Download - Bab II Kelompok 8 Mpkp
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian MPKP
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur
pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan
(Ratna Sitorus & Yuli, 2006).
Model praktek keperawatan profesional merupakan suatu sistem, baik menyangkut
struktur, proses dan nilai-nilai professional, yang memungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut
diberikan untuk mendukung pemberian asuhan keperawatan.
Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien
sesuai dengan derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan
klien menjadi hal penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga
yang dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan keperawatan.
Selain jumlah, perlu ditetapkan pula jenis tenaga yaitu PP dan PA, sehingga peran
dan fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuan dan terdapat tanggung
jawab yang jelas. Pada aspek struktur ditetapkan juga standar renpra, artinya pada setiap
ruang rawat sudah tersedia standar renpra berdasarkan diagnosa medik dan atau
berdasarkan sistem tubuh.
Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi keperawatan primer
(kombinasi metode tim dan keperawatan primer)
B. Tujuan MPKP
Tujuan MPKP adalah sebagai berikut :
1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap
tim keperawatan
C. Pilar-pilar dalam MPKP
Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar diantaranya
adalah :
1. Pilar I : Pendekatan Manajemen (Manajemen approach)
Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen sebagai
pilar praktik perawatan professional yang pertama.
Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri dari :
a. Perencanaan
Dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi
(perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ;
harian,bulanan,dan tahunan).
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara
matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat
juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus dilakukan,
bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana kegiatan itu dilakukan.
Jenis-jenis perencanaan terdiri dari :
1) Rencana jangka panjang, yang disebut juga perencanaan strategis yang
disusun untuk 3 sampai 10 tahun.
2) Rencana jangka menengah dibuat dan berlaku 1 sampai 5 tahun.
3) Rencana jangka pendek dibuat 1 jam sampai dengan 1 tahun
Kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi perumusan
visi, misi, filosofi dan kebijakan. Sedangkan untuk jenis perencanaan yang
diterapkan adalah perencanaan jangka pendek yang meliputi rencana kegiatan
harian, bulanan, dan tahunan.
b. Pengorganisasian
Berfungsi untuk menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar
alokasi pasien.
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan,
penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara dari
pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang
bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat di ruang MPKP
menggunakan pendekatan sistem penugasan modifikasi Keperawatan Tim-
Primer. Secara vertikal ada kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana.
Setiap tim bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien.
1) Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam suatu
organisasi (Sutopo, 2000). Pada pengertian struktur organisasi
menunjukkan adanya pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-
fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan atau
dikoordinasikan. Struktur organiosasi juga menunjukkan spesialisasi
pekerjaan.
Struktur organisasi Ruang MPKP menggunakan sistem penugasan
Tim-primer keperawatan. Ruang MPKP dipimpin oleh Kepala Ruangan
yang membawahi dua atau lebih Ketua Tim. Ketua Tim berperan sebagai
perawat primer membawahi beberapa Perawat Pelaksana yang memberikan
asuhan keperawatan secara menyeluruh kepada sekelompok pasien.
Mekanisme Pelaksanaan Pengorganisasian di Ruang MPKP :
a) Kepala ruangan membagi perawat yang ada menjadi 2 Tim dan tiap Tim
diketuai masing-masing oleh seorang ketua Tim yang terpilih.
b) Kepala ruangan bekerja sama dengan ketua Tim mengatur jadual dinas
(pagi, sore, malam)
c) Kepala Ruangan membagi pasien untuk masing-masing Tim.
d) Apabila suatu ketika satu Tim kekurangan Perawat Pelaksana karena
kondisi tertentu. Kepala Ruangan dapat memindahkan Perawat
Pelaksana dari Tim ke Tim yang mengalami kekurangan anggota.
e) Kepala ruangan menunjuk penanggung jawab shift sore, malam, dan
shift pagi apabila karena sesuatu hal kepala ruangan sedang tidak
bertugas. Untuk itu yang dipilih adalah perawat yang paling kompeten
dari perawat yang ada. Sebagai pengganti Kepala Ruangan adalah
Ketua Tim, sedangkan jika Ketua Tim berhalangan, tugasnya digantikan
oleh anggota Tim (perawat pelaksana) yang paling kompeten di antara
anggota tim.
