23
BAB II
SAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN
A. Sajian Data
Berikut ini akan disajikan data yang telah dikumpulkan lewat teknik
wawancara. Data data tersebut meliputi: resepsi mengenai intensitas penghayatan
yang meliputi tema, kondisi sosial, relevansi konflik, bahasa, amanat karakter
tokoh; norma dan kritaria penilaian, selera san minat baca; pendapat mengenai
serat yang di kaji.
1. Intensitas penghayatan
1.1 Tema
Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui wawancara mengenai resepsi
sastra, dari 15 informan berhasil menemukan tema dari SR meskipun dari sudut
pandang yang berbeda-beda. Dari 15 informan 8 berpendapat bahwa tema dalam
SR ini mengenai kepemimpinan dari beberapa tokoh yang tertuang dalam SR
tersebut yang menggambarkan seorang pemimpin yang ideal, sedangkan informan
yang berjumlah 2 orang mengatakan bahwa SR ini berisikan tentang ajaran-ajaran
kepemimpinan yang melalui tokoh-tokoh yang terdapat dalam SR tersebut. Selain
itu informan yang lain menanggapi tema ini dengan tanggapan yang berbeda-beda
seperti tema tentang ajaran kebaikan atau ajaran hidup yang digambarkan melalui
tokoh para dewa-dewa, ada juga yang berpendapat tema SR ini menceritakan sifat
ketauladanan seorang pemimpin, dan ada yang berpendapat tema ini tentang sikap
kedisiplinan seorang pemimpin serta ada yang berpendapat lain bahwa tema SR
ini penggambaran sosok dewa-dewa yang memiliki kelebihan tersendiri atau
23
24
kelebihan yang menonjol dari yang lainnya. Berikut pemaparan sebagian
informan yang berpendapat mengenai tema yang terdapat dalam SR ini terlihat
dalam kesan informan berikut ini:
Ini kan menceritakan sifat-sifat seseorang pemimpin jadi saya mengambil
sifat ketauladanan seorang pemimpin dalam sebuah kepemimpinan (In 2).
Informan di atas mengatakan bahwa, SR ini menceritakan tentang sifat-sifat
seorang pemimpin, jadi informan di atas tema yang berhasil didapat ialah
mengenai sifat ketauladanan seorang pemimpin dalam sebuah kepemimpinan.
Yang dari Serat Rama ini kita dapat mengambil sikap kedisiplinan, ketaatan
kepatuhan terhadap orang-orang yang menjadi pemimpin kita ada yang
sebagai prajurit itukita harus tetap setia kepada mereka (In 1)
Informan ini menanggapi bahwa SR ini menceritakan tentang sikap
kedisiplinan seorang pemimpin serta ketaatan dan kepatuhan terhadap orang-
orang yang menjadi pemimpin.
SR ini kan menceritakan ajaran hidup baik dan buruk dan disini melalui sifat
para-para tokoh yang diceritakan dalam serat ini dan tokoh disisni adalah
pemimpin jadi tema yang dapat diambil disini adalah ajaran seorang
pemimpin begitu (In 5).
Komentar penulis mengenai informan di atas adalah informan berpendapat
SR ini menceritakan atau menggambarkan tentang ajaran hidup yaitu ajaran hidup
baik dan buruk, dan melalui sifat para tokoh-tokoh yang diceritakan dalam SR ini,
melalui para tokoh tersebut ajaran-ajaran yang terdapat dalam serat itu adalah
ajaran untuk seorang pemimpin.
Tanggapan berbeda juga diberikan oleh informan yang lain, tanggapannya
adalah sebagai berikut:
Untuk tema dari SR memang dari dewa-dewa dari delapan dewa itu
melambangkan dari setiap dewa itu mempunyai sesuatu yang tersendiri yang
itu menonjol, seperti dewa Indra itu mempunyai pengetahuan kemudian dewa
Baruna itu mempunyai apa itu keluasan hati dan lain-lain (In 10).
25
Informan di atas menangkap unsur tema berupa penggambaran delapan
dewa-dewa yang melambangkan dari setiap dewa memiliki sesuatu yang
menonjol sesuatu yang tersendiri dari yang lain hal itu di gambarkan dari dewa
Indra yang mempunyai pengetahuan dan dewa Baruna memiliki keluasan hati itu
yang ditangkap dari informan diatas mengenai tema yang ada dalam SR tersebut.
Tema yang dapat saya ambil dari teks ini yaitu tentang apa ya keteguhan
seorang pemimpin yaitu konsekuwen dalam berbicara ngendikane, terusan
omongane kuwi bisa digugu atau dituruti oleh prajurit-prajuritnya yang
mana perintahnya itu dalam keadaan perintah yang positif yaitu menjalankan
tentang kebaikan berbaik kepada orang lain, pokoknya tentang
kepemimpinan(In 12).
Tanggapan dari informan nomor 12 berpendapat bahwa tema yang terdapat
dalam SR ini ialah tentang keteguhan seorang pemimpin yaitu melalui sifat
konsekuen dalam berbicara bisa dipertanggungjawabkan sehingga prajurit atau
jajaran nya dapat mempercayai dan mematuhi perintah yang baik dan
menjalankan tentang kebaikan.
Berdasarkan hasil wawancara tema-tema yang telah ditemukan oleh
informan, kemudian diresepsi kembali oleh penulis dengan maksud untuk
mengetahui ketertarikan informan terhadap tema tang tertuang dalam SR tersebut.
berdasarkan dari hasil wawancara terhadap informan sebagian besar informan
mengatakan tema yang terkandung dalam SR ini menarik, dari 15 responden
mengatakan bahwa SR ini menarik, 4 dari 15 orang mengatakan menarik dari segi
isi ceritanya, sedangkan 5 informan member tanggapan bahwa, tema tersebut
menarik dilihat dari segi pemaparan tokoh-tokohnya. 5 informan juga berpendapat
bahwa, tema itu menarik Karena dari segi isi ceritanya dan menarik dari tokoh-
tokohnya. Sedangkan informan yang lain tidak berkomentar mengenai isi
26
ceritanya maupun dari tokoh-tokohnya. 1 informan yang yang tidak berkomentar
mengenai isi ceritanya maupun tokoh-tokohnya yaitu:
Kalau dari segi temanya kalau untuk aku pribadi sih cukup menarik soalnya
sesuai dengan apa…!temanya itu faktual. Ya kan tau sendiri di Indonesia
khususnya di negara kita minim pemimpin yang arif kayak gitu, mungkin dari
naskah-naskah kuna terdahulu bisa diambil dari hikmahnya, mungkin bisa
diambil dari pelajaran dari situ bagaimana menjadi seorang pemimpin yang
baik itu, terus bagaimana menjadi seorang pemimpin yang bijaksana dan
bisa memimpin, mengayomi maupun istilahnya melayani dan juga
melindungi bawahannya (In 9).
Informan di atas berpendapat mengenai SR ini menarik, tapi informan di
atas tidak menanggapi SR ini menarik dari segi ceritanya atau tokohnya, tetapi
informan berpendapat bahwa serat ini temanya faktual, dan informan di atas
cenderung menyoroti ke ajaran-ajarannya bagaimana menjadi pemimpin yang
bijaksana yang bisa mengayomi dan melindungi bawahannya.
Berbeda dengan tanggapan informan lainnya yang mengatakan bahwa,
tema dalam SR ini menarik dari segi ceritanya. Berikut tanggapannya:
Menarik mbak apalagi kalau dipelajari secara mendalam, kalau menurut
saya lebih tertarik ke isi ceritanya, karena serat ini sangat bermanfaat dan
banyak nilai-nilai sosial yang dapat kita ambil dari serat ini (In 15).
Ketertarikan informan nomor 15 lebih kepada segi isi ceritanya, menurut
informan ini dari SR ini adalah mengenai nilai-nilai sosial yang dapat diambil dari
SR tersebut.
Mungkin kalau orang awam membaca serat ini kurang tertarik dan nggak
paham tapi dengan penjelasan dengan adanya terjemahan atau teks bahasa
Indonesianya menurut saya menarik dan pastinya banyak pembaca yang
tertarik (In 15).
Informan di atas menyampaikan jika serat ini tanpa terjemahan mungkin
bagi orang awam sulit untuk memahaminya dan tidak mengerti isi dari SR
tersebut. Hal yang penulis soroti mengenai penjelasan informan sebagai orang
27
awam, sebagai orang awam informan belum bisa mengerti mengenai isi dari SR
tersebut. Tapi dengan adanya terjemahan atau teks bahasa Indonesianya SR ini
menurut informan menarik, mudah dimengerti dan lebih tertarik.
Hal serupa juga disampaikan oleh informan yang lain, berikut
tanggapannya:
Menurut saya itu menarik, karena memang saya juga mengkaji tentang SR
jadi itu sangat menarik buat saya. Dari segi cerita menarik juga karna
memang disitu banyak sekali karakter-karakter yang bisa digali dan dari
tokoh-tokohnya itu memang tokoh itu merupakan suatu utama, utamanya
memang karakternya, jadi menarik juga (In 10).
Ketertarikan informan nomor 10 lebih ke segi ceritanya, karena di dalam SR
ini banyak sekali karakter-karakter yang bisa digali dan ketertarikan informan
diatas kebetulan sedang mengkaji mengenai serat dan serat itu adalah SR, jadi
informan merasa tertarik dengan serat ini karena bisa dijadikan pengetahuan juga.
Ada juga beberapa informan yang beranggapan bahwa SR ini menarik dari
segi tokoh-tokohnya, berikut pemaparannya:
Menarik sih menurut saya, soalnya kan jaman sekarang itu kepemimpinan itu
sangat perlu, bagaimana sih caranya menjadi seorang pemimpin jadi
temanya ini menarik buat para laki-laki atau siapapun yang ingin menjadi
seorang pemimpin. Kalau menurut saya sih dari penggambaran tokohnya,
kan setiap batara-batara ini memiliki penggambaran tokohnya masing-
masing yang itu sangat menarik sekali ada yang sifatnya itu beda-beda yang
jujur seperti itu (In 2).
Ketertarikan informan nomor 2 terhadap unsur tema lebih disebabkan oleh
segi paparan tokoh-tokohnya, informan mengatakan dikarenakan di jaman
sekarang kepemimpinan sangat perlu dan tema dari pada SR ini informan
beranggapan bahwa menarik untuk para laki-laki atau siapapun yang ingin
menjadi seorang pemimpin. Secara tidak langsung informan menginginkan
seorang pemimpin seperti batara-batara yang memiliki sifat-sifat seorang
28
pemimpin yang arif dan bijaksana karena melihat di jaman sekarang pemimpin
tidak seperti yang diharapkan oleh masyarakat.
Senada dengan tanggapan informan nomor 2 informan nomor 11 juga
berpendapat bahwa, tema ini menarik dikarenakan dari segi tokoh-tokohnya.
Berikut dialog yang disampaikan:
Menurut saya temanya itu sangat menarik soalnya kan bisa dilihat sekarang
ini kepemimpinan di Indonesia sudah mulai turun jadi dengan membaca serat
ini kita jadi tau seharusnya sebagai seorang pemimpin yang baik itu harus
seperti apa. lebih tertarik ke penggambaran tokoh (In 11).
Hampir sama tanggapan dari informan nomor 2 dan informan nomor 11,
mereka berpendapat bahwa kepemimpinan jaman sekarang apalagi di Indonesia
ini sudah mulai turun jadi dengan SR ini berharap seorang pemimpin bisa seperti
tokoh-tokoh yang digambarkan di SR ini.
Ada beberapa informan yang berpendapat bahwa SR ini menarik dari segi
isi ceritanya dan dari gambaran tokoh-tokoh yang terdapat di serat ini,
pendapatnya sebagai berikut:
Kalau dilihat dari isinya yang memaparkan secara gambling jelas sangat
menarik. Keduanya sih soalnya disini pertama alurnya menceritakan
tokohnya tersebut, jadi sifat-sifat tokohnya disebutkan kemudian diselingi
oleh nasihat-nasihat seperti itu(In 5).
Hal serupa disampaikan oleh informan yang lain, lihat berikut ini pendapat
yang sama dari informan:
Menurut saya menarik mbak, menariknya dua-duanya mbak dari segi
tokohnya menarik dan dari segi isi cerita juga menarik, karena dari tokoh-
tokohnya dan ceritanya itu berkaitan mbak saling berkaitan (In 14).
Senada dengan tanggapan informan nomor 5, informan nomor 14 juga
berpendapat bahwa, tema serat ini menarik dari segi isi cerita dan tokoh-tokohnya.
Berdasarkan tanggapan kedua informan tersebut senada, mereka beranggapan
29
bahwa cerita dari SR ini saling berkaitan dengan tokoh-tokohnya. Seperti yang di
jelaskan oleh informan nomor 5 bahwa dalam serat ini pertama alurnya
menceritkan tokohnya, sifat-sifat tokohnya kemudian diselingi dengan nasihat-
nasihat yang bisa menjadikan pedoman untuk seorang pemimpin. Dan tanggapan
yang sama oleh informan nomor 14 bahwa berpendapat bahwa isi ceritanya dan
tokoh-tokohnya itu saling berkaitan.
Penalaran yang sama juga nampak pada informan yang satu ini, berikut
penalarannya:
Iya dalam penggambaran tokohnya memang tepat sekali diambil ilustrasinya
diambil contohnya dari sifat-sifat yang dimiliki para dewata para dewa yang
ada didalam dunia pewayangan (In 13).
Menurut pemaparan informan di atas bahwa dalam penggambaran tokohnya
diambil dari ilustrasi diambil dari sifat-sifat yang dimiliki oleh para dewa-dewa
yang ada di dalam dunia pewayangan.
Jadi lebih kedalam materi jadi seorang pemimpin harus cerdas seperti batara
Indra harus tidak memilah serta memilih seperti watak dari batara Yama
seperti itu dia tegas dan juga harus pandai harus seperti batara Surya dia
kaya seperti itu yang saya pahami sekilas dari serat ini (In 13).
Terlihat dari pendapat informan nomor 13 bahwa informan tersebut telah
menangkap apa yang tersirat dalam SR tersebut. informan menggambarkan sifat
atau watak-watak yang ada di dalam SR ini dari tiap-tiap tokoh yang di ceritakan
dalam serat ini seperti batara Indra harus bersifat cerdas batara Yama memiliki
watak yang tegas dan seperti batara Surya yaitu pandai itu yang informan pahami.
Informan di atas berpendapat bahwa realita di Jawa sendiri tidak lepas dari
namanya kepemimpinan dan seorang pemimpin itu harus memiliki sifat baik
secara materil maupun softkill sesuai apa yang ada di asthabrata ini. Terlihat dari
hasil wawancara dengan informan diatas bahwa melalui tokoh-tokoh yang
30
dijelaskan di SR ini informan berharap pemimpin jaman sekarang bisa meniru apa
yang digambarkan dalam SR ini.
1.2 Kondisi Sosial
Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui wawancara dapat diperoleh
hasil resepsi informan atau pembaca mengenai kondisi sosial dalam SR ini. Dari
15 informan sebagian besar menyatakan bahwa, kondisi sosial yang tercermin
dalam SR ini memiliki kedekatan dengan kehidupan informan. 11 orang
mengatakan bahwa SR ini berkaitan dengan kondisi sosialnya. Sedangkan 4 orang
informan mengatakan bahwa, kondisi sosial dalam SR tidak memiliki kedekatan
dengan kehidupan informan. Berikut pemaparan sebagian informan yang
mengatakan tidak memiliki kedekatan dengan kondisi sosialnya:
Sebenarnya kalau kondisi sosialnya sendiri sudah berbeda ya, kalau waktu
diserat ini waktu jaman dahulu jaman peperangan, sedangkan sekarang
sudah jaman modern tetapi substansi isi dari ajaran kepemimpinan yang
dipakai untuk perang itu bisa kita pakai dalam kehidupan sehari-hari kita
dijaman modern ini sebagai seorang pemimpin (In 6).
Menurut pendapat informan di atas lebih membandingkan antara kehidupan
di jaman dahulu dan di kehidupan sekarang yang sudah modern. Informan di atas
justru mengatakan bahwa kalau kondisi sosialnya sendiri sudah berbeda tetapi
substansinya isi dari ajaran kepemimpinan yang terdapat di SR ini bisa digunakan
atau bisa diterapkan di kehidupan sehari-hari. Senada dengan pendapat informan
nomor 15 berpendapat sama dengan informan nomor 6. Berikut pemaparannya:
Untuk kondisi sosialnya kalau meurut saya dengan kehidupan saya tidak ada
mbak karena dalam serat ini menggambarkan tentang jaman kerajaan
sedangkan pada saat ini pun kita di jaman kepemerintahan. Tapi kalau
ajaran-ajarannya dalam serat ini mungkin ada kaitannya dengan para
pemimpin pada jaman sekarang, namun pemimpin-pemimpin sekarang
banyak sekali yang keluar dari kodratnya lupa akan janji-janji nya sebelum
jadi pemimpin jadinya menurut saya tidak ada mbak kalau ajaran-ajarannya
masih berkaitan (In 15).
