9
BAB II
LANDASAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kebangkrutan.
Kebangkrutan merupakan suatu kondisi kesulitan keuangan yang
sangat parah sehingga perusahaan tidak mampu untuk menjalankan operasi
perusahaan dengan baik. Kesulitan keuangan/likuiditas yang dialami
perusahaan mungkin sebagai awal dari suatu kebangkrutan. Kesulitan
keuangan ini dapat dilihat dari kondisi perusahaan yang tidak dapat memenuhi
jadwal pembayaran atau ketika proyeksi arus kas mengindikasikan bahwa
perusahaan tersebut tidak dapat memenuhi kewajibannya. Dari sejumlah
penelitian yang telah dilakukan sehubungan dengan prediksi kebangkrutan,
dapat dibagi menjadi dua kelompok besar. Kelompok pertama adalah model
prediksi kebangkrutan menggunakan tehnik statistik: analisis regresi, analisis
korelasi, analisis diskriminan, model regresi logit, model probit. Kelompok
kedua adalah tehnik kemampuan komputer, seperti: decision trees, trait
recognition, artificial neural networks (ANN), support vector machines
(SVM), dan lain-lain. (Dita Wisnu Safitri. 2012)
10
2.1.1. Macam-macam model prediksi kebangkrutan
a. Altman’s Model.
Altman Z-score (bankruptcy model) dipergunakan sebagai alat
kontrol terukur terhadap status keuangan suatu perusahaan yang
sedang mengalami kesulitan keuangan (financial distress). Dengan
kata lain, Altman Z-score dipergunakan sebagai alat untuk
memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan.Altman Z-score
dinyatakan dalam bentuk persamaan linear yang terdiri dari 4
hingga 5 koefisien “T” yang mewakili rasio-rasio keuangan
tertentu, yakni:
Z = 6,56T1 + 3,26T2 + 6,72 T3 + 1,05 T4
Di mana:
T1 = Working Capital to Total aset
T2 = Retained earning to Total aset
T3 = EBIT to Total Liabilities
T4 = Book Value of Equity to Book Value of Liabilities
Dengan zona diskriminan sebagai berikut:
Bila Z > 2.60 = zona “aman”
Bila 1.1 < Z < 2.60 = zona “abu-abu”
Bila Z < 1.1 = zona “distress”
11
b. Springate’s Model.
Model ini mengikuti prosedur model Altman yang dibangun di
Amerika Serikat. Springate (1978) mengunakan step-wise multiple
discriminate analysis untuk memilih 4 rasio terbaik dari 19 rasio
keuangan yang paling sering digunakan. 4 rasio ini merupakan
rasio terbaik yang akan membedakan antara perusahaan gagal dan
tidak gagal. Bentuk model Springate sebagai berikut:
Z = 1.03A + 3.07B + 0.66C + 0.4D.
Z < 0.862; perusahaan diklasifikasikan “gagal”
Dimana
A = Working Capital/Total Asset.
B = Net Profit before Interest and Taxes/Total Assets
C = Net Profit before Taxes/Current Liabilities
D = Sales/Total Assets
c. Zmijewski.
Metode Zmijewski melakukan studi atau riset, dengan
menggunakan probit analisis yang diterapkan pada 40 perusahaan
yang telah bangkrut dan 800 perusahaan yang masih sehat. Kriteria
penelitian yaitu, semakin besar nilai X maka semakin besar
kemungkinan perusahaan tersebut menjadi bangkrut, lain halnya
jika bernilai negatif maka perusahaan tersebut tidak berpotensi
12
untuk bangkrut. Rasio keuangan yang dianalisis menurut
Zmijewski, adalah :
Keterangan:
X=(Return On Asset) = ( EAT / Total Assets ) x 100%
X1=(Debt Ratio) = ( Total Debt/Total Asset ) x 100%
X2 (Current Ratio) = ( Current Asset/Current Liabilities ) x 100%.
Jika dalam perhitungannya, skor yang dihasilkan melebihi dari
angka 0, maka perusahaan tersebutdiprediksi akan mengalami
kebangkrutan, sebaliknya jika skor yang dihasil kurang dari 0
makaperusahaan tersebut tidak akan mengalami kebangkrutan.
2.2. Financial Distress
Financial distress atau sering disebut dengan kesulitan keuangan,
terjadi sebelum suatu perusahaan benar-benar mengalami kebangkrutan.
