6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hasil Belajar
2.1.1.1 Pengertian Belajar
Menurut Sri Anitah W (2008) Belajar merupakan suatu
proses, artinya dalam belajar akan terjadi proses melihat,
membuat, mengamati, meyelesaikan masalah atau persoalan,
menyimak dan latihan. Itu sebabnya dalam proses belajar guru
harus dapat membimbing dan memfasilitasi siswa supaya siswa
dapat melakukan proses–proses tersebut. Proses belajar harus
diupayakan secara efektif agar terjadi adanya perubahan tingkah
laku siswa yang disebabkan oleh proses-proses tersebut.
Seseorang dapat dikatakan belajar karenan adanya indikasi
melakukan proses tersebut secara sadar dan menghasilkan
perubahan tingkah laku siswa yang diperoleh berdasarkan
interaksi dengan lingkungan. Perwujudan perubahan tingkah laku
dari hasil belajar adalah adanya peningkatan kemampuan siswa
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Perubahan tersebut
sebagai perubahan yang disadari, relatif bersifat permanen,
kontinu dan fungsional.
Menurut Slameto (2010) belajar merupakan suatu aktifitas
yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai
akibat dari upaya–upaya yang dilakukannya. Perubahan-
perubahan tersebut tidak disebabkan faktor kelelahan, kematangan
ataupun karena mengkonsumsi obat tertentu. Di dalam kenyataan
perubahan dalam bentuk respons sebagai hasil belajar ada yang
mudah terlihat, tetapi ada pula yang sifatnya potensial, artinya
tidak segera terlihat. Respons tersebut biasanya juga merupakan
7
hasil kegiatan – kegiatan yang diperkuat (reinforced), terjadi
misalnya melalui sistem ganjaran (reward system). Perubahan-
perubahan pada perilaku itu juga menrupakan hasil pengulangan-
pengulangan yang berdampak memperbaiki kualitas perilakunya.
Menurut Gagne (Noehi Nasution,2008) menyatakan bahwa belajar
merupakan suatu proses yang memungkinkan seseorang untuk
mengubah tingkah lakunya cukup cepat, dan perubahan tesebut
bersifat relatif tetap sehingga perubahan yang serupa tidak perlu
terjadi berulang kali setiap menghadapi situasi yang baru.
Dari pengertian di atas disimpulkan bahwa agar terjadinya
suatu perubahan perilaku di kelas, guru hendaknya merencanakan
berbagai pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa
sesuai tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Pengalaman belajar
yang telah direncanakan secara optimal akan menimbulkan proses
belajar yang optimal pula. Proses belajar terjadi secara internal
dan bersifat pribadi dalam diri siswa, sehingga guru harus
merencanakan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.
2.1.1.2 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan – kemampuan yang dimilki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Klasifikasi
hasil belajar dari Benjamin S. Bloom (Nana Sudjana,2011)
secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah
kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif
berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut
kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk
kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap
yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau
8
reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah
psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek dalam ranah
psikomotorik yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan
dasar, (c) kemempuan perseptual, (d) keharmonisan atau
ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan
ekspresif dan interpretatif.
Hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang
telah dilakukan dalam belajar. Kulminasi akan selalu di iringi
dengan kegiatan tindak lanjut. Hasil belajar harus menunjukkan
suatu perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru
dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif dan disadari.
Menurut Benjamin Bloom (Sri Anitah W,2008) aspek perilaku
keseluruhan dari tujuan pembelajaran dapat menunjukkan
gambaran hasil belajar mencakup aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik. Keterampilan kognitif berkaitan dengan
kemampuan membuat keputusan memecahkan masalah dan
berpikir logis, keterampilan afektif berkaitan dengan sikap,
kebijaksanaan, perasaan dan self control, keterampilan
psikomotorik berkaitan dengan kemampuan tindakan fisik dan
kegiatan perseptual.
Seperti yang telah dikemukakan bahwa hasil belajar
merupakan perubahan perilaku secara menyeluruh bukan hanya
pada satu aspek saja tetapi terpadu secara utuh. Oleh karena itu
guru harus memperhatikan secara seksama supaya perilaku
tersebut dapat dicapai sepenuhnya dan menyeluruh oleh siswa.
