Download - BAB II Print
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Benih Gigi
Perkembangan setiap gigi individu dimulai dengan pembentukan suatu
benih gigi. Benih gigi berasal dari 2 jarinngan embrio yaitu bagian yang
berkembang dari lamina gigi yang berasal dari ektodermal dan bagian lain yang
berasal dari mesenkim yang terletak dibawah ektodermal.
Benih gigi dibentuk dari 3 organ pembentuk :
a. Organ enamel; yang berkembang seperti tombol, tumbuh diatas
lamina gigi (berasal dari ektodermal), dan berasal dari epitel,
dimana lapisan didalamnya akan membentuk enamel.
Kuntum dari sel epithelial (organ enamel) dibentuk sebagai hasil
dari pembiakan sel-sel. Perkembangan selanjutnya, menghasilkan
bentuk kuntum (bud), bentuk topi (cap), dan berbentuk lonceng
(bell) dari organ enamel.
b. Dental papilla (organ dentin); yang berkembang dari dasar jaringan
mesenhim (jaringan pengikat permulaan) yang berasal dari
mesenhim dan akan membentuk dentin dan tinggal disekitar ruang
sentral dari dentin sebagai pulpa.
c. Kantung gigi (organ periodontal); yang juga berkembang dari dasar
mesenhim, yang berasal dari mesenhim dan akan membentuk
struktur penyanggah gigi, semnentum, tulang alveolar dan selaput
periodontal.
Perkembangan organ enamel berfungsi untuk membentuk jaringan
pengikat bawah, yang akan berkembang dan menjadi padat untuk membentuk
dental papilla. Dengan cara serupa jaringan pengikat mengelilingi organ enamel
dan dental pailla menjadi padat dan membentuk organ periodontal.
Tidak semua gigi berkembang dalam waktu yang lama. Tanda-tanda
pertama dari perkembangan gigi pada embrio ditemukan didaerah anterior
mandibula waktu usia 5-6 minggu, sesudah terjadi tanda-tanda perkembangan gigi
di daerah anterior maksila kemudian berlanjut kea rah posterior dari kedua rahang.
3
Perkembangan dimulai dengan pembentukan lamina gigi. Dental lamina
adalah suatu pita pipih yang terjadi karena penebalan jaringan epitel mulut
(ektodemal) yang meluas sepanjang batas oklusal dari mandibula dan maksila
pada tempat dimana gigi-gigi akan muncul kemudian. Dental lamina tumbuh dari
permukaan sampai dasar mesenkim (Harshanur, 1991).
2.2 Siklus Kehidupan Gigi
Setiap gigi mengalami tahap yang berturut-turut dari perkembangan
selama siklus kehidupannya, yaitu :
a. Tahap pertumbuhan
1) Tahap inisiasi adalah permulaan pembentukan kuntum gigi (bud)
dari jaringan epitel mulut (epithelial bud stage)
2) Tahap ploreferasi adalah spesialisasi dari sel-sel da perluasan dari
organ enamel (cap stage)
3) Tahap histodeferensi adalah spesialisasi dari sel-sel, yang
mengalami perubahan histologi dalam susunannya ( sel-sel epitel
bagian dalam dari organ enamel menajdi ameloblas, sel-sel perifer
dari organ dentin pulpa menjadi odontoblas).
4) Tahap morfodeferensiasi adalah susunan dari sel-sel pembentuk
sepanjang dentino cemental junction yang akan datang, yang
memberi garis luar dari bentuk dan ukuran korona dan akar yang
akan datang.
b. Erupsi intraoseus
1) Tahap aposisi adalah pengendapan dari matriks enamel dan dentin
dalam lapisan tambahan.
2) Tahap kalsifikasi adalah pengerasan dari matriks oleh pengendapan
garam-garam kalsium (Harshanur,1991).
c. Erupsi
Erupsi gigi adalah munculnya tonjolan gigi atau tepiu insial gigi
menembus gingiva. Erupsi gigi dapat terjadi pada gigi susu maupun gigi
permanen.
