujuan pembelajaran adalah sejumlah
hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam artian siswa belajar, yang
secara umum mencakup pengetahuan baru, keterampilan dan
kecakapan, serta sikap-sikap yang baru.20 Tujuan pembelajaran berisi
suatu tingkah laku yang diharapkan oleh siswa setelah berlangsungnya
pembelajaran. Tujuan pembelajaran dibuat untuk menentukan hasil
pembelajaran. Jika siswa tidak dapat mempertunjukan tingkah laku
tertentu sebelum belajar dan kemudian dapat mempertunjukannya berarti
siswa telah menempuh proses pembelajaran.
Perubahan tingkah laku siswa menjadi tolak ukur apakah tujuan
pembelajaran yang dibuat telah tercapai. Hilgard dalam Wina sanjaya
mengungkapkan Learning is the process by wich an activity originates or
20
Oemar Hamalik, Perencanaan Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), p. 108.
-
32
changed through trainin procedurs (wether in the laboratory or in naural
environment) as distinguished from changes by factors not atributable to
training.21 Bagi Hilgrad, belajar itu adalah proses perubahan melalui
kegiatan atau prosedur latihan di dalam laboratorium maupun dalam
lingkungan alamiah.
Selain merupakan dasar untuk mengukur hasil pembelajaran,
tujuan pembelajaran juga dapat dijadikan landasan dalam menentukan isi
pelajaran dan metode mengajar. Tujuan memberikan petunjuk untuk
memilih isi kegiatan pembelajaran, menata urutan topik-topik,
mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-alat bantu
pembelajaran, serta menyediakan ukuran untuk mengukur tingkat
pencapaian siswa. Tujuan juga menjadi kriteria untuk menilai mutu dan
efisiensi pembelajaran. Tujuan pembelajaran menjadi sangat penting
perannya karena merupakan sasaran dari proses pembelajaran tersebut.
b) Kriteria Perumusan Tujuan Pembelajaran
Dalam merumuskan tujuan pembelajaran terdapat beberapa hal
yang harus diperhatikan. Menurut Hamalik, hal-hal tersebut diantaranya
tujuan pembelajaran bertitik tolak dari perubahan tingkah laku siswa,
tujuan pembelajaran harus dirumuskan sekhusus mungkin,
kesederhanaan dalam merumuskan tujuan pembelajaran dan waktu
21
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2008), p. 110.
-
33
pencapaian tujuan yang relatif singkat.22 Hal-hal tersebut sebaiknya
menjadi perhatian pendidik dalam merumuskan tujuan pembelajaran agar
dapat mempermudah proses pembelajaran.
Sebuah tujuan pembelajaran bertitik tolak dari tingkah laku
siswa. Hal ini menjelaskan bahwa dalam tujuan itu hendaknya
terkandung dengan jelas tingkah laku atau aspek kelakuan yang
diharapkan berubah setelah pembelajaran berlangsung. Selain itu
sebuah tujuan pembelajaran harus dirumuskan sekhusus mungkin.
Dengan merumuskan tujuan sekhusus-khususnya, pendidik dapat lebih
mudah untuk menentukan kegiatan dan alat penilaiannya.
Kesederhanaan dalam merumuskan tujuan menjadi salah satu
hal yang juga penting. Tujuan disajikan secara singkat dan jelas agar
mudah dipahami dan tidak bercabang yang bisa mengakibatkan
kebingungan. Waktu pencapaian tujuan juga relatif singkat, misalnya
setelah 45-90 menit kegiatan. Setelah beberapa menit itu berlalu
diharapkan pendidik dapat mengontrol apakah tujuan telah mendekati
ketercapaiannya.
c) Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran terdiri dari tujuan pembelajaran umum dan
tujuan pembelajaran khusus. Menurut Ely dalam Suwardi, tujuan
pembelajaran umum menjelaskan kemampuan, keterampilan dan 22
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), p. 90.
-
34
pengetahuan yang bersifat umum dan luas, sedangkan tujuan
pembelajaran khusus menjelaskan tingkah laku khusus atau spesifik.23
Dalam kurikulum berbasis kompetensi, istilah tujuan pembelajaran umum
merupakan kompetensi sedangkan tujuan pembelajaran khusus
merupakan indikator kompetensi. Dalam merumuskan tujuan
pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus dapat disusun
berdasarkan taksonomi Bloom yang dapat dilihat dari tabel berikut: 24
Tabel.2.1
Tabel Taksonomi Bloom
RANAH LEVEL
KOMPETENSI INDIKATOR KOMPETENSI
Kognitif Mengetahui Menyebutkan, menuliskan, menyatakan,
mengurutkan, mengidentifikasi,
mendefinisikan, mencocokan, menamai,
melabeli, menggambarkan.
Memahami Menerjemahkan, mengubah,
mengeneralisasi, menguraikan dengan kata-
kata sendiri, menulis ulang dengan kalimat
sendiri, meringkas, membedakan,
mempertahankan, menyimpulkan,
berpendapat, menjelaskan.
Menerapkan ide Mengoperasikan, menghasilkan, mengubah,
mengatasi, menggunakan, menunjukan,
mempersiapkan, menghitung.
Analisis Menguraikan satuan menjadi unit-unti,
membagi satuan menjadi sub-sub atau
bagian-bagian, membedakan antara dua
23
Suwardi, Manajemen Pembelajaran (Surabaya:JP Books, 2007), p. 32. 24
Ibid., p.33.
-
35
yang sama, memilih dan mengenali
perbedaan dalam satu kesatuan.
Sintesis Merancang, merumuskan,
mengorganisasikan, mengompilasikan,
mengoposisikan, membuat hipotesis,
merencanakan.
Evaluasi Mengkritisi, menginterpretasi, menjastifikasi,
memberi penilaian
Afektif Penerimaan Mempercayai sesuatu atau orang, memilih
sesuatu atau seseorang untuk diikuti,
mengikuti, bertanya untuk diikuti dan
mengalokasikan.
Tanggapan Mengonfirmasi, memberi jawaban,
membaca pesan-pesan, membantu
melaksanakan, melaporkan dan
menampilkan.
Penamaan nilai Menginginkan, mengundang orang untuk
terlibat, mengusulkan dan melakukan.
Pengorganisasian
nilai-nilai
Memverifikasi nilai, memilih nilai,
mensintesiskan nilai-nilai, mengintegrasikan
nilai-nilai, menghubungkan nilai-nilai,
mempengaruhi kehidupan dengan nilai-nilai
Karakteristik
kehidupan
Menggunakan nilai-nilai sebagai pandangan
hidup, mempertahankan nilai-nilai yang
sudah diyakini.
Psikomotor Memperhatikan Mengamati proses, memberi perhatian pada
tahap-tahap perbuatan, memberi perhatian
sebuah artikulasi.
Peniruan Melatih, mengubah sebuah bentuk,
membongkar sebuah struktur, membangun kembali sebuah struktur, menggunakan
sebuah konstruk atau model.
-
36
Pembiasaan Membiarkan sebuah model atau perilaku yang sudah terbentuk, mengontrol
kebiasaan agar tetap konsisten
Penyesuaian Menyesuaikan model, membenarkan sebuah model untuk dikembangkan, dan
menyekutukan model pada kenyataan.
2) Materi Pembelajaran
Setelah menetapkan tujuan dari pembelajaran yang akan
dilaksanakan, maka pendidik menetapkan materi apa yang akan
disampaikan pada pembelajaran. Materi pembelajaran adalah bahan ajar
yang harus dipelajari siswa sebagai sarana kemampuan dasar dan
standar kompetensi.25 Materi pembelajaran ini untuk membantu peserta
agar lebih mudah dalam mempelajari kompetensi yang harus dikuasainya
dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggara pembelajaran.
Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari
keseluruhan pembelajaran, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan
pembelajaran dapat mencapai sasaran. Ellis mengungkapkan bahwa the
content of lesson involves the knowledge that you have decided is
necessary for student learn.26 Materi pembelajaran berisi tentang
pengetahuan dan hal apa saja yang perlu dipelajari oleh siswa atau
tujuan yang ingin dicapai. Sasaran atau tujuan tersebut harus sesuai
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai
25
Dimyati dan Mudjiono,Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), p. 55. 26
Op Cit, p.108.
-
37
oleh peserta didik. Dapat diartikan bahwa materi yang ditentukan untuk
kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang
tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta tercapainya
indikator. Keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan sangat
tergantung pada keberhasilan guru merancang materi pembelajaran.
Materi Pembelajaran pada hakekatnya merupakan bagian tak
terpisahkan dari perencanaan, yaitu prediksi dan proyeksi tentang apa
yang akan dilakukan pada saat kegiatan Pembelajaran.
3) Metode Pembelajaran
a) Pengertian Metode pembelajaran
Metode berasal dari bahasa Yunani methodos, yang berarti cara
atau jalan yang ditempuh. Dapat dikatakan bahwa metode adalah cara
melakukan. Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan
secara efektif dan efisien.27 Penggunaan metode yang tepat dapat
memudahkan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan
yaitu perubahan dalam perilaku sebagai hasil interaksi antara dirinya
dengan lingkungannya. Secara lengkap Surya merumuskan pengertian
pembelajaran yaitu, suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
27
Suwardi , Op. Cit., p.61.
-
38
lingkungannya.28 Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa metode
adalah cara pendidik dalam menyampaikan materi kepada siswa untuk
mencapai tujuan tertentu. Hal senada juga disampaikan oleh Santrock
yang mendefinisikan pembelajaran (learning) sebagai pengaruh
permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir, yang
diperoleh melalui pengalaman.29 Berdasarkan pendapat yang telah
dikemukakan, maka pembelajaran merupakan suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk mencapai suatu perubahan tingkah laku
dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut dapat muncul sebagai
akibat dari adanya aktivitas belajar dan latihan. Pengalaman serta
interaksi dengan lingkungan juga bisa menjadi alasan munculnya
perubahan. Perubahan tingkah laku yang terjadi akibat proses belajar ini
bersifat relatif menetap, sehingga perubahan yang relatif tidak menetap
tidak bisa dikatakan sebagai tanda seseorang telah belajar.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka dapat dideskripsikan
bahwa metode pembelajaran adalah segala sesuatu cara yang
digunakan pendidik untuk menyampaikan materi sehingga dapat
mendorong terjadinya pembelajaran yang mencapai tujuan yang
diinginkan. Metode yang akan digunakan sebaiknya dipilih dan
28
Mohamad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran (Bandung:Pustaka Bani Quraisy, 2004), p.7.
29John W Santrock, University of Texas at Dallas, Psikologi Pendidikan, edisi ke dua (Jakarta: Kencana, 2008),p.266.
-
39
dipergunakan berdasarkan kemanfaatannya dan disesuaikan dengan
kemampuan pendidik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
b) Jenis-jenis Metode Pembelajaran
Terdapat beberapa metode pembelajaran yang sering
digunakan, antara lain, metode ceramah, tanya jawab, diskusi, problem
solving, bercerita, tugas, karya wisata, demostrasi, sosiodrama,
eksperimen, proyek.30 Setiap metode pembelajaran memiliki kekuatan
dan kelemahannya dilihat dari berbagai sudut.
Penjelasan dari jenis-jenis metode di atas, adalah : (a) metode
ceramah adalah penuturan atau penerangan secara lisan oleh pendidik
terhadap kelas. Alat interaksi yang digunakan dalam hal ini adalah
berbicara. Pendidik juga menyelipkan pertanyaan-pertanyaan. Namun,
kegiatan siswa yang utama adalah mendengarkan penjelasan-penjelasan
dari pendidik; (b) metode tanya jawab adalah adanya interaksi antara
pendidik dengan siswa melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang
harus dijawab oleh siswa secara lisan sehingga terjadi dialog antara
pendidik dan siswa; (c) metode diskusi adalah cara penyampaian bahan
pelajaran dimana pendidik memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai
alternatif pemecahan masalah; (d) metode pemecahan masalah atau
30
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),Pp.83-97.
-
40
problem solving adalah metode pembelajaran yang mendorong siswa
untuk mencari dan memecahkan persoalan-persoalan; (e) metode
bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menyampaikan
pesan atau informasi yang bisa dilakukan secara lisan atau tertulis
dengan alat peraga atau tanpa alat peraga; (f) metode tugas adalah
pemberian tugas atau pekerjaan kepada siswa yang segaja diberikan dan
harus dilaksanakan dengan baik; (g) metode karyawisata adalah metode
dengan cara mengamati dunia sesuai dengan kenyataan yang ada
secara langsung sehingga siswa memperoleh kesan yang sesuai dengan
pengamatan; (h) metode demonstrasi adalah metode yang digunakan
untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang
berkenaan dengan bahan pelajaran; (i) metode sosiodrama adalah suatu
kegiatan memainkan peran dalam suatu cerita yang menuntut kerja sama
diantara pemerannya yang berdasarkan pada cerita sehari-hari; (j)
metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak
didik perorangan atau kelompok untuk dilatih melakukan suatu proses
atau percobaan; (k) metode proyek adalah metode yang bertitik tolak dari
suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan
sehingga pemecahannya menjadi lebih bermakna.
Pemilihan metode pembelajaran tersebut dapat ditentukan
berdasarkan kesesuaian dengan tujuan dan keterlaksanaannya menurut
waktu dan sarana. Sebaiknya digunakan kombinasi berbagai metode
-
41
pembelajaran yang akan membuat proses pembelajaran lebih hidup aktif
dan bermakna. Dalam memilih metode juga sebaiknya
mempertimbangkan waktu dan sarana yang tersedia. Pemilihan metode
juga sebaiknya dapat mewujudkan proses pembelajaran yang
menantang dan bermakna serta banyak melibatkan keaktifan siswa.
4) Kegiatan Pembelajaran
Setelah menetapkan metode yang sesuai maka guru dapat
menyusun tahap pembelajaran yang terdiri atas tahap pendahuluan,
tahap penyajian atau inti kegiatan dan tahap penutup. Menurut
Suprayekti tahap pembelajaran adalah urutan prosedur pembelajaran
yang diupayakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran atau
mengorganisasikan kegiatan belajar mengajar.31
Tahap pendahuluan adalah tahap persiapan atau tahap awal
sebelum memasuki penyajian materi yang akan diajarkan. Tahapan ini
meliputi pemberitahuan tujuan pembelajaran, memberikan gambaran
kegiatan yang akan dilaksanakan dan memberikan penilaian awal melalui
apresiasi. Tahap penyajian atau inti merupakan proses belajar mengajar
yang utama dalam suatu pembelajaran. Pada tahapan ini meliputi
pemberian penjelasan materi atau kegiatan yang disertai dengan contoh,
memberikan kesempatan kepada murid secara aktif, memberikan
penguatan dan mengorganisir waktu, siswa dan fasilitas belajar. Tahap
31
Suprayekti , Interaksi Belajar Mengajar (Jakarta: Depdiknas,2003), p.12.
-
42
penutup merupakan tahap akhir dari suatu pengajaran. Tahapan ini terdiri
dari penyimpulan materi pelajaran, melaksanakan penilaian dan
melakukan tindak lanjut.
