Download - BAB II Gabung OLD - Copy
BAB II
EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN
CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH
A. Gambaran Umum Kondisi Daerah
1. Aspek Geografi dan Demografi
a. Karakteristik lokasi dan wilayah Kabupaten Badung, mencakup:
1) Luas dan Batas Wilayah Administrasi
Secara administratif Kabupaten Badung mempunyai wilayah seluas
418,52 Km2 (7,43% luas Pulau Bali) terbagi menjadi 6 (enam) wilayah
Kecamatan yang terbentang dari bagian Utara ke Selatan yaitu Kecamatan
Petang, Abiansemal, Mengwi, Kuta Utara, Kuta, & Kuta Selatan. Kecamatan
Petang memiliki luas terbesar yaitu 115 Km2 dan Kecamatan Kuta merupakan
kecamatan terkecil dengan luas 17,52 Km2 Untuk lebih jelasnya luas wilayah
Kabupaten Badung di tiap-tiap kecamatan dapat dilihat seperti tabel berikut:
Tabel 2.1
Luas Wilayah di Tiap-Tiap Kecamatandi Kabupaten Badung Tahun 2010
Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2010
Dari luas wilayah tersebut adapun batas wilayah yang ada antara lain :
Sebelah Utara : Kabupaten Buleleng
Sebelah Timur : Kabupaten Bangli, Gianyar, dan Kota Denpasar
Sebelah Selatan : Samudra Indonesia
Sebelah Barat : Kabupaten Tabanan
Bagian utara daerah ini merupakan daerah pegunungan yang berudara
sejuk, berbatasan dengan Kabupaten Buleleng, sedangkan di bagian selatan
merupakan dataran rendah dengan pantai berpasir putih dan berbatasan
langsung dengan Samudra Indonesia. Bagian tengah merupakan daerah
persawahan dengan pemandangan yang asri dan indah, berbatasan dengan
Kabupaten Gianyar dan Kota Denpasar di sebelah Timur, sedangkan di
sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tabanan.
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 12
2) Letak dan kondisi geografis
a). Posisi astronomis
Posisi Astronomis Kabupaten Badung terletak antara 8014’20” –
8050’48” Lintang Selatan dan 115005’00” – 115026’16” Bujur Timur dengan
luas wilayah 418,52 Km2 atau sekitar 7,43 % dari daratan Pulau Bali. Untuk
lebih jelasnya posisi astronomi dapat kami rinci per kecamatan sesuai pada
table berikut:
Tabel 2.2Posisi Astronomi Kabupaten Badung
dirinci per kecamatan di Kabupaten Badung
Sumber : Badung Dalam Angka 2010
b). Posisi geostrategis
Pemanfaatan lahan di Kabupaten Badung dapat dibagi menjadi dua
kelompok besar yaitu sawah dan bukan sawah, dimana yang terakhir ini
dirinci lagi menjadi sembilan peruntukan. Luas areal Kabupaten Badung
tercatat 41.852 Ha (7,4 persen luas Provinsi Bali), dimana 10.299 Ha (24,6
persen) dimanfaatkan untuk sawah, kemudian disusul berturut-turut untuk
pekarangan rumah (21,9 persen), tegal/kebun (20,8 persen), dan tanah
perkebunan (15,6 persen). Untuk peruntukan yang lain, angkanya
bervariasi antara 0,02 persen sampai 10 persen. Untuk lebih jelasnya posisi
geostrategis Kabupaten Badubng dapat dilihat seperti tabel berikut:
Tabel 2.3
Posisi Geostrategis Kabupaten Badung dirinci per kecamatan di Kabupaten Badung
Sumber RPJMD Kab. Badung
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 13
c). Kondisi / kawasan
Kondisi / kawasan Kabupaten Badung sangat bervariasi, hal ini dapat dilihat
dari 3 (tiga) kecamatan yaitu Kuta, Kuta Utara dan Kuta Selatan
ketinggiannya berkisar antara 6,6-65 m di atas permukaan laut. Kecamatan
Mengwi antara 0-350 m di atas permukaan laut dan Kecamatan
Abiansemal 75-350 m di atas permukaan laut. Sedangkan Kecamatan
Petang yang berada di ujung utara berada pada ketinggian 275-2075 m
dari permukaan laut. Kendatipun beberapa wilayah Kabupaten Badung
berada pada ketinggian yang relatif tinggi dari permukaan laut, tetapi luas
areal yang kemiringannya di atas 40 persen relatif sedikit yaitu sekitar 7,5
persen (3150 Ha). Areal ini berada di dua kecamatan yaitu Petang (650,0
Ha) dan Kuta Selatan (2500,0 Ha) Daerah-daerah dengan kemiringan di
atas 40 persen rawan terhadap bencana erosi yaitu hanyutnya lapisan
bagian atas tanah. Tahun 2004 luas areal yang mengalami erosi di
Kabupaten Badung adalah 15.561 Ha (37,2 persen dari luas wilayah).
Jumlah ini sudah berkurang dibandingkan tahun 2000 yang mencapai
18.561 Ha.
3) Topografi
a). Kemiringan Lahan
Dilihat dari topografisnya, luas kemiringan lahan di Kabupaten Badung
adalah sebagai berikut:
- Datar ( 0 – 2 % ) seluas 12. 744 Ha;
- Bergelombang ( 2 – 15 % ) seluas 18. 204 Ha;
- Curam ( 15 – 40 % ) seluas 7. 754 Ha; dan
- Sangat curam ( > 40 % ) seluas 3.150 Ha.
b). Ketinggian Lahan
Kabupaten Badung mempunyai lahan dengan ketinggian di atas permukaan
air laut adalah 0 – 2.075 Meter
4) Geologi
Struktur geologi Kabupaten Badung sebagian besar merupakan produk
gunung api muda yang terdiri dari breksi vulkanik, tufa pasiran dan endapan
lahar (Hadiwidjojo, 1971 dan Sudadi dkk, 1986). Sebagian kecil daerah pesisir
sekitar Kuta merupakan daerah alluvial endapan pantai yang tersusun dari
pasir, sedangkan di daerah selatan merupakan bukit kapur yang berasal dari
batu gamping, batu pasir gampingan dan napal.
5) Hidrologi:
a). Daerah Aliran Sungai
Daerah Kabupaten Badung mempunyai sumber daya air pada suatu
kawasan terdiri atas air hujan, air permukaan, air tanah, maupun air laut
yang berada di daratan. Pada Sub-SWS 03.01.02 mengalir sungai utama
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 14
Tukad Yeh Penet dan sungai-sungai lainnya yang sebagian diantaranya
termasuk dalam wilayah Kabupaten Tabanan.
b). Sungai, danau dan rawa
Karakteristik sungai-sungai di Kabupaten Badung, adalah sebagai berikut;
(1) Tukad Ayung
Tukad Ayung adalah sebuah sistem DAS yang menempati wilayah
Kabupaten Bangli di bagian hulunya, Kabupaten Badung dan Gianyar
di bagian tengah serta bermuara di Pantai Padanggalak yang
merupakan perbatasan wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten
Gianyar. Panjang sungai utama mencapai 62,50 Km. Anak-anak sungai
Tukad Ayung yaitu: Tukad Pungsu, Tukad Bebunut, Tukad Yeh Song,
Tukad Siap, Tokad Ngongkong, Tukad Bangkung, Tukad Tegalanting,
Tukad Kilap, dan lain-lainnya. Pemanfaatan air sungai Ayung secara
langsung dilakukan oleh sektor kehidupan baik yang berada di Wilayah
Kabupaten Badung, Kota Denpasar, dan Kabupaten Gianyar.
(2) Tukad Mati
Tukad Mati adalah sebuah sistem DAS yang menempati wilayah
Kabupaten Badung di bagian hulu dan hilir, sementara bagian
tengahnya melintasi Kota Denpasar. Anak sungai Tukad Mati paling
sedikit yaitu terdiri dari Pangkung Lebak Muding dan Pangkung Danu.
Fungsi Tukad Mati saat ini selain untuk mengairi beberapa lahan
sawah, terutama adalah sebagai drainase kota.
(3) Tukad Badung
Tukad Badung adalah sebuah sistem DAS yang menempati wilayah
Kota Denpasar di bagian hulu dan tengahnya, sedangkan bagian hilir
menjadi batas antara wilayah Kabupaten Badung dengan Kota
Denpasar. Anak-anak sungainya seluruhnya ada di Kota Denpasar
yaitu Tukad Jurang, Tukad Langan, Tukad Medih, Tukad Urang dan
Tukad Rarangan.
Pada bagian hilir Tukad Badung terdapat Waduk Estuary Nusa Dua
yang mempunyai kemampuan untuk melayani pasokan air bersih
sebesar 300 lt/det untuk melayani kebutuhan di wilayah Badung
Selatan.