Tahap erupsi gigi dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu :
4
a. Tahap praerupsi
Tahap praerupsi dimulai saat pembentukan benih gigi sampai
mahkota selesai dibentuk. Pada tahap praerupsi rahang
mengalami pertumbuhan pesat di bagian posterior dan
permukaan lateral yang mengakibatkan rahang mengalami
peningkatan panjang dan lebar kearah anterior-posterior. Untuk
menjaga hubungan yang konstan dengan tulang rahang yang
mengalami pertumbuhan pesat ini maka benih gigi bergerak
kea rah oklusal.
b. Tahap prafungsional
Tahap prafungsional dimulai dari pembentukan akar sampai
gigi mencapai daratan oklusif. Pada tahap prafungsional gigi
bergerak lebih cepat kea rah vertical. Selain bergerak kearah
vertical, apda tahap prafungsional gigi juga bergerak miring
dan rotasi. Gerakan miring dan rotasi dari gigi ini bertujuan
untuk memperbaiki posisi gigi berjejal didalam tulang rahang
yang msih mengalami petumbuhan.
c. Tahap Fungsional
Tahap ini dimulai sejak gigi difungsikan dan berakhir ketika
gigi telah tanggal. Selama tahap fungsional gigi bergerak
kearah oklusal, mesial dan proksimal. Pergerakan gigi pada
tahap fungsional ini bertujua untuk mengimbangi kehilangan
substansi gigi yang terpaksa selama berfungsi sehingga oklusi
dan titik kontak proksimal dari gigi dapat dipertahankan.
- Kegagalan Erupsi
Kegagalan erupsi adalah ketika gigi yang erupsinya terhalang oleh
sesuatu sebab sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna
mencapai oklusi yang normal di dalam deretan susunan gigi geligi :
Ada 2 faktor yang mempengaruhi kegagalan erupsi yaitu :
Faktor-faktor kegagalan erupsi yang berasal dari gigi
1. Kelainan dalam perkembangan benih gigi
5
Pada kondisi kelainan perkembangan benih gigi ini, benih gigi yang
sudah terbentuk tidak mengalami perkembangan dengan sempurna
sehinga gigi gagal dalam bererupsi.
2. Kegagalan dalam pergerakan praerupsi dan prafungsional
Pada kondisi ini, pembentukan gigi berlangsung dengan sempurna
tetapi gigi yang sudah terbentuk tidak mengalami pergerakan selama
tahap praerupsi dan prafungsional sehingga gigi tetap pada tempatnya
didalam tulang alveolar.
3. Letak benih yang abnormal
Letak benih yang abnormal seperti letak benih yang terlalu miring
kearah lingual, bukal dapat menyebabkan gigi tersebut mengalami
kesulitan dalam pergerakan erupsi sehinga gigi gagal bererupsi.
Faktor-faktor kegagalan gigi yang berasal dari sekitar gigi
1. Tulang yang tebal dan padat
Gagalnya gigi bererupsi pada kondisi ini disebabkan konsistensi tulang
yang sangat keras dan padat sehingga tekanan erupsi normal tidak
encukupi untuk menembus tulang yang tebal dan padat tersebut.
2. Tempat untuk gigi tersebut kurang
Kurangnya tempat untuk gigi yang disebabkan oleh berbagai hal
seperti ukuran yang terlalu besar, tulang rahang yang tidak
berkembang juga dapat menyebabkan gigi tidak muncul di rongga
mulut.
3. Posisi gigi tetangga menghalangi erupsi gigi tersebut
Posisi gigi tetangga yang menghalangi jalannya erupsi dapat
menyebabkan gigi tidak muncul kepermukaan.
4. Adanya gigi susu yang persistensi
Gigi susu yang tidak tanggal pada waktunya dapat menyebabkan
kegagalan erupsi pada gigi permanent, kegagalan erupsi gigi
permanent pada kondisi gigi persistensi ini disebabkan oleh tidak
tersedianya ruangan untuk gigi permanent yang akan erupsi
menggantikan gigi susu yang persistensi tersebut (Purba, 2004).
6
d. Atrisi
Yaitu ausnya permukaan gigi karena lamanya pemakaian waktu berfungsi
(Hashanur, 1991).
e. Resobsi
Yaitu penghapusan dari akar-akar gigi susu oleh aksi dari osteoclast
(Hashanur, 1991).
