7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab II membahas tentang IPA dan pembelajarannya, Problem solving, hasil
belajar IPA, kajian penelitian relevan, kerangka pikir, dan hipotesis
tindakan.Secara rinci akan dijelaskan berikut ini.
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA
Pembelajaran IPA merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan,
yang dilaksanakan dengan menuangkan pengetahuan kepada siswa (Oemar
Hamalik, 2008: 25). Dalam pembelajaran IPA kebanyakan siswa kurang
perhatikan atau bosan dalam mata pelajaran tersebut, maka dari itu dalam
pembelajaran tersebut siswa kurang dalam kreatifitasnnya dalam mengikuti
pembelajaran dikelas. Selain itu menurut para ahli lainnya IPA merupakan suatu
ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar beserta isinya. Hal ini berarti IPA
mempelajari semua benda yang ada di alam, peristiwa, dan gejala-gejala yang
muncul di alam. Ilmu dapat diartikan sebagai suatu pengetahuan yang bersifat
objektif. Jadi dari sisi istilah IPA adalah suatu pengetahuan yang bersifat objektif
tentang alam sekitar beserta isinya. IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang
fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. IPA mempunyai beberapa
pengertian berdasarkan cara pandang ilmuwan bersangkutan mulai dari pengertian
IPA itu sendiri, cara berfikir IPA , cara penyelidikan IPA sampai objek kajian
IPA. Adapun pengertian IPA menurut Trowbridge and Bybee (1990) sains atau
IPA merupakan representasi dari hubungan dinamis yang mencakup tiga faktor
utama yaitu “the extant body of scientific knowledge, the values of science and
the method and procecces of science” yang artinya sains merupakan produk dan
proses, serta mengandung nilai-nilai. IPA adalah hasil interpretasi tentang dunia
kealaman. IPA sebagai proses/metode penyelidikan meliputi cara berpikir, sikap
dan langkah-langkah kegiatan scientis untuk untuk memperoleh produk-produk
IPA, misalnya observasi, pengukuran, merumuskan, menguji hipotesa,
mengumpulkan data, bereksperimen dan prediksi.
8
Oleh karena itu IPA harus dipandang sebagai cara berpikir untuk
memahami alam, sebagai cara untuk melakukan penyelidikan dan sebagai
kumpulan pengetahuan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh collete dan
chiapetta (1994) “IPA harus dipandang sebagai suatu cara berfikir dalam
pencarian tentang pengertian rahasia alam dan sebagai batang tubuh pengetahuan
yang dihasilkan dari inquiry”. Dapat disimpulkan pada hakikatnya IPA
merupakan kumpulan pengetahuan atau IPA sebagai produk ilmiah, cara atau
jalan berfikir atau IPA sebagai produk ilmiah dan cara untuk penyelidikan atau ipa
sebagai proses ilmiah.
IPA sangatlah penting bagi kita untuk dipelajari dan IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja
tetapi IPA merupakan proses dari sebuah penelitian dan penemuan yang nyata.
IPA juga merupakan ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari
fenomena alam yang faktual, baik berupa kenyataan atau kejadian dan hubungan
sebab-akibatnya dan diperoleh ditumbuhkembangkan berdasarkan percobaan
(induktif) namun pada perkembangan selanjutnya IPA juga diperoleh dan
dikembangkan berdasarkan teori (deduktif).
Saat ini objek kajian IPA menjadi semakin luas, meliputi konsep IPA,
protes, nilai, dan sikap ilmiah, aplikasi IPA dalam kehidupan sehari-hari, dan
kreatifitas (Kemendiknas, 2011). Dengan pengertian ini, IPA dapat diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari tentang sebab dan akibat kejadian-kejadian yang
ada di alam ini (Sukarno, 1973). Sedangkan IPA merupakan “pengetahuan yang
sistematis dan tersusun data hasil observasi dan eksperimen” (Carin dan Sund
1993). Pembelajaran IPA dapat digambarkan sebagai suatu sistem, yaitu sistem
pembelajaran IPA. Sistem pembelajaran IPA, sebagaimana sistem tersebut terdiri
atas komponen masukan pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan yang berbentuk kompetensi yang telah ditetapkan. Tugas Guru
sebagai Guru IPA adalah yaitu melaksanakan proses pembelajaran IPA. Proses
pembelajaran IPA terdiri atas tiga tahap, yaitu perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.
9
Pendidikan IPA berhubungan dengan kompetensi seorang guru IPA.
Pendidikan IPA mempunyai arti lebih luas daripada pembelajaran IPA, karena
pendidikan IPA terdiri atas komponen pembelajaran IPA, pembimbingan IPA,
dan pelatihan IPA. Objek IPA adalah proses IPA dan produk IPA. Atas dasar
hal ini, pembelajaran IPA meliputi pula pembelajaran proses dan produk IPA.
