BAB II
KONSEP DASAR
I. Konsep Keluarga
A. Definisi Keluarga
Friedman (1998), Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih
yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu
mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.
Sedangkan menurut Duvall dan Logan (1986) dalam buku Mubarak
(2009), keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan
budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta
serta sosial dari tiap anggota keluarga.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu
tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Depkes
(1998).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
karakteristik keluarga adalah:
a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan, atau adopsi.
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama (satu atap) atau jika terpisah
mereka tetap memperhatikan satu sama lain.
8
B. Tipe atau bentuk keluarga (Mubarak, 2009).
1. Keluarga Inti (Nuclear Family), terdiri atas ayah, ibu, dan anak
(kandung atau angkat) yang tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh
sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu/keduanya
dapat bekerja di luar rumah.
2. Keluarga Besar (Extended Family), terdiri atas keluarga inti ditambah
dengan keluarga yang mempunyai hubungan darah, misalnya: kakek,
nenek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
3. Reconstituted Nuclear, adalah pembentukan baru dari keluarga inti
melalui perkawinan kembali suami atau istri tinggal dalam
pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari
perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru, satu/keduanya
dapat bekerja di luar rumah.
4. Keluarga “Dyad” (Dyadic Nuclear), terdiri atas suami istri yang sudah
berumur dan tidak mempunyai anak, keduanya atau salah satunya
bekerja di luar rumah.
5. Keluarga duda atau janda (Single Family), terdiri atas satu orang tua
(ayah atau ibu) akibat perceraian atau kematian pasangannya dan
anak-anaknya dapat tinggal di dalam atau di luar rumah.
6. Single Adult, yaitu wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan
tidak adanya keinginan untuk menikah.
9
C. Tugas perkembangan keluarga (Friedman, 1998).
a. Pasangan baru menikah (pasangan baru)
1) Membina hubungan intim yang memuaskan
2) Menetapkan tujuan bersama
3) Mengembangkan hubungan dengan keluarga lain, teman, dan
kelompok sosial
4) Mendiskusikan rencana memiliki anak
b. Keluarga dengan menanti kelahiran atau bayi baru lahir
1) Mempersiapkan menjadi orang tua
2) Tugas masing- masing dan tanggung jawab
3) Persiapan biaya
4) Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga baru, interaksi
keluarga, hubungan seksual dan kegiatan sehari-hari
5) Pengetahuan tentang kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua
c. Keluarga dengan anak usia pra sekolah
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, missal kebutuhan tempat
tinggal, privacy dan rasa aman
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak
yang lain (tua) juga harus terpenuhi
4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam atau keluarga
(keluarga lain dan lingkungan sekitar)
10
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (biasanya
keluarga mempunyai tingkat kerepotan yang tinggi)
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7) Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumnuhan
dan perkembangan anak
d. Keluarga dengan anak usia sekolah
1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah
dan lingkungan lebih luas (yang tidak atau kurang diperoleh dari
sekolah atau masyarakat)
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan
dan kesehatan anggota keluarga
e. Keluarga dengan anak usia remaja
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab
mengingat remaja adalah seorang dewasa muda dan memilki
otonomi
2) Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua.
Hindarkan terjadinya perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
4) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan (anggota)
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga
11
f. Keluarga dengan anak-anak dewasa awal (pelepasan)
1) Memperluas jaringan keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat
f. Keluarga dengan usia pertengahan
1) Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia
pertengahan
2) Mempertahankan suasana rumah yang menyenagkan
3) Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan
anak-anaknya dan sebayanya
4) Meningkatkan keakraban pasangan
5) Partisipasi aktivitas sosial
g. Keluarga dengan usia lanjut
1) Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling
menyenangkan pasangannya
2) Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi : kehilangan
pasangan, kekuatan fisik, dan penghasilan keuarga
3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat
4) Mempertahankan kontak dengan anak cucu
5) Mempertahankan kontak dengan masyarakat
6) Melakukan life review masa lalu
12
D. Struktur Keluarga
Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas :
a. Pola dan proses komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan fungsional apabila dilakukan
secara terbuka, jujur, melibatkan emosi, menyelesaikan konflik
keluarga, berpikiran positif, dan tidak mengulang isu atau pendapat
sendiri.
b. Struktur peran
Serangkaian prilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi social yang
diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal.
c. Struktur kekuatan dan nilai
Kemampuan dari individu untuk mengontrol, memengaruhi atau
merubah perilaku orang lain ke arah positif. Tipe struktur kekuatan :
hak (legitimate power), ditiru (referent power), keahlian (expert
power), hadiah (reward power), paksa (coercive power), dan afektif
power.
d. Struktur nilai dan norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sika atau keyakinan yang mengikat
anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah
pola perilaku yang baik atau diterima pada lingkungan sosial atau
masyarakat.
13
E. Fungsi Keluarga
a. Fungsi biologis, yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara
dan membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
b. Fungsi psikologis, yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi
keluarga, memberikan perhatian di antara keluarga, memberikan
kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta memberikan identitas
pada keluarga.
c. Fungsi sosialisasi, yaitu membina sosialisasi pada anak, membentuk
norma norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan
masing-masing, dan meneruskan nilai-nilai budaya.
d. Fungsi pendidikan, yaitu menyekolahkan anak untuk memberikan
pengetahuan, keterampilan, membentuk prilaku anak sesuai dengan
bakat dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk
kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya
sebagai orang dewasa, serta mendidik anak sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
Friedman (1988) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga,
sebagai berikut :
A. Fungsi afektif
Fungsi afektif berkaitan erat dengan fungsi internal keluarga, yang
merupakan basic kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan
fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari
14
seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga mengembangkan
iklim yang positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan
melalui interaksi dalam keluarga. Adanya perceraian, kenakalan
anak, atau masalah lain yang sering timbul dalam keluarga
dikarenakan fungsi afektif yang tidak terpenuhi. Komponen yang
perlu dipenuhi oleh keluarga untuk melaksanakan fungsi afektif :
1. Memelihara saling asuh (mutual nurturance)
Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, dan
saling mendukung antar anggota. Setiap anggota yang mendapat
kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain, maka
kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan
meningkat, sehingga tercipta hubungan yang hangat dan saling
mendukung. Hubungan intim dalam keluarga merupakan modal
dasar dalam membina hubungan dengan orang lain di luar
keluarga atau masyarakat. Prasyarat untuk mencapai saling asuh
adalah komitmen dasar dari masing-masing pasangan dan
hubungan perkawinan yang secara emosional memuaskan dan
terpelihara.
