6
BAB II
PEMAHAMAN TERHADAP AGROWISATA KOPI LUWAK
Untuk mengetahui dan memahami maksud dari tujuan pengadaan agrowisata kopi
luwak, maka dari itu pertama-tama perlu dibuat suatu pemahaman terhadap proyek.
Pemahaman terhadap proyek meliputi pemahaman tentang agrowisata, pemahaman tentang
kopi secara umum, pemahaman tentang luwak, pemahaman tentang pengolahan kopi
luwak, studi banding ke proyek sejenis, serta spesifikasi umum tentang agrowisata kopi
luwak.
2.1 Pemahaman Tentang Agrowisata
Terdapat berbagai pengertian mengenai agrowisata yang ditulis dalam berbagai
sumber, antara lain :
1. Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian
(agro) sebagai objek wisata (Departemen Pertanian, http://database.deptan.go.id)
7
2. Agrowisata adalah sebuah sistem kegiatan yang terpadu dan terkoordinasi untuk
pengembangan pariwisata sekaligus pertanian dalam kaitannya dengan pelestarian
lingkungan dan peningkatan kesejahteraan petani. (Sutjipta, 2001)
3. Agritourism is basically where agriculture and tourism intersect, as farms and ranches
invite the public onto their property to experience the out of doors, the leisure pace,
and the healthy and nutritious produce that is only possible when it is fresh picked at
the peak of perfection.
Artinya : Agrowisata merupakan pergabungan antara perkebunan dan wisata rekreasi,
mengajak pengunjung untuk menikmati wisata perkebunan mereka secara out-door
kemudian melakukan pemetikan produk perkebunan langsung secara alami dan sehat.
(Eckert, 2015)
Dapat disimpulkan bahwa agrowisata merupakan kegiatan wisata perkebunan
dimana pengunjung diajak untuk merasakan nuansa perkebunan alami serta menikmati
langsung produk perkebunan tersebut.
2.2 Pemahaman Mengenai Kopi
Dalam pemahaman mengenai kopi akan dibahas terkait pemahaman kopi secara
umum serta pemahaman mengenai kopi luwak.
2.2.1 Pemahaman Mengenai Kopi Secara Umum
Kopi adalah minuman yang diekstrasi dari penyangraian biji kopi dan berasal dari
pohon kopi. Dua varietas pohon kopi yang dikenal oleh masyarakat secara umum yaitu
Kopi Robusta (Coffea Canephora) dan Kopi Arabika (Coffea Arabica).
Klasifikasi kopi secara ilmiah termasuk dalam Kingdom Plantae, Ordo Gentianales,
Famili Rubiaceae, Upafamili Ixoroideae, Bangsa Coffeeae, dan Genus Coffea. Dalam
sejarahnya kopi sebenarnya bermula di Afrika. Era penemuan biji kopi dimulai sekitar
tahun 800 SM. Pada saat itu banyak orang Etiopia mengonsumsi biji kopi yang
dicampurkan dengan lemak hewan dan anggur untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh
dan protein. Penemuan kopi sebenarnya tidak sengaja, ketika pengembala bernama Khalid
(seorang Abyssinia) mengamati kawanan kambing gembalanya yang tetap terjaga bahkan
setelah matahari terbenam, setelah memakan sejenis buah beri. Ia pun mencoba memasak
8
dan memakannya dengan cara konvensional hingga akhirnya kebiasaan ini berkembang
dan menyebar ke berbagai negara di Afrika hingga ke dunia.
Di arab sendiri biji kopi tidak hanya dimasak namun juga direbus untuk diambil
sarinya. Pada abad ke-13 umat muslim banyak mengonsumsi kopi sebagai minuman
penambah energi saat beribadah di malam hari. Kepopulerannya pun turut meningkat
seiiring dengan penyebaran agama islam pada saat itu.
Biji kopi dibawa masuk ke Eropa pertama kali secara resmi pada tahun 1615 oleh
saudagar Venesia. Ia mendapatkan pasokan biji kopi dari orang Turki, namun jumlah ini
tidaklah mencukupi kebutuhan pasar. Oleh kerena itu, bangsa Eropa mulai
membudidayakannya pada tahun 1616. Dari sinilah dimulai perkembangan budidaya
tanaman kopi di Eropa. Kemudian pada tahun 1690, biji kopi dibawa ke Pulau Jawa untuk
dikultivasi secara besar-besaran. Pada saat itu, Indonesia masih merupakan negara jajahan
kolonial Belanda.
Kopi memiliki berbagai jenis, nama dan varietas. Dari sekian banyak biji kopi yang
dijual di pasaran, hanya terdapat dua jenis varietas utama yaitu kopi Arabika dan kopi
robusta yang masing-masing varietas ini memiliki keuikannya masing- masing dan
pasarnya sendiri. (https//en.wikipedia.com/coffee.html, diakses tanggal 7 Oktober 2015)
A. Kopi Arabika – Coffea abarica L.
Kopi Arabika atau yang di dalam dunia
ilmiahnya dikenal dengan nama Coffea arabica
termasuk dalam suku kopi-kopian. (Setiawati, 2007 :
6) Tanamannya merupakan perdu yang tinggi dan
bisa mencapai 10 m apabila tidak dipangkas.