5) Media Pembelajaran
a) Pengertian Media Pembelajaran
Komunikasi penting dalam kehidupan sehari-hari, agar
berkomunikasi dapat berjalan dengan baik perlu dibutuhkan media
sebagai alat bantu. Kata media berasal dari bahasa latin dengan bentuk
jamak medium yang berarti perantara.32 Perantara yang dimaksud artinya
segala sesuatu yang membawa pesan dari suatu sumber untuk
disampaikan kepada penerima pesan. Secara harfiah media diartikan
sebagai perantara atau pengantar.Rossi dan Breidle (1966:3)
mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan
bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti
radio, televisi, buku, Koran, majalah, dan sebagainya.33Dengan demikian,
media merupakan wahana penyalur informasi belajar dan penyalur
pesan.
Media memiliki arti luas dan sempit. Berdasarkan ungkapan dari
Gerlach dan Ely, media dalam arti luas adalah manusia, materi atau
kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu
32
Arief S. Sadiman , et al , Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), p. 6.
33Wina Sanjaya, Ibid, p.161.
-
43
memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Media dalam arti
sempit adalah sebuah alat.34 Media dapat digunakan untuk meningkatkan
pengalaman belajar ke arah yang lebih konkret.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dideskripsikan bahwa media
pembelajaran adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, dan minat serta perhatian penerima pesan atau siswa
sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran terjadi. Pembelajaran
dengan menggunakan media tidak hanya sekadar menggunakan kata-
kata sehingga dapat diharapkan siswa memperoleh pengalaman belajar
yang lebih berarti.
b) Jenis-jenis Media Pembelajaran
Adapaun jenis media yang sering digunakan dalam kegiatan
belajar mengajar adalah buku atau bahan cetak, papan tulis, transparansi
dan OHP, slide dan slide projector, kaset video dan video set, media
interaktif seperti komputer. Sadiman menjelaskan karakteristik beberapa
jenis media yang biasa digunakan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu
media grafis, media audio dan media proyeksi diam.35 Penjelasan media-
media tersebut sebagai berikut : (a) media grafis yaitu media yang
dihasilkan dengan cara dicetak melalui teknik manual atau dibuat dengan
34
Azhar Arsyad, Media Pengajaran (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), Pp.3-4. 35
Arief S. Sadiman,et al ,Op.Cit., p.29.
-
44
cara menggambar, teknik printing dan sablon. Contohnya adalah gambar,
sketsa, diagram, bagan, kartun, poster, peta, papan flanel, papan buletin,
dan buku cerita bergambar; (b) media audio yaitu media yang berkaitan
dengan indera pendengaran. Pesan yang disampaikan dituangkan ke
dalam lambang-lambang auditif, baik verbal atau dalam bentuk kata-kata
non verbal. Contohnya adalah radio, alat perekam pita magnetik, dan
laboratorium bahasa; (c) media proyeksi diam yaitu media yang cara
kerjanya pesan yang ingin disampaikan harus diproyeksikan dengan
proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran. Contohnya adalah film bingkai,
film rangkai, media transparansi, proyeksi tak tembus pandang, mikrofis,
film, film gelang, televisi, video,dan permain dan simulasi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dideskripsikan bahwa media
pembelajaran yang umumnya digunakan dalam proses pembelajaran di
kelas terdiri dari tiga jenis, meliputi media grafis yaitu media yang dibuat
dari bahan-bahan yang tercetak contohnya: gambar/foto, sketsa,
diagram, bagan/chart, grafik, poster, peta dan globe. media audio yaitu
media yang dibuat berkaitan dengan indera pendengaran, contohnya,
radio, pita magnetik, laboratorium bahasa. dan media proyeksi diam yaitu
media yang dapat menyampaikan pesan setelah diproyeksikan
menggunakan proyektor contohnya, film bingkai, film rangkai, media
transparansi, TV.
-
45
Kemampuan guru dalam menggunakan media tersebut juga
perlu untuk diperhatikan. Oleh sebab itu kesederhanaan dalam
pembuatan dan penggunaan media menjadi faktor penentu guru memilih
media. Sutjiono menyampaikan bahwa, dalam pemilihan media yang
terpenting adalah adanya perubahan sikap guru agar mau memanfaatkan
dan mengembangkan media pembelajaran yang mudah dan murah,
dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan sekitar serta
memunculkan ide kreativitas yang dimiliki.36 Tentunya pendidik tidak
ingin penggunaan media akan membuat jalannya pembelajaran menjadi
tidak luwes dan fleksibel yang dikarenakan kurang memadainya sarana
pendukung media tersebut. Pendidik diharapkan mampu memanfaatkan
kreativitas yang dimiliki untuk membuat media yang bervariasi dalam
proses pembelajaran dan mampu mengembangkan media yang
bersumber dari lingkungan sekitar.
6) Evaluasi Pembelajaran
a) Pengertian Evaluasi Pembelajaran
Hal terakhir dalam merencanakan pembelajaran adalah
menentukan strategi evaluasi. Evaluasi merupakan kegiatan tahap akhir
yang dilakukan dalam proses belajar mengajar. Stufflebeam dan
Shinkfield (1985:159) menyatakan definisi dari evaluasi yaitu: Evaluation
is the process of delineating, obtaining, and providing descriptive and
36
Azhar Arsyad, Ibid., p.83.
-
46
judgmental information about the worth and merit of some objects goals,
design, implementation, and impact in order to guide decision making,
serve needs for accountability, and promote understanding of the
involved phenomena.37Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan
informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan
harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan yang dicapai, desain,
implemantasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan,
membantu pertanggung jawaban dan meningkatkan pemahaman
terhadap fenomena. Menurut rumusan tersebut, inti dari evaluasi adalah
penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam mengambil keputusan.
Evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang
berarti penafsiran atau penilaian. Gullo menyatakan bahwa evaluation is
the process of making judgments about the merit, value, or worth of
educational programs, projects, materials or techniques.38 Dapat
diartikan secara bebas bahwa evaluasi adalah suatu proses menentukan
nilai seseorang dengan menggunakan patokan-patokan tertentu untuk
mencapai tujuan. Evaluasi merupakan kegiatan tahap akhir yang
dilakukan dalam proses pembelajaran.
37
S.Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran Panduan Praktis bagi Pendidik dan Calon Pendidik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), p.3.
38Dominic.F.Gullo, Understanding Assessment and Evaluation in Early Childhood Education (NewYork: Teaches College Press, 2005), p. 7.
-
47
Arikunto dalam Suwandi menyatakan bahwa evaluasi berarti
menilai yang dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu.39 Penilaian
lebih menekankan pada proses pembuatan keputusan terhadap sesuatu
yang ukuran baik buruk yang bersifat kuantitatif. Sedangkan pengukuran
menekankan proses penentuan kualitas sesuatu yang dibandingkan
dengan suatu ukuran tertentu.
Evaluasi berfungsi untuk mengetahui efektivitas pembelajaran
dalam mencapai tujuan-tujuannya. Kourilski dalam Hamalik menyatakan
bahwa evaluasi merupakan tindakan tentang penetapan derajat
penguasaan atribut tertentu oleh individu atau kelompok.40 Proses
evaluasi umumnya berpusat pada siswa. Ini berarti evaluasi dimaksudkan
untuk mengamati hasi belajar siswa dan berupaya menentukan
bagaimana menciptakan kesempatan belajar.
Evaluasi berfungsi juga sebagai acuan dalam menentukan
perbaikan yang diperlukan bagi pembelajaran di masa yang akan datang.
Umpan balik bagi pendidik akan terbentuk setelah hasil dari evaluai telah
didapatkan. Dengan melakukan evaluasi, pendidik dapat melihat hasil
belajar siswa yang telah ditempuh selama malakukan kegiatan belajar
mengajar.
39
Suwardi, Manajemen Pembelajaran (Surabaya: JP Books, 2007), p.87. 40
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), p.145.
-
48
Cara yang paling banyak dilakukan dalam melaksanakan
evaluasi adalah melalui tes yang diberikan pada akhir pembelajaran.