2. Keseimbangan saling menghargai
Adanya sikap saling menghargai dengan mempertahankan iklim
yang positif dimana tiap anggota diakui serta dihargai
keberadaan dan haknya sebagai orang tua maupun sebagai anak,
sehingga fungsi afektif akan tercapai. Keseimbangan saling
15
menghormati dapat dicapai apabila setiap anggota keluarga
menghormati hak, kebutuhan, dan tanggung jawab angggota
keluarga yang lain. Orang tua perlu menyediakan struktur yang
memadai dan panduan yang konsisten sehingga batas-batas bisa
dibuat dan dipahami. Namun perlu dibentuk fleksibilitas dalam
sistem keluarga agar memberikan ruang gerak bagi kebebasan
untuk berkembang menjadi individu.
3. Pertalian atau ikatan dan identifikasi
Kekuatan yang besar dibalik persepsi dan kepuasan dari
kebutuhan-kebutuhan individu dalam keluarga adalah pertalian
(bonding) atau kasih sayang (attachment). Ikatan dimulai sejak
pasangan sepakat untuk memulai hidup baru. Ikatan antara
anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan
penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga.
Orang tua harus mengembangkan proses identifikasi yang positif
sehingga anak-anak dapat meniru tingkah laku yang positif dari
kedua orang tuanya.
4. Keterpisahan dan Kepaduan
Untuk merasakan dan memenuhi kebutuhan psikologis, anggota
keluarga harus mencapai pola keterpisahan (separatness) dan
keterpaduan (connectedness) yang memuaskan. Anggota
keluarga berpadu dan berpisah satu sama lain. Setiap keluarga
16
menghadapi isu-isu keterpisahan dan kepaduan dengan cara yang
unik.
B. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan
dalam lingkungan sosial (Friedman, 1986).
Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir
dia akan menatap ayah, ibu, dan orang-orang yang disekitarnya.
Kemudian beranjak balita dia mulai belajar bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga tetap berperan
penting dalam bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu
dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota
keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga
belajar didiplin, belajar norma-norma, budaya, dan prilaku melalui
hubungan dan interaksi di dalam keluarga, sehingga individu
mampu berperan di masyarakat.
C. Fungsi Reproduksi
Dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi
kebutuhan biologis pada pasangan tujuan membentuk keluarga
adalah untuk meneruskan keturunan, sehingga menambah sumber
daya manusia.
17
D. Fungsi Ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti makanan, pakaian,
dan tempat tinggal maka keluarga memerlukan sumber keuangan.
E. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek
asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan
kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.
Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan
mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga
melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas
kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat
melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup atau mampu
menyelesaikan masalah kesehatan. Tugas kesehatan keluarga
menurut Friedman, 1998 adalah sebagai berikut:
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga atau orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan
perubahan-perubahan yang dialami oleh anggota keluarganya.
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga, secara
tidak langsung akan menjadi perhatian keluarga atau orang tua.
Apabila menyadari adanya perubahan, keluarga perlu mencatat
kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar
perubahannya.
18
2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Tugas ini merupakan upaya utama keluarga untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa di antara anggota keluarga yang mempunyai
kemampuan untuk memutuskan sebuah tindakan. Tindakan
kesehatan yang dilakukan diharapkan tepat agar masalah
kesehatan yang tejadi dapat dikurangi atau teratasi.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat, tetapi
jika keluarga masih merasa mengalami keterbatasan, maka
anggota keluarga yang mengalami gangguan kesahatan perlu
memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang
lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi
pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah
memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan
pertama.
4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat
Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan
bersosialisasi bagi anggota keluarga. Sehingga anggota keluarga
akan memiliki waktu lebih banyak berhubungan dengan
lingkungan tempat tinggal. Oleh karena itu, kondisi rumah
haruslah dapat menjadikan lambang ketenangan, keindahan,
19
ketentraman, dan dapat menunjang derajat kesehatan bagi
anggota keluarga.
5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
Apabila mengalami gangguan kesehatan, keluarga harus dapat
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di sekitarnya, sebagai
contoh: keluarga dapat berkonsultasi kepada tenaga keperawatan
untuk memecahkan masalah yang dialami anggota keluarganya,
sehingga keluarga dapat bebas dari segala macam penyakit.
F. Keperawatan kesehatan keluarga
a. Definisi
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan atau dipnsatkan pada keluarga sebagai unit
atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan mclalui
perawatan sebagai saran atau penyalur (Murwani, 2007).
b. Alasan Keluarga sebagai unit pelayanan.
a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga
yang menyangkut kehidupan masyarakat.
b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam
kelompoknya.
20
c. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan
apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan
akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.
d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu
(Pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan
dalam memelihara para anggotanya.
e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk
bcrbagai upaya kesehatan masyarakat.
II. Konsep Lansia
A. Pengertian Lansia
Pada hakikatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang
berarti seorang telah melalui 3 tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa
dewasa dan masa tua (Wahyudi, 1992). Memasuki masa tua berarti
mengalami kemunduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik
ditandai dengan dengan kulit yang mengendor, rambut memutih,
penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan
berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang
gairah (Mubarak, 2006).
Lansia atau lanjut usia yaitu individu yang berusia diatas 60
tahun, pada umumnya memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-
fungsi biologis, psikologis, sosial, dan ekonomi. (BKKBN, 1995).
21
B. Teori Menua
Menurut Wahyudi (2008), Teori proses menua dibagi menjadi
dua, yaitu teori biologis dan teori sosiologis. Adapun teori biologis
diantaranya sebagai berikut :
Teori biologis
a. Teori genetik
Teori genetik clock merupakan teori intrinsik yang menjelaskan bahwa
didalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan
proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah terprogram
secra genetik untuk spesies tertentu. Setiap spesies didalam inti selnya
memiliki suatu jam genetikatau jam biologis sendiri dan setiap spesies
mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah diputar menurut
replikasi tertentu sehingga bila jenius ini berhenti berputar, maka ia akan
mati.
Teori mutasi somatik. Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya
mutasi somatic akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi
kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses
translasi RNA protein atau enzim. Kesalahan ini terjadi terus-menerus
sehingga akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan
sel menjadi kanker atau penyakit. Setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi sel kelamin
sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel.
22
b. Teori nongenetik
Teori penurunan sistem imun tubuh merupakan muatsi yang berulang
dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh
mengenali dirinya sendiri (self recognition).
Jika mutasi yang merusak membrane sel, akan menyebabkan sistem
imun tidak mengenalinya sehingga merusaknya. Dalam proses
metabolisme tubuh, diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh
tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh
menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh, tambahan kelenjar timus yang
pada usia dewasa berinvolusi dan sejak itu terjadi kelainan autoimun.
Teori kerusakan akibat radikal bebas, teori radikal bebas dapat
terbentuk di alam bebas dan didalam tubuh karena adanya proses
metabolism atau proses pernapasan didalam mitokondria. Radikal bebas
merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena mempunyai
electron yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom
atau molekul lain yang menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan
dalam tubuh. Radikal bebas yang terdapat dilingkungan seperti :
a. Asap kendaraan bermotor
b. Asap rokok
c. Zat pengawet makanan
d. Radiasi
e. Sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen
dan kolagen pada proses menua.