Perwujudan hasil belajar akan selalu berkaitan dengan kegiatan
evaluasi pembelajaran sehingga diperlukan adanya teknik dan
9
prosedur evaluasi belajar yang menilai secara efektif proses dan
hasil belajar.
Untuk melihat hasil belajar yang berkaitan dengan kemampuan
berpikir kritis dan ilmiah pada siswa SD dapat dikaji proses
maupun hasil belajar berdasarkan :
1. Kemampuan membaca, mengamati, menyimak apa yang
dijelaskan atau diinformasikan
2. Kemampuan mengidentifikasi atau membuat sejumlah (sub–
sub) pertanyaan berdasarkan substansi yang dibaca, diamati,
didengar
3. Kemampuan mengorganisasi hasil–hasil identifikasi dan
mengkaji dari sudut persamaan dan perbedaan
4. Kemampuan melakukan kajian secara menyeluruh.
Kemampuan tersebut sudah dapat diterapkan di SD khususnya
pada kelas tinggi.
2.1.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Dalam pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya
sistem lingkungan belajar yang kondusif, hal ini akan berkaitan
dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang
mempengaruhinya adalah mendapat pengetahuan, penanaman
konsep, ketrampilan, dan pembentukan sikap.
Menurut Sri Anitah W (2008) menyatakan bahwa
keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok yaitu faktor dalam diri siswa sendiri (intern) dan
faktor dari luar diri siswa (ekstern).
1. Faktor dari dalam diri siswa yang berpengaruh terhadap hasil
belajar diantaranya adalah kecakapan, minat, bakat, usaha,
motivasi, perhatian, kelemahan dan kesehatan, serta kebiasaan
10
siswa. Salah satu hal penting dalam kegiatan belajar yang
harus ditanamkan dalam diri siswa bahwa belajar yang
dilakukannya merupakan kebutuhan dirinya. Minat belajar
berkaitan dengan seberapa besar individu merasa suka atau
tidak suka terhadap suatu materi yang dipelajari siswa. Minat,
motivasi, dan perhatian siswa dapat dikondisikan oleh guru.
Setiap individu memiliki kecakapan (ability) yang berbeda-
beda. Kecakapan tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan
kecepatan belajar; yakni sangat cepat, sedang, dan lambat.
2. Faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar
diantaranya adalah lingkungan fisik dan nonfisik (termasuk
suasana kelas dalam belajar, seperti riang gembira,
menyenangkan), lingkungan sosial budaya, lingkungan
keluarga, program sekolah (termasuk dukungan komite
sekolah), guru, pelaksanaan pembelajaran, dan teman sekolah.
Guru merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap
proses maupun hasil belajar, sebab guru merupakan manajer
atau sutradara dalam kelas. Dalam hal ini, guru harus memiliki
kompetensi dasar yang diisyaratkan dalam profesi guru.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor intern dan faktor
ekstern. Kedua faktor yang telah dijelaskan memberikan
pengaruh yang banyak bagi siswa. Untuk dapat memperoleh hasil
belajar yang baik atau memuaskan siswa harus memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas agar
terwujud kebiasaan belajar yang baik.
Keberhasilan proses pendidikan secara langsung akan
berdampak pada peningkatan kualitas sumber daya manusia
tersebut. Salah satu indikator kualitas pendidikan yang baik
adalah lulusannya yang berkompeten atau kompetensi lulusan.
11
Kompetensi merupakan fungsi dari banyak variabel antara lain
kemampuan siswa, kemampuan pendidik, fasilitas. Sistem
evaluasi yang dipergunakan memegang peranan penting dalam
pencapaian hasil belajar. pengukuran untuk menilai hasil belajar
siswa selama selang waktu tertentu Melalui laporan belajar juga
dapat dilihat sejauh mana kemampuan mereka setelah menempuh
proses belajar mengajar selama selang waktu tertentu.
2.1.1.4 Pengukuran Hasil Belajar
Pengukuran hasil belajar tidak lepas dari penilaian atau
evaluasi yang merupakan slah satu komponen sistem pengajaran.