Batangnya berwarna agak kelabu dan bercabang-
cabang banyak. Daunnya bundar telur memanjang
dengan bagian ujung yang runcing. Warna daun
hijau, mengkilap pada permukaan atasnya. Sketsa
bentuk tanaman kopi arabika dapat dilihat pada
Gambar 2.1. Bunganya tersusun dalam bulir yang
keluar dari ketiak daun cabang yang mekar secara
bergiliran. Warna bunganya putih bersih, harum
Gambar 2.1 Sketsa pohon kopi arabika
Sumber : Setiawati , 2007 : 4
9
baunya. Buahnya adalah buah batu, berwarna hijau pada waktu muda dan merah keungu-
unguan bila telah masak, dan berubah hitam sesudah dikeringkan.
Jenis ini tumbuh baik pada tanah yang gembur dan mengandung banyak humus.
Curah hujan harus cukup dengan masa kering 3-4 bulan. Kopi Arabika sangat peka
terhadap penyakit cacar daun, Hemelia Vastatrix. Penyakit ini terutama menyerang
pertanaman kopi di dataran rendah sampai kepada ketinggian 1000 m dpl. Oleh karena itu
kopi Arabika umumnya ditanam di daerah pegunungan pada ketinggian 1000-1700 m dpl.
(Setiawati, 2007 : 5).
B. Kopi Robusta – Coffea canephora Pierre ex Froehner.
Di Indonesia selain kopi arabika, ditanam pula kopi robusta. Nama botaninya yang
lama ialah Coffea Robusta, yang berasal dari kata “robust” yang berarti kekar, tercermin
pada perawakannya yang kokoh dan kuat. Nama baru untuk jenis ini adalah Coffea
Canephora.
Di perkebunan tingginya biasanya tidak lebih
dari 4 m karena selalu dipangkas. Apabila tidak
dipangkas tinggi pohon bisa mencapai 2-3 kali lipat.
Batangnya lebih besar bila dibandingkan dengan
batang kopi arabika. Sketsa bentuk pohon arabika
dapat dilihat pada Gambar 2.2. Daunnya berbentuk
lonjong, lebar, dengan bagian pangkal yang tumpul
atau membundar, sedangkan ujungnya meruncing.
Bunganya muncul pada cabang-cabang yang
mendatar, menggerombol, umumnya terdiri atas 2-4
bunga yang tak bertangkai pada setiap gerombol.
Warna bunga putih dan baunya sangat harum.
Buahnya termasuk buah batu, berwarna merah coklat
kebiruan kalau sudah masak.
Seperti juga kopi arabika, kopi ini dapat diperbanyak dengan biji, setek atau
sambungan. Bibit kopi ditanam dalam lubang-lubang dengan jarak 2.5 x 2.5 atau 3 x 3 m.
Pemangkasan juga diperlukan untuk mengatur produksi, dan membentuk pohon yang
Gambar 2.2 Sketsa pohon kopi Robusta
Sumber : Setiawati, 2007 : 6
10
serasi, untuk mempermudah pemetikan atau untuk tujuan peremajaan. Tanaman peneduh
juga diperlukan, misalkan lamtoro, sengon dan lain-lain. (Setiawati, 2007 : 6).
Kopi Arabika dan kopi robusta memiliki perbedaan yang khas, mulai dari bentuk
pohon hingga rasa dari kopi itu sendiri. Secara detail perbedaan dari kopi Arabika dan kopi
robusta dapat dilihat di Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Perbedaan Kopi Arabika dan Kopi Robusta
ARABIKA ROBUSTA
Tahun Ditemukan 1753 1895
Kromosom (2n) 44 22
Waktu dari berbunga sampai berbuah 9 bulan 10-11 bulan
Berbunga Setelah hujan Tidak tetap
Buah matang Jatuh Di pohon
Produksi (kg/ha) 1500 -3000 2300 – 4000
Akar Dalam Dangkal
Temperatur optimal (rata2 /tahun) 15-24
oC 24-30
oC
Curah hujan Optimal 1500 2000 mm 2000-3000 mm
Pertumbuhan maksimum 1000-2000 m 0-700 m
Kandungan Kafein 0.8 – 1.4 % 1.7-4.0 %
Bentuk biji Datar Oval
Karaktek rebusan Asam Pahit
Sumber International Coffee Organization 2015
2.2.2. Pemahaman Kopi Luwak.
Kopi luwak merupakan kopi yang memiliki harga yang cukup tinggi di pasaran
baik tingkat lokal, regional maupun internasional. Kopi luwak (Civet Coffee) adalah jenis
kopi dari biji kopi yang telah dimakan oleh binatang sejenis musang bernama luwak
(Paradoxurus Hermaphodirus), buah kopi tersebut kemudian mengalami proses fermentasi
secara alami di dalam sistem pencernaan luwak (Aysah, 2013). Bentuk kotoran luwak
sebagai bahan utama kopi luwak dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Bentuk kopi luwak dari kotoran luwak
Sumber : www.refreshingpage.com/kopiluwak.