Menurut Ramadhani dan Lukviarman (2009)mengartikan bahwa kesulitan
keuangan (financial distress) merupakan tahapan awal sebelum terjadinya
kebangkrutan atau likuiditas dikarenakan penurunan kondisi keuangan.
Platt (2002) mendefinisikan financial distress merupakan tahap
penurunan kondisi keuanganyang terjadi sebelum mengalami kebangkrutan
ataupun likuidisi. Berdasarkan Whitaker (1999) mengilustrasikan bahwa
kondisi financial distress sebagai suatu kondisi dari perusahaan yang mengalami
13
laba bersih (net profit) negative selama beberapa tahun tersebut secara berturut-
turut. Kondisi financial distress tergambar dari ketidak mampuan perusahaan
atau tidak tersediannya suatu dana untuk membayar kewajiban yang telah jatuh
tempo.
Menurut Fachrudin (2008) ada beberapa definisi kesulitan keuangan
menurut tipenya, antara lain sebagai berikut:
1. Ekonomic failure
Ekonomik failure atau kegagalan ekonomi adalah keadaan dimana
pendapatan perusahaan tidak cukup untuk menutupi total biaya, termasuk
cost of capital.Bisnis ini masih dapat melanjutkan operasinnya sepanjang
kreditur bersedia menerima tingkat pengembalian (rate of return) yang
dibawah pasar.
2. Business failure.
Kegagalan bisnis mendefinisikan sebagai bisnis yang menghentikan
operasi dengan alasan mengalami keruguan.
3. Technical insolvency.
Adapun sebuah perusahaan bisa dikatakan dalam kondisi technical
insolvency apabila suatu perusahaan tidak memenuhi kewajiban lancarnya
ketika jatuh tempo. Ketidakmampuan membayar hutang secara teknis
menunjukan bahwa perusahaan sedang mengalami kekurangan likuiditas
yang bersifat sementara, dimana jika diberikan beberapa waktu, maka
14
kemungkinan perusahaan bisa membayar hutang dan bunganya tersebut. Di
sisi lain, apabila technical insolvency merupakan gejala awal kegagalan
ekonomi, ini mungkin mejadi sebuah tanda perhengtian pertama menuju
bankruptvy.
4. Insolvensi in bankruptcy.
Insolvensi in bankruptcy bisa terjadi di suatu perusahaan apabila nilai
buku hutang perusahaan tersebut melebihi nilai pasar asset saat ini. Kondisi
tersebut bisa dianggap lebih serius jika dibandingkan dengan technical
insolvency, karena pada umumnya hal tersebut merupakan tanda kegagalan
ekonomi, bahkan mengarah pada likuidari bisnis. Perusahaan yang sedang
mengalami keadaan seperti ini tidak perlu terlibat dalam tuntutan
kebangkrutan secara hukum.
5. Legal Banckruptcy.
Perusahaan dapat dikatakan mengalami kebangkrutan secara hukum
apabila perusahaan tersebut mengajukan tuntutan secara resmi sesuai
dengan undang-undang yang berlaku
Kondisi financial distress perusahaan didefinisikan sebagai kondisi di
mana hasil operasi perusahaan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban
perusahaan (Insolvency). Insolvency dapat dibedakan dalam 2 kategori, (Emery,
Finnery, Stowe, (2004)
15
1. Technical Insolvency.
Bersifat sementara dan munculnya karena perusahaan kekurangan kas
untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek.
2. Bankruptcy Insolvency.
Bersifat lebih serius dan munculnya ketika total nilai hutang melebihi
nilai total aset perusahaan atau nilai ekuitas perusahaan negatif. Banyak
faktor yang dapat menyebabkan perusahaan menghadapi financial distress
yaitu antara lain kenaikan biaya operasi, ekspansi berlebihan, ketinggalan
teknologi, kondisi persaingan, kondisi ekonomi, kelemahan manajemen
perusahaan dan penurunan aktifitas perdagangan industri (Wruck, 1990
dalam Whitaker, 1999).
Dalam kondisi ekonomi yang tidak buruk, kebanyakan perusahaan yang
mengalami financial distress adalah akibat dari kelemahan manajemen
(Whitaker, 1999). Menurut Martin (1995) kebangkrutan didefinisikan ke dalam
beberapa pengertian, yaitu:
1. Economic distress.
Berarti perusahaan kehilangan uang atau pendapatan sehingga tidak
mampu menutup biaya sendiri karena tingkat laba yang lebih kecil dari biaya
modal atau nilai sekarang dan arus kas perusahaan lebih kecil dari
kewajiban.Kegagalan terjadi bila arus kas perusahaan sebenarnya jauh di
bawah arus kas yang diharapkan atau tingkat pendapatan atas biaya historis
16
dan investasinya lebih kecil daripada biaya modal perusahaan yang
dikeluarkan untuk sebuah investasi.
