6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 PT Panasonic Manufacturing Indonesia
PT Panasonic Manufacturing Indonesia (PMI) bergerak di bidang produksi parts
produk dengan label Panasonic yang kemudian dikirimkan ke PT Panasonic Electronic
Assembly untuk dirakit menjadi produk siap jual. Untuk produksi parts produk, PT
Panasonic Manufacturing Indonesia tentunya menggunakan beberapa bahan kimia
pendukung yang tidak akan dijelaskan lebih lanjut.
Proses Bisnis PT Panasonic Manufacturing Indonesia adalah sebagai berikut.
Berawal dari terjadi Disaster maka First Aider akan membantu evakuasi korban Disaster,
dan memanggil ambulan, kemudian Driver akan membawa ambulan, Paramedis, Asisten
Paramedis. Asisten Paramedis akan membantu evakuasi korban Disaster, kemudian
bersama dengan Paramedis menangani setiap korban Disaster yang dievakuasi, dan
mempersiapkan setiap korban Disaster untuk dikirim ke Unit Gawat Darurat. Driver akan
membawa korban Disaster ke Unit Gawat Darurat.
6
7
Gambar 2.1 Proses Bisnis PT Panasonic dalam menangani kejadian emergency.
8
Gambar 2.1 menjelaskan proses bisnis PT. Panasonic dari terjadinya disaster hingga
korban dibawa ke Unit Gawat Darurat. Penjelasan dari proses bisnis tersebut yaitu:
1. Dimulai dari karyawan yang terluka
2. First Aider akan memeriksa apakah karyawan yang terluka itu termasuk dalam
kategori emergency yang telah ditetapkan oleh Panasonic atau tidak. Kategori
emergency yaitu:
- Luka yang disebabkan oleh api
- Luka yang disebabkan oleh bahan kimia
- Luka yang disebabkan oleh penyakit, yaitu:
o Panas tinggi (suhu badan > 38o C)
o Tidak sadarkan diri (koma) atau kecelakaan
o Sakit kepala hebat
o Kejang-kejang
o Kolik / keram perut
o Serangan asma
o Serangan jantung
o Gangguan pembuluh darah otak akut
o Muntah berak dengan kekurangan cairan tubuh
o Keracunan
o Reaksi alergi hebat
o Pendarahan hebat
o Kondisi umum buruk
9
3. Jika tidak merupakan kejadian emergency, First Aider akan memberikan perawatan
langsung kepada karyawan, tetapi jika merupakan kejadian emergency, First Aider
akan menelepon resepsionist klinik internal untuk meminta bantuan.
4. Resepsionist klinik internal akan mencek apakah ambulan tersedia atau tidak. Jika
ambulan tidak tersedia, maka resepsionist klinik internal akan menelpon 118 untuk
meminta pertolongan ambulan, dan proses emergency berakhir. Jika ambulan
tersedia, maka resepsionist klinik internal akan mengirim paramedis untuk berangkat
ke lokasi emergency
5. Ketika paramedis tiba di lokasi emergency, paramedis akan mempersiapkan
karyawan untuk dibawa ke klinik internal dengan menggunakan ambulan.
6. Kemudian ambulan membawa karyawan untuk dibawa ke klinik internal
7. Sesampainya di klinik internal, dokter memberikan perawatan kepada karyawan di
ruang emergency.
Response merupakan bagian kecil dari proses bisnis keseluruhan PT Panasonic
Manufacturing Indonesia yaitu sebagai berikut:
10
Gambar 2.2 Proses bisnis keseluruhan PT Panasonic Manufacturing Indonesia
Response System berada dibawah tanggung jawab Internal Polyclinic yang bekerja sama
dengan HRD dalam hal sharing data.
11
Gambar 2.3 Hubungan Response System dengan berbagai pihak
Response System dijalankan dengan bekerja sama dengan 118 – ambulan service dalam
hal penyediaan ambulan, dan bekerja sama dengan external medical service salah satunya
Rumah Sakit dalam hal penanganan korban kecelakaan.
2.2 Response, bagian dari Disaster Management
Disaster Management dibagi dalam 6 bagian yaitu:
1. Prevention
Prevention dilakukan dengan membangun sarana dan prasarana untuk membuat
lingkungan aman dan nyaman.
2. Mitigation
12
Mitigation dilakukan dengan melakukan simulasi dan evaluasi sarana dan prasarana.
3. Preparedness
Preparedness dilakukan dengan latihan dan publikasi hasil simulasi dan evaluasi
sarana dan prasarana.
4. Response
Response dilakukan dengan memberikan layanan darurat ke korban Disaster dan
perawatan korban hingga daerah disaster dinyatakan aman atau seluruh korban telah
mendapatkan pertolongan.
5. Recovery
Recovery dilakukan dengan pembersihan material berbahaya di daerah disaster.
6. Development
Development dilakukan dengan perbaikan sarana dan prasarana.
Masing-masing bagian saling mendukung dan membentuk siklus yang tidak akan
berakhir. Pada bagian Response, layanan darurat yang diberikan ke korban Disaster dan
perawatan korban hingga daerah Disaster dinyatakan aman dinamakan Emergency
Service.