(4) Tukad Yeh Penet
Tukad Yeh Penet merupakan sistem DAS pada sisi Barat Kabupaten
Badung yang berbatasan dengan Kabupaten Tabanan. Pada sistem
DAS ini terdapat beberapa anak sungai yang aliran airnya bermuara
pada Tukad Yeh Penet yaitu: Tukad Sungai, Tukad Dangkang, Tukad
Ulaman, Tukad Kedokan, Tukad Yeh Ge, Tukad Kajang, Tukad
Ngingian, Tukad Bangka, dan lain-lain.
(5) Sungai-sungai lain di sub-SWS 03.01.02
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 15
Beberapa sungai kecil yang langsung bermuara ditemukan di wilayah
Kecamatan Kuta yang selain berfungsi sebagai pemasok air irigasi,
juga sebagai terminal drainase lingkungan, seperti: Tukad Canggu,
Tukad Pangi, Tukad Yeh Poh, dan lain-lainnya.
(6) Sungai-sungai di Daerah Nusa Dua
Sungai-sungai di daerah Nusa Dua merupakan sungai musiman
dengan pola aliran radial, memancar ke empat arah. Karakteristik
pengaliran: panjang sungai rata-rata 5,44 Km, luas daerah tangkapan
rata-rata 3,37 Km2. Jumlah pengaliran ke Selatan lebih banyak, lebih
panjang dan lebih cepat, sementara jumlah DPS nya berimbang
dengan yang ke arah Utara. Sungai-sungai tersebut antara lain Tukad
Batumejan, Tukad Cengiling, Tukad Bualu, Tukad Nangka, Tukad
Soma, dan lain-lain.
Khusus untuk Danau dan daerah rawa-rawa kabupaten Badung tidak
memiliki.
6) Klimatologi:
Sumber daya air pada suatu kawasan terdiri atas air hujan, air permukaan, air
tanah, maupun air laut yang berada di daratan. Ketersediaan potensi tersebut
tidaklah sama pada semua wilayah oleh karena berbagai faktor, terutama
klimatologis, topografis dan geologis. (Sumber: Materi Teknis RTRW
Kabupaten Badung 2010-2029).
a). Curah Hujan.
Dilihat dari Posisi astronomi, maka Daerah Kabupaten Badung mengalami
dua musim yaitu musim kemarau dan penghujan, antara lain dipengaruhi
adanya arus angin yang melintasi suatu daratan serta banyak tidaknya
kandungan uap air. Realisasi curah hujan di bawah normal terjadi pada
Bulan Januari, Mei, Juni, Juli, Agustus, Oktober, Nopember, Desember
sedang curah hujan di atas normal terjadi pada Bulan Pebruari, Maret, April,
September dan Oktober
Rata-rata curah hujan di Kabupaten Badung tahun 2009 sebesar
1.972,25/tahun atau 164,3 mm/bulan. Curah hujan paling tinggi terjadi di
Kecamatan Petang yaitu sebesar 2.654,0 mm/tahun atau rata-rata 221,2
mm/bulan, dan yang paling kecil terjadi di Kecamatan Kuta Utara yang
besarnya hanya 1.287,0 mm/tahun atau rata-rata 107,3 mm/bulan. Angka
curah hujan di Kabupaten Badung tahun 2009 dapat dilihat pada berikut ini:
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 16
Tabel 2.4
Angka Curah Hujan Pada Stasiun Hujan di Kabupaten Badung Tahun 2010
Sumber: Badung Dalam Angka 2010Keterangan : CH : Curah Hujan
HH : Hari Hujan
Dari tabel di atas curah hujan yang paling tinggi terjadi di Kecamatan
Petang, mengingat Kecamatan Petang mempunyai ketinggian yang paling
tinggi atau merupakan wilayah pegunungan sehingga paling berpotensial
untuk pengembangan pertanian, dan disusul oleh Kecamatan Abiansemal
namun hari hujannya sama dengan Kecamatan Petang dan hari hujan
yang paling rendah adalah di Kecamatan Kuta Utara dan memiliki hari
hujan juga paling rendah.
b). Suhu
Seperti halnya Indonesia pada umumnya, Kabupaten Badung merupakan
daerah beriklim tropis yang memiliki dua musim yaitu musim kemarau
(April - Oktober) dan musim hujan (Nopember - Maret), antara lain
dipengaruhi oleh adanya arus angin yang melintasi suatu daratan serta
banyak tidaknya kandungan uap air. Curah hujan di bawah normal terjadi
pada bulan Januari, Mei, Juni, Juli, Agustus, Oktober, Nopember, dan
Desember. Sedangkan curah hujan di atas normal terjadi pada bulan
Pebruari, Maret, April, September, dan Oktober. Curah hujan rata-rata
pertahun antara 893,4 - 2.702,6 mm. Suhu rata-rata 25 - 30oC dengan
kelembaban udara rata-rata mencapai 79%. Keadaan suhu tertinggi terjadi
pada bulan Oktober yaitu 31,1 oC, sedangkan suhu terendah terjadi pada
bulan Juli yaitu 28,4o C.
c). Kelembaban
Kelembaban udara di Daerah Kabupaten Badung berkisar antara 79% -
85%, kelembaban tertinggi 85 % terjadi pada Bulan April dan Nopember
sedang terendah terjadi pada Bulan Juli yaitu 79 %.
7) Penggunaan lahan
Penggunaannya lahan di Kabupaten Badung, digolongkan dalam 2 jenis
kawasan yaitu;
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 17
a). Kawasan Budidaya
Tanah Sawah
Berdasarkan data tahun 1995 dan 2009 diketahui bahwa untuk
penggunaan lahan sawah mengalami penurunan sebesar 13,27%
dengan perubahan terbesar di wilayah Kuta sebesar 1.029 ha (38,77%),
di Kecamatan Mengwi sebesar 303 ha (6,13%), di Kecamatan
Abiansemal seluas 150 ha (4,85%), di Kecamatan Petang seluas 94 ha
(7,92%).
Lahan Permukiman
Perubahan penggunaan lahan permukiman antara tahun 1995 dan 2009
mengalami peningkatan sebesar 17.17%. Dengan peningkatan terbesar
di Kecamatan Abiansemal sebesar 171 ha (22,06%), Kecamatan
Mengwi sebesar 295 ha (21,68%), Kecamatan Kuta sebesar 1.326 ha
(14,46%, Kecamatan Kuta Selatan sebesar 4.034 ha (43,39(),dan
Kecamatam Kuta Utara sebesar 1.061 ha (11,57%), serta Kecamatan
Petang sebesar 18 ha (17,71%).
Lahan Tegalan
Perubahan penggunaan lahan tegalan antara tahun 1995 dan 2009
mengalami penurunan sebesar 208 ha (2,33%), dengan penurunan
terbesar di Kecamatan Kuta sebesar 260 ha (12,83%) dan Kecamatan
Abiansemal sebesar 110 ha (10,33%). Sedangkan peningkatan terjadi di
Kecamatan Mengwi sebesar 51 ha (5,24%) dan Kecamatan Petang
sebesar 111 ha (2,29%).
Tambak
Perubahan penggunaan lahan tambak antara tahun 1995 dan 2009
mengalami penurunan sebesar 2 ha (200%) yang terjadi wilayah Kuta
sebesar 2 ha (200%).
Kolam
Perubahan penggunaan lahan kolam antara tahun 1995 dan 2009
mengalami peningkatan sebesar 35,48%, dengan peningkatan terjadi di
wilayah Kuta sebesar 5 ha (62,50%) dan Kecamatan Abiansemal
sebesar 6 ha (42,86%).
b). Kawasan Lindung
Tanah Sementara tidak diusahakan
Perubahan penggunaan lahan tanah sementara tidak diusahakan
mengalami peningkatan sebesar 109 ha (198,18%) yang terjadi di
wilayah Kuta sebesar 109 ha (218%). Sedangkan di Kecamatan Mengwi
pada tahun 2009 tidak terdapat lagi tanah sementara tidak diusahakan.
Hutan Rakyat
Berdasarkan data penggunaan lahan hutan rakyat tahun 1995 dan 2009
mengalami penurunan sebesar 370 ha (25,29%). Berdasarkan data
tahun 2004 dri Dinas Kehutanan, Hutan rakyat yang terdapat di
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 18
Kabupaten Badung tersebar di Kecamatan Petang, Abiansemal dan Kuta
Selatan.
Hutan Negara
Tidak ada perubahan hutan negara baik di Desa Pelaga (728,83 Ha),
Desa Sangeh (TWA Sangeh 13,97 Ha) dan hutan mangrove yang ada di
Kelurahan Kuta, Kelurahan Jimbaran, Kelurahan Benoa dan Kelurahan
Tanjung Benoa (655,83 Ha).
Tanah Perkebunan
Perubahan penggunaan tanah perkebunan antara tahun 1995 dan 2009
mengalami penurunan sebesar 87 ha (1,31%), dengan penurunan terjadi
di Kecamatan Mengwi sebesar 47 ha (6,17%) dan Kecamatan Petang
sebesar 148 ha (3,98%). Sedangkan peningkatan terjadi di Kecamatan
Abiansemal sebesar 107 ha (12,19%).