f) Ketua Tim menetapkan perawat pelaksana untuk masing-masing pasien.
g) Ketua mengendalikan asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien baik yang diterapkan oleh dirinya maupun oleh Perawat
Pelaksana anggota Timnya.
h) Kolaborasi dengan Tim Kesehatan lain dilakukan oleh Ketua Tim. Bila
Ketua Tim karena suatu hal tidak sedang bertugas maka tanggung
jawabnya didelegasikan kepada perawat paling kompeten yang ada di
dalam Tim.
i) Masing-masing Tim memiliki buku Komunikasi.
j) Perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien
yang menjadi tanggung jawabnya.
2) Daftar Dinas Ruangan
Daftar yang berisi jadual dinas, perawat yang bertugas, penanggung
jawab dinas/shift. Daftar dinas disusun berdasarkan Tim, dibuat dalam 1
minggu sehingga perawat sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya
untuk melakukan dinas. Pembuatan jadual dinas perawat dilakukan oleh
kepala ruangan pada hari terakhir minggu tersebut untuk jadual dinas pada
minggu yang selanjutnya bekerjasama dengan Ketua Tim. Setiap Tim
mempunyai anggota yang berdinas pada pagi, sore, dan malam, dan yang
lepas dari dinas (libur) terutama yang telah berdinas pada malam hari.
3) Daftar Pasien
Daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama dokter,
nama perawat dalam tim, penanggung jawab pasien, dan alokasi perawat
saat menjalankan dinas di tiap shift.
Daftar pasien adalah daftar sejumlah pasien yang menjadi tanggung
jawab tiap Tim selama 24 jam. Setiap pasien mempunyai perawat yang
bertanggung jawab secara total selama dirawat dan juga setiap shift dinas.
Dalam daftar pasien tidak perlu mencantumkan diagnosa dan alamat agar
kerahasiaan pasien terjaga. Daftar pasien dapat juga menggambarkan
tanggung jawab dan tanggung gugat perawat atas asuhan keperawatan
pasien sehingga terwujudlah keperawatan pasien yang holistik. Daftar
pasien juga memberi informasi bagi kolega kesehatan lain keluarga untuk
berkolaborasi tentang perkembangan dan keperawatan pasien. Daftar pasien
di Ruangan diisi oleh ketua Tim sebelum operan dengan dinas berikutnya
dan dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan.
Contoh Daftar Pasien:
No Nama
Pasien
Nama
Dokter
Nama Katim Perawat
PJ
Pagi Sore Malam
7/11-07 6/11-07 6/11-07
1
2
3
4
5
6
7
Tim I
Ferri
Zulkifli
Arman
Bary
Dullah
Ahmad
Dirman
Dr. Anton
Dr. Anton
Dr. Anton
Dr. Meti
Dr. Meti
Dr. Meti
Dr. Anton
Anita
Anita
Anita
Anita
Anita
Anita
Anita
Beti
Ujang
Henny
Ulfa
Tito
Pusti
Anita
Beti
Beti
Henny
Henny
Tito
Tito
Anita
Ulfa
Ulfa
Pusti
Ulfa
Pusti
Pusti
Pusti
Ujang
Ujang
Ujang
Ujang
Ujang
Ujang
Ujang
Tim II
Alokasi pasien terhadap perawat yang dinas pagi, sore atau malam dilakukan oleh ketua Tim
berdasarkan jadual dinas. Kegiatan ini dilakukan sebelum operan dari dinas pagi ke dinas
sore.
Contoh diatas menunjukkan:
- Dinas pagi tanggal 7 November 2007 adalah Beti, Henny, Tito dan Anita. Beti merawat
Ferri sebagai penanggung jawab dan merawat Zulkifli sebagai perawat asosiet karena
Ujang yang bertanggung jawab sedang dinas malam.
- Dinas sore tanggal 6 November 2007 adalah Ulfa dan Pusti.
- Dinas malam tanggal 6 November 2007 adalah Ujang.
c. Pengarahan
Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan iklim
motifasi, manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post
conference, dan manajemen konflik.
Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan dalam
rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Istilah
lain yang digunakan sebagai padanan pengarahan adalah pengkoordinasian,
pengaktifan.
Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu
kelola, jika perlu dilakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan pelaksanaan
pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus melakukan upaya-upaya (Marquis &
Houston, 1998) sebagai berikut:
1) Menciptakan iklim motivasi
2) Mengelola waktu secara efisien
3) Mendemonstarikan keterampilan komunikasi yang terbaik
4) Mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi
5) Melaksanakan sistem pendelegasian dan supervise
6) Negosiasi
Di ruangan MPKP pengarahan diterapkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
1) Menciptakan budaya motivasi
2) Manajemen waktu: Rencana Harian
d. Pengendalian
Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau pengontrolan.
Fayol mendefinisikan kontrol sebagai ”Pemeriksaan apakah segala sesuatunya
terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan,
serta prinsip-prinsip yang ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan
kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi”.
Pengontrolan penting dilakukan untuk mengetahui fakta yang ada, sehingga jika
muncul isue dapat segera direspon dengan cara duduk bersama.
Pengendalian adalah upaya mempertahankan kualitas, mutu atau standar.
Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi keinginan
(standar) yang telah ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada proses yaitu
pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan
pelanggan (pasien), keluarga, perawat dan dokter. Indikator mutu yang
merupakan output adalah BOR, ALOS, TOI, audit dokumen keperawatan.
Survei masalah keperawatan diperlukan untuk rencana yang akan datang.
Kepala Ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan tentang semua
kegiatan yang dilakukan terkait dengan MPKP. Data tentang indikator mutu
dapat bekerja sama dengan tim rumah sakit atau ruangan membuat sendiri.
Jadi pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa
aktifitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi
untuk menjamin kualitas serta pengevaluasian penampilan, langkah-langkah
yang harus dilakukan dalam pengendalian/pengontrolan meliputi :
1) Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja
2) Melakukan pengukuran prestasi kerja
3) Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
4) Mengambil tindakan korektif
2. Pilar II: Sistem Penghargaan (Compensatory Reward)
Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan
professional berfokus pada proses rekruitmen, seleksi kerja orientasi, penilaian
kinerja, staf perawat. Proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP
dan setiap ada penambahan perawatan baru.
Compensatory reward (kompensasi penghargaan) menjelaskan manajemen
keperawatan khususnya manajemen sumber daya manusia (SDM) keperawatan.
Fokus utama manajemen keperawatan adalah pengelolaan tenaga keperawatan agar
dapat produktif sehingga misi dan tujuan organisasi dapat tercapai. Perawat
merupakan SDM kesehatan yang mempunyai kesempatan paling banyak melakukan
praktek profesionalnya pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit. Seorang perawat
akan mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan yang profesional
apabila perawat tersebut sejak awal bekerja diberikan program pengembangan staf
yang terstruktur. Metode dalam menyusun tenaga keperawatan seharusnya teratur,
sistematis, rasional, yang digunakan untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga
keperawatan yang dibutuhkan agar dapat memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien sesuai yang diharapkan.
Manajemen SDM di ruang MPKP berfokus pada proses rekruitmen, seleksi,
kontrak kerja, orientasi, penilaian kinerja, dan pengembangan staf perawat. Proses
ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan
perawat baru
3. Pilar III: Hubungan Professional
Hubungan professional dalam pemberian pelayanan keperawata (tim kesehatan)
dalam penerima palayana keperawatan (klien dan keluarga). Pada pelaksanaan nya
hubungan professional secara interal artinya hubungan yang terjadi antara
pembentuk pelayanan kesehatan misalnya antara perawat dengan perawat, perawat
dengan tim kesehatan dan lain – lain. Sedangkan hubungan professional secara
eksternal adalah hubungan antara pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.
4. Pilar IV : Manajemen Asuhan Keperawatan
Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan keperawat
dengan mengunakan manajemen asuhan keperawatan di MPKP tertentu. Manajemen
asuhan keperawat yang diterapkan di MPKP adalah asuhan keperawatan dengan
menerapkan proses keperawatan
D. Komponen-komponen MPKP
Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan professional, yaitu
sebagai berikut :
1. Ketenagaan Keperawatan
Menurut Douglas (1984) dalam suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga
yang diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien.