11
Proses fermentasi alami yang terjadi dalam perut luwak mengakibatkan terjadinya
perubahan komposisi kimia pada biji kopi dan meningkatkan kualitas rasa kopi, karena
selain berada pada suhu fermentasi optimal juga dibantu dengan enzim dan bakteri yang
ada pada pencernaan luwak. Kopi luwak mengandung kafein yang sangat rendah hanya
0.5-1 persen. Rendahnya kadar kafein kopi luwak ini disebabkan oleh proses fermentasi
dalam sistem pencernaan luwak yang mampu mengurangi kadar kafein kopi sehingga
dapat menciptakan kenikmatan pada kopi luwak dan aroma yang sangat harum.
Kopi luwak ini telah terkenal sampai luar negeri. Kopi ini sangat terkenal karena
harganya yang sangat mahal. Di hongkong sekitar Rp. 300.000,00 – Rp. 400.000,00 di
Jerman sekitar Rp. 240.000,00 di Denpasar Bali sekitar Rp 250.000,00 sementara di
Inggris kopi luwak dijual dengan harga hampir Rp 1.000.000,00 per cangkirnya (Buldani,
2011)
Melihat hal inilah banyak masyarakat yang mulai untuk mengembangkan
penangkaran luwak sebagai agrowisata kopi luwak. Jika luwak dibiarkan dikurung dalam
kandang kecil dan dipaksa untuk memakan biji kopi tanpa kehendak dari luwak tersebut
maka luwak akan merasa stress dan terluka jika dikurung dalam kandang. Untuk itu lah
sebuah program anti penangkaran luwak untuk kopi luwak liar sebenarnya lebih efektif
untuk mendapatkan kopi luwak yang berkualitas. Luwak tidak dipaksa dan dilepaskan
untuk memilih dan menyortir biji kopi pada pohon kopi langsung. Sehingga akan
didapatkan kualitas biji kopi luwak yang lebih bermutu. Hal inilah yang mulai
dikembangkan oleh world animal protection dalam kampanyenya yang berjudul Civet
coffee: campaigning for cage-free. Kampanye ini menyatakan bahwa luwak yang
dimanfaatkan untuk produksi kopi luwak tidak sebaiknya dikurung dalam kandang kecil
karena hal ini akan membuat luwak stres dan mudah mati.
2.3 Pemahaman Mengenai Hewan Luwak
Dalam pemahaman mengenai hewan luwak akan dijabarkan beberapa poin penting
mulai dari ciri-ciri hewan luwak, kebiasaan hingga status konservasi dari hewan luwak.
1. Ciri-ciri
Musang Luwak adalah hewan menyusu (mamalia) yang termasuk ke dalam suku
musang dan garangan (Viverridae). Nama ilmiah musang luwak adalah Paradoxurus
hermaphroditus. Di Indonesia kerap dinamai sebagai musang luwak sedangkan di
12
Malaysia dikenal dengan musang pulut. Musang luwak memiliki tubuh sedang
dengan panjang total sekitar 90 cm termasuk ekor. Musang luwak memiliki warna
abu-abu kecoklatan dengan ekor hitam coklat mulus. Wujud dari musang luwak
dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Musang luwak memiliki sisi tubuh atas abu kecoklatan dengan variasi coklat merah
tua hingga kehijauan. Pada areal punggung biasanya terdapat jalur tiga atau lima
garis gelak yang terputus-putus membentuk deretan bintik besar. Sisi samping dan
bagia perut musang luwak lebih pucat dari sisi atasnya. Wajah , kaki dan ekor
musang luwak berwarna coklat gelap hingga hitam. Dahi dan sisi samping wajah
hingga di bawah telinga berwarna keputih-putihan layaknya uban. Untuk posisi
kelamin musang betina dekat dengan anus dan memiliki tiga pasang puting susu,
sedangkan posisi kelamin musang jantan dekat dengan pusar musang tersebut.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Musang_luwak, diakses 28 November 2015)
2. Jenis kekerabatan dan Penyebarannya
Musang luwak memiliki nama ilmiah Paradoxurus hermaphroditus. Ada empat
spesies musang dari marga Paradoxurus, antara lain:
a. Paradoxurus hermaphroditus, musang luwak, yang menyebar luas mulai
dari India dan bagian utara Pakistan di barat, Sri Lanka, Bangladesh, Burma, Asia
Tenggara, Tiongkok selatan, Semenanjung Malaya hingga ke Filipina.