Tanah Lainnya
Perubahan penggunaan tanah lainnya antara tahun 1995 dan 2009
mengalami peningkatan sebesar 381 ha (10,10%) yaitu di Kecamatan
Petang sebesar 83 ha (96,51%), Kecamatan Mengwi sebesar 13 ha
(8,90%), Kecamatan Kuta sebesar 280 ha (8,09%), dan di Kecamatan
Abiansemal sebesar 5 ha (4,35%).
b. Potensi pengembangan wilayah
Pusat utama pengembangan pelayanan wilayah Kabupaten Badung adalah
Kawasan Perkotaan Kuta sebagai bagian dari Kota Inti Kawasan Metropolitan
Sarbagita bersama-sama Kota Denpasar dan Kawasan Perkotaan Mangupura
sekaligus merupakan Ibukota Kabupaten Badung. Selanjutnya pelayanan
perkotaan dikembangkan untuk melayani wilayah belakangnya secara merata dan
berhierarki. Berdasarkan karakter geografis dan struktur jaringan prasarana utama
wilayah, maka wilayah pelayanan sistem perkotaan dibagi dalam tiga sistem
perwilayahan pelayanan perkotaan, dapat dilihat pada Gambar 2.2 dan dapat
diuraikan pada Tabel 2.5 yaitu: (Sumber: Materi Teknis RTRW Kabupaten Badung
2010-2029)
1) Pelayanan Wilayah Pengembangan (WP) Badung Utara
a) Cakupan wilayah seluruh Kecamatan Petang.
b) Pusat pelayanan di Kawasan Perkotaan Petang.
c) Fungsi utama Wilayah Pembangunan (WP) Badung Utara adalah
konservasi dan pertanian terintegrasi.
2) Pelayanan Wilayah Pengembangan (WP) Badung Tengah
a) Cakupan wilayah meliputi:
Kecamatan Abiansemal;
Sebagian Kecamatan Mengwi (Desa Kuwum, Desa Sembung, Desa
Sobangan, Desa Werdi Bhuwana, Desa Baha, Desa Penarungan,
Desa Gulingan, Desa Mengwi, Desa Mengwitani, Desa Kekeran,
Kelurahan Kapal, Kelurahan Lukluk, Kelurahan Sading, Kelurahan
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 19
Sempidi, Kelurahan Abianbase, Desa Buduk dan Desa Tumbak
Bayuh); dan
Sebagian Kuta Utara (Desa Dalung dan Kelurahan Kerobokan Kaja).
b) Pusat pelayanan di Kawasan Perkotaan Mangupura.
c) Sub pusat pelayanan di Kawasan Perkotaan Blahkiuh, dan Kawasan
Perkotaan Dalung.
d) Fungsi utama: pertanian berkelanjutan, ibukota kabupaten dan pusat
pelayanan umum skala regional.
3) Pelayanan Wilayah Pengembangan (WP) Badung Selatan
a) Cakupan wilayah meliputi:
Sebagian Kecamatan Mengwi (Desa Pererenan, Desa Munggu dan
Desa Cemagi);
Sebagian Kecamatan Kuta Utara (Desa Canggu, Desa Tibubeneng,
Kelurahan Kerobokan dan Kelurahan Kerobokan Kelod);
Kecamatan Kuta; dan
Kuta Selatan.
b) Pusat pelayanan di Kawasan Perkotaan Kuta.
c) Sub pusat pelayanan di Kawasan Perkotaan Jimbaran dan Kawasan
Perkotaan Kerobokan.
d) Fungsi utama: kepariwisataan serta perdagangan dan jasa skala nasional
dan internasional.
4) Sistem pusat pelayanan Kabupaten Badung diarahkan mencakup sistem
perkotaan dan sistem perdesaan.
a). Pusat-pusat perkotaan dan hirarkinya di wilayah Kabupaten Badung terdiri
atas :
- Pusat Kegiatan Perkotaan (PKN) terletak di kawasan perkotaan Kuta
sebagai kota inti dari kawasan perkotaan Sarbagita yang meliputi
wilayah Kecamatan Mengwi, Kecamatan Abiansemal, Kecamatan Kuta
Utara, Kecamatan Kuta dan Kecamatan Kuta Selatan, serta kawasan
perkotaan Jimbaran dan Kawasan Perkotaan Mangupura sebagai kota
satelit;
- Pusat Pelayanan Kecamatan (PPK) terletak di kawasan perkotaan
Petang dengan wilayah pelayanan seluruh desa-desa di Kecamatan
Petang; dan
- Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) terletak di kawasan perkotaan
Pelaga dengan wilayah pelayanan Desa Pelaga, Desa Sulangai dan
Desa Belok Sidan serta kawasan perkotaan Carangasari dengan
wilayah pelayanan Desa Carangsari, Desa Getasan dan Desa
Pangsan.
Rencana sistem perkotaan berdasarkan fungsi dapat dilihat pada tabel 2.5
berikut :
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 20
Tabel 2.5
Sistem Perkotaan Kabupaten Badung Berdasarkan Fungsi
No Fungsi Kota Nama Kota Cakupan Wilayah
1 PKN Kawasan Perkotaan Denpasar-Badung-Gianyar-Tabanan
Kota Inti : Kawasan Perkotaan KutaKota Satelit : Kawasan Perkotaan Mangupura Kawasan Perkotaan Jimbaran
Seluruh Kawasan Perkotaan di wilayah Kecamatan Mengwi, Aniansemal, Kuta Utara, Kuta dan Kuta Selatan
2 PPK Kawasan Perkotaan Petang Desa Petang
3 PPL Kawasan pelaga
Kawasan Carangsari
Desa Pelaga, Desa Sulangai dan Desa Belok Sidan
Desa Carangsari, Desa Getasan, dan Desa Pangsan
Sumber: Materi Teknis RTRW Kabupaten Badung 2010-2029
b). Fungsi pusat pelayanan sistem perkotaan di Kabupaten Badung meliputi :
Pusat Kegiatan Nasional perkotaan Kuta dengan fungsi pelayanan sebagai
pusat kepariwisataan internasional, pusat perdagangan dan jasa skala
regional dan/atau nasional dan simpul transportasi udara skala pelayanan
primer, yang didukung oleh:
Kota satelit Jimbaran terletak di kawasan perkotaan Jimbaran dengan
fungsi pelayanan sebagai pusat kepariwisataan internasional, pusat
pendidikan tinggi, pusat pelayanan kesehatan (tourism hospital), dan
pusat perdagangan dan jasa skala regional dan/atau nasional; dan
Kota satelit Mangupura terletak di kawasan perkotaan Mangupura
dengan fungsi pelayanan sebagai pusat ibukota kabupaten, pusat
pemerintahan kabupaten, pusat kesehatan skala wilayah, simpul
transportasi darat skala regional, pusat perdagangan dan jasa skala
regional, pusat industri kecil dan menengah (IKM), pusat prasarana
olahraga dan pusat pelestarian warisan budaya.
Pusat Pelayanan Kecamatan Perkotaan Petang dengan fungsi
pelayanan sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pusat agropolitan
dan pusat agroindustri;
Pusat Pelayanan Lingkungan Perkotaan Pelaga dan perkotaan
Carangsari dengan fungsi pelayanan sebagai pusat pertanian
terintegrasi, pusat agrowisata dan pusat ekowisata.
c). Sistem perdesaan merupakan pusat pelayanan desa (PPD) yang
dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana untuk pengembangan
perdesaan.
Fungsi PPD meliputi; pusat produksi pertanian yang mendorong
pengembangan agropolitan Petang, pusat permukiman desa dan kegiatan
sosial ekonomi skala desa serta pusat pengembangan desa wisata,
agrowisata dan ekowisata kemudian terhadap sebaran PPD terdiri dari;
PPD Belok Sidan, Sulangai, Getasan dan Pangsan
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 21
c. Wilayah rawan bencana
1) Kegempaan
Kabupaten Badung daerah rawan gempa dengan kekuatan rendah
sampai sedang tersebar di seluruh kecamatan. Daerah rawan gempa dengan
kekuatan sedang berada di Kecamatan Abiansemal bagian Utara dan seluruh
Kecamatan Petang, sedangkan dengan kekuatan gempa rendah berada di
Kecamatan Abiansemal bagian tengah ke selatan, Kecamatan Mengwi,
Kecamatan Kuta Utara, Kecamatan Kuta, dan Kecamatan Kuta Selatan.
2) Korosi Air Tanah
Kondisi air tanah yang diukur di daerah Jimbaran pada kedalaman 15
meter diperolah bahwa kadar ion klorida mencapai > 1000 mg/lt (Djuhadijat
A.S, dkk, 1984). Sehubungan dengan hal tersebut, maka untuk suatu
perencanaan pondasi, khususnya pondasi sedang hingga dalam yang dapat
mencapai air asin perlu memperhatikan faktor korosi. Oleh karena kandungan
CI yang tinggi dapat merusak dinding pondasi bangunan beton maupun baja
sehingga mengakibatkan gedung atau bangunan rusak.