2.3 Emergency Medical Service (EMS), bagian dari Emergency Service
Secara umum, Emergency Service dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:
1. Police Service
2. Fire & Rescue Service
3. Medical Service
13
Police Service melayani masyarakat yang membutuhkan perlindungan keamanan dan
kenyamanan, Fire & Rescue Service melayani masyarakat yang membutuhkan
pemadaman kebakaran dan penyelamatan dari lingkungan yang berbahaya, dan Medical
Service melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan medis. Ketiga kategori
Emergency Service bekerja saling melengkapi, namun setiap kategori merupakan bagian
yang bekerja secara independent. Medical Service menggunakan Medical Dispatch
System (MDS) untuk mempermudah tim Medis untuk memberikan pelayanan medis.
Emergency Service Provider pada Emergency service yaitu:
1. Government Ambulance Service, beroperasi secara terpisah dari area fire dan
police service, ambulan ini didanai oleh pemerintah local, provinsi atau
nasional. Pada beberapa negara, ambulance ini hanya ditemui di kota-kota
besar, dimana di negara seperti United Kingdom hamper semua ambulance
emergency adalah bagian dari sistem kesehatan nasional. Di United States,
ambulance service yang disediakan oleh pemerintah local biasa disebut “third
service” EMS (Fire Department, Police Department dan EMS terpisah yang
membentuk trio emergency service) oleh karyawan layanan tersebut, juga oleh
petinggi dan penduduk setempat.
2. Fire or Police Linked Service, di beberapa negara seperti United States,
Jepang, Prancis dan keseluruhan india, ambulan dapat dioperasikan oleh
layanan pemadam kebakaran atau polisi local. Hal ini juga umum ditemui di
daerah pelosok, dimana menyediakan layanan terpisah tidak cost effective.
Pada beberapa kasus, hal ini dapat menyebabkan kecelakaan atau luka yang
14
didatangi oleh kendaraan lain selain ambulan, seperti truk pemadam
kebakaran.
3. Volunteer ambulance service yaitu perusahaan amal atau yang tidak
mengambil keuntungan mengoperasikan ambulan dalam fungsi emergency
dan mentransportasikan pasien. Perusahaan ini mirip dengan perusahaan
pemadam kebakaran, dalam memberikan layanan tertendu dalam area tertentu,
yang tidak dimiliki oleh perorangan maupun komunitas. Perusahaan ini dapat
dihubungkan dengan Petugas pemadam kebakaran, dengan sukarelawan
menyediakan kedua layanan tersebut. Terdapat kegiatan amal yang berfokus
pada menyediakan ambulan untuk komunitas, atau untuk mengcover private
event, seperti olah raga, dst. Palang merah menyediakan layanan ini di seluruh
dunia berbasiskan sukarelawan, seperti halnya organisasi kecil seperti St. John
Ambulance dan Order of Malta Ambulance Corps. Sukarelawan ini dapat
menyediakan dukungan ke kru ambulan yang bekerja secara full time dalam
keadaan emergency. Dalam beberapa kasus, sukarelawan amal dapat
mempekerjakan staff bersamaan dengan sukarelawan untuk mengoperasikan
layanan ambulan full time, seperti di beberapa bagian Australia, Ireland, dan
yang lebih penting Jerman dan Austria.
4. Private Ambulance Service, yaitu Perusahaan komersial dengan karyawan
yang digaji, tapi seringkali terikat kontrak dengan pemerintahan local maupun
nasional. Perusahaan Private dapat hanya menyediakan transportasi pasien
pada ambulance care (misalnya pada situasi non urget), tetapi pada tempat
tertentu, mereka dikontrak untuk menyediakan layanan emergency, atau untuk
15
membentuk response “tier kedua”, dimana mereka hanya merespon pada
situasi darurat jika seluruh kru emergency ambulance full time sedang sibuk.
Ini berarti pemerintah atau penyedia layanan lain mengcover “emergency”,
dan perusahaan private mengcover luka minor, seperti tergores, lebam, atau
membantu ketidak mampuan berjalan seperti pingsan dan hanya butuh untuk
dibantu bangun kembali tapi tidak membutuhknan perawatan. Sistem ini
mempunyai keuntungan dalam menjaga seluruh kru emergency tersedia jika
terjadi kejadian emergency yang sesungguhnya. Organisasi ini juga dapat
menyediakan layanan yang dikenal dengan nama “Stand by cover” pada
daerah industri, atau pada event tertentu.
5. Emergency Service gabungan, yaitu agensi layanan emergency full time, yang
dapat ditemukan di tempat seperti bandara atau universitas atau kampus besar.
Feature utama mereka yaitu setiap personel dilatih tidak hanya pada
pelayanan ambulan, tetapi juga sebagai pemadam kebakaran dan petugas
polisi. Mereka dapat ditemukan di kota-kota kecil, dimana budget atau ukuran
tidak dapat menggunakan layanan terpisah. Fungsi-fingsi ini membuat mereka
dapat memanfaatkan budget atau resource yang terbatas, dan juga mempunyai
satu team kecil yang dapat merespon tiap kejadian emergency.
6. Hospital Based Service. Rumah sakit dapat menyediakan ambulan mereka
sendiri seperti pelayanan terhadap komunitas, atau dimanan pelayanan
ambulan tidak reliable atau tidak dapat dicharge. Kebergunaan mereka
tergantung dari layanan yang dimiliki rumah sakit yang menyediakannya.