Menurut Loveridge & Cummings (1996) klasifikasi derajat ketergantungan
pasien dibagi 3 kategori, yaitu :
a. Perawatan minimal : memerlukan waktu 1 – 2 jam/24 jam yang terdiri atas :
1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
2) Makan dan minum dilakukan sendiri
3) Ambulasi dengan pengawasan
4) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.
5) Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
6) Persiapan prosedur memerlukan pengobatan.
b. Perawatan intermediet : memerlukan waktu 3 – 4 jam/24 jam yang terdiri atas :
1) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
2) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
3) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
4) Voley kateter/intake output dicatat
5) Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan, memerlukan
prosedur
c. Perawatan maksimal/total : memerlukan waktu 5 – 6 jam/24 jam :
1) Segala diberikan/dibantu
2) Posisi yag diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
3) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena
4) Pemakaian suction
5) Gelisah/disorientasi
Menurut Douglas (1984) ada beberapa kriteria jumlah perawat yang dibutuhkan
perpasien untuk dinas pagi, sore dan malam.
Waktu
Klasifikasi
Pagi Sore Malam
Minimal
Partial
Total
0,17
0,27
0,36
0,14
0,15
0,30
0,10
0,07
0,20
Sebagai contoh :
Ruang perawatan bedah terdapat 30 pasien, yang terdiri dari 10 pasien minimal, 15
pasien partial, dan 5 pasien total. Maka jumlah perawat yang diperlukan untuk jaga
pagi adalah :
10 x 0,17 = 1,7
15 x 0,27 = 4,05
5 x 0,36 = 1,8
--------------------
Jumlah = 7,55 dan dibulatkan menjadi 8 orang perawat yang dibutuhkan untuk dinas
pagi.
Untuk mengetahui kebutuhan aktual tenaga keperawatan diruang perawatan sebaiknya
dilakukan setiap hari selama minimal 22 hari, dan dalam waktu yang sama.
Misalnya rata-rata perawat yang diperlukan di Ruang Bedah menurut perhitungan
Douglas adalah 10 orang perawat, maka jumlah yang diperlukan pada ruang tersebut
adalah :
a. Perawat shift : 10 orang
b. Libur cuti : 5 orang
c. Ketua tim : 3 orang
d. Kepala Ruangan : 1 orang
Jumlah = 19 orang
2. Metoda pemberian asuhan keperawatan
Sistem pemberian asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan pemberian
asuhan keperawatan secara efektif dan efisien kepada sejumlah pasien. Setiap
metoda memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing.
Terdapat 3 pola yang sering digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan,
yaitu penugasan fungsional, penugasan tim , penugasan primer.
a. Penugasan Keperawatan Fungsional :
Sistem penugasan ini berorinetasi pada tugas dinama fungsi keperawatan
tertentu ditugaskan pada setiap perawat pelaksana, misalnya seorang perawat
ditugaskan khusus untuk tindakan pemberian obat, perawat yang lain untuk
mengganti verband, penyuntikan, observasi tanda-tanda vital, dan sebagainya.
Tindakan ini didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing
perawat pelaksana. Oleh karena itu kepala Ruangan terlebih dahulu
mengidentifikasi tingkat kesulitan tindakan tersebut, selanjutnya ditetapkan
perawat yang akan bertanggung jawab mengerjakan tindakan yang
dimaksudkan. Setiap perawat pelaksana bertanggung jawab langsung kepada
kepala Ruangan. Tidak ada perawat pelaksana yang bertanggung jawab penuh
untuk asuhan keperawatan pada seorang pasien.
Keuntungan :
1) Menyelesaikan banyak pekerjaaan dalam waktu singkat.
2) Tepat metoda ini bila ruang rawat memiliki keterbatasan/kurang tenaga
keperawatan professional.
3) Perawat lebih terampil, karena orientasi pada tindakan langsung dan selalu
berulang-ulang dikerjakan.
Kerugian :
1) Memilah-milah asuhan keperawatan oleh masing-masing perawat.
2) Menurunkan tanggung gugat dan tanggung jawab.
3) Hubungan perawat-pasien sulit terbentuk.