3) Gerakan Tanah
Indikasi gerakan tanah di Kabupaten Badung berdasarkan peta zona
kerentanan gerakan tanah Pulau Bali (Sugiharo Nitiharjo, 1982) dijumpai
sekitar Tukad Ayung terutama pada tebing yang berkemiringan lereng cukup
terjal dan disekitar G. Catur. Daerah ini umumnya terletak pada kemiringan
lereng 30-70% bahkan setempat lebih besar dari 70%. Pada daerah ini dapat
terjadi gerakan tanah berdimensi kecil dan besar terutama pada daerah yang
berbatasan dengan lembah sungai, peralihan litologi atau tebing jalan.
Fenomena ini terjadi pada bagian utara daerah pemetaan yaitu sekitar daerah
Pelaga, Kiadan dan Pacung (Sumber: Materi Teknis RTRW Kab. Badung
2010).
4) Abrasi
Abrasi atau kikisan pantai oleh hantaman gelombang laut terdapat di
sekitar Pantai Canggu, Kuta hingga Uluwatu, dan Nusa Dua. Kerusakan pantai
oleh abrasi ini terlihat dari mundurnya garis pantai sehingga merusak
beberapa bangunan serta obyek wisata yang ada di sekitarnya
5) Sedimentasi
Sedimentasi dijumpai di sekitar Teluk Benoa. Proses sedimentasi ini
terjadi karena sungai-sungai yang berada di sebelah timur daerah pemetaan
banyak membawa material pasir serta lumpur dan terendapkan pada Teluk
Benoa. Selain itu pertumbuhan pohon bakau di daerah ini juga cukup baik
sehingga berakibat sekitar daerah ini sering mengalami pendangkalan laut.
6) Rawan Tsunami
Pesisir pantai di Kabupaten Badung khususnya mulai pantai di Desa
Cemagi sampai pantai Jimbaran, kemudian pantai di Kelurahan Benoa sampai
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 22
dengan pantai di Kelurahan Tanjung Benoa termasuk pantai di Kota Denpasar
rawan terhadap terjadinya tsunami mulai dari rawan tsunami rendah sampai
tinggi.
d. Demografi
1) Kependudukan
a) Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah Penduduk
Kabupaten Badung sampai bulan Desember tahun 2010 sebanyak
543.332 jiwa, dengan perbandingan jumlah penduduk laki-laki sebanyak
277.536 ( 51,08 % ) dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 265.796
jiwa ( 48,92 %)
Jumlah Rumah tangga tahun 2010 sebanyak 147. 313 rumah tangga
dengan laju pertumbuhan penduduk Kab. Badung tahun 2010 sebesar
4,63% dengan kepadatan penduduk rata-rata sebanyak 1.229 jiwa per
Km 2.
Laju pertumbuhan penduduk sering digunakan sebagai indikator
keberhasilan usaha-usaha pemerintah di bidang kependudukan, semakin
kecil laju pertumbuhan penduduk, maka usaha pemerintah untuk menekan
pertumbuhan penduduk semakin berhasil. Dari 6 Kecamatan yang ada di
Kabupaten Badung, kepadatan penduduk rata-rata paling tinggi terdapat
di Kecamatan Kuta yaitu 2.762 / Km2, sebaliknya Kecamatan Petang
memiliki kepadatan penduduk rata-rata paling rendah yaitu 2,58 jiwa per
Km2. Adapun faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk
adalah: Paktor kelahiran, paktor kematian, penduduk datang dan
penduduk pindah.
Tabel 2.6
Laju Pertumbuhan PendudukKabupaten Badung Tahun 2011
b) Pengelompokan Penduduk
1. Pengelompokan Penduduk Berdasar Jenis Kelamin dan umur
Kabupaten Badung merupakan daerah hiterogen multi etnis dengan
jumlah penduduk yang cukup padat yang dipengaruhi oleh migrasi
penduduk dari berbagai daerah di Nusantara, dan mampu membaur
dalam satu kesatuan kehidupan sosial budaya ( sosio culture ) dengan
tetap menjaga keharmonisan dan keselarasan, sehingga menjadi
modal utama dalam menjaga keamanan.
Apabila di lihat sebaran penduduk menurut jenis kelamin nampaknya
jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 23
namun pada kelompok umur tertentu justru penduduk perempuan lebih
banyak dari pada laki-laki.
Pengelompokan penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.7
Proyeksi Penduduk Laki-Laki Berdasarkan Umur Kabupaten Badung Tahun 2007 s/d 2011
Sumber : BPS Kab. BadungKeterangan :*) : Proyeksi Jumlah Penduduk dari BPS
Tabel 2.8
Proyeksi Penduduk Perempuan Berdasarkan Umur Kabupaten Badung Tahun 2007 s/d 2011
Sumber : BPS Kab. BadungKeterangan :*) : Proyeksi Jumlah Penduduk dari BPS
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 24
Tabel 2.9
Jumlah Penduduk Menurut Kepemilikan KTP, KK, Akte Lahir, Akte Nikah Tahun 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Untuk menekan laju pertumbuhan penduduk, salah satu caranya
adalah melalui program KB. Keluarga Berencana dan Keluarga
Sejahtera dicanangkan untuk mengetahui tingkat Partisipasi Pasangan
Usia Subur (PUS) terhadap KB. Besarnya angka partisipasi KB
(akseptor) menunjukkan adanya pengendalian jumlah penduduk.
Tabel 2.10
Jumlah Penduduk Peserta KB Kabupaten Badung Tahun 2010
Sumber :Badan KBKS Kab. Badung
Tabel 2.11
Proyeksi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Per Kecamatan Tahun 2011 Kabupaten Badung
Sumber : BPS Kab. Badung
2. Pengelompokkan penduduk berdasarkan persebaran penduduk/ geografis
Tabel 2.12Sebaran Penduduk Menurut Luas wilayah dan Kepadatan
Tahun 2011 Kabupaten Badung
Sumber : BPS Kab. Badung
3. Pengelompokan Penduduk Berdasar tingkat pendidikanLatar belakang pendidikan penduduk mencerminkan kualitas
sumberdaya manusia dan potensi kekuatan pembangunan daerah.
Berdasarkan tingkat pendidikannya, sebagian besar penduduk di
Kabupaten Badung telah menempuh pendidikan hingga tingkat dasar
dua belas tahun sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut.
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 25
Tabel 2.13
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2011
Sumber : Dikdispora Kab. Badung
Dari data di atas, akses masyarakat terhadap pendidikan juga dapat
dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin sebagaimana tampak pada
tabel berikut.
Tabel 2.14
Penduduk 5 Tahun Keatas Menurut Pendidikan Tertinggi Tahun 2011 Kabupaten Badung per Kecamata
Sumber : Dikdispora Kabupaten Badung
2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Memberikan gambaran dan hasil analisis terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat,
mencakup kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, seni
budaya dan olah raga
a. Kesejahteraan Dan Pemerataan Ekonomi
1) Pertumbuhan PDRB
Tabel 2.15
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2007 s.d 2011Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2011 Kabupaten Badung
Sumber data: PDRB Kabupaten Badung
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 26
Tabel 2.16
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2007 s.d 2011Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Badung
Sumber data: PDRB Kabupaten Badung
Tabel 2.17
Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2007 s/d 2011Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Kabupaten Badung
Sumber data: PDRB Kabupaten Badung
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 27
Tabel 2.18
Pertumbuhan Kontribusi Sektor dan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Hb)dan Harga Konstan (Hk) Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2011
Kabupaten Badung
Sumber data: PDRB Kabupaten Badung
Tabel 2.19
Perkembangan PDRB kabupaten Tahun 2007 s/d 2008Atas Dasar Harga Konstan dan Harga Berlaku Kabupaten Badung
(dalam jutaan rupiah)
Sumber data: BPS Kabupaten Badung
2) Laju Inflasi
Salah satu indikator perkembangan perekonomian di Kabupaten Badung
dapat dilihat dari perkembangan laju inflasi. Berdasarkan data BPS (Badung
dalam Angka 2010) diperoleh bahwa laju inflasi di Kabupaten Badung rata-rata
lebih rendah dari laju inflasi secara nasional, hal ini mencirikan bahwa
kenaikan harga di Kabupaten Badung lebih sedikit dibandingkan kenaikan
harga secara nasional. Selengkapnya perkembangan laju inflasi di Kabupaten
Badung disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.20
Nilai inflasi rata-rata Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber data: BPS Kabupaten Badung
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 28
Data Tahun 2011 Komulatif Januari, Pebruari dan Maret
Data mengenai laju inflasi di Kabupaten Badung tahun 2007 yang bersumber
dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung dihitung sama dengan Kota
Denpasar. Pada tahun 2007 sebesar 5,91% menunjukan angka yang cukup
besar kendatipun angkanya masih berada di bawah angka Inflasi Nasional
sebesar 6,59%. Pada tahun 2008 angka inflasinya sebesar 9,36%
Sedangkan pada tahun 2009 mengalami penurunan hingga menjadi 3,00%
namun masih berada diatas angka inflasi nasional sebesar 2,79%.