Namun pelaksanaan evaluasi tidak hanya terbatas pada tes semata,
terdapat evaluasi non tes yang terdiri atas observasi, wawancara,
dokumentasi dan angket. Bentuk pelaksanaan evaluasi ini dapat
disesuaikan oleh pendidik tergantung kepada hal yang ingin dievaluasi
dan hasil apa yang ingin didapatkan oleh pendidik.
Jadi perencanaan pembelajaran adalah merupakan gambaran
kegiatan yang akan dilakukan dalam upaya mencapai tujuan
pembelajaran. Di dalam perencanaan pembelajaran termuat aktivitas
secara keseluruhan sebelum kegiatan yang sesungguhnya dilaksanakan.
Perencanaan pembelajaran yang disusun secara baik menjadi jaminan
separuh kegiatan telah berhasil dilaksanakan. Perencanaan
pembelajaran digunakan untuk memberi arahan dalam menyiapkan,
melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran anak.
Perencanaan pembelajaran yang tepat akan memberikan dukungan yang
tepat sesuai dengan kebutuhan belajar dan tahapan perkembanga anak,
oleh karena itu, perencanaan pembelajaran perlu dievaluasi untuk
mencapa tujuan perencaan pembelajaran yang diharapkan.
-
49
2. Hakikat Pelatihan Pendidikan Anak Usia Dini
a. Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini
Pengertian anak usia dini memiliki batasan usia dan
pemahaman yang beragam, tergantung dari sudut pandang yang
digunakan. Secara tradisional pemahaman tentang anak sering
diidentifikasi sebagai manusia dewasa mini, masih polos dan belum bisa
apa-apa atau dengan kata lain belum mampu berfikir. Pemahaman ini
berdampak pada pola perlakuan yang diberikan pada anak, antara lain
sering diperlukakan sebagaimana orang dewasa, dan diperlakukan
sebagai orang dewasa kecil, misalnya didandani sebagaimana orang
dewasa. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan serta banyak
dilakukan studi tentang anak, maka semakin diketahui bahwa anak
berbeda dengan orang dewasa.
Pemahaman lain tentang anak adalah anak merupakan
manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Ia
memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang
dewasa serta akan berkembang menjadi manusia dewasa seutuhnya.
Dalam hal ini anak merupakan seorang manusia atau individu yang
memiliki pola perkembangan dan kebutuhan tertentu yang berbeda
dengan orang dewasa.Anak memiliki berbagai macam potensi yang
harus dikembangkan. Meskipun pada umumnya anak memiliki pola
perkembangan yang sama, tetapi ritme perkembangannya akan berbeda
satu sama lainnya karena pada dasarnya anak bersifat individual.
-
50
Definisi yang umum digunakan adalah yang kemukakan oleh
NAEYC dan CEC/DEC (National Assosiation Education for Young
Children)address infant/toddler program in their standards; although the
standards of NBPTS apply only to teahers of children ages 3-8, they too
consider the wider scope of early development and learning.41Menurut
definisi ini anak usia dini merupakan kelompok manusia yang berbeda
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini mengisyaratkan
bahwa anak usia dini adalah individu yang unik di mana ia memiliki pola
pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosio-
emosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai
dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut. Berdasarkan
pertumbuhan dan perkembangannya anak usia dini dikelompokkan
dalam tipe kelompok sebagai berikut : (1) kelompok bayi berada pada
usia 0 12 bulan, (2) kelompok bermain berada pada usia 1 3 tahun,
(3) kelompok pra sekolah pada usia 4 5 tahun, dan (4) kelompok usia
sekolah berada pada usia 6 8 tahun.42 Pertumbuhan dan
perkembangan anak usia dini perkembangan anak usia dini perlu
diarahkan pada fisik, kognitif, sosio-emosional, kreativitas dan bahasa
yang seimbang sebagai peletak dasar yang tepat guna pembentukan
pribadi yang utuh.
41
Marilou Hyson, Preparing Early Childhood Proferssional (Washington,DC, 2003), p.6. 42
Sofia Hartati, Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini(Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Dikti, 2005), p.10.
-
51
b. Pelatihan Pendidikan Anak Usia Dini
Pelatihan merupakan suatu kegiatan dengan rencana tujuan
untuk memperbaiki dan mengembangkan keterampilan serta
pengetahuan yang telah atau belum dimiliki guru atau peserta pelatihan,
dimana kegiatan ini dilakukan dalam jangka waktu relatif singkat dengan
pemberian materi yang dipadatkan, sementara menurut Soekidjo
Notoatmodjo dalam bukunya pengembangan sumber daya manusia
manyatakan bahwa:
Pendidikan dan pelatihan adalah merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian
manusia.Penggunaan istilah pendidikan dan pelatihan dalam suatu institusi atau organisasi biasanya disatukan menjadi
diklat (pendidikan dan pelatihan).43
Pelatihan merupakan salah satu kegiatan belajar dimana
pengetahuan, keterampilan dan tingkah laku bisa didapat melalui
kegiatan pelatihan. Pelatihan biasanya banyak dilakukan oleh
lembaga/organisasi tertentu di luar sistem sekolah formal dengan tujuan
tertentu pula yang disesuaikan dengan jenis pelatihan dan sasaran
pelatihan. Materi yang disampaikan biasanya merupakan materi aplikatif
dalam artian dapat langsung digunakan dalam kehidupan sehari-hari
peserta. Sehingga dapat meningkatkan kinerja dan perfoma peserta.
Metode yang digunakan lebih banyak praktek daripada teori.
43
Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia(Jakarta: Rineka Cipta, 2003), p.28.
-
52
Menurut Wexley & Latham training and development refers to
planned effort by on organization to facilitate the learning of job related
behavior on the part of its employess.44Dengan demikian maka pelatihan
dan pengembangan ketenagaan memiliki peranan yang penting dalam
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seseorang dan tenaga
pelaksana dalam melaksanakan tugas-tugasnya untuk mencapai tujuan
organisasi. Untuk meningkatkan produktivitas suatu organisasi perlu
adanya pelatihan dan pengembanga ketenagaan (Training and
Development) bagi peningkatan efektivitas dan efisiensi suatu organisasi
Sedangkan sikula dalam ashar mengartikan bahwa pelatihan
adalah proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan
prosedur sistematis dan organisasi, sehingga tenaga kerja nonmanajerial
mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis untuk tujuan
tertentu.45artinya pelatihan in digunakan untuk melatihkan pengetahuan
dan keterampilan tertentu, keterampilan menggunakan peralatan dan
atau mesin-mesin keterampilan manajerial.
Menurut William J.R Pelatihan adalah: Training and
development does not assess training needs systematically, does not try
to demonstrate a financial return on investments, and does notdistinguish
44
http:///D:/REFERENSI%20DIKLAT/MODEL%20PELATIHAN%20PENDIDIK%20PAUD%20BERBASIS
%20PERMAINAN%20APE%20TRADISIONAL%20JANGKRIK%20DAN%20ECENG%20GONDOK%20_%20ANAK%20PAUD%20BERMAIN%20BELAJAR%20DAN%20BERKEMBANG.diunduh tgl. 16 Februari 2015.
45 Ashar Sunyoto, Psikolog Industri dan Organisasi (Jakarta: UI, 2008),p.85
-
53
training from management problems.46bahwa pelatihan dan pendidikan
merupakan kegiatan yang sistematikal dan diperlukan demonstrasi serta
memerlukan keterampilan dan pelatihan dapat mengatasi problem
management.
Jadi pelatihan merupakan bagian managemen yang harus
dibekali dengan keterampilan serta merupakan suatu kegiatan
sistematikal yang dapat mengatasi problem dalam management.
Menurut ahli lainnyaLois B mengatakan Trainers always design
workshops that will make such an impact on participants that they will
retain and apply what was learned.47
Pelatihan merupakan salah satu metode dalam pembelajaran
orang dewasa atau dalam suatu pertemuan yang biasa digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan mengubah sikap peserta
dengan cara yang lebih spesifik.48Konsep pembelajaran sepanjang hayat
dapat teraplikasikan di masyarakat, terutama untuk manusia dewasa
salah satunya dengan cara mengadakan pelatihan-pelatihan untuk
memperbaharui dan meningkatkan kemampuan individu.