31
Pendapat dari kedua informan di atas berpendapat sama, dari informan
nomor 6 dan informan nomor 15 membandingkan kondisi sosial saat naskah ini
ditulis dengan saat ini tidak ada kaitannya dengan kehidupannya, informan nomor
15 mengatakan bahwa serat ini ditulis pada jaman kerajaan sedangkan kita hidup
di jaman kepemerintahan jadi sudah berbeda, tetapi ajaran-ajaran yang terdapat di
SR tersebut bisa dijadikan panutan sebagai seorang pemimpin yang baik.
Bertentangan dengan kedua informan di atas salah satu informan
memberikan penilaian berbeda bahwa, kondisi sosial yang diangkat masih relevan
dengan kehidupannnya, berikut tanggapannya:
Kalau mengenai kondisi sosial menurut saya masih ada yang berkaitan,
memang kehidupan sekarang tidak bisa disamakan dengan jaman dahulu,
kalau jaman dahulu ki kerajaan kalau sekarang itu kepemerintahan, tapi
mengenai kondisi sosialnya masih ada yang berkaitan (In 14).
Melalui unsur kondisi sosial, ternyata informan nomor 14 memiliki
kedekatan dengan kehidupan informan. Informan berpendapat memang kehidupan
sekarang tidak bisa disamakan dengan jaman dahulu tetapi mengenai kondisi
sosialnya masih ada yang berkaitan. Adapun informan yang berpendapat sama
namun dengan pemaparan yang berbeda, lihat penerimaan informan nomor 5
berikut ini:
Disini seperti batara Indra disini pada jaman itu terdapat anak muda
istilahnya masih bodoh. Nah disitu batara Indra diajarkan bagaimana
bersikap baik dan buruk, kemudian disebutkan batara Surya yang bagaimana
memberikan rizki yang halal, kan kita tahu sendiri banyak dijaman sekarang
juga masih banyak criminal-kriminal tersebut. jadi serat ini masih relevan
sekali untuk dijadikan pedoman hidup dijaman sekarang (In 5).
Informan di atas menyoroti kondisi sosial dalam SR lebih cenderung bahwa
serat ini bisa jadi pedoman hidup dijaman sekarang, melalui penggamparan tokoh-
tokoh dalam serat tersebut contohnya seperti tokoh batara Indra yang bersikap
32
baik dan batara Surya yang murah hati selalu memberikan rizki yang halal,
berharap serat ini bisa menjadi pedoman pada zaman sekarang.
Sangat relevan sekali jadi seperti yang saya katakana tadi bahwa tidak hanya
lingkup kenegaraan namun dalam lingkup Universitas bahkan dalam konteks
angkatan kelas itu ada koordinator tingkat, nah itu koordinator tingkat itu
akankah lebih baik apabila dia memahami seperti apa yang diterapkan
dalam serat asthabrata ini mengenai seseorang pemimpin, nah seorang
pemimpin harus dapat menguasai diri astha, astha itu delapan brata itu laku
dari delapan langkah-langkah menuju seseorang pemimpin yang baik, arif
dan bijaksana seperti itu (in 13).
Komentar penulis mengenai pendapat di atas bahwa informan mengatakan
masih relevan dan informan mengatakan dan memberi penjelasan jika dikaitkan
seorang pemimpin dicontohkan dalam lingkup Universitas bahkan dalam konteks
angkatan kelas ataupun koordinator tingkat membutuhkan seorang pemimpin, dan
apabila dia memahami seperti apa yang diterapkan dalam serat asthabrata ini
mengenai seorang pemimpin harus dapat menguasai diri astha, astha itu delapan
brata itu laku dari delapan langkah-langkah menuju seseorang pemimpin yang
baik, arif dan bijaksana.
Pada dasarnya sebagian informan memiliki kedekatan dalam hal kondisi
sosial, informan yang satu ini juga berharap kondisi sosial yang tercermin dalam
serat ini bisa jadi pedoman, seperti resepsi informan berikut ini:
Kalau untuk karakter sendiri karakter atau pembinaan dari apa ya,,,sifat-
sifat dewa tersebut memang sangat berpengaruh untuk kehidupan sehari-
hari. Setelah membaca itu kemudian kita merenung mendapatkan apa sifat-
sifat itu kita terapkan dalam hidup kita (In 10).
Tanggapan informan menyatakan bahwa sifat-sifat dari para dewa dalam SR
ini dapat dijadikan cerminan pembaca dan informan berharap pembaca setelah
membaca SR ini dapat merenung mendapatkan sifat-sifat dari para dewa-dewa
33
lalu bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendapat yang sama juga
disampaikan oleh informan nomor 7, berikut paparannya:
Iya sama, karena didalam serat ini kan tentang ajaran kepemimpinan jadi
berkaitan begitu, bisa menjadi panutan misalnya nanti kita jadi pemimpin itu
harus memiliki sifat yang seperti apa, ini sangat baik sekali, jadi ada
hubungan sosialnya (In 7).
Pendapat informan nomor 7 di atas senada dengan informan nomor 10
bahwa SR ini sangat baik dan bisa dijadikan pedoman atau panutan untuk
kehidupan sehari-hari.
1.3 Relevansi konflik
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan sebagian besar berpendapat
bahwa SR ini masih relevan. Sebanyak 10 orang informan menyatakan bahwa,
konflik dalam SR ini masih relevan dengan kehidupan selarang ini. hal tersebut
diiringi dengan tanggapan yang bervariasi dari informan-informan. 2 orang
informan mengatakan konflik dalam SR ini sudah tidak relevan. Beberapa
informan yang berpendapat lain mengenai serat ini apakah masih relevan atau
tidak SR ini jika diterapkan dalam kehidupan saat ini, dan ada beberapa yang
berpendapat bahwa serat ini ada yang masih relevan dengan kehidupan saat ini
dan ada juga yang tidak relevan dengan kehidupan saat ini. Tanggapan informan
terhadap relevansi konflik terlihat dalam kesan informan berikut ini:
Konflik permasalahan ada beberapa yang relevan yang tadi pertama kali
yang digambarkan sosok seseorang batara Indra, ada murid batara indra
yang dia itu melakukan sebuah kesalahan maka batara Indra itu tidak segan-
segan memberi apa itu hukuman terhadap seorang yang melakukan
kesalahan itu tadi, saya kira konfliknya disitu relevan maka seorang
pemimpin sekarang tidak boleh pandang bulu terhadap entah itu masih sanak
saudara entah itu masih walaupun anaknya sendiri kalau toh dia itu
melakukan sebuah kesalahan maka watak dari batara Yama itu harus di
terapkan yaitu tegas tidak melihat tidak pandang bulu siapa yang melakukan
kesalahan itu (In 13).
34
Tanggapan informan di atas lebih menyoroti mengenai ajaran
kepemimpinannya melalui gambaran batara Indra yang memiliki sikap tegas
barang siapa melakukan kesalahan maka batara Indra tidak segan-segan
memberikan hukuman kepada yang membuat kesalahan dan tidak pandang bulu
siapa dia entah keluarga atau saudaranya maka tetap diberi hukuman, mungkin
informan diatas berharap para pemimpin dapat memiliki sikap seperti batara Indra
yang tegas dan memiliki pendirian.
Masih relevan mbak, soalnya figure seorang pemimpin itu selalu dibutuhkan
mbak meskipun jaman sekarang kebanyakan pemimpin itu sudah hilang jati
dirinya sebagai pemimpin karena menuruti kepentingannya sendiri
contohnya korupsi atau apalah itu, namun ada juga pemimpin yang masih
mementingkan kepentingan rakyat. Jadi seorang pemimpin di jaman
sekarang menurut saya figure seorang pemimpin masih ada mbak (In 14).
Menanggapi unsur relevansi konlik dalam SR. Iinforman ini mengatakan
bahwa, relevansi konflik yang ada dalam naskah ini relevan dengan kehidupan
saat ini. Informan melihat kehidupan saat ini mengenai figur seorang pemimpin
yang belum ideal, karena di jaman sekarang masih banyak pemimpin yang
korupsi lebih mementingkan kepentingan pribadi dari pada rakyatnya, pemimpin
sekarang hilang jati dirinya sebagai seorang pemimpin, tapi masih ada juga
pemimpin yang mementingkan kepentingan rakyatnya dan masih ada juga figur
seorang pemimpin yang baik. Informan di atas sependapat dengan informan
nomor 15 berikut tanggapannya:
Sangat relevan mbak saat ini kan masih banyak sekali orang-orang bahkan
pemimpin-pemimpin yang bertindak sesuka hatinya seperti contohnya di
negara kita saja banyak yang korupsi, yang menyalahi aturan-aturan yang
sudah dibuat, makanya penulis serat ini dalam SR ini memberikan piwulang-
piwulang agar para pembacanya bisa sadar mungkin dan tau apa yang harus
diperbuat jika menjadi seorang pemimpin yang baik yang bijaksana tu seperti
apa (In 15).
35
Hampir sama tanggapan yang diberikan oleh informan nomor 14 dan 15.
Mereka sama-sama berpendapat bahwa pemimpin di jaman sekarang hilang jati
dirinya sebagai seorang pemimpin dan banyak pemimpin di zaman sekarang yang
bertindak sesuka hatinya, seperti contohnya korupsi banyak yang menyalahi
aturan-aturan yang sudah ada. Informan berharap dengan adanya SR ini semoga
memberikan contoh-contoh yang baik dan berharap seorang pemimpin menjadi
seorang pemimpin yang baik yang bijaksana.
Berbeda dengan pemahaman yang diberikan oleh informan nomor 1,
dalam menangkap unsur relevansi konflik seperti berikut:
Ya masih relevan, karena memang benar naskah itu diambil dari zaman
dahulu, tapi di era sekarang juga masih relevan. Terbukti dengan adanya
sikap kedisiplinan ada terus kepemimpinan juga ada terus juga jiwa-jiwa
kepemimpinan yang ada di dalam lakon-lakon yang lainnya, seperti Surya,
Indra dan sebagainya (In 1).
Pemahaman dari informan di atas bahwa, SR ini masih relevan dan
mengatakan bahwa naskah diambil dari zaman dahulu tetapi di era sekarang masih
relevan juga dan beranggapan bahwa, naskah tersebut terbukti masih terdapat
sikap kedisiplinan ada di dalam kepemimpinan ada juga jiwa-jiwa kepemimpinan
yang digambarkan dalam dewa-dewa yang ada di SR tersebut seperti Surya, Indra
dan lainnya.
Konfliknya masih relevan ya cuman berbeda objeknya, berbeda generasi
saja, cuman substansinya juga masih relevan (In 6).
Singkat padat dan jelas, itulah taggapan yang disampaikan oleh informan
nomor 6 mengenai unsur relevansi konflik. Informan mengatakan bahwa konflik
yang terdapat di SR ini masih relevan cuman berbeda objeknya dan berbeda
generasinya namun untuk substansinya masih relevan dengan kehidupan saat ini.
36
Tanggapan berbeda disampaikan oleh beberapa informan yang
mengatakan bahwa SR ini sudah tidak relevan dengan kehidupan saat ini. berikut
tanggapannya:
Kalau konflik memang sudah tidak relevan, karena memang didalamnya itu
tentang prajurit-prajuritnya kemudian tentang penganut-penganutnya tetapi
untuk makna yang terdapat didalam serat tersebut dari sifat-sifatnya
kemudian dari tauladannya itu bisa diperoleh suatu hikmah ilmu dari situ (In
10).
Informan nomor 10 di atas, berpendapat berbeda dengan informan yang lain
bahwa SR ini jika dikaitkan sudah tidak relevan dengan kehidupan saat ini.
menurut informan didalam serat tersebut berisikan tentang prajurit-prajurir
kemudian tentang pengikut-pengikutnya jadi informan beranggapan bahwa serat
ini tidak relevan karena saat ini kita hidup di jaman yang sudah modern tidak
seperti jaman-jaman kerajaan. Tetapi untuk makna yang terdapat dalam serat ini
dari sifat-sifatnya dari para dewa bisa di ambil hikmah ilmu nya. Pendapat diatas
senada dengan pendapat informan nomor 12 berikut tanggapannya:
Tidak relevan pemimpin-pemimpin sekarang itu sudah hilang jati dirinya
sendiri,pada dasarnya itu dia mempunyai karakteristik kepemimpinannya,
tapi karena mungkin ada hawa nafsu atau piye jadi egonya sendiri (In 12).
Senada dengan tanggapan informan nomor 10, informan nomor 12 juga
berpendapat bahwa, SR ini tidak relevan dengan kehidupan saat ini. informan
berpendapat bahwa pemimpin-pemimpinsekarang itu sudah hilang jati dirinya
sendiri, pada dasarnya para pemimpin memiliki karakteristik sebagai seorang
pemimpin, tapi karena ada niat-niat jahat atau menuruti hawa nafsu yang tidak
baik jadi wibawa seorang pemimpin tidak terlihat di diri seorang pemimpin yang
baik dan bijaksana.
37
Berbeda dengan pendapat yang diberikan beberapa informan dalam
menangkap unsur relevansi konflik seperti berikut:
Ada yang masih relevan ada yang nggak, kan soalnya ya kita lihat sendiri
pemimpin jaman sekarang itu lebih mementingkan diri nya sendiri dari pada
mementingkan kehidupan rakyatnya, tapi juga masih ada pemimpin yang
masih lebih mementingkan rakyatnya itu masih ada (In 11).
Informan di atas memiliki pandangan yang berbeda dengan yang lain,
informan menganggap bahwa serat ini masih ada yang relevansi konfliknya
berkaitan dan ada juga yang sudah tidak relevansi dikarenakan pemimpin di jaman
sekarang itu lebih cenderung mementingkan kepentingannya sendiri dari pada
rakyatnya, namun ada juga pemimpin yang baik dan mementingkan kepentingan
rakyatnya. Hal sama di sampaikan oleh informan nomor 4 yaitu sebagai berikut:
Kalau kondisi sosial masyarakatnya masih. Tapi kalau kepemimpinannya itu
mungkin sedikit berbeda karena jaman sekarang beda setingan saat ini sifat
kepemimpinan sulit ditemukan, seperti yang dicerminkan dalam SR ini (In 4).
Menurut informan nomor 4, unsur relevansi konfliknya kalau mengenai
kondisi sosialnya masih berkaitan tetapi kalau menyoroti kepemimpinannya
informan beranggapan mungkin sudah berbeda setingannya saat ini sifat
kepemimpinan sulit ditemukan di zaman sekarang seperti apa yang telah
dicerminkan SR ini.
Aku bingung sih ya mbak kan pemimpin saiki beda nggak kayak nang serat
iki. Nak serat iki ki mendahulukan kepentingan rakyat menei contoh-contoh
sik apik tapi kepemimpinan saiki mementingkan kepentingan de’e dewe
pribadi keegoisan masing-masing, tapi ya enek sik pemimpin yang masih baik
juga. Jadi masih relevan atau tidak bingung (In 2).
Terjemahan:
Aku bingung sih mbak kan pemimpin sekarang beda tidak seperti di serat ini.
Kalau serat ini mendahulukan kepentingan rakyat memberih contoh-contoh
yang baik tapi kepemimpinan sekarang mementingkan kepentingan dia
sendiri pribadi keegoisan masing-masing, tapi ya ada pemimpin yang masih
baik juga. Jadi masih relevan atau tidak bingung.
38
Informan di atas menyoroti lebih kepemimpinannya membandingkan antara
kepemimpinan zaman dahulu seperti yang tersirat dalam SR ini. Pendapat
informan nomor 2 ini tidak jauh beda dengan pendapat-pendapat informan diatas
bahwa kepemimpinan sekarang lebih mementingkan kepentingan pribadi dari
pada kepentingan rakyatnya. Jadi menurut pandangan informan diatas masih
bingung apakah SR ini masih relevansi konfliknya dengan kehidupan sekarang ini
atau sudah tidak relevansi.