Menurut Drs.Mohamad Ali (1984) pengembangan alat evaluasi
merupakan bagian integral dalam pengembangan sistem
instruksional. Oleh sebab fungsi evaluasi adalah untuk
mengetahui apakah tujuan yang dirumuskan dapat tercapai,
evaluasi merupakan salah satu faktor penting dalam proses belajar
mengajar. Evaluasi sebagai alat penilai hasil pencapaian tujuan
dalam pengajaran, evaluasi harus dilakukan secara terus-menerus.
Evaluasi itu lebih dari hanya sekedar untuk menentukan angka
keberhasilan belajar. Yang paling penting adalah sebagai dasar
untuk umpan balik (feed back) dari proses belajar mengajar yang
dilaksanakan. Oleh karena itu kemampuan guru menyusun alat
dan melaksanakan evaluasi merupakan bagian dari kemampuan
menyelenggarakan proses belajar mengajar secara keseluruhan.
Pengukuran hasil belajar bertujuan untuk mengukur tingkat
pemahaman siswa dalam menyerap materi. Sebaiknya hasil
belajar yang telah dinilai oleh guru diberitahukan kepada siswa
agar siswa mengetahui kemajuan belajar yang telah dilakukannya
serta kekurangan yang masih perlu diperbaiki. Penilaian hasil
belajar pada akhirnya sebagai bahan refleksi siswa mengenai
12
kegiatan belajarnya dan refleksi guru terhadap kemampuan
mengajarnya serta mengevaluasi pencapaian target kurikulum.
Menurut Linn dan Gronlund (Cece Rakhmat dan Didi
Suherdi : 1999) pengukuran hasil belajar merupakan proses
pemerolehan sebuah penggambaran dengan angka mengenai
sejauh mana seorang individu memproses sebuah karakteristik
tertentu dan pengukuran dapat menggunakan angka pada hasil tes
atau prosedur penilaian. Pengukuran hasil belajar berupa
penilaian yang berupa tes dapat digambarkan :
Gambar 2.1
Pengukuran merupakan suatu proses yang dimaksudkan
untuk mendapatkan gambaran tentang besar kecilnya perubahan
perilaku siswa sebagai hasil belajar secara kuantitatif.
Penilaian hasil belajar dalam penelitian ini mengacu pada
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan oleh pihak
SD Kanisius Cungkup termasuk dalam kelompok mata pelajaran
adaptif ketuntasan belajar yang ditetapkan adalah 65. Sedangkan
persentase ketuntasan belajar kelas tercapai jika siswa yang
mencapai ketuntasan belajar lebih besar atau sama dengan 100%.
2.1.1.5 Tes Formatif
Menurut Nana Sudjana (2010) tes sebagai alat penilaian
hasil belajar yang merupakan pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam
bentuk tes lisan, tes tertulis atau dalam bentuk perbuatan. Tes pada
PENGUKURAN (TES)
PENILAIAN
PERTIMBANGAN NILAI
13
umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar
siswa terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan
penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan
dan pengajaran.
Tes yang akan digunakan dalam mengukur hasil belajar
adalah tes secara tertulis jenis tes formatif. Menurut Adi Suryanto
(2009) tes formatif merupakan salah satu jenis tes yang diberikan
kepada siswa setelah siswa menyelesaikan salah satu unit
pembelajaran. Hasil dari tes formatif digunakan untuk memonitor
apakah proses pembelajaran yang baru dilaksanakan telah dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam
rencana pembelajaran atau belum. Yang menjadi fokus dalam
pelaksanaan tes formatif ketercapaian tujuan yang telah
ditetapkan dalam proses pembelajaran bukan mencari penyebab
kesulitan belajar siswa.
Menurut Djam’an Satori (2010) menilai proses belajar
mengajar berarti pula mengetahui sejauh mana tingkat
keberhasilan mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian
kegiatan menilai tingkat pencapaian tujuan merupakan hal yang
esensial di dalam evaluasi berupa tes formatif. Tingkat
keberhasilan pencapaian tujuan diungkapkan dengan soal yang
diberikan kepada siswa dalam tes tersebut. Dalam soal tes formatif
harus berdasarkan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang sudah
dirumuskan di awal satuan pelajaran. Pengolahan data hasil tes
formatif berkaitan dengan penggunaan standar mutlak yaitu 100%
sebagai bahan pembanding terhadap jumlah persentase yang
dicapai.