Secara antropologis, diyakini bahwa sebagai makhluk hidup,
manusia akan selalu mengalami perubahan, pertumbuhan dan
perkembangan secara alami dalam hidupnya. Pelatihan hadir sebagai
46
Will iam J. Rothwell, Beyond Training and Development, Second Edition (United States: Amacom, 2005),p. 5
47 Lois B. Hart, et all, The Leadership Training Activity Books (United States : Amacom, 2005),p.1
48Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa dari teori sampai aplikasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), p.158.
-
54
salah satu upaya untuk membantu dan mempercepat terjadinya
perubahan, pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan, keterampilan
serta sikap manusia.
Brundage Mendefinisi yang terakhir ini jika dikaitkan dengan
andragogi, Pelatihan (training) umumnya ditujukan kepada orang
dewasa, karena andragogi adalah seni/ilmu membantu orang lain dalam
belajar.49 Dari uraian tersebut dijelaskan bahwa pelatihan merupakan
sebuah usaha yang dirancang dan dilakukan oleh pihak lain misal
lembaga/organisasi demi mencapai tujuan dari lembaga yang
menyelenggarakan pelatihan tersebut. Sehingga pelatihan biasa
dihubungkan dengan pemberian petunjuk, orientasi dan pengarahan agar
pekerja bisa bekerja lebih baik sesuai dengan tujuan dari lembaga.
c. Model Pelatihan
Model pelatihan pada awalnya berkembang pada dunia usaha
terutama melalui magang tradisional, dalam sebuah magang tradisional
kegiatan belajar membelajarkan dilakukan oleh seorang warga belajar
(sasaran didik) dan seorang sumber belajar (tutor), maka dalam
perkembangan selanjutnya interaksi edukatif yang terjadi tidak hanya
melalui perorangan akan tetapi terjadi melalui kelompok warga belajar
(sasaran didik, sasaran pelatihan) yang memiliki kebutuhan dan tujuan
belajar yang sama ,dengan seorang, dua orang, atau lebih pelatih
49
Saleh Marzuki, Dimensi-Dimensi Pendidikan Non Formal (Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, 2010), p.174.
-
55
(sumber belajar, trainers). Salah satu konsep mengapa model pelatihan
dibangun adalah sangat bergantung pada kondisi itu (warga belajar,
sasaran didik dan pelatih/tutor).Hal tersebut sangat beralasan karena
kebutuhan dan tujuan pelatihan.
Model dapat dikatakan rencana, representasi, atau deskripsi
yang menjelaskan suatu objek, sistem atau konsep yang seringkali
berupa penyempurnaan atau idealisasi. Bentuknya dapat berupa model
fisik (maket, bentuk prototype), model citra (gambar rancangan),
storyboard atau rumusan matematis. Hayman di dalam Gary J.Angin
menjelaskan definisi model sebagai seperangkat prosedur yang
diimplementasikan atau konstruksi teori50 Jadi model merupakan
rancangan yang harus disiapkan di dalam suatu kegiatan pelatihan atau
kegiatan lain yang dimana hal tersebut dapat memudah terlaksananya
kegiatan. Sedengkan menurut Kent L Gustafson dan Robert Maribe
Branch mengemukakan bahwa :
Model help us conceptualize representation of reality. A model is simple representation of more complex forms, processes and function of physical phenomena or ideas. Models of necessary, simplify reality because often reality is too complex to potrey.
Since much of that complexity is unique to specific situations, models help by identifying what is generic and applicable across
multiple contexts.51
50
Gary J. Anglin, instructional Technology Past, and Future (United States : Linbraries Unlimites, Inc), p.5
51 Kent L. Gustafson dan Robert Maribe Branch, Survey of Instructional Development Modeli (Newyork : Eric Clearinghouse on informational and Technology, 2002 ), p. 2
-
56
Sebuah model atau desain yang baik akan sangat menentukan
keberhasilan perancangan sebuah kegiatan baik itu pembelajaran
maupun pelatihan. Artinya sebuah kegiatan akan berhasil dengan baik
apabila diawali dengan model dan desain yang baik untuk kegiatan
tersebut perecanaan yang baik harus diawali dari berbagai analisis.
Dari uraian-uraian yang dijelaskan, maka dapat disimpulkan
bahwa model merupakan gambaran sederhana dari bentuk, proses dan
fungsi dari fenomena fisik dan gagasan-gagasan yang lebih kompleks.
Model diperlukan untuk memberi pedoman, pengarahan, dan petunjuk
untuk mengembangkan tujuan, materi, strategi, dan evaluasi dari subuah
kegiatan pembelajaran maupun pelatihan. Model juga merupakan
penyederhanaan suatu kenyataan karena seringkali kenyataan terlalu
kompleks untuk digambarkan. Model membantu untuk mengidentifikasi
apa yang umum dan dapat diterapkan melintas konteks yang beragam.
Model juga dapat membantu untuk memilih dan mengembangkan
peralatan dan teknik-teknik operasional yang tepat ketika menerapkan
model tersebut.
Dari definisi model yang telah dijelaskan, maka kita dapat
dengan mudah memaknai apa itu model pelatihan. Jadi, model pelatihan
merupakan satu bentuk dari rangkaian komponen-komponen pelatihan
yang ditata sedemikian rupa sehingga menjadi satu sistem untuk menjadi
pedoman dan panduan kegiatan sebuah pelatihan.
-
57
d. Tujuan Pelatihan
Meningkatnya daya saing antar organisasi atau lembaga dapat
pula memicu pengadaan pelatihan.Perkembangan zaman begitu pesat
sekarang ini, membuat persaingan organisasi atau lembaga tidak melulu
mengenai modal (uang), tetapi lebih kepada sumber daya manusia yang
menjadi elemen penting dalam meningkatkan daya saing dengan
organisasi atau lembaga lainnya.
Pelatihan jenis apapun, sebenarnya tertuju pada dua sasaran
yaitu partisipasi dan organisasi. Pelatihan yang dilakukan diharapkan
akan mampu memperbaiki tingkah laku partisipan pelatihan yang
sebenarnya merupakan anggota dari suatu organisasi. Apabila pelatihan
ditunjukan kepada karyawan atau anggota dari sebuah organisasi, maka
tujuan pelatihannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang akan menjadikan organisasi tersebut
menjadi lebih baik.
Handoko menyatakan bahwa ada dua tujuan utama
dilaksanakannya suatu pelatihan yaitu:
1. Latihan dilakukan untuk menutup gap antara kecakapan atau kemampuan
2. Pelatihan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas aktivitas kerja karyawan dengan dalam mencapai sasaran-sasaran kerja yang telah ditetapkan.52
52
Kani, T. Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia (Yogyakarta: BPFT, 2008), p.103.
-
58
Pelatihan dibuat atau diadakan pasti mempunyai tujuan yang
mereka harapkan yang biasanya dilaksanakan untuk meningkatkan mutu
sumber daya manusia yang ada sehingga dapat mengikuti
perkembangan yang ada dan memenuhi kebutuhan yang diharapkan
dapat terselesaikan dengan melatih sumber daya manusia itu. Pelatihan
ini dilaksanakan untuk memberikan bekal atau kecakapan kepada peran
guru agar setelah selesai mendapatkan pelatihan ini mereka memiliki
kecakapan dan kemampuan mengembangkan pembelajaran dengan baik
melalui perencanaan pembelajaran yang matang, yaitu
merencanakannya melalui pembuatan perencanaan kegiatan
pembelajaran.
e. Faktor dalam Menetapkan Isi Program Pelatihan
Pelatihan perlu dipersiapkan secara matang. Ada banyak faktor
yang harus diperhatikan dalam pengadaan pelatihan. Menurut Oemar
Hamalik. Ada tujuh faktor yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan
untuk menetapkan isi program pelatihan, diantaranya:
1) Kebutuhan Pelatihan Berdasarkan penjajagan kebutuhan dapat ditentukan jenis dan
jumlah pelatihan yang diperlukan. 2) Cara Penyelenggaran Pelatihan
Cara memberikan pelatihan diserasikan dengan tujuan, jenis kegiatan, materi dan peserta pelatihan yang bersangkutan.
