36
BAB II
GAMBARAN UMUM MTS NEGERI 6 SLEMAN
A. Letak Geografis
Madrasah Tsanawiyah 6 Sleman merupakan salah satu madrasah negeri
yang ada di kota Sleman, terletak di Desa Sinduadi, Kecamatan Mlati,
Kabupaten Sleman, tepatnya yakni berada di Jalan Magelang KM 4,4 Sinduadi,
Mlati, Sleman, Yogyakarta.
MTsN 6 Sleman merupakan lembaga pendidikan Islam yang dibangun di
atas tanah seluas 1.535 m2 dan memiliki lokasi sangat strategis, akses jalannya
mudah, berada di daerah perkotaan. Meski demikian, proses belajar tetap
berjalan dengan nyaman dan tenang karena MTsN 6 Sleman berada di
lingkungan pendidikan, yakni bersebelahan dengan MAN 3 Sleman serta MIN
1 Sleman. berikut gambaran batasan wilayah secara umum:
1. Sebelah Utara : MAN 3 Sleman
2. Sebelah timur : Pusat Sumber Belajar Bersama (PSBB)
3. Sebelah selatan : Kampung Karang Waru
4. Sebelah barat : Kantor Desa Sinduadi atau Kampung Rogoyudan1
B. Sejarah Singkat
MTsN 6 Sleman berdiri pada tahun 1978. Sebelum bernama MTsN 6
Sleman, Madrasah ini bernama MTsN Yogyakarta 1. Sehubungan dengan
1 Hasil observasi lingkungan MTsN 6 Sleman pada hari Selasa, 1 Agustus 2017 pukul 09.15
WIB
37
Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 372 tahun 2015 tentang
perubahan nama Madrasah Aliyah Negeri, Madrasah Tsanawiyah Negeri, dan
Madrasah Ibtidaiyah Negeri di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta maka
MTsN Yogyakarta 1 berubah nama menjadi MTsN 6 Sleman.2
Pada awalnya, MTsN 6 Sleman berasal dari kelas I, II, dan III Pendidikan
Guru Agama Negeri (PGAN) 6 tahun Yogyakarta Kota Madya Yogyakarta, atas
dasar keputusan Menteri Agama RI No. 16 tahun 1987 yang merupakan
pelaksanaan lebih lanjut dari keputusan Presiden RI nomor 18 tahun 1975 yang
disempurnakan.
Dengan diterapkanya keputusan Menteri Agama itu, maka PGAN 6 tahun
Yogyakarta berubah menjadi PGAN Yogyakarta (tanpa 6 tahun) dengan tahun
siswa kelas IV, V, dan VI dari PGAN 6 tahun Yogyakarta dan kelas I, II, dan
III menjadi MTs N Yogyakarta 1 atau dengan kata lain PGAN 6 tahun dipecah
menjadi 2 lembaga pendidikan yang kepemimpinannya masih rangkap dengan
mantan kepala PGAN 6 tahun yang lama, pada waktu itu dijabat oleh Bapak
Sutaji, BA.
Berdasarkan surat keputusan kepala kantor wilayah Departemen Agama
Daerah Istimewa Yogyakarta nomor w. I / I.b/Pt /702/6.a/79 tanggal 16 agustus
tahun 1979, Bapak Dachri Ruslani SW, BA yang menjadi guru PGAN 6 Tahun
diangkat sebagai kepala MTsN 6 Sleman. Pelantikan dilaksanakan bersama-
sama, di kantor bidang pendidikan agama Islam jalan wijilan, Yogyakarta pada
2 Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Hadi selaku kepala MTsN 6 Sleman pada hari
Kamis, 3 Agustus 2017, pukul 08.44 WIB di Ruang Kepala Madrasah.
38
tanggal 7 september 1979. Dengan demikian, MTsN 6 Sleman secara resmi
mempunyai pimpinan, sejak saat itu.
Oleh karena MTsN 6 Sleman belum memiliki tempat/gedung dan
perlengkapan serrta personil yang menanganinya, maka PGAN Yogyakarta
untuk sementara meminjamkan kepada MTsN 6 Sleman, tujuh ruangan pelajar
yang lengkap dengan peralatan sarana kegiatan belajar
Kemudian, PGAN memberikan bantuan sebelas orang tenaga pengajar,
tujuh orang pegawai tata usaha, sekaligus mengusulkan pelimpahan tugasnya
kepada kepala kantor wilayah departemen agama DIY, agar bapak Djadjanto
dapat segera mengurus dan menangani pencairan daftar kegiatan ini bagi MTsN
6 Sleman tahun anggaran 1979/1980, yang sudah tersedia di kantor
perbendaharaan Negara di Yogyakarta sehubungan dengan hampir berakhirnya
masa pencairan/tahun anggaran
Pada tanggal 31 agustus 1992, kembali terjadi pergantian kepala
madrasah, sehubungan dengan bapak Iskandar memasuki masa pensiun, maka
sebagai penggantinya yaitu bapak Sukardi berdasarkan SK Menteri agama RI
Nomor W1/1b/145/-a/1992, pada tanggal 26 agustus 1992 beliau diangkat
sebagai kepala MTsN 6 Sleman.
Kemudian berdasarkan SK menteri Agama RI NOMOR
W1/1.b/104/Ia/1996, tertanggal 25 juli 1996, maka terhitung mulai tanggal 23
oktober 1996, MTsN 6 Sleman dipimpin oleh ibu Sri Sriwartiyah, setelah
terlebih dahulu diadakan serah terima jabatan pejabat lama yaitu bapak Drs.
Sukardi.
39
Selanjutnya untuk kesekian kalinya MTsN 6 Sleman mengalami
pergantian pimpinan, yaitu ibu Sri Suwartiyah digantikan oleh ibu Sumarmiyati
(NIP. 150 206 955) pada tanggal 31 juli 2001. Dan pada tanggal 21 Juli 2009,
MTsN 6 Sleman dipimpin oleh ibu Siti Nurdiyati berdasarkan SK Menteri
Agama RI Nomor KW.12.1/2/833/2009. Adapun Kepala Madrasah Saat ini
dipimpin oleh bapak Drs. H. Abdul Hadi, S.Pd, M.Pd.I (NIP.
196012201987031005) pada tanggal 26 Desember 2012.
Dalam perjalan kemajuan MTsN 6 Sleman sampai sekarang telah
dipimpin oleh 7 Kepala Madrasah, yaitu :
1. R. Dachri Roeslam Soenoewinoto, BA ( 7 September – 12 Agustus 1986,
2. Iskandar ( 12 Agustus 1986 – 31 Agustus 1992 ),
3. Drs. H. Sukardi ( 31 Agustus 1992 – 23 Oktober 1996 )
4. Dra. Hj. Sri Suwartiyah ( 23 Oktober 1996 – 30 Juli 2001 )
5. Dra. Hj. Sumarmiyati, M.Pd.I ( 30 juli 2001 - September 2009 )
6. Dra. Hj. Siti Nurdiyati, M.Pd.I ( September 2009 – Desember 2013)
7. Drs. H. Abdul Hadi, S.Pd., M.Pd.I ( 26 Desember 2013 – sekarang )
Keberadaan MTsN 6 Sleman yang berdiri sejak 16 Maret 1978,
merupakan pemisahan dari PGAN Yogyakarta 6 tahun yang pada tahun 1978
dipisah menjadi MTsN 6 Sleman dan MAN Yogyakarta III yang sekarang
menjadi MAN 3 Sleman. Semula MTsN 6 Sleman berada di bawah pembinaan
Departemen Agama Kota Yogyakarta, namun sejak otonomi daerah tahun 2003
sesuai dengan letak geografisnya yang berada di Desa Sinduadi Kecamatan
Mlati Kabupaten Sleman, maka dipindahkan pembinaannya menjadi bagian
40
dari Departemen Agama Kabupaten Sleman. Di samping factor historis, letak
geografis juga strategis, dekat dengan jalan raya, Stasiun TVRI Yogyakarta, dan
berada di perbatasan antara Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta,
menjadikan MTsN 6 Sleman dikenal luas oleh masyarakat Kota Yogyakarta dan
Kabupeten Sleman. Keadaan sosial budaya yang beragam, perbedaan latar
belakang pendidikan, ekonomi, dan budaya orang tua siswa berdampak dalam
keberhasilan peningkatan mutu pendidikan. Kebijakan penyelenggaraan
pendidikan di MTsN 6 Sleman sangat ditentukan oleh Kementerian Agama,
Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sleman dan Pemerintah Pusat yang
dipengaruhi pula oleh perkembangan politik daerah dan pusat.
Lingkungan MTsN 6 Sleman memiliki beberapa keunggulan antara lain:
1. Secara geografis letaknya strategis Jl. Magelang km 4,4 Yogyakarta.
2. Keadaan gedung secara umum kokoh, kuat dan terawat
3. Mempunyai masjid yang luas dua lantai, yang dapat menampung sampai
700 orang.
4. Satu kompleks dengan MAN 3 Sleman dan MIN 1 Sleman
5. Dekat dengan Stasiun TVRI Yogyakarta
6. Lokasi bangunan dan gedung cukup luas, menyatu dengan lapangan olah
raga dan gedung PSBB
7. Dekat dengan jalan raya Yogyakarta – Magelang sehingga mudah dalam
transportasi
8. Dekat dengan kantor Perbankan
41
9. Guru dan karyawan serta komite sekolah berkomitmen dalam mengelola
madrasah untuk menciptakan peserta didik yang saleh cinta bangsa dan
Negara.
10. Guru mempunyai peluang yang sama dalam mengakses, berpartisipasi,
dan memiliki kesempatan yang sama dalam meningkatkan pengelolaan
mutu sekolah.
Suksesnya program nasional penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun pada
Tahun Pelajaran 2014/2015, perlu adanya dukungan dari MTsN 6 Sleman
selaku lembaga pendidikan milik pemerintah, yang telah melakukan usaha-
usaha dalam bentuk kegiatan belajar mengajar baik intra maupun ektra, hal ini
dilakukan dengan harapan dapat memenuhi Kurikulum 2013 serta konsep
"School Based Management" khususnya di bidang Pendidikan Agama Islam
(PAI), dan memenuhi amanat Undang-undang No. 20/2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional serta upaya penyelenggaraan pemerintahan yang baik
(good governance), sehingga dapat memenuhi kepuasan pihak-pihak yang
terkait (stakeholders).
Dalam rangka untuk mengetahui keberhasilan suatu madrasah dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar khususnya dalam bidang PAI, MTsN
6 Sleman memerlukan tiga pola, yaitu Pola Tingkah Laku, Pola Berfikir dan
Sikap, oleh karena itu MTs selalu dipandang sebagai salah satu tempat yang
cocok untuk membelajarkan pendidikan agama di samping keluarga, sedangkan
untuk mengetahui kinerja, kami setiap tahunnya membuat laporan akuntabilitas
kinerja madrasah.
42
Prestasi MTsN 6 Sleman dari tahun ke tahun semakin meningkat setelah
dilakukan perubahan sistem manajemen pelayanan dengan slogan “Madrasah
Lebih Baik, Lebih Baik Madrasah”, dengan visi ingin melahirkan generasi
bangsa yang intelek dunia akhirat dan bermanfaat sepanjang hidup. Generasi
yang cerdas memahami ayat-ayat kauniyah-kauliyah, pesan-pesan agama dan
mampu mengaplikasikan dalam segala bidang kehidupan.
Seiring dengan peningkatan prestasi dan apresiasi masyarakat yang
semakin besar terhadap MTsN 6 Sleman, maka perlu ada peningkatan standar
mutu pendidikannya menjadi madrasah yang unggul. Untuk itu diperlukan
beberapa pembenahan dan penambahan fasilitas yang menjadi pendukung
sebagai madrasah unggulan. Beberapa hal mendesak untuk diadakan atau
dibenahi antara lain laboratorium bahasa, laboratorium komputer, laboratorium
IPA, penambahan fasilitas ruang kelas, ruang UKS, ruang keterampilan, studio
musik, ruang aula, ruang lobi, ruang satpam, ruang operator CCTV, dan
peningkatan kapasitas internet.3
C. Visi, Misi, dan Tujuan
1. Visi
Visi MTsN 6 Sleman adalah Mewujudkan Pribadi Muslim Yang
Unggul, Inklusif, Berwawasan Global dan Ramah Lingkungan.
Berdasarkan Visi di atas, MTsN 6 Sleman menjabarkan dalam bentuk
indikator sebagai berikut :
3 Hasil dokumentasi bagian TU pada hari Rabu, 2 Agustus 2017 pukul 11.50 WIB.
43
a. Terwujudnya lulusan yang berakhlak mulia
b. Terwujudnya lulusan yang menguasai ilmu agama Islam
c. Terwujudnya lulusan yang berprestasi dalam bidang ilmu pengetahuan
saint dan teknologi
d. Terwujudnya lulusan yang unggul dalam bahasa
e. Terwujudnya lulusan yang unggul dalam tahfidz
f. Terwujudnya lulusan yang berprestasi dalam olah raga, seni, dan budaya
g. Terwujudnya lulusan yang peduli,berbudaya dan cinta lingkungan.
h. Terwujudnya lulusan yang siap mengabdi pada agama, masyarakat dan
Negara.
2. Misi
a. Mewujudkan lulusan yang berakhlak mulia.
b. Mewujudkan lulusan yang menguasai ilmu agama Islam
c. Mewujudkan lulusan yanng berprestasi dalam bidang ilmu pengetahuan
sain dan teknologi.
d. Mewujudkan lulusan unggul yang dalam bahasa
e. Mewujudkan lulusan unggul yang dalam bidang tahfidz
f. Mewujudkan lulusan yang berprestasi dalam olah raga, seni, dan budaya
g. Mewujudkan lulusan yang peduli, berbudaya dan cinta lingkungan
h. Mewujudkan lulusan yang siap mengabdi pada agama, masyarakat, dan
Negara.
44
3. Tujuan
Dalam mengemban Misi, MTsN 6 Sleman telah merumuskan
beberapa tujuan antara lain :
a. Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan
kepada jenjang yang lebih tinggi.
b. Meningkatkan pengetahuan siswa mengembangkan diri sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian yang dijiwai
ajaran Islam.
c. Meningkatkan kepedulian siswa kepada lingkungan hidup dan
menjadikannya sebagai kebiasaan
d. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya
dan alam sekitarnya yang dijiwai ajaran Agama Islam.4
D. Struktur Organisasi
MTsN 6 Sleman sebagai lembaga pendidikan formal mempunyai struktur
organisasi yang berfungsi untuk mengatur sistem kerja dan hubungan antara
satu bagian dengan bagian lain, sehingga program bisa terlaksana dengan baik.
Adapun struktur organisasi MTsN 6 Sleman adalah sebagai berikut :
4 Hasil dokumentasi bagian TU pada hari Rabu, 2 Agustus 2017 pukul 11.50 WIB.
45
Tabel I: Struktur Organisasi MTsN 6 Sleman
1. Kepala Madrasah
Kepala Madrasah di MTsN 6 Sleman adalah pimpinan bidang
eksekutif yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pengajaran dan
pendidikan secara menyeluruh serta berfungsi dan bertugas sebagai
edukator, manajer, administrator, dan supervisor di MTsN 6 Sleman.
Wali Kelas
Dewan Guru
Kepala Madrasah
Drs. H. Abdul Hadi, S.Pd, M. Pd.I Komite
Joko Wahono, S.
Pd
Kepala Urusan TU
Agus Rifat Asnawan, S. Pd
Staff TU
WAKAUR Kurikulum
Suwardi, S. S
WAKAUR Kesiswaan
A. Yusmanto, S. Pd
WAKAUR Humas
Sutarjo, M. Pd I
WAKAUR SarPras
Drs. Sirojul Huda
Siswa
46
2. Tata Usaha (TU)
Tata usaha bertanggungjawab terhadap segala hal yang berhubungan
dengan administrasi kepegawaian, kesiswaan dan administrasi keuangan,
mengumpulkan data dan menyajikan serta mengatur ruangan
3. Wakil Kepala Madrasah
Wakil kepala madrasah berugas membantu Kepala Madrasah untuk
bidang-bidang tertentu baik internal maupun eksternal. Dan pada saat-saat
tertentu, Wakil Kepala Madrasah dapat bertindak sebagai Kepala Madrasah.
Wakil Kepala Madrasah MTsN 6 Sleman terbagi menjadi :
a. Wakil Kepala Urusan Sarana/Prasarana
b. Wakil Kepala Urusan Kurikulum
c. Wakil Kepala Urusan Kesiswaan
d. Wakil Kepala Urusan Humas
4. Komite Sekolah
Komite Sekolah bertugas membantu mengurusi tunjangan dan
santunan bagi penyelenggaraan pendidikan. Begitu juga permasalahan
anggaran sekolah, baik menyangkut pendapatan dan pembiayaan untuk
kemajuan madrasah.5
5 Hasil dokumentasi bagian TU pada hari Rabu, 2 Agustus 2017 pukul 11.50 WIB.
47
E. Guru dan Karyawan
1. Data Guru dan Pegawai Tetap
No. NAMA NIP GO
L
TM
T
JABATA
N
1 Drs.ABDUL HADI,S.Pd,
M.Pd.I
1960122019830310
05
IV/a 01-10-
2001
Kepala
Madrsah
2 Dra. SUMINI 1955041219820320
02
IV/a 01-10-
1999
Guru
Pembina
3 Dra.MIFTACHUROCHM
AH
1963052019870320
01
IV/a 01-10-
2003
Guru
Pembina
4 Dra.HERAWATI 1956071119830320
03
IV/a 01-10-
2003
Guru
Pembina
5 Drs. SUYANTO 1964071019930310
05
IV/a 01-10-
2004
Guru
Pembina
6 SRI WIBAWANI, S.Pd. 1957020919810320
00
IV/a 01-10-
2006
Guru
Pembina
7 SURYANTI,BA 1963040219870320
03
IV/a 01-04-
2007
Guru
Pembina
8 SUPRIYOTO, S.Pd. 1966061819960310
01
IV/a 01-10-
2008
Guru
Pembina
9 Drs. T O L A L 19580906
1985031010
IV/a 01-10-
2008
Guru
Pembina
10 Dra.AMI SOLICHATI 1968032219950320
03
IV/a 01-10-
2008
Guru
Pembina
48
11 Dra. ZUMROTUL
ASLAH, M.Pd.I
1970050819960320
03
IV/a 01-10-
2008
Guru
Pembina
12 DINA ANDRIYANTI,
S.Pd.
1969010479960320
01
IV/a 01-10-
2008
Guru
Pembina
13 Drs.SUKARDI 1957030819790320
03
IV/a 01-04-
2009
Guru
Pembina
14 Dra.SRI WIDAYATI 1967081419980320
02
IV/a 01-10-
2009
Guru
Pembina
15 WIDYASTUTI
FATIMAH IS.Pd
1972091719970320
03
IV/a 01-10-
2010
Guru
Pembina
16 SRI WAHYUNI,S.Ag 1502771340000000
00
IV/a 01-10-
2010
Guru
Pembina
17 Dra.RINI WIJAYANTI 1965101719980220
01
IV/a 01-10-
2010
Guru
Pembina
18 Drs. SIROJUL HUDA 1968030619990310
00
IV/a 01-04-
2011
Guru
Pembina
19 Dra. SRI MUHAYANAH '1968010619990320
01
IV/a 01-04-
2011
Guru
Pembina
20 RIYANTO,BA 1956081779860310
18
IV/a 01-10-
2012
Guru
Pembina
21 Drs. PARTONO HADI
SANTOSO
1958090819850310
00
IV/a 01-10-
2012
Guru
Pembina
22 Drs. WAKIJA 1963041219970210
00
IV/a 01-10-
2012
Guru
Pembina
49
23 LILIS UMMI FA'IZAH,
S.Pd., M.A
1971111019960320
02
IV/a 01-10-
2013
Guru
Dewasa
24 Dra. SOMYATI 1964030320111220
00
IV/a 01-04-
2013
Guru
Pembina
25 YUSUF PANGGUNG
SURAME, S.Pd.
