-
14
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Peran Perempuan Dalam Keluarga
Tatanan kehidupan manusia yang didominasi kaum laki-laki atas kaum
perempuan sudah menjadi sejarah perjalanan manusia. Dalam kondisi itu,
perempuan ditempatkan sebagai manusia kelas dua yang berada di bawah
superioritas laki-laki, perempuan sebagai perlengkap untuk kepentingan laki-
laki, sehingga banyak perempuan yang hanya pada ranah domestik, sedangkan
laki-laki di ranah publik. Kini persepsi itu mulai luntur, sebab sinergisitas
hubungan antara suami dengan istri harus dibangun.1
Jika persepsi negatif itu dianggap benar, timbulah berbagai bentuk
tindakan kekerasan, penindasan, ketidakadilan, bahkan pelecehan seksual,
dalam alquran menempatkan laki-laki dan perempuan sebagai manusia yang
setara di hadapan Allah swt. Allah mewahyukan sebuah surah sebagai bentuk
penghargaan kepada wanita, yakni surah An –Nisa, sebagian besar surat ini
membahas hal-hal terkait dengan perempuan utamanya tentang kedudukan,
peranan dan perlindungan hukum terhadap hak-hak perempuan. Islam telah
mengangkat perempuan setingi-tingginya. Islam telah mengangkat derajat dan
posisi perempuan dengan segala nilai yang tidak dapat di tandingi oleh nilai
suatu agamaataupun peradaban. Q.S. Al – Hujurot Ayat 13 menjelaskan bahwa
perbedaan antara laki-laki dan perempuan dihadapan Allah hanya dari
ketakwaanya.2
Sebagai ilustrasi di kemukakan tentang aspek gender dalam kehidupan
sosial kita. Perempuan dan gender bukanlah sesuatu yang baru, bahkan sudah
1 Ulfiah. Psikolgi keluarga, hlm.47 2 Ibid,hlm.48
-
15
tidak asing lagi di telinga kita, namun masih menjadi tema yang menarik dan
akan tetap menjadi tema penting dalam setiap pemikiran dan konsepsitentang
kemasyarakatan di masa yang akan datang. Terkait dengan ini, tentu kita tidak
berambisisi untuk memerangi ketidakadilan gender, akan tetapi yang terpenting
adalah memaparkan fenomena tentang gender agar publik dapat memahami
masalah gender emansipasi kaum perempuan dalam konteks dan dinamika
sosial.
Kemudian upaya-upaya yang harus dilakukan perempuan di era
reformasi, demokratisasi dan otonomi daerah ini, harus menjadi momentum
penting bagi perempuan, baik di tingkat regional maupun nasional, untuk
berpartisipasi aktif dalam menentukan kebijakan, bulat dan lonjongnya
demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yang selama ini lebih
banyak ditentukan orang lain, sementara perempuan hanya menerima akibat
yang tidak menguntungkan .3
Optimalisasi untuk membangun civil society, dengan memperjuangkan
ruang publik sebagai tempat untuk semua warga bangsa dalam
mengembangkan kompetensinya, memberi peluang dan kesempatanya bagi
pemenuhan kebutuhan agar perempuan dapat mencapai aktualisasi dirinya. Ini
semua dapat direalisasikan melalui kegiatan-kegiatan penyadaran dengan
membongkar mitos, terutama mengubah cara pandang dan pola pikir kita, baik
kaum laki-laki maupun perempuan terhadap prinsip-prinsip demokrasi yang
menjamin kesetaraan, hak asasi manusia, supermasi hukum dan keadilan.
Hal lain yang menjadi perhatian kita, adalah bagaimana melakukan
sebuah solusi atas hambatan terhadap pemahaman agama yang belum
menyeluruh serta tidak kalah pentingnya adalah optimalisasi pada kebijakan
publik yang tidak diskriminatif. Salah satu contohnya dapat melalui proses
3 Ibid.Hlm.50
-
16
pendidikan yang responsif gender sehingga pengembangan sumber daya
manusia senantiasa dapat ditingkatkan.4
Berdasarkan uraian di atas, memperlihatkan bahwa eksistensi perempuan
yang dapat dipahami oleh berbagai pihak, yang tentu saja tidak melupakan
peren perempuan dalam keluarga, seperti peran sebagai istri, pendampingan
suami, kendali keluarga, ibu atau orang tua, pendidik, batu pertama banguanan
sebuah keluarga sekaligus sebagai yang memiliki hati penuh kasih dan sayang
serta ketenangan sebagai anggota masyarakat.
Menurut Hubies , beliau mengatakan bahwa analisis alternatif mengenai
peran wanita dapat dilihat dari tiga perspektif dalam kaitanya dengan posisinya
sebagai manager rumah tangga dan partisipan pembangunan atau pekerja
pencari nafkah, jika dilihat areal peranan seorang wanita di dalam sebuah
rumah tangga maka dapat di bagi menjadi :5
1. Peran Tradisional
Peran ini merupakan semua pekerjaan rumah, dari membersihkan rumah,
memasak, mencuci, mengasuh anak serta segala hal yang berkaitan dengan
rumah tangga, bila ditinjau secara luas tentang peranan wanita sebagia ibu
rumah tangga, wanita telah memberikan peranan yang sungguh mahal dan
penting artinya dalam pembentukan keluarga sejahtera. Tidak ada
kedudukan yang lebih tinggi dan lebih rendah antara ibu dengan ayah.
Pekerjaan ibu rumah tangga dalam mengatur rumah, memasak, mencuci,
serta membimbing dan mengasuh anak tidak dapat diukur dengan nilai
mata uang.
2. Peran Transisi
Adalah peran wanita yang juga berperan atau terbiasa bekerja untuk
mencari nafkah. Partisipasi tenaga kerja wanita atau ibu disebabkan oleh
beberapa faktor, misalnya bidang pertanian dalam memenuhi kebutuhan
4 Ibid.Hlm.51 5 Sri Puji Susialiwati, Peran Istri Nelayan Dalam Meningkatkan Kesejahteran Rumah Tangga, Hlm 25.
-
17
pokoknya tenaga kerja wanita dibutuhkan untuk menambah tenaga yang
ada. Sedangkan dibidang industri yang membuka peluang bagi para wanita
untuk bekerja karena dengan membuka peluang bagi para wanita untuk
bekerja karena dengan berkembangnya industri berarti tersedianya
pekerjaan yang cocok bagi wanita sehingga terbukalah kesempatan kerja
bagi wanita. Masalah kehidupan mendorong lebih banyak wanita untuk
bekerja mencari nafkah.
3. Peran Kontenporer
Peran kontenporer adalah peran dimana seorang wanita hanya memiliki
peran diluar rumah tangga sebagi wanita karier.
Sedangkan menurut Mary Astuti dalam peran dan kebutuhan jender, peran
wanita terbagi atas :6
a. Peran Produktif
Yaitu peran yang dihargai dengan uang atau barang yang menghasilkan
uang atau barang atau yang berkaitan erat dengan kegiatan ekonomi.
Contoh, petani, penjahit, guru dan pengusaha.
b. Peran Reproduktif
Yaitu peran yang tidak dapat dihargai dengan nilai uang atau barang, peran
ini terkait dengan kelangsungan hidup manusia. Contoh ; sebagaimana
peran istri seperti mengandung, melahirkan, dan menyusui anak adalah
kodrat dari seorang ibu serta mendidik anak, memasak, menyiram tanaman,
mencuci, memandikan anak, menyapu walaupun bisa dikerjakan secara
bersama – bersama.
c. Peran Sosial
Yaitu peran yang berkaitan dengan peran istri untuk mengikuti kegiatan
masyarakat. Contoh ; kegiatan pengajian, kpk, arisan, organisasi
masyarakat.
6Ibid, Hlm 26.
-
18
B. Jender
Kata “jender” berasal dari bahasa inggris, gender, berarti “jenis kelamin”
Dalam Webster’s New World Dictionary, jender di artikan sebagai “ perbedaan
yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah
laku.7
Di dalam Women Studies Encyclopedia di jelaskan bahwa jender adalah
suatu konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan dalam hal peran,
perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan
yang berkembang dalam masyarakat.
Hilary M.Lips dalam bukunya yang terkenal Sex& gender : an
Introduction mengartikan jender sebagai harapan-harapan budaya terhadap laki-
laki dan perempuan. Pendapat ini sejalan dengan pendapat umumnya kaum
feminis seperti Linda L.Lindsey, yang menganggap semua ketetapan masyrakat
perihal penentuan seseorang sebagai laki-laki atau perempuan adalah termasuk
bidang kajian jender8.
H.T Wilson dalam Sex and Gender mengartikan jender sebagai suatu
dasar untuk menentukan perbedaan sumbangan laki-laki dan perempuan pada
kebudayaan dan kehidupan kolektif yang sebagai akibatnya mereka menjadi
laki-laki dan perempuan. Elaine Showalter mengartikan jender lebih dari
sekedar pembedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari kontruksi sosial
budaya. Ia menekankanya sebagai konsep analisis yang dapat digunakan untuk
menjelaskan sesuatu.9
Meskipun kata Gender belum masuk dalam perbendaharaan Kamus Besar
Bahasa Indonesia, istilah tersebut sudah lazim di gunakan khususnya di Kantor
Menteri Negara Urusan Peranan Wanita Dengan ejaan “jender”. Jender
diartikan sebagai “interpretasi mental dan kultural terhadap perbedaan kelamin
7Nasaruddin umar,Argumen kesetaraan jender. Hlm 29 8Ibid. Hlm 30 9Ibid. Hlm 30
-
19
yakni laki-laki dan perempuan. Jender biasanya dipergunakan untuk untuk
menunjukan pembagian kerja yang dianggap tepat bagi laki-laki dan
perempuan.10
Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa jender adalah
suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasikan perbedaan laki-laki
dan perempuan dilihat dari segi sosial budaya. Jender dalam arti ini
mendefinisikan laki-laki dan perempuan dari sudut nonbiologis.