3) Biaya Pelatihan
Tetapkan besarnya biaya yang diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan latihan dan sumber dana yang tersedia.
4) Hambatan-habatan Pertimbangan hambatan/rintangan yang mungkin terjadi terhadap pekerjaan sebagai akibat pelatihan itu.
5) Peserta Pelatihan
-
59
Tetapkan jumlah tenaga yang tepat untuk mengikuti pelatihan,
dilihat dari sudut kebutuhan organisasi, kenaikan jabatan atau yang mungkin keluar/pindah.
6) Fasilitas Latihan
Pertimbangan fasilitas-fasilitas latihan yang diperlukan dalam penyelenggaraan pelatihan tersebut.
7) Pengawasan Pelatihan Pertimbangan hal-hal yang perlu mendapat pengawasan (misalnya : biaya, nama peserta, hasil ujian) dan teknik pengawasan yang
diperlukan.53
Penentuan isi program pelatihan dilakukan agar pelatihan tidak
melenceng dari rencana yang diinginkan. Selain itu, faktor-faktor diatas
juga dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan metode atau
teknik penyampaian materi pelatihan terhadap peserta pelatihan. Dengan
mengetahui faktor-faktor di atas, Trainer atau fasilitator akan mampu
meminimalisir kesalahan-kelasahan yang mungkin terjadi.
f. Komponen Pelatihan
Dalam penyelenggaran pelatihan tercakup beberapa komponen, yaitu:
1. Peserta pelatihan 2. Instruktur
3. Lamanya pelatihan 4. Kurikulum/ modul
5. Metode pelatihan 6. Media pelatihan (alat peraga) 7. Evaluasi54
1. Peserta pelatihan
Penetapan calon peserta pelatihan erat kaitannya dengan
keberhasilan proses pelatihan, yang pada giliranya turut menentukan
53
Oermar Hamalik, Pengembangan SDM Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), p.35
54Moekijat, Latihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Bandung: Mandar Maju, 1991), p.64.
-
60
efektivitas pekerjaan. Karena itu, perlu dilakukan seleksi yang teliti
untuk memperoleh peserta yang baik, berdasarkan kriteria, antara
lain:
a. Akademik, ialah jenjang pendidikan b. Jabatan, yang bersangkutan telah menempati
pekerjaan tertentu,atau akan ditempatkan pada
pekerjaan tertentu. c. Pengalaman kerja, ialah pengelaman yang telah
diperoleh dalam pekerjaan. d. Motivasi dan minat, yang bersangkutan terhadap
pekerjaanya
e. Pribadi, menyangkut aspek moral, moril, dan sifat-sifat yang diperlukan untuk pekerjaan tersebut.
f. Intelektual, tingkat berpikir, dan pengetahuan, diketahui melalui tes seleksi.55
2. Pelatih (Instruktur)
Seseorang instruktur yang cakap akan memberikan hasil baik
bagi suksesnya pelatihan. Selain kecakapan yang dimiliki seorang
instruktur, seorang instruktur juga berperan sebagai sumber utama
dari pelatihan dan sebagai pemberi solusi dari permasalahan yang
dimiliki peserta pelatihan terkait dengan materi pelatihan.Dari alasan
tersebutlah, peranan instruktur dalam pelatihan merupakan keharusan
dan menjadi sangat penting demi keberhasilan pelatihan yang
diselenggarakan. Ada beberapa syarat sebagai pertimbangan adalah
:
a. Telah disiapkan secara khusus sebagai pelatih, yang ahli dalam bidang spesialisasi tertentu.
55
Oemar Hamalik, Pengembangan SDM Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), p.35.
-
61
b. Memiliki kepribadian yang baik yang menunjang
pekerjaannya sebagai pelatih. c. Pelatih berasal dari dalam lingkungan
organisasi/lembaga sendiri lebih baik dibandingkan
dengan yang dari luar. d. Perlu dipertimbangkan bahwa seorang pejabat yang
ahli dan berpengalaman belum tentu menjadi pelatih yang baik dan berhasil.56
3. Lamanya pelatihan
Tingkat keberhasilan program pelatihan juga diperngaruhi oleh
lamanya masa pelatihan. Hal ini bermaksud agar narasumber dapat
memberikan penjelasan secara jelas dan menyentuh, disisi lain,
lamanya waktu juga dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan
tingkat pemahaman peserta pelatihan, semakin lama waktu yang
disediakan, semakin besar peserta pelatihan memiliki waktu untuk
mendalami materi pelatihan serta memiliki kesempatan untuk praktek
yang dibimbing langsung dalam pelatihan tersebut, sehingga
pelatihan mampu meraih hasil maksimal seperti yang diharapkan
semua pihak, baik itu penyelenggaran maupun yang menjadi peserta
pelatihan.
4. Kurikulum/modul
Kurikulum dalam pelatihan memiliki peranan sangat penting,
kurikulum dalam pelatihan berfungsi sebagai acuan dari materi-materi
pelatihan yang akan disampaikan dan menjadi pedoman dalam
kegiatan belajar mengajar yang ada dalam pelatihan tersebut.
56
Ibid., p. 35.
-
62
Dengan kata lain materi-materi apa yang dapat mengembangkan atau
meningkatkan kemampuan para peserta diklat. Selanjutnya dilakukan
identifikasi waktu yang diperlukan
5. Metode pelatihan
Metode pelatihan adalah suatu bentuk pelaksanaan yang
didalamnya terdapat program pelatihan dan tata cara
pelaksanaannya. Berdasarkan kategori dan jenis pelatihan lalu
ditentukan suatu metode pelatihan. Ada 7 (tujuh) metode pelatihan,
masing-masing metode memiliki tujuan dan prosedur
penyelenggaraan yang berbeda-benda. (Hamalik, 2005) metode
pelatihan tersebut adalah:
a. Model komunikasi ekspositif. b. Model komunikasi diskoveri.
c. Teknik komunikasi kelompok kecil. d Pembelajaran Berprogram.
e. Pelatihan dalam Industri f. Teknik simulasi g. Model studi kasus57
6. Media pelatihan (alat peraga)
Media pelatihan merupakan salah satu komponen yang penting
dalam sistem pelatihan, kerena berfungsi sebagai unsur penunjang
proses pembelajaran, menggugah gairah dan motivasi belajar.
Pemilihan dan penggunaan media pelatihan supaya
mempertimbangkan (1) tujuan pembelajaran, (2) materi pelatihan, (3)
57
Hamalik, Op.Cit. Pp. 63-66.
-
63
ketersediaan media itu sendiri, (4) kemampuan pelatihan yang akan
menggunakannya.
7. Evaluasi
Evaluasi dapat mengukur tingkat keberhasilan pelatihan
diperlukan adanya proses evaluasi, hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui seberapa efektif pelatihan yang telah dilaksanakan
sehingga kemudian dapat diukur perubahan yang terjadi dan
mengetahui sejauh mana lulusan suatu program pelatihan itu mampu
mengaplikasikan pengetahuan yang telah di dapat selama pelatihan.