23
Teori sosiologis
a. Teori interaksi sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada
suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai
masyarakat. Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi
sosial merupakan kunci mempertahankan status sosialnya
berdasarkan kemampuannya bersosialisasi.
b. Teori aktivitas atau kegiatan
1. Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses
adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan
sosial.
2. Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan
aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama
mungkin.
3. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup lanjut
usia.
4. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu
agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia.
c. Teori kepribadian berlanjut
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.
Teori ini merupakan gabungan teori yang disebutkan sebelumnya.
Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang
24
usia lanjut sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang
dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam
siklus kehidupan lanjut usia.
d. Teori pembebasan atau penarikan diri
Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan
masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya.
Menurut teori ini seorang lanjut usia dinyatakan mengalami proses
menua yang berhasil apabila ia menarikdiri dari kegiatan terdahulu
dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi dan
mempersiapkan diri menghadapi kematiannya.
B. Perubahan yang terjadi pada lansia
Menurut Wahyudi (2008), perubahan pada lansia dibagi
menjadi dua yaitu perubahan fisik dan perubahan mental.
Perubahan Fisik meliputi :
1) Sel
- Jumlah sel menurun atau lebih sedikit
- Ukuran sel lebih besar
- Jumlah cairan tubuh dan cairan intraselular berkurang
- Proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati menurun
- Jumlah sel otak menurun
- Mekanisme perbaikan sel terganggu
- Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%
25
- Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar
2) Sistem persarafan
- Menurun hubungan persarafan
- Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang berkurang
setiap harinya)
- Respons dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap
stress
- Saraf panca-indra mengecil
- Penglihatan berkurang, pendengaran menhilang, saraf penciuman
dan perasa mengecil, lebih sensitif terhadap perubahan suhu, dan
rendahnya ketahanan terhadap dingin
- Kurang sensitif terhadap sentuhan
- Defisit memori
3) Sistem kardiovaskuler
- Katup jantung menebal dan menjadi kaku
- Elastisitas dinding aorta menurun
- Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan kontraksi dan
volume menurun (frekuensi denyut jantung maksimal = 200 –
umur)
- Curah jantung menurun (isi semenit jantung menurun)
- Kehilangan elastisitas pembuluh darah, efektivitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi berkurang, perubahan posisi dari tidur ke
26
duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah
menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak)
- Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan
meningkat. Sistole normal 170 mmHg, diastole 95 mmHg.
4) Sistem pengaturan suhu tubuh
Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
thermostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi
berbagai faktor yang memengaruhinya. Yang sering ditemui antara
lain :
- Temperature tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis 35⁰C
ini akibat metabolisme yang menurun
- Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat
pula menggigil, pucat, dan gelisah.
- Keterbatasan reflex menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
yang banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas otot.
5) Sistem pernapasan
a. Perubahan anatomi meliputi :
1) Dinding dada
- Tulang-tulang mengalami osteoporosis, tulang rawan
mengalami osifikasi, terjadi perubahan bentuk dada, sudut
epigastrik relative mengecil dan volume rongga dada
mengecil.
27
2) Otot-otot pernapasan
- Mengalami kelemahan akibat atrofi
3) Saluran pernapasan
- Akibat kelemahan otot berkurang jaringan elastic bronkus
dan alveoli menyebabkan lumen bronkhus mengecil. Cincin
tulang rawan bronchus mengalami perkapuran.
b. Perubahan fisiologi meliputi :
1) Gerakan pernapasan
- Adanya perubahan bentuk, ukuran, maupun volume rongga
dada akan berubah mekanika pernafasan, timbul keuhan
sesak nafas
2) Volume dan kapasitas paru menurun
- Hal ini disebabkan karena beberapa faktor : kelemahan otot
nafas, elastisitas jaringan parenkrim paru menurun, resistensi
saluran nafas.
6) Sistem pencernaan
- Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang biasa
terjadi setelah berumur 30 tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan
gigi dan gizi buruk
- Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lender yang kronis,
atrofi indra pengecap (80%), hilangnya sensitivitas saraf
28
pengecap di lidah, terutama rasa manis dan asin, hilangnya
sensivitas saraf pengecap terhadap rasa asin, asam, dan pahit.
- Esophagus melebar
- Rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung
menurun, motilitas dan waktu pengosongan lambung,menurun
- Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
- Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsiu terganggu, terutama
karbohidrat)
- Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun, aliran
darah berkurang
7) Sistem reproduksi
Pada Wanita :
- Vagina mengalami kontraktur dan mengecil
- Ovari menciut, uterus mengalami atrofi
- Atrofi payudara
- Atrofi vulva
- Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi
berkurang, sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan warna
Pada Pria :
- Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada
penurunan secara berangsur-angsur
- Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun, asal
kondisi kesehatannya baik,yaitu : Kehidupan seksual dapat
29
diupayakan sampai masa lanjut usia, Hubungan seksual secara
teratur membantu mempertahankan kemampuan seksual, Tidak
perlu cemas karena prosesnya alamiah, Sebanyak 75% pria usia
di atas 65 tahun mengalami pembesaran prostat
8) Sistem genitourinaria
Ginjal. Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolism
tubuh, melalui urine darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan
(unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya diglomerulus).
Mengecilnya nefron akibat atrofi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50% sehingga fungsi tubulus berkurang. Akibatnya,
kemampuan mengonsentrasi urine menurun, berat jenis urine
menurun, proteinuria (biasanya + 1), BUN (Blood Urea Nitrogen)
meningkat sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap glokusa
meningkat.
Keseimbangan elektrolit dan asam lebih mudah terganggu bila
dibandingkan dengan usia muda. Renal plasma flow (RPF) dan
glomerular filtration rate (GFR) atau klirens kreatinin menurun secara
linier sejak usia 30 tahun. Cox Jr. dkk, (1985) dalam buku Wahyudi
(2008). Jumlah darah yang difiltrasi oleh ginjal berkurang.
Vesika urinaria. Otot menjadi lemah, kapasitas menurun sampai 200
ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat. Pada pria
lanjut usia, vesika urinaria sulit dikosongkan sehingga mengakibatkan
retensi urine meningkat.
30
Pembesaran prostat. Kurang lebih 75% dialami oleh pria usia di atas
65 tahun.
Atrofi vulva.
Vagina. Seseorang yang makin menua, kebutuhan hubungan
seksualnya masih ada. Tidak ada batasan umur tertentu kapan fungsi
seksual seseorang berhenti. Frekuensi hubungan seksual cenderung
menurun secara bertahap setiap tahun, tetapi kapasitas untuk
melakukan dan menikmatinya berjalan terus sampai tua.