16
7. Charity Ambulance. Ambulan special ini disediakan oleh amal untuk tujuan
merawat anak yang sakit atau orang dewasa pada perjalanan yang jauh dari
rumah sakit dan dirawat dalam waktu yang lama.
8. Company ambulance. Banyak perusahaan besar dan daerah industri lain
seperti pabrik kimia, penyulingan minyak, pembuatan anggur atau pensterillan
mempunyai ambulance service yang disediakan oleh employer, dengan tujuan
menjaga hal-hal penting dan kesejahteraan karyawan. Mereka seringkali
digunakan sebagai kendaraan response pertama pada suatu kejadian
kebakaran atau ledakan. PT. Panasonic Manufacture Indonesia mempunyai 1
buah ambulan yang tergolong pada company ambulance.
2.4 Medical Priority Dispatch System (MPDS), bagian dari Medical Dispatch System
(MDS)
Urutan kejadian pada Medical Priority Dispatch System yaitu:
1. Early Detection- Anggota masyarakat, atau agensi lain, menemukan incident dan
mengetahui masalahnya.
2. Early Reporting – Orang pertama yang berada di tempat kejadian emergency
menelepon emergency medical service dan menyediakan detail agar response dapat
dilakukan.
3. Early Response – Penyelamat (EMS) professional pertama sampai ke lokasi kejadian
secepatnya, dan memulai perawatan.
17
4. Good On Scene Care – Emergency Medical Service menyediakan intervensi secara
teratur dan pada saat yang tepat untuk merawat pasien pada lokasi incident.
5. Care in Transit – Emergency Medical Service mengangkut pasien ke lokasi
kendaraan yang sesuai dan mlanjutkan memberikan perawatan medis yang sesuai
dalam perjalanan.
6. Transfer to Definitive Care – Pasien diberikan kepada setting perawatan yang sesuai,
seperti emergency department di rumah sakit, atau ke perawatan dokter.
Seluruh anggota tim Medis menggunakan MDS untuk berkomunikasi. Salah satu
bagian MDS adalah MPDS yang digunakan untuk mengurutkan korban yang
membutuhkan pertolongan medis dimana korban Disaster yang lebih parah dilayani
terlebih dahulu.
MPDS dimonitor oleh operator yang ditempatkan di Incident Command Center
(ICC), tempat permanen ataupun semi permanen untuk memonitor lingkungan yang
terkena Disaster hingga daerah yang terkena Disaster dinyatakan aman. Pada prakteknya,
tim Medis menggunakan Triage System untuk mendukung MPDS dengan memeriksa
sekilas kondisi fisik dan psikis korban dan memasukkan hasil pemeriksaan ke dalam
system untuk generate Priority. Korban yang telah diperiksa akan diberikan Triage Tag
sebagai penanda telah diperiksa sekaligus penanda Priority.
2.5 Triage System dan Triage Tag
18
Triage diambil dari kata “Trier” dalam bahasa French yang artinya “to sort”[c]. Di
seluruh dunia, Triage System yang telah berkembang sesuai kebutuhan masing-masing
Incident Command Center (ICC) untuk mendukung pemberian Medical Service.
Secara umum, Triage System ada 2 kategori, yaitu:
1. Civilian Triage System
Civilian Triage System bertujuan menyelamatkan korban Disaster sebanyak
mungkin, sehingga korban yang diselamatkan dimulai dari kondisi fisik dan psikis
paling rendah hingga yang paling tinggi namun tetap membutuhkan pertolongan
medis.
2. Military Triage System
Military Triage System bertujuan mengembalikan sebanyak mungkin tentara ke
medan pertempuran, sehingga tentara yang diselamatkan dimulai dari kondisi
fisik dan psikis paling tinggi namun tetap membutuhkan pertolongan medis.
Triage pertama kali dikembangkan oleh Dr. Jeff J. Clawson di tahun 1976 [5],
saat itu belum ada pedoman yang harus dilakukan Paramedis untuk membuat urutan,
namun sudah ada pengelompokkan korban Disaster menjadi 6, yaitu:
Letter Severity Resources Response
Alpha Non Life-Threatening Basic Life Support Non Emergency
Bravo Possibly Life-Threatening Basic Life Support Emergency
Charlie Life-Threatening Advanced Life Support Emergency Delta Serious Life Threat Advanced Life Support Emergency
Echo Life Status Questionable
Closest Available (Multiple Resources Sent) Emergency
Omega Public Assist Only Basic Life Support Not Emergency
19
"Ω" Tabel 2.1 Sumber : Dr. Jeff J. Clawson di tahun 1976 [5],
Tabel 2.1 menjelaskan perbandingan kategori yang dilakukan oleh Dr. Jeff. J.
Clawson,berdasarkan tingkat kedaruratannya, sumber daya yang diperlukan, dan jenis
response dalam tiap kategori(apakah digunakan dalam kejadian emergency atau non
emergency). Berdasarkan dari tabel tersebut, Alpha digunakan pada situasi paling tidak
darurat, sedangkan echo digunakan dalam situasi paling darurat.
Terlalu banyaknya pengelompokkan korban Disaster, dikembangkanlah Triage
System yang pengelompokan korban Disaster lebih sedikit dan telah dilengkapi pedoman
yang harus dilakukan Paramedis untuk membuat urutan. Pengelompokkan korban
Disaster juga ditandai dengan Triage Tag yang disesuaikan dengan masing-masing
Triage System.