Pengukuran tingkat keberhasilan ini diukur dengan mekanisme
pengukuran yang disebut evaluasi pelatihan.
g. Manfaat Pelatihan
Pengadaan pelatihan ini pun terkait pula dengan tujuan
organisasi yang ingin dicapai. Mathis mengatakan, pelatihan adalah
suatu proses di mana orang-orang mencapai kemampuan tertentu
untuk membantu mencapai tujuan.58
Pelatihan yang diadakan juga diharapkan mampu memberikan
manfaat. Robinson dalam Marzuki mengemukakan beberapa manfaat
pelatihan, diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Pelatihan merupakan alat untuk memperbaiki
penampilan kemampuan individu atau kelompok dengan harapan memperbaiki performan perserta
pelatihan.
58
Mathis R.L dan Jackson J.H, Manajemen Sumber Daya Manusia(Jakarta:Salemba Empat, 2002),p.25.
-
64
b) Keterampilan tertentu diajarkan agar para peserta
pelatihan dapat melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan standar yang diinginkan
c) Pelatihan dapat memperbaiki sikap-sikap yang tidak
produktif atau negatif pada peserta pelatihan d) Pelatihan dapat memperbaiki keselamatan dari
kesalahan dalam pelatihan.59
Peningkatan kemampuan melalui pelatihan akan sangat
bermanfaat bagi peserta pelatihan maupun lembaga/organisasi atau
lembaga pendidikan. Pelatihan akan memperbaiki performa individu
atau kelompok. Keterampilan tertentu yang dilatih akan bermanfaat
bagi pendidik atau lembaga pendidikan dalam melaksanakan tugas
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
h. Pelatihan Dasar PAUD (Pelatihan Terbimbing&Pelatihan Mandiri)
1) Pelatihan Terbimbing
Definisi pelatihan terbimbing sebagaimana diungkapan oleh
Abu Ahmadi dan Ahmad Rohani bahwa pelatihan terbimbing/
terbimbing belajar merupakan seperangkat usaha bantuan kepada
peserta didik/peserta pelatihan agar dapat membuat pilihan,
mengadakan penyesuaian, dan memecahkan masalah-masalah
pendidikan dan pengajaran atau belajar yang dihadapinya.60Arti
terbimbing belajar merupakan upaya nara sumber memberikan
59
Saleh Marzuki, Loc.It,p. 176. 60
Abu, Ahmadi, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), p.107
-
65
pembimbingan membantu peserta pelatihan dalam mengatasi
berbagai permasalah belajar saat proses pelatihan berlangsung.
Menurut Winkel pelatihan terbimbin/bimbingan belajar ialah
bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam
mengatasi kesulitan-kesulitan belajar.61 Jadi segala permasalahan
yang berhubungan dengan belajar, cara mengatasi permasalahan
tersebut, maupun saran-saran yang dapat digunakan agar tidak
mengalami kesulitan saat proses belajar/pelatihan berlangsung.
Sejalan dengan pengertian di atas, Syamsu Yusuf dan
Juntika Nurishsan menjelaskan bahwa terbimbing belajar adalah
bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu dalam
menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik dengan
cara mengembangkan suasana-suasana belajar-mengajar yang
kondusif agar terhidar dari kesulitan belajar.62 Para pembimbing
membantu individu mengatasi kesulitan belajar, mengembangkan
cara belajar yang efektif, membantu individu agar sukses dalam
belajar dan agar mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan
program/pendidikan. Dalam bimbingan belajar, para pembimbing
berupaya memfasilitasi individu dalam mencapai tujuan akademik
yang diharapkan.
61
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran(Yogyakarta: Media Abadi, 2004),p.59. 62
Syamsu Yusuf L.N dan Nani M.Sughandi, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: Rajawali Press, 2013),Pp.10-15.
-
66
Dari pendapat di atas, terbimbing belajar dapat didefinisikan
sebagai segala usaha yang dilakukan oleh pembimbing untuk
mengembangkan kebiasaan belajar yang baik kepada peserta didik
agar siap menempuh pendidikan yang selanjutnya.
Dari beberapa pengertian layanan bimbingan belajar yang
dikemukan oleh para ahli, maka dapat dipahami bahwa bimbingan
belajar merupakan seperangkat usaha bantuan kepada guru oleh
narasumber dalam mengadakan penyesuaian belajar dan
memecahkan masalah-masalah belajar dengan cara
mengembangkan suasana belajar mengajar yang kondusif agar
terhindar dari kesulitan-kesulitan belajar dan mencapai keberhasilan
belajar secara optimal.
2) Pelatihan Mandiri
Definisi pelatihan mandiri merujuk kepada pembelajaran
secara mandiri atau Contextual teaching Learning (CTL) tentang
pembelajaran mandiri sangat terkait pada pengertian Mandiri itu
sendiri. Pada guru yang memiliki tipe seperti ini mengatur diri sendiri
memerintah diri sendiri. Mereka mengambil keputusan sendiri dan
menerima tanggung jawab untuk itu.
Definisi Pelatihan mandiri atau belajar mandiri (CTL)
yaitu :
Pembelajaran mandiri adalah suatu proses belajar yang mengajak siswa melakukan tindakan mandiri yang
melibatkan terkadang satu orang, biasannya satu kelompok.
-
67
Tindakan mandiri ini dirancang untuk menghubungkan
pengetahuan akademik dengan kehidupan siswa sehari-hari secara sedemikian rupa untuk mencapai tujuan yang bermakna.Tujuan ini mungkin menghasilkan hasil yang nyata
maupun tidak nyata.63
Definisi Contextual teaching Learning diatas senada dengan
pendapat Malcom Knowles yang mendefinisikan pembelajaran mandiri
sebagai proses sebagai berikut :
in which individuals take the initiative, with or withous the help of others, in diagnosing their learning needs,
formulating learning goals, identifying human and material resources for learning, choosing and implementing
appropriate learning strategies, and evaluating learning outcomes.64
Bila diterjemahkan yaitu di mana individu mengambil inisiatif,
dengan atau tanpa bantuan orang lain, dalam mendiagnosis
kebutuhan belajar mereka, merumuskan tujuan pembelajaran,
mengidentifikasi sumber daya manusia dan materi untuk belajar,
memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat, dan
mengevaluasi hasil pembelajaran.
Miarso dalam Warsita mengemukakan bahwa belajar mandiri
merupakan pengaturan program belajar yang diorganisasikan
sedemikian rupa sehingga setiap peserta Diklat dapat memilih dan
atau menentukan bahan kemajuan belajar sendiri.65Sedang menurut
Dodds belajar mandiri sebagai suatu sistem belajar yang
63
Elaine B,Jhonson, Contextual Teaching & Learning, (Menjadikan kegiatan belajar mengasikan dan bermakna), terjemahan Ibnu Setiawan, MLM, 2007, p. 152
64Ibid.,p.102
65Bambang Warsita, Pendidikan Jarak Jauh (Bandung : Rosdakarya, 2011),p.147.
-
68
memungkinkan peserta Diklat dapat belajar sendiri dari bahan cetak
(modul), program siaran dan bahan rekaman yang telah disiapkan
sebelumnya.Oleh karena itu, konsep belajar mandiri menggambarkan
adanya kendali belajar serta penentuan waktu dan tempat belajar yang
berada pada diri peserta Diklat yang belajar.66
Pelatihan Belajar mandiri tidak berarti belajar sendiri,
melainkan belajar dengan prakarsa dan tanggung jawab sendiri
dengan bantuan minimal dari orang lain.
Pelatihan Belajar mandiri merupakan pembelajaran
merupakan pembelajaran dengan kesadaran oleh pembelajaran itu
sendiri.Ada delapan faktor yang mempengaruhi belajar mandiri.