9) Sistem endokrin
Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia yang
memproduksi hormone. Hormon pertumbuhan berperan sangat penting
dalam pertumbuhan, pematangan, pemeliharaan, dan metabolism
organ tubuh. Yang termasuk hormone kelamin adalah :
Estrogen, progesterone, dan testosterone yang memelihara alat
reproduksi dan gairah seks. Hormon ini mengalami penurunan.
1. Kelenjar pankreas (yang memproduksi insulin dan sangat penting
dalam gula darah)
2. Kelenjar adrenal atau anak ginjal yang memproduksi adrenalin.
Kelenjar yang berkaitan dengan hormone pria atau wanita. Salah
satu kelenjar endokrin dalam tubuh yang mengatur ke organ
tertentu berjalan dengan baik, dengan jalan mengatur
vasokonstriksi pembuluh darah. Kegiatan kelenjar anak ginjal ini
berkurang pada lanjut usia.
31
3. Produksi hamper semua hormon menurun
4. Fungsi paratiroit dan skresinya tidak berubah
5. Hipofisis : pertumbuhan hormone ada, tetapi lebih rendah dan
hanya di dalam pembuluh darah; berkurangnya produksi ACTH,
TSH, FSH, Ddan LH.
6. Aktivitas tiroid BMR (Basal Metabolik Rate), dan daya pertukaran
zat menurun
7. Produksi aldosteron menurun
8. Sekresi hormone kelamin, misalnya progesterone, estrogen, dan
testoteron, menurun
10) Sistem Integumen
- Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
- Permukaan kulit cenderung kusam, kasar, dan bersisik (karena
kehilangan proses keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel
epidermis)
- Timbul bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang tidak
merata pada permukaan kulit sehingga tampak bintik-bintik atau
noda cokelat.
- Terjadi perubahan daerah sekitar mata, tumbuhnya kerut-kerut
halus di ujung mata akibat lapisan kulit menipis
- Respons terhadap trauma menurun
- Mekanisme proteksi kulit menurun
32
a. Produksi serum menurun
b. Produksi vitamin D menurun
c. Pigmentasi kulit terganggu
- Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu
- Rambut dalam hidung dan telinga menebal
- Berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan
vaskularisasi
- Pertumbuhan kuku lebih lambat
- Kuku jari menjadi keras dan rapuh
- Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya
- Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk
- Jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang
11) Sistem muskoloskeletal
- Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh
- Gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi
- Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebra,
pergelangan, dan paha. Insiden osteoporosis dan fraktur meningkat
pada area tulang tersebut
- Kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga rusak
dan aus
- Kifosis
- Gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas
- Gangguan gaya berjalan
33
- Kekakuan jaringan penghubung
- Diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya
berkurang)
- Persendian membesar dan menjadi kaku
- Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
Perubahan mental meliputi :
1. Perubahan sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga,
bertambah pelit atau tamak bila memiliki sesuatu.
2. Mengharapkan tetap diberi peranan dalam masyarakat
3. Ingin mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin tetap
berwibawa
4. Jika meninggal ingin meninggal secara terhormat dan masuk surge
Faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
1. Perubahan fisik
2. Kesehatan umum
3. Tingkat pendidikan
4. Keturunan (herediter)
5. Lingkungan
Perubahan psikososial meliputi :
1. Kehilangan finansial (pendapatan berkurang)
2. Kehilangan status
3. Kehilangan teman atau relasi
4. Kehilangan pekerjaan atau kegiatan
34
D. Peran keluarga dalam merawat lansia
1. Menjaga dan merawat kondisi fisik anggota keluarga yang berusia
lanjut agar tetap dalam keadaan optimal atau produktif.
2. Mempertahankan dan meningkatkan status mental lansia
3. Mengantisipasi adanya perubahan sosial dan ekonomi pada lansia
4. Memotivasi dan memfasilitasi lansia untuk memenuhi kebutuhan
spiritual, sehingga ketakwaan pada Tuhan Yang Maha Esa meningkat
E. Tugas perkembangan keluarga dengan lansia
1. Mengenal masalah kesehatan lansia
2. Mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan
lansia
3. Merawat anggota keluarga lansia
4. Memodifikasi lingkungan fisik dan psikologis sehingga lansia dapat
beradaptasi terhadap proses penuaan
5. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan dan sosial dengan tepat
sesuai dengan kebutuhan lansia.
35
F. Alasan lansia perlu dirawat di lingkungan keluarga
1. Keluarga merupakan unit pelayanan keperawatan dasar
2. Tempat tinggal bersama keluarga merupakan lingkungan yang alamiah
dan damai bagi lansia, jika keluarga tersebut bisa menciptakan
hubungan yang harmonis
3. Kesejahteraan dan kemampuan keluarga untuk menentukan pilihan
merupakan prinsip-prinsip untuk mengarah kepada pengambilan
keputusan
4. Pengambilan keputusan yang terkait dengan kesehatan keluarga adalah
proses aktif yang merupakan kesepakatan antara keluarga dan pemberi
pelayanan kesehatan
5. Perawat kesehatan masyarakat memberikan pelayan kesehatan utama
kepada keluarga untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan
6. Pelayanan kesehatan sekunder dan tersier dilakukan apabila perawatan
kesehatan dilakukan oleh keluarga dengan bimbingan tenaga
kesehatan
7. Proses keperawatan dapat memfasilitasi pengambilan keputusan yang
terkait dengan kesehatan
8. Kontrak keluarga dan perawat dalam pelayanan keperawatan
merupakan cara yang efektif untuk mencapai tujuan
9. Konseling dan pendidikan kesehatan merupakan cara untuk
mengarahkan interaksi keluarga dan perawat
36
10. Pelayanan keperawatan yang dilakukan dirumah oleh keluarga atau
lansia, dengan perawat ahli pemberi pelayanan, konselor, pendidik,
pengelola, dan koordinator pelayanan kepada lansia
G.Masalah-masalah kesehatan yang dapat muncul pada keluarga dengan
lansia
1. Ancaman kesehatan : risiko terjadinya cedera atau bahaya fisik, risiko
terjadinya kekurangan atau kelebihan nutrisi
2. Keadaan kurang sehat atau tidak sehat
3. Krisis, lansia yang memasuki masa pension atau kehilangan pekerjaan,
kesepian karena ditinggal pasangan hidup (suami atau istri), dan
kesepian karena anak sudah berkeluarga.
III. Konsep penyakit
A. Pengertian
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten,
reversibel dimana trakhea dan bronkhus berespon dalam secara hiperaktif
terhadap stimuli tertentu ( Smeltzer, C . Suzanne, 2002).
Sedangkan menurut The American Thoracic Society, (1962)
yang dalam buku Muttaqin (2008), Asma adalah suatu penyakit dengan
ciri meningkatnya respon trachea dan bronchus terhadap berbagai
rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas
37
dan derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun sebagai hasil
pengobatan.
Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Asma
adalah suatu penyakit gangguan jalan napas obstruktif intermitten yang
bersifat reversible, ditandai dengan adanya periode bronkhospasme,
peningkatan respon trachea dan bronchus terhadap berbagai rangsangan
yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.