1) Jender dan struktur sosial
Pengaruh jender dalam struktur sosial dapat dilihat dalam budaya pada
suatu masyarakat. Di satu sisi struktur sosial dapat dilihat melalui peran yang
dimainkan kelompok-kelompok masyarakat dalam masyarakat. Pada sisi lain
struktur sosial dapat dilihat pada status sosial kelompok-kelompok dalam
masyarakat, seperti distribusi kekayaan, penghasilan, kekuasaan.11
Dalam struktur sosial yang berkembang dalam masyarakat dalam
lintasan sejarah, perempuan ditempatkan di dalam posisi minoritas. Sementara
itu, ketimpangan status berdasarkan jenis kelamin bukan sesuatu yang bersifat
universal. Dalam masyarakat pemburu-peramu dan beberapa kelompok
masyarakat budi daya perkebunan, perempuan mempunyai statatus yang
tinggi, laki-laki dan perempuan berbagi secara adil dalam kekayaan dan
kekuasaan, sekalipun tugas antara keduanya berbeda
2) Peran Jender Dan Status Sosial
Peran jender adalah ide-ide kultural yang menentukan harapan-harapan
kepada laki-laki dan perempuan dalam berinteraksi antara satu dengan lainya
di dalam masyarakat.12
Dalam perspektif budaya, setiap orang dilahirkan dengan kategori budaya
laki-laki atau perempuan. Sejak lahir setiap orang sudah ditentukan peran dan
10Ibid. Hlm 31 11Ibid. Hlm 64 12Ibid. Hlm 65
-
20
atribut jendernya masing-masing. Jika seorang lahir sebagai laki-laki maka
diharapkan dan dikondisikan untuk berperan sebagai laki-laki. Sebaliknya jika
seorang lahir sebagai perempuan maka diharapkan dan dikondisikan untuk
berperan sebagai perempuan.
Dalam pergaulan sehari-hari dalam masyarakat yang menganut
perbedaaan jender, ada nilai tatakrama dan norma hukum yang membedakan
peran laki-laki dan perempuan. Setiap orang seolah-olah dituntut mempunyai
perasaan jender dalam pergaulan. Jika seseorang menyalahi nilai, norma, dan
perasaan tersebut maka yang bersangkutan akan menghadapi resiko di dalam
masyarakat.
Predikat laki-laki dan perempuan dianggap sebagai simbol status. Laki-
laki di identifikasikan sebagai orang yang memiliki karakteristik “kejantanan”,
sedangkan perempuan diidentifikasikan sebagai orang yang memiliki
karakteristik “kewanitaan”. Perempuan dipersepsiakan sebagai manusia cantik,
langsing, dan lembut. Sebaliknya laki-laki dipersepsikan sebagai manusia
perkasa, tegar, dan agresif. Laki-laki dianggap lebih cerdas dalam banyak hal,
lebih kuat dan lebih berani daripada perempuan. Anggapan-anggapan budaya
seperti ini dengan sendirinya memberikan peran lebih luas kepada laki-laki, dan
pada saatnya laki-laki memperoleh status sosial lebih tinggi daripada
perempuan.
Dominasi laki-laki dalam masyarakat menurut Allan G.Jhnson bukan
hanya karena mereka “jantan”, lebih dari itu karena mereka mempunyai banyak
akses kepada kekuasaan untuk memperoleh status. Mereka misalnya
mengontrol lembaga-lembaga legislatif dominan di lembaga-lembaga hukum
dan peradilan, pemilik sumber-sumber produksi, menguasai organisasi
keagamaa, organisasi profesi dan lembaga-lembaga pendidikan tinggi.
Sementara perempuan ditempatkan pada posisi yang inferior. Peran mereka
terbatas sehingga akses untuk memperoleh kekuasaan juga terbatas, akibatnya
perempuan mendapatkan status yang lebih rendah dari laki-laki. Sebagai ibu
-
21
atau sebagai istri, mereka memperoleh kesempatan yang terbatas untuk
berkarya di luar rumah, penghasilan mereka sangat tergantung pada kerelaan
laki-laki. Meskipun bersama dengan dengan anggota keluarganya merasakan
perlindungan yang diperoleh dari suaminya, hak-hak yang diperoleh jauh lebih
terbatas dari pada hak-hak yang dimiliki suami.
Peran jender tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan identitas dan
berbagai karakteristik yang dirumuskan masyarakat kepada laki-laki dan
perempuan. Sebab terjadinya ketimpangan status antara laki-laki dan
perempuan lebih dari sekedar perbedaan fisik-biologis tetapi segenap nilai
sosial budaya yang hidup dalam masyarakat turut memberikan andil.
Dalam pengalaman sehari-hari, antara laki-laki dan perempuan senantiasa
terjadi konflik dan ketegangan jender, Perempuan tetap memiliki keinginan
untuk bergerak secara leluasa guna meningkatkan status dan rasa percaya diri,
tetapi budaya dalam masayarakat membatasi keinginan mereka, terutama bagi
mereka yang telah kawin, apalagi kalau sudah mempunyai anak. Pada saat ini
perempuan menghadapi beban ganda. Dari satu segi mereka perlu berusaha
sendiri, tetapi di lain pihak harus lebih konsisten mengasuh anak dan mengurus
keluaraga. Laki-laki lebih leluasa melakukan berbagai kegiatan produktif, selain
karena mereka terbebas dari fungsi-fungsi reproduktif seperti mengandung,
melahirkan, menyusui, menstruasi, juga budaya masyarakat menuntut laki-laki
untuk berperan lebih besa di sektornon-keluarga.
Berdasakan uraian di atas maka dapa diketahui adanya korelasi antara
perbedaan peran jender dan status sosial. Semakin besar perbedaan itu semakin
timpang pula status sosial, dan semakin kecil pula perbedaan status sosial itu,
meskipun perbedaan peran jender bukan satu-satunya variabel yang
menentukan ketimpangan atau keadilan itu.
-
22
3) Jender dalam Islam
Islam merupakan agama yang diturunkan oleh Allah SWT di tanah arab
pada abad VII, termasuk agama-agama sematik Abramic Religions (Yahudi,
Kristem, dan Islam). Dalam tradisi bangsa semit, kaum lelaki selalu dianggap
sebagai makhluk superior, bahkan Tuhan-pun dibayangkan sebagai lelaki,
sehingga budaya patriarki sangatlah kokoh.13
Imbasnya ayat-ayat suci yang diturunkan oleh tuhan, tak sedikit yang
ditafsirkan dengan nada patriarkis, namun banyak juga yang sebenarnya
merupakan upaya yang menyadarkan masyarakat dari kungkungan budaya
tersebut. Sehingga ketika Nabi Muhamm SAW berkuasa, aktivitas yang
dilakukan perempuan sangatlah beragam, bahkan keluarga dekan beliau banyak
ambil bagian dalam hal ini. Isteri beliau yang bernama Aisyah, misalnya,
adalah orang agama dan tempat bertanya bagi sahabat lelaki dan perempuan,
seorang politikus, sekaligus pekerja sosial di masyarakatnya.
Hanya saja, dalam perjalanan sejarah Islam yang harus bersentuhan
dengan budaya perluasan yang sangat patriarkis (persia, Asiria, dsb.), sangat
mempengaruhi penafsiran dan pemaknaan terhadap ayat-ayat suci yang telah
ada, sehingga kesan dominasi lelaki menjadi semakin kental. Celakanya, umat
Islam banyak yang terjebak denganya,sehingga hasil ijtihad para ulama yang
kemudian terumus dalam teologi Islam, fiqih, ataupun keilmuan yang lain tadi,
dianggap sebagai ajaran agama yang tidak bisa diotak atik. Padahal tidak
demikian adanya.
Oleh karena itu, perlu kiranya dilakukan usaha-usaha untuk membongkar
pemahaman terhadap teks-teks agama yang yang selama ini dijadikan sebagai
alat legitimasi bagi jalan pikir yang bersifat patriarkis tersebut, yang masih jauh
dari keadilan jender. Upaya-upaya yang dapat mengembalikan pemahaman
guna menuju tercapainya relasi kesederajatan antara laki-laki dan perempuan
13 Tim Penulis Pusat Studi Wanita (psw) Uin Syarif Hidayatullah Jakarta. 2012.Pengantar Kajian Gender, Hlm. 205
-
23
sebagaimana yang dikehendaki oleh ajaran Al-Qur’an dan Hadis Nabi, perlu
digalakan, terutama dalam tataran ilmiah, untuk selanjutnya bisa
disosialisasikan kepada masyarakat.