2. Financial distress.
Berarti kesulitan dana untuk menutup kewajiban perusahaan atau
kesulitan likuiditas yang diawali dengan kesulitan ringan sampai pada
kesulitan yang lebih serius, yaitu jika hutang lebih besar dibandingkan
dengan aset. Definisi financial distress yang lebih pasti sulit dirumuskan
tetapi terjadi dari kesulitan ringan sampai berat.
Indikator yang menunjukkan apakah suatu perusahaan mengalami
financial distress antara lain ditandai dengan adanya pemberhentian tenaga kerja
atau hilangnya pembayaran dividen, serta arus kas yang lebih kecil daripada
hutang jangka panjang (Whitaker, 1999), atau jika selama 2 tahun mengalami
laba bersih operasi negatif dan selama lebih dari 1 tahun tidak melakukan
pembayaran dividen, sedangkan Wahyujati (2000) mendefinisikan financial
distress jika perusahaan mengalami net income negatif selama 3 tahun.
Menurut Damodaran (1997), faktor penyebab financial distress dari dalam
perusahaan lebih bersifat mikro. Adapun faktor-faktor dari dalam perusahaan
tersebut adalah :
1. Kesulitan arus kas.
Terjadi ketika penerimaan pendapatan perusahaan dari hasil kegiatan
operasi tidak cukup untuk menutupi beban-beban usaha yang timbul atas
aktivitas operasi perusahaan.Selain itu kesulitan arus kas juga bisa
17
disebabkan adanya kesalahan manajemen ketika mengelola aliran kas
perusahaan dalam melakukan pembayaran aktivitas perusahaan dimana dapat
memperburuk kondisi keuangan perusahaan.
2. Besarnya jumlah hutang.
Kebijakan pengambilan hutang perusahaan untuk menutupi biaya yang
timbul akibat operasi perusahaan akan menimbulkan kewajiban bagi
perusahaan untuk mengembalikan hutang di masa mendatang. Ketika tagihan
jatuh tempo, sedangkan perusahaan tidak mempunyai cukup dana untuk
melunasi tagihan-tagihan tersebut,maka kemungkinan yang dilakukan
kreditur adalah melakukan penyitaan hartaperusahaan untuk menutupi
kekurangan pembayaran tagihan tersebut.
3. Kerugian dalam kegiatan operasional perusahaan selama beberapa tahun.
Dalam hal ini merupakan kerugian operasional perusahaan yang dapat
menimbulkan arus kas negatif dalam perusahaan.Hal ini dapat terjadi karena
beban operasional lebih besar dari pendapatan yang diterima perusahaan.
Meskipun suatu perusahaan dapat mengatasi tiga masalah di atas, belum
tentu perusahaan tersebut dapat terhindar dari financial distress, itu karena masih
terdapat faktor eksternal perusahaan yang dapat menyebabkan financial distress.
Menurut Damodaran (1997) faktor eksternal perusahaan lebih bersifat
makro, dimana cakupannya lebih luas.Faktor eksternal dapat berupa kebijakan
pemerintah yang dapat menambah beban usaha yang ditanggung perusahaan,
misalnya tarif pajak yang meningkat dapat menambah beban perusahaan.Selain
18
itu masih ada kebijakan suku bunga pinjaman yang meningkat, dimana bisa
menyebabkan peningkatan beban bunga yang ditanggung perusahaan.
Financial distress dapat diketahui melalui analisis laporan keuangan
perusahaan dari tahun-tahun sebelumnya.Analisis laporan keuangan merupakan
alat informasi untuk membantu para manajemen dalam mengambil keputusan.
(Fadrih 1999)
Menurut (Munawir, 2004: 64) analisislaporan keuangan
dapatdilakukan dengan analisis rasio keuangan. Rasio keuangan merupakan
perhitungan dan perbandingan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah
yang lain, dengan menggunakan analisis ini dapat menjelaskan
atau memberi gambaran mengenai baik buruknya kondisi atau
posisikeuangan suatu perusahaan. Rasio keuangan juga merupakan salah satu
bentuk informasi akuntansi yang penting dalam proses penilaian kinerja
perusahaan dan dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan.