14
2.1.2 Pembelajaran IPA
2.1.2.1 Pembelajaran
Menurut Undang–undang Nomor 20 tahun 2003 (Sri Anitah
W,2008) yakni, “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar.” Lingkungan belajar merupakan suatu sistem yang terdiri
dari unsur tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa, dan guru.
Semua unsur atau komponen tersebut saling berkaitan, saling
mempengaruhi, dan semuanya berfungsi dengan berorientasi pada
tujuan.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar
dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan
pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip
dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang
berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta
didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai
sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat
memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan
(aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses
pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu
pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran
menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta
didik. Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari
motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang
15
memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu
memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan
pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui
perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar.
Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang
memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat
peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.
(Wikipedia,2011)
Menurut Piaget ( Sri Anitah W,2008) Siswa Sekolah dasar
kelas tinggi (4,5,6) telah memahami fase perkembangan
operasional formal artinya suatu perkembangan kognitif yang
menunjukkan bahwa siswa sudah memiliki kemampuan berpikir
tinggi atau berpikir alamiah. Pengembangan sikap alamiah pada
siswa kelas tinggi dapat dilakukan dengan cara menciptakan
pembelajaran yang memungkinkan siswa berani berargumentasi
dan mengajukan pertanyaan–pertanyaan, mendorong siswa supaya
memiliki rasa ingin mengetahui, memiliki sikap jujur terhadap
dirinya dan orang lain. Esensi proses pembelajaran di kelas tinggi
adalah suatu pembelajaran yang dilaksanakan secara logis dan
sistematis untuk membelajarkan siswa tentang konsep dan
generalisasi sehingga penerapannya meliputi menyelesaikan
tugas–tugas, menggabungkan, menghubungkan, memisahkan,
menyusun, mendesain, mengekspresikan, menderetkan,
menafsirkan, memprediksi, menyimpulkan, dan mengumpulkan
data.
Dari beberapa pengertian pembelajaran dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran terjadi karena adanya interaksi antara guru
dengan siswa. Selain adanya interaksi antara guru dan siswa,
sumber belajar juga mempunyai peran penting dalam
pembelajaran. Tanpa adanya sumber belajar maka pembelajaran
16
tidak akan terjadi karena sumber belajar mendukung interaksi
antara guru dan siswa di lingkungan belajar yaitu sekolah. Jadi
pembelajaran adalah proses belajar dengan adanya interaksi antara
guru dan siswa yang didukung dengan sumber belajar untuk
mempelajari suatu ilmu.
2.1.2.2 Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar
Ilmu Pengetahuan Alam berarti ”Ilmu” tentang
“Pengetahuan Alam”. Ilmu artinya suatu pengetahuan yang benar.
Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan
menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif.
Rasional artinya masuk akal atau logis, diterima oleh akal sehat.
Sedangkan obyektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai
dengan kenyataannya, atau sesuai dengan pengalaman
pengamatan melalui panca indra. Pengetahuan alam artinya
pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Adapun
“pengetahuan” itu sendiri artinya segala seauatu yang diketahui
oleh manusia. Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang
rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya.
Dalam pembelajaran IPA di SD yang perlu diajarkan adalah
produk dan proses IPA karena keduanya tidak dapat dipisahkan.
Guru yang berperan sebagai fasilitator siswa dalam belajar produk
dan proses IPA harus dapat mengemas pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik siswa. Ada beberapa prinsip pembelajaran
IPA untuk SD yang harus diperhatikan oleh guru. Prinsip tersebut
antara lain:
1. Pemahaman tentang dunia di sekitar kita di mulai melalui
pengalaman baik secara inderawi maupun non inderawi.
17
2. Pengetahuan yang diperoleh tidak pernah terlihat secara
langsung, karena itu perlu diungkap selama proses
pembelajaran. Pengetahuan siswa yang diperoleh dari
pengalaman itu perlu diungkap di setiap awal pembelajaran.
3. Pengetahuan pengalaman mereka ini pada umumnya kurang
konsisten dengan pengetahuan para ilmuwan, pengetahuan
yang Anda miliki. Pengetahuan yang demikian Anda sebut
miskonsepsi. Anda perlu merancang kegiatan yang dapat
membetulkan miskonsepsi ini selama pembelajaran.