2.6 Simple Triage and Rapid Treatment (START)
START dikembangkan pertama kali oleh Newport Beach Fire and Marine
Department dan Hoag Hospital di Newport Beach, California, USA pada 1983 setelah 3
anggota emergency department mengetahui bahwa mereka merasakan triage yang tidak
efisien pada bus sekolah atau latihan tabrakan [g]. Tujuan dari Triage yaitu untuk
memprioritaskan pasien berdasarkan objective psikologi dan data hasil observasi yang
diperoleh oleh First responder [7].
Berikut ini adalah algoritma dari START system:
20
Gambar 2.4 Algoritma START Triage [6]
Gambar 2.2 menggambarkan algoritma START Triage, yaitu:
1. Able To Walk
START mencek apakah korban dapat berjalan atau tidak.
2. Respiration
START mencek apakah korban masih bernafas atau tidak. Jika korban tidak dapat
bernapas, paramedic akan membantu membukakan jalan pernapasan korban dan
member pernapasan buatan.
3. Perfusion
START mencek apakah korban memiliki palpable pulse atau tidak.
4. Mental Status
21
START mencek kondisi mental status korban, apakah korban mampu mengikuti
perintah paramedis atau tidak.
START membagi 4 status korban Disaster, yaitu:
1. Immediate, berarti korban membutuhkan pertolongan dengan segera
2. Delayed, berarti korban membutuhkan pertolongan tapi dapat menunggu hingga
korban immediate telah diberikan pertolongan
3. Minor, berarti korban tidak membutuhkan pertolongan dengan segera
4. Dead, berarti korban telah meninggal dan tidak mungkin diberikan pertolongan
2.6.1 START yang dimodifikasi dalam kejadian yang melibatkan bahan kimia
Korban yang terkena bahan kimia membutuhkan prioritas yang berbeda dengan
korban biasa. Cone et. al [6] telah memodifikasi START Triage agar sesuai untuk
digunakan pada area yang terkontaminasi bahan kimia.
Gambar 2.5 Algoritma Start Chemical Modifikasi [6]
22
Gambar 25 menggambarkan algoritma START yang dimodifikasi, yaitu:
1. Able to walk, mencek apakah pasien dapat berjalan.
2. Breathing, mencek apakah pasien masih bernapas.
3. Evience of Toxidrome, mencek apakah pasien terkena bahan kimia.
4. Follow command, mencek apakah pasien mengikuti command.
5. Breathing with opened airway, mencek apakah pasien bernapas dengan
airway yang terbuka.
START Chemical modifikasi membagi 4 status korban Disaster, yaitu:
1. Immediate, berarti korban membutuhkan pertolongan dengan segera
2. Delayed, berarti korban membutuhkan pertolongan tapi dapat menunggu
hingga korban immediate telah diberikan pertolongan
3. Minor, berarti korban tidak membutuhkan pertolongan dengan segera
4. Dead, berarti korban telah meninggal dan tidak mungkin diberikan
pertolongan
2.6.2 START yang dimodifikasi dalam kejadian yang melibatkan api
Dalam kejadian yang melibatkan api, biasanya melibatkan terjadi luka
bakar. Gomez et al [11] mengusulkan 2 cara untuk mengetahui tingkat keparahan
luka bakar seseorang, yaitu:
1. Kedalaman kulit yang terkena luka bakar
23
Keparahan luka bakar dapat diketahui dari kedalaman kulit yang terkena luka
bakar.
Gambar 2.6 Classification of burn depth [11]
Gambar 2.4 menjelaskan tentang tipe luka bakar berdasarkan kedalamannya.
Luka bakar yang mengenai epidermis, dermis dan lebih dalam lagi termasuk
third degree (paling parah), jika menai epidermis dan sebagian dermis
digolongkan second degree, dan jika hanya mengenai epidermis digolongkan
first degree.[l]
2. Total area tubuh yang terkena luka bakar dengan menggunakan rule of nine.
Pada rule of nine, area tubuh dibagi menjadi beberapa area, dimana setiap
bagian tubuh yang terbakar maka akan menambah nilai Total Body Surface
Area (TBSA) sebanyak 9%, dengan perkecualian genital dan leher [8]
24
Gambar 2.7 Rules of nine [11]
Gambar 2.7 menjelaskan tentang rules of nine, berupa nilai TBSA yang terkena
luka bakar dari setiap bagian tubuh.
Dalam emergency, penentuan prioritas pasien membutuhkan kecepatan.
Kedalaman kulit sangat sulit untuk ditentukan secara cepat dalam waktu
emergency, maka untuk menentukan tingkat keparahan luka bakar dengan
menggunakan metode rule of nine.
25
Gambar 2.8 Algoritma START Fire Modifikasi
Gambar 2.8 menggambarkan algoritma START yang dimodifikasi, yaitu:
1. Able to walk, mencek apakah pasien dapat berjalan.
2. Breathing, mencek apakah pasien masih bernapas.
3. Burn, mencek apakah pasien terkena luka bakar
4. TBSA, mencek apakah jumlah nilai dari Total Body Surface Area pasien
yang terkena luka bakar
5. Follow command, mencek apakah pasien mengikuti command.
6. Breathing with opened airway, mencek apakah pasien bernapas dengan
airway terbuka.