Sehingga dengan analisis rasio maka perusahaan akan termotivasi untuk
mengadakan koreksi terhadap keadaan yang sedang terjadi kondisi ekonomi
perusahaan yang bersangkutan serta memperbaiki kelemahan-kelemahan yang
ada dalam perusahaan agar masalah yang timbul dalam perusahaan tidak menjadi
lebih parah lagi dan menimbulkan kebangkrutan.Perusahaan dapat dikatakan
mengalami kebangkrutan secara hukum apabila perusahaan tersebut mengajukan
tuntutan secara resmi sesuai dengan undang-undang yang berlaku (Brigham dan
Gapenski, 1997).
19
2.3. Pengertian Bank
Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang
“Perbankan” ( Ade Arthesa dan Edia Handiman, 2006:6) menyebutkan bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat biasa.
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas bahwa bank
merupakan perusahaan yang bergerak dlam bidang keuangan, artinya aktivitas
perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan.Kasmir, (2008)
2.4. Laporan Keuangan Bank
Dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan standar
akuntansi keuangan, laporan keuangan merupakan bagian dari propses pelaporan
keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan
laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam
berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana),
catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral
dari laporan keuangan. (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007).
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2007) dalam PSAK No.31
tentang Akuntansi Perbankan, laporan keuangan bank terdiri dari:
a. Neraca
20
Bank menyajikan asset dan kewajiban dalam neraca berdasarkan
karakteristiknya dan disusun berdasarkan urutan likuiditasnya.
b. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi bank menyajikan secara terperinci unsur pendapatan dan
beban, serta membedakan aantara unsur-unsur pendapatandan beban yang
bersal dari kegiatan operasional dan non operasional.
c. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan
diklasifikasikan menurut menurut aktivitas operasi, investasi daan
pendanaan.
d. Laporan Perubahan Ekuitas.
Laporan perubahan ekuitas menyajikan peningkatan dan penurunan asset
bersih atau kekayaan bank selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip
pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan
keuangan.
e. Catatan Atas Laporan Keuangan.
Catatan atas laporan keuangan membantu menjelaskan perhitungan item
tertentu dalam laporan keuangan serta memberikan penilaian yang lebih
komperhensif dari kondisi keuangan perusahaan.
2.5. Manfaat Laporan Keuangan
Sesuai dengan Statement of Financial Accounting Concepts No. 1 tentang
Tujuan dari pelaporan keuangan untuk menyediakan informasi yang bermanfaat
21
kepada investor, kreditor dan pemakai lainnya, baik yang sekarang dan potensial
pada pembuatan keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis secara
rasional. Tujuan kedua pelaporan keuangan untuk menyediakan informasi untuk
membantu investor, kreditor, dan pemakai lainnya baik yang sekarang maupun
yang potensial dalam menilai jumlah, waktu dan ketidakpastian dari prospective
penerimaan kas dari deviden atau bunga. (Scott, 2000).
2.6. Penggunaan Laporan Keuangan dan Kebutuhan Informasi
Laporan keuangan beserta pengungkapannya dibuat perusahaan dengan
tujuan memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan –
keputusan investasi dan pendanaan, seperti yang dinyatakan dalam SFAC No. 1.
Yulia Purwanti (2005) bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi :
1. untuk keputusan investasi dan kredit.
2. mengenai jumlah dan timing arus kas.
3. mengenai aktiva dan kewajiban.
4. mengenai kinerja perusahaan.
5. mengenai sumber dan penggunaan kas.
6. penjelas dan interpretif.
7. untuk menilai stewardship.
Ketujuh tujuan ini terangkum dengan disajikannya laporan laba rugi,
neraca, laporan arus kas dan pengungkapan laporan keuangan.
22
Menurut PSAK No. 1 Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum
adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus
kas, perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna
laporan dalam rangka membuat keputusan – keputusan ekonomi serta
menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan
sumber – sumber daya yang dipercayakan kepada mereka dalam rangka
mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi
mengenai perusahaan yang meliput:
1. aktiva,
2. kewajiban,
3. ekuitasi.
4. pendapatan, beban termasuk keuntungan dan kerugian.
5. arus kas.
Menurut (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007:2-3) pengguna laporan
keuangan meliputi:
a. Investor, membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah
harus membeli, menanam, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham
juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai
kemampuan perusahaan membayar deviden.
b. Karyawan, menggunakan laporan keuangan untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam memberikan balas jasa, imbalan pasca kerja, dan
kesempatan kerja.