1.4 Amanat
Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan melalui teknik wawancara
mengenai resepsi amanat, informan berhasil menemukan tema dalam SR ini
meskipun dari sudut pandang yang berbeda-beda. Dari 15 informan yang
diwawancarai mereka dapat menangkap unsur amanat dalam SR ini. informan
mengatakan bahwa, amanat tersampaikan dengan baik karena jalannya cerita yang
sederhana, tapi begitu komplek dalam menggambarkan keadaan saat itu yang
masih berkaitan dengan jaman sekarang ini yang digambarkan melalui tokoh-
tokoh dalam SR. Melalui tanggapan informan yang berbeda-beda terhadap amanat
yang berada dalam SR, dapat diketahui amanat-amanat yang berhasil disampaikan
oleh para informan yakni sebagai berikut:
1. Menjadi seorang pemimpin harus dermawan
2. Menjadi pemimpin harus bisa mengayomi dan berbuat baik
3. Harus memiliki watak-watak kosmos seperti matahari harus bisa menyinari
dengan tidak pandang bulu, tidak mengenal RAS agama, harus memiliki
watak bumi harus indah dapat manjing, ajur, ajer dengan baik seperti
bintang dan lain sebagainya.
39
4. Figur-figur seorang pemimpin yang bijaksana
5. Banyak nasihat-nasihat atau wejangan yang bersifat baik.
6. Harus bisa menjadi abdi yang baik untuk rakyatnya
7. Jangan berlagak sombong, disiplin, bisa mengatur amarah yang ada didalam
diri, dan bisa selaras dalam kehidupan masyarakat sosial.
8. Menjadi pemimpin harus jujur dan dermawan.
9. Menjadi seorang pemimpin harus memiliki kelebihan yang tidak dimiliki
oleh orang lain dan bisa jadi panutan yang pantas.
10. Menjadi seorang pemimpin harus bisa menerima apa adanya dan konsekuen
dengan apa yang sudah dibicarakan dan tekun dalam mencari ilmu.
11. Menjadi pemimpin harus adil, selalu berusaha meninggalakan kejahatan,
dan tidak bolek korupsi.
Berikut ini tanggapan informan terhadap amanat yang terkandung dalam
SR:
Menjadi seorang pemimpin harus mempunyai satu kelebihan yang tidak
dimiliki atau yang dimiliki pemimpin harus lebih dari yang lain dari anggota
yang dipimpinnya bisa jadikan panutan yang pantas (In 4).
Informan di atas menangkap bentuk amanat yang bisa diambil yaitu
menjadi seorang pemimpin itu harus memiliki satu kelebihan yang tidak dimiliki
oleh orang lain dan pemimpin itu harus bisa di jadikan panutan bagi bawahannya.
Kita jangan berlagak sombong, terus mengayomi anak-anak yang dibawah
kita, prajurit kita dan juga kita bisa disiplin, bisa mengatur tentang amarah
yang ada didalam diri kita, intinya pokoknya kehidupan kita bisa selaras
dalam kehidupan bermasyarakat sosial dengan baik (In 1).
Amanat yang dapat di ambil informan dari SR ini ialah jika menjadi seorang
pemimpin jangan berlagak sombong, harus bisa mengayomi rakyatnya dan harus
40
memiliki sikap disiplin, berharap bisa mengatur amarah yang ada di dalam diri
dan bisa selaras dalam kehidupan bermasyarakat sosial dengan baik.
Amanat yang dapat saya amabil dari serat ini yaitu raja itu harus bisa
menjadi abdi yang baik untuk rakyatnya begitu juga jaman sekarang
seharusnya pemimpin jaman sekarang juga harus bisa menjadi abdi yang
baik bagi rakyatnya (In 15).
Tanggapan sama juga diberikan oleh informan di atas bahwa amanat yang
dapat diambil dari SR ini adalah seorang pemimpin itu harus bisa menjadi abdi
yang baik untuk rakyatnya begitu juga jaman sekarang harus bisa menjadi abdi
yang baik bagi rakyatnya.
Resepsi pembaca berikutnya ini juga memberikan kesan terhadap amanat
yang tersirat dalam SR dengan tanggapan yang berbeda. Berikut pemaparan
informan :
Amanat yang seperti yang saya katakana tadi bahwa seorang pemimpin
menurut SR ini seorang pemimpin itu harus memiliki delapan watak utama
seperti penggambaran dari dewa-dewa antara batara Indra, batara Yama,
batara Surya dan lain sebagainya. Kalau di versi yang lain ada delapan
watak seorang pemimpin yang harus dipegang teguh yang yang harus
dihayati yaitu watak-watak kosmos watak-watak yang ada didunia ini
perlambang matahari dia itu menyinari dengan tidak pandang bulu
menyinari secara merata tidak mengenal RAS agama tidak mengenal sanak
keluarga itu keluarga yang berada atau tidak harus sabar seperti watak bumi
harus indah dapat “manjing, ajur, ajer” dengan baik seperti watak bintang
dan lain sebagainya.(In 13).
Hal menarik disampaikan oleh informan di atas, pemimpin di atas lebih
menyoroti watak-watak seorang pemimpin yang berada di dalam SR tersebut. Dan
informan justru membandingkan SR ini dalam versi lain seperti watak-watak
kosmos yaitu watak-watak yang ada di dunia ini sebagai perlambangan matahari
dia itu menyinari dengan tidak pandang bulu menyinari secara merata tidak
memandang RAS agama dan seperti watak bumi harus indah dapat “manjing, ajur,
ajer” dengan baik seperti watak bintang.
41
Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan mengenai SR ini
bahwa sebagian besar informan berpendapat bahwa serat ini tersampaikan dengan
baik dan jelas, berikut beberapa pendapat informan mengenai SR ini:
Kalau mengenai amanatnya tersampaikan dengan baiknya itu tergantung
pembacanya mbak. Tapi saya membaca serat ini amanatnya tersampaikan
dengan baik karena dalam serat ini dijelaskan tentang pemimpin yang baik
itu harus seperti apa harus gimana dan di setiap tokoh-tokohnya sudah
dijelaskan pula tentang karakter-karakter seorang pemimpin yang baik jadi
sangat jelas (In 15).
Hasil dari wawancara dengan informan di atas, bahwa informan nomor 15
mengatakan bahwa amanat SR ini tersampaikan dengan baik, tetapi tergantung
yang membacanya apakah bisa memahaminya atau tidak SR ini, tetapi informan
bisa menangkap jelas amanat dalam serat ini bahwa dalam serat tersebut
dijelaskan secara gambling mengenai tentang pemimpin dan di setiap tokoh-tokoh
dalam SR ini sudah dijelaskan sudah digambarkan karakter-karakter seorang
pemimpin yang baik dan bijaksana. Hal serupa disampaikan oleh informan nomor
13 berikut pendapatnya:
Ya semua itu tergantung diri pengalaman baca seseorang jadi kalau mungkin
horizon harapan dari pada seorang yang sekarang yang notobennya tidak
banyak mengetahui mengenai kasus kasustraan Jawa mungkin dia agak sulit
memahaminya, memahami isi namun secara tekstual maupun substansi dari
pada SR ini namun utamanya kami dari teman-teman sastra jawa terutama
bidang filologi yang notobennya kami berkecampung dengan naskah secara
tidak langsung kami juga dituntut untuk memahami dari pada bahasa dan
juga tekstual maupun bentuk konkritnya yaitu naskah. Jadi kami sedikit
banyak lebih mengetahui dari pada orang awam mengenai isi dari pada SR
ini seperti itu (In 13).
Tanggapan informan nomor 15 hampir sama dengan tanggapan informan
nomor 13 bahwa, tergantung dari pengalaman pembaca untuk dapat memahami isi
dari SR tersebut. Namun informan diatas yang telah mempelajari kasustraan jawa
khususnya naskah secara tidak langsung dituntut untuk memahami dari pada
42
bahasa dan juga tekstual maupun bentuk konkritnya yang berupa naskah. Jadi
informan di atas banyak lebih mengetahui dari pada orang awam mengenai isi dari
pada SR tersebut.
Kalau untuk amanat sendiri bisa tersampaikan dengan baik karena ada
bantuan terjemahan di dalam SR itu (In 10).
Tanggapan yang berbeda justru diberikan oleh informan nomor 10,
informan di atas bisa memahami SR tersebut dikarenakan dalam serat tersebut
terdapat terjemahannya.
Amanat tersebut selanjutnya akan dipandang dari segi manfaat oleh para
responden atau informan dengan hasil berikut ini:
1. Dari 15 orang informan 13 mengatakan amanat yang disampaikan
bermanfaat bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari.
2. 12 orang informan berpendapat amanat yang terdapat dalam serat ini
mungkin tersampaikan, namun belum dirasakan dari ke 2 informan tersebut.
Berikut pemaparan yang disampaikan oleh sebagian informan mengenai
manfaat amanatnya:
Bermanfaat, soalnya karena selama ini kayak misal saya menjadi ketua
Dema bagaimana saya mengkondisikan teman-teman di Dema. Kemudian
saya bersikap sebagai sosok teladan bagi teman-teman yang lain(In 3).
Amanat dalam SR ini telah bermanfaat dan amanatnya tersampaikan bagi
informan di atas, dikarenakan dalam kehidupan sehari-hari informan menjadi
seorang pemimpin suatu organisasi dikampus dirasa serat ini dapat memberikan
ajaran-ajaran sebagai seorang pemimpi.
Ya bermanfaat, ya dari segi amanat-amanat yang disampaikan kan ya
meskipun ini berhubungan dengan kepemimpinan tapi ini kan juga
berhubungan dengan watak manusia, jadi kita harus bersikap seperti
ini…seperti ini. walaupun kita nggak memimpin orang lain tapi kita juga
memimpin diri kita sendiri jadi juga bermanfaat (In 8).
43
Hal menarik disampaikan oleh informan nomor 8 di atas, bahwa informan
berpendapat bahwa amanat-amanat yang disampaikan dalam SR ini tentang
kepemimpinan yang berhubungan dengan watak manusia, informan bahwa serat
ini juga bisa dijadikan sebagai ajaran buat diri sendiri seperti yang dikatakan
informan di atas walaupun tidak jadi pemimpin atau memimpin orang lain
setidaknya serat ini bisa mengajarkan tentang memimpin diri sendiri jadi sangat
bermanfaat bagi informan. Pendapat yang senada juga disampaikan oleh informan
nomor 10, berikut pemaparannya:
Bermanfaat mbak soalnya di lain dari sifat-sifatnya itu untuk diri saya
sendiri dan juga saya juga ada kajian juga tentang SR ini yaitu gimana
dalam nya Asthabratanya itu kebetulan saya juga mengkaji Asthabrata yang
terdapat didalam serat Sruti jarwa (In 10).
Informan di atas menyatakan SR ini sangat bermanfaat bagi informan,
dikarenakan informan juga sedang meneliti atau mengkaji asthabrata dalam serat
Sruti Jarwa, jadi informan membaca SR ini bisa dijadikan referensi dan tambahan
ilmu untuk informan dalam mengkaji serat Sruti Jarwa.
Berbeda dengan pemahaman yang diberikan oleh informan nomor 5 dan
informan nomor 14 dalam menangkap manfaat amanat seperti berikut:
Kalau untuk manfaat itu bisa terlihat kalau sudah dijalankan. Tapi secara
tidak langsung saya sebagai manusia jika menjalankan apa yang telah ada
serat ini, jadi ini juga sangat berpengaruh dalam kehidupan saya( In 5).
Amanat untuk saya,,,saya kira bermanfaat mbak, secara tidak langsung serat
ini memberikan wejangan-wejangan untuk para pembacanya begitu juga
dengan saya yang sudah membacanya. Serat ini mungkin saat ini belum
bermanfaat tapi suatu saat wejangan atau nasihat dari serat ini bakalan bisa
menjadikan pengeleng pedoman menjadi seorang pemimpin entah pemimpin
apa bahkan pemimpin rumah tangga pun serat ini dapat dijadikan pedoman
juga.(In 14)
Dari tanggapan kedua informan di atas bahwa mereka beranggapan SR ini
belum bisa dirasakan apakah manfaat dalam serat tersebut bermanfaat atau tidak,
44
tapi mereka menjadikan serat ini sebagai pedoman kelak dan serat ini juga sangat
berpengaruh buat ke depannya, mungkin untuk saat ini belum begitu dirasakan,
namun kedua informan juga memilili tanggapan yang sama, suatu saat serat ini
sangat bermanfaat bagi mereka entah pemimpin rumah tangga atau pemimpin
yang lainnya.
1.5 Bahasa
Berdasarkan data yang telah terkumpul mengenai unsur bahasa dalam SR,
sebagian besar informan bisa memahami bahasa yang digunakan dalam teks SR
secara langsung dan ada beberapa informan yang bisa memahami SR dengan
menggunakan bantuan kamus karena harus mengartikan satu per satu kata yang
tidak dimengerti artinya serta ada juga yang lebih mengandalkan bahasa
terjemahan dalam teks SR tersebut.
Masalah yang dihadapi oleh informan terkait dengan unsur bahasa itu sama,
yakni harus mengartikan satu per satu kata dalam SR yang tidak dimengerti
artinya. Walaupun demikian, secara garis besar informan dapat menangkap
maksud dari cerita tersebut melalui bahasa yang ada dalam teks.
Pernyataan di atas disukung oleh tanggapan beberapa informan berikut ini
mengenai unsur bahasa teks SR:
Ini untuk seratnya ini menggunakan bahasa Jawa baru masih bisa dipahami
walaupun juga membutuhkan kamus untuk membacanya begitu(In 5).
Informan nomor 5 mengatakan bahwa, untuk seratnya masih menggunakan
bahasa Jawa baru informan masih bisa memahaminya walaupun informan dalam
membaca SR masih membutuhkan kamus untuk membacanya.
Kalau untuk mudah tidaknya saya kira agak sulit, ya mudah sih tapi agak
sulit itu bisa dibantu juga oleh terjemahannya, soalnya untuk bahasa yang
45
asli itu masih banyak bahasa yang alkais tapi memang ada banyak kata-kata
yang masih alkais Jawa kuna (In 10).
Informan di atas mengatakan bahwa bahasa dalam SR ini masih agak sulit
untuk dipahaminya, namun dengan terjemahan informan bisa memahami isi dari
SR tersebut, informan beranggapan bahwa masih banyak bahasa-bahasa dalam
teks yang masih banyak bahasa yang alkais tapi memang ada banyak kata-kata
yang masih alkais Jawa kunanya. Pendapat yang sama juga disampaikan informan
nomor 2, berikut pemaparannya:
Kan bahasane iki bahasa Jawa kuna tapi ditransletke jadi mudah sih, tapi
bahasa tembang ya ora seperti bahasa-bahasa novel tapi mudah dipahami.
Terjemahan :
Kan bahasanya ini bahasa jawa kuna tapi ditransletkan jadi mudah sih, tapi
bahasa tembang ya tidak seperti bahasa-bahasa novel tapi mudah dipahami
(In 2).
Selanjutnya, pemahaman yang diberikan oleh informan nomor 14 dengan
pemahaman nomor 15, yakni dari kedua informan tersebut meskipun mereka
mahasiswa sastra jawa mereka masih merasa kesulitan dengan bahasa yang di
gunakan dalam SR tersebut, tapi dengan adanya terjemahan mereka bisa
mengetahui isi dari SR tersebut dengan dibantunya kamus mereka juga
memahami bahasa teks aslinya.
Tanggapan yang sama juga diberikan oleh informan yang lain. Berikut
pemaparan informan tersebut:
Secara ferbal kami teman-teman sastra jawa itu saya khususnya kalau dalam
bahasa yang digunakan dalam SR ini yang notobennya masih menggunakan
ragam jawa baru walaupun banyak menggunakan leksikon-leksikon kawi
bahasa-bahasa alkais namun sedikit banyak kami tidak tersulitkan seperti itu
masih dapat memahami secara tekstual maupun secara substansi ceritanya
(In 13).
46
Informan di atas mengatakan bahasa yang di gunakan dalam SR ini
notobennya masih menggunakan ragam jawa baru walaupun dalam teks ini
banyak menggunakan leksikon-leksikon kawi bahasa-bahasa alkais, informan
tidak merasa tersulitkan masih bisa memahami secara tekstual maupun secara
substansi cerita dala SR tersebut.
Tanggapan berbeda diberikan beberapa informan yang merasa kesulitan
dengan bahasa teks asli dalam SR, berikut pemaparannya:
Kalau teks aslinya nggak, jujur nggak, lebih ke bahasa Indonesia nya teks
terjemahannya baru paham (In 11).
Tanggapan informan mengenai bahasa yang digunakan dalam SR ini
informan tidak memahaminya informan lebih ke bahasa Indonesianya teks
terjemahannya baru bisa memahaminya.