START Fire modifikasi membagi 4 status korban Disaster, yaitu:
1. Immediate, berarti korban membutuhkan pertolongan dengan segera
2. Delayed, berarti korban membutuhkan pertolongan tapi dapat menunggu
hingga korban immediate telah diberikan pertolongan
26
3. Minor, berarti korban tidak membutuhkan pertolongan dengan segera
4. Dead, berarti korban telah meninggal dan tidak mungkin diberikan
pertolongan
2.7 JumpSTART
Pada START, pedoman able to walk tidak diperhatikan karena titik awal pedoman
adalah Respiration, kemudian Respiratory tidak dibantu dengan memberikan Rescue
Breath, sehingga dikembangkanlah jumpSTART.
JumpSTART menggunakan pedoman:
1. Able to walk
Jump START mencek apakah korban dapat berjalan atau tidak.
2. Breathing
Jump START mencek apakah korban masih bernafas atau tidak. Jika korban tidak
dapat bernapas, paramedis akan membantu membukakan jalan pernapasan korban dan
member pernapasan buatan.
3. Respiratory Rate
Jump START mencek jumlah pernapasan yang dilakukan korban per menit
4. Palpable Pulse
Jump START mencek apakah korban memiliki palpable pulse atau tidak.
5. Alert, Voice, Pain, Unresponsive (AVPU)
JumpSTART mencek jumlah kondisi alert, voice, pain dan apakah korban responsive
atau tidak.
27
dengan membagi 4 status korban Disaster, yaitu:
1. Immediate, berarti korban membutuhkan pertolongan dengan segera
2. Delayed, berarti korban membutuhkan pertolongan tapi dapat menunggu hingga
korban immediate telah diberikan pertolongan
3. Minor, berarti korban tidak membutuhkan pertolongan dengan segera
4. Deceased, berarti korban telah meninggal dan tidak mungkin diberikan pertolongan
2.8 JumpSTART + START
Pada START maupun jumpSTART, belum ada perbedaan penanganan
berdasarkan kelompok usia yaitu
1. Pediatric, 1 s/d 8 tahun
2. Adult, diatas 8 tahun,
sehingga dikembangkanlah jumpSTART + START dimana merupakan penggabungan
jumpSTART + START dengan hanya melakukan pedoman Perfusion pada korban
Disaster yang masih dapat bernafas, dan membedakan kelompok usia menjadi Pediatric
dan Adult pada pedoman Respiration dan Mental Status.
JumpSTART + START menggunakan pedoman:
1. Able to walk
2. Breathing
3. Position Upper Airway
4. 5 Rescue Breaths
28
5. Respiratory Rate
6. Perfusion
7. Mental Status
dengan membagi 4 status korban Disaster, yaitu:
1. Immediate
2. Delayed
3. Minor
4. Deceased
2.9 Secondary Assessment of Victim Endpoint (SAVE) Triage
SAVE Triage merupakan Triage System secondary yang digunakan untuk lebih
memperjelas pembagian status korban Disaster. SAVE Triage menggunakan scoring
Glasgow Coma Scale (GCS) untuk membantu pedoman Mental Status pada START.
1 2 3 4 5 6 Eyes Doesn’t
open eyes Opens eyes in response to painful stimuli
Opens eyes in response to voice
Opens eyes spontaneously
Verbal
Makes no sounds
Incomprehensible sounds
Utters inappropriate words
Confused, disoriented
Oriented, converses normally
Motor Makes no movements
Extension to painful stimuli (decerebrate response)
Abnormal flexion to painful stimuli (decorticate response)
Flexion / Withdrawal to painful stimuli
Localizes painful stimuli
Obeys commands
Tabel 2.2 Pembagian korban SAVE Triage
29
SAVE Triage menghasilkan 3 status korban Disaster, yaitu:
1. Severe, dengan GCS ≤ 8
2. Moderate, dengan GCS 9 – 12
3. Minor, dengan GCS ≥ 13
2.10 Triage Sieve
Triage Sieve dikembangkan dengan menghilangkan pedoman Mental Status.
Triage Sieve menggunakan pedoman:
1. Able to walk
2. Breathing
3. Respiratory Rate
4. Capillary Refill
dengan membagi 4 status korban Disaster, yaitu:
1. Immediate
2. Urgent
3. Delayed
4. Expectant
2.11 Care Flight Triage
30
Care Flight Triage dikembangkan dengan melakukan pedoman Mental Status
terlebih dahulu, dan hanya melakukan pedoman Palpable Radial Pulse pada korban
Disaster yang lulus pada pedoman Mental Status dan hanya melakukan pedoman
Breathing pada korban Disaster yang gagal pada pedoman Mental Status.