23
c. Pemberi pinjaman, menggunakan informasi keuangan untuk memutuskan
apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
d. Pemasok dan kreditur usaha lainnya, mereka tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang
akan dibayar pada saat jatuh tempo.
e. Pelanggan, berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup
perusahaan, terutama kalau mereka terikat dengan perjanjian jangka panjang
dengan, atau bergantung pada perusahaan.
f. Pemerintah, membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan,
menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik
pendapatan nasional dan statistik lainnya.
g. Masyarakat, laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan
menyediakan informasi kecenderungan (tren) dan perkembangan terakhir
kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
2.7. Rasio Keuangan Bank
Menurut Muljono (1999) rasio keuangan bank terdiri dari:
a. Rasio likuiditas bank.
Rasio likuiditas bank digunakan untuk mengetahui kemampuan bank
memenuhi kewajiban yang akan jatuh tempo.
b. Rasio rentabilitas bank .
24
Rasio rentabilitas bank untuk mengetahui kemampuan bank di dalam
menghasilkan laba dari operasi usaha.
c. Rasio risiko usaha bank
Rasio risiko usaha bank digunakan untuk mengukur besarnya risiko-risiko
dalam menjalankan usahanya.
d. Rasio permodalan .
Analisa rasio permodalan sering disebut sebagai analisa solvabilitas atau
capital adequancy analysis. Analisa rasio ini untuk mengetahui apakah
permodalan bank yang ada telah mencukupi untuk mendukung kegiatan
bank yang akan dilakukan secara efisien dan mapu untuk menyerap
kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan.
e. Rasio efisiensi usaha
Rasio efisiensi usaha digunakan untuk mengukur performance manajemen
suatu bank apakah telah menggunakan semua faktor-faktor produksinya
dengan tepat guna dan berhasil guna serta tingkat efisiensi manajemen bank.
2.8. Faktor Faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, penilaian tingkat kesehatan bank
mencakup penilaian terhadap factor faktor sebagai berikut:
a. Capital
25
Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut: kecukupan, komposisi, dan
proyeksi (trend ke depan) permodalan serta kemampuan permodalan
Bank dalam mengcover aset bermasalah; kemampuan Bank memelihara
kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan, rencana
permodalan Bank untuk mendukung pertumbuhan usaha, akses kepada
sumber permodalan, dan kinerja keuangan pemegang saham untuk
meningkatkan permodalan Bank
b. Asset Quality
Penilaian terhadap faktor kualitas aset meliputi penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut: kualitas aktiva produktif,
konsentrasi eksposur risiko kredit, perkembangan aktiva produktif
bermasalah, dan kecukupan penyisihan penghapusan aktiva produktif
(PPAP), kecukupan kebijakan dan prosedur, sistem kaji ulang (review)
internal, sistem dokumentasi, dan kinerja penanganan aktiva produktif
bermasalah.
c. Management.
Penilaian terhadap faktor manajemen meliputi penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut: kualitas manajemen umum dan
penerapan manajemen risiko; kepatuhan Bank terhadap ketentuan yang
berlaku dan komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya.
26
d. Earning .
Penilaian terhadap faktor rentabilitas meliputi penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut: pencapaian return on assets
(ROA), return on equity (ROE), net interest margin (NIM), dan tingkat
efisiensi Bank; perkembangan laba operasional, diversifikasi pendapatan,
penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya, dan
prospek laba operasional.
e. Liquidity.
Penilaian terhadap faktor likuiditas meliputi penilaian terhadap
komponen komponen sebagai berikut: rasio aktiva/pasiva likuid, potensi
maturity mismatch, kondisi Loan to Deposit Ratio (LDR), proyeksi cash
flow, dan konsentrasi pendanaan; kecukupan kebijakan dan pengelolaan
likuiditas (assets and liabilities management / ALMA), akses kepada
sumber pendanaan, dan stabilitas pendanaan.
f. Sensitivity to Market Risk.
Penilaian terhadap faktor sensitivitas terhadap risiko pasar meliputi
penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: kemampuan
modal Bank dalam mengcover potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi
(adverse movement) suku bunga dan nilai tukar; kecukupan penerapan
manajemen risiko pasar.