Gambar 2.4 Hewan Luwak
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Musang_luwak
13
b. Paradoxurus zeylonensis, menyebar terbatas di Sri Lanka.
c. Paradoxurus jerdoni, menyebar terbatas di negara bagian Kerala, India selatan.
d. Paradoxurus lignicolor, menyebar terbatas di Kepulauan Mentawai.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Musang_luwak, diakses 28 November 2015)
3. Habitat
Musang luwak sebenarnya dapat hidup di berbagai habiatat termasuk di areal
perkotaan seperti taman, perkebunan dan kebun buah-buahan. Namun secara alami
habitat luwak adalah di daerah tropis dan sub tropis. Habitat luwak bergantung
kepada ketersediaan makanan dan ketersediaan ruang bagi mereka untuk
bergelantungan dan beristirahat seperti di pohon, cekungan batu dan di dedaunan
lebat. Luwak bersifat arboreal yaitu hewan yang menghabiskan waktu mereka di
pohon-pohon besar. Luwak lebih memilih pohon-pohon dengan buah yang banyak
serta daun yang lebat sehingga mereka dapat bersembunyi untuk berlindung dari
musuh.
(http://animaldiversity.ummz.umich.edu/accounts/Paradoxurus_hermaphroditus/,
diakses 28 November 2015)
4. Reproduksi
Luwak merupakan hewan nocturnal yaitu hewan yang aktif pada malam hari. Pada
malam hari mereka bergerak secara rahasia sehingga perilaku perkawinan mereka
belum diketahui pasti. Musang luwak memiliki daun telinga sebagai tanda hewan ini
adalah Vivipar yaitu hewan yang melahirkan anaknya. Musang luwak biasanya
berkumpul dan beristirahat pada pohon atau tempat yang sama untuk melakukan
perkawinan dalam jangka waktu 1-15 hari. Luwak menemukan pasangannya
menggunakan tanda aroma dari kelenjar anal mereka. Musang luwak memiliki masa
kehamilan dua bulan. Kemudian luwak melahirkan 2-5 anak pada cekungan pohon.
Masing-masing anak luwak yang baru lahir memiliki berat berkisar 80 gram dan pada
hari ke-11 setelah dilahirkan, mata anak luwak sudah dapat terbuka. Selama 3 bulan
luwak akan mengalami pertumbuhan yang cepat namun belum siap untuk
bereproduksi. Luwak dapat bereproduksi kembali setelah satu tahun. Umur luwak
14
bergantung kepada cuaca, ketersediaan makanan dan predator. Secara alami luwak
dapat hidup 15 sampai 24 tahun.
(http://animaldiversity.ummz.umich.edu/accounts/Paradoxurus_hermaphroditus/,
diakses 28 November 2015)
5. Tingkah Laku dan Kebiasaan Makan Luwak
Predator dan ketersediaan pangan merupakan faktor utama dari keberlangsungan
hidup musang luwak. Luwak merupakan hewan nocturnal yaitu hewan yang aktif
pada malam hari. Kebiasaan luwak untuk mencari makan aktif mulai senja hingga
fajar. Ketika senja luwak akan mencari makanan dari pohon satu ke pohon lainnya.
Pada siang hari luwak memilih untuk beristirahat tidur pada pohon atau dedaunan
lebat. Luwak sangat pandai memanjat pohon karena memiliki cakar yang tajam.
Namun gerak luwak sebenarnya tidak lincah dikarenakan mereka memiliki ekor yang
panjang dan berlekuk. Karena gerak yang lambat inilah luwak tidak pandai
melompat. Mereka lebih senang berpindah dari pohon satu ke pohon lainnya dengan
melewati cabang-cabang.
Makanan luwak sebenarnya bukan kopi saja. Luwak merupakan hewan Omnivora
yaitu hewan yang memakan buah dan daging. Selain biji kopi luwak juga suka makan
buah-buahan dan getah bunga pohon aren (Arenga pinnata), Nektar dari bunga pohon
kapas (Ceiba petandra). Musang luwak juga pemakan daging dalam artian bukan
daging sembarangan, melainkan tikus, serangga, cacing, kalajengking, reptil, siput,
dan burung. Namun secara alami luwak lebih suka makan buah-buahan terlebih lagi
buah kopi yang matang.
(http://animaldiversity.ummz.umich.edu/accounts/Paradoxurus_hermaphroditus/,
diakses 28 November 2015)
6. Status Konservasi Luwak
Luwak sebenarnya belum dianggap dalam bahaya kepunahan namun di daerah asli
mereka seperti Malaysia , India dan Cina, mereka memiliki perlindungan hukum. Di
India luwak dilindungi oleh Undang-Undang Perlindungan Satwa Liar India. Namun
penggunaan luwak dalam agrowisata kopi luwak sebenarnya mendapat kecaman
keras dari World Animal Protection dikarenakan penggunaan penangkaran yang
15
justru menyiksa luwak dari kehidupan alaminya. Beberapa sayembara dari World
Animal Protection adalah melindungi luwak dari sistem penangkaran kandang karena
dianggap hanya memanfaatkan luwak tanpa menghargai kehidupan luwak sendiri.
(http://www.worldanimalprotection.org/our-work/animals-wild/civet-coffee-
campaigning-cage-free. Diakses Tanggal 8 Oktober 2015.)
7. Luwak dalam Agrowisata Kopi Luwak
Pemanfaatan luwak dalam agrowisata kopi luwak sebenarnya sangat menjaminkan.