(1) Terbuka terhadap setiap kesempatan belajar (2) Memiliki konsep diri sebagai warga belajar yang efektif
(3) Berinisiatif dan merasa bebas dalam belajar (4) Memiliki kecintaan terhadap belajar
(5) Kreativitas (6) Memiliki orientasi ke masa depan (7) Kemampuan menggunakan keterampilan belajar yang
mendasar (8) Memecahkan masalah.67
Kedelapan faktor ini merupakan faktor yang mempengaruhi
seseorang dalam belajar mandiri. Hal yang terpenting dalama proses
belajar mandiri ialah peningkatan kemauan dan keterampilan peserta
Diklat dalam proses belajar tanpa bantuan orang lain, sehingga pada
66
Ibid.,p.147. 67
Ihat Fatimah, Inovasi Pendidikan,(http://www //file.upi.edu) p.5 diakses tanggal 29/11/2011.
-
69
akhirnya peserta Diklat tidak bergantung pada guru/instruktur,
pembimbing, tema, atau orang lain dalam belajar.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Hasil Penelitian yang relevan dengan penelitian yang peneliti
lakukan berkaitan dengan variable pelatihan yaitu Pengaruh
Pelatihan Dasar PAUD Terhadap Tingkat Pengetahuan Pendidik
Tentang Pembelajaran di PAUD. (Ex Post Facto di Sanggar Kegiatan
Belajar (SKB) Jakarta Timur).68 Implikasi dari penelitian ini adalah
bahwa pelatihan merupakan salah satu cara yang efektif untuk dapat
meningkatkan pengetahuan dan kompetensi para pendidik PAUD.
Dengan mengikuti pelatihan pendidik dapat memiliki bekal
pengetahuan mumpuni dalam menjalankan perannya untuk
menyiapkan pembelajaran di PAUD.
Selain mengikuti pelatihan, pendidik PAUD juga dapat
menambah pengetahuan dan keterampilan-keterampilan baru dengan
banyak membaca buku atau artikel tentang pendidikan anak usia dini.
Pengetahuan juga bisa di dapat dengan mengikuti diskusi-diskusi atau
seminar. Selain itu pihak penyelenggara pelatihan maupun pihak
pemerintah dapat mendukung hal-hal yang berkaitan dengan
peningkatan mutu dan kualitas pendidik anak usia dini. Hal ini dapat
68
Sisca Nurul Fadilah,Pengaruh Pelatihan Dasar PAUD Terhadap Tingkat Pengetahuan Pendidik Tentang Pembelajaran di PAUD, Jakarta: SKRIPSI FIP UNJ 2011.
-
70
dilakukan dengan terus mengadakan pelatihan yang berkala dan
berjenjang serta evaluasi untuk pendidik PAUD. Pelatihan berkala dan
berjenjang berguna untuk memperbaharui dan meningkatkan
kemampuan pendidik.Sedangkan penyelenggaraan evaluasi
dimaksukan untuk mengetahui tingkat kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki oleh pendidik sehingga pemerintah atau lembaga
penyelenggara pelatihan dapat menentukan strategi selanjutnya dalam
rangka meningkatkan kompetensi pendidik PAUD.
Penelitian terbaru dilakukan oleh mahasisawa Fakultas Ilmu
Pendidikan Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yakni pengaruh
pelatihan pembuatan rencanan pelaksanaan pembelajaran terhadap
peningkatan kompetensi mengelola kelas pada tutor paket C di PKBM
se-kecamatan Senen Jakarta Pusat.69Berdasarkan hasil mengenai
pelatihan pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran terhadap
peningkatan kompetensi mengelola kelas pada tutor paket C di PKBM
Se-Kecataman Senen,Jakarta Pusat pada dasarnya berhasil menguji
hipotesis penelitian yang diajukan, dengan menunjukan adanya
pengaruh peningkatan kompetensi mengelola kelas pada tutor paket
C dengan efektifitas pelatihan pembuatan rencana pelaksanaan
pembelajaran.
69
Lisyana, Pengaruh pelatihan pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran terhadap peningkatan kompetensi mengelola kelas pada tutor paket C di PKBM se-Kecamatan Senen Jakarta Pusat, Jakarta: Skripsi, FIP UNJ 2012.
-
71
Berdasarkan uraian dari penelitian sebelumnya terlihat
bahwa pelatihan memberikan pengaruh positif terhadap pesertanya
dalam hal meningkatkan pemahaman, performa maupun motivasi.
Untuk itu, peneliti akan mencoba mengkaji tentang pengaruh pelatihan
model terbimbing dan mandiri PAUD terhadap kemampuan guru
dalam membuat perencanaan kegiatan pembelajaran di PAUD.
Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian-penelitian
sebelumnya tentang upaya peningkatan kompetensi pendidik baik dari
segi pengetahuan, keterampilan maupun sikap guna memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pengelolaan program PAUD.
C. Kerangka Berpikir
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pemberian
pelayanan pendidikan kepada anak dengan rentan usia lahir sampai
dengan 6 tahun yang bertujuan mengoptimalkan tumbuh kembang anak
melalui pembinaan dan pengasuhan. Program PAUD menjadi begitu
penting karena pada masa ini merupakan penanaman pondasi awal
kehidupan manusia yang merupakan bekal untuk persiapan
kehidupannya di masa mendatang.
Pada masa ini kemampuan seseorang untuk belajar dan
menyerap berbagai informasi dan mempelajari keterampilan-
keterampilan baru begitu pesat.Masa ini juga dikatakan sebagai
gambaran awal kehidupan manusia, dimana pola pikir dan sikap/perilaku
-
72
yang diajarkan pada masa ini sebagai peletak dasar bagi perkembangan
diri manusia. Masa ini merupakan tempat dimana kebaikan dan sifat
buruk tertentu seorang manusia dengan lamban namun jelas akan
berkembang dan menjadi cerminan dirinya di masa mendatang.
Dalam pengelolaan program PAUD seorang pendidik
memegang peranan sentral dalam pembelajaran dan pengembangan
anak didiknya.Sebagai seorang profesional, pendidik PAUD harus
mampu mengelola kelas, merencanakan pembelajaran, melaksanakan
program pendidikan untuk anak didik sesuai dengan perkembangan anak
serta mampu mengevaluasi pembelajaran.
Untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai
seorang pendidik, maka diperlukan kemampuan dan keterampilan
mumpuni untuk dapat menunjang tugasnya. Di masyarakat kebanyakan
pendidik anak usia dini tidak memiliki kemampuan dan keterampilan
mumpuni di bidangnya. Hal ini karena keterbatasan sumber daya
pendidik dalam memenuhi standar kualifikasi dan standar kompetensi
untuk menjadi seorang pendidik anak usia dini sesuai dengan ketetapan
pemerintah.
Untuk mengatasi hal ini banyak cara telah dilakukan oleh
pemerintah dan salah satunya adalah dengan mengadakan berbagai
pelatihan untuk para pendidik PAUD. Dengan adanya pelatihan ini
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan memberikan
keterampilan-ketrampilan baru yang dibutuhkan oleh pendidik.Pendidik
-
73
yang sudah pernah mengikuti pelatihan diharapkan dapat melaksanakan
program pembelajaran dengan baik di lembaganya masing-masing.
Karena mereka sudah diberikan bekalkemampuan dan keterampilan
yang menunjang kinerja mereka.
Berdasarkan penelitian ini maka akan dapat terlihat perbedaan
kemampuan yang dimiliki oleh pendidik PAUD yang sudah pernah
mengikuti pelatihan dan yang belum pernah mengikuti pelatihanPAUD.
Pendidik PAUD yang sudah pernah mengikuti pelatihan akan memiliki
kemampuan yang lebih luas dan lebih baik tentang pelatihanPAUD
dibandingkan dengan pendidik yang belum pernah mengikuti pelatihan.
D. Hipotesis Penelitian
Dari pemaparan di atas maka peneliti mengajukan sebuah
hipotesis bahwa terdapat pengaruh yang singnifikan antara pelatihan
PAUD Terbimbing dengan Mandiri terhadap kemampuan guru
merencanakan pembelajaran di PAUD di Kecamatan Tunjung Teja.
NB : O