Secara kodrati lelaki dan perempuan merupakan makhluk Tuhan yang
memiliki perbedaan-perbedaan sekaligus persamaan-persamaan. Namun, hal itu
bukan berarti yang satu lebih unggul/utama daripada yang lain sehingga
menyulut terjadinya ketidakadilan dan perlakuan diskriminatif. Adanya
persamaan dan perbedaan antara keduanya merupakan sunatullah yang sengaja
diciptakan Allah demi kelangsungan hidup generasi manusia dalam
mengemban tugas kekhalifahan di bumi ini.14
Mengorek proses penciptaan manusia, selama ini mayoritas orang
meyakini bahwa manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT. Adalah
Adam, seorang lelaki, sesudah itu allah menciptakan Hawa, pasangan hidupnya.
Hal ini didasarkan pada Al-Qur’an surat al-Nisa: 1.
Hal ini dikaitkan dengan hadis Nabi yang menceritakan ketika Adam
sendirian ditempatkan di surga, dia tidur. Setelah bangun dia menjumpai
seorang perempuan duduk disebelah kepalanya, diciptakan dari tulang rusuk
Adam. Ketika ditanya perempuan itu menjawab bahwa dirinya diciptakan untuk
menemaninya. Lebih ‘mengerikan’ lagi jika diteruskan bahwa tulang rusuk itu
mempunyai watak asli bengkok, keras, dan mudah patah, yang demikian itu
pula watak asli perempuan dia cenderung menuju kejalan yang bengkok,
serong, atau menyeleweng.
Padahal AL-Qur’an sendiri tidak pernah menyatakannya secara jelas
tentang penciptaanya perempuan secara khusus. Yang ada Al-Qur’an secara
umum menggambarkan penciptaan manusia, jasmani dan rohani.
Al-Qur’an dalam menginformasikan tentang penciptaan perempuan
dijelaskan bersamaan dengan penciptaan laki-laki seperti tampak dalam surat al
14 Tim Penulis Pusat Studi Wanita (psw) Uin Syarif Hidayatullah Jakarta. 2012.Pengantar Kajian Gender, Hlm. 206
-
24
Nisa ayat 1. Ayat ini diterjemahakan dalam kitab terjemahan Al-Qur’an terbitan
Depertemen Agama sebagai berikut: “Hai sekalian manusia, bertaqwalah kamu
kepada tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan
daripadanya Allah menciptakan istrinya, daripada keduanya Allah
memperkembangbiakan laki-laki dan perempuan yang banyak”.15
Ayat ini secara gamblang menjelaskan bahwa Allah menciptakan laki-laki
dari nafs wahidat, dan istrinya juga diciptakan dari unsur itu. Tapi Al-Qur’an
tidak menjelaskan di dalam ayat tersebut apa yang dimaksud dengan nafs
wahidat. Oleh karenya, timbul berbagai pendapat dalam menafsirkan ayat
tersebut. Sebagian besar ulama menafsirkanya dengan ‘diri yang satu (Adam),
kemudian istrinya diciptakan dari Adam itu’. Ulama di Indonesia pada
umumnya menganut paham ini, seperti di dalam kitab terjemahan Al-Qur’an
Depertemen Agama yang dikutip diatas.
C. Kapitalisme, Neoliberalisme, dan Globalisasi
Kapitalisme sesungguhnya bukan sekedar sebuah nilai atau sikap mental
untuk mencari keuntungan secara rasional dan sistematis ( sebagaimana
dikatakan Max Weber ) atau sekedar suatu sistem produksi yang berorientasi
pada pencarian keuntungan. Kapitalisme, menurut Mark juga merupakan
sebuah cara produksi dan hubungan dalam proses produksi yang kemudian
menimbulkan berbagai implikasi dalam kontes ekonomi politik, sosial psikologi
maupun kultural. Ketika feodalisme mulai memudar, dan kemudian hadir
sistem ekonomi yang kapitalistik, maka yang terjadi kemudian adalah
perubahan hubungan antarkelas, mode produksi , dan perubahan gaya hidup
masyarakat.16
Esensi kapitalisme adalah pemilikan, persaingan dan rasionalitas.
Berbeda dengan feodalisme dimana modal dan sumber dan pembentukan kelas
15 Ibid Hlm. 206. 16 Bagong suyanto, Sosiologi Ekonomi, Hlm 13.
-
25
tergantung pada kepemilikan luas lahan dan tradisi, dalam kapitalisme sumber
perbedaan dan pembagian kelas adalah modal kepemilikan luas lahan dan
tradisi, dalam kapitalisme sumber perbedaan dan pembagian kelas adalah modal
dan kepemilikan aset industri. Di era kapitalisme, orientasi kelas buruh bukan
mengembangkan loyalitas kepada patron yang melindungi atau elit – elit lokal
yang berperan sebagai penguasa setempat, karena sebagaikelas proletar mereka
cenderung teraliensi dan mengalamip proses eksploitasi yang menyebabkan
posisi mereka benar – benar marginal. Hubungan kerja antara majikan dan
buruh di era kapitalisme bukan dibangun karena kesepahaman dan solidaritas
sosial, melainkan lebih karena keterpaksaan. Kaum buruh umumnya bekerja
karena keinginan dan kebutuhan untuk mendapatkan upah, dan mereka
cenderung tidak berdaya karena dominasi dan hegemoni yang dikembangkan
kelas borjuis yang superordinasi.17
Marx menganggap subordinasi kelas buruh dan superordinasi kelas buruh
dan superordinasi kelas borjuis adalah watak kapitalisme yang paling penting,
karena dengan posisi dan cara seperti itulah kelas borjuis akan dapat leluasa
menyerap nilai tambah ( surplus value ) dari tenaga kerja. Dengan posisi tawar
yang lemah, sering terjadi kaum buruh akan rentan menjadi korban eksploitasi
dari kelas borjuis atau pemilik modal yang terus berusaha meningkatkan
keuntungan dengan cara meminimalisasipengeluaran. Dalam konteks ini,
tidaklah keliru jika dikatakan kapitalisme baru benar –benar disebut kapitalisme
apabila jantung hidupanya, yaitu rasionalisasi perolehan laba berkelanjutan
melalui eksplotasi tenaga kerja, memasuki ranah produksi masyarakat.18
Didalam sistem kapitalistik, dibedakan dua jenis nilai barang . Semua
barang pada dasarnya memiliki dua jenis nila yang berbeda, yaitu nilai guna (
use value ) dan nilai tukar (exchange value ) . Nilai guna sebuah barang adalah
nilai kemanfaatan suatu barang atau keuntungan yang diberikan oleh suatu
17 Ibid, Hlm 79. 18 Ibid, Hlm 79.
-
26
barang ketika barang itu digunakan. Adapun yang dimaksud nilai tukar adalah
nilai suatu barang yang diperoleh ketika barang tersebut dipertukarkan dengan
barang yang lain. Dalam sistem kapitalis modern, produksi besar sejumlah
barang ditunjukan terutama untuk nilai tukarnya, yaitu memperoleh sejumlah
uang yang menjadi keuntungan kekuatan kapitalisme atas barang – barang yang
mereka jual ke pasar. Di dalam sistem kapitalisme, produksi barang dilakukan
untuk dijual ke pasar, dan bukanya untuk dikonsumsi sendiri.
Esensi yang mendasar dari kapitalisme, menurut Robert lekacman dan
Borin van loon, antara lain ; ( 1 ) Modal adalah bagian dari kekayaan suatu
bangsa yang merupakan hasil karya manusia dan karenanya bisa di produksi
berulang kali , ( 2 ) di bawah sistem kapitalisme, suatu perlengkapan modal
masyarakat, alat – alat produksinya di miliki oleh segelintir individu yang
memiliki hal legal untuk menggunakan hak miliknya guna meraup keuntungan
pribadi, dan ( 3 ) kapitalisme bergantung kepada sistem pasar, yang
menentukan distribusi, mengalokasikan sumber daya – sumber daya dan
menetapkan tingkat – tingkat pendapatan gaji, biaya sewa, dan keuntungan dari
kelas – kelas sosial yang berbeda.
Eric wolf menyebutkan tiga ciri pokok yang menandai kapitalisme.
Pertama, berkembangnya kelas kapitalis yang dengan kekayaan uangnya bisa
membeli tenaga kerja dan sarana produksi untuk memproduksi barang
dagangan di pasar. Keduakelas kapitalis menguasai semua sarana produksi
yang penting dalam perekonomian masyarakat dan membatasi akses bebas
pekerja terhadap sarana – sarana produksi, sehingga pekerja harus menjual
tenaga kerjanya kepada kapitalis. Ketiga maksimalisasi keuntungan melalui
produksi yang dikuasai sepenuhnya oleh kapitalis .19
Sementara itu, Ernest Mandel, secara lebih perinci mengajukan lima ciri
pokok kapitalisme sebagi berikut. Pertama, di tingkat produksi, corak kapitalis
19 Ibid, Hlm 80.
-
27
adalah produksi komoditas, yaitu produksi yang bertujuan menjual semua
hasilnya ke pasar untuk meraih keuntungan yang sebesar – besarnya. Produksi
komoditas merupakan penyangga kebertahanan ekonomi kapitalis yang melalui
kapitalis memperoleh nilai lebih dari kerja yang dicurahkan pekerja dan lebih
yang terkandung di dalam nilai tukar komoditas yang dihasilkan. Kedua,
produksi dilandasi kepemilikan pribadi atas sarana produksi. Artinya,
kekuasaan mengatur kekuatan produktif sarana produksi dan tenaga kerja,
bukan milik kolektif, tetapi milik perseorangan, entah dalam bentuk
kepentingan pribadi, keluarga, perusahaan perseroan terbatas, atau kelompok –
kelompok penguasa keuangan. Ketiga, produksi dijalankan untuk pasar yang
tidak terbatas dan berada di bawah tekanan persaingan. Setiap kapitalis
berupaya memperoleh bagian keuntungan terbesar dari keuntungan yang bisa
dikeruk dari pasar. Untuk itu, setiap kapitalis bersaing dengan kapitalis yang
lain. Keempat, tujuan produksi adalah memaksimalkan keuntungan.