Luwak dapat mencium buah kopi matang yang bermutu yang kemudian dimakan dan
mengalami fermentasi di dalam perutnya. Fermentasi pada perut luwak diuraikan
oleh enzim Proteolitik.. Hal ini menunjukan bahwa sekresi endogen pencernaan
luwak meresap ke dalam kopi dan memecahkan kandungan protein yang terdapat
pada biji kopi. Hasilnya adalah biji kopi yang melewati fermentasi di dalam perut
luwak memiliki kandungan cafein yang lebih rendah serta low acid. Kopi yang
dihasilkan justru sangat aman bagi lambung, dapat melancarkan peredaran darah,
serta meningkatkan kinerja otak. Hal inilah yang membuat harga dari kopi luwak
melambung karena kandungan kopi luwak lebih baik daripada kopi biasa. Dalam hal
pemberian makanan luwak sebenarnya membutuhkan 5 kilogram termasuk 2
kilogramnya adalah biji kopi. Dari 1 kilogram biji kopi yang dikonsumsi dapat
menghasilkan 0.3-0.4 kg biji kopi luwak.
(media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf, diakses 28
November 2015)
Dalam perawatan luwak liar sebenarnya cukup sulit dikarenakan luwak dilepas dalam
kehidupan alaminya dan tidak dapat dikontrol dalam produksi feses luwaknya.
Namun hasil yang didapat justru akan berbeda jauh dari luwak dalam penangkaran.
Dalam perawatan luwak yang paling utama adalah pemberian vaksin setiap tahun
untuk mencegah penyakit-penyakit yang berbahaya. Setiap luwak liar sebaiknya
diberikan gelang sebagai tanda telah diberikan vaksin. Dalam pemberian pakan,
harus menyediakan pakan cadangan berupa buah-buahan. Dikarenakan buah kopi
matang panen satu tahun sekali ( Juni – November) maka diluar dari bulan tersebut,
luwak harus diberi makan buah-buahan. Dalam pemeliharaan luwak liar, luwak harus
dilatih terlebih dahulu agar mudah dalam mengontrol kehidupannya.
16
2.4 Pengolahan Kopi Luwak
Kopi luwak memanfaatkan bantuan dari luwak untuk proses fermentasi. Proses
fermentasi ini berlangsung di dalam perut luwak sehingga dihasilkan kotoran luwak.
Kotoran luwak inilah yang akan diolah menjadi tepung kopi luwak. Beberapa tahapan
kopi luwak mulai dari fermentasi oleh luwak sendiri hingga proses pembentukan tepung
kopi.
a. Tahap Fermentasi dalam tubuh luwak
Tahap ini dilakukan oleh luwak sendiri melalui proses sortiran terhadap buah kopi
Arabika matang yang masih berada di pohon kopi. Kopi yang disortir oleh luwak
akan memiliki kualitas yang lebih baik dari sortiran petani karena penciuman luwak
yang tajam. Setelah luwak memakan buah kopi matang tejadilah fermentasi di
dalam tubuh luwak. Waktu yang dibutuhkan luwak untuk membuat kotoran dari
buah kopi tersebut kurang lebih 8-12 jam. Kotoran inilah yang akan diolah oleh
petani kopi.
b. Tahap pencucian dan penjemuran kotoran luwak
Setelah luwak membuat kotoran kemudian para petani kopi mengumpulkan
gumpalan-gumpalan kotoran ini. Kotoran yang dikeluarkan oleh luwak berupa
gumpalan-gumpalan yang terdiri dari biji kopi yang tidak tercerna bercampur
dengan lendir. Biji kopi atau kotoran luwak (Brenjel Raw) tersebut kemudian
dijemur dibawah terik panas matahari (Full Sun Drying) hingga kadar air tersisa
20% – 25%.
c. Penyangraian
Proses sangrai dilakukan pada kopi luwak yang kering dengan kisaran suhu sangrai
yang umum adalah antara 195 sampai 205oC. Waktu penyangraian bervariasi mulai
dari 7 sampai 30 menit tergantung pada suhu dan tingkat sangrai yang diinginkan.
Suhu 190 –195 oC untuk tingkat sangrai ringan (warna coklat muda), Suhu 200 –
205 oC untuk tingkat sangrai medium (warna coklat agak gelap), Suhu di atas 205
oC untuk tingkat sangrai gelap (warna coklat tua cenderung agak hitam).
17
d. Penghalusan Biji Kopi Sangrai
Biji kopi sangrai dihaluskan dengan alat penghalus (grinder) sampai diperoleh
butiran kopi bubuk dengan kehalusan tertentu. Butiran kopi bubuk mempunyai luas
permukaan yang sangat besar sehingga senyawa pembentuk citarasa dan senyawa
penyegar mudah larut saat diseduh ke dalam air panas.
2.5 STUDI BANDING DENGAN AGROWISATA KOPI LUWAK SEJENIS
Agrowisata kopi luwak sejenis yang dimaksud disini adalah agrowisata kopi
luwak dari daerah lain yang hanya bersifat agrowisata maupun agrowisata yang memiliki
fungsi industri.