Care Flight Triage menggunakan pedoman:
1. Able to walk
2. Mental Status
3. Palpable Radial Pulse
4. Breathing
dengan membagi 4 status korban Disaster, yaitu:
1. Delayed
2. Urgent
3. Immediate
4. Unsalvageable
2.12 Sasco Triage Method (STM)
Penggunaan SAVE Triage setelah menggunakan START merupakan langkah
kerja yang panjang, sehingga dikembangkanlah STM dengan menggunakan konsep
START yaitu RPM, namun ditambahkan variable Age, dengan mapping sebagai berikut:
Sacco Score= R+P+M+/- A1 min (60 s) 0 1 2 3 4 R 0 1-9 36+ 25-35 10-24
31
P 0 1-40 4-60 121+ 61-120 M No
response Extension/flexion Withdraw Localize Obeys
command Age 0-7
+2 8-14 +1
15-54 0
55-74 -2
75+ -3
Tabel 2.3 Penilaian kriteria sacco triage method
Tabel 2.3 menjelaskan criteria penilaian prioritas pasien. STM tidak membagi
status korban Disaster, namun memberikan persentasi Survival, yaitu:
Survival outcome 0 5% 7 76% 1 11% 8 78% 2 17% 9 85% 3 27% 10 92% 4 30% 11 97% 5 54% 12 98% 6 67%
Tabel 2.4 Pembagian survival Sacco Triage Method
Pada tabel. 2.4, dijelaskan pembagian survival rate Sacco Triage Method. Nilai
Survival Rate 0 mempunyai chance survival yang paling sedikit, sedangkan nilai survival
12 mempunyai chance survival yang paling besar.
2.13 SALT
SALT mengadopsi pedoman jumpSTART dengan menempatkan pedoman Able to
walk sebagai Global Sorting, kemudian menggunakan pedoman sebagai berikut:
32
1. Control major hemorrhage
2. Open Airway
3. Chest decompression
4. Auto injector antidotes
5. Breathing
6. Obey command or make purpose movement
7. Has peripheral pulse
8. Not in respiratory distress
9. Major hemorrhage is controlled
2.14 Websites
2.14.1 iTriageHealth (www.iTriageHealth.com)
33
Gambar 2.9 website iTriage [14]
Gambar 2.7 menjelaskan iTriage, adalah sebuah web yang dikembangkan
oleh Healthagen company untuk membantu user dalam mengambil keputusan
medis. Aplikasi iTriage tersedia untuk iPhone maupun smart phone yang
memiliki browser, dan juga desktop pada www.itriagehealth.com. Dalam iTriage,
34
kita dapat melihat berbagai macam penyakit, gejala-gejalanya, dan juga prosedur-
prosedur untuk menangani penyakit tersebut.
iTriage juga dapa membantu kita dalam mencari provider kesehatan
dengan menggunakan GPS di area yang disupportnya, seperti departemen
emergency, layanan kesehatan, klinik, farmasi, dan juga dokter. Dengan iTriage,
kita juga dapat melihat response time dalam menangani emergency yang dimiliki
oleh masing-masing provider.
2.14.2Voxiva
Gambar 2.10 Website Voxiva [15]
Gambar 2.8 menjelaskan user interface Website Voxiva pada awalnya
dibuat hanya untuk reporting service, terutama di bagian kesehatan, ke
pemerintahan di negara berkembang. Sekarang voxixa menargetkan united nation
35
juga. Voxiva menyediakan monitoring dan reporting terintegrasi melalui platform
on-line.
Voxiva platform pyramid didesain untuk membawa teknologi dari yang
dikatakan “bawah piramid”, seperti komunitas pedesaan dan orang miskin.
Dengan menggunakan phone, mobile phone, PDA maka voxixa system
mempunyai jangkauan yang lebih luas. Voxiva sistem diimplementasikan untuk
mentrack penyakit, memonitor pasien, melaporkan kejahatan, dan juga merespon
disaster.
2.14.3 Healthgrades
Gambar 2.11 Website Healthgrades [16]
36
Gambar 2.9 menjelaskan Health grades adalah organisasi penilaian health
care terkemuka, yang menyediakan peringkat dan profil rumah sakit, rumah
perawatan dan dokter untuk konsumen, organisasi, rencana kesehatan dan rumah
sakit. Ribuan konsumen dan ratusan employer, perencana kesehatan, dan rumah
sakit bergantung pada peringkat healthgrades, produk dan konsultasi untuk
membuat keputusan health care berdasarkan kualitas perawatan. Didirikan di
1999, perusahaan berlokasi di Denver, Colorado dan mempunyai lebih dari 200
karyawan.
Pengunjung healthgrades.com dapat mendapatkan peringkat berkualitas
dan informasi biaya 5000 rumah sakit dan 16.000 rumah perawatan beserta profil
mendalam 7500 dokter. Health grades membantu rumah sakit mengerti,
meningkatkan dan mengkomunikasikan kualitas kesehatan yang mereka berikan
melalui serangkaian produk dan layanan nasehat klinis yang dipimpin oleh dokter.
Banyak perencana kesehatan dan employers menawarkan karyawan dan anggota
rencana kesehatan akses ke Healthgrades management suite, yaitu decision
support tools yang lengkap dan meliputi rating provider, modul health
optimization, health care finance tools.
37
2.14.4 Teladoc
Gambar 2.12 Website Teladoc [17]
Teladoc adalah provider pertama dan terbesar healthcare consultation
dalam United States yang melayani lebih dari 1.7 juta anggota. Teladoc berdiri di
tahun 2002 untuk menangani 3 masalah terbesar di bidang pelayanan kesehatan:
1. Akses
Pasien menunggu berhari-hari,bahkan berbulan-bulan untuk mendapatkan
janji dengan dokter. Orang lain banyak yang menggunakan ruang emergency
untuk masalah yang sepele. Teladoc mengatasi masalah ini dengan
menyediakan akses on-demand 24/7 dimana saja, kapan saja.