2.3 Struktur Gigi
Secara gris besar, struktur gigi dibagi menjadi dua bagian berikut :
1. Dilihat Secara Makroskopis (Menurut Letak dari Email dan Sementum)
a. Mahkota atau korona ialah bagian yang dilapisi jaringan enamel atau
email dan normal terletak diluar jaringan gusi atau gingival.
b. Akar atau radix ialah bagian gigi yang dilapisi jaringan sementum dan
ditopang oleh tulang alveolar dari maksila dan mandibula.
c. Garis servikal atau cemento enamel junction ialah batas dari jaringan
sementum dan email, yang merupakan pertemuan antara mahkota dan
akar gigi
d. Ujung akar atau apeks ialah titik yang terujung dari suatu benda yang
runcing atau yang berbentukl kerucut seperti akar gigi.
e. tepi insisal (insisal edge) ialah suatu tonjolan kecil san panjang pada
bagian korona pada gigi incisive yang merupakan sebagian permukaan
incisive dan yang digunakan untuk memotong atau mengirim makanan.
5. Tonjolan atau cusp ialah tonjolan pada bagian korona pada gigi
caninus dan gigi posterior, yang merupakan bagian dari permukaan
oklusal.
2. Dilihat Secara Mikroskopis
Struktur atau susunan dari tiap-tiap gigi manusia terdiri dari :
a. Jaringan keras ialah jaringan yang mengandung bahan kapur terdiri
dari jaringan email atau enamel atau glasir, jaringan dentin atau
tulang gigi, dan jaringan sementum.
7
b. Email ialah bagian atau bentuk luar yang melindungi dentin. Email
berasal dari jaringan ectoderm, susunannya agak istimewa yaitu
penuh ssengan garam-garam CA.Bila dibandingkan dengan jaringan-
jaringan gigi yang lain email adalah jaringan yang paling keras, yang
paling kuat oleh karena itu ia merupakan pelindung gigi yang paling
kuat terhadap rangsanga-rangsangan pada waktu pengunyahan. Email
tidak nmempunyai kemampuan untuk bagian-bagian yang rusak, jadi
bila email sekali saja rusak harus ditambal.
Sebab-sebab kerusakan email :
1. Abrasi : karena mekanisme misalnya karena menyikat gigi dengan
cara yang salah
2. Erosi : karena khemis misalnya karena suka makan makanan yang
mengandung cuka (asam) atau minum air yang mengandung zat
kemis (misalnya Pb)
3. Astrisi : karena banyaknya dipakai untuk mengunyah.
c. Dentin merupakan bentuk pokok dari gigi pada satu pihak diliputi
oleh jaringan email (korona) dan pada pihak lain diliputi oleh jaringan
sementum (akar) , merupakan bagian terbesar dari gigi dan
merupakan ldinding yang membatasi dan melindungi jaringan yang
berisi pulpa.
3. Jaringan lunak yang menyokong gigi dikenal dengan gusi. Dibagian
bawah gusi terdapat rongga-rongga tempat melekatnya gigi yang disebut
tulang gigi. Bagian gigi yang melekat pada tulang gigi disebut akar gigi,
bagian dalam akar gigi ada rongga yang disebut pulpa gigi. Jaringan pulpa
ialah jaringan yang terdapat dalam rongga sampai foramen apical,
umumnya mengandung bahan dasar (gronsubsten), bahan perekat, sel saraf
yang peka sekali terhadap rangsangan mekanis, termis dan kimia, jaringan
limfe (cairan getah bening), jaringan ikat dan pembuluh darah arteri dan
vena.
4. Rongga pulpa terdiri atas :
a. Tanduk pulpa atau pulphorn yaitu ujung pulpa
b. Ruang pulpa/pulpchamber yaitu ruang pulpa dikorona gigi
8
c. Saluran pulpa pulpkanal yaitu saluran diakar gigi, kadang-kadang
bercabang dan ada saluran tambahan.
d. Foramen apical yaitu lubang di apeks gigi, tempat masuknya
jaringan pulpa di rongga pulpa (Harshanur, 1991).