1964101819860310
00
III/d 01-10-
2012
Guru
Dewasa
Tk I
26 SITI IKHSANAH, S.Pd. 1968072919951220
00
III/d 01-10-
2012
Guru
Dewasa
Tk I
27 UTAMININGSIH 1972120720050120
01
III/d 01-04-
2013
Guru
Dewasa
Tk I
28 SUTARJO, M.Pd.I 1974012420070110
23
III/b 01-10-
2011
Guru
Madya
Tk I
29 MOCH NUR HIDAYAT,
S.Ag.
1970080920070110
22
III/b 01-10-
2011
Guru
Madya
Tk I
30 BUDI SANTOSO, S.Pd. 1981052620071010
02
III/b 01-10-
2012
Guru
Madya
Tk I
31 SUWARDI, SS. 1504317360000000
00
III/b 01-03-
2013
Guru
Madya
Tk I
50
32 AGUSTINUS
YUSMANTO, S.Pd.
1967070920070110
00
III/b 01-04-
2013
Guru
Madya
Tk I
33 ASIH DWI LESTARI,
S.Pd
1969020819930320
01
IV/a 01-06-
2016
Guru
Madya
34 RUCHIATUS SUN
AENI, S.Pd
1965091919920320
01
IV/a 01-06-
2016
Guru
Madya
35 Dra. SRI EKA
WIDIASTUTI
1969111819940320
02
IV/a 01-06-
2016
Guru
Madya
36 SAPTINI, S.Pd
1978080520050120
04
III/d 01-06-
2016
Guru
Muda
37 ANANG SUMARNA,
S.Ag
1978071420050110
06
III/d 01-06-
2016
Guru
Muda
Tabel II: Data Guru dan Pegawai Tetap MTsN 6 Sleman6
2. Tenaga Kependidikan
Pegawai Tata Usaha dan GTT/PTT
No. NAMA NIP GOL TMT JABATAN
1 AGUS RIFAT
ASNAWAN,S.PdI
196508121986031005 III/d 01-
04-
2014
Penata Tk. I
6 Hasil dokumentasi bagian TU pada hari Rabu, 2 Agustus 2017 pukul 11.50 WIB.
51
2 MAEMUNAH 196804121989112001 III/a 01-
04-
2012
Penata Muda
3 SEPTI TAMTI
REJEKI
196609101997032001 II/d 01-
10-
2008
Pengatur
Tk I
4 SUCI NURUL
HIDAYATI
198306232006042018 II/b 01-
04-
2010
Pengatur
Muda Tk. I
5 SRI WIJI
LESTARI
196809172007012026 II/b 01-
04-
2012
Pengatur
Muda Tk. I
6 SUBARNO 197408092009101003 II/b 01-
04-
2014
Pengatur
7 KADARISNO 197105042005011004 II/a 01-
07-
2006
Pengatur
Muda
8 UNDANG
SUDIRMAN,
S.Pd.
GTT
9 SRI KASTIWI PTT
10 SITI
ROCHADINA
GTT
11 SLAMET PTT
52
12 WENING
PRIHADI
GTT
13 RAHMI
PUJIASTUTI,
S.Si
PTT
14 MURDIANA PTT
15 KHANIFUDIN,
S.Pd.I
GTT
16 IQBAL ARFA
DAENG, S.Pd.I
GTT
Tabel III: Data Pegawai Tata Usaha dan GTT/PTT MTsN 6 Sleman7
Tenaga Pendidik di MTsN 6 Sleman berperan sebagai pengganti orang
tua, mereka membina peserta didik, memantau kehidupan kesehariannya dan
mengarahkannya. Sedangkan orang tua di rumah memantau perkembangan
anaknya dengan berkomunikasi dengan para pendidik di madrasah. perlu
adanya kerjasama yang baik antara orang tua dan pihak madrasah termasuk
dalam menanamkan kesadaran lingkungan melalui pertemuan orang tua dan
peserta didik dengan pihak madrasah beserta serangkaian kegiatan yang telah
terprogramkan.
7 Hasil dokumentasi bagian TU pada hari Rabu, 2 Agustus 2017 pukul 11.50 WIB.
53
F. Siswa
Siswa MTsN 6 Sleman adalah mereka yang telah dinyatakan lulus dan
diterima ketika penerimaan siswa didik baru MTsN 6 Sleman dinyatakan lulus,
dinyatakan pindah atau dikeluarkan.
Jumlah siswa keseluruhan di MTsN 6 Sleman pada tahun ajaran
2017/2018 adalah sebagai berikut:
Kelas
Jenis Kelamin
Jumlah Wali Kelas
L P
VII A 17 16 33
H.Supriyoto, S. Pd,
M. Pd
VII B 19 14 33
Hj. Zumrotul Aslah,
M. Pd
VII C 16 16 32
Widyastuti Fatimah
Ikhsan, S. Pd
VII D 13 19 32 Siti Ikhsanah, S. Pd
VII E 17 16 33 Dra. Sri Widayati
VIII A 13 20 33
Dina Andriyanti, S.
Pd, M. Pd
VIII B 14 18 32 Dra. Somyati
VIII C 14 19 33 Saptini, S. Pd
54
VIII D 14 20 34
Dra. Sri Eka
Widiastuti
VIII E 12 20 32 Drs. Wakija
XI A 9 17 26
Dra. Hj. Rini
Wijayanti, M.Pd
XI B 13 13 26 Drs. Suyanto
XI C 11 17 28 Suryanti, B.A
XI D 12 16 28 Dra. Ami Solichati
XI E 16 10 26 Dra. Ami Solichati
XI F 16 9 25 Asi Dwi Lestari, S. Pd
Jumlah 226 260 486
Tabel IV: Jumlah Siswa dan Wali Kelas MTsN 6 Sleman8
Adapun ketentuan seragam siswa dalam satu minggu adalah sebagai
berikut:
Hari Senin, Selasa dan Rabu : Putih, Biru
Hari Kamis : Putih, Biru
Hari Jumat : Batik
Hari Sabtu : Pramuka 9
8 Hasil dokumentasi dengan bapak A. Yusmanto selaku wakil kepala sekolah urusan
kesiswaan pada hari Sabtu, 26 Agustus 2017 pukul 10.55 WIB. 9 Hasil dokumentasi bagian TU pada hari Rabu, 2 Agustus 2017 pukul 11.50 WIB.
55
G. Sarana dan Prasarana
Bidang sarana dan prasarana merupakan salah satu elemen yang
terpenting di MTsN 6 Sleman dalam mencapai prestasi pembelajaran. Di MTsN
6 Sleman bidang sarana prasarana bertugas mengurus kelengkapan sarana dan
prasarana penunjang kegiatan belajar mengajar yang ada di MTsN 6 Sleman
yang mana bidang ini dipegang oleh Waka Bidang Sarana Prasarana MTsN 6
Sleman bapak Drs. Sirojul Huda.
Sarana dan Prasarana yang dimiliki oleh MTsN 6 Sleman di antaranya :
1. Ruang kelas
MTsN 6 Sleman memiliki 16 ruang belajar, yang digunakan untuk
ruang belajar/kelas VII sd IX. Kelas VII terdiri dari 5 kelas (VII A sampai
VII E), kelas VIII terdiri dari 5 kelas (VIII A sampai VIII E), dan kelas XI
terdiri dari 6 Kelas (XI A sampai XI F). Secara keseluruhan, ruang kelas
MTsN 6 Sleman memiliki saran penunjang berupa white board,
boardmaker, meja dan kursi guru, meja dan kursi murid, lcd serta peralatan
kebersihan.
2. Ruangan Laboratorium
MTsN 6 Sleman memiliki laboratorium IPA dan Laboratorium TIK
(Komputer).
56
3. Ruangan Bimbingan dan Konseling
MTsN 6 Sleman memiliki 1 ruangan untuk bimbingan konseling yang
terdiri dari ruang konseling, ruang untuk kerja, meja, kursi, almari, papan
tulis, bagan mekanisme penanganan masalah peserta didik di sekolah, bagan
mekanisme kerja, struktur organisasi BK.
4. Lapangan Olahraga dan Upacara
MTsN 6 Sleman memiliki sebuah lapangan yang keberadaannya
sangat dibutuhkan dalam rangka menunjang kegiatan sekolah, yakni untuk
upacara bendera serta kegiatan olahraga, di antaranya : basket, sepak bola,
lompat jauh, voli, tolak peluru, senam pagi, dan kegiatan keolahragaan
lainnya.
5. Green House
Tempat untuk mewadahi kegiatan siswa untuk bercocok tanam. Green
House ini berupa ruangan dengan banyak tanaman di dalamnya, hal ini
sebagai wujud sekolah adiwiyata.
6. Ruang Ibadah (Masjid)
Masjid milik MTsN 6 Sleman bernama Masjid Darul Adzkiya’.
Masjid ini memiliki 2 lantai, diketuai oleh takmir masjid yaitu bapak Yusuf
Panggung Surame.
57
7. Ruang Kepala Madrasah
MTsN 6 Sleman memiliki Sebuah ruangan untuk kepala madrasah
yang terdiri dari meja kursi kerja, kalender akademik, meja kursi untuk
menerima tamu, dan juga etalase untuk piala-piala.
8. Ruang Wakil Kepala Madrsah
Ruang ini terdiri dari beberapa meja dan kursi kerja yang digunakan
untuk Wakil Kepala bidang Kurikulum, Kesiswaan, Humas, Sarana
Prasarana. Ruangan ini terdiri dari meja dan kursi guru, bel untuk pergantian
pelajaran, mikrofon yang digunakan untuk memberikan pengumuman
9. Ruang Guru
Ruang guru di MTsN 6 Sleman menampung kurang lebih 30 orang
guru. Ruangan ini terdiri dari meja dan kursi guru, tempat menyimpan buku
point untuk siswa yang melanggar peraturan, buku presensi siswa, buku
untuk siswa yang sedang berhalangan, surat ijin untuk siswa yang terlambat
maupun yang berhalangan mengikuti pelajaran di sekolah, dan sebagainya.
10. Ruang Tata Usaha
Ruang Tata Usaha berfungsi sebagai pusat administrasi sekolah, baik
yang berhubungan dengan peserta didik, karyawan, maupun guru. Ruang
TU terdiri dari beberapa meja dan kursi untuk karyawan dan untuk
menerima tamu, almari untuk menyimpan arsip, alat untuk presensi guru
dan karyawan, telepon sekolah, mesin ketik, dan komputer.
58
11. Sanggar Siswa
Sanggar siswa terdiri dari ruang OSIS, studio musik, UKS, olahraga,
dan pramuka.
12. Perpustakaan
Perpustakaan MTsN 6 Sleman memiliki tiga ruangan yang digabung.
Ruang pertama terdiri dari meja dan kursi yang disediakan untuk tempat
membaca. Ruang kedua merupakan ruang penjaga perpustakaan yang
mengatur sirkulasi peminjaman dan pengembalian buku yang terdiri atas
beberapa meja dan kursi pelayanan peminjaman dan pengembalian buku,
komputer yang digunakan untuk kegiatan penyimpanan arsip perpustakaan,
program kerja, dan lain-lain, sedangkan ruang ketiga sebagai ruang
referensi. Selain itu, perpustakaan ini juga terdiri dari beberapa rak buku
yang di dalamnya berisi buku-buku pelajaran sekolah, eksakta, buku umum,
buku agama, buku fiksi dan non-fiksi, majalah, koran-koran, globe, peta,
dan sebagainya.
13. Fasilitas Ruang Lain
a. Gazebo
b. Ruang koperasi sekolah
c. Kantin
d. Tempat parkir
59
e. Kamar mandi untuk guru dan karyawan
f. Kamar mandi untuk siswa
Data Sarana dan Prasarana
1. Tanah : 17.180 m² (sesuai sertifikat) yang digunakan
bersama MAN 3 Sleman
2. Luas Bangunan : 2.689 m² (luas sesuai dengan Kartu Inventaris
Barang/KIB)
Terdiri dari :
NO RUANG JUMLAH LUAS
1 R. Kelas 16 952 m²
2 R. Perpustakaan 1 110 m²
3 R. Guru 1 112 m²
4 R. Kepala Madrasah 1 28 m²
5 R. Tata Usaha 1 64 m²
6 Bimbingan Konseling 1 40 m²
7 R. Komputer 1 105 m²
8 Masjid 2 420 m²
9 Kamar Mandi / WC 19 36 m²
10 R. Pramuka 1 52 m²
11 R. Tata Boga 1 56 m²
12 Ketrampilan 1 53 m²
60
13 R. Koperasi 1 42 m²
14 R. UKS 1 35 m²
15 R. Pertemuan 2 126 m²
16 R. Musik 1 21 m²
17 R. Penjaga 1 42 m²
18 R. OSIS 1 21 m²
19 R. Lab. IPA 1 105 m²
20 Asrama siswa 1 120 m²
21 Ruang Wakil Kepala Madrasah 1 45 m²
22 Tempat Parkir 1 48 m²
23 Kantin 1 56 m²
Jumlah 53 2689 m²
Tabel V: Data Sarana dan Prasarana
Peningkat Sarana dan Prasana
1. Setiap tahun (bila mana diperlukan) dilakukan pemeliharaan gedung dan
ruangan serta lingkungan (pengecatan dan perbaikan) Swadaya / APBN.
2. Perlengkapan kegiatan belajar mengajar, senantiasa dilengkapi dan
diusahakan sesuai dengan program pendidikan dan kegiatan madrasah,
misal: Peralatan Perpustakaan, Laboratorium, Olahraga, Keterampilan,
Kesenian, Perkantoran, dll
3. Saat ini MTsN 6 Sleman telah dilengkapi dengan jaringan internet/WIFI.10
10 Hasil dokumentasi dengan bapak Sirojul Huda selaku wakil kepala sekolah urusan sarana
dan prasarana pada hari Sabtu, 26 Agustus 2017 pukul 11.10 WIB.
61
MTsN 6 Sleman memiliki fasilitas yang memadai sebagai tempat belajar
peserta didik. Tersedianya fasilitas yang mendukung terbentuknya sensitifitas
peserta didik dengan lingkungan seperti tersedianya kamar mandi yang
berfungsi dengan baik, tempat pembuangan sampah yang sudah terpilah
(organik-kertas-plastik), adanya slogan-slogan ajakan menjaga lingkungan
yang terpampang di setiap sudut sekolah, greenhouse, kolam ikan, taman yang
asri, gazebo-gazebo yang nyaman untuk belajar karena kondisi lingkungan
madrasah yang hijau, bersih dan sehat menjadi semangat tersendiri bagi peserta
didik dan semua warga madrasah untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari.
H. Manajemen Madrasah
Konsep menajemen yang diterapkan sejak tahun 2010 adalah open,
kolegial, dan transparan-akuntable. Open manajemen dalam pengertian semua
program kegiatan/kerja, pembiayaan dan pelaksananya bisa diketahui oleh
semua orang. Manajemen kolegial artinya semua keputusan dibuat bersama
dalam team, bukan melulu dari Kepala Madrasah. Dengan prinsip super team
bukan supermen, telah membuka partisipasi dan tanggung jawab dari semua
pihak. Transparan dalam pengelolaan keuangan dan akuntable. Semua boleh
mengetahui besar anggaran dan alokasinya.
Dalam pelaksanaannya Kepala Madrasah dibantu oleh 4 Wakil Kepala
Madrasah, yaitu Kepala Madrasah Urusan Kurikulum, Wakil Kepala Madrasah
Urusan Kesiswaan, Kepala Madrasah Urusan Humas, dan Wakil Kepala
Madrasah Urusan Sarana dan Prasarana.
62
I. Teknik dan Kekhasan Pembelajaran (Keunggulan)
Sistem pembelajaran berbasis kontektual, saintifik, dengan memanfaatkan
lingkungan sebagai media pembelajaran. Kekhasan Pembelajaran di MTsN 6
Sleman.
1. Pembelajaran Agama memanfaatkan masjid sebagai pusat belajar.
2. Pembelajaran berbasis lingkungan dengan memanfaatkan lingkungan yang
telah dirancang sebagai taman, laboratorium dan sekaligus tempat belajar.
3. Pembelajaran berbasis IT dengan fasilitas WIFI yang dapat diakses pada
semua tempat di madrasah.
J. Kurikulum
Kurikulum yang dipakai di madrasah meliputi kurikulum pendidikan
nasional, kurikulum kementerian agama, muatan lokal, serta kurikulum
Rintisan Madrasah Unggul.
1. Muatan Lokal
Muatan lokal terdiri dari mata pelajaran Bahasa Jawa, Piwulang
Agung Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, dan Kewirausahaan.
2. Rintisan Madrasah Unggul
Program Unggul yang dirintis di MTsN 6 Sleman meliputi Sains,
Bahasa, Tahfidz, dan Enterpreneurship ( kewirausahaan ). Program ini
setiap minggu masing-masing dilaksanakan 5 kali pertemuan ( JTM).
63
Program sains bertujuan menggali dan mengembangkan bakat minat
siswa dalam bidang Matematika, Fisika, dan Biologi secara maksimal
sehingga dapat mencapai prestasi dalam olympiade sains di tingkat nasional
maupun internasional. Program Tahfidz, bertujuan untuk menghasilkan
siswa-siswa yang hafal Al-Qur’an, minimal jus 30 dan 29.
Program Bahasa bertujuan untuk meningkatkan penguasaan Bahasa
Arab dan Bahasa Inggris secara aktif, dapat memamahi kandungan Al-
Qur’an, serta mampu berpidato / berdakwah dengan Bahasa Arab dan atau
Bahasa Inggris. Program Enterpreneurship ( kewirausahaan ) bertujuan
untuk membangun jiwa berwira usaha / kemandirian siswa sejak dini,
berwawasan global, dan mampu memahami makna kehidupan secara
dinamis dan inovatif sesuai petunjuk Al-Qur’an dan sunah nabi.
3. Kegiatan Pengembangan Diri
Kegiatan pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengeskpresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta
didik sesuai dengan kondisi madrasah.
Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh
konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam
bentuk kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan antara lain melalui
kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi
64
dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier peserta didik serta
kegiatan kepramukaan, kepemimpinan, dan kelompok ilmiah remaja.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran. Penilaian
kegiatan pengembangan diri dilakukan secara kualitatif, tidak kuantitatif
seperti pada mata pelajaran. Kegiatan pembiasaan diri berupa Sholat Dhuha,
Sholat Luhur berjamaah, dan tadarus Al-Qur’an, dan berpidato. Sholat
Dhuha dilaksanakan pukul 06.45 sampai dengan 07.15, dilanjutkan tadarus
Al-Qur’an di kelas pukul 07.15 sampai dengan pukul 07.25 kemudian
dilanjutkan dengan kegiatan belajar mengajar. Pembiasaan pidato
dilaksanakan setiap pagi sesudah sholat Dhuha, dan setiap hari Kamis
setelah sholat Dhuhur.
4. Kegiatan Bimbingan dan Konseling
Kegiatan Bimbingan dan Konseleing dilakukan secara aktif oleh guru
BK, tidak hanya pada tingkat kesulitan belajar di Madrasah, tetapi sampai
pada kesulitan ekonomi dan permasalahan keluarga. Misalnya kebutuhan
dasar dari siswa, pakaian, sepatu, uang jajan, sampai pada membangkitkan
semangat / motivasi untuk merubah kehidupan di masa yang akan datang
dengan lebih baik. Setiap menemukan masalah langsung cepat ditangani
dan diselesaikan. Demikian juga program kegiatan parenting kerja sama
dengan Anak Jenius Indonesia ( AJI ), dan juga mengundang orang tua
sukses. Program Alih Tangan Kasus, kerja sama dengan Tumbuh Kembang
Anak RS. Sarjito, Fakultas Psikologi UGM, dan Pondok Pesantren Al-Qodir
65
Cangkringan. Untuk Bimbingan Kelanjutan Study kerjasama dengan
sekolah-sekolah faforit. Untuk mengetahui bakat minat dan kecerdasan
siswa kerja sama dengan Lembaga Psikologi Bina Asih.
5. Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler berupa :
a. Pramuka (wajib)
b. Sepak Bola
c. Karya Ilmiah Remaja (KIR)
d. Tartil AL-Qur’an
e. Qiro’ah
f. Tenis Meja
g. Palang Merah Remaja
h. Mading
i. English Convertation Club
j. Batik
k. Band
l. Pembinaan Olimpiade MIPA
m. Tonti
n. Sepak bola
o. Tapak Suci
p. Basket
q. Hadroh
r. Tahfidzul Qur’an
66
s. Muhadatsah
t. Kader Lingkungan Madrasah
Setiap peserta didik wajib mengikuti ekstra kurikuler Pramuka dan
diberi kesempatan untuk memilih satu jenis ekstra kurikuler yang ada di
MTsN 6 Sleman. Segala aktivitas peserta didik yang berkenaan dengan
kegiatan ini di bawah pembinaan dan pengawasan guru yang telah diberi
tugas oleh Kepala Sekolah.
6. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan global
Pendidikan berbasis keunggulan lokal meliputi batik, kerajinan ukir,
sablon, hidroponik, akuaponik, pengolahan sampah.
7. Sekolah Berbudaya Lingkungan dan Peduli Lingkungan
Bermula dari realitas lingkungan madrasah yang memprihatinkan dan
ketidakpedulian civitas akademika madrasah terhadap keindahan dan
kebersihan lingkungan dan dipicu cuaca akibat global warning sehingga
lingkungan madrasah terasa kurang sejuk dan nyaman. Hal ini
menyebabkan siswa, karyawan , dan guru kurang betah berlama-lama untuk
menyelesaikan tugas di lingkungan sekolah.
Berbekal semangat dan kepedulian terhadap lingkungan maka
munculah ide untuk mewujudkan lingkungan madrasah yang hijau dan
bersih. Bersamaan dengan hal itu MTsN 6 Sleman terpilih sebagai Go
Green School.
67
Kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan keinginan itu adalah
penghijauan di lingkungan madrasah, penanganan sampah secara intensif,
dan pemanfaatan air limbah wudhu.
8. Program-program Unggulan Inovatif (kekhasan)
Madrasah adalah salah satu pilar bangsa yang turut membidani
lahirnya generasi masa depan yang memiliki keunggulan di bidang Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi serta memiliki ketinggian di bidang budi
pekerti. Dalam kurun waktu yang cukup panjang MTsN 6 Sleman
menyadari akan tanggung jawab tersebut. Berbagai kegiatan madrasah
bukan saja ditekankan pada kecerdasan yang bersifat kognitif namun juga
yang bersifat afektif. Upaya agar peserta didik dapat menginternalisasikan
nilai-nilai luhur yang mereka dapatkan di dalam kelas maka dilakukan pula
berbagai kegiatan keagamaan yang mendukung berbagai program
sebagaimana dimaksud, misalnya:
a. Sholat dhuha
Kegiatan sholat dhuha dilaksanakan setiap hari, mulai pukul 6.45
sampai 7.00 WIB secara berjamaah dan kemudian dilanjutkan dengan
pembacaan hadits.
b. Sholat lail
Sholat lail merupakan kegiatan pembiasaan para peserta didik
yang dilaksanakan satu semester sekali untuk setiap jenjang pendidikan.
68
c. Mujahadah
Dalam upaya menyeimbangkan kecerdasan yang bersifat kognitif
dengan kecerdasan yang bersifat spiritual kegiatan mujahadah di
lingkungan MTsN 6 Sleman dilaksanakan setiap hari Jum’at setelah
sholat Jum’at dengan membaca Ratibul Hadad yang dikarang oleh
Syekh Alawi Al Hadad.
d. Sholat jenazah
Sholat jenazah adalah salah satu materi pelajaran yang telah
didapatkan oleh para siswa pada semester genap kelas VII. Pada
berbagai kesempatan misalnya ada warga madrasah atau warga
masyarakat sekitar madrasah yang meninggal dunia maka sebagian
peserta didik diajak untuk mensholatkan jenasah. Kebijakan untuk
menyertakan para peserta didik untuk turut mensholatkan jenasah warga
di lingkungan sekitar madrasah di samping untuk menanamkan
pembiasaan kepada para peserta didik, hal tersebut juga dimaksudkan
untuk mendekatkan warga madrasah dengan masyarakat di
sekelilingnya.
e. Tadarus Al Qur’an
Pagi hari setelah para siswa/siswi MTsN 6 Sleman melaksanakan
sholat dhuha maka kemudian mereka masuk kelas dan dilanjutkan
dengan tadarus Al Qur’an dengan bimbingan para guru yang mengajar
pada jam pertama.
69
f. Tahfidzul Qur’an.
Program Tahfidzul Qur’an pada tahun ajaran 2013/2014
dikhususkan untuk dua kelas dengan bimbingan empat orang guru.
Kegiatan ini dilaksanakan pada waktu setelah sholat dhuha dan siang
hari pada jam 13.30 sampai dengan jam 14.10 WIB. Kegiatan tahfidzul
Qur’an di MTsN 6 Sleman menggunakan metode setoran. Dalam hal ini
para peserta didik ketika berhadapan dengan guru pembimbingnya akan
membacakan ayat-ayat Al Qur’an yang sebelumnya telah mereka
hafalkan di rumah. Pada kelas VII ditargetkan para peserta didik telah
menyelesaikan juz yang ke-30, kelas VIII menyelesaikan juz ke-29 dan
kelas IX telah dapat menghafalkan surat-surat pilihan semisal: Al Mulk,
al Waqiah, ar Rahman, Yasin dan as Sajdah.
g. Pesantren Romadhon
Bulan Ramadhan adalah momentum yang sangat tepat untuk
meng-upgrade para peserta didik dalam meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah SWT. Dalam kegiatan Pesantren Ramadhan
diadakan kegiatan berbagai kegiatan perlombaan keagamaan di samping
kegiatan mabit dan sholat tarawih bersama-sama. Kegiatan tadarus Al
Qur’an yang setiap harinya berlangsung selama kurang lebih selama 15
menit maka pada bulan romadhon kegiatan tersebut berlangsung sampai
satu jam dengan didampingi oleh Bapak/Ibu guru yang bertugas untuk
memahami kandungan Al Qur’an.11
11 Hasil dokumentasi bagian TU pada hari Rabu, 2 Agustus 2017 pukul 11.50 WIB.
70
BAB III
PERAN DAN KONTRIBUSI PAI DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA
PEDULI LINGKUNGAN PADA PROGRAM ADIWIYATA BAGI SISWA
MTsN 6 SLEMAN
A. Implementasi Program Adiwiyata di MTsN 6 Sleman
MTsN 6 Sleman telah mendapat penghargaan Adiwiyata sejak tahun
2014. Bapak Abdul Hadi mengungkapkan bahwa pada tahun 2013 prioritas
utama MTsN 6 Sleman adalah untuk membangun lingkungan. Pada mulanya
perbaikan keadaan lingkungan di MTsN 6 Sleman bukan ditujukan untuk
mengikuti penghargaan adiwiyata melainkan untuk membuat warga madrasah
merasa nyaman melakukan kegiatan di lingkungan MTsN 6 Sleman. Setelah
lingkungan MTsN 6 Sleman sudah diperbaiki menjadi lebih sejuk dan nyaman,
kepala kantor Kementerian Agama Kabupaten Sleman menyarankan untuk
mengikuti penilaian madrasah adiwiyata. Setelah melalui banyak pertimbangan
akhirnya seluruh civitas akademika MTsN 6 Sleman menyiapkan diri untuk
mengikuti penilaian adiwiyata, hingga MTsN 6 Sleman berhasil meraih juara 1
madrasah adiwiyata se-Kabupaten Sleman. Setelah berhasil mendapatkan juara
1 di tingkat kabupaten, seluruh warga madrasah menjadi semangat untuk
mengikuti penghargaan adiwiyata di tingkat selanjutnya. Pada tahun 2015
MTsN 6 Sleman berhasil menjadi juara 1 madrasah adiwiyata tingkat provinsi
71
hingga pada tahun 2016, MTsN 6 Sleman berhasil mendapat penghargaan
sebagai madrasah adiwiyata Nasional.1
Menurut bapak sutarjo, program adiwiyata MTsN 6 Sleman adalah segala
bentuk kegiatan yang dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran seluruh
warga madrasah dalam kaitannya untuk membangun kepedulian terhadap
lingkungan. Agar lingkungan madrasah menjadi asri dan memberikan
kenyamanan kepada warga madrasah untuk menjalankan aktifitas khususnya
dalam bentuk ibadah. Dengan adanya program adiwiyata ini diharapkan siswa
menjadi semakin mengerti arti penting menjaga kelestarian lingkungan dan
menanamkan nilai karakter pada siswa.2
Program-program adiwiyata di MTsN 6 Sleman adalah suatu program
yang terintegrasi melalui program-program wakil kepala madrasah dalam
segala bidang, baik kesiswaan, kurikulum dan sarana prasarana. MTsN 6
Sleman memiliki berbagai kegiatan maupun sarana prasarana penunjang
program adiwiyata. Salah satu tujuan diterapkannya program adiwiyata di
MTsN 6 Sleman adalah untuk mewujudkan budaya peduli lingkungan kepada
seluruh warga madrasah.3 Program adiwiyata di MTsN 6 Sleman yang
1 Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Hadi selaku kepala MTsN 6 Sleman pada hari
Kamis, 3 Agustus 2017, pukul 08.44 WIB di Ruang Kepala Madrasah. 2 Hasil wawancara dengan bapak Sutarjo, M. Pd. I selaku guru Al-Qur’an Hadits pada hari
Selasa, 22 Agustus 2017 pukul 11.35 WIB di ruang wakil kepala madrasah. 3 Hasil wawancara dengan ibu Ami Solichati selaku guru pembina aprogram diwiyata
MTsN 6 Sleman pada hari Senin, 7 Agustus 2017 pukul 09.15 WIB di perpustakaan MTsN 6
Sleman.
72
membantu dalam mewujudkan budaya peduli lingkungan pada siswa antara
lain:
1. Integrasi visi, misi
Integrasi visi, misi MTsN 6 Sleman dalam mewujudkan sikap peduli
lingkungan pada siswa diimplementasikan dalam kebijakan sekolah yang
berwawasan lingkungan. Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain
pengadaan slogan-slogan tentang lingkungan, peraturan tentang menjaga
lingkungan, dan pemberian sanksi kepada siswa yang melanggar peraturan
tersebut dengan bentuk mengerjakan kegiatan yang berhubungan dengan
menjaga lingkungan. Kebijakan-kebijakan tersebut telah disepakati
semenjak penerimaan siswa baru. Pada saat pendaftaran ulang, siswa dan
orang tua siswa telah dijelaskan tentang kebijakan-kebijakan yang ada di
madrasah. Salah satu kebijakan tersebut adalah kebijakan-kebijakan yang
berwawasan lingkungan.4 Dengan adanya kebijakan tersebut, siswa menjadi
lebih tertib dan bertanggungjawab dalam menjaga lingkungan.
2. Integrasi Terhadap Pembelajaran
Pendidikan lingkungan hidup di MTsN 6 Sleman tidaklah berdiri
sendiri, sehingga penyampaian materi terkait lingkungan hidup kepada
peserta didik melalui pembelajaran yang terintegrasi. Sebagai komponen
pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan, integrasi antara mata pelajaran
dengan pendidikan lingkungan hidup adalah suatu hal yang harus ada.
4 Hasil wawancara dengan ibu Ami Solichati selaku guru pembina aprogram diwiyata
MTsN 6 Sleman pada hari Senin, 7 Agustus 2017 pukul 09.15 WIB di perpustakaan MTsN 6
Sleman.
73
Integrasi pendidikan lingkungan hidup terhadap pembelajaran di
MTsN 6 Sleman diimplementasikan dalam RPP. Hal tersebut sesuai dengan
pedoman pelaksanaan program adiwiyata yaitu penyampaian materi
lingkungan hidup kepada peserta didik dapat dilakukan melalui kurikulum
secara terintegrasi atau monolitik. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru
tidak hanya berisi materi yang tercantum di dalam buku, tetapi juga disisipi
pendidikan lingkungan hidup agar siswa dapat lebih peduli terhadap
lingkungan.
Melalui integrasi ini diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran
yang diharapkan sehingga para siswa mendapatkan pengetahuan tentang
esensi keberadaan lingkungan dan para siswa dapat lebih peduli terhadap
lingkungan. Guru berperan penting untuk membantu peserta didik
mengetahui keberadaan lingkungan yang ada di sekitarnya dan sadar untuk
menjaga lingkungan tersebut.5
3. Kebersihan Lingkungan
Menjaga kebersihan lingkungan adalah salah satu indikator sikap
peduli terhadap lingkungan. Dengan terciptanya lingkungan yang bersih
membuat segala macam kegiatan di madrasah menjadi lebih nyaman dan
menghindarkan dari penyakit. Kebersihan lingkungan di MTsN 6 Sleman
sangatlah dijaga. Selain adanya petugas kebersihan yang bertugas untuk
merawat dan membersihkan lingkungan, seluruh warga madrasah juga
5 Hasil wawancara dengan ibu Ami Solichati selaku guru pembina aprogram diwiyata
MTsN 6 Sleman pada hari Senin, 7 Agustus 2017 pukul 09.15 WIB di perpustakaan MTsN 6
Sleman.
74
diharuskan untuk berkontribusi dalam menjaga lingkungan MTsN 6
Sleman.
Implementasi kebersihan lingkungan yang dilakukan oleh warga
sekolah adalah piket harian yang dilakukan oleh siswa dan guru. Seluruh
siswa kelas VII, VIII, dan IX melaksanakan piket harian dengan jadwal
yang telah disepakati. Piket harian dilaksanakan setiap hari senin sampai
sabtu dan dilaksanakan setelah pembelajaran terakhir sebelum pulang
sekolah. Piket harian adalah upaya paling sederhana oleh MTsN 6 Sleman
untuk menjaga kebersihan lingkungan madrasah. 6
MTsN 6 Sleman juga mempunyai beberapa program adiwiyata yang
erat kaitannya dengan kebersihan lingkungan. Salah satu program adiwiyata
MTsN 6 Sleman terkait kebersihan lingkungan adalah sabtu bersih. Anggita
dan Shafa mengungkapkan bahwa setiap hari sabtu ada berbagai kegiatan
yaitu sabtu sehat, sabtu bersih, dan masih banyak lagi. Pelaksanaan kegiatan
tersebut biasanya bergiliran sehingga sabtu bersih dilakukan satu kali dalam
satu bulan. Kegiatan yang dilakukan saat sabtu bersih adalah bekerja bakti
untuk membersihkan kelas dan lingkungan madrasah.7 Semua siswa
bersama-sama membersihkan ruangan kelasnya mulai dari merapikan
bangku, menyapu lantai, menghapus papan tulis, membersihkan jendela,
dan merapikan meja guru. Siswa juga membersihkan lingkungan di sekitar
6 Hasil observasi kegiatan piket MTsN 6 Sleman pada pelaksanaan Magang III bulan
oktober 2016. 7 Hasil wawancara dengan Anggita dan Shafa selaku siswa kelas VIII E pada hari Senin,
28 Agustus 2017 pukul 12.19 WIB di kantin MTsN 6 Sleman.
75
kelasnya. Guru bertugas mengawasi dan membantu siswa dalam
melaksanakan sabtu bersih.8
Kegiatan sabtu bersih diharapkan dapat menyadarkan seluruh warga
madrasah bahwa kebersihan lingkungan madrasah merupakan
tanggungjawab bersama. Selain itu, dengan adanya kegiatan sabtu bersih
menjadikan lingkungan madrasah menjadi lebih bersih dan indah sehingga
kegiatan belajar mengajar menjadi lebih nyaman.
4. Merawat Tanaman
ل رس : قال حد ثنا عبد ا لمل ك عن عطا ء جا ب ر قا ل :حد ثنا ا ب ى :ى نمير حد ثنا ا ب
نه له صد قة : م وسل صلى الله عليه الله ل م ن مسل م يغل س غرسا ا ال كان ما ا ك ما م
نه له صد قة وما اكل السبع منه فهو له صد قة و م ق م ا اكلت الطير فهو له وما سر
احد ا ال كان له صد قة صدقة وال ير
Artinya: Ibnu Numair menyampaikan kepada kami dari ayahnya, dan Abdul
Malik, dari Atha’, dari Jabir bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Tidaklah seorang muslim yang bercocok tanam, kecuali setiap
tanamannya yang dimakannya bernilai sedekah baginya, apa
yang dicuri orang darinya menjadi sedekah baginya, apa yang
dimakan binatang liar menjadi sedekah baginya, apa yang
dimakan burung menjadi sedekah baginya, dan tidaklah
seseorang mengambil darinya, melainkan ia menjadi sedekah
baginya. 9
Rasulullah sangat menganjurkan agar umatnya menanam untuk tujuan
memenuhi keperluan pangan bagi manusia dan makanan bagi binatang,
sekaligus sebagai upaya penghijauan. Setiap tanaman akan memberi
8 Hasil observasi kegiatan sabtu bersih MTsN 6 Sleman pada pelaksanaan Magang III bulan
oktober 2016. 9 Imam Muslim diterjemahkan oleh Masyhari dan Tatam Wijaya, Ensiklopedi Hadits
Shahih Muslim Jilid 2, (Jakarta: Almahira, 2013), hal. 28.
76
manfaat bagi manusia dan seluruh makhluk-Nya yang lain. Oleh karena itu,
Rasulullah menegaskan bahwa setiap manfaat yang dihasilkan oleh tanaman
menjadi sedekah bagi penanamnya.10 Sehingga selain menanam, sangat
dianjurkan pula untuk kita merawat tanaman yang telah kita tanam.
Terdapat banyak tanaman yang ada di lingkungan MTsN 6 Sleman,
hal tersebut membuat MTsN 6 Sleman menjadi lebih sejuk. Selain itu,
MTsN 6 Sleman memiliki greenhouse yang di dalamnya terdapat berbagai
jenis tanaman. Pada awal pembuatan greenhouse, pengadaan tanaman
berasal dari siswa. Siswa diminta untuk membawa satu pot tanaman yang
selanjutnya dikumpulkan dan dibudidayakan di greenhouse. Semakin lama,
MTsN 6 Sleman membuat inovasi budidaya tanaman di greenhouse dengan
tetap melibatkan siswa. Budidaya tersebut dilakukan melalui kegiatan
hydroponik dan vertikultur, meskipun masih ada pula tanaman yang
menggunakan pot dan polybag.11
Siswa MTsN 6 Sleman dilibatkan langsung dalam hal merawat
tanaman. Meskipun tanaman di greenhouse sudah banyak, namun kegiatan
membawa tanaman untuk siswa khususnya siswa kelas VII yang merupakan
siswa baru tetap dilakukan. Bedanya saat ini siswa kelas VII diminta
membawa tanaman hias yang akan digantung di depan kelas atau ditaruh di
10 Sukarni, Fikih Lingkungan Hidup Perspektif Ulama Kalimantan Selatan, (Jakarta:
Kementerian Agama RI, 2011), hal. 48. 11 Hasil wawancara dengan ibu Ami Solichati selaku guru pembina aprogram diwiyata
MTsN 6 Sleman pada hari Senin, 7 Agustus 2017 pukul 09.15 WIB di perpustakaan MTsN 6
Sleman.
77
teras depan kelas . Siswa juga bertanggungjawab untuk merawat tanaman
tersebut. Seperti yang dipaparkan oleh Irfan dan Thariq sebagai berikut:
“... waktu kelas VII kita disuruh bawa tanaman dari rumah, tapi nggak
sendiri-sendiri. Satu kelas dibagi jadi kelompok-kelompok. terus kita
juga disuruh nyirami sama ngerawat tanaman yang kita bawa.