Kemampuan bersaing yang berujung pada kemampuan mengeruk keuntungan
yang sebesar – besarnya mengharuskan kapitalis menjual komoditas dengan
harga yang lebih rendah daripada pesaingnya. Untuk itu, kapitalis harus
memperluas jaringan produksinya, sehingga menghasilkan komoditas yang
lebih banyak. Cara paling efisien yaitu dengan meningkatkan kemampuan
permesinanya, yang umumnya mahal, sehingga untuk memenuhinya, kapitalis
mau tidak mau harus memaksimalkan keuntungan dengan cara
mengembangkan produksinya yang benar – benar maksimal. Kelima, produksi
kapitalis adalah produksi untuk akumulasi kapital. Kapitalis membutuhkan
sebagian besar nilai lebih yang terkumpul untuk dicurahkan kembali dalam
kegiatan produktif. Nilai lebih yang diambil diwujudkan menjadi kapital
tambahan dalam dalam bentuk mesin – mesin, bahan baku, dan tambahan
tenaga kerja. Nilai lebih ini sedikit mungkin digunakan untuk konsumsi pribadi
yang tidak produktif.
1) Tahap – tahap perkembangan kapitalisme
-
28
Kapitalisme memiliki sejarah yang panjang, yaitu sejak ditemukana
sistem perniagaan yang dilakukan oleh pihak swasta. Di Eropa, hal ini dikenal
dengan sebutan guilgsebagai cikal bakal kapitalisme.Tetapi, untuk saat ini
kapitalisme tidak hanya dipandang sebagi suatu pandangan hidup yang
menginginkan keuntungan belaka. Peleburan kapitalisme dengan sosialisme
tanpa adanya pengubahan yang mendasar menjadikan kapitalisme tampak lebih
lunak daripada dua atau tiga abad yang lalu.20
Dalam sistem kapitalisme, kepemilikan atas sarana produksi umumnya
bersifat formal absolut. Seseorang bisa saja tidak mengolah atau sama sekali
tidak terlibat dalam proses pengolahan lahan yang dimilikinya, meski dia secara
sah diakui sebagi pemilik lahan tersebut. Di dalam sistem kapitalisme, satu –
satunya jalan bagi semua orang untuk mendapatkan barang dan jasa yang telah
dihasilkan yaitu pergi ke pasar dan menukar uang miliknya dengan barang
tersebut. Begitu pula sebaliknya. Seseorang yang membutuhkan uang, maka ia
harus pergi ke pasar dan membawa barang miliknya untuk diperdagangkan di
pasar itu. Semua transaksi diperantarai uang dan barang. Pasar adalah pranata
pokok dalam kapitalisme yang memungkinkan proses pertukaran. Pasar adalah
pranata yang menata jejaring sosial pertukaran dengan berbasiskan penawaran
dan permintaa. Simpul penghubung satu – satunya dalm berhubungan dengan
pasar adalah uang sebagi alat tukar.
Menurut Meghnad Desi, sebagai sebuah modal produksi, ciri – ciri yang
menandai kapitalisme antara lain ; ( 1 ) produksi untuk dijual dan bukanya
untuk dikonsumsi sendiri, ( 2 ) adanya pasar, di mana tenaga kerja di beli dan
dijual dengan alat tukar upah melalui hubungan kontrak, ( 3 ) penggunaan uang
dalam proses tukar – menukar yang selanjutnya memberikan peranan yang
sistematis kepada bank dan lembaga keuangan nonbank, ( 4 ) proses produksi
atau proses kerja berada dalam kontrol para pemilik modal dan agen – agen
20 Ibid, Hlm 82.
-
29
manajerialnya, ( 5 ) kontrol dalamkeputusan keuangan berada di tangan pemilik
modal, di mana para pekerja tidak ikut serta dalam proses pengambilan
keputusan itu, ( 6 ) berlakunya persaingan bebas di antara pemilik .21
Sebagai sebuah sistem ekonomi, kapitalisme selama ini telah mengalami
berbagai perubahan dan penyesuaian dengan tuntutan perkembangan zaman.
Bentuk produksi kapitalisme yang paling awal adalah apa yang disebut Marx
sebagai industri manufaktur, di mana sejumlah perajin bekerja pada suatu
perusahaan dengan spesifikasi dan pembagian kerja yang cukup rumit, namun
efektif. Berbeda dengan kegiatan ekonomi kapitalisme, yang berkembang
umumnya adalah kerja masinal, di mana tenaga kerja buruh mulai digantikan
oleh mesin.
Kapitalisme, sebagaimana diyakini Adam Smith telah terbukti
mendorong produktivitas. Ekonomi pasar bebas di yakini memberikan manfaat
yang positif, terutama jika negara tidak menghalanginya dengan batasan –
batasan. Di dalam sistem kapitalisme, prinsip yang berlaku dan dikembangkan
Laissez faire( barkan bertindak sendiri ), namun menurut Smith ini semua justru
akan membuat kapitalisme berkembang menguntungkan masyarakat karena
dikendalikan oleh invicible hand( tangan yang tak telihat ) yang secara alamiah
akan mengatur keseimbangan antara keseimbangan antara kebebasan dan
kebutuhan ( hukum permintaan dan penawaran). Berbeda dengan anggapan
sebagian orang yang menyatakan individualisme sebagai sifatnya yang kurang
terpuji, Smith justru memuji sifat mementingkan diri sendiri sebagai penggerak
segala kegiatan ekonomi ( bukan kebaikan orang lain ) karena dengan sifat
itulah justru akan lahir iklim persaingan usaha yang benar – benar sehat.
Dalam sistem kebebasan ekonomi yang alamiah, menurut Smith
kekuasaan tertinggi memiliki tiga tugas penting ( 1 ) kewajiban melindungi
negara dari kekerasan dan serangan negara bebas lainya, ( 2 ) melindungi setiap
21 Ibid, Hlm 83.
-
30
anggota masyarakat sejauh mungkin dari ketidakadilan atau penindasan
anggota masyarakat lainya atau mendirikan badan hukum yang dapat
diandalkan, dan ( 3 ) mendirikan dan memelihara beberapa institusi atau saran
untuk umum yang tidak dibuat oleh perseorangan atau kelompok kecil, karena
keuntungan yang di dapatnya sedikit dan tidak dapat menutupi ongkos –
ongkosnya.
Kapitalisme adalah suatu paham yang meyakini bahwa pemilik modal
bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar – besarnya. Demi
prinsip tersebut, maka pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna
keuntungan bersama. Walaupun demikian, kapitalisme sebenarnya tidak
memiliki definisi universal yang biasa diterima secara luas. Beberapa ahli
mendefinisikan kapitalisme sebagi sebuah sistem yang mulai berlaku di Eropa
pada abad ke – 16 hingga abad ke – 19, yaitu pada masa perkembangan
perbankan komersial Eropa di mana sekelompok individu maupun kelompok
dapat bertindak sebagai suatu badan tertentu yang dapat memilki maupun
melakukan perdagangan benda milik pribadi, terutama barang modal, seperti
tanah dan manusia guna proses perubahan dari barang modal ke barang jadi.
Untuk mendapatkan modal – modal tersebut, para kapitalis harus mendapatkan
bahan baku dan mesin dahulu, baru buruh sebagi operator mesin dan juga untuk
mendapatkan nilai lebih dari bahan baku tersebut.
Secara garis besar, tahap – tahap perkembangan kapitalisme dapat
dibedakan menjadi empat kategori. Pertama, kapitalisme murni. Menurut
Abercrom et al. ciri- ciri yang menandai kapitalisme murni, antara lain ; ( 1 )
kepemilikan dan pengendalian swasta atas sarana produksi, yaitu modal, ( 2 )
Aktivitas ekonomi yang digerakan untuk mendapatkan keuntungan , ( 3 )
Sistem pasar yang mengatur aktivitas ekonomi , ( 4 ) pengembalian keuntungan
oleh pemilik modal , ( 5 ) pelaksanaan kerja oleh tenaga kerja yang merupakan
agen bebas. Secara teoritis, sebagaimana dikatakan Adam Smith, bagi
konsumen atau masyarakat, persaingan pasar yang bebas di dalam tahap
-
31
kapitalisme murni berfungsi menurunkan tingkat harga, menyamakan tingkat
laba di antara perusahaan – perusahaan dan mendorong efisiensi dalam
produksi.
Kedua kapitalisme industrial. Kapitalisme industrial dicirikan oleh
seperangkat hubungan sosial antarkelas yang memungkinkan kelas yang satu,
yang menguasai kapital melakukan eksploitasi terhadap kelas sosial yang lain.