Objek proses belajar IPA adalah kerja ilmiah (prosedur), sedangkan objek
produk IPA adalah pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan
prosedural, dan pengetahuan metakognitif IPA.
2.1.2 Karakteristik IPA
Secara umum menurut para ahli IPA memiliki karakteristik yang
fakta/nyata atau real ( Carin, 1993 ) :
1. IPA sebagai Produk
IPA mempunyai karakter yang bersifat fakta/nyata (real), dan juga IPA
bukan hanya sekedar kumpulan pengetahuan atau ilmu yang untuk dihafal
saja. Karena IPA merupakan kegiatan atau proses dimana kegiatan proses
berfikir aktif dan bertindak untuk melakukan (eksperimen) dalam
mempelajari gejala alam yang terjadi disekitar.
2. IPA sebagai batu loncatan
Suatu masalah IPA yang telah dirumuskan dan kemudian berhasil
dipecahkan akan memungkinkan IPA untuk berkembang secara dinamis,
sehingga kumpulan pengetahuan sebagai produk juga bertambah.
3. IPA sebagai proses/metode penyelidikan
Meliputi cara berpikir, sikap, dan langkah-langkah kegiatan saintis untuk
memperoleh produk-produk IPA atau ilmu pengetahuan ilmiah, misalnya
observasi, pengukuran, merumuskan dan menguji hipotesis, mengumpulkan
data, bereksperimen, dan prediksi. Dalam konteks itu, IPA bukan sekadar
cara bekerja, melihat, dan cara berpikir, melainkan „science as a way of
knowing‟.
4. IPA mempunyai kumpulan pengetahuan
Sebagai mata pelajaran yanag sangat berpengaruh bagi mata pelajaran yang
lainnya. IPA juga merupakan pengetahuan yang sangat berperan penting
10
dalam kumpulan pengetahuan, cara atau jalan berfikir ilmu pengetahuan, dan
cara untuk penyelidikan/ percobaan (eksperimen).
2.1.3 Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah
Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar (Depdikbud, 1994:81), tujuan mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD) yaitu siswa dapat memahami konsep-
konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari, siswa memiliki
keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan dan gagasan tentang
ajaran sekitarnya, siswa mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari
benda-benda serta kejadian di lingkungan sekitar, siswa bersikap ingin tahu,
tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerja sama dan mandiri
dan siswa mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala-
gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, siswa mampu
menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan suatu
masalah yang ditemukan dalam kehidupan seharihan, serta siswa dapat mengenal
dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadarikebesaran dan
keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
Sedangkan menurut para ahli lainnya, bahwa IPA memiliki beberapa
tujuan (Arinil, 2011) yaitu dapat memperoleh keyakinan terhadap kebesaran
Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam
ciptaan-Nya, mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan
mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat, mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, meningkatkan kesadaran
untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan
alam, dan dapat meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan serta memperoleh bekal
pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan
pendidikan ke SMP/MTs.
11
2.2 Hakikat Pembelajaran Problem Solving
Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam
menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi yang
akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat ( Hamalik,
1994:151). Problem solving yaitu suatu pendekatan dengan cara problem
identifikation untuk ketahap syntesis kemudian dianalisis yaitu pemilahan seluruh
masalah sehingga mencapai tahap application selanjutnya komprehension untuk
mendapatkan solution dalam penyelesaian masalah tersebut.
Pendapat lain tentang problem solving adalah suatu pendekatan dimana
langkah-langkah berikutnya sampai penyelesaian akhir lebih bersifat kuantitatif
yang umum sedangkan langkah-langkah berikutnya sampai dengan penyelesaian
akhir lebih bersifat kuantitatif dan spesifik. Ini berarti orientasi pembelajaran
problemsolving merupakan infestigasi dan penemuan yang pada dasarnya
pemecaahan masalah. Apabila solving yang diharapkan tidak berjalan
sebagaimana mestinya bearti telah terjadi di dalam tahap-tahap awal sehingga
setiap enginer harus mulai kembali berfikir dari awal yang bermasalah untuk
mendapatkan pemahaman menyeluruh mengenai masalah yang dihadapi. Suatu
masalah umumnya tidak dapat dipecahkan tanpa berfikir, dan banyak masalah
memerlukan pemecahan yang baru bagi orang-orang atau kelompok. Sebaliknya
menghasilkan sesuatu (benda-benda, gagasan-gagasan) yang baru bagi seseorang,
menciptakan sesuatu, itu mencakup problemsolving. Seperti yang telah kita
ketahui, penguasaan informasi itu perlununtuk memperoleh konsep; keduanya itu
harus diingat dan dipertimbangkan dalam problem solving dan perbuatan kreatif.
Begitu pula perkembangan intelektual sangat penting dalam problem solving
(Slameto, 1990:139).