Biasanya kita ngerawatnya gentian mbak. Tanamannya ditaruh di
depan kelas kita masing masing, digantung-gantung kayak gitu
mbak.”12
Anggita dan Shafa juga mengungkapkan bahwa siswa membawa
tanaman secara berkelompok, satu kelompok sekitar 5 siswa. Satu
kelompok tersebut bertanggungjawab untuk merawat tanaman yang mereka
bawa.13
Selain tanaman hias ataupun tanaman yang ada di greenhouse, siswa
diajarkan pula untuk menanam sayuran dan tanaman obat keluarga
(TOGA). MTsN 6 Sleman memiliki kebun buatan yang ditanami sayuran
dan toga. Kebun mini MTsN 6 Sleman dirawat langsung oleh siswa yang
juga didampingi oleh guru. Dari kebun mini tersebut siswa juga belajar
kewirausahaan dengan menjual hasil panen ke lingkungan sekitar
madrasah.14
Kegiatan merawat tanaman di MTsN 6 Sleman dilakukan melalui
kerjasama seluruh warga madrasah. Kerjasama dari warga madrasah
terwujud dengan gerak aktif seluruh warga madrasah dalam menyiram
12 Hasil wawancara Irfan dan Thariq selaku siswa kelas IX E pada hari Kamis, 28 Agustus
2017 pukul 11.30 WIB di teras masjid MTsN 6 Sleman. 13 Hasil wawancara Anggita dan Shafa selaku siswa kelas VIII E pada hari Kamis, 28
Agustus 2017 pukul 12.19 WIB di kantin MTsN 6 Sleman. 14 Hasil wawancara dengan ibu Ami Solichati selaku guru pembina aprogram diwiyata
MTsN 6 Sleman pada hari Senin, 7 Agustus 2017 pukul 09.15 WIB di perpustakaan MTsN 6
Sleman.
78
tanaman, menyiangi rumput liar, pengadaan tanaman oleh siswa, dan
kegiatan lain untuk merawat lingkungan.
5. Pengelolaan Sampah
Upaya penanganan sampah di MTsN 6 Sleman dilakukan melalui
pengadaan tempat sampah organik dan an-organik serta bank sampah.
Sampah di MTsN 6 Sleman melewati berbagai tahapan mulai dari
dikumpulkan, dipilah, dan diolah.
Untuk menumbuhkan kepedulian civitas akademika terhadap sampah,
maka diciptakanlah kegiatan pemilahan sampah untuk diambil
kemanfaatannya dalam berbagai bentuk antara lain,pembuatan kompos dari
bahan organik dan tabungan sampah. Sosialisasi kepada seluruh warga
madrasah tentang jenis-jenis sampah merupakan langkah awal dari
implementasi kegiatan pemilihan sampah. Barulah setelah itu seluruh warga
madrasah dibiasakan untuk membuang sampah pada tempat sampah sesuai
dengan jenisnya, yang nantinya sampah tersebut dapat diolah menjadi lebih
bermanfaat.
Selain itu, MTsN 6 Sleman juga mengadakan tabungan sampah.
Tabungan sampah adalah pengumpulan botol plastik atau gelas plastik oleh
siswa. Setiap kelas terdapat tas sampah untuk mengumpulkan botol dan
gelas plastik yang setiap hari sabtu akan dilaksanakan penimbangan sampah
tersebut oleh siswa. Botol dan gelas plastik yang telah dikumpulkan siswa
akan dijual kepada pengepul dan uang hasil penjualan tersebut akan
dikembalikan lagi kepada setiap kelas. Namun tidak semua sampah botol
79
dan gelas plastik tersebut dijual kepada pengepul, ada pula yang dijadikan
bahan kerajinan tangan.
Yang mendasari diadakannya tabungan sampah adalah menumpuknya
sampah yang begitu banyak dalam satu hari maka perlu diadakan untuk
menumbuhkan kepedulian tentang lingkungan yang indah dan bersih.
Untuk mewujudkan kepedulian terhadap lingkungan tersebut maka
pelaksanaannya dilakukan oleh guru, karyawan, dan siswa. Pelaksanaan
tabungan sampah dimulai pada bulan Januari 2014. Pembiasaan tersebut
dilaksanakan di lingkungan sekolah dan diharapkan akan berimbas
dilingkungkan tempat tinggal masing-masing.
MTsN 6 Sleman juga memiliki program pembuatan pupuk kompos
oleh siswa. Setelah sampah dipilah, sampah organik yang telah dipilah
selanjutnya diolah menjadi pupuk kompos. Kegiatan pengolahan pupuk
kompos tersebut dilakukan langsung oleh siswa dengan bimbingan guru.
Selanjutnya, siswa akan menjual pupuk kompos yang berhasil dibuat
kepada guru-guru dan warga sekitar madrasah. Tidak semua pupuk kompos
hasil produksi siswa dijual kepada warga, ada pula pupuk kompos yang
dimanfaatkan sendiri oleh madrasah untuk tanaman di lingkungan madrasah
khususnya di greenhouse. Dari semua sampah yang telah dipilah ada
sampah yang tidak bisa didaur ulang, sampah tersebut yang akan dibawa ke
tempat pembuangan akhir.
Segala jenis pengolahan sampah yang dilakukan MTsN 6 Sleman
merupakan upaya untuk mengurangi volume sampah yang ada di tempat
80
pembuangan akhir. Menurut ibu Ami Solichati selaku guru pembina
adiwiyata MTsN 6 Sleman bahwa kekurangan Yogyakarta pada penilaian
adipura terletak pada tempat pembuangan akhir yang menumpuk.15 Dengan
adanya upaya dari sekolah-sekolah adiwiyata untuk memilah dan megolah
sampah sangat membantu dalam mengurangi penumpukan sampah di
tempat pembuangan akhir. Siswa MTsN 6 Sleman pun sudah terbiasa untuk
membuang sampah pada tempatnya, meskipun masih ada yang harus
diingatkan berkali-kali dan masih ada pula yang membuang sampah pada
tempatnya tetapi masih salah antara jenis sampah yang dibuang dengan
tempat sampahnya. Menurut bapak Anang Sumarna selaku guru SKI bahwa
ada siswa yang bagus dalam kesadarannya menjaga kebersihan dan ada pula
siswa yang bagus dalam pengetahuannya tentang kebersihan namun
kesadarannya masih kurang. 16 Oleh karena itu, guru harus sering-sering
mengingatkan siswa untuk menjaga lingkungan.
6. Tamanisasi
Untuk menciptakan lingkungan yang hijau dan nyaman serta sebagai
bentuk kepedulian madrasah terhadap suhu bumi yang semakin panas akibat
banyaknya CO2 maka MTsN 6 Sleman melaksanakan program
tamanisasi.Program ini tidak hanya dilakukan oleh civitas akademika tetapi
juga didukung oleh komite dan POT ( Paguyuban Orang Tua). Bentuk
15 Hasil wawancara dengan ibu Ami Solichati selaku guru pembina aprogram diwiyata
MTsN 6 Sleman pada hari Senin, 7 Agustus 2017 pukul 09.15 WIB di perpustakaan MTsN 6
Sleman. 16 Hasil wawancara dengan bapak Anang Sumarna, S.Ag selaku guru SKI pada hari senin,
14 Agustus 2017 pukul 13.10 di ruang guru MTsN 6 Sleman.
81
bantuan yang diberikan oleh mereka adalah menyumbang bibit pohon serta
menanam pohon di lingkungan madrasah.17
7. Pemanfaatan Limbah Air Wudhu
Ajaran Islam sangat memperhatikan air. Menempatkan air bukan
sekedar sebagai minuman bersih dan sehat yang dibutuhkan untuk
kelestarian hidup semua makhluk hidup, melainkan juga menjadikannya
sebagai sarana penting yang sangat menentukan bagi kesempurnaan iman
seseorang dan ke-sah-an sejumlah aktivitas ibadah (hubungan manusia
dengan Allah SWT).18 Seringkali kita boros dalam menggunakan air saat
berwudhu atau mandi. Rasulullah saw mengajarkan untuk memanfaatkan
air secukupnya dan jangan berlebih-lebihan. Allah berfirman dalam surat al-
A’raf ayat 55:
ين )االعراف: د ت ع م ب ال ح ه ال ي ن إ ة ي ف خ ا و ع ر ض م ت ك ب وا ر ع د (55ا
Artinya : Berdo’alah kepada Tuhan-mu dengan rendah hati dan suara yang
lembut. Sungguh, Dia tidak Menyukai orang-orang yang
melampaui batas. (QS. Al-A’raaf: 55)19
Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas. Jadi, sangat dianjurkan untuk
tidak menggunakan air dengan berlebih-lebihan.
Sebagai Rintisan Madrasah Unggulan (RMU), MTsN 6 Sleman
memiliki berbagai program. Salah satu program dari RMU MTsN 6 Sleman
17 Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Hadi selaku kepala MTsN 6 Sleman pada hari
Kamis, 3 Agustus 2017, pukul 08.44 WIB di Ruang Kepala Madrasah. 18 Ali Yafie, Merintis Fiqh Lingkungan Hidup, (Jakarta: Ufuk Press, 2006), hal. 189-190. 19 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Taerjemahnya, (Bandung: Syamil Qur’an,
2011), hal.158.
82
adalah sholat dhuha berjama’ah. Selain melaksanakan sholat sunnah seperti
sholat dhuha, MTsN 6 Sleman juga mewajibkan sholat dhuhur berjama’ah.
Setiap harinya siswa dan guru melaksanakan sholat dhuha dan sholat dhuhur
berjama’ah, dengan jumlah siswa 500 lebih yang melaksanakan kegiatan
sholat dhuha dan dhuhur di sekolah maka bisa dibayangkan berapa ratus
liter limbah air yang terbuang. Berdasarkan hal tersebut maka muncullah
pemikiran untuk memanfaatkan limbah air menjadi sesuatu yang lebih
berguna. Maka dibuatlah kolam penampug limbah air wudhu. Kolam
tersebut dilengkapi alat pemompa air otomatis yang bisa mengatur jumlah
air yang tertampung dan apabila air tersebut melebihi kapasitas maka air
secara otomatis akan keluar memancar melewati saluran yang sudah dibuat
sekaligus menyiram tanaman di sekitar kolam.
Di samping itu kolam tersebut digunakan utuk memelihara ikan yang
digunakan untuk pembelajaran kewirausahaan dan sebagai media
pembelajaran atau laboratorium alam. Di dalam kolam ikan terdapat ikan
lele yang dibawa oleh siswa, sehingga siswa yang merawat langsung ikan-
ikan di kolam dan mereka pula yang akan memanennya saat ikan-ikan
tersebut sudah besar. Kolam ikan MTsN 6 Sleman juga dimanfaatkan untuk
budidaya sayuran dengan sistem aquaponik. aquaponik merupakan system
penanaman dengan media tanam air limbah wudhu.
Masih banyak lagi manfaat dari program pemanfaatan limbah air
wudhu MTsN 6 Sleman. Kotoran ikan di kolam yang sudah mengendap
akan dipompa untuk pupuk tanaman di greenhouse. Pompa yang digunakan
83
juga memanfaatkan panel surya yang dipasang di atas greenhouse. Dalam
ranah pembelajaran, beberapa guru juga memanfaatkan kolam ikan dan
tempat wudhu sebagai media pembelajaran. Karena tempat wudhu dan
kolam ikan dibangun dengan sangat indah dengan taman di sekitarnya maka
lingkungan sekitar tempat wudhu dan kolam ikan menjadi lebih indah dan
sejuk.20
Pemanfaatan limbah air wudhu ini merupakan program unggulan
MTsN 6 Sleman sebagai madrasah adiwiyata. Banyak sekali hal positif yang
dapat diambil dari pemanfaatan limbah air wudhu di MTsN 6 Sleman.
8. Biopori
MTsN 6 Sleman memiliki 150 lubang serapan biopori yang dalam
pembuatannya dilakukan langsung oleh siswa dan didampingi guru. Alat
biopori MTsN 6 Sleman merupakan bantuan langsung dari Kementerian
Lingkungan Hidup. Pembuatan lubang biopori untuk mencegah air terbuang
sia-sia dan menghindari adanya genangan air. Selain itu, sampah organik
yang dimasukkan dalam lubang biopori akan diurai oleh organisme dalam
tanah yang nantinya akan menjadi kompos.21
9. Kantin sehat
Sebelum adanya program adiwiyata, MTsN 6 Sleman belum
mempunyai kantin sendiri. Karena bangunan MTsN 6 Sleman yang dekat
20 Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Hadi selaku kepala MTsN 6 Sleman pada hari
Kamis, 3 Agustus 2017, pukul 08.44 WIB di Ruang Kepala Madrasah. 21 Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Hadi selaku kepala MTsN 6 Sleman pada hari
Kamis, 3 Agustus 2017, pukul 08.44 WIB di Ruang Kepala Madrasah.
84
dengan MAN 3 Sleman membuat kantin MAN 3 Sleman yang berada di
luar gedung madrasah juga menjadi kantin bagi siswa MTsN 6 Sleman.
Namun untuk mempersiapkan diri menjadi madrasah adiwiyata nasional
maka MTsN 6 Sleman mengembangkan kantin sehat. MTsN 6 Sleman
membangun 5 kantin baru yang memenuhi kriteria kantin sehat. Kantin
yang disediakan di MTsN 6 Sleman memiliki tempat mengolah makanan
sendiri dan memiliki sumber air bersih. MTsN 6 Sleman membuat kebijakan
akan larangan menjual makanan dengan bungkus plastik. Larangan menjual
makanan dengan bungkus plastik tersebut merupakan upaya untuk menjaga
lingkungan. Sebab sampah plastik sulit diurai oleh bakteri dalam tanah.22
Masih ada beberapa makanan dengan bungkus plastik yang dijual di
MTsN 6 Sleman tetapi masih dalam tahap aman. MTsN 6 Sleman masih
berupaya untuk meminimalisir penggunaan plastik untuk membungkus
makanan. Menurut hasil observasi peneliti, sangat sedikit kantin di MTsN 6
Sleman yang menjual makanan dengan bugkus sampah plastik. Bahkan
tidak ada kantin di MTsN 6 Sleman yang menggunakan kantong plastik
untuk membungkus makanan. Penerapan larangan menujual makanan
dengan bungkus plastik di MTsN 6 Sleman mengalami banyak kendala
karena kebanyakan makanan menggunakan plastik sebagai pembungkus.23
22 Hasil wawancara dengan ibu Ami Solichati selaku guru pembina aprogram diwiyata
MTsN 6 Sleman pada hari Senin, 7 Agustus 2017 pukul 09.15 WIB di perpustakaan MTsN 6
Sleman. 23 Hasil observasi lingkungan MTsN 6 Sleman pada hari Selasa, 1 Agustus 2017 pukul
09.15 WIB.
85
Menurut Keraf, untuk membentuk individu yang dapat hidup sinergis
dengan alam, maka diperlukan sikap peduli lingkungan yang tercermin dari
etika lingkungan mereka. Semua upaya yang dilakukan MTsN 6 Sleman untuk
mewujudkan budaya peduli lingkungan selaras dengan komponen adiwiyata.
Sebagai madrasah adiwiyata, MTsN 6 Sleman selalu melaksanakan kegiatan
yang menjadi program sekolah adiwiyata. Hal tersebut merupakan
implementasi dari prinsip-prinsip mendasar program adiwiyata. Pertama,
prinsip edukatif yang mencerminkan kependidikan lingkungan. Kedua, prinsip
partisipatif yang mencerminkan perlunya kerjasama semua warga madrasah,
baik kerjasama vertikal maupun horizontal. Ketiga, prinsip berkelanjutan yang
mengantarkan MTsN 6 Sleman menjadi madrasah yang hijau, sejuk, dan
nyaman. Dengan prinsip berkelanjutan inilah MTsN 6 Sleman menjadikan
program sekolah adiwiyata menjadi kegiatan rutin madrasah. Melalui
pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang telah diprogramkan oleh MTsN 6 Sleman,
siswa memperoleh pemahaman dan pengetahuan tentang lingkungan hidup.
Pemahaman dan pengetahuan siswa tentang lingkungan hidup dibarengi
dengan upaya pembiasaan menjaga lingkungan oleh MTsN 6 Sleman.
Kesadaran berlingkungan bukan terjadi secara instan tetapi memerlukan proses
secara terus menerus (continue), untuk itu perlu adanya pembiasaan yang
nantinya akan terbangun sebuah budaya peduli lingkungan yang melibatkan
semua komponen madrasah. Semua itu membuktikan bahwa program adiwiyata
MTsN 6 Sleman yang terimplementasi dalam bentuk beberapa kegiatan mampu
mewujudkan budaya peduli lingkungan pada siswa MTsN 6 Sleman.
86
Rizky Yunika dan Himawan Alfianto mengungkapkan bahwa saat ini
mereka sudah terbiasa melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan
merawat lingkungan. Pada awalnya memang harus sering diingatkan dan
ditegur oleh guru terlebih dahulu. Namun saat ini kegiatan merawat tanaman,
membersihkan lingkungan, membuang sampah pada tempatnya, dan kegiatan
menjaga lingkungan lainnya sudah menjadi kegiatan sehari-hari mereka. Hal
tersebut juga mereka lakukan saat di rumah. Tanpa harus disuruh oleh orang
tua, mereka sudah sadar akan tanggungjawabnya untuk merawat lingkungan.24
Sama halnya dengan penjelasan bapak Iqbal Arfa Daeng selaku guru
pembimbing asrama siswa. Sebagian besar siswa yang ada di asrama sudah
terbiasa untuk menjaga kebersihan dan merawat lingkungan asrama.25
Budaya peduli lingkungan pada siswa dapat dilihat melalui beberapa
indikator yang telah ditunjukkan oleh siswa di sekolah, antara lain adalah siswa
ikut serta dalam menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan dan
meminimalisir penggunaan sampah plastik. Siswa ikut serta dalam penghijauan
sehingga siswa menjadi lebih sadar akan pentingnya menjaga lingkungan, dari
sinilah sikap peduli lingkungan pada diri siswa semakin bertambah bersama
kegiatan yang sudah menjadi rutinitas dan kebiasaan. Siswa terbiasa untuk
menyiram dan merawat tanaman di sekitar kelas mereka. Siswa terbiasa
24 Hasil wawancara dengan Rizky Yunika dan Himawan Alfianto selaku siswa kelas IX D
pada hari Kamis, 28 Agustus 2017, pukul 11.15 WIB di teras kelas IX D. 25 Hasil wawancara dengan bapak Iqbal Arfa Daeng, S. Pd I selaku guru pembimbing
asrama siswa pada hari Kamis, 10 Agustus 2017, pukul 09. 15 WIB di ruang guru.
87
membuang sampah pada tempat sampah dan dapat membedakan jenis-jenis
sampah. Siswa juga terbiasa untuk menghemat penggunaan listrik dan air.
Dengan semua indikator yang terlihat dan penjelasan dari siswa maupun
guru, sudah terlihat bahwa upaya yang dilakukan oleh MTsN 6 Sleman untuk
membiasakan seluruh siswa menjaga lingkungan melalui program-program
adiwiyata berhasil menumbuhkan budaya peduli lingkungan. Budaya peduli
lingkungan yang terwujud di madrasah juga menjadi kebiasaan positif di rumah.
B. Implementasi Program Keagamaan di MTsN 6 Sleman
Ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dari Allah SWT
berisi pedoman hidup pokok yang mengatur hubungan manusia dengan
Tuhannya, dengan dirinya sendiri, dengan manusia sesamanya, dengan
makhluk bernyawa lain, dengan benda mati, dan dengan alam semesta. Ajaran
Islam diyakini sebagai ajaran yang diturunkan Allah SWT untuk kesejahteraan
hidup manusia di dunia ini dan di akhirat nanti.26 Melalui pendidikan, ajaran
Islam diajarkan kepada manusia agar sadar akan tanggungjawabnya di muka
bumi. Penyebaran ajaran Islam di sekolah dilakukan melalui pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) yang di madrasah dipecah lagi menjadi
pelajaran Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fiqih, dan Sejarah Kebudayaan
Islam. Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar dan terencana utuk
mengenal, memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam bentuk
26 Ahmad Munjin Nasih & Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pendidikan Agama
Islam, (Bandung: Refika Aditama, 2009), hal. 15.