Sebagai seorang linguistik saya sulit untuk memahaminya (In 4).
Tanggapan informan di atas singkat dan jelas bahwa informan lebih
mendalami bidang linguistik jadi informan sulit untuk memahaminya.
Tanggapan yang sama juga diberikan beberapa informan yaitu informan
nomor 6 dan informan nomor 7, Mereka mengatakan kesulitan dengan teks
aslinya pada saat membaca SR tersebut. Tanggapan yang berbeda juga diberikan
informan nomor 3, informan mengatakan jawaban yang singat bahwa informan
kurang paham dengan teks aslinya.
Dalam hal bahasa tentunya juga dipengaruhi oleh gaya bahasa begitu juga
dengan SR ini, informan juga memebrikan tanggapan mengenai gaya bahasa yang
digunakan dalam SR tersebutyang tentunya berkaitan dengan bahasa yang
digunakan dalam serat tersebut. Karena gaya bahasa juga mempengaruhi
keindahan bahasa dalam setiap karya sastra, khususnya dalam tembang macapat.
47
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, mereka memberikan penilaian
yang berbeda-beda mengenai gaya bahasa yang digunakan. Berikut analisis
mengenai gaya bahasa yang dipaparkan oleh sebagian informan:
Kalau saya baca ada mbak gaya bahasanya tapi saya lupa letak gaya bahasa
yang terdapat dalam serat ini, tapi ada mbak karena ini kan bentuknya
tembang ya jadi ada gaya bahasanya (In 15).
Gaya bahasa dalam serat ini, kalau gaya bahasa saya kurang
memperhatikan mbak, mungkin ada gaya bahasa dalam serat ini tapi itu tadi
mbak saya kurang memperhatikan jadi saya tidak tau letaknya dimana gaya
bahasanya (In 14)
Informan di atas member tanggapan yang hamper sama, informan nomor 15
dan informan nomor 15 mengatakan bahwa si SR ini terdapat gaya bahasanya saat
membaca, tapi tidak mengetahui letak gaya bahasanya yang terdapat di SR
tersebut. Tanggapan yang sama juga diberikan kedua informan nomor 7 dan
nomor 11 mereka juga mengatakan hal yang hamper sama dengan kedua informan
di atas bahwa ada gaya bahasa dalam SR tersebut, tetapi tidak mengetahui letak
gaya bahasadalam SR tersebut.
Pendapat berbeda disampaikan beberapa informan mengenai unsur gaya
bahasa, berikut pemaparannya:
Untuk memahami bahasa saja sulit apalagi menemukan gaya bahasa itu
otomatis lebih sulit lagi, jadi saya tidak menemukan (In 4).
Pendapat informan di atas berbeda dari pendapat informan-informan
sebelumnya, informan nomor 4 mengatakan bahwa untuk memahami bahasa
dalam teks aslinya saja sulit apalagi untuk menemukan gaya bahasa dalam teks
asli SR, jadi informan di atas tidak bisa menemukan gaya bahasa dalam SR.
pendapat yang sama juga diberikan oleh informan nomor 3 dan informan nomor 6,
mereka juga tidak bisa menemukan gaya bahasa dalam SR tersebut.
48
Ada beberapa gaya bahasa sih mbak, kalau yang saya temukan
metamorphosis lalu juga personifikasi juga ada (In 8).
Tanggapan informan di atas mengenai gaya bahasa informan nomor 8
menemukan gaya bahasa yaitu berupa gaya bahasa metamorphosis dan juga
personifikasi, tetapi informan juga tidak menjelaskan terdapat dimana gaya bahasa
dalam SR tersebut.
Ada gaya bahasanya, ini menemukan satu mbak ini ada tentang majas
perumpamaan kayak “ duwit sifate ungit” nah duwit itu diperumpamakan
sebagai sifat ungit (In 1).
Majas perumpamaan yang diungkapkan oleh nomor 1 dapat disesuaikan
dengan tembang macapat sinom pada 5:
Apa lire kang prekara
Dhuwit mono angkre werit
Yen tan tretib kang rumeksa
Yen mung ginunggunga luwih
Barang ingkang kumelip
Kepengin dhuwit sedarum
Keh wong panas atinya
Yen wruh tangga sugih dhuwit
Yen luputa (ng)gegawa dadi colongan
Terjemahan :
“Apa yang dimaksud dengan perkara uang? Jika tidak tertib dalam
menjaganya, uang itu angker werid gawat. Jika hanya untuk dihitung, diantara
barang yang gemerlap, semua orang lebih menyukai uang. Banyak orang iri
jika melihat tetangganya berlimpah uang. Jika lengah dalam
membawanya,(uang itu) justru menjadi incaran pencuri”.
Tembang sinom di atas yang diungkapkan informan nomor 1 yang terdapat
gaya bahasa yang menjelaskan mengenai uang seperti yang diungkapkan informan
di atas. Tanggapan mengenai gaya bahasa juga diungkapkan informan nomor 10
berikut tanggapannya:
Banyak, memang ini wataknya tembangkan gaya bahasanya bisa dilihat
untuk tembangnya sastra laku terus ada juga permainan kata dan juga
49
permainan guru lagu memang ini masih alkais dan sangat banyak sekali
gaya bahasa yang disini (In 10).
Informan di atas menanggapi SR ini berbentuk tembang macapat dan dalam
tembang terdapat permainan kata, permainan guru lagu dan bahasa yang
digunakan masih alkais.
Jadi, secara keseluruhan unsur bahasa dalam tembang macapat yang
terdapat di SR dalam hal gaya bahasa, sebagian informan dapat menemukan
bentuk gaya bahasa yang digunakan dalam SR tersebut, meskipun ada juga yang
tidak menemukan gaya bahasa yang terdapat dalam SR. Sebagian besar informan
dalam memahami bahasanya tidak secara langsung dapat memahaminya, akan
tetapi mereka membaca teks SR ini masih banyak yang menggunakan bantuan
kamus atau membaca teks terjemahan. Hal ini juga mempengaruhi informan
dalam menemukan bentik gaya bahasa yang tertuang dalam SR tersebut. Gaya
bahasa yang berhasil ditemukan oleh para informan diantaranya seperti majas
perumpamaan, majas metamorphosis dan majas persinifikasi.
1.6 Karakter
Hasil dari pengumpulan data melalui teknik wawancara data mengenai
resepsi informan terhadap karakter tokoh dalam SR dapat dikatakan bahwa 13
orang informan mengatakan bahwa penggambaran tokohnya jelas, 1 orang
informan mengatakan bahwa penggambaran tokohnya kurang jelas, yang tentunya
dengan tanggapan-tanggapan yang berbeda-beda pula. Berikut ini tanggapan para
informan mengenai pemaparan karakter tokoh:
Ya diserat ini menggambarkan pemaparan karakter dengan jelas, salah
satunya disini ada batara Baruna yang dijelaskan bahwa dia itu pandai
sekali melebihi orang lain, kepandaiannya itu seperti apa? Dia itu bisa sakit
tanpa guru, kaya tetapi tidak sombong, perkasa tetapi tidak menganiaya
orang lain, tampan tetapi tidak menggoda perempuan dan terkenal meski
50
tidak memamerkan kemasyurannya itu merupakan suatu karakter yang
benar-benar jelas dan benar-benar patut kita teladani (In 6).
Penggambaran karakter yang digambarkan oleh informan nomor 6 diatas
memberikan gambaran tokoh-tokoh para dewa yang diceritakan di dalam SR,
digambarkan seperti watak batara Baruna yang digambarkan pandai sekali
melebih orang lain, di samping itu informan juga berpendapat karakter-karakter
tokoh dalam SR bisa diteladani.
Ya cukup jelas bagi masing-masing karakter tapi dari satu dengan yang lain
hamper mirip-mirip, cukup jelas bagaimana karakteristik seorang pemimpin
tapi dengan yang satu dengan yang lain mirip-mirip (In 4).
Informan nomor 4 ini menanggapi karakter-karakter yang terdapat dalam
SR ini dari kedelapan dewa-dewa hamper mirip karakternya dari yang satu ke
yang lain, sangat jelas digambarkan karakteristik seorang pemimpin.
Ya, karakternya itu jelas mbak karena disisni langsung batara Candra seperti
apa, batara Wisnu seperti apa jadi jelas nggak begitu bertele-tele (In 8).
Untuk pemaparan karakter sangat jelas, disini langsung batara Indra
karakternya seperti apa, batara Candra karakternya seperti apa jadi memang
tergambar dengan jelas (In 10).
Kedua informan di atas sama-sama memberikan tanggapan yang sama
bahwa karakter yang digambarkan dalam SR ini jelas karena digambarkan satu
persatu karakter dari setiap batara-batara dalam SR tersebut.
Selanjutnya tanggapan yang diberikan oleh informan nomor 3 senada
dengan tanggapan informan nomor 15, yaitu mengatakan bahwa karakter yang
terdapat dalam SR ini digambarkan secara detil dan jelas. Dari setiap
penggambaran dewa-dewa dari delapan karakter dewa/batara digambarka satu
persatu karakter maupun sifat-sifatnya, seperti sosok batara Brama sifatnya mudah
marah, tapi dibalik sifat kemarahannya dia konsisten dengan apa yang dia
lakukan.
51
Saya kira cukup jelas ya, jadi apabila seorang tadi saya katakana
bahwasanya semua itu pemahaman terhadap teks tergantung dari horizon
harapan dari pengalaman dan juga dari pengalaman baca terutama, kalau
saya kira ini lebih jelas karena pengalaman saya mengenai dunia
pewayangan itu ada watak-watak batara Yama dan itu memang dia
memaparkan dari pada apa yang terdapat di dalam SR ini (In 13).
Berbeda dengan penalaran informan di atas lebih menyoroti mengenai
pengalaman baca, jadi untuk mengetahui karakter dari pada SR ini tergantung
pemahaman dari pengalaman pembaca, menurut pengalaman informan di atas
mengenai dunia pewayangan dalam serat ini ada watak-watak batara Yama yang
memaparkan dari pada apa yang terdapat di dalam SR tersebut.
Tanggapan berbeda diberikan informan nomor 9 mengenai karakter dalam
serat, berikut pemaparannya:
Kalau mungkin yang agak ganjel itu ketika membaca karakternya batara
Wisnu, itu tugasnya apa sih kok di dalam wayang seperti ini sebagai dewa
penciptaan kok disini kok saya baca sekilas tu dia tidak suka dipuji terus suka
prihatin ini gimana! Dan itu kan juga critanya Wisnu nitis jadi krisna, nitis
jadi apa lagi sebenarnya dia itu punya identitas personal seperti apa sih
mbak kan dari semuanya kan dari batara Baruna penguasa lautkan (In 9).
Informan di atas merasa belum menemukan karakter dalam SR ini seperti
apa, informan di atas lebih membandingkan karakter-karakter atau watak-watak
yang terdapat disetiap tokoh-tokoh yang terdapat di SR tersebut.
2. Norma dan Kriteria Penilaian
Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui wawancara diperoleh hasil
penilaian secara keseluruhan oleh pembaca terhadap SR tersebut. Sebanyak 15
informan yang di wawancarai semua informan menilai bahwa, secara keseluruhan
isi dari SR tergolong bagus dan menarik. Berikut ini tanggapan para informan
mengenai penilaian isi SR secara keseluruhan yang mengatakan bagus dan
menarik berikut tanggapannya:
52
Kalau secara keseluruhan saya memahaminya ya itu tadi ini memaparkan
tentang kiat-kiat bagaimana seseorang apabila ingin menjadi seorang
pemimpin itu kiat-kiat nya adalah dengan cara meniru watak dari pada
delapan dewa tadi dan di implementasikan berdasarkan apa yang relevan
dalam kehidupan sehari-hari (In 13).
Tanggapan informan di atas lebih menyoroti watak-watak seorang
pemimpin yang terdapat di dalam SR, dan kiat-kiat bagaimana menjadi seorang
pemimpin yang ideal seperti delapan dewa yang diceritakan dalam SR, dengan
adanya serat ini dapat mengajarkan ajaran-ajaran tentang menjadi seorang
pemimpin yang mana ajaran tersebut bisa di implementasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Tanggapan yang sama diberikan informan berikut ini:
Menurut saya SR ini berisi tentang amanat atau wejangan bagi siapa saja
dan SR ini menggambarkan sososk pemimpin yang baik yang bijaksana itu
seperti apa, jadi serat ini tu berisikan tentang kepemimpinan yang di setiap
tokohnya atau dewa-dewa disampaikan amanat atau wejangan yang terdapat
di SR ini. dan serat ini berisikan tentang ajaran-ajaran bagi seorang
pemimpin (In 14).
Kedua informan di atas memberikan penilaian yang sama terhadap SR
dengan menyoroti penggambaran karakter tokoh yang tertuang dalam serat
tersebut. Mereka menilai serat tersebut bagus, karena penggambaran karakter
tokohnya serta ajaran-ajarannya bisa untuk dijadikan teladan dan sumber ilmu
bagi kedua informan di atas. Berbeda dengan penalaran yang diberikan oleh kedua
informan di bawah ini:
SR ini kalau bahasa Jawa kuna nya memang sulit dipahami, kalau
dipaparkan dalam bahasa Jawa kuna, tapi karena sudah ada transletnya itu
lebih mudah jadi lebih menarik. Bahkan kalau bahasa Jawa kunanya harus
mentranslet sendiri itu cukup sulit bagi seorang awam (In 4).
Secara keseluruhan sebenarnya seratnya menarik juga, tetapi dalam bahasa
asingnya memang sulit dipahami tapi untung ada terjemahannya dan
terjemahannya itu membuat kita paham terhadap serat ini (In 6).
53
Kedua informan di atas memberikan tanggapan mengenai keseluruhan SR
tersebut mereka lebih menyoroti ke bahasa yang digunakan dalam SR, mereka
mengatakan serat ini menarik tetapi dalam hal bahasa jawa klasiknya ataupun teks
asli dalam SR susah dipahami, tapi dengan adanya terjemahan kedua informan
merasa terbantu dan mudah untuk memahami SR tersebut.
Untuk secara menyeluruh SR itu memberikan suatu peneladanan dari Rama
Wijaya kepada Wibisana yaitu memang bagaimanakah cara memimpin yang
baik menurut ajaran Rama itu yaitu diturunkan ke dalam Asthabrata ini
kemudian Asthagina kemudian dari pemaparan suatu peneladanan dari
dewa-dewa yang ada di alam (In 10).
Tanggapan berbeda diberikan oleh informan nomor 10, informan di atas
menanggapi serat ini menyeluruh SR memberikan pemaparan cerita serat ini dari
Rama Wijaya kepada Wibisana yang bagaiman menjadi seorang pemimpin yang
baik melalui delapan watak dewa yang diceritakan dalam asthabrata kemudian
asthagina.
Ya menurut saya ini seratnya kompleks. Mengapa? Karena disini juga ada
tokoh berserta sifatnya, nah masing-masing sifatnya itu sesuai dengan nama-
namanya nah itu antara satu dengan yang lain saling kait mengkait saling
melengkapi(In 1).
Informan nomor 1 menilai SR ini kompleks, karena di dalam serat ini di
jelaskah tokoh beserta sifatnya, dijelaskan juga dari masing-masing sifatnya
sesuai dengan nama-nama dewa yang ada saling kait mengkait dan melengkapi
satu sama lain. Secara tidak langsung informan diatas menyoroti serat ini lebih ke
penggambaran tokohnya.
Tanggapan berbeda juga disampaikan oleh informan nomor 2 dan
informan nomor 5, mereka mengatakan SR tersebut secara keseluruhan
mengajarkan tentang ajaran kepemimpinan yang mana ajaran-ajaran yang terdapat
54
dalam SR tersebut bisa di jadikan pedoman untuk hidup. Pendapat yang hampir
sama juga diberikan oleh iforman nomor 15, berikut tanggapannya:
Keseluruhan mengenai SR ini menurut pandangan saya sangat bagus dan
saya memahaminya isi yang terdapat di SR ini yang menceritakan tentang
kepemimpinan yang menggambarkan melalui penggambarkan tokoh-tokoh
pewayangan yang disitu dari setiap tokoh di ceritakan watak-watak atau
sifat-sifatnya. Dari penggambaran tokoh tersebut kita dapat mengambil
amanatnya dan bisa meniru untuk para pemimpin bahkan untuk siapapun
bisa mbak karena ini bisa jadi pedoman juga bagi para pemimpin juga mbak
(In 15).