2.5.1 UD. Cipta Lestari Tabanan
Dalam kajian pada objek studi banding UD. Cipta Lestari Tabanan dapat dilihat
dari aspek lokasi, aspek non arsitektural dan aspek arsitektural.
1. Lokasi
UD. Cipta Lestari berlokasi di Banjar Margasari, Desa Pujungan, Kecamatan
Pupuan Kabupaten Tabanan, Bali. Objek ini merupakan sebuah industri kopi luwak
yang juga menerapkan agrowisata kepada para pengunjung yang ingin mempelajari
kehidupan luwak serta pengolahan kopi luwak secara langsung. Sehingga para
pengunjung dapat mencicipi kopi luwak racikan secara langsung. Objek ini dimiliki
oleh bapak I Wayan Dira. Usaha ini sudah berdiri sejak tahun 2007.
2. Tinjauan Non Arsitektural
a. Produk
Produk utama yang ditawarkan oleh objek ini adalah kopi luwak serbuk. Kopi
luwak yang digunakan merupakan kopi luwak penangkaran dimana luwak berada
dalam kandang dan diberi pakan biji kopi. Bentuk kemasan produkyang ditawarkan
oleh objek ini dapat dilihat pada Gambar 2.5
18
Gambar 2.5 Produk UD. Cipta Lestari Tabanan
(Sumber : Observasi UD. Cipta Lestari Tabanan.)
b. Bahan Baku
Bahan baku objek ini berasal dari kebun pribadi miliki I Wayan Dira. Kebun
pribadi ini sekaligus dijadikan sebagai area wisata bagi para wisatawan. Untuk
kopi luwak, bahan baku berasal dari luwak penangkaran kandang. Jumlah luwak
penangkaran yang dimiliki objek ini adalah 40 ekor. Wujud kandang luwak
pada objek studi ini dapat dilihat pada Gambar 2.6
Gambar 2.6 Kandang luwak UD. Cipta Lestari Tabanan
(Sumber : Observasi UD. Cipta Lestari Tabanan.)
19
c. Peralatan dan mesin kopi
Beberapa peralatan utama dari objek sejenis ini yang berkaitan dengan kopi
antara lain : timbangan, tampah, baskom, mesin huller, mesin cuci kopi, mesin
sangrai, mesin bubuk kopi, para-para, dan alat tester kopi. Wujud alat tester kopi
dapat dilihat pada Gambar 2.7
Gambar 2.7 Alat Tester Kopi UD. Cipta Lestari Tabanan
(Sumber : Observasi UD. Cipta Lestari Tabanan.)
e. Pengelolaan
UD. Cipta Lestari dikelola oleh keluarga I Wayan Dira sebagai pemilik utama.
Jumlah tenaga kerja adalah 12 orang. Namun sewaktu-waktu dapat bertambah
seiring dengan kebutuhan dan pasokan bahan baku. Sistem kerja tenaga kerja pada
agrowisata ini dimulai dari pukul 08.00 hingga pukul 18.00. kapasitas objek
ini pada musim panen kopi dengan 40 ekor luwak menghasilkan kurang lebih 400
kg kopi luwak serbuk.
Kegiatan para tenaga kerja pada agrowisata ini dapat dilihat pada Gambar 2.8.
Gambar 2.8 Pekerja pada UD. Cipta Lestari Tabanan
(Sumber : Observasi UD. Cipta Lestari Tabanan.)
20
3. Tinjauan Arsitektural
Tampilan bangunan objek ini masih menggunakan arsitektur Bali. Hal ini
dikarenakan karena pemilik ingin mencirikan budaya Bali pada bangunannya. Hal
ini juga dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin berkunjung.
Penghawaan menggunakan penghawaan alami sedangkan pencahayaan
menggunakan pencahayaan umum (general lighting). Tampilan bangunan ini dapat
dilihat pada Gambar 2.9
Gambar 2.9 Ruang pemasaran (Kiri) dan Gudang Kopi (Kanan)
(Sumber : Observasi UD. Cipta Lestari Tabanan.)
2.5.2 Agrowisata Bhuana Amertha Sari Kintamani
Agrowisata Bhuana Amertha Sari berada di Br. Seribatu Kintamani, Bangli.
Agrowisata ini merupakan agrowisata kopi dan kopi luwak. Pemandangan yang
disuguhkan pada agrowisata ini adalah pemandangan alam berupa jurang dan hutan. Foto
entrance dari Agrowisata Bhuana Alam Sari ini dapat dilihat pada Gambar 2.10
Gambar 2.10 Entrance Agrowisata Bhuana Amertha Sari
Sumber : http://www.thebalidaily.com/2013-10-31/enjoying-coffee-and-local-spices-
agrotourism.html Diakses tanggal 10 Januari 2016
21
Konsep yang digunakan pada agrowisata ini lebih condong kepada konsep alami.