Dalam sistem kapitalisme industrial, masyarakat umumnya berbelah menjadi
dua lapisan sosial ; ( 1 ) kelas borjuis atau kapital yang menguasai dan hidup
dari dukungan sarana produksi dan uang yang dimilikinya, ( 2) kelas proletar
yang tidak menguasai produksi apa pun selain kemampuanya bekerja. Sumber
pendapatan kapitalis yaitu laba, bunga dan ribu, dan sewa dari kepemilikan
mereka atas kapital. Adapun sumber pendapatan utama proletar ialah upah dari
menjual tenaga kerja mereka kapada orang lain.
Di dalam tahap ini, kegiatan ekonomi cenderung dikembangkan ke arah
pembentukan laba, dimana pengaturan kegiatan ekonomi pdilakukan oleh apa
yang disebut “pasar” . Di dalam kapitalisme industrial, persaingan bebas
berkembang dominan. Di berbagai perusahaan atau tenaga kerja di antara para
majikan berjalan melalui sisitem upah atau kontrak kerja dalam mekanisme
pasar tenaga kerja yang cenderung menafikan arti tenaga kerja manusia karena
munculnya mekanisme di dunia industri. Di dalam perkembangan dunia industr
iyang dominan, negara pada dasarnya tidak melakukan intervensi ke dalam
sistem pasar, melainkan lebih banyak membiarkan sistem pasar kerja secara
bebas. Dalam sistem ini, peran negara lebih bersifat mendukung daripada
mencampuri tugas atau fungsi yang dijalankan oleh pasar.
Ketiga kapitalisme monopoli, Dalam kapitalisme ekonomi, seseorang
atau segelintir kapitalis mengendalikan suatu sektor ekonomi tertentu. Pada
tahap ini, iklim persaingan di antara sesama pelaku usaha dan pemilik modal
berkembang makin ketat, dan melahirkan sekelompok kecil pemilik modal
yang kuat, yang lebih menguasai pasar. Pada tahap kapitalisme monopoli,
-
32
ditandai oleh terjadinya pemusatan ekonomi, penguasaan pasar oleh sejumlah
kecil perusahan besar, bukan persaingan sejumlah besar perusahaan kecil.
Dalam fase ini juga terjadi proses pemisahan modal finansial dan produktif,
terjadi monopolisasi oleh sejumlah kecil lembaga keuangan, dan penguasaan
seluruh sistem ekonomi oleh lembaga itu. Persaingan yang terjadi beralih ke
ranah penjualan, di mana peran periklanan lantas menjadi lebih mengedepan.
Di dalam sistem kapitalisme monopoli, pertumbuhan korporasi raksasa
mulai bermunculan. Perusahaan korporasi raksasa ini umumnya menguasai
dalam skala yang benar – benar luas, bahkan pasar internasional melalui
jaringan perdagangan dan agen – agen pemasaran yang dimilikinya. Dalam
sistem ini, kapitalisme meninggalkan tahap kompetitifnya dan memasuki tahap
monopoli oleh sekelompok kecil pemilik modal yang telah berkembang
menjadik korporasi raksasa. Dalam sistem kapitalisme monopoli, persaingan
bergeser dari segi harga ke segi promosi penjualan. Pemilik modal besar yang
memiliki kreatifitas dan didukung kemampuan promosi yang kuat, niscaya
lebih berpeluang berkembang menjadi perusahaan raksasa yang menguasai
semua sendi kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Keempat, kapitalisme lanjut atau disebut juga dengan istilah late
capitalisme. Istilah late capitalismeberasal dari madhab frankfurt, dan
menunjuk pada bentuk kapitalisme yang datang dalam periode masyarakat
modern dan kini sedang mendominasi era postmoderne . Menurut madhab
frankfurt, late captalismeditandai dengan dua ciri esensia, yaitu jaringan kontrol
birokrasi dan interpenetrasi kapitalisme negara.
Sementara itu, Jameson menambahkan versi late capitalismedengan
elemen – elemen baru postmodernisme, yakni ; Pertamamunculnya formasi –
formasi baru organisasi bisnis yang bersifat multinasional dan transnasional
yang melampaui tahap kapitalisme monopoli ala lenin, yakni melampaui batas
– batas nasional. Keduainternasionalisasi bisnis melampaui model imperialisme
lama. Dalam tata dunia kapitalisme baru, korporasi multinasional tidak terikat
-
33
pada suatu negara tetapi merepresentasikan sebentuk kekuasaan dan pengaruh
yangl lebih jauh lebih besar ketimbang satu negara mana pun. Internasionalisasi
ini juga berlaku dalam pembagian kerja yang memungkinkan eksploitasi yang
terus berlanjut terhadap para pekerja di negara – negara miskin guna
mendukung model multinasional. Dalam hal ini, jameson lalu menunjukan pada
aliran produksi ke wilayah – wilayah Dunia ketiga yang sudah maju, bersamaan
dengan akibat – akibat sosial yang sudah lazim, meliputi krisis buruh
tradisional, munculnya profesional muda yang ambisius, dan kelas elit pada
skala global.
Ketiga, dinamika baru yang tak seimbang dalam perbankan internasional
dan pertukaran saham, termasuk utang Dunia kedua dan ketiga yang sangat
besar. Melalui struktur perbankan yang seperti itu perusahaan multinasional
Dunia pertama mempertahankan kontrol mereka terhadap pasar dunia.
Kelima, munculnya formasi – formasi baru interrelasi media. Bagi
Jameson, media termasuk salah satu produk baru kapitalisme lanjut yang sangat
berpengaruh, seperti ; seperti ; print, Internet,televisi, dan film, dan merupakan
sarana – sarana baru bagi kaum kapitalis mengambil alih kehidupan kita.
Melalui proses mediasi kebudayaan, kita semakin tergantung pada realitas yang
dihadirkan media, yakni versi realitas yang dipenuhi secara dominan dengan
nilai – nilai kapitalis.
Keenam, keusangan ( planned obsolescence ). Jameson menyatakan
bahwa di balik produksi secara besar – besaran barang – barang yang selalu
baru, baru, dan baru lagi, dan terus menerus di perbaharui agar tampak tak
ketinggalan, dari baju samapai pesawat terbang, telah menandai fungsi dan
posisi struktural yang semakin esensial bagi inovasi dan eksperimentasi estetik.
Dalam kapitalisme transnasional, Leslie Sklair menyatakan bahwa di era
Global, perkembangan kapitalisme benar – benar melampaui batas – batas
administrasi negara. Kapitalisme telah berkembang menjadi kapitalisme
transnasional, yang di dalamnya terdiri dari ; ( 1 ) fraksi korporat yang terdiri
-
34
dari eksklusif perusahaan transnasional dan orang dekat yang berfasilitas
dengan mereka, ( 2 ) fraksi negara yang tersusun atas negara yang mengglobal
dan para birokrasi serta politisi antar negara, ( 3 ) Fraksi teknis yang terdiri dari
para profesional yang mengglobal, dan ( 4 ) fraksi konsumerisme mencakup
para saudagar dan eksklusif media.
2) Liberalisasi dan Neoliberalisasi
Landasan atau dasar bagi perekembangan subur kapitalisme liberalisme.
Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang
didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama.
Secara umu, liberalisme adalah sebuah paham atau keyakinan yang mecita –
citakan tumbuhnya suatu masyarakat yang bebas, yang dicirikan oleh
kebebasan berfikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak adanya
pembatasan, Khususnya dari pemerintah dan agama. Liberalisme menghendaki
adanya, pertukaran gagasan yang bebas, ekonomi pasar yang mendukung usaha
pribadi yang relatif bebas, dan suatu sistem pemerintahan yang transparan, dan
menolak adanya pembatasan terhadap pemilikan individu.22
Dalam masyarakat modern, liberalisme tumbuh seiring dengan makin
maraknya perkembangan kapitalisme. Liberalisme, atau untuk konteks saat ini
lebih tepat disebut neoliberalisme adalah suatu teori ekonomi politik yang
menyatakan bahwa kesejahteraan manusia paling memungkinkan dicapai
dengan cara meliberalisasikan kebebasan – kebebasan dan keterampilan –
keterampilan entrepreneurialindividu dan menempatkan kebebasan dan
keterampilan itu ke dalam suatu kerangka pranata yang dicirikan oleh hak milik
pribadi yang kuat, pasar bebas dan perdagangan bebas.
Ketika masyarakat berkembang menuju era - modernisme, kapitalisme
umumnya juga makin berkembang tidak hanya makin menggurita masuk dan
22 Ibid, Hlm 90.
-
35
bergerak ke dalam berbagai jenis industri, tetapi juga bergerak ke banyak
negara menjadi perusahaan multinasional yang mengglobal. Cara kerja
kapitalisme yang masal dan efisien menjadikan sistem ini mampu menghasilkan
berbagai produk industri yang luar biasa besar, dan tidak lagi dibatasi oleh
posisi geografis atau batas – batas administrasi sebuah wilayah. Sebuah produk
yang dihasilkan di sebuah pabrik di vietnam, jangan heran jika dilempar dan
dipasarkan di berbagai negara di Asia maupun Amerik. Sebuah perusahaan
yang berkantor di singapura, jangan kaget jika memiliki jaringan bisnis hingga
Eropa, Afrika dan bahkan masuk hingga ke berbagi negara yang ada di lain
negara.