4) Pelayanan tidak professional.
5) Pekerjaan monoton, kurang tantangan.
3.
4. 2. Penugasan Keperawatan Tim :5. Adalah suatu bentuk sistem/metoda penugasan pemberian asuhan keperawatan,
dimana Kepala Ruangan membagi perawat pelaksana dalam beberapa kelompok atau tim, yang diketuai oleh seorang perawat professional/berpengalaman. Metoda ini digunaklan bila perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan dan kemampuannya.
6. Ketua tim mempunyai tanggung jawab untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan asuhan keperawatan dalam tanggung jawab kegiatan anggota tim. Tujuan metoda penugasan keperawatan tim untuk memberikan keperawatan yang berpusat kepada pasien. Ketua Tim melakukan pengkajian dan menyusun rencana keperawatan pada setiap pasien, dan anggota tim bertanggung jawab melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat. Oleh karena kegiatan dilakukan bersama-sama dalam kelompok, maka ketua tim seringkali melakukan pertemuan bersama dengan anggota timnya (konferensi tim) guna membahas kejadian-kejadian yang dihadapi dalam pemberian asuhan keperawatan.
7.8. Keuntungan :9. a. Melibatkan semua anggota tim dalam asuhan keperawatan pasien.10. b. Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapaty dipertanggung
jawabkan.11. c. Membutuhkan biaya lebih sedikit/murah, dibanding sistem penugasan lain.12. d. Pelayanan yang diperoleh pasien adalah bentuk pelayanan professional.13.14. Kerugian :15. a. Dapat menimbulkan pragmentasi dalam keperawatan.16. b. Sulit untuk menentukan kapan dapat diadakan pertemuan/konferensi, karena
anggotanya terbagi-bagi dalam shift.17. c. Ketua tim lebih bertanggung jawab dan memiliki otoritas, dibandingkan
dengan anggota tim.18.19. 3. Penugasan Keperawatan Primer20. Keperawatan primer adalah suatu metoda pemberian asuhan keperawatan dimana
perawat perofesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan pasien selama 24 jam/hari. Tanggung jawab meliputi pengkajian pasien, perencanaan , implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan dari sejak pasien masuk rumah sakit hingga pasien dinyatakan pulang, ini merupakan tugas utama perawat primer yang dibantu oleh perawat asosiet.
21. Keperawat primer ini akan menciptakan kesepakatan untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, dimana asuhan keperawatan berorientasi kepada pasien.
22. Pengkajian dan menyusun rencana asuhan keperawatan pasien di bawah tanggung jawab perawat primer , dan perawat asosiet yang akan mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan dalam timdakan keperawatan.
23.24. Keuntungan :25. a. Otonomi perawat meningkat, karena motivasi, tanggung jawab dan
tanggung gugat meningkat.
26. b. Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.27. c. Meningkatnya hubungan antara perawat dan pasien.28. d. Terciptanya kolaborasi yang baik.29. e. Membebaskan perawat dari tugas-tugas yang bersifat perbantuan.30. f. Metoda ini mendukung pelayanan professional.31. g. Penguasaan pasien oleh seorang perawat primer.32.33. Kerugian :34. a. Ruangan tidak memerlukan bahwa semua perawat pelaksana harus perawat
professional.35. b. Biaya yang diperlukan banyak
36. Proses Keperawatan
37. Dokumentasi Keperawatan
E. Metode Penugasan Dalam Keperawatan
Dalam pelaksanaan praktek keperawatan, akan selalu menggunakan salah satu
metode pendekatan di bawah ini :
1. Metode fungsional
Yaitu pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan kepada
pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Metode ini dibagi
menjadi beberapa bagian dan tenaga ditugaskan pada bagian tersebut secara umum,
sebagai berikut :
a. Kepala Ruangan, tugasnya : Merencanakan pekeriaan, menentukan kebutuhan
perawatan pasein, membuat penugasan, melakulan supervisi, menerima
instruksi dokter.
b. Perawat staf, tugasnya :
1) Melakukan askep langsung pada pasien
2) Membantu supervisi askep yang diberikan oleh pembantu tenaga
keperawatan
c. Perawat Pelaksana, tugasnya : Melaksanakan askep langsung pada pasien
dengan askep sedang, pasein dalam masa pemulihan kesehatan dan pasein
dengan penyakit kronik dan membantu tindakan sederhana (ADL).