88
bimbingan pengajaran dan latihan. Oleh karena itu, Pendidikan Agama Islam
(PAI) menjadi salah satu dari tiga mata pelajaran yang harus dimasukkan dalam
kurikulum setiap lembaga pendidikan formal di Indonesia. Pendidikan agama
Islam memiliki tugas yang sangat berat, yakni bukan hanya mencetak peserta
didik pada satu bentuk, tetapi berupaya untuk menumbuhkembangkan potensi
yang ada pada diri mereka seoptimal mungkin serta mengarahkannya agar
pengembangan potensi tersebut berjalan sesuai dengan nilai-nilai ajaran
Islam.27 Sekolah atau madrasah merupakan tempat yang tepat untuk proses
mentransfer nilai-nilai ajaran Islam tersebut.
Madrasah pada dasarnya sebagai wahana untuk mengembangkan
kepekaan intelektual dan informasi serta memperbaharui pengetahuan, sikap,
dan ketrampilan secara berkelanjutan agar tetap up to date dan tidak cepat
using.28 Madrasah adalah tempat membina ruh atau praktek hidup keislaman
mengandung makna perlunya menciptakan suasana religius di dalam madrasah,
dalam arti peserta didik mampu mengembangkan pandangan hidup, sikap
hidup, dan keterampilan hidup yang berperspektif Islam.29 Pandangan hidup
berperspektif Islam yang dimaksud adalah bagaimana peserta didik dapat
menjadi pribadi kritis, dinamis, intelek, dan berwawasan ke depan serta manusia
yang memakmurkan bumi. Madrasah identik dengan penanaman nilai-nilai
27 Ibid, hal. 6 28 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah
dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 184. 29 Ibid, hal. 201-202.
89
agama Islam dalam setiap aktivitasnya. Penanaman nilai-nilai agama Islam
pada peserta didik dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:
1. Metode Keteladanan (Uswah al-Hasanah)
Pada dasarnya manusia cenderung memerlukan sosok teladan dan
panutan yang mampu mengarahkan manusia kepada jalan kebenaran dan
sekaligus menjadi perumpamaan dinamis yang menjelaskan cara
mengamalkan syari’at Allah. Sebagai contohnya adalah Rasulullah SAW
yang menjadi uswatun hasanah karena memiliki akhlak yang mulia.
Sebagai seorang pendidik haruslah siap untuk menjadi teladan bagi
pesrta didik, karena peserta didik cenderung meniru apa yang dilakukan
seorang guru. Setidaknya ada tiga unsur agar seseorang dapat diteladani
yaitu kesiapan untuk diteladani dan dievaluasi, memiliki kompetensi
minimal serta memiliki integrasi moral.30
2. Metode Latihan dan Pembiasaan
Mendidik dengan latihan dan pembiasaan adalah mendidik dengan
cara memberikan latihan-latihan terhadap suatu norma kemudian
membiasakan peserta didik untuk melakukannya. Dalam pendidikan di
madrasah metode ini biasanya diterapkan pada ibadah-ibadah amaliyah.
3. Mendidik melalui Kedisiplinan
Pendidikan melalui kedisiplinan ini memerlukan ketegasan dan
kebijaksanaan. Ketegasan terkadang mengharuskan pendidik untuk
30 Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsa, (Surakarta:
UNS Press, 2010), hal. 43.
90
memberikan sanksi kepada setiap pelanggar, sementara kebijaksanaan
mengharuskan berbuat adil dan arif dalam memberikan sanksi, tidak
terbawa emosi dan dorongan lain. metode ini sering menggunakan istilah
reward dan punishment.
4. Mendidik melalui Ibrah dan Mau’idzah
Ibrah berarti mengambil pelajaran dari setiap peristiwa.31 Adapun
mengambil ibrah dapat dilakukan melalui kisah-kisah teladan, fenomena
alam, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi, baik di masa lalu maupun di
masa sekarang. Pelaksanaan metode ini biasanya disertai dengan metode
mau’idzah (nasehat). Guru tidak hanya mengantarkan anak pada
pemahaman inti suatu peristiwa melainkan juga harus menasehati dan
mengarahkan siswanya kea rah yang dimaksud.
5. Mendidik melalui Targhib wa Tarhib
Metode ini terdiri dari dua metode sekaligus yang berkaitan satu sama
lain. Targhib merupakan janji-janji disertai bujukan agar seseorang senang
melakukan kebajikan dan menjauhi kejahatan. Tarhib adalah ancaman
untuk menimbulkan rasa takut berbuat tidak benar.32
Penanaman nilai-nilai agama Islam di MTsN 6 Sleman diintegrasikan
dalam visi, misi MTsN 6 Sleman. Hal tersebut diimplementasikan dalam bentuk
kegiatan yang dapat menumbuhkan nilai-nilai keislaman dalam diri siswa.
Kegiatan penanaman nilai-nilai keislaman pada diri siswa tersebut ada yang
31 Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat,
(Jakarta: Gema Insani, 1995), hal. 279. 32 Ibid, hal. 296
91
bersifat indoor maupun outdoor. Kegiatan indoor berupa pembelajaran Al-
Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fiqih, dan Sejarah Kebudayaan Islam di dalam
kelas, sedangkan kegiatan outdoor berupa kegiatan pengembangan diri.
Kegiatan-kegiatan tersebut telah dijelaskan kepada siswa sejak pengenalan
siswa baru. Untuk setiap program pengembangan diri yang berkaitan dengan
penanaman nilai-nilai agama Islam merupakan program wajib yang harus
dilaksanakan oleh siswa. Hal tersebut merupakan bentuk kebijakan yang
digagas oleh MTsN 6 Sleman. Dengan adanya kebijakan tersebut, siswa-siswa
MTsN 6 Sleman menjadi terbiasa berperilaku sesuai dengan ajaran Islam.
Semua kegiatan yang berkaitan dengan PAI terintegrasi dalam tiga
kegiatan, yaitu: Pertama, kegiatan intrakulikuler yaitu pembelajaran dalam
kelas. Kedua, kegiatan kokulikuler yaitu kegiatan pembelajaran yang berupa
aktivitas, tugas, dan penelitian peserta didik di luar jam pembelajaran. Ketiga,
kegiatan ekstrakulikuler yang bertumpu pada ketrampilan peserta didik dalam
mengasah bakat dan minatnya
Penanaman nilai-nilai agama Islam yang paling utama dilakukan melalui
kegiatan intrakulikuler yaitu pembelajaran pendidikan agama Islam. Pendidikan
agama Islam di sekolah maupun di madrasah memiliki aspek-aspek yang sama.
Terdapat tiga aspek dalam pendidikan agama Islam, yaitu aspek hubungan
manusia dengan Allah SWT, aspek hubungan manusia dengan sesamanya, dan
aspek manusia dengan alam.33 Sesuai dengan fungsi pendidikan agama Islam
33 Ahmad Munjin Nasih & Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pendidikan Agama
Islam …, hal. 10.
92
yaitu menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakatnya
serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam
berhubungan dengan Allah dan sesamanya, dapat mengambil manfaat yang
semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan hidup di dunia kini
dan di akhirat nanti.
Pendidikan Agama Islam di madarasah terdiri dari empat mata pelajaran
yang meliputi al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam dan
Fiqih. Pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru secara
terprogram dalam desain instruksional yang menciptakan proses interaksi
antara sesama peserta didik, guru dengan peserta didik, dan peserta didik
dengan sumber belajar. Pembelajaran bertujuan untuk menciptakan perubahan
secara terus menerus dalam perilaku dan pemikiran siswa pada suatu
lingkungan belajar.34
Pada hakikatnya pembelajaran sangat terkait dengan bagaimana
membangun interkasi yang baik antara guru dengan siswa. Oleh karena itu,
setiap pembelajaran, terutama pembelajaran agama Islam hendaknya berupaya
menjabarkan nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum dan
mengkorelasikannya dengan kenyataan yang ada di sekitar siswa. Hal yang
demikian sangat membantu dalam mengeliminasi adanya kesenjangan antara
34 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), hal. V.
93
das sein dan das solen, antara cita dan realita, serta antara normativitas dan
pragmativitas. 35
Dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam terdapat banyak
faktor yang berpengaruh. Dalam pendidikan agama Islam dipahami bahwa
untuk menjadikan anak didik menjadi pribadi yang shaleh harus dilakukan
dengan ikhtiar yang sungguh-sungguh. Masukan mentah (row input) yang
berupa anak didik harus dididik dalam system pembelajaran (learning teaching
process) yang baik. Tidak cukup dengan itu, anak didik juga harus dikondisikan
dalam lingkungan yang kondusif (environmental input), yakni lingkungan yang
islami. Dari lingkungan yang demikian diharapkan bisa mendukung
pembentukan kepribadian mereka yang baik. Selain itu, faktor pendukung
(instrumental input) seperti sarana tempat beribadah dan fasilitas yang lain yang
sengaja dirancang dan dimanipulasi guna pengkondisian mereka juga dapat
membantu terwujudnya anak didik sesuai dengan harapan. Departemen agama
sebagai institusi yang berwenang mengembangkan system pendidikan agama
menyimpulkan bahwa ada tiga faktor penting yang sangat berperan dalam
proses pembelajaran, yakni faktor guru, siswa, dan lingkungan. 36
Pembelajaran dilakukan berdasarkan langkah-langkah yang telah
dirumuskan dalam perencanaan yang meliputi: mengidentifikasi kebutuhan
pembelajaran, merumuskan tujuan, dan penyusunan materi pembelajaran yang
terangkum dalam RPP. Pembelajaran PAI di MTsN 6 Sleman telah
35 Ahmad Munjin Nasih & Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pendidikan Agama
Islam …, hal. 19. 36 Ibid, hal 23-24
94
menggunakan kurikulum 2013. Dalam pelaksanaan pembelajaran PAI di MTsN
6 Sleman, guru-guru menggunakan strategi dan metode belajar yang sangat
bervariasi sehingga siswa dapat lebih tertarik dengan pembelajaran PAI dan
dapat memahami materi yang dijelaskan oleh guru.
Selain itu, penanaman nilai-nilai agama Islam bagi siswa MTsN 6 Sleman
juga dilakukan melalui kegiatan kokulikuler dan ekstrakulikuler atau kegiatan
pengembangan diri. Kegiatan ekstrakulikuler merupakan salah satu program
pengembangan diri yang berupa kegiatan pembelajaran di luar kelas. Kegiatan
ekstrakulikuler sebagai wahana peserta didik menginternalisasikan
pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh di dalam kelas, dengan demikian
peserta didik mendapatkan pengalaman baru untuk mengenal lingkungan
melalui kegiatan bersifat action. Konsep integrasi outdoor memberikan ruang
pada peserta didik untuk berfikir kritis terhadap permasalah lingkungan dan
upaya pemecahannya (problem solving) dengan menggunakan al-Qur’an dan
Hadits sebagai sumber hukum Islam, sehingga peserta didik memiliki nilai-nilai
sikap (behavioral values) yakni sikap menghargai dan menghormati keberadaan
alam sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia dalam
ketundukan kepada Allah. Kegiatan pengembangan diri di MTsN 6 Sleman
yang menunjang penanaman nilai-nilai agama Islam antara lain:
1. Tahfidz
Sebagai Rintisan Madrasah Unggulan (RMU), MTsN 6 Sleman
memiliki beberapa kegiatan unggulan seperti Bahasa, Sains, Tahfidz, dan
Enterpreneurship (kewirausahaan). Program tahfidz dilakukan setiap
95
minggu sebanyak lima kali pertemuan. Kegiatan tahfidz ini menggunakan
metode setoran. Pada kelas VII ditargetkan peserta didik telah
menyelesaikan juz 30, kelas VIII menyelesaikan juz 29, dan kelas IX telah
dapat menghafalkan surat-surat pilihan semisal QS. Al Mulk, QS. Al-
Waqi’ah, QS. Ar-Rahman, QS. Yasin, dan QS. As-Sajdah. Program ini
bertujuan untuk menghasilkan siswa-siswa yang hafal Al-Qur’an minimal
juz 29 dan 30. MTsN 6 Sleman juga melaksanakan wisuda tahfidz bagi
siswa-siswi yang telah menyelesaikan hafalan Al-Qur’annya.
2. Sholat Dhuha Dzuhur Berjama’ah
Sholat Dhuha dan Dzuhur berjama’ah merupakan bagian dari kegiatan
pengembangan diri bagi siswa MTsN 6 Sleman. Program ini bertujuan agar
siswa terbiasa untuk melaksanakan sholat wajib maupun sunnah
berjama’ah. Sholat Dhuha dilaksanakan pada pukul 06.45 WIB sampai
dengan 07.15 WIB. Selain itu, pada haru jum’at, siswa laki-laki juga
diwajibkan melaksanakan sholat jum’at berjama’ah di madrasah.
3. Tadarus Al-Qur’an
Sama halnya dengan Sholat Dhuha dan Dzuhur berjama’ah, tadarus
Al-Qur’an juga merupakan bagian dari kegiatan pengembangan diri bagi
siswa MTsN 6 Sleman. Kegiatan ini dilaksanakan setelah Sholat Dhuha
berjama’ah, sebelum pembelajaran dimulai. Pelaksanaan tadarus Al-Qur’an
ini dilaksanakan di kelas masing-masing dengan bimbingan para guru yang
mengajar pada jam pertama.
96
4. Sholat lail
Sholat lail merupakan kegiatan pembiasaan pada peserta didik berupa
sholat malam berjamaah. Kegiatan ini dilaksanakan satu semester sekali
untuk setiap jenjang. Waktu pelaksanaannya tidak pasti, berbeda pada setiap
jenjang. Kegiatan ini dilaksanakan di sekolah dan dihadiri oleh seluruh
civitas akademika MTsN 6 Sleman.
5. Mujahadah
Dalam upaya menyeimbangkan kecerdasan yang bersifat kognitif
dengan kecerdasan yang bersifat spiritual. Kegiatan mujahadah di
lingkungan MTsN 6 Sleman dilaksanakan setiap hari Jum’at setelah sholat
Jum’at dengan membaca Rabitul Hadad yang dikarang oleh Syekh Alawi
Al Hadad.
6. Sholat Jenazah
Sholat jenazah adalah salah satu materi pelajaran yang telah
didapatkan oleh para siswa pada semester genap kelas VII. Pada berbagai
kesempatan misalnya ada warga madrasah atau warga masyarakat sekitar
madrasah yang meninggal dunia maka sebagian peserta didik diajak untuk
bertakziah dan melaksanakan sholat jenazah. Kebijakan untuk menyertakan
peserta didik untuk turut mensholatkan jenazah warga di sekitar madrasah
di samping untuk menanamkan pembiasaan kepada peserta didik, hal
tersebut juga dimaksudkan untuk mendekatkan warga madrasah dengan
masyarakat di sekeliling madrasah.
97
7. Pesantren Ramadhan
Pesantren Ramadhan merupakan Diadakan berbagai perlombaan
dalam kegiatan pesantren Ramadhan, di samping kegiatan mabit dan sholat
tarawih berjama’ah. Kegiatan tadarus Al-Qur’an yang setiap harinya
berlangsung selama kurang lebih 15 menit maka pada bulan Ramadhan
kegiatan tersebut berlangsung sampai satu jam dengan didampingi oleh
bapak atau ibu guru yang bertugas untuk menjelaskan kandungan Al-
Qur’an.37
Selain kegiatan di atas, ada beberapa program pengembangan diri MTsN
6 Sleman yang terintegrasi dengan PAI, seperti program pengembangan diri
bahasa. Dalam program ini siswa belajar bahasa inggris dan bahasa arab, dalam
prakteknya siswa diminta untuk berpidato setiap hari kamis setelah sholat
dhuha. Sebagian besar pidato yang disampaikan siswa adalah pidato tentang
PAI. Begitu pula dengan program adiwiyata di MTsN 6 Sleman. Program
adiwiyata yang berhubungan dengan budaya lingkungan terintegrasi dengan
ajaran Islam yang merupakan identitas madrasah.
Segala upaya yang dilakukan oleh MTsN 6 Sleman mampu mewujudkan
kebiasaan siswa untuk berperilaku sesuai dengan ajaran Islam. Hal tersebut
selaras dengan peran madrasah yang merupakan institusi yang identik dengan
penanaman nilai-nilai agama Islam dalam setiap aktivitasnya. Madrasah adalah
salah satu pilar bangsa yang turut membidani lahirnya generasi masa depan
37 Hasil dokumentasi bagian TU pada hari Rabu, 2 Agustus 2017 pukul 11.50 WIB.
98
yang memiliki keunggulan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta
memiliki keunggulan di bidang budi pekerti. Dalam kurun waktu yang cukup
panjang MTsN 6 Sleman menyadari akan tanggungjawab tersebut. Berbagai
kegiatan madrasah bukan saja ditekankan pada kecerdasan yang bersifat
kognitif namun juga yang bersifat afektif. Upaya agar peserta didik dapat
menginternalisasikan nilai-nilai luhur yang mereka dapatkan di dalam kelas
maka dilakukan pula berbagai kegiatan keagamaan yang mendukung berbagai
program sebagaimana dimaksud.
Melalui berbagai kegiatan yang diprogramkan oleh MTsN 6 Sleman
menjadikan siswa bukan hanya memperoleh pengetahuan keagamaan saja tetapi
juga terbiasa mempraktekkannya. Kesadaran siswa akan tanggungjawabnya
melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim dibangun melalui proses
yang berkelanjutan. Harus ada kerjasama dari berbagai komponen agar tercapai
tujuan dari program-program yang telah digagas, baik dari seluruh warga
madrasah maupun dari keluarga di rumah. Keberhasilah program-program
MTsN 6 Sleman dalam menanamkan nilai-nilai agama Islam dapat dilihat dari
beberapa indikator. Salah satunya dalam hal pembiasaan melaksanakan ibadah,
siswa MTsN 6 Sleman langsung menuju ke masjid ketika terdengar adzan
dzuhur dan langsung melaksanakan sholat berjama’ah tanpa harus disuruh oleh
guru.
Kelancaran pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan PAI
juga ditunjang oleh sarana dan prasarana yang tersedia di MTsN 6 Sleman
seperti masjid untuk sarana sholat berjama’ah, tahfidz, dan kegiatan PAI
99
lainnya serta tempat wudhu yang selain digunakan untuk berwudhu siswa dan
guru juga untuk media pembelajaran seperti praktek wudhu pada pelajaran
fiqih. Hal tersebut membuktikan bahwa MTsN 6 Sleman telah menciptakan
suasana yang Islami bagi siswa, baik dari segi kegiatan maupun dari segi sarana
dan prasarana. Dengan suasana Islami yang terbangun maka siswa menjadi
terbiasa untuk mengamalkan ajaran Islam dalam setiap aktivitasnya.
C. Peran PAI dalam Program Adiwiyata untuk Mewujudkan Budaya Peduli
Lingkungan Siswa MTsN 6 Sleman
Sebagai salah satu madrasah unggulan, MTsN 6 Sleman memiliki
program-program yang mendukung segala aktivitas warga madrasah. Program
adiwiyata dan program keagamaan merupakan program-program unggulan
yang dimiliki oleh MTsN 6 Sleman. Dalam pelaksanaannya, kedua program
tersebut memiliki keterkaitan antara satu dengan lainnya. Harapannya program
keagamaan dapat membantu program adiwiyata dalam mengatasi masalah
lingkungan yang terjadi di Indonesia.
Seiring dengan berakhirnya abad ke-20, masalah lingkungan menjadi
salah satu pembahasan yang paling utama dan signifikan untuk didiskusikan.38
Begitu pula dengan Indonesia, Indonesia merupakan bagian Negara yang ada di
bumi dengan jumlah penduduk yang cukup padat (lebih dari 200 juta jiwa).
Namun begitu, masalah ini kurang dipahami oleh bangsa Indonesia. Tingkat
38 M.Thalhah dan Achmad Mufid, Fiqih Ekologi: Menjaga Bumi Memahami Makna Kitab
Suci, (Yogyakarta: Total Media, 2008), hal. xi.