Bagi kekuatan ekonomi yang kapitalistik, globalisasi ibaratnya adalah
lahan atau habitat yang subur yang memungkinkan kapitalismeterus
berekspansi merambah ke berbagi wilayah mencari ceruk – ceruk pangsa pasar
baru yang terus terbuka. Bila di zaman penjajahan kolonial, ekspansi kekuatan
komersial diwujudkan dalam bentuk penjajahan dan eksploitasi habis – habisan
terhadap sumber daya alam di negara jajahan, mereka di era globalisasi bentuk
penjajahan yang dikembangkan kekuatan kapitalis umumnya lebih tampak
sebagi ekspansi pangsa pasar dan promosi besar – besaran yang dikembangkan
kekuatan komersial untuk membentuk perilaku konsumen yang radikal dan
terus berkesinambungan.
3) Globalisasi dan Perkembangan Kapitalisme
Globalisasi secara umum di tandai dengan adanya ekspansi pasar kapitalis
yang luar biasa agresif dan esklasi perilaku konsumtif masyarakat di berbagai
bidang kehidupan. Globalisasi bukan hanya melahirkan perubahan – perubahan
baru dalam perilaku dan gaya hidup masyarakat, tetapi juga melahirkan
perubahan struktur sosial masyarakat dan mempengaruhi dinamika kondisi
perekonomian di barbagai level ; dari tingkat global hingga lokal.
McDonalisasi, Korporasi global, Bank dunia, WTO, dan sejenisnya merupakan
-
36
lembaga yang sekaligus menjadi simbol globalisasi yang acap kali di kritik
telah merampas kekuasaan negara dan pemerintah loka, serta mengikis budaya
tradisional.23
Berbagai kajian telah membuktikan, ketika batas antar teritorial makin
kabur, budaya tradisional makin memudar karena digantikan gaya hidup dan
pengaruh budaya global, maka dalam waktu yang bersamaan perubahan yang
dahsyat pun tiba – tiba menyergap hampir seluruh sendi dan kehidupan
masyarakat. Munculnya berbagi istilah, seperti pasar global, komunikasi global,
keamanan global, lingkungan global, dan sejenisnya merupakan bukti yang
memperlihatkan betapa globalisasi telah menyentu seluruh peradaban manusia.
Tabel 2
BERBAGAI DEFINISI TENTANG GLOBALISAS
Definisi Keterangan
Internasionalisasi Globalisasi dipakai untuk menjelaskan hubungan
lintas batas antarnegara, di mana globalisasi diartikan
sebagi aliran perdagangan dan investasi modal besar
yang memengaruhi pertumbuhan dan saling
ketergantungan internasional. ( Pauil & Grahame
Thompson, 1996)
Liberalisasi Globalisasi dipakai untuk menjelaskan terjadinya
proses integrasi ekonomi internasional yang didasari
adanya keterbukaan tanpa batas. ( Sander, 1996)
Universalisasi Globalisasi adalah proses penyebaran perbagai
macam objek dan pengalaman kepada orang di
seluruh penjuru dunia. ( Oliver Raiser ,1994)
23 Ibid, Hlm 92.
-
37
Modernesisasi Globalisasi di anggap identik dengan amerikanisasi,
imperialisme atau kolonisasi yang menghancurkan
budaya lokal. ( Spybey,1996)
Deteritorialisasi Globalisasi sebagi proses yang mewujudkan
perubahan ke dalam spasial organisasi hubungan
sosial dan transaksi.( David Held1, 999)
Sumber ; Jan Aart Scholt, 2000.
Globalisasi tiada lain adalah kebebasan tiada lain adalah kebebasan dan
keleluasaan lalu lintas barang, jasa, modal kekuatan kapitalis yang menerobos
batas – batas negara, wilayah, serta adat istiadat dan budaya. Dalam kehidupan
yang makin mengglobal masyarakat bukan saja mengalami perubahan dalam
pola interaksi sosial dan perilaku ekonomi, tetapi mengalami perubahan dalam
sosial buday, psikologis politik, hukum, dan bahkan keyakinan. Globalisasi
dalam berbagai perbincangan sering kali di hubungkan denganperubahan sosial
kontenporer.
Jan Aart Scholt, ahli yang menulis buku Globalization A Critical
Introduction, dalam Bab 1, “ What is Happening?”menyatakan selama ini
paling tidak ada lima pengertian atau definisi tentang globalisasi yang berbeda
– berbeda, ada yang memahami globalisasi sebagi proses internasionalisasi,
liberalisasi, Universalisasi, atau sebagi bentuk deteritorialisasi.24
Perbedaan pemahaman dan definisi tentang globalisasi di atas sudah tentu
menyebabkan arah dan fokus diskusi antar berbagai pihak menjadi bias, dan
sulit menjadi bias, dan sulit mencari titik temu. Ketika globalisasi dipahami
sebagi proses superiorisasi pasar global atau dominasi negar maju, maka
umumnya mereka akan melihat globalisasi dipahami sebagi ancaman.
Sementara itu, ketika globalisasi dipahami sebagai penyebarluasan, penyatuan,
24 Ibid, Hlm 93.
-
38
munculnya homogenitas atau hilangnya batas antar wilayah/negara, maka
globalisasi akan dipahami sebagi faktor yang memengaruhi dan mengubah
secara radikal gaya hidup dan nilai- nilai sosial budaya masyaraka, khususnya
masyarakat di Negara sedang berkembang.
Bagi kelompok yang kontra globalisasi, niscaya apapun pengertianya
globalisasi akan dipahami sebagai suatu yang sifatnya negatif. Di mata
kelompok yang kontra globalisasi, keberadaan perusahaan global dinilai tidak
pernah lepas dari kepentingan negara induknya. Demikian pula lembaga
pengatur global, juga tidak steril dari kepentingan negara asalny, sehingga apa
pun bentuknya, globalisasi sesungguhnya adalah refleksi dar dominasi
kedigdayaan pengaruh negara maju dan kekuatan kapital yang makin
mengglobal.
Secara garis besar, Scholte menyatakan dampak globalisasi terhadap
struktur sosial, paling tidak berkaitan dengan empat hal, pertama, globalisasi
telah mengubah sifat aktivitas ekonomi . Keduaglobalisasi telah menggerogoti
dan menghambat kekuasaan negara. Ketiga globalisasi telah melahirkans
sinkronasi dan homogenisasi budaya. Keempatglobalisasi telah berkembang di
luar masyarakat modern, sehingga secara linier boleh dikata globalisasi adalah
tahap pascamodernitas.25
Di bidang produksi, perubahan aktivitas ekonomi, menurut Scholte di
mulai ketika terjadi revolusi global pertama ahir abad ke – 19, dan lompatan
tiba – tiba kemajuan menuju realitas baru menyebar luas karena dipicu
penemuan komputer, perkembangan teknologi transportasi, komunikasi,
pemrosotan data, dan pesawat jet. Jika sebelum aktifitasnya aktifitas ekonomi
lebih banyak dominasi industri manufaktur, maka globalisasi menyebabkan
aktivitas ekonomi mengalami pergeseran ke sektor jasa yang lebih
mengandalkan pengetahuan.
25 Ibid, Hlm 94.
-
39
Di bidang pengaturan, globalisasi, menurut Scholte di tandai dengan
menyusutnya peran kekuasaan negara yang sentralis, dan otoritas makin
terdifusi ke dalam agensi – agensi supranegara. Kehidupan berbagai lembaga
dunia, bukan saja mengintervensi dan memengaruhi kebijakan politik, tetapi
juga mengurangi otoritas negara.
Di bidang budaya, globalisasi terbukti melahirkan homogenisasi atau
sinkronasi budaya. Berbagai subkultur, pranata tradisional dan kehidupan
masyarakat lokal sering kali memudar ketika terjadi intervensi kekuatan global,
baik dalam bentuk kekuatan ekonomi maupun invasi budaya. Globalisasi,
dalam banyak hal memperkenalkan budayatunggal yang berpusat pada
konsumerisme, media masa, Amerikanisasi dan Bahasa Inggris, sehingga
jangan kaget jika di daerah yang tepelosok sekalipun kita dengan mudah
menemukan anak – anak mudah berdandan ala artis amerika dan
mendendangkan lagu yang mereka dengar lewat televisi atau ipod.
Tabel 3
DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP STRUKTUR SOSIAL
Aspek Dampak Keterangan
Produksi Globalisasi mengubah sifat
aktivitas ekonomi.
- Dipicu revolusi
teknologi dalam
transportasi,
komunikasi, dan
pemrosesan data.
- Ekonomi berbasis
informasional,
berbasis
pengetahuan, dan
pasca industrial atau
-
40
jasa.
- Ditandai dengan mati
akhir kapitalisme.
- Globalisasi
menghasilkan
pembagian kerja
dunia baru,
meningkatnya
regionalisme,
korporasi raksasa,
dan konsumerisme
Pengaturan Globalisasi telah
menghambat kekuasaan
negara.
- Otoritas makin
terdifusi ke dalam
agensi – agensi
subnegara dan
supranegara dan juga
badan – badan
negara.
Budaya Globalisasi melahirkan
sinkronasi budaya.
- Struktur peferensi
dunia menjadi lebih
terhomogenisasi.
- Globalisasi
menghancurkan cara
– cara kehidupan
tradisional dan
muncul diversitas.
- Globalisasi
memperkenalkan
-
41
budaya dunia tunggal
yang terpusat pada
konsumerisme, dan
bahasa inggris.