Transis pada area tapak agrowisata ini dibuat sealami mungkin sehingga menjadi salah satu
keunikan dari agrowisata ini. Jenis kopi yang digunakan dalam olahannya dominan kopi
arabika. Agrowisata ini selain menyediakan kopi luwak juga menyediakan jenis kopi lain
seperti kopi arabika serta kopi robusta.
Gambar 2.11 Bhuana Amertha Sari
Sumber : http://media-cdn.tripadvisor.com/media/photo-s/02/56/02/58/filename-p2080426-
jpg. Diakses Tanggal 10 Januari 2016
Jalur trecking pada agrowisata ini dibuat sealami mungkin dengan pohon- pohon
kopi berada di setiap sisi jalur trecking. Jalur trecking dilengkapi kerikil sebagai hiasan
pada pedestriannya. Jalur trecking pada agrowisata ini dapat dilihat pada Gambar 2.12
Gambar 2.12 Jalur Trecking Bhuana Amertha Sari
Sumber : http://www.thebalidaily.com/2013-10-31/enjoying-coffee-and-local-spices-
agrotourism.html, Diakses tanggal 10 Januari 2016
22
Fasilitas lain yang ada pada agrowisata ini seperti Cafe yang dibuat tradisional
dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti kayu dan bambu. Kemudian terdapat area
penangkaran luwak dengan pohon kopi berada pada satu penangkaran luwak sehingga
membuat luwak merasakan lingkungannya yang alami. Fasilitas Cafe pada agrowisata ini
dapat dilihat pada gambar 2.13
Gambar 2.13 Cafe Bali Amertha Sari
Sumber : http://www.thebalidaily.com/2013-10-31/enjoying-coffee-and-local-spices-
agrotourism.html, Diakses Tanggal 10 Januari 2016
2.5.3 Doi Chang Coffee and Wild Civet Coffee Thailand.
Doi Chaang and wild civet coffee merupakan industri yang bertemakan agrowisata
cage-free civet di Thailand. Produknya terbuat dari buah kopi yang telah melewati sistem
pencernaan dari luwak, mamalia sejenis kucing yang berukuran kecil ditemukan di Asia
Tenggara dan Cina Selatan. Kombinasi unik dari enzim dalam perut luwak ini akan
meningkatkan rasa kopi dengan memecah protein yang biasanya memberikan rasa pahit
kopi. Signage Doi Chaang dapat dilihat pada Gambar 2.14
23
Luwak liar akan memakan hanya buah kopi manis berkualitas pada pohonnya. Para
petani dari Doi Chang Village kemudian mengumpulkan feses luwak dan memprosesnya
hingga menciptakan biji kopi luwak yang berkualitas. Hasil biji kopi dalam bentuk
hardskin kemudian dikirim langsung ke Doi Chang factory di British Columbia di mana
ahli Doi Chaang Coffee Roastmaster akan memanggang kopi luwak dalam mikrobatch
untuk memastikan hasil rasa yang sempurna untuk kopi luwak liar Doi Chaang. Proses
pengambilan kotoran luwak oleh petani dapat dilihat pada Gambar 2.15.
Gambar 2.15 Industri dan Agrowisata Doi
Chang Thailand
Sumber : www.doichangcoffee.com
Gambar 2.15 Petani Doi Chang menemukan feses luwak liar
Sumber : www.doichangcoffee.com
24
Kopi Luwak Doi Chang Berasal Dari Luwak Liar Hutan di Thailand. Luwak ini
berkeliaran bebas di seluruh hutan Desa Doi Chang. Mereka tidak dikurung dalam kandang
kecil. Doi Chang mendukung program kampanye World Animal Protection tentang anti
penangkaran dan pemanfaatan luwak dalam kandang. Maka dari itu untuk membantu
mempublikasikan program ini dan agar konsumen sadar ketika mereka membeli kopi
luwak, mereka harus memastikan bahwa itu adalah kopi luwak liar, bukan kopi luwak
kandang.
2.5.4 Kesimpulan Dari Studi Banding
a. Yang dimaksud dengan Agrowisata Kopi Luwak adalah kegiatan wisata perkebunan
kopi luwak dimana pengunjung dapat merasakan nuansa perkebunan kopi alami serta
melihat perkembangan luwak dan proses pembuatan kopi luwak.
b. Fungsi dan tujuan dari Agrowisata Kopi Luwak adalah menyediakan fasilitas wisata
kopi luwak bagi pengunjung dimana beberapa agrowisata kopi luwak juga memiliki
fungsi ganda sebagai industri untuk menambah omset perusahaan
c. Kegiatan yang diadakan di Agrowisata Kopi Luwak antara lain berupa : kegiatan
wisata dan coffeewalk, kegiatan Cafe, dan kegiatan hiburan.
d. Fasilitas yang tersedia di Agrowisata Kopi Luwak antara lain :Cafe, jalur coffeewalk,
ruang santai, ruang pengelola.