Hal yang mendasari informan nomor 15 mengatakan bagus ialah SR ini
menceritakan tentang kepemimpinan yang penggambarannya melalui
penggambaran tokoh-tokoh pewayangan yang disitu dari setiap tokoh-tokoh
diceritakan watak-watak dan sifat-sifatnya. Informan setelah membaca SR ini
berharap serat ini bisa dijadikan pedoman bagi pembaca atau para pemimpin.
3. Selera dan Minat Baca
a. Seberapa sering anda membaca karya sastra jawa, khususnya serat?
Berdasarkan pengumpulan data melalui wawancara diperoleh hasil
frekuensi informan dalam membaca karya sastra jawa dalam bentuk serat. 1
informan mengatakan sering membaca karya sastra jawa yang berbentuk serat, 11
orang informan mengatakan jarang dalam membaca KS jawa khususnya serat, 1
orang informan mengatakan jika perlu saja membaca karya sastra jawa, 2 orang
informan mengatakan relatif dalam membaca karya sastra jawa khususnya serat.
Berikut tanggapan beberapa informan yang mengatakan jarang dalam membaca
karya sastra jawa khususnya serat:
Kalau serat nggak terlalu sering mbak, soalnya itu kebanyakan tembang,
sedangkan saya sedikit agak kesulitan kalau membaca tembang, kalau prosa
saya lebih tertarik (In 8).
55
Ketidak tertarikan informan di atas terhadap karya sastra Jawa khususnya
berbentuk serat yang membuat informan mengatakan nggak terlalu sering
membaca karya sastra Jawa yang berbentuk serat dikarenakan informan merasa
kesulitan dengan karya sastra yang berbentuk seperti tembang. Informan lebih
sering membaca karya sastra Jawa modern yang berbentuk prosa.
Kalau untuk serat sendiri kalau kalau dikatakan sering nggak juga tetapi
memang kadang-kadang juga, tetapi saya memang lebih sukanya untuk fokus
salah satu kemudian saya kaji kemudian saya ambil nilainya seperti itu. Jadi
untuk pembacaan saya kadang-kadang nggak sering (In 10).
Sama seperti informan nomor 8, informan nomor 10 juga mengatakan
jarang membaca karya sastra Jawa berbentuk serat. Informan diatas lebih suka
fokus salah satu dalam membaca karya sastra Jawa kemudian di kaji dan diambil
nilainya.
Kalau membaca KS apapun sering mbak bahkan saya ini sedang belajar
membuat geguritan dan lain-lain tapi kalau untuk serat sendiri saya jarang
membacanya mbak, tapi setelah membaca SR ini serat ini bisa saya jadikan
referensi untuk membuat geguritan (In 14).
Tanggapan yang diberikan ketiga informan di atas, kalau dibandingkan
mempunyai konteks yang hampir sama. Hal tersebut terlihat jelas dalam
pernyataan yang disampaikan oleh ketiga informan di atas. Ketiga informan diatas
sama-sama menanggapai bahwa frekuensi dalam membaca karya sastra Jawa
khususnya serat, frekuensi bacanya lebih cenderung jarang, seperti informan
nomor 14, bahwa informan lebih suka membaca karya sastra Jawa modern dari
pada yang berbentuk serat.
Tanggapan yang lain juga diberikan oleh informan berikut ini:
Sebenarnya, untuk walaupun anak Sastra Jawa walaupun bidang filologi
terutama saya juga masih rendah, kebanyakan orang baca serat itu karena
membutuhkan sumber dari serat tersebut, jadi masih jarang minat baca untuk
serat, soalnya mengingat bahasa dan hurufnya yang menggunakan
56
hurufbahasa Jawa dan bahasa yang mungkin bagi orang awam sulit di
pahami (In 5).
Tidak begitu sering mbak, meskipun saya bidang filologi saya tidak sering
membaca serat, tapi saya jika ada serat yang menurut saya menarik saya
baca, tapi kalau sering nggaknya say abaca serat saya tidak terlalu sering,
soalnya serat juga sebenarnya banyak tapi kan KS kan nggak hanya serat
saja jadi saya juga baca KS yang lainnya mbak biar pengetahuannya lebih
luas mbak (In 15).
Penulis menyoroti tanggapan informan nomor 5 dan informan nomor 15,
kedua informan di atas frekuensinya dalam membaca karya sastra khususnya serat
mereka masih jarang membacanya, meskipun kedua informan Mahasiswa Sastra
Daerah bidangnyapun filologi kedua informan masih jarang membaca serat,
meskipun di pembidangan filologi lebih cenderung mempelajari tentang
pernaskahan. Berbeda dengan tanggapan informan nomor 13, berikut
pemaparannya:
Kalau serat saya filologi otomatis sering, jadi mau tidak mau itu adalah
tuntutan harus cinta terhadap kebahasaan khasanah, kebahasaan jawa
terutama bahasa jawa klasik yang masih dipergunakan dalam era
kapujanggan (In 13).
Tanggapan berbeda diberikan oleh informan di atas, informan nomor 13 ini
adalah Mahasiswa Sastra Daerah pembidangan filologi, beda dengan pernyataan
kedua informan di atasnya bahwa informan nomor 13 sering membaca karya
sastra jawa khususnya serat, karena dalam pembidangan filologi memang
dipelajari tentang pernaskahan mau tidak mau informan nomor 13 merasa bahwa
membaca karya sastra khususnya serat adalah sebagai tuntutan.
Sementara itu tanggapan dari kedua informan nomor 9 dan informan
nomor 11 berpendapat sama, bahwa kedua informan mengatakan sering tidaknya
membaca karya sastra khususnya serat mereka bengatakan relativ jika da tugas
57
dari dosen tentang serat kedua informan baru membaca karya sastra khususnya
serat.
Tak jawab jujur ya mbak, jika perlu saja jadi nek pas enek tugas lagi baca
soale goleke yo angel mbak (In 2).
Terjemahan :
Tak jawab jujur ya mbak, jika perlu saja jadi kalau pas ada tugas baru baca
soalnya cari ya susah mbak.
Informan di atas tidak jauh beda dengan kedua informan sebelumnya,
bahwa informan membaca karya sastra jawa khususnya serat jika perlu saja, jika
dapat tugas dari dosen. Jadi ketiga informan diatas jarang membaca karya sastra
membacanya jika perlu saja kalau informan mendapat tugas dari dosen.
Tanggapan berbeda diberikan kedua informan, berikut pemaparannya:
Kalau itu ndak sering (In 7).
Tidak sering mbak (In 12).
Singkat dan jelas tanggapan dari kedua informan, berbeda dengan
informan-informan yang lain, terlihat kedua informan tidak tertarik membaca
karya sastra Jawa khususnya serat. Dengan jawaban mereka yang mengatakan
tidak sering membacanya berarti kedua informan tidak tertarik membaca karya
sastra yang berbentuk serat ataupun pernaskahan.
Berdasarkan hasil wawancara minat baca Mahasiswa Sastra Daerah
angkatan 2011 dan angkatan 2012 terhadap karya sastra jawa khususnya serat
tergolong masih rendah. Hal ini dikarenakan, sebagian besar Mahasiswa Sastra
Daerah khususnya angkatan 2011 dan angkatan 2012 masih jarang membaca
karya sastra jawa yang berbentuk serat.
58
b. Apakah serat ini jika tanpa terjemahan, apakah anda paham dan tertarik?
Berdasarkan dari hasil wawancara, dapat diperoleh data mengenai
pemahaman dan ketertarikan Mahasiswa Sastra Daerah angkatan 2011 dan
angkatan 2012, berikut rincian data yang berhasil didapatkan:
a. 5 orang informan mengatakan paham dan tertarik.
b. 3 orang informan mengatakan tidak paham
c. 2 orang informan mengatakan kurang paham dan tidak terlalu tertarik
d. 3 orang mengatakan kurang paham dan tertarik jika ada terjemahan
e. 1 orang informan mengatakan tidak paham tapi untuk membacanya
tertarik
f. 1 orang informan mengatakan tertarik membaca jika ada terjemahannya
Berikut tanggapan para informan mengenai pemahaman SR tanpa
terjemahan:
Ya yang seperti tadi saya bilang, pahamnya sih paham karena ada
terjemahannya ada teks bahasa Indonesianya tapi jika membacanya tanpa
terjemahan saya dikit demi sedikit tau maksudnya dan paham dengan
maksudnya, tapi bacanya ya harus berkali-kali baru paham. Dan kalau
mengenai ketertarikan saya cukup tertarik dengan serat ini ya meskipun
tanpa terjemahannya (In 15).
Informan nomor 15 mengenai pemahaman SR tersebut jika tanpa
terjemahan informan sendiri merasa paham dengan SR jika tanpa terjemahan atau
teks bahasa Indonesia. Tetapi informan saat memahami SR jika tanpa terjemahan
informan membacanya berkali-kali baru paham dan informan merasa cukup
tertarik dengan SR jika tanpa terjemahan. Tanggapan yang sama juga diberikan
informan di bawah ini:
Saya sendiri paham mengenai apa yang dipaparkan pengarang disini
walaupun mungkin ada beberapa leksikon yang notabeni tidak digunakan
dalam kehidupan sekarang. Nah itu mau tidak mau juga harus membuka
59
kamus. Nah tetapi dengan membuka kamus pun tidak merasa tersulitkan,
tidak merasa terbebani karena yaitu saya sudah besiknya saya menyukai
kesustraan jawa itu jadi saya sudah banyak mengetahui tentang asthabrata
ini (In 13).
Informan nomor 13 mengatakan bahwa informan paham mengenai yang
diapaparkan oleh pengarang mengenai bahasa yang digunakan yaitu ada beberapa
leksikon yang tidak digunakan dalam kehidupan sekarang, dan informan harus
membuka kamus saat membaca SR tersebut. namun informan tidak merasa
kesulitan dan informan merasa tertarik dengan SR tersebut karena informan
memang besiknya sudah menyukai kasustraan jawa.
Tanggapan yang lain diberikan beberapa informan yang mengatakan tidak
paham, berikut pemaparannya:
Ya sangat….sangat…tidak pahamlah, ya belum belajar kesana tapi
pernah mempelajari (In 4).
Jawaban singkat dan jelas yang diberikan informan nomor 4, bahwa
informan sangat-sangat tidak paham dengan SR jika tanpa terjemahan. Pendapat
yang sama juga di berikan oleh informan nomor 2 dan informan nomor 12, kedua
informan menanggapi hal yang sama dengan informan nomor 4, bahwa mereka
tidak paham jia SR tanpa ada terjemahannya.
Kurang paham dan mungkin kurang tertarik (In 3).
Tidak terlalu paham dan tidak terlalu tertarik (In 6).
Kedua informan di atas mengatakan hal yang hampir sama, kedua informan
menanggapi SR ini belum paham jika SR ini tanpa terjemahan dan kedua
informan mengatakan kurang tertarik dengan SR jika tanpa terjemahan.
Berbeda dengan tanggapan yang diberikan informan nomor 14, informan
nomor 14 mengatakan tidak terlalu paham jika tanpa terjemahan, tetapi karena di
60
SR tersebut ada terjemahannya informan bisa memahami dan tertarik untuk
membaca, tetapi jika SR tanpa ada terjemahannya informan kurang paham.
Berikut pemaparannya:
Kalau paham jelas saya tidak terlalu karena di SR ini ada terjemahannya
jadi saya kalau untuk paham sih paham mbak dan tertarik karena ada
terjemahannya, kalau tidak ada terjemahannya mungkin saya kurang paham
(In 14).
Tanggapan yang sama juga diberikan oleh kedua informan yaitu informan
informan nomor 7 dan informan nomor 9. Kedua informan juga berpendapat yang
sama dengan informan nomor 14, mereka kurang paham dengan SR jika tanpa
terjemahan dan kurang tertarik.
Tanggapan lain di berikan oleh informan nomor 11, berikur pemaparannya;
Mungkin kalau membacanya tertarik kalau pahamnya nggak (In 11).
Informan nomor 11 menanggapi dengan tanggapan yang berbeda mengenai
pernyataan informan di atas. Jika SR ini tanpa terjemahan informan tidak paham
dan kalau ketertarikan dengan SR ini informan merasa tertarik kalau
membacanya.
c. Apabila karya sastra jawa berbentuk selain serat, apakah anda juga
tertarik dan menambah frekuensi membaca?
Hasil wawancara dengan para informan mengenai tingkat ketertarikan
informan terhadap KS selain serat, data menunjukkan bahwa, sebagian besar
informan dari total keseluruhan menyatakan tertarik dengan KS jawa dalam
bentukselain serat dan frekuensi dalam membaca menjadi bertambah. Hal ini
dibuktikan bahwa selera baca di kalangan Mahasiswa Sastra Daerah khususnya
angkatan 2011 dan angkatan 2012 sebagian besar tertarik membaca KS yang
berbntuk selain serat seperti novel, cerkak, cerbung dan geguritan. Dari
61
pernyataan informan dengan ketertarikan terhadap KS selain serat dikarenakan
bentuk dan bahasa yang digunakan dalam KS seperti novel, cerkak, cerbung dan
geguritan mudah untuk dipahami.
Berdasarkan 15 informan yang diwawancarai semua mengatakan
ketertarikan dengan KS jawa yang berbentuk selain serat dan cenderung frekuensi
membacanya lebih sering ke KS jawa selain serat. Berikut tanggapan sebagian
informan mengenai ketertarikan KS Jawa selain bentuk serat:
Kalau saya sendiri lebih tertarik ke novel karena bahasa yang digunakan itu
mudah dipahami tanpa kita membaca berkali-kali, tapi kalau serat itu
membacanya kadang berkali-kali jika serat itu tanpa terjemahan bahasa
Indonesianya, bahkan orang awam pun kadang juga kesulitan membaca
sejenis KS serat-serat karena bahasanya sukar dipahami(In 15).
Informan di atas mengatakan lebih tertarik KS novel dari pada yang
berbentuk serat, ketertarikan informan terhadap novel dikarenakan bahasa yang
digunakan mudah dipahami sehingga tanpa membaca berkali-kali untuk
memahaminya. Frekuensi informan dalam membaca serat kadang-kadang, karena
bahasa yang digunakan sulit sehingga informan di atas lebih tertarik ke KS novel.
Ya tertarik mbak seperti yang digeguritan nah itu gaya bahasanya beda
dengan serat lebih bisa mudah dipahami dan dimengerti soalnya alurnya
langsung jadi satu kaya balada, geguritan terus puisi juga geguritan juga
mudah dimengerti dan juga cerkak, cerpen malah lebih enak (In 1).
Tanggapan yang hamper sama juga diberikan oleh informan nomor 1,
informan di atas beranggapan bahwa KS selain serat informan justru lebih tertarik
untuk membacanya, karena bahasa dalam serat susah di pahami, jadi informan
diatas lebih suka KS modern dari pada serat, karena bahasa KS modern lebih
mudah di pahami dan alur dalam KS modern lebih jelas seperti KS yang
berbentuk geguritan ataupun cerpan. Tanggapan yang sama juga diberikan oleh
informan nomor 8, berikut pemaparannya:
62
Iya kalau selain serat saya saya lebih tertarik, apalagi yang bentuknya fiksi.
Seperti cerbung, novel dan sebagainya saya lebih tertarik dan untuk frekuensi
membaca saya untuk jenis KS seperti itu lebih sering dari pada yang
bentuknya tembang (In 8).
Informan di atas juga berpendapat yang sama dengan informan-informan
diatas, lebih tertarik ke KS modern yang berbentuk fiksi seperti cerbung, novel
dan KS lainnya, dan untuk frekuensi membacanya informan lebih tertarik ke KS
modern dari pada yang berbentuk serat.
Berbeda dengan tanggapan informan berikut ini dalam ketertarikannya
dengan KS jawa selain dalam bentuk serat, berikut tanggapannya:
Kalau saya sendiri meskipun saya ini yang tergolong masih pemula dan
muda namun saya lebih menyukai membaca KS, KS yang masih klasik
bersifat masih kekunaan, bersifat lama lah tapi kalau yang sekarang ini saya
minat baca terhadap serat-serat KS Jawa modern seperti novel, geguritan
begitusaya jarang membacanya. Tapi saya juga pernah membaca itu mulai
saya menyukai membaca novel Jawa itu ketika membaca novel “kacau biru”
itu saya juga dapat menghayati bahkan saya dapat membayangkan apa yang
diderita dari pada tokoh-tokohnya disitu, lebih ke novel kalau geguritan itu
biasanya lebih menyukai membuat kalau geguritan, kalau membaca sendiri
hanya membaca tidak seintens membaca serat (In 13).