B. Anatomi pernapasan
Gambar 2.1
Anatomi sistem pernapasan.
38
Gambar 2.2
Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari
luar yang mengandung oksigen kedalam tubuh. Serta menghembuskan
udara yang banyak mengandung karbondioksida (CO2) sebagai sisa dari
oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan ini disebut inspirasi dan
menghembuskan disebut ekspirasi (Lorraine M.wilson,1995).
Secara garis besar saluran pernafasan dibagi menjadi dua zona, zona
konduksi yang dimulai dari hidung, faring, laring, trakhea, bronkus,
bronkiolus segmentalis dan berakir pada bronkiolus terminalis. Sedangkan
zona respiratoris dimulai dari bronkiolus respiratoris, duktus alveoli dan
berakhir pada sakus alveulus terminalis. Syaifudin (2008).
Saluran pernafasan mulai dari hidung sampai bronkiolus dilapisi oleh
membran mukosa yang bersilia. Ketika udara masuk kerongga hidung,
udara tersebut disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Ketiga proses ini
39
merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari epiotel
thorak yang bertingkat, bersilia dan bersel goblet. Permukaan epitel
dilapisi oleh lapisan mukus yang sisekresi sel goblet dan kelenjar serosa.
Partikel-partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut-rambut yang
terdapat dalam lubang hidung. Sedangkan partikel yang halus akan terjerat
dalam lapisan mukus untuk kemudian dibatukkan atau ditelan. Air untuk
kelembapan diberikan oleh lapisan mukus, sedangkan panas yang disuplai
keudara inspirasi berasal dari jaringan dibawahnya yang kaya dengan
pembulu darah, sehingga bila udara mencapai faring hampir bebas
debu,bersuhu mendekati suhu tubuh dan kelembapanya mencapai 100%
(Lorraine M. Wilson, 1995)
Udara mengalir dari hidung ke faring yang merupakan
tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan. Faring
dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu : nasofaring, orofaring dan
laringofaring. Dibawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga
dibeberapa tempat terdapat follikel getah bening yang dinamakan adenoid.
Disebelahnya terdapat dua buah tonsil kiri dan kanan dari tekak,
Syaifuddin (2006).
Laring merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara terletak didepan bagian faring sampai ketinggian
vertebra servikalis dan masuk ke trakea di bawahnya (Syaifuddin,1997).
Laring merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh
otot dan mengandung pita suara. Diantara pita suara terdapat glotis yang
40
merupakan pemisah saluran pernafasan bagian atas dan bawah. Pada saat
menelan, gerakan laring keatas, penutupan dan fungsi seperti pintu pada
aditus laring dari epiglotis yang berbentuk daun berperan untuk
mengarahkan makanan ke esofagus, tapi jika benda asing masih bisa
melampaui glotis, maka laring mempunyai fungsi batuk yang akan
membantu merngeluarkan benda dan sekret keluar dari saluran pernafasan
bagian bawah.
Trakea dibentuk 16 sampai dengan 20 cincin tulang rawan,
yang berbentuk seperti kuku kuda dengan panjang kurang lebih 5 inci (9-
11 cm), lebar 2,5 cm, dan diantara kartilago satu dengan yang lain
dihubaungkan oleh jaringan fibrosa, sebelah dalam diliputi oleh selaput
lendir yang berbulu getar (sel bersilia) yang hanya bergerak keluar. Sel-sel
bersilia ini berguna untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk
bersama udara pernafasan, dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang
dilapisi oleh otot polos dan lapisan mukosa, (Syaifuddin,1997).
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea ada dua buah yamg
terdapat pada ketinggian vertebra torakalis ke IV dan V. Sedangkan
tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus utama kanan dan kiri
disebut karina. Karina memiliki banyak syaraf dan dapat menyebabkan
bronkospasme dan batuk yang kuat jika batuk dirangsang . Bronkus utama
kanan lebih pendek , lebih besar dan lebih vertikal dari yang kiri. Terdiri
dari 6-8 cincin, mempunyai tiga cabang. Bronkus utama kiri lebih
41
panjang,dan lebih kecil, terdiri dari 9-12 cicin serta mempunyai dua
cabang.
Bronkiolus terminalis merupakan saluran udara kecil yang tidak
mengandung alveoli (kantung udara) dan memiliki garis 1 mm. Bronkiolus
tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan, tapi dikelilingi oleh otot polos
sehingga ukuranya dapat berubah. Seluruh saluran udara ,mulai dari
hidung sampai bronkiolus terminalis ini disebut saluran penghantar udara
atau zona konduksi. Bronkiolus ini mengandung kolumnar epitellium yang
mengandung lebih banyak sel goblet dan otot polos, diantaranya strecch
reseptor yang dilanjutkan oleh nervus vagus.
Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan
unit fungsional paru , yaitu tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari :
Bronkiolus respiratoris, duktus alveolaris dan sakus alveolaris terminalis
yang merupakan struktur akhir dari paru.
C. Etiologi
Menurut Muttaqin (2008) Asma timbul disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain :
1. Alergen
Allergen merupakan suatu zat-zat tertentu yang bila dihisap atau
dimakan dapat menimbulkan serangan asma, misalnya debu rumah,
spora jamur, bulu kucing, bulu binatang, seafood, dll
42
2. Infeksi saluran pernapasan
terutama disebabkan oleh virus. Salah satu virus nya yaitu virus
influenza yang merupakan salah satu faktor pencetus yang paling
sering menimbulkan asma bronkhial.
3. Tekanan jiwa
Faktor ini mencetuskan serangan asma terutama pada orang yang agak
labil kepribadiannya. Hal ini lebih menonjol pada wanita dan anak-
anak.
4. Olahraga atau kegiatan jasmani yang berat.
Sebagian penderita asma bronkhial akan mendapatkan serangan asma
bila melakukan olahraga atau aktivitas fisik yang berlebihan. Lari cepat
dan bersepeda adalah dua jenis kegiatan paling mudah menimbulkan
serangan asma. Serangan asma karena kegiatan jasmani (exercise
induced asma – EIA) terjadi setelah olahraga atau aktivitas fisik yang
cukup berat dan jarang serangan timbul beberapa jam setelah olahraga.
5. Obat-obatan.
Beberapa klien dengan asma bronkhial sensitive atau alergi terhadap
obat tertentu seperti penisilin, salisilat, beta blocker, kodein, dan
sebagainya.
6. Polusi udara.
Klien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik/kendaraan,
asap rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran dan oksida
fotokemikal, serta bau yang tajam.
43
7. Lingkungan kerja.
Lingkungan kerja diperkirakan merupakan factor pencetus yang
menyumbang 2-15% klien dengan asma bronchial. Sundaru (1991),
dikutip Muttaqin (2008).