d. Pembantu Perawat, tugasnya : Membantu pasien dengan melaksanakan
perawatan mandiri untuk mandi, menbenahi tempat tidur, dan membagikan alat
tenun bersih.
e. Tenaga Admionistrasi ruangan, tugasnya : Menjawab telpon, menyampaikan
pesan, memberi informasi, mengerjakan pekerjaan administrasi ruangan,
mencatat pasien masuk dan pulang, membuat duplikat rostertena ruangan,
membuat permintaan lab untuk obat-obatan/persediaan yang diperlukan atas
instruksi kepala ruangan.
1) Kerugian metode fungsional:
Pasien mendapat banyak perawat.
Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan
Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan.
Pelayanan terputus-putus
Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai
2) Kelebihan dari metode fungsional :
Sederhana
Efisien.
Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu.
Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas.
Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.
Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta didik
yang praktek untuk ketrampilan tertentu.
Contoh metode fungsional
Perawat A tugas menyutik, perawat B tugasnya mengukur suhu badan
klien.
Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau lebih untuk semua
klien yang ada di unit tersebut. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam
pembagian tugas tersebut dan menerima laporan tentang semua klien serta
menjawab semua pertanyaan tentang klien.
2. Metode penugasan pasien/metode kasus
Yaitu pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan untuk satu atau
beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas atau jaga selama periode
waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam
pembagian tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan keperawatan klien.
Dalam metode ini staf perawat ditugaskan oleh kepala ruangan untuk memberi
asuhan langsung kepada pasien yang ditugaskan contohnya di ruang isolasi dan ICU.
a. Kekurangan metode kasus
1) Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas
sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh
2) Membutuhkan banyak tenaga.
3) Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin
yang sederhana terlewatkan.
4) Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penaggung
jawab klien bertugas.
b. Kelebihan metode kasus
1) Kebutuhan pasien terpenuhi.
2) Pasien merasa puas.
3) Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.
4) Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.
3. Metode penugasan tim
Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat.
Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman serta
memiliki pengetahuan dalam bidangnya.
Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh pemimpin kelompok,
selain itu pemimpin kelompok bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota
tim.sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien
serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami
kesulitan. Selanjutnya pemimpin tim yang melaporkan kepada kepala ruangan
tentang kemajuan pelayanan atau asuhan keperawatan klien.
Metode ini menggunkan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan askep terhadap sekelompok pasien.
Ketenagaan dari tim ini terdiri dari :
a. Ketua tim
b. Pelakaana perawatan
c. Pembantu perawatan
Adapun tujuan dari perawatan tim adalah : memberikan asuhan yang lebih baik
dengan menggunakan tenaga yang tersedia.
a. Kelebihan metode tim:
1) Saling memberi pengalaman antar sesama tim.
2) Pasien dilayani secara komfrehesif
3) Terciptanya kaderisasi kepemimpinan
4) Tercipta kerja sama yang baik .
5) Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
6) Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda dengan aman
dan efektif.
b. Kekurangan metode tim
1) Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi
tanggung jawabnya.
2) Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakan atau terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan komunikasi
dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas
terhambat.
3) Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung
atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.
4) Akontabilitas dalam tim kabur.
4. Metode Perawatan Primer
Yaitu pemberian askep yang ditandai dengan keterikatan kuat dan terus menerus
antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan
mengkoordinasikan askep selama pasien dirawat.
Tugas perawat primer adalah :
a. Menerima pasien
b. Mengkaji kebutuhan
c. Membuat tujuan, rencana, pelaksanaan dan evaluasi.
d. Mengkoordinasi pelayanan
e. Menerima dan menyesuaikan rencana
f. menyiapkan penyuluhan pulang
Konsep dasar :
a. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
b. Ada otonomi
c. Ada keterlibatan pasien dan keluarganya
Ketenagaan :
a. Setiap perawat primer adalah perawat bed. side.
b. Beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk 1 perawat
c. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
d. Perawat profesional sebagai primer dan perawat non profesional sebagai asisten.