4. Setiap pengetahuan mengandung fakta, data, konsep, lambang,
dan relasi dengan konsep yang lain. Tugas sebagai guru IPA
adalah mengajak siswa untuk mengelompokkan pengetahuan
yang sedang dipelajari itu ke dalam fakta, data, konsep,
simbol, dan hubungan dengan konsep yang lain.
5. IPA terdiri atas produk dan proses. Guru perlu mengenalkan
kedua aspek ini , Guru yang akan mengembangkan IPA
sebagai proses, perlu mengenalkan cara-cara mengumpulkan
data, cara menyajikan data, cara mengolah data, serta cara-cara
menarik>kesimpulan.
(Sumber:
Anonim_www.geocities.com/no_vyant/Ss_inisiasi_sem2/Inisia
si_Pemngembangan_ Pembelajaran_IPA_4.doc -)
Dalam pembelajaran IPA materi pembelajaran harus
disesuaikan dengan pemilihan bahan ajar. Menurut Aunurrahman
(2010) untuk terwujudnya iklim dan proses pembelajaran yang
kondusif perlu didukung oleh faktor yang berkenaan dengan
kemampuan guru yaitu dalam pemilihan bahan ajar, sarana dan
fasilitas pendukung serta kesiapan dan motivasi siswa untuk
belajar dan mencapai hasil belajar yang optimal. Dalam pemilihan
18
bahan ajar ada beberapa prinsip materi pembelajaran yaitu
meliputi :
1. Prinsip relevansi artinya, materi pembelajaran harus relevan
dan ada kaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan
kompetensi dasar.
2. Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar
yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar
yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.
3. Prinsip Kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya
cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi
dasar yang diajarkan.
2.1.3 Metode Pembelajaran Demonstrasi
2.1.3.1 Pengertian Metode Pembelajaran Demonstrasi
Menurut Sri Anitah W (2008) Metode demonstrasi
merupakan metode pembelajaran yang menyajikan baan pelajaran
dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara
melakukan sesuatu sehingga dapat mempelajarinya secara proses.
Demonstrasi dapat digunakan dalam semua mata pelajaran yang
disesuaikan dengan topik dan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
demonstrasi adalah posisi siswa seluruhnya harus dapat
memperhatikan (mengamati) objek yang akan didemonstrasikan.
Selama proses demonstrasi guru sudah mempersiapkan alat – alat
yang akan digunakan dalam demonstrasi tersebut.
Guru dituntut menguasai bahan pelajaran serta mampu
mengorganisasi kelas. Metode demonstrasi digunakan untuk
mengkonkretkan suatu konsep atau prosedur yang abstrak,
mengajarkan bagaimana berbuat atau menggunakan prosedur
secara tepat, meyakinkan bahwa alat dan prosedur tersebut dapat
digunakan, membangkitkan minat menggunakan alat dan prosedur.
19
2.1.3.2 Langkah – Langkah Metode Demonstrasi
Langkah – langkah dalam menerpkan metode pembelajaran
demonstrasi yang dikemukakan oleh Sri Anitah W (2008) adalah
sebagai berikut: (1) Merumuskan dengan jelas kecakapan dan atau
keterampilan apa yang diharapkan dicapai oleh peserta didik
sesudah demonstrasi itu dilakukan; (2) Mempertimbangkan dengan
sungguh-sungguh, apakah metode itu wajar dipergunakan, dan
apakah ia merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai
tujuan yang dirumuskan; (3) Alat-alat yang diperlukan untuk
demonstrasi itu bisa didapat dengan mudah, dan sudah dicoba
terlebih dahulu supaya waktu diadakan demonstrasi tidak gagal; (4)
Jumlah peserta didik memungkinkan untuk diadakan demonstration
dengan jelas; (5) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah
yang akan dilaksanakan, sebaiknya sebelum demonstrasi dilakukan,
sudah dicoba terlebih dahulu supaya tidak gagal pada waktunya;
(6) Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, apakah tersedia
waktu untuk memberi kesempatan kepada peserta didik
mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan komentar selama dan
sesudah demonstrasi; (7) Selama demonstrasi berlangsung, hal-hal
yang harus diperhatikan : Keterangan-keterangan dapat didengar
dengan jelas oleh peserta didik, alat-alat telah ditempatkan pada
posisi yang baik, sehingga setiap peserta didik dapat melihat
dengan jelas, telah disarankan kepada peserta didik untuk membuat
catatan-catatan seperlunya; (8) Menetapkan rencana untuk menilai
kemajuan peserta didik. Sering perlu diadakan diskusi sesudah
demonstrasi berlangsung atau peserta didik mencoba melakukan
demonstrasi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan
metode pembelajaran Demonstrasi menurut Roestiyah N.K (2008)
yaitu :
20
a. Guru harus mampu menyusun rumusan tujuan instruksional,
agar dapat memberi motivasi yang kuat pada siswa untuk belajar
b. Petimbangkanlah baik–baik apakah pilihan teknik anda mampu
menjamin tercapainya tujuan yang telah anda rumuskan
c. Amatilah apakah jumlah siswa memberi kesempatan untuk suatu
demonstrasi yang berhasil, apabila tidak harus mengambil
kebijaksanaan yang lain.