Selanjutnya problem solving merupakan taraf yang harus dipecahkan
dengan cara memahami sejumlah pengetahuan dan keterampilan kerja dan
merupakan hasil yang dicapai individu setelah individu yang bersangkutan
mengalami suatu proses belajar problem solving yang diajarkan suatu
pengetahuan tertentu. Jadi yang dimaksud dengan problem solving dalam
penelitian ini adalah hasil suatu masalah yang melahirkan banyak jawaban yang
12
dihasilkan dari penelitian yang menghasilkan kesimpulan secara realistik dalam
problem solving.
Selain itu juga Problem Solving adalah cara mengajar yang dilakukan
dengan cara melatih para murid menghadapi berbagai masalah untuk dipecahkan
sendiri atau secara bersama – sama (Alipandie, 1984:105). Sedangkan menurut
Purwanto (1999:17) Problem Solving adalah suatu proses dengan menggunakan
strategi, cara, atau teknik tertentu untuk menghadapi situasi baru, agar keadaan
tersebut dapat dilalui sesuai keinginan yang ditetapkan.Selain itu Zoler (Sutaji,
2002:17) menyatakan bahwa pengajaran dimulai dengan pertanyaan – pertanyaan
yang mengarahkan kepada konsep, prinsip, dan hukum, kemudian dilanjutkan
dengan kegiatan memecahkan masalah disebut sebagai pengajaran yang
menerapkan metode pemecahan masalah. Dengan demikian problem solving
adalah suatu metode pembelajaran yang mengaktifkan siswa dan dapat melatih
siswa untuk menghadapi berbagai masalah dan dapat mencari pemecahan masalah
atau solusi dari permasalahan itu.
Oleh karena itu guru sangat berperan sangat besar bagi peserta didik agar
peserta didik menjadi kreatif dan efisien dalam memecahkan suatu masalah di
dalam pembelajaran tersebut.
2.3 Karakteristik Pembelajaran Problem solving
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode
dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai
masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok
untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.Penyelesaian masalah
merupakan proses dari menerima tantangan dan usaha – usaha untuk
menyelesaikannya.
Menurut N.Sudirman (1987:146) metode problem solving adalah cara
penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak
pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk mencari
pemecahan atau jawabannya oleh siswa. Sedangkan menurut Gulo (2002:111)
menyatakan bahwa problem solving adalah metode yang mengajarkan
13
penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada terselesaikannya suatu
masalah secara menalar.
Senada dengan pendapat diatas Sanjaya (2006:214) menyatakan pada
metode pemecahan masalah, materi pelajaran tidak terbatas pada buku saja tetapi
juga bersumber dari peristiwa – peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang
berlaku.
Pembelajaran problem solving merupakan bagian dari pembelajaran
berbasis masalah (PBL). Menurut Arends (2008 : 45) pembelajaran berdasarkan
masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan
permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka
sendiri.
Pada pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut untuk melakukan
pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi
sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis dan dicari solusi dari permasalahan
yang ada. Solusi dari permasalahan tersebut tidak mutlak mempunyai satu
jawaban yang benar artinya siswa dituntut pula untuk belajar secara kritis. Siswa
diharapkan menjadi individu yang berwawasan luas serta mampu melihat
hubungan pembelajaran dengan aspek-aspek yang ada di lingkungannya.
2.4 Langkah-Langkah Pembelajaran Problem Solving
Pembelajaran problem solving atau biasa disebut dengan pemecahan
masalah di dalam pembelajaran ini bukan hanya sekedar metode mengajar saja.
Pembelajaran problem solving ini juga merupakan suatu pembelajaran yang
berpikir sebab akibat dalam problem solving yang dapat digunakan metode-
metode lain yang dimulai dengan mencari data sampai pada penarikan
kesimpulan. Langkah-langkah penggunaan problem solving ini yaitu sebagai
berikut:
1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari
siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
14
2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah yang muncul. Misalnya dengan jalan membaca buku-buku, meneliti,
bertanya, dan berdiskusi.
3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban tentu
saja didasarkan pada data yang telah diperoleh pada langkah kedua di atas.
4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut sehingga batul-betul yakin
bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok.
5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai pada kesimpulan terakhir
tentang jawaban dari masalah tadi. (Bahri, 2006: 91-92)
Menurut Polya (2002 : 27) memberi empat langkah pokok cara pemecahan
masalah, yaitu :
1. Memahami masalahnya, masing-masing siswa mengerjakan latihan yang
berbeda denga temansebelahnya.
2. Menyusun rencana penyelesaian, pada tahap ini siswa diarahkan untuk dapat
mengidentifikasi masalah,kemudian mencari cara yang tepat untuk
menyelesaikan masalahtersebut.
3. Melaksanakan rencana penyelesaian itu, langkah yang ketiga, siswa dapat
menyelesaikan masalah denganmelihat contoh atau dari buku, dan bertanya
pada guru.
4. Memeriksa kembali penyelesaian yang telah dilaksanakan terakhir siswa
mengulang kembali atau memeriksa jawabab yang telahdikerjakan, kemudian
siswa bersama guru dapat menyimpulkan dandapat mempresentasikan di
depan kelas.