2. Biaya
38
Biaya layanan kesehatan dan biaya lainnya meningkat 2 kali lebih besar dari
tingkat inflasi, Teladoc menyediakan pelayanan dengan sebagian kecil biaya
perawatan dokter atau emergency room, menghemat uang semua orang.
3. Kualitas
Akses yang lebih cepat dan biaya yang lebih murah tidak datang dengan
mengorbankan kualitas. Teladoc menggunakan standar terakreditasi ketat, dan
protokol klinis untuk dokter bersertifikat di seluruh network nasional.
39
2.14.5 UCAOA
Gambar 2.13 UCAOA [18]
Urgent Care Association of America (UCAOA) adalah asosiasi urgent
care medicine physician dan administrator yang memberikan konferensi annual
terbesar di United States, standar terakreditasi, workshop billing dan coding,
40
latihan management, dan bantuan startup urgent care center. Terdapat pula forum
agar para pakar urgent care dapat saling bertukar pikiran.
Urgent Care center menyediakan perawatan segera untuk akut, penyakit
yang tidak membahayakan jiwa, dan merupakan komponen kritis dalam sistem
kesehatan masyarakat. Kerjasama antara pasien, dokter utama, departemen
emergency dan provider urgent care dapat membuat jaringan pilihan layanan
kesehatan yang menempatkan pasien di tangan yang tepat pada waktu yang tepat
dan oleh tingkat perawatan yang tepat.
41
2.14.6 CDC
Gambar 2.14 CDC [19]
42
CDC (Center for Disease Control and Prevention) adalah sebuah
komponen operasional yang penting pada Departemen kesehatan dan layanan
masyarakat. Misi CDC adalah untuk melakukan kolaborasi untuk menciptakan
expertise, informasi, dan tools yang dibutuhkan masyarahat dan komunitas, untuk
melindungi kesehatan mereka melalui promosi kesehatan, pencegahan penyakit,
luka dan ketidakmampuan, serta persiapan untuk menghadapi ancaman kesehatan
yang baru.
2.14.7 Quinnian health
Gambar 2.15 Quinnian Health [20]
Quinnian health adalah layanan kesehatan dan perusahaan teknologi yang
menspesialisasikan pada pemasangan medical countermeasure dan solusi
occupational health untuk world leading employers. Skala pendekatan quinnian
43
health terhadap kelangsungan bisnis memungkinkan peluncuran program
pencegahan medis di seluruh perusahaan, dengan hasil efektif yang tidak dapat
disangkal, dan cost-effective.
2.14.8 IDAHO Department of Health and Welfare
Gambar 2.16 IDAHO [21]
Gambar 2.14 menjelaskan tentang situs Emergency Medical Service untuk
negara IDAHO. Dalam waktu 48 tahun, Emergency Medical Service (EMS) di
IDAHO telah berevolusi dari ambulan generasi pertama hingga mempunyai 200
agency di seluruh daerah.
Selama patient care reporting system di local dan state level
mengkuantisasikan jumlah dan tipe emergency medical response, profilnya
bertujuan sebagai sumber satu-satunya informasi untuk menangkap arsitektur dan
demografi EMS agency dan personel di IDAHO. Pengertian terhadap struktur dan
karakteristik EMS pada level local adalah penting untuk mengimplementasi lebih
44
lanjut EMS system di seluruh Negara. Informasi mengenai Emergency Medical
Service di website ini dikumpulkan dari berbagai sumber.
2.15 Perbandingan Network
Olla et al. membuat perbandingan teknologi wireless berdasarkan kecepatan,
radius, dan masalahnya untuk m-health [7]. Perbandingan tersebut dapat dilihat melalui
table di bawah ini:
Network Speed Range and Coverage Main issue for m-health
2nd generation GSM 9.6 KBPS World-wide coverage, tergantung operator
Keterbatasan bandwith, gangguan
High Speed Circuit Switched Data (HSCSD)
28.8 KBPS – 57.6 KBPS
Tidak global, hanya disupport oleh network service provider
Tidak tersedia secara luas, device langka
General Packet Radio Service (GPRS)
171.2 KBPS Tidak global, hanya disupport oleh network service provider
Tidak tersedia secara luas
EDGE 384 KBPS Tidak global, hanya disupport oleh network service provider
Tidak tersedia secara luas, device langka
UMTS 144 KBPS – 2 MBPS Jika diimplementasi sempurna dapat berganti antara network dan global
Masa hidup batere device, operational cost
Wireless Local Area 54 MBPS 30-50m indoors dan 100-500 m outdoors
Privacy, Security
Personal Area Networks – Bluetooth
400 KBPS simetris 150-700 KBPS tidak simetris
10-100 m Privacy, Security, low bandwith
Personal Area Networks – Zigbee
20 KBPS – 250 KBPS 30 m Security, Privacy, low bandwith
WiMAX Sampai 70 MBPS Kira-kira 40 m dari base station
Tidak ada device dan network card sampai
45
sekarang RFID 100 KBPS 1 m Security, Privacy Satellite Networks 400-512 KBPS Global coverage Data Costs,
kurangnya device dengan kemampuan roaming, bandwith terbatas.