d. Apakah seorang guru telah meneliti alat dan bahan yang akan
digunakan mengenai jumlah, kondisi dan tempatnya. Dan juga
mengenal baik – baik atau telah mencoba terlebih dahulu agar
demonstrasi itu berhasil.
e. Harus menentukan garis besar langkah–langkah yang dilakukan.
f. Apakah tersedia waktu yang cukup sehingga guru dapat
memberi keterangan apabila perlu dan siswa bisa bertanya.
g. Selama demonstrasi berlangsung guru harusmemberi
kesempatan pada siswa untuk mengamati dengan baik dan
bertanya.
h. Guru perlu mengadakan evaluasi apakah demonstraasi yang
dilakukan berhasil dan apabila perlu demonstrasi bisa diulang.
Manfaat demonstrasi dari segi pendidikan sebagai berikut : (1)
Demonstrasi dapat mendorong motivasi belajar peserta didik; (2)
Demonstrasi dapat menghidupkan pelajaran; (3) Demonstrasi dapat
mengaitkan teori dengan peristiwa alam lingkungan kita; (4)
Demonstrasi apabila dilaksanakan dengan tepat, dapat terlihat
hasilnya; (5) Demonstrasi seringkali mudah teringat daripada
bahasa dalam buku pegangan atau penjelasan pendidik. Manfaat
metode pembelajaran demonstration yang terpenting adalah
memberi ilustrasi dan memperjelas konsep-konsep dan
penerapannya. Sebab melihat benda nyata bagi peserta didik lebih
terkesan dari pada membaca atau melihat gambarnya saja.
21
Menurut Daradjat (Jamal Makmur Asmani,2009) Manfaat
psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah :
1. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan
2. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang
dipelajari
3. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat
dalam diri siswa.
Menurut Syaful Bahri Djamarah dan Azwan Zain (2010)
Metode Demonstrasi memiliki kelebihan dan kelemahan sebagai
berikut :
Kelebihan menggunakan Metode demonstrasi :
1. dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih
konkret, sehingga menghindari verbalisme (pemahaman
secara kata-kata atau kalimat).
2. siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari.
3. proses pengajaran lebih menarik.
4. siswa dirangsang unruk aktif mengamati, menyesuaikan
antara teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya
sendiri.
Kelemahan menggunakan Metode demonstrasi :
1. Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus,
karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan
demonstrai akan tidak efektif.
2. Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai
tidak selalu tersedia dengan baik.
3. Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang
mata disamping memerlukan waktu yang cukup panjang,
yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran
lain.
22
Dari uraian dan definisi di atas, dapat dipahami bahwa
metode demonstrasi adalah dimana seorang pendidik
memperagakan langsung suatu hal yang kemudian diikuti oleh
peserta didik sehingga ilmu atau keterampilan yang di
demonstrasikan lebih bermakna dalam ingatan masing-masing
peserta didik.