2.4.1 Model Pembelajaran Problem Solving
Problem Solving atau pemecahan masalah adalah suatu proses mental dan
intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan
informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat
(Hamalik, 1994:151). Sedangkan menurut Gulo (2004:111) strategi pemecahan
masalah memberi tekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar.
Pentingnya strategi belajar mengajar ini oleh karena belajar pada prinsipnya
adalah suatu proses interaksi antara manusia dan lingkungannya. Penyelesaian
15
masalah adalah proses memikirkan dan mencari jalan keluar bagi masalah
tersebut.
Penyelesaian masalah dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain
sebagai berikut :
a. penyelesaian masalah berdasarkan pengalaman masa lampau.
b. penyelesaian masalah secara intuitif. Masalah diselesaikan tidak berdasarkan
akal, tetapi berdasarkan intuisi atau firasat.
c. Penyelesaian masalah dengan cara trial dan error. Penyelesaian masalah
dilakukan dengan coba-coba sehingga akhirnya ditemukan penyelesaian yang
tepat.
d. Penyelesaian masalah secara otoritas. Penyelesaian masalah dilakukan
berdasarkan kewenangan seseorang.
e. Penyelesaian masalah secara metafisik. Masalah-masalah yang dihadapi
diselesaikan dengan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang bersumber
dalam dunia mistik atau dunia gaib.
f. Penyelesaian maslah secara ilmiah yaiu penyelesaian masalah secra rasional
melalui proses deduksi dan induksi.
2.4.2 Kelebihan Pembelajaran Problem Solving
Menurut Tri Puji Lestari (2013, 10), adapun kelebihan dari pembelajaran
model problem solving, yaitu dapat mendidik siswa untuk berpikir secara
sistematis, memberikan siswa kesempatan untuk berkreasi dan berfikir dengan
lebih luas untuk dapa memecahkan suatu masalah di dalam pembelajaran tersebut.
Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan dan dapat membantu anak agar
lebih aktif dan kreatif dalam melakukan sesuatu / belajar sesuai dengan apa yang
mereka inginkan dengan membuat pembelajaran-pembelajaran agar lebih
menarik, mampu berpikir dan bertindak kreatif, bekerja dalam pembelajaran baik
individu maupun kelompok dengan membuat pembelajaran yang menarik
bersama, dan memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis, serta
memberikan kesempatan saling bertukar pikiran, dapat memberikan dorongan
siswa untuk semakin mencari tahu wawasan dilingkungan sekitar mereka dan
memecahkan suatu masalah tersebut. Dan memberikan kesempatan kepada siswa
16
yang menjadikan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari sebagai bahan belajar
menjadikan siswa lebih termotivasi untuk belajar karena sesuai dengan dunianya.
a. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
b. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
c. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi dengan tepat.
d. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan,
khususnya dunia kerja.
e. Mampu mencari berbagai jalan keluar dari suatu kesulitan yang dihadapi.
f. Belajar menganalisis suatu masalah dari berbagai aspek.
g. Mendidik siswa percaya diri sendiri.
2.5 Ciri-ciri Pembelajaran Problem Solving
Adapun ciri-ciri pembelajaran problem solving Tjadimojo (2001: 3) yaitu :
1. Model problem solving merupakan rangkaian pembelajaran artinya dalam
implementasi problem solving ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan
siswa,
2. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah, model ini
menempatkan sebagai dari proses pembelajaran,
3. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir
secara ilmiah.
17
2.5.1 Sintak Pembelajaran Problem Solving
Tabel 2.1
Sintak Problem Solving
Fase Kegiatan/Aktivitas Guru
Fase 1
Merumuskan Masalah
Guru merumuskan suatu masalah
terlebih dahulu dan mengetahui
masalah apa saja yang terjadi pada
pembelajaran pada saat kelas
berlangsung
Fase 2
Menelaah Masalah
Guru mempelajari pengetahuan untuk
memperinci, dan menganalisis
masalah dari berbagai sudut masalah
di dalam pembelajaran. (siswa
diberikan media untuk mencari
masalah)
Fase 3
Merumuskan Hipotesis
Guru dan siswa bersama-sama
berimajinasi menemukan sebab
akibat masalah dan penyelesaian
masalah di dalam pembelajaran.