D. Patofisiologi
Suatu serangan asthma timbul karena seorang yang atopi (sistem
kekebalan) terpapar dengan alergen yang ada dalam lingkungan sehari-
hari dan membentuk imunoglobulin E ( IgE ) Faktor atopi itu diturunkan.
Alergen yang masuk kedalam tubuh melalui saluran nafas, kulit, dan lain-
lain akan ditangkap makrofag yang bekerja sebagai antigen presenting cell
(APC). Setelah alergen diproses dalan sel APC, alergen tersebut
dipresentasikan ke sel Th. Sel Th memberikan signal kepada sel B dengan
dilepaskanya interleukin 2 ( IL-2 ) untuk berpoliferasi menjadi sel plasma
dan membentuk imunoglobulin E ( IgE ).
IgE yang terbentuk akan diikat oleh mastosit yang ada dalam
jaringan dan basofil yang ada dalan sirkulasi. Bila proses ini terjadai pada
seseorang, maka orang itu sudah disensitisasi atau baru menjadi rentan.
Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali atau lebih dengan
alergen yang sama, alergen tersebut akan diikat oleh Ig E yang sudah ada
dalam permukaan mastoit dan basofil. Ikatan ini akan menimbulkan influk
Ca++ kedalam sel dan perubahan didalam sel yang menurunkan kadar
cAMP.
44
Penurunan pada kadar cAMP menimbulkan degranulasi sel. Degranulasi
sel ini akan menyebabkan dilepaskanya mediator-mediator kimia yang
meliputi : histamin, slow releasing suptance of anaphylaksis ( SRS-A),
eosinophilic chomotetik faktor of anaphylacsis (ECF-A) dan lain-lain. Hal
ini akan menyebabakan timbulnya tiga reaksi utama yaitu : kontraksi otot-
otot polos baik saluran nafas yang besar ataupun yang kecil yang akan
menimbulkan bronkospasme, peningkatan permeabilitas kapiler yang
berperan dalam terjadinya edema mukosa yang menambah semakin
menyempitnya saluran nafas , peningkatan sekresi kelenjar mukosa dan
peningkatan produksi mukus. Tiga reaksi tersebut menimbulkan gangguan
ventilasi, distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru
dan gangguan difusi gas ditingkat alveoli, akibatnya akan terjadi
hipoksemia, hiperkapnea dan asidosis pada tahap yang sangat lanjut.
Price, (2005).
E. Manifestasi klinik
Manifestasi klinik pada pasien Asma adalah batuk, dyspnoe, dan
wheezing. Pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada, pada
penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis,
sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam,
gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-
otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.
45
Ada beberapa klasifikasi atau tingkatan penderita Asma yaitu :
1. Tingkat I :
a) Secara klinis normal tanpa ada kelainan pemeriksaan fisik dan
fungsi paru
b) Timbul bila ada factor pencetus baik di dapat alamiah maupun
dengan test provokasi bronchial di laboratorium.
2. Tingkat II :
a) Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru
menunjukan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
b) Banyak di jumpai pada klien setelah sembuh serangan
3. Tingkat III :
a) Tanpa keluhan
b) Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukan adanya obtruksi
jalan nafas.
c) Penderita sedah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah
deserang kembali.
4. Tingkat IV :
a) Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing
b) Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi
jalan nafas.
46
5. Tingkat V :
a) Status Asmatikus yaitu keadaan darurat medis berupa serangan
asma akut yang berat bersifat refractor sementara terhadap
pengobatan yang lazim dipakai
b) Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang
reversible.
Pada Asma yang berat dapat timbul gejala seperti, kontraksi otot
otot pernafasan, sianosis, gangguan kesadaran, penderita tampak
letih, takikardi.
F. Penatalaksanaan
Menurut Muttaqin (2008), Pengobatan asma secara garis besar
dibagi dalam pengobatan non farmakologik dan pengobatan farmakologik.
1. Pengobatan non farmakologik meliputi :
a) Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien
tentang penyakit asthma sehinggan klien secara sadar menghindari
faktor-faktor pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan
berkonsoltasi pada tim kesehatan.
b) Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asma
terutama pada lansia, pada lingkungannya sendiri, serta diajarkan
47
cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus, termasuk
pemasukan cairan yang cukup bagi klien.
c) Fisioterapi
Fisioterapi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran
mukus. Ini dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan
fibrasi dada.
2. Pengobatan farmakologik meliputi :
Menurut Tambayong, Jan (2001) dalam buku farmakologi
keperawatan, adapun pengobatan farmakologik pada asma antara lain :
a) Agonis B-adrenergik
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan
jarak antara semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang
termasuk obat ini adalah metaproterenol ( Alupent, metrapel ).
b) Obat antikolinergik
Salah satu cara mencegah reflex bronkokontriksi adalah memaki
obat antikolinergik (mirip atropine) seperti ipratropium (atrovent)
yang dapat berupa aerosol.
c) Metil Xantin
Golongan metil xantin adalah aminophilin dan teopilin, obat ini
diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang
memuaskan. Pada orang dewasa diberikan 125-200 mg empat kali
sehari.
48
d) Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang
baik, harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol (
beclometason dipropinate ) dengan dosis 800 empat kali semprot
tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek
samping maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi
dengan ketat.
G. Prioritas Keperawatan Asma
1. Mempertahankan jalan nafas
2. Meningkatkan kemampuan pertukaran gas
3. Meningkatkan intake nutrisi
4. Mencegah komplikasi, kondisi progresif yang lambat
5. Memberikan informasi tentang proses penyakit
6. Mengurangi kecemasan
Muttaqin (2008).
H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan Asma adalah
pneumothoraks, atelektasis, gagal nafas, bronchitis dan fraktur iga.
49
I. Proses keperawatan keluarga
1. Pengkajian Keluarga
Pengkajian yang dilakukan pada Asuhan Keperawatan Keluarga
Dengan asma antara lain :
a. Identitas Data
Daftar nama-nama anggota keluarga yang tinggal dalam satu
rumah, alamat tempat tinggal keluarga, Komposisi keluarga, tipe
keluarga, latar belakang budaya, pola spiritual, status ekonomi
budaya, pendidikan, aktifitas, rekreasi keluarga, riwayat dan tahap
perkembangan keluarga, dan riwayat keluarga sebelumnya.
b. Riwayat dan Tahap perkembangan keluarga
1) Riwayat keluarga : Adanya anggota keluarga yang terkena
asma mempunyai resiko untuk terganggunya aktifitas dan
kelangsungan keluarga.
2) Tahap perkembangan keluarga saat ini : asma sering
ditemukan pada keluarga dengan anggota keluarganya yang
dewasa.
c. Data Lingkungan
1) Karakteristik rumah : Rumah yang kurang nyaman, Status
rumah yang dihuni keluarga apakah rumah sendiri atau
menyewa dapat mempengaruhi keperdulian keluarga dalam
beristirahat.