2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan
Beberapa telaah pustaka yang telah dilakukan berikut ini dikemukakan
beberapa penelitian yang ada kaitannya dengan peneliti diantaranya adalah
hasil penelitian yang dilakukan oleh Rachmad Eko Nurcahyanto dengan
judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode
Pembelajaran Demonstration Dan Eksperimen Sistem Alat Pernapasan
Manusia kelas V SDN GEMPOLREJO 2 Kec.Tunjungan Kab. Blora tahun
Pelajaran 2009/ 2010. Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas V dengan
jumlah 23 siswa. Pada Postes I nilai rata – rata siswa 50 dan pada postes II
nilai siswa 80 Sehingga metode pembelajaran Demonstrasi dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian yang lain berkaitan dengan penggunaan metode
demonstrasi adalah Upaya Peningkatan Hasil Belajar Ipa Tentang
Mendeskripsikan Sifat-Sifat Cahaya Melalui Metode Demonstrasi
Menggunakan Periskop Di Kelas V SDN Kalisalak UPK Kebasen
Banyumas, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rasim ini hasil
belajar siswa dapat meningkat. Dapat dibuktikan bahwa perolehan nilai
akhir siklus 1 lebih baik dari kondisi di siklus awal dan nilai akhir siklus 2
lebih baik dari nilai siklus 1. Hasil belajar pada kondisi awal Rata–rata
adalah 66,05. Nilai akhir rata – rata pada siklus 1 adalah 82 dan nilai akhir
rata–rata pada siklus 2 adalah 89,13.
2.3 Kerangka Berpikir
Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil
belajarnya. Untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal diperlukan
23
berbagai faktor yang mendukung. Diantaranya kurikulum, metode belajar,
serta sarana dan prasarana yang mendukung proses belajar mengajar di
sekolah.
Pembelajaran yang menggunakan metode demonstrasi akan
mengurangi kondisi yang monoton dan pembelajaran ini menarik bagi
siswa. Salah satunya metode yang dapat digunakan oleh guru dalam
pembelajaran IPA adalah metode demonstrasi . Dalam metode demonstrasi
ini selain guru menjelaskan materi siswa juga akan dibuat aktif belajar
yaitu dengan cara pemanfaatan metode demonstrasi siswa juga terlibat.
Dengan menggunakan metode demonstrasi dapat meningkatkan semangat
belajar pada siswa. Sehingga dalam pembelajaran tidak hanya monoton
didalam kelas saja, tetapi dengan siswa yang dibimbing guru dapat belajar
langsung pada obyek sehingga siswa benar-benar dapat memiliki
pengalaman belajar yang baru. Dengan demikian pemahaman terhadap
materi pelajaran dapat secara optimal, sehingga hasil belajar siswa pun
menjadi optimal.
24
Gambar 2.2
Skema Kerangka Berpikir
KONDISI AWAL
TINDAKAN
KONDISI AKHIR
GURU : Masih menggunakan metode ceramah belum menggunakan metode Pembelajaran Demonstrasi
SISWA : Hasil belajar IPA masih rendah.
Menerapkan metode pembelajaran Demonstrasi
SIKLUS I : Menerapkan metode pembelajaran Demonstrasi dengan menggunakan alat – alat sederhana
SIKLUS II : Menerapkan metode metode pembelajaran Demonstrasi dengan kelompok kecil.
Melalui penggunaan metode pembelajaran Demonstrasi maka
hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam pokok bahasan “Perubahan Kenampakan Bumi dan
Benda Langit” kelas IV SD Kanisius Cungkup Salatiga dapat
meningkat.
25
Dalam kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di SD Kanisius
Cungkup Salatiga kelas IV, khususnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) dengan menggunakan metode Demonstrasi dapat
meningkatkan hasil belajar siswa yaitu mempermudah siswa dalam
penguasaan materi yang disampaikan oleh guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Dengan menggunakan metode mengajar yang tepat dengan siswa,
maka guru dapat merancang pembelajaran yang bermanfaat untuk
mengaktifkan siswa, meningkatkan kretifitas dan mendorong semangat
dan minat siswa dalam proses belajar.
Dari itulah guru dalam merancang dan menggunakan metode
pengajaran pada pembelajaran sehingga memberikan kesempatan yang
luas kepada siswa secara aktif dan kreatif untuk mencapai kompetensi
dasar yang diharapkan.
2.4 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan mengacu pada kerangka berpikir
dalam penelitian ini, maka hipotesisnya adalah : Penggunaan metode
pembelajaran Demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas
IV di SD Kanisius Cungkup Salatiga pada mata pelajaran IPA khususnya
pada pokok bahasan Perubahan Kenampakan Bumi dan Benda Langit.