Fase 4
Mengumpulkan
dan mengelompokkan data
sebagai bahan pembuktian
hipotesis
Guru mengumpulkan data, menyusun
data dan menyajikan data dari hasil
menemukan masalah di dalam
pembelajaran dengan menggunakan
tabel atau diagram
Fase5
Pembuktian Hipotesis
Guru membahas data yang sudah
didapatkan, dari hasil bahasan
tersebut guru menghitung atau
memberikan hasil data kemudian
menyimpulkan
Fase6
Menentukan
Pilihan Penyelesaian
Guru dan siswa melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil masalah
yang sudah dilakukan
18
Tabel 2.2
Pemetaan PembelajaranProblem Solving dalam Standar Proses
(permendiknas No. 41 Tahun 2007)
Pembelaja
ran
Sintak
Langkah dalam Standar Proses
Penda
huluan
Kegiatan Inti Penutup
Ekspl
orasi
Elabora
si
Konfir
masi
Problem
Solving
Merumuskan
Masalah √
Menelaah
Masalah
√
Merumuskan
Hipotesis
√
Mengumpulkan
dan
mengelompokkan
data sebagai
bahan
pembuktian
hipotesis
√ √
Pembuktian
Hipotesis
√
Menentukan
Pilihan
Penyelesaian
√ √
19
Tabel 2.3
Implementasi Pembelajaran Problem Solving dalam Standar Proses
Sintaks Problem
Solving
Langkah
dalam Standar
Proses
Kegiatan Guru
Merumuskan
Masalah
Pendahuluan
Guru merumuskan suatu masalah terlebih
dahulu dan mengetahui masalah apa saja
yang terjadi pada pembelajaran pada saat
kelas berlangsung
Menelaah
Masalah
Pendahuluan
Guru mempelajari pengetahuan untuk
memperinci, dan menganalisis masalah
dari berbagai sudut masalah di dalam
pembelajaran.
Merumuskan
Hipotesis
Pendahuluan
Guru dan siswa bersama-
samaberimajinasi menemukan sebab
akibat masalah dan penyelesaian masalah
di dalam pembelajaran.
Mengumpulkan
dan
mengelompokkan
data sebagai
bahan
pembuktian
hipotesis
Eksplorasi
Elaborasi
Guru mengumpulkan data, menyusun
data dan menyajikan data dari hasil
menemukan masalah di dalam
pembelajaran dengan menggunakan tabel
atau diagram
Pembuktian
Hipotesis
Konfirmasi Guru membahas data yang sudah
didapatkan, dari hasil bahasan tersebut
guru menghitung atau memberikan hasil
data kemudian menyimpulkan
Menentukan
Pilihan
Penyelesaian
Konfirmasi
Penutup
Guru dan siswa melakukan refleksi (
memcahkan masalah di dalam
pembelajaran ) terhadap aktivitas dan
hasil masalah yang sudah dilakukan.
2.5.2 Penerapan Pembelajaran Problem Solving
Pada jenjang Sekolah Dasar untuk terlaksananya pembelajaran yang aktif
kreatif dan mampu menciptakan hasil karya terutama untuk pembelajaran IPA
yang sering kali membuat takut siswa dan malas, guru harus pandai dalam
20
merancang pembelajaran agar materi mudah terserap didalam otak siswa. Sejauh
ini diketahui bahwa pengajaran yang dilakukan guru kebanyakan menggunakan
metode pengajaran yang konvensional sehingga anak lebih bersifat pasif.
Kegiatan pembelajaran terpusat pada guru sebagai pemberi informasi bahan
pelajaran sehingga pembelajaran satu arah, guru tidak melibatkan siswa dalam
pembelajaran kalaupun siswa diberi kesempatan untuk bertanya hanya sedikit saja
yang melakukannya. Selain itu kurangnya pemahaman siswa dalam mengerjakan
soal kasus. Siswa kurang sistematis dalam mengerjakan soal. Jawaban yang
diberikan siswa membingungkan dan berputar putar dan kurang aktif nya siswa.
Model pembelajaran yang sesuai dengan penelitian ini adalah model pembelajaran
problem solving. Model pembelajaran ini akan membantu siswa dalam
mengerjakan soal secara sistematis, dengan penerapan model pembelajaran
problem solving siswa diharapakan dapat membantu siswa untuk lebih aktif dan
kreatif dalammenyelesaikan soal, menganalisa masalah dan dapat meningkatkan
prestasi belajar.
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi
lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan
pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Standar proses ini berlaku untuk jenjang pendidikan dasar
dan menengah pada jalur formal, baik pada sistem paket maupun pada sistem
kredit semester. Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan
proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan
efisien.
Siswa dikatakan berhasil apabila siswa mampu mengerjakan soal
soaldengan baik dan benar. Melalui pembelajaran problem solving diharapkan
mampumembantu siswa untuk meningkatkan keaktifan dan dapat meningkatkan
prestasibelajar siswa.
21
2.6 Hasil Belajar
Dalam sub bab ini menjelaskan tentang pengertian hasilbelajar dan
pentingnya hasil belajar sebagai patokan dalam penelitian yang dilakukan.
2.6.1 Pengertian Belajar
Dalam pengertian belajar beberapa ahli mendefinisikan tentang “belajar”.
Sering kali rumusan dan tafsiran mereka itu berbeda satu sama lain. Dalam uraian
berikut ini diperkenalkan beberapa rumusan tentang belajar guna melengkapi dan
memperluas pandangan (Suprijono,2011:2).
a. Gagne
Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang
melalui aktifitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari
proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.
b. Travers
Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
c. Harold Spears
Learning is to observe to read, to imitate, to try something themselves, to
listen, to follow direction. Dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati,
membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu.