Informan di atas mengatakan memang suka membaca KS, tetapi KS yang
masih klasik yang bersifat masih kekunaan. Tetapi saat ini informan sedang gemar
membaca KS jawa modern, dengan pengalam baca informan saat ini lebih gemar
membaca novel. Tidak hanya memba KS jawa saja informan juga suka membuat
KS jawa yang berbentuk geguritan.
Kalau itu jelas soalnya untuk Sastra Jawa itu mencakup semua, baik itu nanti
dari bidang sastra, filologi maupun linguistik. Dan untuk geguritan, cerpan
atau apa saya juga sekarang sedang belajar menulis cerpen sama geguritan
jadi itu sangat berkaitan soalnya ini kan ilmu bantu semua (In 5).
Informan yang satu ini juga suka membuat atau berkarya menciptakan KS
jawa, informan yang satu ini juga suka membuat geguritan dan cerpen, informan
63
beranggapan KS dalam bentuk apapun itu adalah ilmu bantu, informan juga lebih
tertarik ke KS modern dari pada yang berbentuk serat.
Tanggapan berbeda diberikan oleh informan nomor 10 dalam
ketertarikannya dengan KS jawa selain dalam bentuk serat, berikut
pemahamannya:
Selain untuk serat-serat sebenarnya juga tertarik soalnya saya juga ikut
dalam kayak perkumpulan anak-anak sastra jawa yang membentuk “Sastra
Serat” itu ada geguritan kemudian ada cerkak dan lain-lainnya, jadi selain
untuk serat-serat sendiri saya suka membaca itu dan itu lebih memperkaya
dari pengetahuan tentang sastra jawa, jadi memang tidak hanya pengetahuan
serat saja yang diperoleh tetapi pengetahuan sastra secara menyeluruh (In
10).
Informan mengatakan dasar ketertarikan terhadap KS jawa serat , informan
mengatakan suka membaca dan tertarik dengan serat, tetapi dengan latar belakang
informan yang notobennya Mahasiswa Sastra Daerah informan juga mempelajari
KS modern dan informan juga tergabung dalam perkumpulan anak-anak sastra
“Sastra Serat” jadi informan suka membaca semua KS jawa karena itu semua
diperoleh untuk pengetahuan sastra menyeluruh.
4. Resepsi Pembaca terhadap Ajaran Kepemimpinan dalam SR
Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui hasil wawancara kepada
informan telah diperoleh hasil resepsi Mahasiswa Sastra Daerah terhadap SR, data
menunjukkan sebagian besar informal mengatakan bahwa SR tersebut bagus dan
menarik, ketertarikan informan kepada SR ini karena di dalam SR ini
mengandung ajaran-ajaran yang baik untuk seorang pemimpin dan mereka
menganggap bahwa SR ini masih relevan jika diterapkan di jaman sekarang.
Penilaian secara keseluruhan oleh pembaca terhadap ajaran kepemimpinan dalam
SR ini tersampaikan dengan baik kepada pembaca dan mereka menganggap SR
64
ini bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Berikut penjelasan
informan yang menunjukkan bahwa SR ini tersampaikan dengan baik kepada
pembaca:
Ajaran kepemimpinan dalam SR digambarkan dengan baik oleh
penganggitnya oleh pembuatnya ini dari tokohnya terus dikasih sifat-sifatnya
dan juga relefansinya penggambaran watak-wataknya juga konflik-konflik
didalamnya sehingga umpamanya kita membaca langsung faham dan mudah
dimengerti (In 1).
Pendapat informan di atas mengenai ajaran kepemimpinan dalam SR ini
ialah bahwa SR mengajarkan banyak hal, ajaran kepemimpinan dalam SR
digambarkan dengan jelas oleh pembuatnya, jelas dalam penggambaran sifat-
sifatnya beserta watak-watak dalam tokoh-tokoh yang ada serta konflik-konflik
yang ada dalam SR.
Ya seperti yang sudah saya katakana tadi secara tidak langsung kalau
pendapat saya mengenai SR itu memang harus dipelajari lagi bagi
masyarakat jaman sekarang soalnya kepemimpinan itu sangat penting dan
pada jaman sekarang ini karena kepemimpinan yang kurang baik akan
mengakibatkan masyarakat yang kurang baik juga. SR ini mengajarkan
bagaimana pemimpin yang baik sehingga mewujudkan masyarakat yang baik
pula (In 4).
Tanggapan berbeda diberikan oleh informan nomor 4, yaitu informan dalam
menanggapi ajaran kepemimpinan dala SR ini lebih ke ajaran kepemimpinan yang
mengajarkan kebaikan. Informan mengatakan SR ini mengajarkan bagaimana
pemimpin yang baik sehingga bisa mewujudkan masyarakat yang baik pula.
Ya ini kan sangat baik ya mengingat nenek moyang itu menuliskan serat
dalam bentuk karya ini bukan sembarang asal tulis saja. pasti ada
pengalaman dan bukti nyatanya sehingga menjadi panutan sampai saat ini.
Jelas sangat relevan sekali apabila isi naskah ini diterapkan dalam
kehidupan sekarang, apalagi kepemimpinan sekarang yang carut marut
sekarang otomatis kalau bisa menerapkan apa yang ada di dalam serat ini
kemungkinan bisa menjadi pemimpin yang baik (In 5).
65
Informan di atas memberikan tanggapan bahwa SR ini jika diterapkan dalam
kehidupan sekarang dengan kepemimpinan saat ini yang menurutnya carut marut
SR ini bila di terapkan dalam diri setiappemimpin kemungkinan bisa menjadi
pemimpin yang baik. Pandangan berbeda mengenai ajaran kepemimpinan dalam
serat ini juga diberikan oleh informan nomor 6, berikut pemaparannya:
Ajaran ini sangat menarik karena didalam seluruh generasi pasti
membutuhkan pemimpin. Dan dalam serat ini mengajarkan tentang
kepemimpinan yang baik, sehingga disetiap generasi itu pasti membutuhkan
pemimpin, oleh karena itu ajaran kepemimpinan ini sangat dibutuhkan untuk
setiap pemimpin pada setiap generasinya seperti itu(In 7).
Ya menurut saya ajarannya sangat baik sekali, ya tadi saya sudah sampaikan
bisa untuk dijadikan motifasi atau tuntunan untuk misalnya kita menjadi
seorang pemimpin besoknya (In 7).
Kedua informan di atas memberikan penilaian terhadap ajaran
kepemimpinan dala SR tersebut bahwa serat ini bisa di jadikan motifasi atau
tuntunan (pedoman) untuk menjadi pemimpin yang baik, karena di setiap generasi
pasti membutuhkan seorang pemimpin, dengan adanya SR ini bisa tercipta
pemimpin yang ideal.
Dari delapan karakter ini saya peroleh ajaran kepemimpinan yaitu memang
setiap orang yang memimpin itu harus mempunyai delapan sikap yang ada
disisni. Seperti batara Indra itu menguasai pengetahuan kemudian batara
Yama itu adalah dia adil kepada semua makhluk kemudian batara Surya itu
dia mempunyai kekuasaan yang kuat kemudian batara Candra dia itu
penyayang kemudian Bayu dia itu kokoh dan tekun lanjut lagi Wisnu adalah
dia baik budinya kemudian Brama itu dia tidak pilih kasih, siapapun yang
salah akan dihukum kemudian yang terakhir ada Baruna mempunyai sikap-
sikap yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Jadi ini memang penting
sekali untuk khasanah kepemimpinan di Indonesia(In 10).
Tanggapan berbeda mengenai ajaran kepemimpinan dalam SR tersebut
ialah bahwa serat ini mengajarkan ajaran kepemimpinan yang terdapat dalam
delapan karakter, dan seorang pemimpin harusnya memiliki delapan karakter
seperti dalam SR tersebut. informan juga menjelaskan sifat-sifat tokoh yang
66
terdalam dalam SR sebagai gambaran tentang ajaran kepemimpinan dalam SR
tersebut.
Berbeda dengan tanggapan informan nomor 11, berikut tanggapan dari
informan:
Ajaran kepemimpinan ini kan banyak jadi sangat bagus jika diajarkan dari
mulai anak-anak, jadi mulai anak-anak jadi terus sampai terus jika suatu
saat jadi pemimpin itu nanti harus bagaimana gitu (In 11).
Informan di atas berpendapat bahwa SR ini sangat bagus apalagi ajaran-
ajaran yang terdapat dalam SR ini diajarkan mulai dari anak-anak sehingga anak-
anak di didik tentang ajaran-ajaran dalam SR ini sehingga kelak terbentuk mental
anak-anak yang baik untuk menjadi seorang pemimpin jika besar nati.
Berbeda dengan informan nomor 10 menganggap bahwa, SR tergolong
serat yang bagus dan masih relevan, meskipun pembuatan SR ini dibuat pada
waktu jaman kapujanggan pada era kerajaan sedangkan sekarang sudah berbeda
kita berada dalam jaman yang sudah pemerintahan, sehingga informan
mengatakan kita harus menyesuaikan konteks dalam jaman sekarang, tetapi secara
keseluruhan SR ini mengajarkan kepemimpinan dan banyak sekali ajaran-ajaran
yang bisa dipakai untuk pedoman para pemimpin dan serat ini masih relevan.
Jadi secara keseluruhan dari 15 informan mengatakan bahwa SR ini masih
relevan dan di dalam SR ini mengajarkan tentang ajaran kepemimpinan dengan
melalui delapan karaker yang terdapat dalam SR tersebut.
67
B. PEMBAHASAN
Berikut ini akan penulis sajikan pembahasan terhadap data yang telah
penulis peroleh dari para informan lewat teknik wawancara. Adapun arah
pembahasan ini berdasarkan pada pokok permasalahan yang menjadi penelitian
seperti yang telah penulis sebutkan pada rumusan masalah, yakni (1) intensitas
penghayatan, (2) norma dan criteria penilaian, (3) minat dan selera bada, dan (4)
pendapat tentang ajaran kepemimpinan dalam SR.
1. Resepsi pembaca terhadap SR berdasarkan intensitas penghayatan.
Berikut ini resepsi Mahasiswa Sastra Daerah angkatan 2011 angkatan 2012,
resepsi ini dimaksudkan untuk mengetahui tanggapan Mahasiswa Sastra Daerah
terhadap SR. Resepsi terhadap SR ini didasarkan atas intensitas penghayatan para
informan-informan, intensitas penghayatan pembaca atau informan yang
dimaksud di sisni adalah kemampuan pembaca dalam menghayati KS khususnya
SR ini dari berbagai unsur. Unsur-unsur yang digunakan untuk mengetahui
penghayatan para informan dalam penelitian ini meliputi enam unsur, yaitu tema,
kondisi sosial, relevansi konflik, bahasa, amanat dan karakter. Dari keenam unsur
tersebut seluruh informan dapat menangkap keenam unsur yang telah disebutkan
dengan tanggapan yang berbeda-beda dari para informan.
Berdasarkan data yang diperoleh penulis menunjukkan bahwa, sebagian
informan memiliki penghayatan yang baik, sebagian besar informan dapat
menjawab pertanyaan yang telah diberikan dengan disertai alasan yang jelas dan
mendasar. Informan juga tidak hanya meresepsikan KS dari unsur-unsur
instrinsiknyasaja melainkan juga meresepsikan KS dalam hubungannya dengan
kehidupan nyata. Kehidupan nyata yang dimaksud adalah informan bisa
68
merelevansikan KS dengan kehidupan nyata, apa yang terdapat dalam KS dapat
meresepsikan dalam kehidupan yang ada pada sekarang.
Cara pandang Mahasiswa Sastra Daerah memang tergolong luas,
dikarenakan dari latar belakang informan adalah mereka mempelajari dan
mendalami kasustraan secara garis besar hampir semua informan yang diambil
penulis telah mengetahui dan mempelajari KS jawa. Dalam menjawab dan
mengutarakan alasan di setiap pertanyaan sebagian besar informan mampu
menguraikan jawabannya yang direlevansikan dengan kehidupan nyata serta
dihubungkan dengan selera bacanya.
Menilai dari segi tema, informan meresepsikan SR dengan sudut pandang
yang berbeda-beda. Tema yang dikemukakan oleh para informan kebanyakan
memberikan tanggapan bahwa tema yang terdapat dalam SR ini merupakan tema
tentang kepemimpinan. Berikut tanggapan sebagian informan mengenai tema
dalam SR:
SR ini kan menceritakan ajaran hidup baik dan buruk dan disini melalui sifat
para-para tokoh yang diceritakan dalam serat ini dan tokoh disisni adalah
pemimpin jadi tema yang dapat diambil disini adalah ajaran seorang
pemimpin begitu (In 5).
Komentar penulis mengenai informan di atas adalah informan berpendapat
SR ini menceritakan atau menggambarkan tentang ajaran hidup yaitu ajaran hidup
baik dan buruk, dan melalui sifat para tokoh-tokoh yang diceritakan dalam SR ini,
melalui para tokoh tersebut ajaran-ajaran yang terdapat dalam serat itu adalah
ajaran untuk seorang pemimpin.
Ada juga yang meresepsikan tema SR merupakan bentuk dari
penggambaran dewa-dewa sebagai tokoh kepemimpinan yang tertuang dalam SR,
hal ini disampaikan oleh informan berikut ini:
69
Untuk tema dari SR memang dari dewa-dewa dari delapan dewa itu
melambangkan dari setiap dewa itu mempunyai sesuatu yang tersendiri yang
itu menonjol, seperti dewa Indra itu mempunyai pengetahuan kemudian dewa
Baruna itu mempunyai apa itu keluasan hati dan lain-lain (In 10).
Informan di atas menangkap unsur tema berupa penggambaran delapan
dewa-dewa yang melambangkan dari setiap dewa memiliki sesuatu yang
menonjol sesuatu yang tersendiri dari yang lain hal itu di gambarkan dari dewa
Indra yang mempunyai pengetahuan dan dewa Baruna memiliki keluasan hati itu
yang ditangkap dari informan di atas mengenai tema yang ada dalam SR tersebut.
Tema yang terdapat dalam SR ini sebagian besar diresepsikan oleh
informan-informan sebagai tema yang menarik, dari 15 informan yang di
wawancarai mengatakan menarik, tanggapan para informan mengenai SR ini
menyeluruh, ketertarikan para informan mengenai SR ini mereka tertarik dari segi
isi nya, ada juga yang tertarik dengan penggambaran tokohnya, dan ada juga yang
tertarik dari segi isi ceritanya dan dari segi tokohnya, karena di dalam SR ini
terdapat ajaran kepemimpinan dan keteladanan tokoh-tokoh yang diharapkan
mampu mendorong dalam penggalakan karakter jiwa manusia dan ajaran nya
dapat dijadikan pedoman bagi para pemimpin supaya menjadi pemimpin yang
ideal. Berikut ini pemaparan sebagian informan yang mengatakan menarik dari
segi isi ceritanya:
Menarik mbak apalagi kalau dipelajari secara mendalam, kalau menurut
saya lebih tertarik ke isi ceritanya, karena serat ini sangat bermanfaat dan
banyak nilai-nilai sosial yang dapat kita ambil dari serat ini (In 15).
Ketertarikan informan nomor 15 lebih kepada segi isi ceritanya, menurut
informan ini dari SR ini adalah mengenai nilai-nilai sosial yang dapat diambil dari
SR tersebut bisa dijadikan pedoman.
70
Menurut saya temanya itu sangat menarik soalnya kan bisa dilihat sekarang
ini kepemimpinan di Indonesia sudah mulai turun jadi dengan membaca serat
ini kita jadi tau seharusnya sebagai seorang pemimpin yang baik itu harus
seperti apa. lebih tertarik ke penggambaran tokoh (In 11).
Tanggapan di atas Informan nomor 11 lebih tertarik ke penggambaran
tokohnya, informan di atas berpendapat bahwa kepemimpinan jaman sekarang
apalagi di Indonesia ini sudah mulai turun jadi dengan SR ini berharap seorang
pemimpin bisa seperti tokoh-tokoh yang digambarkan di SR ini. Berikut pendapat
informan yang mengatakan tertarik dengan keduanya yaitu penggambaran tokoh
dan isi cerita SR ini, berikut tanggapannya:
Kalau dilihat dari isinya yang memaparkan secara gambling jelas sangat
menarik. Keduanya sih soalnya disini pertama alurnya menceritakan
tokohnya tersebut, jadi sifat-sifat tokohnya disebutkan kemudian diselingi
oleh nasihat-nasihat seperti itu(In 5).