3) PDRB per Kapita
Indikator lain untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat
adalah pendapatan perkapita yang membagi PDRB dengan jumlah penduduk
pertengahan tahun, sehingga untuk mengukur kesejahteraan masyarakat
diperlukan data distribusi pendapatan. Selama kurun waktu lima tahun terakhir
pendapatan per Kapita terus mengalami kenaikan rata-rata 13,8%.
Selengkapnya pendapatan per Kapita dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.21
PDRB Perkapita Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber data: BPS Kabupaten Badung
Pendapatan per Kapita Kabupaten Badung tahun 2007 sebesar
Rp.21.560.045,45 dalam kurun waktu 5 tahun terakhir menunjukkan
pertumbuhan yang semakin meningkat hingga mencapai Rp.36.530.000,00
pada tahun 2011 atau peningkatan sekitar 59 %. Untuk mengetahui tingkat
kesejahteraan masyarakat dapat juga dilihat dari rata-rata pengeluaran per
Kapita se-bulan.
Pengeluaran per Kapita se-bulan masyarakat Kabupaten Badung
tahun 2005 hingga 2009 menunjukkan pengeluaran untuk makanan di bawah
50%, kondisi ini menggambarkan bahwa kebutuhan sekunder lebih tinggi
daripada kebutuhan primer. Pada umumnya masyarakat yang mempunyai
pendapatan relatif rendah sebagian besar dari pendapatannya digunakan
untuk pengeluaran konsumsi makanan.
4) Indeks Gini/Koefiesien Gini
Pembangunan yang dilaksanakan berpedoman pada 5 prinsip dasar
pembangunan yaitu Pro Growth, Pro Job, Pro Poor Pro Enviroment dan Pro
Culture. Dalam hal ini pembangunan tidak hanya berorientasi pada
pencapaian tingkat pertumbuhan semata tetapi juga memperhatikan
bagaimana hasil pembangunan tersebut dapat dinikmati oleh seluruh lapisan
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 29
masyarakat. Indikator yang sering digunakan untuk mengukur ketimpangan
pendapatan adalah Gini Ratio dan Kriteria Bank Dunia.
Tabel 2.22
Rata-Rata Interval Penghitungan Gini Ratio
Sumber : BPS Kab. Badung
5) Pemerataan pendapatan versi Bank Dunia
Menurut Bank Dunia ada 3 kriteria penyebaran pendapatan penduduk
yaitu 40 persen penduduk berpendapatan rendah, 40 persen berpendapatan
sedang, dan 20 persen penduduk berpendapatan tinggi. Menurut kriteria Bank
Dunia, jika 40 persen penduduk terendah memperoleh kurang dari 12 persen
dari total pendapatan maka distribusi pendapatan di katakan buruk (tingkat
ketimpangan tinggi), antara 12 persen sampai dengan 17 persen di katakan
berketimpangan sedang, dan lebih dari 17 persen berketimpangan rendah.
Menurut data dari tahun 2007 sampai dengan 2010 Kabupaten Badung
memiliki pemerataan pendapatan dengan katagori berketimpangan Rendah
Nilai Gini ratio memberikan gambaran distribusi pendapatan secara
menyeluruh, kurun waktu 2007 - 2010 nilainya berkisar antara 0,1740 -0,2863
Gini Ratio untuk daerah perkotaan lebih besar di bandingkan dengan daerah
pedesaan, ini di sebabkan masyarakat daerah perkotaan lebih beragam di
bandingkan daerah pedesaan.
6) Indeks ketimpangan Williamson (Indeks Ketimpangan Regional)
Pembangunan kesejahteraan sosial pada hakekatnya bertujuan
untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan sosial individu,
kelompok, dan komunitas masyarakat yang memiliki harkat dan martabat
dimana setiap orang mampu mengambil peran dan menjalankan fungsinya
dalam kehidupan sehari–hari.
Pembangunan kesejahteraan sosial sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari pembangunan Nasional, diselenggarakan sebagai bagian dari
upaya mewujudkan integrasi sosial melalui peningkatan ketahanan sosial
dalam tata kehidupan dan penghidupan bangsa dalam wadah NKRI.
Kesejahteraan sosial diselenggarakan sebagai wujud investasi sosial
dilaksanakan bersama oleh masyarakat, para pengusaha dan pemerintah.
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 30
b. Kesejahteraan Sosial
1) Pendidikan
a) Angka Melek Huruf (AMH)
Angka Melek Huruf (AMH) dapat menggambarkan tingkat
keterjangkauan pendidikan masyarakat. Selama tiga tahun terakhir, AMH
di Kabupaten Badung telah melampaui 90%, dan pada tahun 2009 telah
mencapai 92,29%, dan untuk lebih jelasnya perkembangan angka melek
huruf di Kabupaten Badung dapat dilihat seperti tabel berikut;
Tabel 2.23
Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun 2007 s.d 2009Kabupaten Badung
Sumber : BPS Kab. Badung (data diolah)
Tabel 2.24
Angka Melek Huruf Tahun 2009 Menurut KecamatanKabupaten Badung
Sumber : Disdikpora Kab. Badung
b) Angka rata-rata lama sekolah
Rata-rata lama sekolah menjadi salah satu indikator penting dalam
peningkatan kesejahteraan masyarakat. United Nations Development
Program telah menyusun pembobotan terhadap rata-rata lama sekolah
yang berkisar dari 0 (tidak/belum pernah sekolah) hingga 21 (S3/Doktor).
Di Kabupaten Badung sejak tahun 2007 rata-rata lama sekolah di
Kabupaten Badung telah melampaui 9 tahun. Khusus pada tahun 2009
rata-rata lama sekolah di Kabupaten Badung telah mencapai 9,18 tahun
sehingga melampaui rata-rata Bali sebesar 7,83 tahun.
c) Angka Partisipasi Murni
Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan partisipasi sekolah
penduduk usia sekolah, yaitu 7 sampai dengan 18 tahun, di tingkat
pendidikan tertentu. APM di Kabupaten Badung pada jenjang pendidikan
SD, SMP dan SMA/SMK dapat dilihat pada tabel berikut.
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 31
Tabel 2.25
Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Disdikpora Kab. Badung*) Data hingga Bulan April 2011
Tabel 2.26
Angka Partisipasi Murni Tahun 2011 menurut Kecamatan Kabupaten Badung
Sumber : Disdikpora Kab. Badung*) Data hingga Bulan April 2011
d) Angka Partisipasi Kasar (APK)
Angka Partisipasi Kasar merupakan indikator lainnya yang menunjukkan
tingkat partisipasi penduduk dalam pendidikan. APK merupakan indikator
umum tingkat partisipasi penduduk pada jenjang pendidikan dasar hingga
menengah, berapa pun usianya. Tabel berikut menunjukkan APK pada
jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA/SMK di Kabupaten Badung
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 32
Tabel 2.27
Perkembangan Angka Partisipasi Kasar(APK)Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Disdikpora dan BPS Kab. Badung (data diolah)*) Angka proyeksi
Tabel 2.28
Angka Partisipasi Kasar Tahun 2011Menurut Kecamatan Di Kabupaten Badung
Sumber: Disdikpora Kab. Badung
e) Angka Pendidikan yang ditamatkan (APT)
Angka Pendidikan yang ditamatkan di Kabupaten Badung mulai dari
tingkat SD, SMP, SMA/SMK dan Perguruan Tinggi menunjukan angka
penamatan yang sangat bagus atau tinggi dan hal ini disebabkan oleh
adanya perhatian Pemerintah Daerah Kabupaten Badung dengan serius
menangani masalah pendidikan baik terhadap peningkatan kualitas
Tenaga kependidikan, Sarana Prasarana maupun terhadap mutu
pendidikan itu sendiri, sehingga pendidikan di Kabupaten Badung mampu
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 33
bersaing tingkat Nasional maupun di Tingkat Internasional. Selanjutnya,
data APT dapat disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 2.29
Perkembangan Angka Pendidikan Yang Ditamatkan(APT) Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Disdikpora Kab. Badung
2) Kesehatan
a) Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB)
Pencapaian indikator kesehatan bayi dan balita di Kabupaten Badung
secara umum telah melampaui target nasional, antara lain seperti Angka
Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2010 yang telah mencapai 6,71/1000
kelahiran hidup, sedangkan target nasional adalah 35/1000 kelahiran
hidup. Demikian pula dengan Angka Kematian Balita yang telah mencapai
3,03/1000 kelahiran hidup, yang jauh lebih kecil daripada standar nasional
sebesar 45/1000 kelahiran hidup.
b) Angka usia harapan hidup
Angka Harapan hidup menjadi salah satu indikator yang mencerminkan
derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk. Seiring dengan
meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan dan pendapatan masyarakat.