Modernitas
dan pasca
modernitas.
Globalisasi berkembang di
luar masyarakat modern.
- Modernitas
melahirkan
globalisasi.
- Globalisasi adalah
produk dari tata
aturan sosial modern.
- Globalisasi membuat
masyarakat
memasuki era pasca
modern.
Sumber ; Jan Aart Scholte. 2000.
Di bidang perkembangan modernitas dan pascamodernitas, globalisasi
telah berkembang jauh hingga keluar dari masyarakat modern. Globalisasi
telah membuat masyarakat memasuki era pascamodern di mana komunikasi
menjadi makin maya, dan simbol – simbol menjadi makin universal.
Scholte dalam tulisanya memang tidak mendeskripsikan proses
perubahan dan dampak yang terjadi ketika berbagai aspek seperti diuraikan di
atas terakumulasi. Namun yang efek dan dampak globalisasi bukan saja
mengubah dan memorakporandakan struktur sosial yang ada, tetapi juga
melahirkan struktur sosial baru yang pada giliranya malah menentukan pola
interaksi dan bagaimana warga masyarakat memperlihatkan dirinya.
4) Menyikapi Globalisasi dan Perkembangan Kapitalisme
-
42
Globalisasi dan perkembangan kapitalisme tahap lanjut, apa pun
bentuknya merupakan sebuah ancaman yang membutuhkan sikap dan
antisipasi. Berbeda dengan Adam Smith yang meyakini kapitalisme sebagi
jalan pembuka bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, paradigma neo-
Marxsis memandang kapitalisme sebagi suatu tatanan sosial yang global
berlandaskan hubungan – hubungan sosial yang eksploitatif.
Joseph E.Stigliz, misalnya, pemenang penghargaan Nobel dalam bidang
ekonomi secara tajam telah melontarkan kritik tentang resiko globalisasi dan
perkembangan kapitalisme. Perkembangan ekonomi global dan upaya yang
dilakukan lembaga – lembaga besar dalam proses globalisasi telah menjatuhkan
negara – negara yang sedang kesulitan yang seharusnya mereka bandu, karena
di balik itu pertimbangan yang dipakai para perumus kebijakan global ternyata
lebih banyak pertimbangan politis daripada pertimbangan yang benar – benar
objektif.26
Sementara itu, George Ritzer, menyatakan bahwa globalisasi atau
tepatnya globalisasi kehampaan merupakan bentuk penindasan model baru di
era Global, yaitu penindasan oleh komoditas – komoditas yang dikontrol,
didistribusikan, dan dimaknai secara terpusat oleh kekuatan modal yang lintas
negara atau perusahaan trans nasional.
Dengan melihat berbagai efek negatif dan ancaman globalisasi seperti di
atas, oleh sebab itu wajar jika dibutuhkan sikap dan langkah antisipasi agar
perkembangan global tidak makin merugikan. Menurut Scholte, secara garis
besar paling tidak ada tiga kelompok atau pendekatan yang menawarkan
respons yang berbeda – beda dalam menyikapi globalisasi.
Pertama, kelompok neoliberalisme. Menurut kelompok ini, peran
pemerintah dan lembaga multilateral perlu dibatasi hanya sebagai fasilitator,
dan yang terpenting peran kekuatan pasar harus diperbesar untuk
26 Ibid, Hlm 97
-
43
mengendalikan perkembangan globalisasi. Berbagai bentuk pembatasan atau
regulasi yang tidak perlu harus di hapuskan, dan bahkan kelompok ini
menyatakan perlu dikembangkan kebijakan privatisasi.
Kedua, kelompok reformis atau demokrasi sosial global. Kelompok ini
seperti juga kelompok neoliberalisme sebetulnya menaruh harapan terhadap
peran kekuatan pasar . Hanya saja, kapitalisme membutuhkan kebijakan publik
global yang dirancang dengan cermat dan promasyarakat. Selain perlu
dikembangkan berbagai aturan tentang jaminan resmi standar minimum, juga
perlu dikembangkan tindakan antitrusdan berbagai bentuk regulasi lain untuk
membatasi kemungkinan terjadinya praktik monopoli.
Tabel 4
MENYIKAPI GLOBALISASI
Kelompok Respons Kebijakan
Neoliberalisme - Globalisasi perlu dibimbing dengan kekuatan
pasar, dan otoritas publik ( pemerintah dan
lembaga multilateral)
- Perlu menghapuskan pembatasan yang
diberlakukan negara, baik di bidang
keuangan, barang maupun jasa dan modal.
- Perlu dikembangkan privatisasi langsung.
Reformisme(demokrasi
sosial global )
- Kapitalisme memerlukan kebijakan publik
global yang dirancang dan dilaksanakan
dengan cermat.
- Untuk melindungi bahaya kapitalisme perlu
dikembangkan jaminan resmi standar
minimum
-
44
- Mendukung tindakan antitrust dan kontrol
resmi lain untuk membatasi kekuasaan
monopoli perusahaan.
Radikalisme - Diperlukan deglobalisasi untuk memulihkan
kesehatan ekonomi, kesimbangan ekologikal,
integritas budaya dan demokrasi .
- Perlu pemisahan negara dari jaringan ekonomi
global
- Globalisasi dinilai justru mengancam
prulaisme.
- Tergantung pada revolusi sosial.
Ketiga, kelompok radikal. Kelompok ini menawarkan revolusi sosial
sebagai jawaban atas ancaman globalisasi. Globalisasi memang terbukti mampu
menyatukan dunia dan menyebabkan batas – batas administrasi wilayah
menjadi kabur. Tetapi, di saat yang sama, kata Hans – Peter Martin dan Harald
Schuman, globalisasi ternyata malah melahirkan kesenjangan sosial, polarisasi
antarkelas yang makin lebar, munculnya pengangguran yang makin besar, dan
di bidang politik globalisasi juga menyebabkan para politisi terpaksa berketuk
lutut mendukung program deregulasi yang sebetulnya hanya melayani
kepentingan kekuatan modal global. Untuk mencegah agar globalisasi dan
perkembangan kapitalisme tidak makin liar, maka kelompok radikal
menyatakan bahwa yang dibutuhkan adalah deglobalisasi untuk memulihkan
kesehatan ekonomi, keseimbangan ekologikal dan integrasi budaya dan
demokrasi.
D. Kajian Kesejahteraan Sosial
1) Pengertian Kesejahteraan Sosial
-
45
Kesejahteraan berasal dari kata “sejahtera” sejahteraini mengandung
pengertian dari bahasa sansekerta “Catera” yang berarti payung. Dalam konteks
ini, kesejahteraan yang terkandung arti “catera”(payung) adalah orang yang
sejahtera yaitu orang yang dalamhidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan,
ketakutan, atau kekhawatiran sehingga hidupnya aman tentram, baik lahir
maupun batin. Sedangkan sosial berasal dari kata “ socius” yang berarti kawan,
teman, dan kerja sama. Orang yang sosial adalah dapat berelasi dengan orang
lain dan lingkunganya dengan baik. Jadi kesejahteraan sosial dapat di artikan
sebagi suatu kondisi dimana orang dapat memenuhi kebutuhan dan dapat
berelasi dengan lingkunganya secara baik.27
Banyak pengertian atau pembahasan kesejahteraan sosial yang
dirumuskan , baik oleh para pakar ataupun para ahli pekerjaan sosial maupun
PBB dan badan-badan yang berkaitan atau berkesinambungan membahas
perihal demikian dibawahnya di antaranya:28
1) Friedlander
Kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisasi dari pelayanan-
pelayanan sosial dan institusi-institusi yang dirancang untuk membantu
individu-individu dan kelompok-kelompok guna mencapai standar hidup
dan kesehatan yang memadai dan relasi-relasi personal dan sosial sehingga
memungkinkan mereka dapat mengembangkan kemampuan dan
kesejahteraan sepenuhnya selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga
dan masyarakat.
2) Perserikatan Bangsa-Bangsa
27Adi Fahrudin, Pengantar Kesejahteraan Sosial, Hlm 8 28Ibid, Hlm 9
-
46
Kesejahteraan sosial merupakan suatu kegiatan yang terorganisasi dengan
tujuan membantu penyesuaian timbal balik antara individu-individudengan
lingkungan sosial mereka.
3) UU N0. 6 Tahun 1974 Pasal 2 ayat 1
Kesejahteraan sosial ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan
sosial, materil ataupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan,
kesusilaan, dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap
warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga
serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban
manusia sesuai dengan pancasila.
2) Tujuan kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan sosial mempunyai tujuan yaitu :
a) Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya
standar kehidupan pokok seperti sandang, perumahan, pangan,
kesehatan, dan relasi-relasi sosial yang harmonis dengan
lingkunganya.
b) Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya dengan
masyarakat di lingkunganya, misalnya dengan menggali sumber –
sumber, meningkatkan, dan mengembangkan taraf hidup yang
memuaskan.Selain itu, Schneiderman mengemukakan tiga tujuan
utama dari sistem kesejahteraan sosial yang sampai tingkat tertentu
tercermin dalam semua program kesejahteraan sosial, yaitu
pemeliharaan sistem, pengawasan sistem.29
c) Pemeliharaan Sistem
29Ibid, Hlm 10
-
47
Pemeliharaan dan menjaga keseimbangan atau kelangsungan
keberadaan nilai-nilai dan normasosial serta aturan-aturan
kemasyarakatan dalam masyarakat, termasuk hal-hal yang berkaitan
dengan definisi makna dan tujuan hidup; motivasi bagi kelangsungan
hidup orang seorang dan kelompok; norma - norma yang menyangkut
pelaksanaan peran anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua, dan
peran pria dan wanita; norma-norma yang berhubungan dengan
produksi dan distribusi barang dan jasa; norma-norma yang
berhubungan dengan penyelesaian konflik dalam masyarakat, dan lain-
lain.