2.4 Komponen Biokimia Gigi
Biokimia komponen gigi terdiri dari 3 jaringan termineralisasi, yaitu :
1. Enamel
Komposisi :
~ 96 % bahan anorganik
~ sedikit bahan organik
~ 4 % air
2. Dentin
Komposisi :
~ 70 % bahan anorganik
~ 18 % bahan organik
~ 12 % air
3. Sementum
Komposisi :
~ 65 % bahan anorganik
~ 23 % bahan organik
~ 12 % air (Harshanur, 1991).
2.5 Gigi Geligi
Gigi sulung/ gigi susu/ deciduous teeth
Normal anak-anak mempunyai 20 gigi susu yang susunanya sebagai
berikut :
10 gigi di rahang atas yaitu : 5 gigi kiri dan 5 gigi kanan.
10 gigi dirahang bawah yaitu : 5 gigi kiri dan 5 gigi kanan.
Nama dari macam-macam gigi susu antara lain :
Gigi anterior atau gigi depan ialah gigi insisivus sentral, insisivus
lateral, kaninus.
9
Gigi posterior atau gigi belakang ialah gigi molar ke-1 dan molar
ke-2 (Harshanur, 1991 ).
Gigi tetap atau gigi permanen
Normal orang dewasa mempunyai 32 gigi tetap yang susunannya sebagai
berikut :
16 gigi di rahang atas yaitu : 8 gigi kiri dan 8 gigi kanan.
16 gigi di rahang bawah yaitu : 8 gigi kiri dan 8 gigi kanan.
Nama dari macam-macam gigi permanen ialah :
Gigi anterior atau gigi depan ialah gigi insisivus sentral, insisivus
lateral, kaninus.
Gigi posterior atau gigi belakang ialah gigi premolar ke-1,
premolar ke-2, molar ke-1, molar ke-2, molar ke-3 ( Harshanur,
1991 ).
Perbedaan gigi sulung dan gigi permanen
Bila dibandingkan dengan gigi permanen, mahkota gigi sulung
lebih kecil dalam segala ukuran dan dimensi. Memiliki cervical ridge yang
lebih menonjol dengan leher lebih sempit, warna lebih cerah dan memiliki
akar yang lebih menyebar. Selain itu terdapat beberapa perbedaan sebagai
berikut: (Harshanur, 1991).
GIGI SULUNG GIGI PERMANEN
1 Tanduk pulpa lebih tinggi dan
ruang lebih lebar.
2 Ukuran mesio-distal korona
gigi sulung lebih lebar
daripada ukuran serviko-
insisalnya, kecuali incisivus
sentral, lateral, kaninus bawah,
dan incisivus lateral atas.
3 Ukuran mesio-distal akar-akar
gigi susu depan sempit
4 Pada gigi susu tidak ada gigi
premolar atau gigi yang
1 Tanduk pulpanya lebih rendah
dan ruang pulpanya lebih
sempit.
2 Ukuran mesio-distal korona gigi
permanen lebih sempit daripada
ukuran serviko-insisalnya.
3 Ukuran mesio-distal akar-akar
gigi permanen depan lebar.
4 Pada gigi permanen terdapat gigi
premolar.
5 Akar-akar dan korona molar
permanen mesio-distal dan
10
menyerupai premolar.
5 Akar-akar dan korona molar
susu mesio-distal dan sepertiga
servikal lebih sempit
6 Akar-akar molar susu relatif
lebih sempit/ramping, panjang
dan lebih divergen
(memancar).
7 Akar-akar gigi susu mengalami
resorpsi.
8 Gigi geligi susu lebih putih.
9 Pada gigi susu tidak terbentuk
sekunder dentin.
10 Permukaan fasialnya lebih
licin.
sepertiga servikal lebih lebar.
6 Akar-akar molar permanen lebih
lebar , pendek, dan lebih
konvergen .
7 Akar-akar gigi permanen tidak
mengalami resorpsi.
8 Gigi geligi permanen lebih
kuning.
9 Pada gigi permanen terbentuk
sekunder dentin.
10 Permukaan fasialnya lebih kasar.
2.6 Morfologi Gigi
Morphology gigi adalah ilmu mengenai bentuk dan struktur organisme,
organ, atau bagian tertentu.
Ridge atau edge
Ridge atau edge adalah suatu tonjolan kecil dan panjang pada
permukaan suatu gigi dan dinamakan menurut letak dan bentuknya.