Angka harapan hidup penduduk di Kabupaten Badung dalam beberapa
tahun terakhir telah mengalami peningkatan sebagaimana dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 2.30
Angka Harapan Hidup Kabupaten Badung
Sumber : : BPS Kabupaten Badung
c) Persentase balita gizi buruk
Prevalensi balita kurang gizi di Kabupaten Badung telah sangat rendah
bila dibandingkan dengan target nasional. Berdasarkan data terakhir,
prevalensi balita kurang gizi di Kabupaten Badung telah mencapai 4,09%,
sedangkan target nasional adalah 20%.
3) Kemiskinan.
Kabupaten Badung masih terdapat penduduk miskin, secara prosentase
jumlahnya tergolong kecil dan terus mengalami penurunan dari tahun ke
tahun. Data terakhir menunjukkan bahwa prosentase penduduk miskin di
Kabupaten Badung sebanyak 17.700 jiwa atau 3,23% dari total penduduk.
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 34
Sebanyak 19,06% yang bermukim di wilayah perkotaan, dan 80,94%
bermukim di wilayah perdesaan. Sedangkang garis kemiskinan yang ada
kalau lihat dari pendapatan perkapita per bulan sebesar Rp 312.602 yang
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan makanan sebesar Rp. 168.336,18
( 53,85 %) dan yang untuk bukan makanan sebesar Rp. 144.265.82 ( 46,15 %
), dan untuk lebih jelasnya dapata dilihat pada tabel di bawah.
Tabel 2.31Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Kabupaten Badung
Sumber : Hasil Susenas 2009, BPS Kab. Badung (data diolah)
4) Kesempatan kerja (Rasio penduduk yang bekerja)
Jumlah penduduk usia produktif di Kabupaten Badung pada tahun 2010
sebanyak 322.220 jiwa. Dari jumlah tersebut penduduk yang tergolong
angkatan kerja sebanyak 244.072 jiwa sedangkan yang tergolong bukan
angkatan kerja sebanyak 78.148 jiwa. Selanjutnya, dari jumlah angkatan kerja
tersebut, yang telah bekerja sebanyak 236.256 jiwa dan yang mencari
pekerjaan 7.816 jiwa.
5) Kriminalitas ( Angka Kriminalitas yang tertangani)
Perkembangan pariwisata di Kabupaten Badung yang demikian pesatnya
akan mengundang penduduk pendatang untuk ikut mencari pekerjaan di
Kabupaten Badung. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan penduduk cukup
tinggi. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat menimbulkan dampak negatif
yang pada akhirnya dapat mengganggu keamanan. Hal ini harus diantisipasi
untuk mempertahankan citra Kabupaten Badung sebagai daerah kunjungan
wisata yang aman. Kriminalitas memang masih terjadi, untuk itu diperlukan
adanya kerjasama semua pihak guna menjaga keamanan di Kabupaten
Badung.
Tabel 2.32Angka Kriminalitas Kabupaten Badung Tahun 2010
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 35
Sumber : Kesbang linmas Kab. Badungc. Seni Budaya dan olahraga
Kabupaten Badung amat kaya akan potensi seni budaya dan olah raga.
Kelompok-kelompok kesenian tersebar di seluruh desa adat yang melaksanakan
aktivitas berkeseniannya tidak sekadar sebagai fungsi hiburan namun utamanya
sebagai bentuk persembahan dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan.
Aktivitas keolahragaan di masyarakat juga berjalan secara aktif di lingkup banjar
hingga desa yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.33
Perkembangan Seni, Budaya dan Olahraga Tahun 2011Di Kabupaten Badung
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Disdikpora Kab. Badung
3. Aspek Pelayanan Umum
a. Layanan Urusan Wajib
1) Pendidikan
a) Pendidikan Dasar
(1).Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Sesuai amanat UUD 1945, pendidikan menjadi pilar strategis dalam
pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Badung. Melalui
pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun
maka telah diupayakan agar sekolah penduduk pada kelompok umur
7-15 tahun dapat mengenyam pendidikan dasar sembilan tahun.
Tingkat partisipasi sekolah (APS) berdasarkan usia dan per kecamatan
disajikan pada tabel-tabel di bawah.
Tabel 2.34
Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS)Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 36
Sumber: Disdikpora dan BPS Kab. Badung (data diolah)*) Data Hasil Perhitungan Bulan April 2011
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 37
Tabel 2.35Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Tahun 2011 Menurut Kecamatan di Kabupaten Badung
Sumber : Disdikpora Kab. Badung
(2).Rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah
Peningkatan akses layanan pendidikan kepada masyarakat amat
dipengaruhi oleh rasio sekolah dan penduduk sekolah yang seimbang.
Berdasarkan perkembangan jumlah penduduk usia sekolah dan
sekolah yang ada, maka rasio sekolah dan penduduk usia sekolah di
Kabupaten Badung adalah sebagai berikut:
Tabel 2.36Ketersediaan sekolah dan penduduk usia sekolah
Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Disdikpora dan BPS Kab. Badung*) Data Hasil Perhitungan Bulan April 2011
Selanjutnya bila rasio ketersediaan gedung sekolah dan jumlah
penduduk usia sekolah per kecamatan, dapat dilihat seperti tabel
berikut:
Tabel 2.37Ketersediaan Sekolah Dan Penduduk
Usia Sekolah Menurut Kecamatan Kabupaten Badung)
Sumber : DISDIKPORA Kab. Badung
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 38
(3).Rasio guru/murid
Hasil analisis rasio jumlah guru/murid di Kabupaten Badung dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.38Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar
Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Disdikpora dan BPS Kab. Badung (data diolah)*) Data Hasil Perhitungan Bulan April 2011
Adapun rasio jumlah guru dan murid per kecamatan adalah sesuai
tabel berikut:
Tabel 2.39Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar
menurut Kecamatan Kabupaten Badung Tahun 2011*
Sumber : Disdikpora Kab. Badung*Data tahun ajaran 2009/2010
(4).Rasio guru/murid per kelas rata-rataRasio jumlah guru/murid tingkat pendidikan sekolah dasar di
Kabupaten Badung adalah (4.488/82.478) x 10.000 = 544,10.
b) Pendidikan Menengah
1. Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Selanjutnya APS pada jenjang pendidikan menengah di Kabupaten
Badung dapat dilihat sesuai tabel berikut :
Tabel 2.40
Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Jenjang Pendidikan Menengah Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 39
Sumber: Disdikpora Kab. Badung*) Data Hasil Perhitungan Bulan April 2011
2. Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah
Di samping pendidikan dasar, pelayanan pendidikan pada jenjang
pendidikan menengah juga dipengaruhi oleh rasio sekolah dan
penduduk usia sekolah yang seimbang. Berdasarkan perkembangan
jumlah penduduk usia sekolah dan sekolah yang ada, maka rasio
sekolah dan penduduk usia sekolah pada jenjang pendidikan
menengah di Kabupaten Badung adalah sebagai berikut:
Tabel 2.41Ketersediaan sekolah dan penduduk usia sekolah
Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Disdikpora Kab. Badung *) Data Hasil Perhitungan Bulan April 2011
3. Rasio guru terhadap murid
Hasil analisis rasio jumlah guru/murid pada pendidikan menengah di
Kabupaten Badung dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.42
Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan MenengahTahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Disdikpora dan BPS Kab. Badung
*) Data Hasil Perhitungan Bulan April 2011
Tabel 2.43
Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Menengahmenurut Kecamatan Kabupaten Badung Tahun 2010
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 40
Sumber : Disdikpora Kab. Badung
4. Rasio guru terhadap murid per kelas rata-rata
Rasio jumlah guru/murid Tingkat Pendidikan Menengah di Kabupaten
Badung adalah (1.461/16.877) x 10.000 = 866 per 10.000 murid.