27
2.9. Penelitian Terdahulu
TABEL 2.9
DAFTAR PENELITIAN EMPIRIS TERDAHULU TAHUN 2010-2016
NO TAHUN NAMA JUDUL KETERANGAN
1 2012 Iskandar Putong:
Engelwati Gani
Analisis Kesulitan KeuanganPerusahaan Perbankan DanLembaga Pembiayaan
Model analisis diskriminan yangmenggunakan Altman Z-scoreyang memeriksa laporankeuangan perusahaan selama 3tahun menunjukkan bahwaperusahaan yang telah go publicmemiliki kinerja keuangan yangbaik. Dua dari empat perusahaanyang diteliti, pada kenyataannya,diperkirakan secara teoretisbangkrut karena perusahaantersebut sedang mengalamikesulitankeuangan.
2 2012 Mokhamad IqbalDwi Nugroho
Analisis Prediksi FinancialDistress DenganMenggunakan Model AltmanZ-ScoreModifikasi 1995(Studi KasusPada Perusahaan ManufakturYang Go Public di IndonesiaTahun 2008 sampai denganTahun 2010)
Penelitian ini meneliti tentangprediksi financial distress yangmenggunakan model Altman Z-Score 1995 dengan cut off teoridari Brigham dan Houston,sekaligus meneliti tentangpengaruh variable rasio NetWorking Capital to TotalAssets(X1), Retained Earning to TotalAssets (X2), Earning BeforeInterest and Taxto Total Assets(X3), dan Book Value of Equity toTotal Liability (X4)terhadapprediksi financialdistress untuk perusahaanperusahaan yang mengalamidistressmaupun prediksifinancial distress untukperusahaan perusahaan yang
28
mengalaminon distress. AnalisisZ-Score sendiri merupakansebuah alat prediksikebangkrutanyang dibuat olehDr. Edward I. Altman pada tahun1968. Metode inimenggunakanrasio-rasio tertentudalam rangka memprediksiresiko kebangkrutansebuahperusahaan. Metode inijuga telah mengalami modifikasipada tahun 1995,denganmengubah beberapavariable dalam formula Z-Scorenya.
Menurut perhitungan prediksiyang sudah dilakukan, bahwaterdapat 10 perusahaanmengalami distress dan 78perusahaan mengalami nondistress. Dari hasil pengolahanmenggunakan SPSS,menghasilkan persamaan Z = -0,175 + 0,059 X + 0,846 X2 +3,777 X3 + 0,069 X4. Lalu, nilaitingkat kebenaran klasifikasiuntuk perusahaan distresssebesar 73,3% dan nilai tingkatkesalahan klasifikasinya sebesar26,7%. Sedangkan nilai tingkatkebenaran klasifikasi untukperusahaan non distress sebesar86,2% dan nilai tingkatkesalahan klasifikasinya sebesar13,8%. Dalam penelitian iniVariabel rasio Net WorkingCapital to Total Assets (X1),RetainedEarning to Total Assets(X2), Earning Before Interest andTax to Total Assets (X3),danBook Value of Equity to Total
29
Liability (X4) berpengaruh positifterhadapfinancial distress.
3 2013 Lailatul Fitrikah Analisis Penggunaan MetodeZ-Score Altman UntukMemprediksi PotensiKebangkrutan PerusahaanPerbankan Go PublicDiBursa Efek Indonesia Periode2009-2011
Metode penelitian yangdigunakan dalam penelitianadalah metode enelitian kualitatifdengan pendekatan deskriptif.Obyek penelitian ini adalah 15perusahaan perbankan yang telahmenerbitkan laporan keuanganselama 3 tahun terakhir. Datayang diambil adalah datasekunder yang berupa laporankeuangan perusahaan. Padapenelitian ini metodepengumpulan data adalah dengandokumentasi dan studi pustaka.
Hasil penelitian menunjukkanbahwa keseluruhan perusahaanperbankan yang menjadi objekpenelitian berada dalam kategoriperusahaan tidak sehat ataudiprediksi akan mengalamikebangkrutan (nilai Z-score dibawah 1,81 dan bahkan negatif),yaitu Bank Agroniaga Tbk, BankCentral Asia Tbk, Bank NegaraIndonesia (Persero) Tbk, BankRakyat Indonesia (Persero) Tbk,Bank Tabungan PensiunanNasional Tbk, Bank BukopinTbk, Bank Bumi Arta Tbk, BankCIMB Niaga Tbk, BankDanamon Indonesia Tbk, BankICB Bumiputera Tbk, BankInternasional Indonesia Tbk,Bank Mayapada InternasionalTbk, Bank NusantaraParahyangan Tbk, Bank OCBCNISP Tbk, dan Bank PanIndonesia Tbk. Namun sampai
30
saat ini bank-bank tersebut masihberoperasi karena bank-banktersebut masih mempunyai nilaiCAR yang tinggi, yaitu rata-ratamencapai 16%. Sesuai arahkebijakan Bank Indonesia, bankyang memiliki nilai CAR diatas8% bank tersebut masih bisaberoperasi.