Macam-macam ridge antara lain :
a) Marginal ridge ialah tepi bulat dari enamel yang membentuk tepi-
tepi mesial dan distal dari permukaan oklusal dari gigi premolar
dan molar dan tepi-tepi mesial dan distal permukaan palatal atau
lingual dari gigi insisivus dan kaninus.
b) Triangular ridge ialah ridge yang berjalan turun dari puncak cusp
gigi molar dan premolar menuju kebagian sentral dari permukaan
oklusal, disebut demikisn karena lereng-lereng sisi kiri dan kanan
11
dari ridge tersebut merupakan 2 sisi dari suatu segitiga dan
dinamakan menurut letaknya cusp.
c) Transversal ridge ialah ridge yang terbentuk oleh persatuan antara
suatu triangular ridge bukal dengan suatu triangular ridge palatal
atau lingual yang berjalan transversal pada permukaan oklusal dari
gigi belakang.
d) Oblique ridge ialah ridge yang terbentuk oleh persatuan antara
suatu triangular ridge mesiopalatal yang berjalan miring pada
permukaan oklusal dari gigi molar atas.
e) Cusp ridge ialah ridge yang membentuk tepi-tepi labial atau bukal
dan tepi-tepi palatal atau lingual dari cusp pada permukaan oklusal
dari gigi geligi belakang dan kaninus
f) Insisal ridge ialah insisal edge ( Harshanur, 1991 ).
Fosa
Fosa adalah suatu lekukana/ konkafiteta/ depresi yang bundar,
lebar, dangkal dan tidak rata yang terdapat pada permukan gigi.
Macam-macam fosa antara lain :
a) Fosa palatal/ lingual ialah fosa yang terdapat pada permukaan
palatal/ lingual dari gigi insisivus dan caninus.
b) Fosa sentral ialah fosa yang terdapat pada permukaan oklusal dari
gigi molar di mana terdapat pertemuan antara beberapa
developmental groove yang merupakan suatu depresi sentral.
c) Triangular fosa ialah fosa yang merupakan suatu segitiga terdapat
pada permukaan oklusal dari gigi molar dan premolar dan letaknya
mesial/ distal dari marginal ridge dan fosa yang merupakan suatu
segitiga, terdapat pada permukaan palatal/ lingual dari gigi
insisivus letaknya pada ujung dari fosa palatal di mana marginal
ridge dan singulum bertemu, yang merupakan suatu segitiga
( Harshanur, 1991 ).
12
Groove
Groove ialah suatu lekukan/ depresi yang dangkal, sempit dan
panjang yang terdapat pada suatu permukaan gigi.
Macam-macam grove antara lain :
a) Developmental groove ialah groove yang dangkal di mana bagian-
bagian utama dari korona dan akar bertemu.
b) Supplemental groove ialah cabang dari developmental groove dan
biasanya tidak menunjukan suatu pertemuan utama.
c) Groove bukal/ lingual ialah developmental groove yang terdapat
pada permukaan bukal/ lingual dari gigi-gigi belakang ( Harshanur,
1991 ).
d) Gambar 2-2. Permukaan oklusal M1 atas ( Harshanur, 1991 ).
Pit
Pit ialah depresi yang kecil, besarnya seujung jarum yang tedapat
pada permukaan oklusal dari gigi molar, di mana developmental groove
bertemu atau saling melintang.
Pit sentral ialah pit yang letaknya di sentral permukaan oklusal dari
gigi molar, terdapat di dalam fosa sentral, merupakan tanda penting
dimana developmental groove bertemu atau saling melintang ( Harshanur,
1991 ).
13
Fissure
Fissure ialah suatu celah yang dalam dan memanjang pada permukaan
gigi, biasanya terdapat pada permukaan oklusal atau fasial/ proksimal dan
merupakan dasar dari developmental groove.
Tuberkel ialah evelasi/ tonjolan kecil pada beberapa bagian dari
korona gigi yang dihasilkan dari pembentukan enamel yang berlebihan
( Harshanur, 1991 ).