Kegiatan sistem kesejahteraan sosial untuk mencapai tujuan semacam itu
meliputi kegiatan yang diadakan untuk sosialisasi anggota terhadap norma-
norma yang dapat diterima, peningkatan pengetahuan dan kemampuan untuk
mempergunakan sumber-sumber dan kesempatan yang tersedia dalam
masyarakat melalui pemberian informasi, nasihat dan bimbingan, seperti
penggunaan sistem rujukan, fasilitas pendidikan, kesehatan dan bantuan sosial
lainya. Kegiatan lain adalah kompensasi terhadap kekurangan sistem, berupa
melengkapi atau mengganti tatanan sosial lain seperti keluarga, pasar, sistem
pendidikan, sistem kesehatan, dan sebagainya, sementara tatanan sosial lain
seperti keluarga, pasar, sistem pendidikan , sistem kesehatan dan sebagainya,
sementara tatanan sosial pokok pada dasarnya tidak berubah. Termasuk juga
dalam kegiatan ini, bantuan keuangan dan pembayaran jaminan sosial untuk
meningkatkan daya beli, guna terpeliharaa ekonomi secara keseluruhan.
Kompensasi ini sifatnyatemporal.
a. Pengawasan sistem
Melakukan pengawasan secara efektif terhadap perilaku yang tidak sesuai
atau menyimpang dari nilai-nilai sosial. Kegiatan-kegiatan kesejahteraan sosial
untuk mencapai tujuan semacam itu meliputi; mengintensifkan fungsi-fungsi
-
48
pemeliharaan beruapa kompensasi, (re) sosialisasi, peningkatan kemampuan
menjangkau fasilitas-fasilitas yang ada bagi golongan masyarakat yang
memperlihatkan penyimpangan tingkah laku misalnya kelompok remaja dan
kelompok lain dalam masyarakat. Hali ini dimaksudkan agar dapat ditingkatkan
pengawasan diri sendiri dengan jalan menghilangkan sebab-sebab masalah
yang sesungguhnya. Disamping itu , dapat pula dipergunakan saluran-saluran
dan batasan-batasan hukum guna meningkatkan pengawasan eksternal terhadap
penyimpangan tingkah laku misalnya orang tua yang menelantarkan anaknya,
kejahatan, kenakalan remaja, dan sebagainya.
b. Perubahan sistem
Mengadakan perubahan kearah berkembanganya suatu sistem yang lebih
efektif bagi anggota masyarakat. Dalam mengadakan mengadakan perubahan
itu, sistem kesejahteraan sosial merupakan instrumen untuk menyisishkan
hambatan-hambatan terhadap partisipasi sepenuhnya dan adil bagi anggota
masyarakat dalam pengambilan keputusan; pembagian sumber-sumber secara
lebih pantas dan adil, terhadapan penggunaan struktur kesempatan yang tersedia
secara adil pula.
2) Fungsi-Fungsi Kesejahteraan Sosial
Fungsi-fungsi kesejahteraan sosial bertujuan untuk menghilangkan atau
mengurangi tekanan-tekanan yang diakibatkan terjadinya perubahan-perubahan
sosio-ekonomi, menghidarkan terjadinya konsekuensi –konsekuensi sosial yang
negatif akibat penggunaan serta menciptakan kondisi-kondisi yang mampu
mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat.30
30Ibid, Hlm 12
-
49
Fungsi-Fungsi kesejahteraan sosial tersebut antara lain:
1. Fungsi Pencegahan (Preventife)
Kesejahteraan sosial ditujukan untuk memperkuat individu, keluarga, dan
masyarakat supaya terhindar dari masalah-masalah sosial baru. Dalam
masyarakat transisi, upaya pencegahan ditekankan pada kegiatan-kegiatan
untuk membantu menciptakan pola-pola baru dalam hubungan sosial serta
lembaga-lembaga sosial baru.
2. Fungsi Penyembuhan (Curative)
Kesejahteraan sosial ditunjukan untuk menghilangkan kondisi-kondisi
ketidak mampuan fisik, emosisonal, dan sosial agar orang yang
mengalami masalahtersebut dapat berfungsi kembali secara wajar dalam
masyarakat. Dalam fungsi ini tercakup juga fungsi pemulihan
(rehabilitasi)
3. Fungsi Pengembangan (Development)
Kesejahteraan sosial berfungsi untuk memberikan sumbangan langsung
ataupun tidak langsung dalam proses pengembangan atau pengembangan
tatanan dan sumber-sumber daya sosial dalam masyarakat.
4. Fungsi-Funsi penunjang (suportive)
Fungsi ini mencakup kegiatan-kegiatan untuk membantu mencapai tujuan
sektor atau bidang pelayanan kesejahteraan sosial yang lain
3) Komponen-Komponen Kesejahteraan Sosial
Semua kegiatan atau usaha kesejahteraan sosial mempunyai ciri-ciri tertentu
yang yang membedakan dengan kegiatan-kegiatan lain :31
a) Organisasi Formal
Usaha Kesejahteraan sosial terorganisasi secara formal dan dilaksanakan
oleh organisasi/badan sosial yang formal pula. Kegiatan yang
31Ibid Hlm.16
-
50
dilaksanakan memperoleh pengakuan masyarakat karena memberikan
pelayanan secara teratur, dan pelayanan yang diberikan merupakan fungsi
utamanya.
b) Pendanaan
Tanggung jawab dalam kesejahteraan sosial bukan hanya tanggung jawab
pemerintah melainkan juga tanggung jawab masyarakat. Mobilisasi dan
sumber merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat secara
keseluruhan. Kegiatan kesejahteraan karenanya tidak mengejar
keuntungan semata-mata.
c) Tuntutan Kebutuhan Manusia
Kesejahteraan sosial harus memandang kebutuhan manusia secara
keseluruhan, dan tidak hanya memandang manusaia dari satu aspek saja.
Hal inilah yang membedakan pelayanan Kesejahteraan sosial dengan
yang lainya. Pelayanan Kesejahteraan sosial dengan yang lainya.
Pelayanan Kesejahteraan sosial diadakan karena tuntutan kebutuhan
manusia.
d) Kebijakan/Perangkat Hukum/ Perundang-undangan
Pelayanan kesejahteraan sosial harus ditunjang oleh seperangkat
perundang-undangan yang mengatur syarat memperoleh, proses
pelayanan, dan pengakhiran pelayanan.
e) Peranserta Masyarakat
Usaha Kesejahteraan sosial harus melibatkan peranserta masyarakat agar
dapat berhasil dan memberi manfaat kepada masyarakat.
f) Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial
Pelayanan kesejateraan sosial harus ditunjangi dengan data dan informasi
yang tepat. Tanpa data informasi yang tepat maka pelayanan maka
pelayanan akan tidak efektif dan tidak tepat sasaran.
4) Implementasi dalam Bentuk Pelayanan Sosial
-
51
Sebagaimana diketahui, strategi pembangunan sosial ini adalah strategi
yang berorientasi kesejahteraan dan menjanjikan pelayanan sosial yang
sesegera dan selangsung mungkin dapat diterima oleh warga masyarakat.
Agar strategi pembangunan sosial ini dapat menjangkau masyarakat
khususnya lapisan masyarakat yang paling membutuhkan pelayanan sosial,
Sesuai dengan pendekatanya yang lebih bersifat delivery approach, maka
dalam implementasi pihak institusi yang memberikan pelayanan akan
memiliki peranan yang lebih dominan dalam perumusan dan pelaksanaan
program. Hal ini disebabkan karena hubungan antara institusi yang
menyelenggarakan program adalah hubungan antara pihak yang memberikan
pelayanan dan pihak yang diberikan pelayana, yang sering disebut dengan
klien.32
Walaupun demikian, agar program – program pelayanan sosial yang
diselenggarakan cukup efektif menyentuh kesejahteraan masyarakat yang
menjadi klien, maka program yang dirancang dilaksanakan tetap harus
memerhatikan permasalahan dan kebutuhan dalam masyarakat. Demikian
juga dalam pelaksanaanya, program tersebut perlu diusahakan agar dapat
menjangkau kelompok sasaran yang diinginkan dan memperoleh partisipasi
dari masyarakat walaupun lebih bersifat partisipatif dalam pelaksanaan dalam
bentuk keterlibatanya dalam menggunakan dan memanfaatkan pelayanan
ditawarkan. Lebih dari itu, karena pelaksanaan program pelayanan sosial ini
sering melibatkan berbagai pihak yang terkait, maka agar hasilnya semakin
maksimal perlu juga digalang kerja sama dan koordinasi dengan pihak –
pihak terkait tadi. Keseluruhan proses guna mengimplementasikan strategi ini
kedalam berbagai bentuk program pelayanan sosial, yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
32 Soetomo, Pembangunan masyarakat, Hlm 337.