4 2013 Risco Ch.S.
Ondang
AnalisisFinancial DistressDengan MenggunakanMetode Altman Z-ScoreUntukMemprediksiKebangkrutanPada Perusahaan (Studi PadaPerusahaan TelekomunikasiYang Terdaftar Di BursaEfek Indonesia Periode 2008-2012)
Model yang digunakandalampenelitian ini adalahmetode Altman ZScore dapatmenunjukkan kondisi dari suatuperusahaan apakah perusahaantersebut berada dalam kondisikesulitan keuangan atau tidakdandapat juga digunakan sebagaiperingatan awal agar perusahaandapat terhindar darikebangkrutan.
Hasil penelitian menunjukkanbahwa ada keempat perusahaanyang mengalami masalahlikuiditas masuk ke dalamkondisi keusulitan keuangan dandapat mengarah padakebangkrutan usaha yaitu padaperusahaan XL padatahun 2008dan 2009, kemudian padaperusahaan Indosat pada tahun2009 sampai tahun 2011selanjutnya pada perusahaanBTEL pada tahun 2009 sampaitahun 2012 dan yang terakhirpada perusahaan Smartfren padatahun 2008 sampai 2012.Keempat perusahaan inimengalami nilaiworkingcapitalto total asset yang rata-rata negatif selama kurun limatahun. kemudian untuk
31
perusahaan BTEL dan Smartfrenditambah dengan rata-rata nilairetained earning to total assetserta nilai EBIT to totalassetperusahaan yangnegatif.
5 2013 Leony
Diosesantry Sirait
Analisis Rasio Z-ScoreAltman Untuk MemprediksiKondisiFinancial Distress PadaPerusahaan Manufaktur YangTerdaftar Di Bursa EfekIndonesia
Penelitian ini bertujuan untukmengetahui prediksikebangkrutan perusahaan denganmenggunakan rasio keuanganmodel Altman pada perusahaanmanufaktur yang terdaftar diBursa Efek Indonesia.
Hasil Penelitian menunjukkanbahwa rasio keuangan modelAltman dan ukuran perusahaandapat memprediksi kebangkrutanpada perusahaan manufakturyang terdaftar di Bursa EfekIndonesia. Nilai Adjusted Rsquare adalah 0,658 atau sebesar65,8%, mengindikasikan bahwavariable variabel dalampenelitian ini dapat menjelaskankebangkrutan. Sedangkansisanya sebesar 34,2% dijelaskanoleh faktor lain yang tidakdimasukkan dalam model regresi.
6 2015 Suharto AnalisisPrediksiFinancialDistressDan Kebangkrutan PadaPerusahaan- PerusahaanYang ListingDalam DaftarEfek Syariah Dengan ModelZ-Score
Model yang digunakan dalampenelitian yaitu rasio-rasioAltman Z-Score sebagai alatuntuk melihat Seberapa besarpotensi kebangkrutan perusahaanyang meliputi Working Capital toTotal Assets Ratio, RetainedEarning to TotalAssets Ratio,Earning Before Interest and Taxto Total Assets Ratio,Book Valueof Equity to Book Value of TotalLiabilities, Sales to TotalAssetsRatio.
32
Hasil penelitian ini menunjukkanbahwa selama periodepengamatan terdapat beberapaperusahaan yang berada padakondisi bangkrut. Pada tahun2011 sebanyak 11 perusahaanatau 17,7% berada pada kondisibangkrut, 16 atau 25,8% dalamkondisi grey area dan 35 atau56,5% perusahaan dalamkategori sehat. Tahun 2012terdapat 16 atau 56,8%perusahaan dalam kondisibangkrut, 17 atau 27,4% dalamkondisi grey area, dan 29 atau46,8% perusahaan dalam kondisisehat. Sedangkan tahun 2013terdapat 18 atau 29,0%perusahaan dalam keadaanbangkrut, 15 atau 24,2%perusahaan dalam kondisi greyarea, dan 29 atau 46,8%perusahaan dalam kondisi sehat.