Lobe
Lobe ialah bagian yang meninjol merupakan bagian permulaan dari
pembentukan gigi pada pertumbuhan korona gigi. Yang termasuk lobe
ialah :
1) Mamelon ialah tonjolan yang terdapat pada edge insisisal dari gigi
insisivus yang baru tumbuh/ erupsi atau pada edge insisal dari gigi
yang belum pernah digunakan untuk mengunyah.
2) Cusp, Hawk bill insisal edge/ edge beak incisor ialah gigi insisivus
atas dengan insisal edge yang terletak disebelah palatal dari poros gigi
dilihat dari pandangan proksimal ( Harshanur, 1991 ).
Gambar 2-3. Permukaan labial I1 bawah ( Harshanur, 1991 ).
Gigi molar
Gigi molar mempunyai permukaan oklusal terbesar dari semua gigi
dan mempunyai fungsi mengunyah yang penting untuk mengelilingi dan
menghancurkan makanan, ia mempunyai 3-5 cusp utama dan merupakan
satu-satunya gigi dengan cusp bukal lebih dari satu. Adanya akar yang
14
kuat dan divergen menyebabkan molar mempunyai penjangkaran yang
kuat yang dilakukan pada rahang.
Pada umumnya, outline dan contour molar atas mirip. Biasanya
terdapat 4 cusp, dengan cusp disto-lingual mesio-distal bila dibandingkan
dengan molar atas yang mempunyai ukuran buko-palatal yang lebih besar
( Beek, 1996 ).
Bidang yang terdapat pada gigi, antara lain:
1. Labial adalah bidang gigi yang menghadap ke bibir.
2. Buccal adalah bidang gigi yang menghadap ke pipi.
3. Lingual adalah bidang gigi yang menghadap ke lidah.
4. Palatum adalah langit-langit rongga mulut.
5. Insisal adalah permukaan atas pada gigi anterior.
6. Oklusal adalah permukaan atas pada gigi posterior.
7. Mesial adalah sisi gigi yang mendekati garis median.
8. Distal adalah sisi gigi yang menjauhi garis median ( Harshanur,
1991 ).
2. 7 Anomali Gigi
Anomali Gigi Adalah gigi yang bentuknya menyimpang dari bentuk aslinya.
Faktor penyebabnya yaitu :
1. Faktor Hereditas
2. Gangguan waktu pertumbuhan, perkembangan gigi
3. Gangguan Metabolisme
Macam- Macam Anomali Gigi Diantaranya :
1. Anodonsia
a.True Anadonsia
Suatu istilah yang di gunakan untuk menunjukkan ada tidaknya seluruh gigi
permanen atau gigi susu disebabkan :
- Gagalnya benih gigi untuk berinisiasi
- Inisiasi berlangsung pada benih mengalami kehancuran
15
b. False Anadonsia
Suatu istilah yang digunakan untuk gigi secara klinik tidak tampak. Keadaan
ini di sebabkab adanya gigi impaksi atau ankilosis yang gagal untuk erupsi
sehingga tampak adanya ruang kosong pada lengkung gigi-gigi terdapat pada
rahang tapi tidak erupsi, misalnya impaksi.
2. Makrodontia
Makrodontia berasal dari kata "makro" yang berarti besar dan "dont" yang
menunjuk pada gigi atau gigi. Makrodontia berarti suatu kondisi dimana gigi
atau sekelompok gigi tidak normal lebih besar dari biasanya
3. Mikrodontia
Kata” mikro" berarti kecil, maka Mikrodontia adalah suatu kondisi di
mana gigi atau sekelompok gigi tidak normal lebih kecil dari biasanya
(Harshanur, 1991).
2.8 Nomenklatur
Nomenklatur ialah cara menulis gigi geligi. Ada beberapa cara
nomenklatur, yaitu (Harshanur, 1991).