Menurut Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Sedangkan Hamalik (2009:36) berpendapat bahwa belajar adalah
modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman, yang bearti bahwa
belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, bukan suatu tujuan.
Bukti bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku
dari orang tersebut. Namun, tidak setiap perubahan tingkah laku dalam diri
seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.
Berikut ciri-ciri perubahan perilaku dalam pengertian belajar menurut
Slameto (2010):
22
1. Perubahan terjadi secara sadar
Seseorang yang telah belajar menyadari terjadinya suatu perubahan itu atau
paling tidak seseorang tersebut merasakan terjadinya suatu perubahan dalam
dirinya.
2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
Artinya, perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan
akan berguna bagi kehidupan atau proses belajar selanjtnya. Perubahan akan
berlangsung terus hingga menjadi lebih baik dan sempurna.
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Perubahan akan bertambah dan bertujuan untuk memperoleh sesuatu yang
lebih baik dari sebelumnya. Jadi, semakin banyak usaha belajar, makin banyak
dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan bersifat aktif bila
perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu
sendiri.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara itu terjadi hanya beberapa saat saja tidak
dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang
dihasilkan karena proses belajar bersifat permanen. Jadi, tingkah laku yang
terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar
meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jadi, aspek yang satu
berhubungan erat dengan aspek lainnya. Jika seseorang belajar sesuatu,
sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara
menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya.
6. Perubahan mencakup aspek seluruh tingkah laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar
meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jadi, aspek yang satu
berhubungan erat dengan aspek lainnya. Jika seseorang belajar sesuatu,
sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara
menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.
23
Berdasarkan beberapa pengertian tentang belajar di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berdasarkan
penglaman maupun latihan yang dilakukan secara sadar baik langsung maupun
tidak langsung.
2.6.2 Pengertian Hasil Belajar
Setelah individu mengalami proses belajar, maka akan memperoleh hasil
dari proses belajar. Ada beberapa definisi hasil belajar menurut para ahli yang
dikutip dari Skripsi Indra Universitas Kristen Satya Wacana (2009). Hasil belajar
merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru.
Dari sisi siwa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih
baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental
tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan
pelajaran. Berdasarkan Taksonomi Bloom hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Hamalik (2009:36) menyatakan bahwa hasil belajar bukan suatu penguasaan
hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan. Hasil belajar merupakan tolak ukur
untuk mengetahui keberhsilan seseorang. Sedangkan menurut Sudjna (2011:3)
hasil beljar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotoris.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai dari
suatu kegiatan, yang dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar yang dapat
diukur dengan tes dengan memberikan siswa lembar kerja berupa pilihan ganda
yang berisi 10 butir soal.
2.6.3 Pentingnya Hasil Belajar
Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan
pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan – kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2011:22).
Horward Kingsley dalam Sudjana (2011) membagi tiga macam hasil belajar,
yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan penertian, (c) sikap
dan cita-cita. Dalam system pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik
24
tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil
belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga
ranah yakni :
a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi.
b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif
tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap
pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas,
kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.
c. Ranah psikomotis tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan
bertindak individu.
Ketiga hasil belajar yang telah dijelaskan, penting diketahui oleh guru dalam
rangka merumuskan tujuan pengajaran dan menyusun alat-alat penilaian, baik
melalui tes maupun bukan tes. Tujuan pengajaran tersebut adalah perubahan
tingkah laku yang diinginkan pada diri siswa (Sudjana, 2011:22).
Peneliti hanya menekankan pada ranah kognitif saja, karena tujuan
penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA
menggunakan evaluasi tes pilihan ganda.
2.6.4 Hakikat Hasil Belajar
Seseorang dapat dikatakan belajar jika dalam diri orang tersebut terjadisuatu
aktivitas yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang dapatdiamati relatif
lama. Belajar itu harus dengan pengaitan maksudnya, pengaitan antara pelajaran
yang akan dipelajari anak didik dengan pelajaranyang telah dipelajari sebelumnya,
makin kuat kaitannya makin baik ia belajar. Slameto (2003 : 2) berpendapat
bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yangbaru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengamatannya sendiri dalam interaksidengan lingkungannya.Makna hasil
belajar menurut Susanto (2013: 5) adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada
siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif,dan psikomotorik sebagai
25
hasil dari kegiatan belajar. Hasil ini diperoleh selama siswa mengikuti kegiatan
pembelajaran dari hasil tes yang dapat dinyatakan dalam bentuk skor.
Cakupan kemampuan hasil belajar menurut bloom dalam Suprijono (2011: 6)
adalah:
1. Domain kognitif
Hasil belajar yang meliputi pengetahuan, daya ingat, pemahaman siswa,
menentukan hubungan, merencanakan, dan menilai. Kognitif ini lebih
mengacu agaimana tingkat pemikiran seorang siswa.