2) Kesehatan
a) Rasio pos pelayanan terpadu (posyandu) per satuan balita
Keterjangkauan pelayanan kesehatan amat dipengaruhi oleh jumlah unit
pelayanan kesehatan dan sebarannya sesuai dengan jumlah penduduk. Di
Kabupaten Badung pelayanan kesehatan dasar telah menjangkau hingga
wilayah perdesaan, melalui keberadaan puskesmas pembantu dan
posyandu. Khusus untuk posyandu, rasio ketersediaan posyandu terhadap
balita di Kabupaten Badung adalah sebagai berikut:
Tabel 2.44Jumlah Posyandu dan Balita Tahun 2007 s.d 2011
Kabupaten Badung
Sumber :Dinas Kesehatan Kabupaten Badung *) Data sampai dengan April 2011
Tabel 2.45Jumlah Posyandu dan Balita
Menurut Kecamatan Tahun 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Badung *) Data sampai dengan April 2011
b) Rasio Puskesmas, Poliklinik dan Puskesmas Pembantu (Pustu)
Kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat dipengaruhi oleh rasio
unit pelayanan kesehatan per satuan penduduk. Dalam upaya
meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, Pemerintah
Kabupaten Badung telah berupaya agar akses pelayanan kesehatan
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 41
tersebar secara merata. Terkait dengan sebaran akses pelayanan
kesehatan di Kabupaten Badung dapat dilihat sepeti tabel berikut:
Tabel 2.46
Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Dinas Kesehatan dan BPS Kab. Badung *) Data sampai bulan April 2011
Tabel 2.47
Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan PustuMenurut Kecamatan Tahun 2011 Kabupaten Badung
Sumber :Dinas Kesehatan Kabupaten Badung
*) Data sampai bulan April 2011
c) Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk
Di samping unit pelayanan kesehatan yang tersebar hingga tingkat
perdesaan dan kecamatan berupa posyandu dan puskesmas, juga
terdapat unit pelayanan kesehatan di tingkat kabupaten, yaitu rumah sakit
milik pemerintah dan swasta yang memberikan pelayanan kesehatan
tingkat lanjut. Perkembangan rasio jumlah rumah sakit dan penduduk di
Kabupaten Badung adalah sebagai berikut:
Tabel 2.48
Jumlah dan Rasio Rumah Sakit Per jumlah PendudukTahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 42
Sumber : Dinas Kesehatan dan BPS Kab. Badung*) Data sampai bulan April 2011
Tabel 2.49
Jumlah Rumah Sakit menurut Kecamatan tahun 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Dinas Kesehatan dan BPS Kab. Badung
Berdasarkan data terakhir jumlah rumah sakit di Kabupaten Badung
adalah sebanyak 4 rumah sakit, yang terdiri atas 1 rumah sakit umum
daerah yang terdapat di Kota Mangupura, Kecamatan Mengwi serta 3
rumah sakit swasta. 1 rumah sakit terdapat di Kecamatan Kuta, dan 2
rumah sakit terdapat di Kecamatan Kuta Selatan.
d) Rasio dokter per satuan penduduk
Di samping keberadaan rumah sakit, jumlah dokter yang bertugas di
rumah sakit turut mempengaruhi kualitas dan akses pelayanan kesehatan
kepada masyarakat. Rasio jumlah dokter per satuan penduduk di
Kabupaten Badung adalah sebagai berikut:
Tabel 2.50
Jumlah Dokter Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Dinas Kesehatan dan BPS Kab. Badung*) Data sampai dengan April 2011
Selanjutnya data rasio jumlah dokter per satuan penduduk pada setiap
kecamatan adalah seperti tabel berikut:
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 43
Tabel 2.51
Jumlah Dokter Menurut Kecamatan Tahun 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Badung Dalam Angka 2010
e) Rasio tenaga medis per satuan penduduk
Selanjutnya bila dilihat dari jumlah tenaga medis rasio antara tenaga medis
dan jumlah penduduk di Kabupaten Badung adalah sebagai berikut
Tabel 2.52
Jumlah Tenaga Medis Tahun 2007 s.d 2011Kabupaten Badung
Sumber : Dinas Kesehatan dan BPS Kab. Badung *) Data sampai dengan April 2011
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 44
Tabel 2.53
Jumlah Tenaga Medis Menurut Kecamatan Tahun 2011Kabupaten Badung
Sumber : Badung Dalam Angka 2010
3) Lingkungan Hidup
a) Persentase penanganan sampah
Meningkatnya aktifitas masyarakat berpengaruh terhadap peningkatan
produksi/timbulan sampah yang harus ditangani. Pada tahun 2010
produksi sampah sebesar 1.287 meter kubik yang telah ditangani oleh
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kab. Badung dibantu partisipasi
masyarakat sebesar 903 meter kubik atau sebesar 70% dari total timbulan
sampah. Sampai akhir tahun 2011 diproyeksikan terjadi peningkatan
produksi timbunan sampah mencapai 1.378 meter kubik dengan target
penanganan sebesar 994 meter kubik atau 73% dengan rincian seperti
pada tabel berikut:
Tabel 2.54
Jumlah Volume Sampah dan Produksi SampahTahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Badung
Tabel 2.55
Jumlah Volume Sampah dan Produksi Sampah Menurut Kecamatan Tahun 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Badung
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 45
b) Persentase penduduk berakses air minum
Jumlah penduduk yang mendapatkan akses air minum pada Tahun 2007
sebesar 255.394 jiwa meningkat menjadi 266.102 jiwa pada Tahun 2011
atau mengalami peningkatan sebesar 4,20%, namun jika dibandingkan
antara jumlah penduduk dengan persentase penduduk yang berakses air
minum maka terjadi penurunan rasio dari 70,92% menjadi 55,69%. Hal ini
disebabkan oleh laju peningkatan jumlah penduduk lebih tinggi
dibandingkan dengan peningkatan akses terhadap air minum,
sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 2.56
Proporsi Jumlah Penduduk yang Mendapatkan Akses Air Minum dan Jumlah Penduduk Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : BPS dan PDAM Kabupaten Badung
Tabel 2.57
Proporsi Jumlah Penduduk yang Mendapatkan Akses Air Minum dan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2011
Kabupaten Badung
Jumlah Pendudukyang mendapatkanakses air minum
(1) (2) (3) (4) (5=4/3)
1 Kec Petang 28.302 14.848 52.463
2 Kec Abiansemal 79.233 32.594 41.137
3 Kec Mengwi 49.716 21.610 43.467
4 Kec Kuta Utara
5 Kec Kuta 145.347 11.365 78.228
6 Kec Kuta Selatan
Jumlah 302.598 182.702 60.397
NO Kecamatan Jumlah Penduduk Persentase
Sumber : PDAM Kabupaten Badung
Berdasarkan data Tabel tersebut di atas, jumlah penduduk di kawasan
perkotaan (Kecamatan Kuta Utara, Kecamatan Kuta, Kecamatan Kuta
Selatan) mendapatkan akses air minum tertinggi sebesar 11.365 jiwa atau
78,23% sedangkan penduduk di wilayah Kecamatan Abiansemal
mendapatkan akses air minum paling rendah yaitu sebesar 32.594 jiwa
atau 41,14%.
c) Persentase luas permukiman yang tertata
Jumlah permukiman yang tertata di Kabupaten Badung terus mengalami
peningkatan kondisi prasarana dan sarana dasar sehingga menjadi lebih
memadai sesuai standar pelayanan minimum lingkungan perumahan yang
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 46
sehat dan layak. Luas area permukiman tertata pada tahun 2007 adalah
seluas 49,76 ha dan pada tahun 2010 ada 71,60 ha atau mengalami
peningkatan seluas 21,84 ha. Sebaran permukiman yang tertata
ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 2.58
Persentase Luas Permukiman yang Tertata Tahun 2007 s.d 2010 Kabupaten Badung
Sumber : Dinas Cipta Karya Kabupaten Badung
Tabel 2.59Persentase Luas Permukiman yang Tertata Menurut Kecamatan
Tahun 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Dinas Cipta Karya Kabupaten Badung
Berdasarkan Tabel tersebut diatas, area permukiman yang tertata paling
luas berada di Kecamatan Kuta Selatan seluas 55,27 Ha dan Kecamatan
Kuta Utara seluas 16,36 ha.
4) Sarana dan Prasarana Umum
a) Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik
Kinerja jaringan jalan berdasarkan aspek kemantapan adalah merupakan
kinerja gabungan dari aspek kondisi dan aspek pemanfaatan/kapasitas
yang diklasifikasikan menjadi dua yaitu tingkat pelayanan mantap atau
tidak mantap.
Melalui Program Peningkatan Jalan dan Jembatan serta Program
Pemeliharaan/Rehabilitasi Jalan dan Jembatan maka kondisi jalan mantap
(kondisi baik dan sedang) di Kabupaten Badung pada akhir tahun 2011
mencapai 545.936 km (92,90%), meningkat dari kondisi tahun 2007 yaitu
sepanjang 401.866 km (85,24%).
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 47
Tabel 2.60
Panjang Jaringan Jalan Berdasarkan Kondisi Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Dinas Bina Marga dan Pengairan Kab. Badung Tahun 2011
Tabel 2.61
Panjang Jaringan Jalan Berdasarkan Kondisi Menurut Kecamatan Tahun 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Dinas Bina Marga dan Pengairan Kab. Badung Tahun 2011
Jaringan jalan dalam kondisi baik pada Tahun 2011 tertinggi berada di
wilayah Kecamatan Mengwi sepanjang 71.088 km, kondisi sedang berada
pada Kecamatan Mengwi sepanjang 61.101 km sedangkan kondisi rusak
tertinggi berada di Kecamatan Kuta dengan panjang 20.622 km.
b) Rasio Jaringan Irigasi
Jaringan irigasi dibedakan ke dalam tiga kategori yaitu : Jaringan Irigasi
primer, sekunder dan tersier. Dari ketiga kelompok jaringan tersebut yang
langsung berfungsi sebagai prasarana pelayanan air irigasi ke dalam
petakan sawah adalah jaringan irigasi tersier yang terdiri dari saluran
tersier, saluran kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter
serta bangunan pelengkapnya. Rasio jaringan irigasi dan panjang masing-
masing kategori jaringan ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 2.62
Rasio Jaringan Irigasi Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 48
Sumber : Dinas Bina Marga dan Pengairan Kab. Badung Tahun 2011
Tabel 2.63
Rasio Jaringan Irigasi Menurut Kecamatan tahun 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Dinas Bina Marga dan Pengairan Kab. Badung
Dari tabel di-atas rasio jaringan irigasi terbesar berada di Kecamatan
Petang dan yang terkecil ada di Kecamatan Kuta, hal ini mengindikasikan
ketersediaan saluran irigasi untuk kebutuhan budidaya pertanian di
Kecamatan Petang adalah yang paling tinggi.