1. Cara Zsigmondy
Gigi Sulung
V IV III II I I II III IV V
V IV III II I I II III IV V
Contoh : c atas kanan = III
m 2 atas kiri = V
Gigi Permanen
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
16
Contoh : P2 atas kanan = 5
I1 bawah kiri = 1
2. Sistem 2 angka dari FDI (Federation Dental International) / WHO
Gigi Tetap
1 2
4 3
Angka kedua menunjukkan gigi apa dalam kwadran
Contoh : P2 atas kanan = 15
I2 bawah kiri = 31
Gigi Sulung
1 2
4 3
Contoh : c bawah kanan =83
m2 atas kiri = 65
Keuntungan cara ini ialah mudah dimengerti, diajarkan, dicetak,
ditulis dan dipindahkan ke computer
3. Universal
Gigi sulung
A B C D E F G H I J
T S R Q P O M N L K
Gigi permanen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
32 31 30 29 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17
17
2.9 Odontologi Forensik
Menurut Pederson, odontologi forensik adalah suatu cabang ilmu
kedokteran gigi yang mempelajari cara penanganan dan pemeriksaan benda bukti
gigi serta cara evaluasi dan presentasi temuan gigi tersebut untuk kepentingan
peradilan.
Sebagai suatu metode identifikasi pemeriksaan gigi memiliki keunggulan sebagai
berikut :
1. Gigi dan restorasinya merupakan jaringan keras yang resisten terhadap
pembusukan dan pengaruh lingkungan yang ekstrem.
2. Karakteristik individual yang unik dalam hal susunan gigi geligi dan restorasi
gigi menyebabkan dimungkinkannya identifikasi dengan ketepatan yang tinggi.
3. Kemungkinan tersedianya data antemortem gigi dalam bentuk catatan medis
gigi (dental record) dan data radiologis.(Harvey, 1996)
2.10 Peranan Dokter Gigi Forensik
Sebagaimana telah diterangkan diatas, benda bukti gigi sudah sejak lama
disadari mempunyai peran yang besar dalam identifikasi personal dan
pengungkapan kasus kejahatan. Bagi para aparat penegak hukum dan pengadilan,
pembuktian melalui gigi merupakan metode yang valid dan terpercaya (reliable),
sebanding dengan nilai pembuktian sidikjari dan penentuan golongan darah.
Seorang dokter gigi forensik harus memiliki beberapa kualifikasi sbb :
1. Kualifikasi sebagai dokter gigi umum.
Kualifikasi terpenting yang harus dimiliki oleh seorang dokter gigi forensik
adalah latar belakang kedokteran gigi umum yang luas, meliputi semua
spesialisasi kedokteran gigi. Sebagai seorang dokter gigi umum, kadang-kadang ia
perlu memanggil dokter gigi spesialis untuk membantunya memecahkan kasus.
2. Pengetahuan tentang bidang forensik terkait.
Seorang dokter gigi forensik harus mengerti sedikit banyak tentang kualifikasi dan
bidang keahlian forensik lainnya yang berkaitan dengan tugasnya, seperti
penguasaan akan konsep peran dokter spesialis forensik, cara otopsi, dsb.
3. Pengetahuan tentang hukum.Seorang dokter gigi forensik harus memiliki
pengetahuan tentang aspek legal dari odontologi forensik, karena ia akan banyak
18
berhubungan dengan para petugas penegak hukum, dokter forensik dan juga
pengadilan. Dalam hal kasus kriminal ia juga harus paham mengenai tata cara
penanganan benda bukti yang merupakan hal yang amat menentukan untuk dapat
diterima atau tidaknya suatu bukti di pengadilan (Harvey,1996).
2.11 Data Antemortem dan Postmortem
Identifikasi dengan sarana gigi dilakukan dengan cara membandingkan
data gigi yang diperoleh dari pemeriksaan orang atau jenazah tak dikenal ( data
postmortem) dengan data gigi yang pernah dibuat sebelumnya dari orang yang
diperkirakan (data antemortem). Data antemortem merupakan syarat utama yang
harus ada apabila identifikasi dengan cara membandingkan akan diterapkan. Data
antemortem tersebut berupa :
1. Dental record, yaitu keterangan tertulis berupa odontogram, atau catatan
keadaan gigi pada waktu pemeriksaan, pengobatan dan perawatan
2. Foto rontgen gigi
3. Cetakan gigi
4. Protesa gigi atau alat orthodonsi
5. Foto close up muka atau profil daerah mulut dan gigi
6. Keterangan dari orang-orang terdekat dibawah sumpah
Untuk data gigi postmortem yang perlu dicatat pada pemeriksaan antara lain:
1. Gigi yang ada dan tidak ada, bekas gigi yang tidak ada baik baru maupun sudah
lama
2. Gigi yang ditambal, jenis dan klasifikasi bahan tambal
3. Anomali bentuk dan posisi
4. Karies atau kerusakan yang ada
5. Jenis dan bahan restorasi
6. Atrisi dataran kunyah gigi yang merupakan proses fisiologi untuk fungsi
mengunyah. Derajat atrisi ini sebanding dengan umur (Julianti, 2008).