2. Domain Afektif
Domain afektif bagaimana asiswa sikap dalam menerima,memberikan respon,
dan organisasi. Dalam halini hasil dipengaruhi oleh sikap yang dilakukan
oleh siswa.
3. Domain psikomotorik
Psikomotorik mencakup ketrampilan produktif, teknik, fisik, sosial, dan
intelektual.
Sedangkan menurut Suprijono (2011: 7) Hasil belajar adalah perubahan
perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan
saja. Perubahan yang dihasilkan siswa ini secara menyeluruh dalam setiap aspek.
Tidak hanya dalam bidang ketrampilan saja namun setiap bidangnya juga dapat
mempengaruhi hasil belajar dari siswa.
Hasil belajar menurut Gagne, Briggs dalam Suprihatiningrum (2013: 37)
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat dari perbuatan
belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa. Kemampuan siswa ini
tentunya dalam segala hal yang dahasilkan dari belajar untuk memperoleh
perubahan bagi siswa.
Gagne dalam Suprijono (2012: 5-6), menjelaskan bahwa hasil belajar
berupa hal-hal berikut:
1. Informasi verbal, kemampuan siswauntuk mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan ini tidak
melibatkan pemecahan maslah.
26
2. Ketrampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang. Ketrampilan intelektual ini adalah kemampuan dalam melakukan
aktivitas yang bersifat kognitif.
3. Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri. Dalam kemampuan ini siswa sudah bisa membuat
strategi untuk memecahkan suatu masalah.
4. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi. Ketrampilan siswa yang dilihat dari
perilaku atau gerakan yang dilakukan.
5. Sikap adalah kemampun menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap merupakan perilaku siswa yang
dapat merubah hasil belajar.
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
perubahan yang terjadi secara menyeluruh pada siswa dalam 3 aspek yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar menjadi tolak ukur yang
digunakan dalam mengetahui tingkat keberhasilan siswa. Dalam menentukan
tingkat keberhasilan belajar siswa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar.
2.6.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Susanto
(2013:15-18) yaitu:
1. Kecerdasan Anak
Kemampuan dalam berfikir siswa dapat mempengaruhi cepat dan lambatnya
dalam bertindak serta saat memecahkan suatu masalah. Kecerdasan siswa
sangat berperan penting dalam kegiatan pembelajaran karena dapat
membantu mengetahui apakah siswa mampu mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan berhasil atau tidak. Alfared Binnet dalam Susanto
(2013: 15) membagi kecerdasan dalam 3 aspek kemampuan, yaitu: (1)
Direction kemampuan yang digunakan untuk memusatkan pada masalah yang
akan diselesaikan; (2) adaptation kemampuan untuk menyesuikan diri pada
27
masalah yang dihadapi; (3) direction kemampuan untuk mengkritik terhadap
dirinya sendiri dan masalah yang sedang dihadapi.
2. Kesiapan atau kematangan
Kesiapan atau kematangan adalah tingkat perkembangan dimna siswa atau
organ-organ sudah berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam kegiatan
pembelajaran kesiapan atau kematangan siswa sangat penting sekali untuk
menentukan hasil belajar. Tingkat kematangan siswa ini berkenaan dengan
minat belajar siswa, jadi jika tingkat kematangan siswa semakin tinggi maka
minatnya pun juga akan bertambah.
3. Bakat siswa
Menurut dalam susanto (2013:16) bakat adalah kemampuan potensi yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
Sebenarnya setiap siswa mempunyai bakat, namun kaena kurang
dikembangkan jadi tidak terlihat. Bakat sangat penting karena dapat
mempengaruhi tingkat prestasi belajar siswa.
4. Kemampuan belajar
Kemauan adalah pendorong bagi anak untuk gemar dan giat untuk
meningkatkan hasil belajar. Untuk meningkatkan kemauan belajar siswa
sebenarnya adalah tugas bagi guru. Ini terjadi karena siswa belum tahu
sepenuhnya manfaat belajar bagi masa depan. Tugas guru harus selalu
memberikan dorongan untuk meningkatkan kemauan belajar. Agar aktivitas
siswa lebih bermakna dalam peningkatan hasil belajarnya.
5. Minat
Minat merupakan keinginan yang tinggi terhadaap sesuatu. Jika siswa
mempunyai minat belajar yang tinggi maka dalam kegiatan pembelajaran
akan memberikan semua perhatiannya terhadap apa am meningkatkan hasil
belajar karena siswa akan lebih giat dan mencoba setelah mengetahui hasil
yang didapat memuaskan.