Kondisi sosial dan relevansi konflik dalam SR ini diresepsikan oelah
sebagian besar informan bahwa SR ini memiliki kedekatan dengan kehidupan
para informan. Dari 15 informan yang diwawancarai, sebanyak 11 orang informan
mengatakan memiliki kedekatan dengan kehidupan mereka. Berikut tanggapan
yang diberikan oleh informan mengenai kedekatan sosial:
Sangat relevan sekali jadi seperti yang saya katakana tadi bahwa tidak hanya
lingkup kenegaraan namun dalam lingkup Universitas bahkan dalam konteks
angkatan kelas itu ada koordinator tingkat, nah itu koordinator tingkat itu
akankah lebih baik apabila dia memahami seperti apa yang diterapkan
dalam serat asthabrata ini mengenai seseorang pemimpin, nah seorang
pemimpin harus dapat menguasai diri astha, astha itu delapan brata itu laku
dari delapan langkah-langkah menuju seseorang pemimpin yang baik, arif
dan bijaksana seperti itu (in 13).
Melalui unsur kondisi sosial informan mengatakan masih relevan dan
informan mengatakan dan memberi penjelasan jika dikaitkan seorang pemimpin
dicontohkan dalam lingkup Universitas bahkan dalam konteks angkatan kelas
ataupun koordinator tingkat membutuhkan seorang pemimpin, dan apabila dia
71
memahami seperti apa yang diterapkan dalam serat asthabrata ini mengenai
seorang pemimpin harus dapat menguasai diri astha, astha itu delapan brata itu
laku dari delapan langkah-langkah menuju seseorang pemimpin yang baik, arif
dan bijaksana. Hal tersebut kondisi sosial yang membuat informan merasa ada
kedekatan dalam kehisupannya. Konflik yang diangkat dalam SR ini juga masih
relevan dalam kehidupan saat ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan
sebagian besar para informan beranggapan, bahwa SR ini masih relevan dalam
kehidupan saat ini. Hal tersebut bisa dikatakan relevan karena sekarang ini banyak
para pemimpin yang menyimpang dari apa yang diharapkan oleh masyarakatnya,
banyak pemimpin yang korupsi, tidak menaati peraturan, mementingkan
kepentingan pribadi dari pada kepentingan masyarakatnya, banyak pemimpin
yang tidak bisa dipercaya hanya omongannya saja dan banyak pemimpin yang
menjilat, dan konflik yang diangkat memang telah mewakili jaman sekarang.
Berikut beberapa penalaran yang diberikan oleh informan mengenai relevansi
konflik dalam SR ini:
Masih relevan mbak, soalnya figure seorang pemimpin itu selalu dibutuhkan
mbak meskipun jaman sekarang kebanyakan pemimpin itu sudah hilang jati
dirinya sebagai pemimpin karena menuruti kepentingannya sendiri
contohnya korupsi atau apalah itu, namun ada juga pemimpin yang masih
mementingkan kepentingan rakyat. Jadi seorang pemimpin di jaman
sekarang menurut saya figure seorang pemimpin masih ada mbak (In 14).
Menanggapi unsur relevansi konlik dalam SR.Iinforman ini mengatakan
bahwa, relevansi konflik yang ada dalam naskah ini relevan dengan kehidupan
saat ini. Informan melihat kehidupan saat ini mengenai figur seorang pemimpin
yang belum ideal, karena di jaman sekarang masih banyak pemimpin yang
korupsi lebih mementingkan kepentingan pribadi dari pada rakyatnya, pemimpin
sekarang hilang jati dirinya sebagai seorang pemimpin, tapi masih ada juga
72
pemimpin yang mementingkan kepentingan rakyatnya dan masih ada juga figur
seorang pemimpin yang baik. Tanggapan yang serupa juga diberikan oleh
informan nomor 4, berikut tanggapannya:
Kalau kondisi sosial masyarakatnya masih. Tapi kalau kepemimpinannya itu
mungkin sedikit berbeda karena jaman sekarang beda setingan saat ini sifat
kepemimpinan sulit ditemukan, seperti yang dicerminkan dalam SR ini (In 4).
Berdasarkan data hasil wawancara yang telah disajikan di atas, SR ini
diresepsikan oleh para informan sebagai suatu bentuk KS jawa yang penuh
dengan amanat. Para informan mengidentifikasikan amanat yang terdalam SR
tersebut memiliki ajaran yang positif yang bermanfaat bagi kehidupan pada jaman
sekarang bisa dan SR ini bisa dijadikan sebagai pedoman hidup. Hal ini
dibuktikan dengan sebagian besar tanggapan-tanggapan informan yang
menyatakan bahwa, amanat yang tekandung dalam SR ini bermanfaat bagi
kehidupan mereka. Sedangkan amanat yang berhasil ditangkap oleh informan
melalui tanggapan yang berbeda-beda terhadap amanat yang berada di dalam SR,
dapat diketahui amanat-amanat yang berhasil disampaikan oleh para informan
adalah sebagai berikut ini:
1. Menjadi seorang pemimpin harus dermawan
2. Menjadi pemimpin harus bisa mengayomi dan berbuat baik
3. Harus memiliki watak-watak kosmos seperti matahari harus bisa menyinari
dengan tidak pandang bulu, tidak mengenal RAS agama, harus memiliki
watak bumi harus indah dapat manjing, ajur, ajer dengan baik seperti
bintang dan lain sebagainya.
4. Figur-figur seorang pemimpin yang bijaksana
5. Banyak nasihat-nasihat atau wejangan yang bersifat baik.
73
6. Harus bisa menjadi abdi yang baik untuk rakyatnya
7. Jangan berlagak sombong, disiplin, bisa mengatur amarah yang ada didalam
diri, dan bisa selaras dalam kehidupan masyarakat sosial.
8. Menjadi pemimpin harus jujur dan dermawan.
9. Menjadi seorang pemimpin harus memiliki kelebihan yang tidak dimiliki
oleh orang lain dan bisa jadi panutan yang pantas.
10. Menjadi seorang pemimpin harus bisa menerima apa adanya dan konsekuen
dengan apa yang sudah dibicarakan dan tekun dalam mencari ilmu.
11. Menjadi pemimpin harus adil, selalu berusaha meninggalakan kejahatan,
dan tidak bolek korupsi.
Berdasarkan dari data yang telah terkumpulkan mengenai unsur bahasa
dalam SR, sebagian besar informan bisa memahami bahasa yang digunakan dalam
teks SR tersebut. Tapi dengan catatan bahwa sebagian besar informan paham
dengan SR ini tidak serta-merta memahaminya secara langsung. Akan tetapi,
paham karena sebagian besar informan bisa memahami dengan menggunakan
bantuan kamus, karena harus mengartikan satu per satu kata yang perlu diartikan.
Namun ada juga informan yang masih kesulitan memahami bahasa teks asli dalam
SR tersebut dan ada beberapa informan yang benar-benar tidak paham dengan
bahasa teks aslinya, mereka lebih mengandalkan bahasa terjemahan dalam teks
SR tersebut.
Sebenarnya masalah yang diahadapi oleh para informan yang kaitannya
dengan unsur bahasa itu sama, yakni belum begitu memahami secara mendalam
bahasa yang digunakan dalam SR jika tanpa bantuan kamus. Walaupun demikian,
secara garis besar informan dapat menangkap maksud dari cerita tersebut melalui
74
bahasa yang ada dalam teks. Berikut adalah pendapat yang disampaikan oleh
informan mengenai bahasa yang digunakan dalam SR tersebut:
Ini untuk seratnya ini menggunakan bahasa Jawa baru masih bisa dipahami
walaupun juga membutuhkan kamus untuk membacanya begitu(In 5).
Informan nomor 5 mengatakan bahwa, untuk seratnya masih menggunakan
bahasa Jawa baru informan masih bisa memahaminya walaupun informan dalam
membaca SR masih membutuhkan kamus untuk membacanya.
Unsur penggambaran tokoh dalam SR ini, sebagian besar informan mampu
menangkap unsur peggambaran tokoh dalam SR. Hal tersebut membuktikan
bahwa, intensitas penghayatan pembaca terhadap penggambaran tokoh tergolong
cukup baik, sebagian besar informan yang diwawancarai mengatakan mampu
menangkap unsur penggambaran tokoh yang ada dalam SR.
Berdasarkan dari data-data di atas, dapat diperoleh gambaran dari
kemampuan pembaca dalam menangkap unsur-unsur yang terkandung dalam SR
yang meliputi tema, kondisi sosial, relevansi konflik, amanat, bahasa dan karakter.
Dengan demikian, lewat penelitian ini dapat diketahui bahwa, informan yang
dalam hal ini adala Mahasiswa Sastra Daerah angkatan 2011 dan 2012 Fakultas
Ilmu Budaya merupakan pembaca yang telah mampu menangkap unsur-unsur
yang terkandung dalam SR dan dapat merelevansikan dengan kehidupan nyata.
Dengan begitu, dalam penelitian ini Mahasiswa Sastra Daerah angkatan 2011 dan
angkatan 2012 dapat dikategorikan sebagai pembaca yang nilai penghayatan dan
pemahamannya memiliki intensitas yang baik.
Berdasarkan uraian di atas penulis dapat memberikan penilaian seperti ini
karena berdasarkan dari data yang diperoleh penulis dari informan dan telah
penulis uraikan berdasarkan penghayatan dan pemahaman yang di berikan oleh
75
masing-masing dari informan, meskipun tidak semua tanggapan dari responden
ini penulis tampilkan. Dengan demikian, penulis berkesimpulan bahwa intensitas
penghayatan Mahasiswa Sastra Daerah angkatan 2011 dan angkatan 2012
Fakultas Ilmu Budaya tergolong intensitas penghayatannya baik seprti yang telah
dipaparkan penulis di atas.
2. Norma dan Kriteria penilaian pembaca terhadap SR.
Berdasarkan intensitas penghayatan informan yang telah diuraikan di atas,
untuk masalah berikutnya perlu diketahui pula norman dan kriteria penilaian yang
digunakan oleh para informan untuk menilai SR tersebut. Dalam memberikan
peniaian terhadap SR ini, para informan memberikan norma penilaian yang
berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan jarak antara pembaca.
Hans Robert Jauss mengemukakan bahwa jarak antara horizon harapan dengan
KS merupakan tolak ukur kualitas estetis.
Relevansi horizon harapan pembaca terhadap SR menunjukkan bahwa,
kualitas estetis dari KS tersebut tergolong bagus. Terbukti dari 15 orang informan
sebagian besar informan mengatakan bahwa secara keseluruhan SR ini bagus dan
menarik. Dari tanggapan para informan, mereka tertarik dengan SR tersebut
dikarnakan dalam SR ini informan dapat mengambil ajaran-ajaran yang
terkandung dalam SR. Dari ajaran-ajaran yang terkandung dalam SR ini informan
menjadikan ajaran-ajarannya sebagai pedoman hidup sehari-hari. Dan informan
tertarik dengan karya tersebut karena menurut mereka dalam KS tersebut
memiliki kedekatan cerita dengan dengan kehidupan sehari-hari. Berikut ini
pernyataan informan yang mendukung pernyataan penulis soal kedekatan cerita
dengan kehidupan mereka:
76
Sangat relevan mbak saat ini kan masih banyak sekali orang-orang bahkan
pemimpin-pemimpin yang bertindak sesuka hatinya seperti contohnya di
negara kita saja banyak yang korupsi, yang menyalahi aturan-aturan yang
sudah dibuat, makanya penulis serat ini dalam SR ini memberikan piwulang-
piwulang agar para pembacanya bisa sadar mungkin dan tau apa yang harus
diperbuat jika menjadi seorang pemimpin yang baik yang bijaksana tu seperti
apa (In 15).
Norma-norma yang digunakan oleh para informan diantaranya mengacu
pada tema, penggambaran tokoh dan ajaran kepemimpinan yang terdapat dalam
isi cerita serat tersebut. Melalui ketiga norma tersebut, penilaian yang dihasilkan
berbeda-beda, semua itu tergantung dari selera baca dan pengalaman informan.
Sebagai contoh dari segi tema, informan sangat relevan jika dikaitkan dengan
penggambaran tokoh. Berikut kesan yang disampaikan oleh informan:
Saya kira cukup jelas ya, jadi apabila seorang tadi saya katakana
bahwasanya semua itu pemahaman terhadap teks tergantung dari horizon
harapan dari pengalaman dan juga dari pengalaman baca terutama, kalau
saya kira ini lebih jelas karena pengalaman saya mengenai dunia
pewayangan itu ada watak-watak batara Yama dan itu memang dia
memaparkan dari pada apa yang terdapat di dalam SR ini (In 13).
Tanggapan informan di atas lebih menyoroti mengenai pengalaman baca,
jadi untuk mengetahui karakter dari pada SR ini tergantung pemahaman dari
pengalaman pembaca, menurut pengalaman informan diatas mengenai dunia
pewayangan dalam serat ini ada watak-watak batara Yama yang memaparkan dari
pada apa yang terdapat di dalam SR tersebut.
Ya diserat ini menggambarkan pemaparan karakter dengan jelas, salah
satunya disini ada batara Baruna yang dijelaskan bahwa dia itu pandai
sekali melebihi orang lain, kepandaiannya itu seperti apa? Dia itu bisa sakit
tanpa guru, kaya tetapi tidak sombong, perkasa tetapi tidak menganiaya
orang lain, tampan tetapi tidak menggoda perempuan dan terkenal meski
tidak memamerkan kemasyurannya itu merupakan suatu karakter yang
benar-benar jelas dan benar-benar patut kita teladani (In 6).
77
Informan yang lain juga menganggap bahwa, penggambaran tokoh dalam
SR tersebut kurang jelas dengan pemaparan yang terdapat dalam SR. berikut
penuturannya:
Kalau mungkin yang agak ganjel itu ketika membaca karakternya batara
Wisnu, itu tugasnya apa sih kok di dalam wayang seperti ini sebagai dewa
penciptaan kok disini kok saya baca sekilas tu dia tidak suka dipuji terus suka
prihatin ini gimana! Dan itu kan juga critanya Wisnu nitis jadi krisna, nitis
jadi apa lagi sebenarnya dia itu punya identitas personal seperti apa sih
mbak kan dari semuanya kan dari batara Baruna penguasa lautkan (In 9).
Informan di atas merasa belum menemukan karakter dalam SR ini seperti
apa, informan diatas lebih membandingkan karakter-karakter atau watak-watak
yang terdapat disetiap tokoh-tokoh yang terdapat di SR tersebut. Perbedaan
pandangan tersebut bisa juga didasarkan oleh latar belakang perbedaan
pengetahuan dan pengalaman pembaca.
Mengenai unsur tema, hal tersebut yang mengacu pada unsur tema yang di
gunakan para informan untuk menilai dari SR ini lebih fokus pada isi dari cerita
yang sesuai dengan keadaan saat ini yang membuat serat tersebut dianggap bagus
dan menarik oleh informan. Berikut pemaparannya:
Kalau dari segi temanya kalau untuk aku pribadi sih cukup menarik soalnya
sesuai dengan apa…!temanya itu faktual. Ya kan tau sendiri di Indonesia
khususnya di negara kita minim pemimpin yang arif kayak gitu, mungkin dari
naskah-naskah kuna terdahulu bisa diambil dari hikmahnya, mungkin bisa
diambil dari pelajaran dari situ bagaimana menjadi seorang pemimpin yang
baik itu, terus bagaimana menjadi seorang pemimpin yang bijaksana dan
bisa memimpin, mengayomi maupun istilahnya melayani dan juga
melindungi bawahannya (In 9).
Informan di atas berpendapat mengenai SR ini menarik, tapi informan di
atas tidak menanggapi SR ini menarik dari segi ceritanya atau tokohnya, tetapi
informan berpendapat bahwa serat ini temanya faktual, dan informan di atas
cenderung menyoroti ke ajaran-ajarannya bagaimana menjadi pemimpin yang
78
bijaksana yang bisa mengayomi dan melindungi bawahannya. Selanjutnya
mengacu padu unsur relevansi konflik yang dianggap informan sudah mewakili
bahwa SR ini tergolong serat yang bagus. Berikut ini pemaparan informan
mengenai relevansi konfliknya:
Konflik permasalahan ada beberapa yang relevan yang tadi pertama kali
yang digambarkan sosok seseorang batara Indra, ada murid batara indra
yang dia itu melakukan sebuah kesalahan maka batara Indra itu tidak segan-
segan memberi apa itu hukuman terhadap seorang yang melakukan
kesalahan itu tadi, saya kira konfliknya disitu relevan maka seorang
pemimpin sekarang tidak boleh pandang bulu terhadap entah itu masih sanak
saudara entah itu masih walaupun anaknya sendiri kalau toh dia itu
melakukan sebuah kesalahan maka watak dari batara Yama itu harus di
terapkan yaitu tegas tidak melihat tidak pandang bulu siapa yang melakukan
kesalahan itu (In 13).