19
2.12 Peran Gigi Dalam Proses Identifikasi
Gigi merupakan sarana identifikasi yang dapat dipercaya apabila rekaman
data dibuat secara baik dan benar. Beberapa alasan dapat dikemukakan mengapa
gigi dapat dipakai sebagai sarana identifikasi adalah sebagai berikut:
1. Gigi merupakan jaringan keras yang resisten terhadap pembusukan dan
pengaruh lingkungan yang ekstrim.
2. Karakteristik individual yang unik dalam hal susunan gigi geligi dan restorasi
gigi menyebabkan identifikasi dengan ketepatan yang tinggi.
3. Kemungkinan tersedianya data antemortem gigi dalam bentuk catatan medis
gigi (dental record) dan data radiologis.
4. Gigi geligi merupakan lengkungan anatomis, antropologis, dan morfologis,
yang mempunyai letak yang terlindung dari otot-otot bibir dan pipi, sehingga
apabila terjadi trauma akan mengenai otot-otot tersebut terlebih dahulu.
5. Bentuk gigi geligi di dunia ini tidak sama, karena berdasarkan penelitian bahwa
gigi manusia kemungkinan sama satu banding dua milyar.
6. Gigi geligi tahan panas sampai suhu kira-kira 400ºC.
7. Gigi geligi tahan terhadap asam keras, terbukti pada peristiwa Haigh yang
terbunuh dan direndam dalam asam pekat, jaringan ikatnya hancur, sedangkan
giginya masih utuh (Harvey,1996).
2.13 Ruang Lingkup Odontologi Forensik
Ruang lingkup odontologi forensik sangat luas meliputi semua bidang
keahlian kedokteran gigi. Secara garis besar odontologi forensik membahas
beberapa topik:
1. Identifikasi benda bukti manusia.
2. Penentuan umur dari gigi.
3. Penentuan jenis kelamin dari gigi.
4. Penentuan ras dari gigi.
5. Penentuan etnik dari gigi.
6. Analisis jejas gigit (bite marks).
7. Peran dokter gigi forensik dalam kecelanaan massal.
20
8. Peranan pemeriksaan DNA dari bahan gigi dalam identifikasi personal
(Harvey,1996).
2.14 Identifikasi Melalui Sarana Gigi dan Mulut
1. UMUR
Pertumbuhan dari gigi ada 5 periode antara lain:
– Periode Intra Uterine (I.U), melalui benih gigi.
– Periode sebelum gigi tumbuh ( 0 – 6 bulan ).
– Periode geligi sementara ( 6 bulan – 6 tahun ).
– Periode mixed dentition.
– Periode gigi tetap.
2. RAS
Dikenal 3 macam ras didunia yaitu :
1. Ras Caucasoid.
• Gigi Premolar 2 bawah (P2) : mesio-distal memanjang.
2. Ras Mongoloid.
• Gigi incicivusnya berbentuk sekop.
3. Ras Negroid.
• Gigi Premolar 2 bawah mempunyai 3 cups
3. JENIS KELAMIN
– Penentuan jenis kelamin dari pemeriksaan gigi dapat dilakukan dengan
memakai metode “Fluoresensi chromosom Y”
4. GOLONGAN DARAH
– Penentuan gol. Darah dari pemeriksaan gigi yaitu dengan memakai metode
“Absorption Ellusion Test”. Pemeriksaan ini dapat dipakai pada sistem golongan
darah ABO.
21
5. KEBIASAAN TERTENTU
– Dari pemeriksaan bentuk serta kondisi gigi geligi, dapat menentukan / memberi
gambaran ciri-ciri khusus seseorang, antara lain :
• Perokok
• Pemakan sirih
• Penjahit
• Hair dresser
• Penghisap pipa (Lukman, 2006).
22