100
pertumbuhan penduduk Indonesia yang begitu cepat ternyata melahirkan
beragam problem yang harus dihadapi dalam kehidupannya. Masalah yang
sangat krusial adalah kerusakan lingkungan yang semakin parah yang tidak
dapat ditanggulagi.39
Persoalan lingkungan hidup semakin lama semakin pelik dan rumit.
Pertumbuhan penduduk memang salah satu faktor terjadinya kerusakan
lingkungan. Allah SWT berfirman dalam QS. Ar Rum ayat 41:
لوالعلهم ي يذ يقهم بعض الذ ي عم ى الناس ل ب ماكسبت ايد والبحر عون رج ظهرالفسادف ى البر
(14 :)الروم
Artinya: Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka
merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar manusia
kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-Ruum: 41)40
Ayat di atas menjelaskan bahwa kerusakan yang terjadi di muka bumi
disebabkan oleh ulah tangan manusia. Perusakan lingkungan hidup bersumber
pada perilaku manusia yang bermental frontier.41 Manusia seperti halnya semua
makhluk hidup, berinteraksi dengan lingkungan hidupnya dan sebaliknya ia
dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya.42 Perubahan dalam lingkungan hidup
akan menyebabkan perubahan dalam tingkah laku manusia untuk
menyesuaikan diri dengan kondisi yang baru. Perubahan dalam tingkah laku
39 Ibid, hal. 60. 40 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Taerjemahnya..., hal.409. 41 Maftuchah Yusuf, Pendidikan Kependudukan &Etika Lingkungan, (Yogyakarta:
Lembaga Studi dan Inovasi Pendidikan, 2000), hal. 127. 42 Otto Soemarwoto, Analisis Dampak Lingkungan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 1992), hal. 18.
101
manusia ini selanjutnya akan menyebabkan pula perubahan dalam lingkungan
hidup.43 Berdasarkan kenyataan dan keinginan manusia untuk memenuhi
kebutuhan dan kepuasan, sering menjadikan manusia menguasai alam yang
cenderung mengakibatkan kerusakan akibat sikap mementingkan kebutuhan
sendiri tanpa memperhatikan kelangsungan hidup alam.44
Agama Islam dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi untuk
pelestarian lingkungan hidup. Islam mempunyai konsep tentang pentingnya
konservasi, penyelamatan, dan pelestarian lingkungan. Islam memposisikan
konservasi lingkungan menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan
manusia sebagai khalifah yakni kaitannya dengan hablum minal alm (hubungan
manusia dengan alam) akan tetapi tingkat kesadaran terhadap perawatan
lingkungan masih terlampau kecil. Berbagai ayat dalam Al-Qur’an yang
menjelaskan bagaimana manusia mengelola dan memakmurkan alam. Namun,
konsep-konsep lingkungan yang dijelaskan dalam Al-Qur’an belum
dimanfaatkan secara nyata dan optimal.45 Dengan bingkai moral dan ajaran
agama, masyarakat Indonesia yang terkenal religius dan mayoritas beragama
Islam sepatutnya memperoleh wawasan pengetahuan dan pengalaman
mengenai lingkungan hidup.
Untuk memperoleh wawasan dan pengalaman mengenai lingkungan
hidup guna mengatasi problem lingkungan agar tidak semakin akut, maka perlu
43 A. Tresna Sastrawijaya, Pencemaran Lingkungan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal. 7. 44 Fachruddin M. Mangunjaya, dkk., Menanam Sebelum Kiamat: Islam, Ekologi dan
Gerakan Lingkungan Hidup, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007), hal. 25. 45 M. Nurul Ikhsan Saleh, Islam, National Character Building dan Etika Global,
(Yogyakarta: Bagian Kemahasiswaan UIN Sunan Kalijaga, 2010), hal. 107.
102
langkah strategis dan berkesinambungan. Langkah yang dimaksud adalah
melalui proses pendidikan. Pendidikan adalah wahana paling tepat untuk
internalisasi dan transformasi pengetahuan dan nilai-nilai kearifan
berlingkungan yang terkandung dalam ajaran Islam. Pendidikan harus mampu
merubah setiap jengkal dimensi kehidupan seseorang. Proses pembelajaran
sudah semestinya membantu masyarakat pembelajar untuk mengembangkan
potensi intelektualitasnya.46
Pendidikan lingkungan hidup merupakan pembelajaran yang dilakukan
peserta didik dalam memahami lingkungan hidup dengan tujuan akhir
meningkatkan perlindungan dan sikap bertanggungjawab terhadap lingkungan
hidup. Pendidikan terkait lingkungan hidup juga dapat diintegrasikan dengan
pendidikan agama Islam. Dalam pendidikan agama Islam peduli terhadap
lingkungan menjadi nilai yang penting untuk ditumbuhkembangkan. Perilaku
peduli lingkungan yang dikembangkan akan membentuk anak tumbuh menjadi
manusia yang berkarakter kepedulian terhadap lingungan, baik lingkungan
sosial keagamaan maupun lingkungan fisik. Melalui ranah pendidikan agama
Islam, siswa dibekali ilmu dan pengetahuan tentang kebijakan alam serta
keteraturan alam semesta sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits. Pendidikan
agama Islam disini diartikan sebagai upaya mempersiapkan anak atau individu
dan menumbuhkannya baik dari sisi jasmani, akal pikiran, dan rohaninya
dengan pertumbuhan yang terus menerus agar ia dapat hidup dan
46 Andreas Harefa, Sekolah Saja Tidak Pernah Cukup, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2002), hal. 62.
103
berpenghidupan sempurna, sehingga ia dapat menjadi anggota masyarakat yang
berguna bagi dirinya sendiri dan umatnya.47
Instansi pendidikan merupakan faktor penting dalam penanaman nilai-
nilai dan penanaman sikap, maka peran pendidikan lingkungan hidup maupun
pendidikan agama adalah sarana yang penting dalam transformasi pengetahuan
ke arah fungsi manusia sebagai khalifah Allah. Sebagaimana tertuang dalam
undang-undang R.I. tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
yang berbunyi:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.”48
Selain sebagai madrasah adiwiyata yang membawa pesan peduli
lingkungan, MTsN 6 Sleman juga merupakan sebuah institusi pendidikan yang
ber-Ruh Islam, memiliki konsep yang diimplementasikan ke dalam kurikulum
pendidikan madrasah sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan dengan
menjadikan Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber pendidikan. Pendidikan
agama Islam diharapkan mampu berperan mengatasi permasalahan lingkungan
hidup karena Islam adalah pembawa rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil-
‘Alamin) sudah memberikan ajaran dan tuntunan agar tidak melakukan tindakan
yang merugikan alam dan mempunyai tanggungjawab moral untuk
47 Abu Tauhid, Beberapa Aspek Pendidikan Islam, ( Yogyakarta: Sekretaris Kajur Fakultas
Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga.,1990), hal. 14 48 Undang-Undang SIKDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional), UU RI no 20 tahun 2003,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2003), hal. 2.
104
melestarikan alam melalui pendekatan pendidikan agama islam. Pendidikan
agama Islam berperan sebagai landasan spiritual dalam menumbuhkan budaya
peduli lingkungan.
Pendidikan lingkungan hidup di MTsN 6 Sleman terintegrasi dengan
semua mata pelajaran, termasuk pendidikan agama Islam. Konsep integrasi
pendidikan lingkungan hidup ke dalam pembelajaran pendidikan agama Islam
adalah mengintegrasikan materi pendidikan lingkungan hidup dalam satu
satuan pembelajaran pendidikan agama Islam. Beberapa guru pendidikan
agama Islam mengintegrasikan pendidikan lingkungan hidup dengan metode
infusi (sisip) pada materi pendidikan agama Islam meliputi materi al-Qur’an
Hadits, Akidah Akhlak, Fiqih, dan Sejarah Kebudayaan Islam. Sudah menjadi
keharusan untuk seluruh guru pendidikan agama Islam di MTsN 6 Sleman
memiliki wawasan yang luas tentang lingkungan hidup, sehingga para guru
pendidikan agama Islam dapat menjelaskan keterkaitan antara materi pelajaran
yang diampu dengan materi tentang lingkungan hidup. Karena pada dasarnya
dalam proses pembelajaran selain guru harus memiliki wawasan yang luas
tentang lingkungan hidup baik dari sisi agama maupun dari disiplin ilmu
pengetahuan yang lain, juga menuntut adanya keterampilan khusus bagi guru
dalam menginternalisasikan the values of environment awareness.
Pembelajaran yang menekankan pada kompetensi kognitif, afektif, dan
psikomotorik dengan menggunakan berbagai metode merupakan kemampuan
guru yang dikembangkan di dalam mengajar sehingga pembelajaran akan
menjadi lebih berkesan bagi peserta didik. Untuk mempersiapkan diri sebagai
105
madrasah adiwiyata, serta untuk menambah wawasan guru terhadap
pengetahuan lingkungan hidup maka MTsN 6 Sleman memberikan sosialisasi
terlebih dahulu kepada seluruh guru dan karyawan MTsN 6 Sleman tentang
adiwiyata dan lingkungan hidup.
Integrasi pendidikan lingkungan hidup dengan pembelajaran pendidikan
agama Islam merupakan salah satu upaya mewujudkan budaya peduli
lingkungan pada siswa dan mesukseskan program adiwiyata. Bukan hanya
melalui proses pembelajaran saja, untuk mewujudkan budaya peduli lingkungan
pada siswa juga dilakukan guru pendidikan agama Islam melalui proses
keteladanan (Uswah al-Hasanah). Dalam proses ini siswa tidak secara langsung
mengerti tentang keteladanan yang dilakukan guru. Pertama kali guru harus
memberikan pengertian pada siswa tentang pentingnya menjaga lingkungan
selanjutnya membangun kesadaran siswa untuk melaksanakannya dengan
bimbingan guru yang sekaligus memberi keteladanan kepada siswa.49 Menjaga
lingkungan hidup merupakan salah satu uswah untuk siswa. Seorang guru harus
selalu menjaga perilaku di lingkungan madrasah, karena guru secara langsung
menjadi panutan bagi siswa. Adapun keteladanan yang dicontohkan oleh guru
kepada siswa harus diawali dari pribadi masing-masing guru. Karena faktor
penting dalam mendidik adalah keteladanan. Sebelum guru meminta siswa
menjaga lingkungan madrasah, maka guru harus terbiasa menjaga lingkungan
49 Hasil wawancara dengan ibu Miftachurochmah selaku guru Akidah Akhlak pada hari
Jum’at, 25 Agustus 2017, pukul 07.32 WIB.
106
madrasah terlebih dahulu. Dengan itu, siswa akan lebih termotivasi untuk
menjaga lingkungan.
Selain itu, guru pendidikan agama Islam juga ikut serta mewujudkan
budaya peduli lingkungan pada program adiwiyata melalui kedisiplinan.
Membangun kesadaran interdependensi berlingkungan melalui pendidikan ini
memerlukan ketegasan dan kebijaksanaan atau penerapan reward dan
punishment. Ketegasan mengharuskan seorang guru memberikan teguran atau
sanksi kepada siswa yang melanggar, sementara kebijaksanaan mengharuskan
guru dan kepala madrasah berbuat adil dan arif dalam memberikan sanksi.
Semua peraturan tentang menjaga lingkungan madrasah sudah ditetapkan oleh
kepala madrasah, sehingga guru-guru yang menjadi pelaksana dalam
memonitor segala tingkah laku siswa yang berhubungan dengan menjaga
lingkungan. Guru-guru mempunyai hak untuk memberikan reward ataupun
punishment kepada siswa. Punishment diberikan apabila siswa sudah tidak
dapat diingatkan lagi. Hal pertama yang dilakukan guru ketika ada siswa yang
tidak menjaga lingkungan adalah mengingatkan, jika terlalu sering maka siswa
tersebut akan ditanya alasan dia tidak menjaga lingkungan. Jika memang sudah
keterlaluan maka guru baru akan memberikan punishment.50 Menurut
keterangan bapak Abdul Hadi selaku kepala madrasah, sampai saat ini sangat
jarang siswa yang tidak menjaga lingkungan.51
50 Hasil wawancara dengan ibu Ami Solichati selaku guru pembina aprogram diwiyata
MTsN 6 Sleman pada hari Senin, 7 Agustus 2017 pukul 09.15 WIB di perpustakaan MTsN 6
Sleman. 51 Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Hadi selaku kepala MTsN 6 Sleman pada hari
Kamis, 3 Agustus 2017, pukul 08.44 WIB di Ruang Kepala Madrasah.
107
Pendidikan agama Islam sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap
terwujudnya budaya peduli lingkungan pada siswa sebagai akibat perubahan
kesadaran yang terbangun melalui interaksi edukatif. Beberapa implikasi
sosiologis dari integrasi pendidikan agama Islam dan pendidikan lingkungan
hidup antara lain: Pertama, untuk kesinambungan hasil yang dicapai
membutuhkan sosialisasi melalui segala aktivitas peserta didik sehingga guru
pendidikan agama Islam pun harus terus memperhatikan segala aktivitas siswa.
Kedua, dengan mengintegrasikan pendidikan agama Islam dengan pendidikan
lingkungan hidup merupakan bentuk dukungan agar pendidikan lingkungan
hidup dapat diterima, dipahami dan selanjutnya dapat diimplementasikan secara
bertanggungjawab. Secara psikologis memberikan implikasi berupa motivasi
baru dalam belajar bagi semua yang terlibat dalam kegiatan pendidikan agama
Islam yang terintegrasi dengan pendidikan lingkungan hidup, khususnya
fasilitator dan peserta didik untuk terus memahami ayat-ayat baik qauliyah
maupun kauniyah Allah SWT dan mengamalkannya dalam wujud menjaga,
memelihara dan melestarikannya.
Konsep adiwiyata pada dasarnya sangat dekat dengan pendidikan agama
Islam. Karena dalam pendidikan agama Islam diajarkan untuk berakhlak mulia
bukan hanya kepada sesama manusia tetapi juga kepada alam.52 Adiwiyata
sangat erat kaitannya dengan tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi,
yang bertanggungjawab untuk menjaga lingkungan. Dalam program adiwiyata
52 Hasil wawancara dengan bapak Anang Sumarna selaku guru Sejarah Kebudayaan Islam
pada hari Senin, 14 Agustus 2017 pukul 13.10 WIB di ruang guru.
108
hal tersebut diterjemahkan menjadi tindakan seperti menanam pohon, menjaga
kebersihan lingkungan, dan merawat lingkungan.53 Sangat jelas bahwa peran
pendidikan agama Islam dalam mewujudkan budaya peduli lingkungan pada
program adiwiyata lebih kepada pendekatan spiritual kepada siswa.54
Pendidikan agama Islam memberikan landasan teori tentang peduli lingkungan
pada program adiwiyata, landasan teori tersebut bersumber dari Al-Qur’an dan
Hadits terkait lingkungan.55 Sehingga pendidikan agama Islam membantu
mensukseskan program adiwiyata dalam mewujudkan budaya peduli
lingkungan bukan hanya pada ranah duniawi tetapi juga dalam ranah ukhrawi
yang berkaitan dengan perintah Allah SWT dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits
Rosul.56
Peran pendidikan agama Islam terlihat dari keterlibatan PAI dalam
komponen-komponen adiwiyata yaitu kebijakan berwawasan lingkungan,
kurikulum berbasis lingkungan, kegiatan lingkungan berbasis partisipatif, dan
pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan. Berikut indikator peran PAI
dalam mewujudkan budaya peduli lingkungan pada program adiwiyata:
53 Hasil wawancara dengan bapak Sutarjo, M. Pd. I selaku guru Al-Qur’an Hadits pada hari
Selasa, 22 Agustus 2017 pukul 11.35 WIB di ruang wakil kepala madrasah. 54 Hasil wawancara dengan Hasil wawancara dengan bapak Khanifudin, S. Pd. I selaku
guru Fiqih pada hari Rabu, 9 Agustus 2017 pukul 11.10 WIB di perpustakaan MTsN 6 Sleman. 55 Hasil wawancara dengan ibu Miftachurochmah selaku guru Akidah Akhlak pada hari
Jum’at, 25 Agustus 2017, pukul 07.32 WIB. 56 Hasil wawancara dengan bapak Sutarjo, M. Pd. I selaku guru Al-Qur’an Hadits pada hari
Selasa, 22 Agustus 2017 pukul 11.35 WIB di ruang wakil kepala madrasah.
109
1. Implementasi nilai peduli lingkungan melalui pembelajaran
Pada program adiwiyata MTsN 6 Sleman, pendidikan lingkungan
hidup bukan merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri. Pendidikan
lingkungan hidup diintegrasikan dengan mata pelajaran yang ada, salah
satunya adalah pendidikan agama Islam. Dalam hal ini, pendidikan agama
Islam berkontribusi dalam memberikan landasan teori yang bersifat spiritual
untuk menjalankan program-program adiwiyata. Seperti yang telah
dijelaskan bahwa program adiwiyata sangat erat kaitannya dengan agama
Islam. Adiwiyata sangat erat kaitannya dengan tugas manusia sebagai
khalifah di muka bumi, yang bertanggungjawab untuk menjaga lingkungan.
Dalam program adiwiyata hal tersebut diterjemahkan menjadi tindakan
seperti menanam pohon, menjaga kebersihan lingkungan, dan merawat
lingkungan.57 Untuk mewujudkan sikap peduli lingkungan, siswa haruslah
dibekali dengan dasar-dasar tentang lingkungan yang kuat sehingga siswa
dengan suka rela menjaga lingkungan. Dasar-dasar tersebut diambil dari
teori-teori dalam pendidikan agama Islam yang bersumber dari Al-Qur’an
dan Al-Hadits.
Melalui integrasi pendidikan agama Islam dengan pendidikan
lingkungan hidup siswa dibekali teori-teori tentang lingkungan hidup dalam
agama Islam. Pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ada beberapa
materi yang dapat diintegrasikan dengan pendidikan lingkungan hidup.
57 Hasil wawancara dengan bapak Sutarjo, M. Pd. I selaku guru Al-Qur’an Hadits pada hari
Selasa, 22 Agustus 2017 pukul 11.35 WIB di ruang wakil kepala madrasah.
110
Berikut merupakan beberapa materi pendidikan agama Islam yang telah
diintegrasikan dengan pendidikan lingkungan hidup oleh guru-guru
pendidikan agama Islam MTsN 6 Sleman. Pada mata pelajaran Akidah
Akhlak, menurut ibu Miftachurochmah ada beberapa materi Akidah Akhlak
yang sudah beliau integrasikan dengan pendidikan lingkungan hidup. Salah
satu contohnya adalah mata pelajaran Akidah Akhlak kelas IX tentang Adab
Islam Terhadap Lingkungan. Materi ini berisi tentang adab terhadap
binatang dan tumbuhan, menjaga kebersihan lingkungan, larangan
mencemari atau merusak lingkungan, menghidupkan lahan mati, dan tidak
mengeksploitasi lingkungan. Pada materi ini ibu Miftachurochmah
menjelaskan dan mengajak peserta didik untuk peduli terhadap lingkungan.
Agar siswa lebih mengerti dan tertarik untuk peduli terhadap lingkungan
maka Ibu Miftachurochmah mengaitkan materi ini dengan kegiatan
madrasah yang menyangkut program adiwiyata. Ibu Miftachurochmah juga
memberikan contoh nyata menjaga lingkungan dengan menunjukkan sarana
prasarana pendukung program adiwiyata yang ada di lingkungan MTsN 6
Sleman.58
Pada mata pelajaran Al-Qur’an Al-Hadits, bapak Sutarjo
mengintegrasikan pendidikan lingkungan hidup dengan materi Al-Qur’an
Hadits kelas IX dengan tema Kulestarikan Alam dengan Melestarikan
Bumiku. Materi ini berisi tentang kandungan Q.S. al-Qaari’ah dan Q.S. al-
58 Hasil wawancara dengan ibu Miftachurochmah selaku guru Akidah Akhlak pada hari
Jum’at, 25 Agustus 2017, pukul 07.32 WIB.