50
2) Karakteristik tetangga dan masyarakat yang lebih luas :
Tempat tinggal yang sempit, padat, medan lingkungan yang
kurang sehat dapat menyebabkan kekambuhan asma.
3) Fasilitas dan pelayanan kesehatan : Tingkat ekonomi yang
rendah dapat mengakibatkan sulitnya pengobatan asma.
Ketidakefektifan keluarga dalam mengunjungi pelayanan
kesehatan yang ada.
d. Fasilitas transportasi : Transportasi merupakan sarana yang penting
dan sangat diperlukan agar penderita mendapatkan pelayanan
kesehatan dengan segera. Ketiadaan sarana transportasi
menjadikan masyarakat enggan berkunjung ke pelayanan
kesehatan sehingga dapat memperburuk kondisi klien.
e. Struktur Keluarga
1) Struktur komunikasi : Berkomunikasi dan berinteraksi antar
sesama anggota keluarga merupakan tugas keluarga, dan dapat
menurunkan beban masalah (Effendi,1998).
2) Struktur kekuasaan : Kekuasaan dalam keluarga dipegang oleh
pemegang keputusan yang mempunyai hak dalam menentukan
masalah dan kebutuhan dalam mengatasi masalah kesehatan
asma dalam keluarga (Effendi,1998).
3) Struktur peran : Peran antar kelurga menggambarkan perilaku
interpersonal yang berhubungan dengan masalah kesehatan
dalam posisi dan situasi tertentu (Effendi,1998).
51
4) Nilai kepercayaan : Beban kasus keluarga sangat bergantung
pada nilai kekuasaan dan kebutuhan akan asuhan keperawatan
keluarga (Effendyi, 1998).
f. Fungsi Keluarga
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan yang
disebabkan oleh: Kurangnya pengetahuan keluarga tentang
asma.
2) Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan serta
dalam mengambil tindakan yang tepat tentang asma atau tidak
memahami mengenai masalah kesehatan asma.
3) Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga
yang sakit berhubungan dengan tidak mengetahui keadaan
asma misal : sifat asma, penyebab asma, dan tanda gejala asma.
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang
tepat untuk mengatasi masalah kesehatan asma.
5) Ketidakmampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas atau
pelayanan yang tepat untuk pengobatan asma.
g. Koping keluarga : Koping keluarga dipengaruhi oleh situasi
emosional keluarga, sikap dan pandangan hidup, hubungan kerja
sama antara anggota keluarga serta adanya support system dalam
keluarga (Effendi,1998).
52
h. Perumusan Masalah : Perumusan masalah dilakukan dengan
menggunakan data yang diperoleh dari pengkajian keluarga.
Struktur diagnosis keperawatan.
Keluarga terdiri dari masalah (problem), penyebab (etiologi) dan
atau tanda atau gejala. Masalah adalah suatu pernyataan tidak
terpenuhi kebutuhan dasar manusia yang dialami keluarga atau
anggota keluarga Penyebab adalah suatu pernyataan yang dapat
menyebabkan masalah dengan mengacu pada lima tugas keluarga
yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat,
merawat anggota keluarga, memodifikasi lingkungan dan
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Tanda dan gejala
adalah sekumpulan data objektif dan subjektif yang diperoleh oleh
perawat dari keluarga yang mendukung masalah dan penyebab
i. Diagnosis keperawatan keluarga merupakan respons keluarga
terhadap masalah kesehatan yang dialami, baik actual, risiko
maupun potensial, yang dapat diatasi dengan tindakan
keperawatan secara mandiri maupun kolektif yang terdiri dari
masalah, etiologi, serta tanda dan gejala (PES).
Diagnosis keperawatan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu
diagnosis keperwatan actual, risiko atau risiko tinggi, dan
potensial atau wellness.
53
1) Diagnosis actual, menunjukan keadaan yang nyata dan sudah
terjadi pada saat pengkajian di keluarga.
2) Risiko atau risiko tinggi. Merupakan maslah yang belum
terjadi pada pengkajian. Namun dapat menjadi masalah actual
bila tidak diulakukan pencegahan dengan cepat.
3) Potensial atau Wellness. Merupakan proses pencapaian tingkat
fungsi yang lebih tinggi. Potensial juga merupakan suatu
keadaan sejahtera dari keluarga yang sudah mampu memenuhi
kebutuhan kesehatan dan mempunyai sumber penunjang
kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan. Diagnosis
Potensial dapat dirumuskan tanpa disertai etiologi.
j. Penetapan Prioritas Masalah
Dalam suatu keluarga, perawat dapat menemukan masalah lebih
dari satu diagnosis keperawatan keluarga. Oleh karena itu perawat
perlu menentukan prioritas terhadap diagnosis keperawatan
keluarga yang ada dengan menggunakan skala prioritas asuhan
keperawatan keluarga ( Bailon dan Maglaya, 1978) Proritas
masalah adalah penentuan prioritas urutan masalah dalam
merencanakan penyelesaian maslah keperawatan melalui
perhitungan skor. Skala ini memiliki empat kriteria, masing –
masing kriteria memiliki skor dan bobot yang berbeda disertai
dengan pembenaran atau alasan penentuan skala tersebut.
54
1. Kritera pertama : sifat masalah dengan skala actual (skor 3),
risiko (skor 2), dan wellness (skore 1) dengan bobot 1,
pembenaran sesuai dengan masalah yang sudah terjadi, akan
terjadi atau kearah pencapaian tingkat fungsi yang lebih tinggi.
2. Kriteria kedua : Kemungkinan masalah dapat di ubah dengan
skala mudah (skor 2), sebagian (skor 1), dan tidak dapat (skor
0) dengan bobot 2. Pembenaran di tunjang dengan data
pengetahuan (pengetahuan klien atau keluarga, teknologi, dan
tindakan untuk (menangani masalah yang ada), sumberdaya
keluarga (dalam bentuk fisik, keuangan, dan tenaga) sumber
daya perawat (pengetahuan, ketrampilan, dan waktu), dan
sumber daya masyarakat (dalam bentuk fasilitas, organisasi
dalam masyrakat dan sokongan masyarakat).
3. Kriteria ketiga : Potensial masalah untuk dijegah dengan skala
skor tinggi (skor 3) cukup (skor 2), dan rendah (skor 1) dengan
bobot 1. Pembenaran di tunjang dengan data kepelikan dari
masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah.
Lamanya masalah (waktu masalah itu ada), tindakan yang
sedang dijalankan(tindakan yang tepat dalam memperbaiki
masalah), dan adanya kelompok yang sangat peka menambah
potensi untuk mencegah masalah.