6. Model penyajian materi pelajaran
Keberhasilan belajar siswa dapat dipengaruhi oleh model yang digunakan
guru. Model yang digunakan dalam pembelajaran harus dikemas yang
28
menarik, sehingga siswa tidak akan jenuh dan bosan. Mengemas kegiatan
yang menyenangkan, selalu memberikan kesempatan memberikakan gagasan
pada siswa, memberikan peluan untuk mengembangkan kreativitas itu juga
dapat membantu daya tarik siswa. Materi yang diberikan tentunya juga harus
mudah dipahami, agar siswa tidak putus asa dalam belajar.
7. Pribadi dan sikap guru
Sikap yang dilakukan guru merupakan sebagai teladan siswa. Maka sebagai
guru harus selalu memberikan contoh yang baik. Jika kepribadian dan sikap
guru aktif dan kreatif dalam berperilaku, maka siswa akan menirukan
kepribadian itu pula. Pribadi dan sikap guru itu tercermin dalam perilaku
yang baik seperti ramah, menyayangi siswa, rajin, disiplin, sopan,
membimbing siswa dengan kasih sayang, memberikan masukan demi
membanggun, dan bertanggung jawab dalam segala hal.
8. Suasana Pengajaran
Pembelajaran yang menyenangkan dan menumbuhkan suasana yang aktif
antar siswa maupun guru untuk saling berargumen dapat memberikan nilai
yang lebih dalam proses pembelajaran. Untuk meningktkan hasil belajar
siswa secara maksimal guru harus bisa membawa suasana pembelajaran yang
asik, selain itu ketenangan di dalam kelas yang menjadi tugas seorang guru
untuk mengelolanya dengan baik.
9. Kompetensi guru
Kemampuan-kemampuan yang maksimal seorang guru merupakan kunci
untuk mendorong siswa bisa meningkatkan hasil belajarnya. Kemampuan
yang dapat mendorong keberhasilan ini dimiliki seorang guru yang
profesional. Profesional berarti guru ini benar-benar memiliki kemampuan
dalam bidangnya, serta memahami betul materi atau bahan yang akan
diajarkan.
10. Masyarakat
Kepribadian siswa dapat dipengaruhi oleh masyarakat disekitarnya. Karena
masyarakat adalah lingkungan yang begitu luas, dan tercipta banyak tingkah
29
laku serta karakter yang ada. Hal ini terjadi karena dalam masyarakat terdiri
dari banyak latar belakang yang berbeda-beda.
2.7 Hasil Penelitian yang Relevan
Pembelajaran dengan model Problem Solving dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dan siswa dapat ikut terlibat langsung di dalam proses pembelajaran.
Dan peneliti berharap dengan model problem solving mampu meningkatkan hasil
belajar siswa kelas IV dalam pelajaran IPA.
Penelitian yang dilakukan Syarifah (2008) tentang Implementasi
Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Dengan Menggunakan multimedia
Dalam Pembelajaran Geometri Di Kelas II SD Negeri Kasin Malan
memperlihatkan peninkatan rata-rata kelas setelah diberi tindakan. Pada siklus I
rata-rata hasil belajar siswa sebesar 66%. Jumlah ini meningkat dibandingkan
dengan data awal (pra tindakan) yaitu 48%. Kemudian meningkat pada siklus II
sebesar 89%. Jumlah siswa yang sudah tuntas sebelum tindakan sebesar 21 siswa
kemudian siklus I meningkat menjadi 29 siswa dan pada siklus II menjadi 39
siswa.
Jadi dapat disimpulkan bahwa menggunakan model Problem Solving pada
mata pelajaran IPA di sekolah dasar mampu meningkatkan hasil belajar siswa
dengan melalui dua siklus yang setiap satu siklusnya terdiri dari dua pertemuan
dalam satu semester.
2.7.1 Kerangka Berfikir
Kegiatan pembelajaran IPA pada umumnya masih kurang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat serta masih kurangnya
dalam menghasilkan atau menemukan suatu masalah dalam menghasilkan hasil
belajar yang baik, hal ini dapat dilihat pada permasalahan yang terjadi pada kelas
IV SD Kutowinangun 10.
Oleh sebab itu peneliti menggunakan model problem solving yaitu
pembelajaran berbasis masalah yang dilakukan pada pengajaran dan keterampilan
dalam suatu pemecahan masalah di dalam pembelajaran. Serta pembelajaran yang
berdasarkan masalah dan pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan
permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka
30
sendiri. Model pembelajaran yang sesuai dengan penelitian ini adalah model
problem solving. Model pembelajaran ini akan membantu siswa dalam
mengerjakan soal secara sistematis, dengan penerapan model problem solving
diharapakan dapat membantu siswa untuk dapat menemukan masalah dalam
menyelesaikan soal, menganalisa masalah dan dapat meningkatkan prestasi hasil
belajar.
2.7.2 Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah diuraikan, dapat
diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa :
a. Dengan langkah-langkah pembelajaran model Problem Solving dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Kutowinangun 10.
b. Penggunaan model Problem Solving diduga dapat meningkatkan hasil belajar
IPA siswa kelas IV SD Kutowinangun 10.