Tabel 2.5 Perbandingan teknologi wireless
2.16 Kode Diagnosa Penyakit
Diagnose penyakit digunakan untuk keperluan medis dalam hal penamaan hasil
diagnosa penyakit sehingga dimengerti oleh semua tim medis. Berikut adalah diagnose
penyakit yang digunakan dengan menggunakan ICD10Data.com, adapun alasan mengapa
menggunakan ICD10 adalah ICD ini merupakan revisi terakhir pada tahun 1999 yang
merupakan standar yang dikeluarkan oleh WHO.
Jika diagnosa termasuk ke dalam daftar kegawatdaruratan PT Panasonic
Manufacturing Indonesia maka kode diagnosanya adalah seperti berikut:
No Penyakit Kode diagnosa 1 Panas Tinggi (Fever) R50 2 Tidak sadarkan diri (Faint) R55 3 Sakit Kepala Hebat (Headache) R51 4 Kejang-kejang (Convulsion) R56 5 Keram perut (Colic) R10.83 6 Asma (Asthma) J45 7 Serangan Jantung (Heart Attack /
Myocardial Infraction) I22
8 Gangguan pembuluh darah otak akut I60 9 Muntah berak dan kekurangan cairan
tubuh R11, A09, E86
10 Keracunan (Poisoned) T36-T50 11 Alergi T78.4 12 Pendarahan hebat R58 13 Kondisi Umum Buruk R69
Tabel 2.6 Kode diagnosa penyakit
46
Jika diagnosa berkaitan dengan fire accident, akan digunakan 2 jenis kode
diagnosa, yaitu kode diagnosa utama berupa lokasi luka bakar pada korban, dan kode
diagnosa pendukung yaitu jumlah luka bakar pada korban. Kode diagnosa lokasi luka
bakar pada korban adalah seperti berikut:
No Lokasi luka bakar Kode diagnosa 1 Head, face, neck T20 2 Trunk T21 3 Shoulder and upper limb T22 4 Wrist and hand T23 5 Lower limb T24 6 Ankle and foot T25 7 Eye and Adnexa T26 7 Respiratory tract T27 8 Other internal organ T28 9 Unspecified body region T29
Tabel 2.7 Kode diagnosa lokasi luka bakar
Sedangkan kode diagnosa menurut jumlah luka bakar pada korban yaitu:
No Jumlah luka bakar Kode diagnosa 1 < 10 % T31.0 2 10-19 % T31.1 3 20-29 % T31.2 4 30-39 % T31.3 5 40-49 % T31.4 6 50-59 % T31.5 7 60-69 % T31.6 7 70-79 % T31.7 8 80-89 % T31.8 9 >90 % T31.9
Tabel 2.8 Kode diagnosa jumlah luka bakar
Jika diagnosa berkaitan dengan chemical accident, maka kode diagnosa yang
digunakan adalah menurut sumber bahan kimianya, yaitu seperti berikut:
No Sumber kimia Kode diagnosa 1 Alcohol T51 2 Organic Solvents T52 3 Halogen derivatives of aliphatic and
aromatic hydrocarbons T53
47
4 Corrosive Substance T54 5 Soaps and detergents T55 6 Metals T56 7 Other inorganic substances T57 7 Carbon Monoxide T58 8 Other gases, fumes and vapors T59 9 Pesticides T60 10 Noxious substances eaten as seafood T61 11 Other noxious substances eaten as
seafood T62
12 Contact with venomous animals and plants
T63
13 Aflatoxin and other mycotoxin food contaminants
T64
14 Other and unspecified substances T65 Tabel 2.9 Kode diagnosa sumber kimia
2.17 Unified Modeling Language (UML) Diagram
UML adalah standar bahasa untuk menspesifikasikan, mengkonstruksikan,
memvisualisasikan, dan mendokumentasikan artifak dari suatu software system. UML
mendifinisikan sejumlah diagram dalam menjelaskan model software. Diagram yang
akan digunakan dalam tesis ini yaitu Use Case, Entity Relationship Diagram (ERD), dan
Activity Diagram [13].
2.17.1 Use Case
Use case memodelkan fungsionalitas yang disediakan oleh system (use
case), user yang berinteraksi dengan system(actor), dan asosiasi antara user
dengan fungsionalitas. Use case digunakan pada requirement collection dan
analysis fase dari software development life cycle untuk merepresentasikan high
level requirement kepada system [13].
48
2.17.2 ERD
ERD adalah diagram yang menjelaskan informasi yang dibutuhkan atau
dimiliki oleh organisasi. ERD terdiri dari Entity, Relationship, dan Attribut. Entity
adalah object di organisasi yang akan direpresentasikan dalam database. Attribute
adalah property yang mendeskripsikan aspek dari object yang akan kita record.
Relationship adalah asosiasi antar entity [13].
2.17.3 Activity Diagram
Activity Diagram memodelkan alur pengaturan dari satu aktivitas ke
aktivitas lain. Sebuah Activiy Diagram biasanya merepresentasikan pemanggilan
operasi, langkah dalam business process, atau keseluruhan business process.
Activity Diagram terdiri dari Activity States dan transisi diantara mereka [13].