4. Kriteria keempat : Menonjolnya masalah dengan skala segera
(skor 2), tidak perlu segera (skor 1), dan tidak dirasakan (skor
55
0) dengan bobot 1. Pembenaran ditunjang dengan data persepsi
kelurga dalam melihat masalah yang ada, Untuk lebih jelasnya
skala dalam menentukan prioritas dapat dilihat dalam table
NO
KRITERIA SKOR BOBOT PEMBENARAN
1 Sifat maslahSkala: Aktual
RisikoPotensial/wellness
321
1
2 Kemungkinan masalah dapatdiubahSkala: Mudah
SebagianTidak dapat
210
2
3 Potensi masalah untuk dicegahSkala: Tinggi
CukupRendah
321 1
4 Menonjolnya masalahSkala: Segera
Tidak perlu segeraTidak diraskan
210
1
Tabel 2.1 skala untuk menentukan prioritas askep keluarga
Setelah kita mampu menentukan skor dari tiap kriteria
kemudian kita lakukan perhitungan menggunakan rumus
berikut untuk menetapkan nilai masalah. Skor dibagi angka
tertinggi di kali bobot, jumlahkan skornya. skor tertinggi
merupakan prioritas diagnosis yang akan kita tanggulangi lebih
dahulu.
56
J. Diagnosa keperawatan keluarga
1) Gangguan pola nafas pada Ny. T berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga khususnya Ny. T merawat dirinya yang
mengalami asma.
2) Intoleransi aktivitas pada Ny. T berhubungan dengan Ketidakmampuan
keluarga khususnya Ny. T memodifikasi lingkungan.
K. Fokus intervensi
a. Diagnosa pertama Gangguan pola nafas berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga khususnya Ny. T merawat dirinya yang
mengalami asma
1) Pencegahan primer
a) Identifikasi tanda dan gejala asma
b) Memperbaiki lingkungan yang kurang sehat
c) Berikan pendidikan kesehatan bagaimana cara merawat
keluarga dengan asma
SkorX Bobot
Skala tertinggi= Nilai masalahmasalah
57
2) Pencegahan sekunder
a) Kaji fungsi pernapasan, misal irama, frekuensi
b) Berikan uap air panas atau inhalasi uap
c) Ajarkan tekhnik tarik napas dalam
3) Pencegahan tersier
a) Peningkatan keluarga untuk merawat dan menjaga lingkungan
yang bersih.
b) Rujukan ke pelayanan kesehatan
b. Diagnosa kedua Intoleransi aktivitas pada keluarga khususnya Ny. T
berhubungan dengan ketidakmampuan Ny. T memodifikasi lingkungan.
1) Pencegahan primer
a) Berikan penyuluhan tentang cara memodifikasi lingkungan
b) Jelaskan pentingnya istirahat dan perlunya menjaga
keseimbangan aktivitas dan istirahat.
c) Identifikasi adanya faktor-faktor yang menyebabkan aktivitas
terganggu
2) Pencegahan sekunder
a) Kaji respons klien terhadap aktivitas
b) Beri pendidikan kesehatan dan ajarkan bagaimana cara
memodifikasi lingkungan dengan baik
58
3) Pencegahan tersier
Segera bawa ke pelayanan kesehatan bila kondisi pasien semakin
memburuk
59
L. Pathways
Ketidak mampuan keluarga dalam melakukan 5 tugas kesehatan keluarga, meliputi :1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan asma2. Ketidakmampuan keluarga memutuskan masalah3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami asma4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Bagan 2.1 Pathways Asuhan dalam Keperawatan Keluarga Price (2005)
Ekstinsik (inhaledalergi)
Bronchial mukosa menjadisensitif oleh Ig E
Peningk mast cell pdtracheobronchial
Stimulasi reflekreseptor syaratparasimpatis pdmukosa bronchial
Pelepasan histamintjd stimulasi pdbronkial smooth shgtjd kontraksi bronkus
Peningk permiabilitasvaskuler akibatkebocoran protein +cairan dlm jar
Intrinsik (infeksi, psikososial, stress)
Penurunan stimuli reseptor terhadapiritan pd tracheobronchial
Hiperaktif non specifik stimulipenggerak dari cell mast
Perangsang reflek reseptortracheobronchial
Stimuli bronchial smooth +kontraksi otot bronchiolus
Perubahan jaringan, pening Ig E dalam serum
Respon dinding bronkus
bronkospasmeUdema mukosa
Hipersekresi mukosa
Penumpukan sekretkental
Sekret tak keluar
Batuk tdkefektif
Bernapasmlll mulut
Keringnyamukosa
Resiko infeksi
Tdkefektifnyajalan nps
Bronkus menyempit
Ventilasi terganggu
Supai O2ke otakmenurun
Suplai o2jarmenurun
whezing
Gg polanps
Ggpertukaran gas
hiperkapnea
hipoksemia
gelisah
cemas
Gg perfusijaringan
koma
60
M. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan spinometri.
Pemeriksaan ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian
bronkodilator aerosol golongan adrenergik. Peningkatan FEV atau
FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asthma.
b) Tes provokasi brokial.
Dilakukan jika pemeriksaan spinometri internal. Penurunan FEV,
sebesar 20% atau lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90
% dari maksimum di anggap bermakna bila menimbulkan penurunan
PEFR 10 % atau lebih.
c) Pemeriksan tes kulit.
Untuk menunjukan adanya antibodi IgE hipersensitif yang spesifik
dalam tubuh.
d) Laboratorium.
(1) Analisa gas darah.
Hanya di lakukan pada serangan asthma berat karena terdapat
hipoksemia, hyperkapnea, dan asidosis respiratorik.
(2) Sputum.
Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan Asthma
yang berat, karena hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan
transudasi dari adema mukasa, sehingga terlepaslah sekelompok
sel – sel epitel dari perlekatannya. Pewarnaan gram penting untuk
61
melihat adanya bakteri, diikuti kultur dan uji resistensi terhadap
beberapa antibiotik.
(3) Sel eosinofil
Pada penderita status asthmatikus sel eosinofil dapat mencapai
1000 – 1500 /mm3 baik asthma Intrinsik ataupun extrinsik,
sedangkan hitung sel eosinofil normal antara 100-200/mm3.
Perbaikan fungsi paru disertai penurunan hitung jenis sel eosinofil
menunjukkan pengobatan telah tepat
(4) Pemeriksaan darah rutin dan kimia
Jumlah sel leukosit lebih dari 15.000 terjadi karena adanya infeksi.
SGOT dan SGPT meningkat disebabkan karena kerusakkan hati
akibat hipoksia atau hiperkapnea.
(5) Radiologi
Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk menyingkirkan adanya
proses patologik diparu atau komplikasi asma seperti
pneumothorak, pneumomediastinum, atelektosis dan lain – lain.
(6) Elektrokardiogram
Perubahan EKG didapat pada 50% penderita Status Asthmatikus,
ini karena hipoksemia, perubahan pH, hipertensi pulmunal dan
beban jantung kanan . Sinus takikardi – sering terjadi pada asthma.
(Dikutip Muttaqin, 2008).
62