7 2015 Anesia Anggun
Kinanti
AnalisisFinancial DistressDengan Menggunakan ModelAltman Z-Score PadaPerusahaan Manufaktur YangTerdaftar Di Bei
Permasalahan dalam penelitianini adalah Apakah perusahaanmanufaktur yang terdaftar BEIperiode 2011 sampai dengan2013 berpotensi mengalamikebangkrutan berdasarkanpenerapan Altman Zscore.
Kesimpulan hasil penelitian iniadalah selama periodepengamatan menunjukkan bahwadata penelitian sebanyak limaperusahaan tekstil dan garmen gopublic beberapa diantaranyamengalami kesulitan keuangan.Tahun 2011, 40% perusahaanmengalami prediksikebangkrutan dibawah 1,81, dan
33
60% berada pada sehat. Tahun2012, terdapat perusahaan yangmengalami penurunan kondisikeuangan dengan adanya 20%berada pada keadaan sehat yangmenurun dari tahun sebelumnya,40% pada keadaangrey areayang pada tahun sebelumnyatidak ada, dan 40% pada keadaanbangkrut. Tahun 2013, terdapatperusahaan yang mengalamiperbaikan kondisi keuangan danada pula yang semakin menurunyaitu 60%pada keadaan bangkrutdan 40% berada pada keadaansehat.
8 2016 IchaCahyaningtyas,
UntungSriwidodo,
Setyaningsih Sri
Utami
AnalisisFinancial DistressMenggunakan Model AltmanZ-Score Pada PerusahaanAsuransi Yang Listing DiBursa Efek Indonesia Tahun2011 -2014
This study aims to determine thefinancial condition of insuranecompanies listed on theIndonesia Exchange from 2011-2014. By sing the Altman ZScoreto see how much financialdistress on the insurancecompanies, amounting to 9companie.
The results showed a total of 9insurance companies that wentpublic there are still some whoare greeting bankrupt condition.In 2011, as many as 22,2% ofcompanies declared bankrupt,77,9% gray area, and 0%declared healthy. In 2012, asmany as 55,6% of companies isdeclared bankrupt, 44,4% grayarea, and 0% declared healthy.In 2013, as many as 44,4% ofcompanies is declared bankrupt,55,6% gray area, and 0%declared healthy. In 2014, asmany as 55,6% of companies was
34
declared bankrupt, 44,4% grayarea, and 0% declared healthy.
9 2017 Katarina IntanAfni Patunrui ,
Sri Yati
Analisis Penilaian FinancialDistress MenggunakanModel Altman (Z-Score) Pada PerusahaanFarmasi Yang Terdaftar diBursa Efek IndonesiaPeriode 2013-2015
Penelitian ini bertujuan untukmengetahui penilaian financialdistress terhadap perusahaanfarmasi yang terdaftar di BursaEfek Indonesia denganmenggunakan model Altman ZScore.
Hasilnya menunjukkan bahwamodel Altman Z-Score dapatdiimplementasikan dalammendeteksi kemungkinanfinancial distress padaperusahaan farmasi. Satu darisepuluh perusahaan memilikinilai terendah dari Z Score danmengalami tekanan keuangan.Selama dua tahun, perusahaanberada dalam zona tertekannamun di tahun ketiga,perusahaan tersebut berhasilmeningkatkan nilai perusahaandan masuk dalam zona abu-abu.Perusahaan ini harus terusberusaha dalam rangkamenstabilkan pemanfaatan asetdan keuangan perusahaan untukmendapatkan keuntunganmaksimal, dan sampaidinyatakan sebagai perusahaanyang sehat.
10 2017 Desi Mila Sari Prediksi PotensiFinancialDistressAnalisisModelAltman Z-Score(StudiPada Bank MuamalatIndonesia Periode 2012-2015)
Jenis penelitian ini adalahpenelitian kuantitatif diskriptif.Obyek penelitian ini adalah BankMuamalat Indonesia. Denganmenggunakan sampel laporankeuangan periode 2012-2015pada Bank Muamalat Indonesia.Metode analisis data
35
menggunakan metodediskriminan Altman Z-score.
Hasil perhitungan Z-Score untukmemprediksi kebangkrutan padaBMI atas laporan keuanganselama 4 tahun dari tahun 2012 –2015 semuanya menghasilkannilai Z-Score yang lebih kecildari 1,81 sehingga dapatdikatakan akan mengalamikemungkinan kebangkrutan.