111
Zalzalah tentang fenomena alam, hadits tentang perilaku menjaga dan
melestarikan lingkungan serta hadits tentang perilaku melestarikan hewan.
Pada materi ini bapak Sutarjo menjelaskan tentang kandungan Q.S. al-
Qaari’ah dan al-Zalzalah tentang tanda-tanda kerusakan alam dan kaitannya
dengan fenomena alam yang sering terjadi serta kaitan antara kandungan
hadits dengan perilaku melestarikan alam dan menjaga lingkungan yang
dilakukan siswa.59 Selain menjelaskan dan meminta siswa untuk menghafal,
bapak Sutarjo juga mengajak siswa untuk menanam pohon di lingkungan
madrasah agar siswa dapat berpartisipasi langsung dalam melestarikan
alam.60 Dengan mengintegrasikan unsur adiwiyata dengan pendidikan Al-
Qur’an Al-Hadits menjadikan siswa bertanggungjawab terhadap
lingkungan, dari lingkungan kecil seperti lingkungan madrasah ke
lingkungan yang lebih besar.61
Pada materi Fiqih, bapak Khanifudin mengintegrasikan pendidikan
lingkungan hidup dengan materi Fiqih kelas VII dengan tema Sucikanlah
Lahir Batinmu, Gapailah Cinta Tuhanmu. Materi ini berisi tentang
thaharah, mulai dari pengertian thaharah, pengertian hadas dan najis, alat-
alat bersuci dan macam-macam air, tata cara bersuci serta fungsi thaharah
dalam kehidupan. Pada materi ini bapak Khanifudin menyisipkan
penjelasan tentang menghemat penggunaan air saat melakukan thaharah.
59 Hasil observasi pembelajaran Al-Qur’an Hadits kelas IX pada hari Selasa, 22 Agustus
2017 pukul 13.10 WIB di kelas IX D. 60 Hasil observasi prakrek menanam pohon pada pembelajaran Al-Qur’an Hadits kelas IX
pada hari Sabtu, 26 Agustus 2017 pukul 12.30 WIB di halaman MTsN 6 Sleman. 61 Hasil wawancara dengan bapak Sutarjo, M. Pd. I selaku guru Al-Qur’an Hadits pada hari
Selasa, 22 Agustus 2017 pukul 11.35 WIB di ruang wakil kepala madrasah.
112
Selain itu, bapak Khanifudin juga mengajak siswa untuk praktek wudhu.
Saat melaksanakan praktek wudhu, bapak Khanifudin juga menjelaskan dan
menunjukkan langsung tentang penggunaan air saat melakukan thaharah
agar tidak terbuang sia-sia. Beliau menjelaskan bahwa saat kita berwudhu
haruslah menggunakan air secukupnya, tidak menyalakan kran air dengan
terlalu kencang dan jika sudah tidak digunakan lagi maka kran air tersebut
haruslah segera dimatikan sehingga air tidak terbuang sia-sia.62 Penjelasan
tentang penggunaan air dilakukan oleh bapak Khanifudin secara spontan
dan tidak dimasukkan ke dalam RPP. Bapak Khanifudin juga menjelaskan
bahwa meskipun tidak tercantum dalam RPP tetapi dalam pelaksanaanya
bapak Khanifudin sering menyisipkan penjelasan tentang lingkungan hidup
dalam pelajaran fiqih.63
Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah pelajaran yang sedikit
sulit untuk dikaitkan dengan pendidikan lingkungan hidup. Namun, bapak
Anang Sumarna selaku guru pengampu pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam tetap berusaha untuk mengintegrasikan unsur-unsur pendidikan
lingkungan hidup dengan materi yang diajarkan. Bapak Anang Sumarna
mengintegrasikan pendidikan lingkungan hidup dengan materi Sejarah
Kebudayaan Islam kelas IX tentang Bentuk-Bentuk Tradisi Islam
Nusantara. Materi ini berisi tentang macam-macam tradisi Islam di
Indonesia. Bapak Anang Sumarna menyisipkan pendidikan lingkungan
62 Hasil observasi pembelajaran Fiqih kelas VII pada hari Rabu, 9 Agustus 2017 pukul
09.35 WIB di ruang kelas VII D dan tempat wudhu. 63 Hasil wawancara dengan bapak Khanifudin, S. Pd. I selaku guru Fiqih pada hari Rabu, 9
Agustus 2017 pukul 11.10 WIB di perpustakaan MTsN 6 Sleman.
113
hidup pada materi tentang tradisi padusan dan mandi balimau. Tradisi ini
berkaitan tentang penggunaan air. Bapak Anang Sumarna menjelaskan
tentang sumber air, pemanfaatan air dan pemeliharaan sumber mata air
dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, bapak Anang Sumarna juga
meminta siswa untuk mengamati video tentang tradisi padusan dan mandi
balimau serta mengaitkannya dengan kondisi air dan pemanfaatannya.
Dalam materi ini bapak Anang Sumarna tidak hanya memasukkan unsur-
unsur lingkungan hidup dalam materi pembelajaran, tetapi juga
menggunakan barang-barang bekas utuk media pembelajaran.
Bapak Anang Sumarna mengungkapkan bahwa pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam memang sedikit sulit untuk dikaitkan dengan pendidikan
lingkungan hidup. Meskipun ada beberapa materi yang tidak dikaitkan
dengan pendidikan lingkungan hidup, namun bapak Anang Sumarna tetap
memasukkan unsur menjaga lingkungan dalam satu satuan pembelajaran
yaitu pada awal atau akhir pembelajaran. Seperti, meminta siswa untuk
mengecek kebersihan kelas sebelum memulai pembelajaran dan
mengingatkan untuk piket kelas pada akhir pembelajaran.64
Materi pendidikan agama Islam sebenarnya banyak yang bisa
dikaitkan dengan lingkungan hidup, akan tetapi masih ada beberapa RPP
yang belum mencantumkan tentang pendidikan lingkungan hidup. Dari
beberapa dokumentasi berupa RPP yang berhasil peneliti kumpulkan dari
64 Hasil wawancara dengan bapak Anang Sumarna selaku guru Sejarah Kebudayaan Islam
pada hari Senin, 14 Agustus 2017 pukul 13.10 WIB di ruang guru.
114
guru-guru pendidikan agama Islam, peneliti dapat mengetahui implementasi
pendidikan agama Islam yang terintegrasi dengan pendidikan lingkungan
hidup melalui proses pembelajaran yang telah peneliti observasi.
Selain itu, guru juga menyisipkan cerita tentang kehidupan Nabi dan
Rasul yang mencerminkan peduli lingkungan serta kejadian-kejadian yang
menjadi akibat tidak menjaga lingkungan. Setelah itu siswa menganalisis
dan menerapkannya ke dalam aktivitas keseharian siswa. PAI yang
terintegrasi dengan pendidikan lingkungan hidup sedikit banyak
memberikan pengaruh terhadap perilaku sebagai akibat perubahan
kesadaran yang terbangun melalui interaksi edukatif. Implementasi nilai
peduli lingkungan melalui pembelajaran sesuai dengan komponen
adiwiyata yaitu kurikulum berbasis lingkungan.
2. Implementasi nilai peduli lingkungan melalui budaya sekolah
Dalam upaya mewujudkan budaya peduli lingkungan semua warga
madrasah haruslah ikut serta dalam kegiatan menjaga lingkungan yang telah
di programkan. Implementasi nilai peduli lingkungan melalui budaya
sekolah terlihat dari pelaksanaan kegiatan rutin di MTsN 6 Sleman yang
berhubungan dengan kebersihan lingkungan seperti piket harian dan sabtu
bersih. Selain itu juga dari kegiatan spontan dan pengondisian berupa
pembiasaan, teguran serta keteladanan.
Bentuk partisipasi pendidikan agama Islam dalam mewujudkan
budaya peduli lingkungan adalah melalui guru-guru pengampu Al-Qur’an
Al-Hadits, Akidah Akhlak, Fiqih, dan Sejarah Kebudayaan Islam. Selain
115
melalui integrasi pendidikan lingkungan hidup ke dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam, guru pendidikan agama Islam juga berkontribusi
dalam menumbuhkan kebiasaan menjaga lingkungan melalui keteladanan
dan kedisiplinan.
Seorang guru merupakan sosok yang di kagumi oleh siswa. Setiap
perilaku yang dilakukan siswa adalah hasil dari menjalankan apa yang
diajarkan oleh guru dan proses meniru kebiasaan yang dicontohkan oleh
guru. Terlebih lagi guru pendidikan agama Islam, kebiasaan yang
ditunjukkan oleh guru pendidikan agama Islam mencerminkan ajaran-
ajaran Islam serta akhlak terpuji yang diajarkan. Sehingga siswa lebih
banyak meniru yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam dan
menjalankan apa yang dijelaskan oleh guru pendidikan agama Islam.
Termasuk dalam mewujudkan budaya peduli lingkungan pada program
adiwiyata.65
Guru pendidikan agama Islam juga harus ikut menjalankan kebijakan
terkait program adiwiyata di MTsN 6 Sleman. Seperti kegiatan adiwiyata
terkait kebersihan lingkungan. Selain mengingatkan siswa untuk
menjalankan piket harian, guru harus melaksanakan piket harian yang telah
dijadwalkan. Guru pendidikan agama Islam juga ikut serta dalam kegiatan
sabtu bersih yang merupakan kegiatan adiwiyata. Dalam merawat tanaman
dan pemilahan sampah, guru pendidikan agama Islam ikut serta dalam
65 Hasil wawancara dengan ibu Ami Solichati selaku guru pembina aprogram diwiyata
MTsN 6 Sleman pada hari Senin, 7 Agustus 2017 pukul 09.15 WIB di perpustakaan MTsN 6
Sleman.
116
merawat tanaman dan membuang sampah di tempat sampah sesuai dengan
jenis sampahnya. Dan dalam pemanfaatan limbah air wudhu, guru
pendidikan agama Islam berkontribusi penuh dalam mencontohkan kepada
siswa tentang penggunaan air wudhu. Terutama di saat menjalankan
program-program keagamaan seperti sholat dhuha dan dzuhur berjama’ah.
Dalam hal ini, guru pendidikan agama Islam tidak hanya memberikan
teori tentang lingkungan hidup yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-
Hadits ataupun menceritakan tentang kisah Nabi dan Rasul yang berkaitan
tentang menjaga lingkungan, tetapi guru pendidikan agama Islam
berpartisipasi dalam menjaga lingkungan. Hal tersebut membuat siswa
dapat meneladani apa yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam,
karena siswa terkadang lebih mengerti ketika dicontohkan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan nilai peduli
lingkungan melalui budaya sekolah dapat dilakukan dengan melaksanakan
kegiatan rutin, kegiatan spontan, pengondisian, dan keteladanan. Kegiatan
tersebut dapat dilakukan oleh seluruh warga madrasah dalam kehidupan
sehari-hari. Implementasi nilai peduli lingkungan melalui budaya sekolah
sesuai dengan komponen adiwiyata yaitu kegiatan lingkungan berbasis
partisipatif.
3. Implementasi nilai peduli lingkungan melalui kegiatan ekstrakulikuler
Pelaksanaan kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler keagamaan di MTsN 6
Sleman diintegrasikan dengan nilai peduli lingkungan, begitu pula dengan
kegiatan-kegiatan adiwiyata yang memasukkan nilai agama Islam dalam
117
pelaksanaannya. Kegiatan ekstrakulikuler pidato bahasa arab dan bahasa
inggris juga mengintegrasikan antara PAI dengan nilai peduli lingkungan,
disini siswa diberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuan berpidato
dalam bahasa arab maupun inggris di depan seluruh warga sekolah. Hal
tersebut biasanya dilaksanakan setelah sholat dhuha dan ada beberapa tema
yang membahas tentang peduli terhadap lingkungan. Dalam pelaksanaan
pidato tentang peduli lingkungan, siswa juga memasukkan ayat Al-Qur’an
dan Al-Hadits dalam penyampaiannya. Selain itu, dalam ekstrakulikuler
qiro’ah dan tahfidzul Qur’an siswa bukan hanya membaca atau menghafal
ayat Al-Qur’an saja tetapi guru juga menjelaskan tentang isi kandungan dari
ayat yang dibaca atau dihafal. Dari ayat yang dibaca dan dihafal siswa, ada
beberapa ayat pula yang berhubungan dengan peduli lingkungan sehingga
guru juga mengambil contoh lingkungan madrasah sebagai bahan untuk
menjelaskan kepada siswa.66
Sedangkan kegiatan adiwiyata seperti menjaga kebersihan, merawat
tanaman, dan pemanfaatan limbah air wudhu juga didasari oleh teori-teori
lingkungan hidup yang ada dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dalam
kegiatan ekstrakulikuler lainnya juga ada yang memasukkan nilai agama
Islam dan nilai peduli lingkungan dalam pelaksanaannya seperti pramuka.
66 Hasil observasi kegiatan MTsN 6 Sleman pada pelaksanaan Magang III bulan oktober
2016.
118
4. Implementasi nilai peduli lingkungan melalui sarana dan prasarana
Setiap kegiatan akan berjalan lancar apabila didukung oleh sarana dan
prasarana yang memadai. Dalam pelaksanaan program adiwiyata dan
program keagamaan di MTsN 6 Sleman dilengkapi dengan sarana dan
prasarana pendukung yang menunjang kelancaran program-program
tersebut. Kontribusi pendidikan agama Islam dalam sarana dan prasarana
pendukung ramah lingkungan adalah penggunaan sarana dan prasarana
pendukung program adiwiyata dalam menjalankan pendidikan agama
Islam. Sepeti gazebo, guru pendidikan agama Islam terkadang
memanfaatkan gazebo untuk belajar di luar kelas. Hal tersebut dilakukan
agar siswa tidak bosan di dalam kelas. Lingkungan di sekitar madrasah hijau
juga menimbulkan kesan sejuk dan nyaman untuk mendukung kegiatan
belajar mengajar.
Sedangkan untuk sarana dan prasarana pendukung kegiatan
keagamaan di MTsN 6 Sleman juga menerapkan ramah lingkungan. Seperti
masjid MTsN 6 Sleman, Masjid ini di desain terbuka sehingga pada siang
hari tidak memerlukan lampu untuk penerangan. Selain itu masjid ini juga
tidak menggunakan kipas angin maupun AC, hal ini karena sudah
terciptanya suasana sejuk dari lingkungan MTsN 6 Sleman yang memiliki
banyak pohon dan tanaman. Sarana dan prasarana pendukung keagamaan
yang lain seperti tempat wudhu juga dirancang agar mendukung program
119
adiwiyata yaitu pemanfaatan limbah air wudhu, biopori, dan tamanisasi.67
Di Lingkungan MTsN 6 Sleman juga terdapat poster-poster ajakan peduli
terhadap lingkungan dan dari beberapa poster tersebut ada yang
mencantumkan ayat Al-Qur’an atau Al-Hadits yang berhubungan tentang
lingkungan.68 Implementasi nilai peduli lingkungan melalui sarana dan
prasarana sesuai dengan komponen adiwiyata yaitu pengelolaan sarana
pendukung ramah lingkungan.
Peran pendidikan agama Islam dalam terwujudnya budaya peduli
lingkunga pada program adiwiyata adalah sebagai landasan spiritual bagi siswa
terkait penduli lingkungan. Karena teori tentang peduli lingkungan sudah
dijelaskan di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits, dan program adiwiyata
mewujudkan teori tersebut ke dalam sebuah kegiatan. Selain itu, PAI juga
berperan sebagai sumber motivasi siswa untuk peduli terhadap lingkungan
melalui pembelajaran dan keteladanan dari guru-guru PAI. Peran tersebut
merupakan peran yang umum dan implisit, sedangkan peran yang eksplisit
melalui keterlibatan PAI dalam komponen adiwiyata yaitu kebijakan
berwawasan lingkungan, kurikulum berbasis lingkungan, kegiatan lingkungan
berbasis partisipatif, dan pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan.
Keterlibatan PAI dalam komponen-komponen adiwiyata tersebut terlihat dari
bebepara indikator implementasi nilai peduli lingkungan di MTsN 6 Sleman
67 Hasil wawancara dengan ibu Ami Solichati selaku guru pembina aprogram diwiyata
MTsN 6 Sleman pada hari Senin, 7 Agustus 2017 pukul 09.15 WIB di perpustakaan MTsN 6
Sleman. 68 Hasil observasi lingkungan MTsN 6 Sleman pada hari Selasa, 1 Agustus 2017 pukul
09.15 WIB
120
yaitu melalui pembelajaran, budaya lingkungan, kegiatan ekstrakulikuler, dan
sarana prasarana.
D. Kontribusi PAI dalam Terwujudnya Budaya Peduli Lingkungan Siswa
MTsN 6 Sleman
Pemerintah telah mengambil langkah nyata dalam menjaga lingkungan
hidup. Program adiwiyata yang digagas oleh Kementerian Lingkungan Hidup
dan Departemen Pendidikan Nasional (sekarang Kemendiknas) merupakan
salah satu tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam rangka mendorong
terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian
lingkungan. Sebagai salah satu institusi pendidikan yang mendapatkan
penghargaan sebagai madrasah adiwiyata, MTsN 6 Sleman memiliki beberapa
komponen untuk mewujudkan tujuan program adiwiyata yang meliputi
kebijakan berwawasan lingkungan yang tertuang dalam tata tertib
penyelenggaraan madrasah lingkungan, pelaksanaan kurikulum berbasis
lingkungan, kegiatan lingkungan berbasis partisipasi dan pengelolaan sarana
dan prasarana pendukung ramah lingkungan.
Selain sebagai madrasah adiwiyata yang membawa pesan peduli
lingkungan, MTsN 6 Sleman juga merupakan institusi pendidikan yang identik
dengan penanaman nilai-nilai agama Islam dalam setiap aktivitasnya. MTsN 6
Sleman memiliki beberapa program keagamaan yang bertujuan menanamkan
ajaran Islam pada siswa. Program keagamaan tersebut bersifat wajib diikuti oleh
seluruh siswa MTsN 6 Sleman.
121
Kedua program unggulan MTsN 6 Sleman tersebut pada dasarnya
memiliki hubungan satu sama lain. Karena dalam pendidikan agama Islam
diajarkan untuk berakhlak mulia bukan hanya kepada sesama manusia tetapi
juga kepada alam.69 Adiwiyata sangat erat kaitannya dengan tugas manusia
sebagai khalifah di muka bumi, yang bertanggungjawab untuk menjaga
lingkungan. MTsN 6 Sleman juga sadar akan hal tersebut, sehingga banyak
kegiatan adiwiyata yang terintegrasi dengan pendidikan agama Islam.
Pendidikan agama Islam berpengaruh terhadap pelaksanaan program adiwiyata
dalam mewujudkan budaya peduli lingkungan bagi siswa. Pendidikan agama
Islam berkontribusi dalam beberapa aspek adiwiyata, antara lain pendidikan
agama Islam memberikan landasan teoritis dalam mewujudkan budaya peduli
lingkungan siswa MTsN 6 Sleman. Melalui metode penanaman nilai-nilai
agama Islam pada siswa yang merupakan dasar dari program keagamaan MTsN
6 Sleman, pendidikan agama Islam berkontribusi dalam mewujudkan budaya
peduli lingkungan bagi siswa. Hal tersebut terlihat dari upaya guru dalam
menyisipkan pesan peduli lingkungan pada metode-metode tersebut.
1. Metode keteladanan
Metode keteladanan yang dilakukan oleh guru tidak secara langsung
dapat dimengerti oleh anak, karena latar belakang anak yang berbeda.
Pertama kali harus memberikan pengertian kepada anak tentang pentingnya
menjaga lingkungan, selanjutnya membangun kesadaran anak untuk
69 Hasil wawancara dengan bapak Anang Sumarna selaku guru Sejarah Kebudayaan Islam
pada hari Senin, 14 Agustus 2017 pukul 13.10 WIB di ruang guru.