Perbandingan dari ketiga proyek sejenis yang telah diuraikan yaitu UD. Cipta Lestari,
Agrowisata Bali Amertha Sari Kintamani dan Doi Chang Wild Civet Coffee, dapat
dilihat pada Tabel 2.2
25
Tabel 2.2 Perbandingan Proyek Sejenis
UD. Cipta Lestari Agrowisata Bali Amertha Sari Doi Chaang Coffe
Lokasi Desa Pujungan Tabanan Desa Kintamani Bangli Doi ChaangThailand
Areal lingkungan Pedesaan Pegunungan Hutan
Fungsi
Sebagai wadah industri
pengolahan kopi luwak namun
tetap mewadahi para wisatawan
yang ingin mempelajari
pengolahan kopi dan kehidupan
luwak.
Agrowisata kopi dan kopi
luwak dimana agrowisata ini
terfokus ke bidang pariwisata
dan tidak melakukan industri
pengolahan. Pengolahan pada
agrowisata ini hanya untuk
para wisatawan.
Sebagai wadah industri besar pengolahan
kopi namun tetap menerapkan fungsi
agrowisata dengan menggunakan luwak
tanpa kandang (cage-free).
Fasilitas Ruang
Ruang Produksi Industri
Ruang Penangkaran Luwak
Area Kebun Kopi
Cafe
Jalur Trecking Wisatawan
Area Santai Wisatawan
Hutan Luwak
Ruang Produksi Industri
Ruang Pelatihan Produksi Kopi
Cafe
Luas 1000 m
2 (+ Kebun Kopi Arabika
2Ha) + 10 Ha -
Pengelolaan Swasta Swasta Swasta
Jenis Industri dan Agrowisata Agrowisata Industri dan Agrowisata
Sistem
Penangkaran
Luwak
Sistem Kandang.
Sistem Kandang dengan Pohon
Kopi (Luwak dan Pohon kopi
dikandangkan pada satu tempat.
Sistem non-kandang (free civet)
Jenis Pohon Kopi
yang Ditanam Kopi Arabika dan Robusta Kopi Arabika dan Robusta Kopi Robusta dan Arabika
Objek Aspek
26
2.6 SPESIFIKASI UMUM AGROWISATA KOPI LUWAK
Dari berbagai kajian teoritis dan studi banding terhadap proyek sejenis, maka dapat
diambil kesimpulan spesifikasi umum tentang Agrowisata Kopi Luwak sebagai berikut :
2.6.1 Pengertian, Fungsi dan Tujuan
Agrowisata kopi luwak adalah kegiatan wisata perkebunan kopi luwak dimana
pengunjung dapat merasakan nuansa perkebunan kopi alami serta melihat perkembangan
luwak dan proses pembuatan kopi luwak.
Fungsi dari pengadaan Agrowisata Kopi Luwak adalah sebagai wadah agrowisata
dengan objek utama yang ditonjolkan adalah kopi luwak serta pengolahan kopi luwak.
Tujuan dari pengadaan Agrowisata Kopi Luwak adalah memberikan wadah
agrowisata yang menghasilkan profit bagi pemilik individu serta melakukan wisata luwak
bagi pengunjung.
2.6.2 Kegiatan
Kegiatan dan aktivitas dalam bangunan Agrowisata Kopi Luwak dapat
dikelompokan menjadi 4 yaitu sebagai berikut :
a. Kegiatan utama
Kegiatan utama yang dilakukan dalam bangunan Agrowisata Kopi Luwak antara lain
: melakukan kegiatan wisata luwak serta menikmati pemandangan kopi alami.
b. Kegiatan penunjang,
Kegiatan penunjang yang dilakukan dalan bangunan Agrowisata Kopi Luwak antara
lain kegiatan kuliner pada kedai/cafe yang disediakan pada sebuah agrowisata.
c. Kegiatan pengelola dan servis
Kegiatan yang difokuskan dalam pengelolaan Agrowisata Kopi Luwak baik
administrasinya maupun pengelolaan bangunan serta kegiatan yang menunjang
fasilitas dan utilitas.
27
2.6.3 Fasilitas
Untuk mendukung kegiata tersebut, fasilitas-fasilitas yang disediakan adalah sebagai
berikut :
a. Fasilitas utama, merupakan fasilitas yang mewadahi kegiatan utama dimana berupa
Area rekreasi luwak berupa ruang atraksi, ruang santai pengunjung dan beberapa jalur
trecking pada agrowisata ini.
b. Fasilitas penunjang, merupakan fasilitas untuk menunjang dari kegiatan utama berupa
cafe yang menyediakan kuliner bagi wisatawan.
c. Fasilitas pengelola dan servis, merupakan fasilitas yang mewadahi kegiatan
pengelola dan servis operasional bangunan secara keseluruhan yang terdiri dari ruang
administrasi, ruang mesin dan gudang peralatan.
2.6.4 Sistem Pengelolaan
Pengelola dari Agrowisata Kopi Luwak yang direncanakan ini dilakukan oleh
pemilik selaku penanggung jawab dari agrowisata kopi luwak ini serta staff-staff yang ahli
dalam bidang pelatihan luwak, pengolahan kopi, pelayanan cafe serta administrasi.