Kepala bangsal :
a. Sebagai konsultan dan pengendali mtu perawat primer
b. Orientasi dan merencanaka karyawan baru.
c. Menyusun jadwal dinas
d. Memberi penugasan pada perawat asisten.
Kelebihan dari metode perawat primer:
a. Mendorong kemandirian perawat.
b. Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat
c. Berkomunikasi langsung dengan Dokter
d. Perawatan adalah perawatan komfrehensif
e. Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan.
f. Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
g. Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan keperawatan.
Kelemahan dari metode perawat primer:
a. Perlu kualitas dan
b. kuantitas tenaga perawat,
c. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.
d. Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.
5. Metode Modul (Distrik)
Yaitu metode gabungan antara Metode penugasan tim dengan Metode
perawatan primer. Metode ini menugaskan sekelompok perawat merawat pasien dari
datang sampai pulang.
Keuntungan dan Kerugian
Sama dengan gabungan antara metode tim dan metode perawat primer. Semua
metode diatas dapat digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi ruangan. Jumlah
staf yang ada harus berimbang sesuai dengan yang telah dibahas pembicaraan yang
sebelumnya.
F. Kelebihan Dan Kekurangan Dari Model Praktik Keperawatan Profesional
Kelebihan model praktek keperawatan professional :
1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
3. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan
memberikankepuasan pada anggota tim
4. bila diimplementasikan di RS dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan
5. ruang MPKP merupakan lahan praktek yang baik untuk proses belajar
6. ruang rawat MPKP sangat menunjang program pendidikan Nursing
Kekurangan model praktek keperawatan professional :
1. Komunikasi antar anggota tim terutama dalam bentuk konferensi tim, membutuhkan
waktu dimana sulit melaksanakannya pada waktu-waktu sibuk.
2. Akuntabilitas pada tim
3. beban kerja tinggi
4. pendelegasian tugas terbatas
5. kelanjutan keperawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung jawab
klien tugas.
G. Karateristik MPKP
1. Penetapan jumlah tenaga keperawatan
2. Penetapan jenis tenaga keperawatan
3. Penetapan standar rencana asuhan keperawatan
4. Penggunaan metode modifikasi keperawatan primer
H. Langkah-Langkah Implementasi MPKP
Tahap persiapan :
1. Pembentukan team
Terdiri dari coordinator departemen, kepala ruang rawat, perawat ruangan, ketua
MPKP.
2. Rancangan penilaian mutu
Kelompok kerja yang membuat rencana asuhan keperawatan yang meliputi
kepuasan klien.
3. Presentasi MPKP
Untuk mendapatkan nilai dukungan dari semua yang terlibat pada saat presentasi.
4. Penetapan tempat implementasi
Dalam menentukan tempat implementasi perlu memperhatikan : mayoritas tenaga
perawat apakah ada staf baru.
5. Identifikasi jumlah klien
Kelompok klien terdiri dari 3 kriteria, yaitu : minimal, parsial, dan total)
6. Penetapan tenaga keperawatan
7. Penetapan jenis tenaga
a. kepala ruang rawat
b. clinical care manager
c. perawat primer
d. perawat asociate
8. Pengembangan standar asuhan keperawatan
Bertujuan untuk mengurangi waktu perawat untuk menulis, sehingga waktunya
habis untuk melakukan tindakan keperawatan
9. Penetapan format dokumentasi keperawatan
10. Identifikasi fasilitas
a. Badge atau kartu nama tim
b. Papan nama
c. Papan MPKP
Tahap pelaksanaan :
1. Pelatihan MPKP
2. Memberikan bimbingan kepada PP dalam melakukan konferensi
3. Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan ronde PA
4. Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar Renpra
5. Member bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak dengan klien
6. Member bimbingan dalam melakukan presentasi dalam tim
7. Memberikan bimbingan kepada CCM dalam bimbingan PP dan PA
8. Memberi bimbingan tentang dokumentasi keperawatan
Tahap evaluasi :
1. Memberikan instrument evaluasi kepuasan klien / keluarga untuk setiap klien pulang
2. Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar penilaian
3. Penilaian infeksi nosokominal di ruang rawat
4. Penilaian rata-rata lama hari rawat.