122
menjaga lingkungan dengan bimbingan guru yang sekaligus memberi
keteladanan kepada anak didik. Misalkan ketika ada sampah, guru
membuangnya pada tempat sampah. Anak belum mengerti bahwa guru
memberikan keteladanan kepada mereka sebelum guru menjelaskan bahwa
setiap kali melihat sampah harus dibuang pada tempat sampah.70
Menjaga kebersihan merupakan salah satu uswah utuk peserta didik.
seorang guru selalu menjaga segala perilaku mereka di lingkungan
madrasah, karena mereka secara tidak langsung menjadi panutan anak
didiknya. Adapun keteladanan yang dicontohkan oleh guru kepada anak-
anak di madrasah yaitu diawali dari diri sendiri. Sebagai seorang pendidik
harus dapat diteladani karena faktor penting dalam mendidik adalah terletak
pada keteladanannya. Keteladanan bukan hanya sekedar mampu
memberikan contoh dalam melakukan sesuatu, tetapi menyangkut berbagai
hal yang dapat diteladani. Termasuk kebiasaan yang baik merupakan contoh
keteladanan.
2. Metode latihan dan pembiasaan
Kesadaran dapat dibentuk melalui pembiasaan, pembiasaan dalam
bersikap dan berbuat yang sesuai dengan ajaran agama atau melalui suri
tauladan pendidik. Pembiasaan dapat diartikan sebagai proses membuat
sesuatu atau seseorang menjadi biasa atau terbiasa berakhlak yang baik
degan tujuan agar akhlak anak akan terbentk dengan sendirinya. Akhlak
70 Hasil wawancara dengan ibu Miftachurochmah selaku guru Akidah Akhlak pada hari
Jum’at, 25 Agustus 2017, pukul 07.32 WIB.
123
menjadi kuat dengan seringnya dilakukan perbuatan yang sesuai dengannya,
disertai ketaatan dan keyakinan bahwa apa yang dilakukan adalah baik dan
diridhai.
Metode pembiasaan dilakukan melalui kegiatan piket kelas yang
dilakukan oleh siswa dan guru. Selain itu, poster-poster tentang menjaga
lingkungan yang tertempel juga merupakan bentuk pembiasaan bagi siswa.
Pada program-program keagamaan, guru membentuk pembiasaan siswa
dalam menjaga lingkungan. Pada kegiatan yang berhubungan dengan
ibadah seperti sholat, maka siswa harus menjaga agar segala hal yang
digunakan untuk melaksanakan sholat tersebut haruslah bersih. Selain itu,
dalam pelaksanaan pesantren Ramadhan, guru juga membiasakan siswa
untuk menjaga lingkungan.71
Pembiasaan tersebut nampaknya cukup memberikan pengaruh yang
signifikan dalam upaya penyadaran peserta didik untuk peduli terhadap
lingkungan. Anak akan mengingat apa yang dilihatnya dan memahami
maknanya sebagai interpretasi pengetahuan yang diperolehnya. Kegiatan
pembiasaan secara spontan dapat dilakukan misalnya saling mengingatkan
antar teman, antar guru/karyawan maupun guru dengan peserta didik.
pembiasaan diarahkan pada upaya pembudayaan pada aktifitas ramah
lingkungan sehingga menjadi aktivitas yang terpola dan tersistem.
71 Hasil observasi kegiatan MTsN 6 Sleman pada pelaksanaan Magang III bulan oktober
2016.
124
3. Metode kedisiplinan
Disiplin hakikatnya adalah suatu ketaatan yang sungguh-sungguh
yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas kewajiban serta
berperilaku sebagaimana mestinya menurut aturan-aturan yang seharusnya
berlaku di dalam suatu lingkungan tertentu. Jika penegakan disiplin dapat
dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus, maka akan
menciptakan kebiasaan yang positif.
Membangun kesadaran interdependensi berlingkungan melalui
kedisiplinan ini memerlukan ketegasan dan kebijaksanaan atau penerapan
reward dan punishment. Dalam menegakkan kedisiplinan MTsN 6 Sleman
memberikan penghargaan dan sanksi yang berlaku bagi semua warga
madrasah agar termotivasi dalam kegiatan ramah lingkungan. Hukuman
baik berupa edukatif atau non edukatif. Ketika siswa melakukan suatu
tindakan merusak lingkungan misalnya membuang sampah sembarangan,
kesalahan tidak segera dihukum, namun memberikan kesempatan bagi
siswa untuk menjelaskan alasan mengapa dia melakukan perbuatan tersebut
setelah itu baru memberikan hukuman kecil berupa teguran dan peringatan
tentunya memberikan pemahaman dengan pendekatan agama kemudian
anak diminta untuk membuang sampah pada tempatnya.
Hal ini dapat dipahami bahwa guru memberikan kelonggaran kepada
peserta didik untuk menjalankan peraturan yang tertulis sesuai dengan
koridor yang masih dibenarkan dalam peraturan yang ada. Oleh karena itu,
dalam hal-hal tertentu peraturan akan dipraktekkan sesuai dengan kondisi
125
tertentu. Seperti anak yang melakukan tindakan merusak lingkungan maka
akan dikenai sanksi dengan penggantian objek yang dirusak. Agar peserta
didik tidak melakukan tindakan perusakan alam dan memupuk rasa peduli
lingkungan melalui kedisiplinan.
4. Mendidik melalui ibrah dan mau’idzah
Orang tua, guru, dan semua warga madrasah harus konsisten dalam
perilaku moralnya, karena anak –anak tumbuh dan berkembang mengikuti
model perilakunya. Ketika kita menginginkan anak untuk peduli lingkungan
maka kita tidak boleh mengajarkan pada hal yang dapat merusak
lingkungan. Ketika kita menginginkan anak menghormati hukum, akan kita
tidak boleh melakukan atau mencontohkan pelanggaran hukum, jika tidak
maka mereka akan menyukai sikap mendua.
Pendidikan Agama Islam yang terintegrasi dengan pendidikan
lingkungan hidup mengangkat nilai-nilai etika lingkungan yang dilakukan
oleh para guru lebih mengutamakan bimbingan kepada peserta didik, salah
satunya memberikan nasehat (mau’idzah). Mau’idzah adalah peringatan
atas kebaikan dan kebenaran, dengan jalan apa saja yang dapat menyentuh
hati dan membangkitkan untuk mengamalkan.
Seorang guru mengajak anak untuk berfikir kritis terhadap
permasalahan lingkungan yang semakin kompleks kemudian mengambil
ibrah dari fenomena kerusakan alam yang terjadi kemudian memberikan
nasehat dalam berbagai kesempatan termasuk dalam kultum yang
dilaksanakan sebelum jam pelajaran pertama dimulai. Dalam kultum ini
126
biasanya peserta didik mengangkat isu-isu global termasuk permasalahan
lingkungan kemudian guru menambahkan wawasan baru tentang
lingkungan dengan menggunakan pendekatan agama setelah itu mengambil
ibrah dan memberikan mau’idzah agar manusia dapat menjunjung tinggi
etika lingkungan.
Seorang guru menjadi orang tua kedua bagi peserta didik dan
memperlakukan mereka seperti anak sendiri. Dalam memberikan nasehat,
guru harus memakai kata kata yang jelas, perumpamaan dan jika perlu ada
sisipan humor agar nasehat ini dapat terinternalisasi dalam diri siswa.72
Pendidikan agama Islam memiliki peran tersendiri dalam mendukung
pelaksanaan program adiwiyata di MTsN 6 Sleman. Peran pendidikan agama
Islam dapat dilihat dari beberapa kontribusi pendidikan agama Islam dalam
pelaksanaan program adiwiyata. Kontribusi tersebut datang dari berbagai unsur.
Mulai dari teori, tenaga pendidik, maupun sarana dan prasarana. Hal tersebut
membuktikan bahwa pendidikan agama Islam dan program adiwiyata dapat
dilaksanakan secara bersama-sama dan saling berkaitan. Kontribusi pendidikan
agama Islam dalam mewujudkan budaya peduli lingkungan pada program
adiwiyata dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain :
1. Implementasi nilai peduli lingkungan melalui pembelajaran
Sesuai dengan perannya dalam komponen adiwiyata yaitu kurikulum
berbasis lingkungan, setiap mata pelajaran di MTsN 6 Sleman diwajibkan
72 Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Hadi selaku kepala MTsN 6 Sleman pada hari
Kamis, 3 Agustus 2017, pukul 08.44 WIB di Ruang Kepala Madrasah.
127
terintegrasi dengan pendidikan lingkungan hidup. Begitu pula dengan
pendidikan agama Islam yang di MTsN 6 Sleman sendiri terdiri dari mata
pelajaran Al-Qur’an Al-Hadits, Akidah Akhlak, Fiqih, dan Sejarah
Kebudayaan Islam. Selaras dengan pedoman sekolah adiwiyata, setiap guru
harus memasukkan unsur lingkungan hidup kedalam RPP. Dalam hal ini
kontribusi pendidikan agama Islam dapat dilihat dari berbagai aspek, antara
lain:
a. Materi pelajaran
Mata pelajaran Al-Qur’an Al-Hadits mengintegrasikan pendidikan
lingkungan hidup kedalam pembelajaran kelas IX dengan tema
Kulestarikan Alam dengan Melestarikan Bumiku. Pada materi ini
dijelaskan isi kandungan Q.S. al-Qaari’ah da Q.S. al-Zalzalah tentang
fenomena alam, hadits tentang perilaku menjaga dan melestarikan
lingkungan serta hadits tentang perilaku melestarikan hewan.73
Mata pelajaran Akidah Akhlak mengintegrasikan pendidikan
lingkungan hidup kedalam pembelajaran kelas IX dengan tema tentang
Adab Islam terhadap Lingkungan. Pada materi ini dijelaskan cara
menjaga tanaman, binatang, dan kebersihan lingkungan serta larangan
mengeksploitasi lingkungan sesuai dengan ajaran agama Islam.74
Mata pelajaran Fiqih mengintegrasikan pendidikan lingkungan
hidup kedalam pembelajaran kelas VII dengan tema Sucikanlah Lahir
73 Hasil wawancara dengan bapak Sutarjo, M. Pd. I selaku guru Al-Qur’an Hadits pada
hari Selasa, 22 Agustus 2017 pukul 11.35 WIB di ruang wakil kepala madrasah. 74 Hasil wawancara dengan ibu Miftachurochmah selaku guru Akidah Akhlak pada hari
Jum’at, 25 Agustus 2017, pukul 07.32 WIB.
128
Batinmu, Gapailah Cinta Tuhanmu. Materi ini berisi tentang thaharah,
mulai dari pengertian thaharah, pengertian hadas dan najis, alat-alat
bersuci dan macam-macam air, tata cara bersuci serta fungsi thaharah
dalam kehidupan. 75
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam mengintegrasikan
pendidikan lingkungan hidup kedalam pembelajaran kelas IX tentang
Bentuk-Bentuk Tradisi Islam Nusantara. Materi ini berisi tentang
macam-macam tradisi Islam di Indonesia.76
b. Metode pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan guru dalam menanamkan
nilai peduli lingkungan melalui pembelajaran PAI berbeda-beda. Pada
mata pelajaran Al-Qur’an Al-Hadits selain guru menggunakan metode
ceramah dan diskusi, guru juga mengajak siswa untuk terjun ke
lapangan untuk menanam pohon.77 Hal tersebut dilakukan agar siswa
dapat memperoleh pengalaman nyata dalam menjaga lingkungan.
Begitu pula dalam pembelajaran Fiqih, guru juga mengajak siswa untuk
praktek wudhu.78 Dalam pelaksanaan praktek tersebut guru juga
menjelaskan tentang penggunaan air secukupnya saat berwudhu sebagai
upaya pelestarian lingkungan.
75 Hasil wawancara dengan bapak Khanifudin, S. Pd. I selaku guru Fiqih pada hari Rabu,
9 Agustus 2017 pukul 11.10 WIB di perpustakaan MTsN 6 Sleman. 76 Hasil wawancara dengan bapak Anang Sumarna selaku guru Sejarah Kebudayaan
Islam pada hari Senin, 14 Agustus 2017 pukul 13.10 WIB di ruang guru. 77 Hasil observasi prakrek menanam pohon pada pembelajaran Al-Qur’an Hadits kelas IX
pada hari Sabtu, 26 Agustus 2017 pukul 12.30 WIB di halaman MTsN 6 Sleman. 78 Hasil observasi pembelajaran Fiqih kelas VII pada hari Rabu, 9 Agustus 2017 pukul
09.35 WIB di ruang kelas VII D dan tempat wudhu.
129
c. Media pembelajaran
Saat melaksanakan pembelajaran, guru menggunakan media yang
dapat menunjang materi yang diajarkan. Dalam hal ini, guru Sejarah
Kebudayaan Islam menggunakan kardus bekas/kertas bekas untuk
menjadi media siswa dalam menyusun display hasil diskusi. Display
yang disusun siswa nantinya akan dipajang di kelas sebagai papan karya
siswa.79 Untuk pembelajaran Al-Qur’an Al-Hadits, guru menyediakan
media tanaman untuk siswa mempraktekkan langsung menanam pohon
di halaman madrasah.80 Sedangkan untuk pembelajaran Fiqih, praktek
wudhu dilakukan di tempat wudhu madrasah yang dirancang ramah
lingkungan. Sehingga air yang digunakan untuk praktek wudhu bisa
untuk mengisi kolam ikan yang di dalamnya terdapat berbagai jenis ikan
dan sayuran hydroponik.81
2. Implementasi nilai peduli lingkungan melalui budaya sekolah
Kebiasaan siswa MTsN 6 Sleman untuk menjaga lingkungan bukan
hanya di madrasah tetapi juga di rumah telah menjadi ciri khas yang dimiliki
MTsN 6 Sleman. Hal itu sudah menjadi budaya sekolah di MTsN 6 Sleman.
Capaian tersebut tentunya atas upaya yang dilakukan oleh seluruh guru di
MTsN 6 Sleman dalam menanamkan sikap peduli lingkungan dalam diri
79 Hasil wawancara dengan bapak Anang Sumarna selaku guru Sejarah Kebudayaan
Islam pada hari Senin, 14 Agustus 2017 pukul 13.10 WIB di ruang guru. 80 Hasil observasi prakrek menanam pohon pada pembelajaran Al-Qur’an Hadits kelas IX
pada hari Sabtu, 26 Agustus 2017 pukul 12.30 WIB di halaman MTsN 6 Sleman. 81 Hasil observasi pembelajaran Fiqih kelas VII pada hari Rabu, 9 Agustus 2017 pukul
09.35 WIB di ruang kelas VII D dan tempat wudhu.
130
siswa. Kontribusi PAI sendiri dalam terwujudnya kebiasaan menjaga
lingkungan oleh siswa adalah sebagai berikut:
a. Partisipasi
Bentuk partisipasi pendidikan agama Islam dalam mewujudkan
budaya peduli lingkungan adalah melalui guru-guru pengampu Al-
Qur’an Al-Hadits, Akidah Akhlak, Fiqih, dan Sejarah Kebudayaan
Islam. Selain melalui integrasi pendidikan lingkungan hidup ke dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam, guru pendidikan agama Islam
juga berkontribusi dalam menumbuhkan kebiasaan menjaga lingkungan
melalui partisipasi guru PAI dalam kegiatan adiwiyata yang telah
diprogramkan. MTsN 6 Sleman sendiri menerapkan piket harian bukan
hanya kepada siswa tetapi juga pada seluruh guru dan staff karyawan.
Selain itu, seluruh guru juga diwajibkan mengikuti kegiatan adiwiyata
MTsN 6 Sleman. Seperti kegiatan adiwiyata terkait kebersihan
lingkungan.
Selain mengingatkan siswa untuk menjalankan piket harian, guru
harus melaksanakan piket harian yang telah dijadwalkan. Guru
pendidikan agama Islam juga ikut serta dalam kegiatan sabtu bersih
yang merupakan kegiatan adiwiyata. Dalam merawat tanaman dan
pemilahan sampah, guru pendidikan agama Islam ikut serta dalam
merawat tanaman dan membuang sampah di tempat sampah sesuai
dengan jenis sampahnya. Dan dalam pemanfaatan limbah air wudhu,
guru pendidikan agama Islam berkontribusi penuh dalam mencontohkan
131
kepada siswa tentang penggunaan air wudhu. Terutama di saat
menjalankan program-program keagamaan seperti sholat dhuha dan
dzuhur berjama’ah.
b. Keteladanan
Seorang guru merupakan sosok yang di kagumi oleh siswa. Setiap
perilaku yang dilakukan siswa adalah hasil dari menjalankan apa yang
diajarkan oleh guru dan proses meniru kebiasaan yang dicontohkan oleh
guru. Terlebih lagi guru pendidikan agama Islam, kebiasaan yang
ditunjukkan oleh guru pendidikan agama Islam mencerminkan ajaran-
ajaran Islam serta akhlak terpuji yang diajarkan. Sehingga siswa lebih
banyak meniru yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam dan
menjalankan apa yang dijelaskan oleh guru pendidikan agama Islam.
Termasuk dalam mewujudkan budaya peduli lingkungan pada program
adiwiyata.
Dalam hal ini, guru pendidikan agama Islam tidak hanya
memberikan teori tentang lingkungan hidup yang bersumber dari Al-
Qur’an dan Al-Hadits ataupun menceritakan tentang kisah Nabi dan
Rasul yang berkaitan tentang menjaga lingkungan, tetapi guru
pendidikan agama Islam berpartisipasi dalam menjaga lingkungan. Hal
tersebut membuat siswa dapat meneladani apa yang dilakukan oleh guru
pendidikan agama Islam, karena siswa terkadang lebih mengerti ketika
dicontohkan.
132
c. Kedisiplinan
Selain berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan adiwiyata
maupun dalam menjaga lingkungan madrasah, guru PAI juga ikut serta
dalam menegur maupun memberi hukuman kepada siswa jika terbukti
merusak lingkungan. Hukuman yang diberikan juga dapat berupa
integrasi antara pendidikan lingkungan hidup dan pendidikan agama
Islam. Seperti, siswa diminta untuk mencari ayat tentang kebersihan
linkungan lalu menjelaskannya atau siswa diminta untuk mencari cerita
Nabi dan Rasul yang berhubungan tentang menjaga alam. 82
3. Implementasi nilai peduli lingkungan melalui ekstrakulikuler
Sesuai dengan pedoman adiwiyata, implementasi nilai peduli
lingkungan dapat dilakukan melalui kegiatan intrakulikuler, kokulikuler,
dan ekstrakulikuler. Kontribusi PAI dalam kegiatan ekstrakulikuler adalah
memasukkan unsur-unsur peduli lingkungan dalam kegiatan ekstrakulikuler
keagamaan. Maupun mengolaborasikan unsur lingkungan dan PAI kedalam
kegiatan ekstrakulikuler.
4. Implementasi nilai peduli lingkungan melalui sarana dan prasarana
Indikator sekolah untuk menanamkan nilai peduli lingkungan adalah
tersedianya sarana dan prasarana pendukung ramah lingkungan. Hal
tersebut selaras dengan komponen adiwiyata. Kontribusi PAI dalam hal ini
adalah menyediakan sarana keagamaan yang ramah lingkungan. Sehingga
82 Hasil wawancara dengan ibu Ami Solichati selaku guru pembina aprogram diwiyata
MTsN 6 Sleman pada hari Senin, 7 Agustus 2017 pukul 09.15 WIB di perpustakaan MTsN 6
Sleman.
133
saat menjalankan kegiatan keagamaan, guru juga dapat memasukkan unsur
peduli lingkungan.83
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kontribusi PAI dalam
terwujudnya budaya peduli lingkungan salah satunya adalah PAI
menumbuhkan sikap peduli lingkungan pada siswa melalui metode penanaman
nilai-nilai agama yang diintegrasikan dengan wawasan lingkungan hidup.
Selain itu, kontribusi PAI juga dapat terlihat dari beberapa aspek antara lain
materi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, partisipasi
guru, keteladanan guru, kedisiplinan, kegiatan pengembangan diri, serta sarana
dan prasarana.
83 Hasil observasi kegiatan MTsN 6 Sleman pada pelaksanaan Magang III bulan oktober
2016.