Tanggapan informan di atas lebih menyoroti mengenai ajaran
kepemimpinannya melalui gambaran batara Indra yang memiliki sikap tegas
barang siapa melakukan kesalahan maka batara Indra tidak segan-segan
memberikan hukuman kepada yang membuat kesalahan dan tidak pandang bulu
siapa dia entah keluarga atau saudaranya maka tetap diberi hukuman, mungkin
informan di atas berharap para pemimpin dapat memiliki sikap seperti batara
Indra yang tegas dan memiliki pendirian.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, norma-norma yang di
gunakan oleh informan yang meliputi tema, penggambaran karakter tokoh dan
konflik yang terdapat dalam SR, merupakan norma untuk memberikan penilaian
terhadap SR. ketiga norma tersebut dianggap para informan memiliki dengan
kehidupan sehari-hari mereka, sehingga sebagian besar informan member
penilaian SR ini bagus dan menarik.
79
3. Minat dan Selera Baca pembaca terhadap Karya Sastra Jawa
Berdasarkan pembahasan di atas mengenai norma-norma dan kriteria
penilaian, dapat diketahui bahwa selera dan minat baca informan terhadap KS
jawa. Hal yang mendasari mengenai analisis selera dan minat baca mengacu pada
horizon harapan yang di kemukakan oleh Hans Robert Jauss. Horizon harapan
tersebut di bagi atas tiga kriteria, yakni:
1. Norma generik, norma yang ada dalam teks kemudian dibaca oleh
pembaca.
2. Pengalaman dan pengetahuan pembaca terhadap teks yang dibaca
sebelumnya.
3. Kontras antara fiksi dan kenyataan, yaitu kemampuan pembaca untuk
menerima teks baru di dalam cakrawala harapan yang sempit dan
cakrawala pengetahuan hidupnya yang lebih luas.
Hasil dari penelitian yang melalui teknik wawancara, data yang sudah
diperoleh dan sudah terkumpul menunjukkan bahwa, minat baca dari Mahasiswa
Sastra Daerah angkatan 2011 dan angkatan 2012 terhadap KS jawa khususnya
dalam berbentuk serat masih tergolong rendah meskipun mereka Mahasiswa
Sastra Daerah yang notobennya mempelajari pernaskahan. Mereka membaca KS
jawa yang berbentuk serat hanya karena pada saat mereka mendapatkan tugas dari
Dosen tentang pernaskahan baru mereka membaca KS jawa dalam bentuk serat.
Selain itu mereka merasa bahwa KS jawa khususnya serat ini sudah susah untuk
dicari dan jarang ditemukan. Berikut pemaparannya:
Tak jawab jujur ya mbak, jika perlu saja jadi nek pas enek tugas lagi baca
soale goleke yo angel mbak (In 2).
80
Terjemahan :
Tak jawab jujur ya mbak, jika perlu saja jadi kalau pas ada tugas baru baca
soalnya cari ya susah mbak.
Tanggapan yang singkat dan jelas informan di atas member tanggapan,
bahwa informan membaca karya sastra jawa khususnya serat jika perlu saja, jika
dapat tugas dari dosen dan informan merasa bahwa mencari KS jawa khususnya
berbentuk serat merasa kesulitan.
Berdasarkan data yang diperoleh melalui teknik wawancara yang telah
dipaparkan penulis pada Bab II pada point A, dapat diketahui terdapat perbedaan
selera baca pada informan. Perbedaan selera baca pada informan dikarenakan oleh
faktor perbedaan pembidangan dalam perkuliahan, sehingga memiliki pandangan
yang berbeda-beda. Di samping itu, ada juga beberapa faktor lain yang tidak kalah
penting. Yakni yang bisa menentukan hirarki selera membaca tersebut. lebih
lanjut perbedaan hirarki selera pembaca ini di kemukakan oleh Jauss yang di bagi
menjadi tiga faktor yakni:
1. Pengalaman membaca
2. Pengetahuan pembaca tentang norma suatu gender
3. Berbagai fungsi bahasa yang dikenal pembaca dalam suatu teks.
Faktor-faktor di atas perbedaan selera pembaca ini belum tentu dikarenakan
oleh ketidakmampuan responden dalam menangkap unsur-unsur yang terdapat
dalam SR tersebut. Sebagian besar informan lebih tertarik dengan KS jawa yang
berbentuk prosa seperti cerkak, cerbung, novel dan geguritan. Hal tersebut karena
bahasa yang digunakan pada KS jawa seperti cerkak, cerbung, novel dan
geguritan lebih mudah dipahami dan cenderung menggunakan bahasa yang
81
mudah, bahasa yang digunakan dalam sehari-hari, sehingga lebih mudah dipahami
oleh Mahasiswa Sastra Daerah. Berikut tanggapan yang diberikan oleh informan:
Kalau saya sendiri lebih tertarik ke novel karena bahasa yang digunakan itu
mudah dipahami tanpa kita membaca berkali-kali, tapi kalau serat itu
membacanya kadang berkali-kali jika serat itu tanpa terjemahan bahasa
Indonesianya, bahkan orang awam pun kadang juga kesulitan membaca
sejenis KS serat-serat karena bahasanya sukar dipahami(In 15).
Ya tertarik mbak seperti yang digeguritan nah itu gaya bahasanya beda
dengan serat lebih bisa mudah dipahami dan dimengerti soalnya alurnya
langsung jadi satu kaya balada, geguritan terus puisi juga geguritan juga
mudah dimengerti dan juga cerkak, cerpen malah lebih enak (In 1).
Iya kalau selain serat saya saya lebih tertarik, apalagi yang bentuknya fiksi.
Seperti cerbung, novel dan sebagainya saya lebih tertarik dan untuk frekuensi
membaca saya untuk jenis KS seperti itu lebih sering dari pada yang
bentuknya tembang (In 8).
Tanggapan yang di berikan oleh ketiga informan di atas jika di cermati,
memiliki tanggapan yang sama yaitu mengenai ketertarikan suatu KS jawa dan
ketertarikan frekuensi membaca KS jawa. Ketiga informan di atas sama-sama
mengatakan bahwa lebih tertarik membaca KS jawa yang berbentuk prosa seperti
cerkak, cerbung, novel maupun geguritan dari pada berbentuk serat. Hal tersebut
dikarenakan bahasa yang digunakan dalam serat lebih sulit dan susah dipahami,
hal tersebut yang membuat minat baca informan dalam membaca KS jawa dalam
bentuk serat berkurang. Berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam KS jawa
yang berbentuk cerkak, cerbung, novel dan geguritan yang mudah dipahami dan
mudah didapatkan, sehingga minat baca informan lebih tinggi.
Tanggapan mengenai pemahaman bahasa yang di gunakan dalam SR ini
yang ditulis dalam bentuk tembang macapat dengan menggunakan ragam bahasa
Jawa baru. Informan cukup sulit untuk bisa memahami bahasa yang digunakan,
tetapi rata-rata mereka dapat memahami bahasa yang digunakan dalam SR. Hal
82
tersebut dibuktikan oleh sebagian besar informan yang mengatakan bahwa,
mereka sulit memahami arti dari teks asli nya sehingga informan membutuhkan
bantuan kamus untuk mengartikan arti bahasa yang sukar di pahami. Hal tersebut
tidak menyulitkan para informan dalam memahami SR tersebut karena
menggunakan kamus sebagai alat bantu mengartikan. Berikut penalaran yang
diberikan informan :
Saya sendiri paham mengenai apa yang dipaparkan pengarang disini
walaupun mungkin ada beberapa leksikon yang notabeni tidak digunakan
dalam kehidupan sekarang. Nah itu mau tidak mau juga harus membuka
kamus. Nah tetapi dengan membuka kamus pun tidak merasa tersulitkan,
tidak merasa terbebani karena yaitu saya sudah besiknya saya menyukai
kesustraan jawa itu jadi saya sudah banyak mengetahui tentang asthabrata
ini (In 13).
Informan nomor 13 mengatakan bahwa informan paham mengenai yang
diapaparkan oleh pengarang mengenai bahasa yang digunakan yaitu ada beberapa
leksikon yang tidak digunakan dalam kehidupan sekarang, Dan informan harus
membuka kamus saat membaca SR tersebut. Namun informan tidak merasa
kesulitan dan informan merasa tertarik dengan SR tersebut karena informan
memang besiknya sudah menyukai kasustraan jawa.
Berdasarkan pemaparan di atas sebagian besar informan dapat memahami
bahasa yang digunakan dalam SR. Tetapi mengenai selera baca informan, ternyata
SR belum bisa dianggap mampu untuk memenuhi selera baca mereka. Dari teori
jauss yang menyatakan salah satu kriteria horizon harapan yakni kontras antara
fakta dan fiksi, kemampuan pembaca untuk menerima teks baru. Maka dari itu
informan dalam hal ini belum mampu menerima KS jawa yang berbentuk serat
seperti SR yang menggunakan bahasa jawa kawi dan krama. Hal tersebut dapat
83
dibuktikan oleh sebagian besar informan yang lebih menyukai KS jawa yang
berbentuk prosa seperti cerkak, cerbung, novel dan geguritan.
Berdasarkan uraian di atas dengan demikian dapat disimpulkan bahwa,
selera baca Mahasiswa Sastra Daerah angkatan 2011 dan angkatan 2012 terhadap
KS jawa dalam bentuk serat cenderung tergolong rendah. Para informan lebih
cenderung menyukai membaca KS jawa yang berbentuk cerkak, cerbung, novel
dan geguritan karena bahasa yang digunakan lebih mudah dipahami. Mereka
menganggap bahasa yang di gunakan dalam serat sukar dipahami dan sulit untuk
mencarinya.
4. Resepsi pembaca terhadap ajaran kepemimpinan dalam SR
Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui wawancara di peroleh hasil
penilaian secara keseluruhan oleh Mahasiswa Sastra Daerah angkatan 2011 dan
2012 terhadap ajaran kepemimpinan dalam SR, bahwa informan mampu
menangkap apa yang terkandung di dalam ajaran kepemimpinan yang terdapat di
SR ini. Penilaian yang diberikan mengenai ajaran kepemimpinan informan
memberikan penilaian yang berbeda-beda. Semua informan dari 15 orang
mengatakan bahwa SR ini bagus secara keseluruhan dan serat ini tersampaikan
kepada pembaca, terbukti bahwa para informan mampu menangkap apa yang
terkandung dalam serat ini khususnya mengenai ajaran kepemimpina. Informan
merasa tertarik dengan serat ini karena di dalam serat ini terdapat banyak amanat
ataupun ajaran-ajaran kebaikan tidak hanya untuk seorang pemimpin, ajaran
kepemimpinan ini bisa juga sebagai pedoman bagi pembaca karena ajaran
kepemimpinan yang terdapat SR ini dianggap masih relevan jika diterapkan di
84
zaman sekarang. Berikut pernyataan informan yang mendukung pernyataan
penulis soal ajaran kepemimpinan dalam SR:
Ya ini kan sangat baik ya mengingat nenek moyang itu menuliskan serat
dalam bentuk karya ini bukan sembarang asal tulis saja. pasti ada
pengalaman dan bukti nyatanya sehingga menjadi panutan sampai saat ini.
Jelas sangat relevan sekali apabila isi naskah ini diterapkan dalam
kehidupan sekarang, apalagi kepemimpinan sekarang yang carut marut
sekarang otomatis kalau bisa menerapkan apa yang ada di dalam serat ini
kemungkinan bisa menjadi pemimpin yang baik (In 5).
Informan di atas menganggap bahwa ajaran kepemimpina dalam SR ini
masih sangat relevan apabila ajaran-ajarannya ini juga diterapkan dalam
kehidupan sekarang ini. Dan serat ini bisa dijadikan pedoman sebagai panutan.
Tanggapan berbeda diberikan oleh kedua informan berikut ini:
Ajaran ini sangat menarik karena didalam seluruh generasi pasti
membutuhkan pemimpin. Dan dalam serat ini mengajarkan tentang
kepemimpinan yang baik, sehingga disetiap generasi itu pasti membutuhkan
pemimpin, oleh karena itu ajaran kepemimpinan ini sangat dibutuhkan untuk
setiap pemimpin pada setiap generasinya seperti itu(In 17).
Ya menurut saya ajarannya sangat baik sekali, ya tadi saya sudah sampaikan
bisa untuk dijadikan motifasi atau tuntunan untuk misalnya kita menjadi
seorang pemimpin besoknya (In 7).
Kedua informan di atas memberikan penilaian terhadap ajaran
kepemimpinan dalam SR tersebut bahwa serat ini bisa di jadikan motifasi atau
tuntunan (pedoman) untuk menjadi pemimpin yang baik, karena di setiap generasi
pasti membutuhkan seorang pemimpin, dengan adanya SR ini bisa tercipta
pemimpin yang ideal.
Tanggapan di atas menunjukkan bahwa ajaran kepemimpinan dalan SR ini
dijadikan sebagai tuntunan ataupun pedoman bagi pembaca. Sebagian besar
Informan mengatakan bahwa, ajaran kepemimpinan ini sangat bagus tetapi para
85
informan dalam menilai dan member tanggapan berbeda-beda. Berikut kesan yang
di berikan oleh informan yang lain:
Dari delapan karakter ini saya peroleh ajaran kepemimpinan yaitu memang
setiap orang yang memimpin itu harus mempunyai delapan sikap yang ada
disisni. Seperti batara Indra itu menguasai pengetahuan kemudian batara
Yama itu adalah dia adil kepada semua makhluk kemudian batara Surya itu
dia mempunyai kekuasaan yang kuat kemudian batara Candra dia itu
penyayang kemudian Bayu dia itu kokoh dan tekun lanjut lagi Wisnu adalah
dia baik budinya kemudian Brama itu dia tidak pilih kasih, siapapun yang
salah akan dihukum kemudian yang terakhir ada Baruna mempunyai sikap-
sikap yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Jadi ini memang penting
sekali untuk khasanah kepemimpinan di Indonesia (In 10).
Tanggapan berbeda mengenai ajaran kepemimpinan dalam SR tersebut ialah
bahwa serat ini mengajarkan ajaran kepemimpinan yang terdapat dalam delapan
karakter, dan seorang pemimpin harusnya memiliki delapan karakter seperti
dalam SR tersebut. informan juga menjelaskan sifat-sifat tokoh yang terdalam
dalam SR sebagai gambaran tentang ajaran kepemimpinan dalam SR tersebut.
Ya seperti yang sudah saya katakana tadi secara tidak langsung kalau
pendapat saya mengenai SR itu memang harus dipelajari lagi bagi
masyarakat jaman sekarang soalnya kepemimpinan itu sangat penting dan
pada jaman sekarang ini karena kepemimpinan yang kurang baik akan
mengakibatkan masyarakat yang kurang baik juga. SR ini mengajarkan
bagaimana pemimpin yang baik sehingga mewujudkan masyarakat yang baik
pula (In 4).
Informan nomor 4, yaitu informan dalam menanggapi ajaran kepemimpinan
dala SR ini lebih ke ajaran kepemimpinan yang mengajarkan kebaikan. Informan
mengatakan SR ini mengajarkan bagaimana pemimpin yang baik sehingga bisa
mewujudkan masyarakat yang baik pula.
Berdasarkan hasil pemaparan di atas menegenai ajaran kepemimpinan yang
tersirat di dalam SR ini bahwa informan sebagian besar dapat memahami apa
yang tersirat dalam SR ini. Terbukti dari tanggapan yang diberikan oleh informan
yang berpendapat bahwa ajaran kepemimpinan ini sangat bagus dan jika di
86
terapkan di kehidupan saat ini masih relevan. Hal ini dibuktikan dengan
kehidupan saat ini, mereka menganggap kepemimpinan di Negara Indonesia saat
morat-marit sehingga banyak sekali para pemimpin yang mementingkan
kepentingan sendiri dari pada masyarakatnya dan banyak pemimpin yang
melenceng dari aturan.
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulakan bahwa,
Mahasiswa Sastra Daerah angkatan 2011 dan 2012 yang mewakili sebagai
responden penelitian ini, sebagian besar responden dapat memahami ajaran-ajaran
kepemimpinan yang terdapat dalam SR. Mahasiswa menganggap bahwa ajaran
kepemimpinan ini mengandung ajaran-ajaran kebaikan yang bisa dijadikan
panutan atau pedoman, jika ajaran-ajaran itu di terapkan di zaman sekarang
ajaran-ajaran tersebut masih dianggap relevan oleh mahasiswa.