Di dalam pengelolaan jaringan irigasi, tolak ukur keberhasilan pengelolaan
adalah efisiensi dan efektifitas. Efisiensi diukur berdasarkan tiga indikator
yaitu Pasok Irigasi per Area (PIA), Pasok Irigasi Relatif (PIR), dan Pasok
Air Relatif (PAR), sedangkan efektifitas dihitung berdasarkan indeks Luas
Areal (IA). Semakin kecil nilai PIA, PIR dan PAR, maka pengelolaan irigasi
semakin efisien. PIR dan PAR biasa juga dipakai untuk mengukur
kemampuan masyarakat mengelola sumber daya air dalam kegiatan suatu
sistem irigasi. Semakin tinggi nilai IA menunjukkan semakin efektif
pengelolaan jaringan irigasi
Tabel 2.64
Efisiensi dan Efektivitas Pengelolaan Jaringan Irigasi Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
NO
Pasokan Irigasi 2007 2008 2009 2010 2011
1. Pasok Irigasi per Area 1,5 1,6 1,6 1,7 1,7
2. Pasok Irigasi Relatif 1,4 1,4 1,3 1,2 1,1
3. Pasok Air Relatif 1,3 1,3 1,2 1,1 1
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 49
4. Indek Luas Areal 100 100 100 100 100
5.Rancangan Luas Areal
11.290
11.290
11.290
11.290
11.290
Sumber : Dinas Bina Marga dan Pengairan Kab. Badung Tahun 2011
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 50
Tabel 2.65
Efisiensi dan Efektifitas Pengelolaan Jaringan IrigasiMenurut Kecamatan Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Dinas Bina Marga dan Pengairan Kab. Badung Tahun 2011
c) Rasio Tempat Ibadah per satuan penduduk
Penduduk Kabupaten Badung terdiri atas pemeluk berbagai agama yang
diakui Pemerintah. Tabel berikut menjelaskan jumlah pemeluk masing-
masing agama, jumlah rumah ibadah dan rasionya, termasuk rasionya per
kecamatan
Tabel 2.66
Rasio Tempat Ibadah Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Badung Dalam Angka 2010 (data diolah)* Data hingga Desember tahun 2009
Tabel 2.67
Rasio Tempat Ibadah Menurut Kecamatan Tahun 2011 Kabupaten Badung*
Sumber : Badung Dalam Angka 2010
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 51
d) Persentase rumah tinggal bersanitasi
Rumah tinggal berakses sanitasi sekurang-kurangnya mempunyai akses
untuk memperoleh layanan sanitasi, sebagai berikut:
- Fasilitas Air bersih
- Pembuangan Tinja
- Pembuangan air limbah (air bekas)
- Pembuangan sampah
Persentase rumah tinggal bersanitasi di Kabupaten Badung Tahun 2011
mencapai 93.485 rumah (97%) dengan jumlah tertinggi terdapat di
Kecamatan Mengwi yaitu 23.859 rumah dan terendah terdapat di
Kecamatan Petang yaitu 6.744 rumah.
Adapun rincian rumah tinggal berakses sanitasi ditunjukkan dalam tabel
berikut:
Tabel 2.68
Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber: Bappeda Litbang Kab. Badung
Tabel 2.69Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi Menurut Kecamatan
Tahun 2011 Kabupaten Badung
Sumber: Bappeda Litbang Kab. Badung
e) Rasio tempat pemakaman umum per satuan penduduk
Tempat Pemakaman yang ada di wilayah Kabupaten Badung adalah
tempat pemakaman bukan umum (TPBU) yang dimiliki oleh Desa Adat
untuk agama hindu, Tempat pemakaman agama Islam, Tempat
Pemakaman agama Kristen, Tempat pemakaman Cina dan tempat
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 52
pemakaman yang dimiliki oleh yayasan. Adapun jumlah dan rasio tempat
pemakaman dapat disajikan seperti tabel berikut:
Tabel 2.70
Rasio Tempat Pemakaman Umum Per Satuan Penduduk Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Dinas Kebudayaan
f) Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk
Jumlah TPS di Kabupaten Badung sampai tahun 2011 sebanyak 3 unit
yang tersebar di Kecamatan Kuta (2 unit) dan Kuta Selatan (1 unit).
Disamping itu, terdapat 15 unit kontainer yang juga berfungsi seperti TPS
tersebar di Kecamatan Abiansemal (2 unit), Kecamatan Mengwi (4 unit),
Kecamatan Kuta (6 unit), dan Kecamatan Kuta Selatan (3 unit).
Tabel 2.71
Rasio Tempat Pembuangan Sampah terhadap Jumlah PendudukTahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kab. Badung
Tabel 2.72
Rasio Tempat Pembuangan Sampah terhadap Jumlah PendudukMenurut Kecamatan Tahun 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kab. Badung
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 53
g) Rasio Rumah Layak Huni
Rasio rumah layak huni di Kabupaten Badung sebesar 92% (86.238 unit),
cukup layak huni 6% (5.951 unit), dan tidak layak huni 2% (1.688 unit).
Rumah layak huni terbanyak terdapat di Kecamatan Mengwi 26% (22.813
unit) dan terendah di Kecamatan Petang 7% (6.372 unit). Sedangkan
rumah cukup layak huni terbanyak terdapat di Kecamatan Abiansemal
32% (1.934 unit), terendah di Kecamatan Kuta 7% (425 unit) dan rumah
tidak layak huni terbanyak di Kecamatan Mengwi 29% (482 unit), terendah
di Kecamatan Petang 1% (9 unit).
5) Penataan Ruang
a) Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah ber HPL/HGB
Ruang-ruang terbuka di kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan
yang difungsikan sebagai ruang tanpa bangunan meliputi: taman kota,
hutan kota, lapangan olahraga, pemakaman umum dan setra, kawasan
jalur hijau pertanian, jalur-jalur perlindungan lingkungan, taman
perumahan, sabuk hijau berupa lahan pertanian dan hutan, kawasan
lindung berupa hutan lindung, Tahura, Taman Wisata Alam dan
sejenisnya.
Ruang terbuka hijau di Kabupaten Badung berbentuk satu hamparan,
jalur, atau kombinasi dari bentuk satu hamparan dan jalur yang
didominasi oleh komunitas tumbuhan dengan luas 29.789 ha.
Tabel 2.73
Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas WilayahTahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Analisa data Materi Teknis Raperda RTRW Kab. Badung
Tabel 2.74
Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah Menurut Kecamatan Tahun 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Analisa data Materi Teknis Raperda RTRW Kab. Badung
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 54
b) Rasio Bangunan ber-IMB per Satuan Bangunan
Rasio bangunan ber-IMB per satuan bangunan merupakan perbandingan
antara Jumlah IMB yang diterbitkan dengan jumlah bangunan di
Kabupaten Badung. Rasio Bangunan ber-IMB pada tahun 2007 adalah
3,08% dan pada tahun 2011 adalah 9,01% atau mengalami peningkatan
sebesar 5,93%.
Rincian rasio bangunan ber-IMB per satuan bangunan ditunjukkan dalam
tabel berikut :
Tabel 2.75
Rasio Bangunan ber-IMB per Satuan BangunanTahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Dinas Cipta Karya Kabupaten Badung Tahun 2011
Tabel 2.76
Rasio Bangunan ber-IMB per Satuan Bangunan Menurut Kecamatan Tahun 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Dinas Cipta Karya Kabupaten Badung Tahun 2011
6) Perhubungan
a) Rasio ijin trayek
Jumlah trayek angkutan pedesaan yang ada di Kabupaten Badung pada
tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 adalah sebanyak 13 trayek.
Namun yang beroperasi hanya 1 (satu) trayek yaitu trayek Sentral Parkir
Kuta. PP yang dilayani dengan 35 buah kendaraan angkutan pedesaan
yang memiliki rata-rata tempat duduk (kapasitas kendaraan) sebanyak 14
tempat duduk atau kapasitas total adalah sebanyak 490 tempat duduk.
Dengan perkembangan penduduk yang semakin tahun semakin
meningkat maka Rasio Izin Trayek terhadap jumlah penduduk semakin
tahun semakin menurun. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel
berikut :
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 55
Tabel 2.77
Rasio Ijin Trayek Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Dishubkominfo Kab Badung
b) Jumlah Uji Kir angkutan umum
Pengujian berkala kendaraan bermotor untuk setiap kendaraan wajib uji
dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun atau berlaku selama 6 bulan.
Sehingga prosentase kendaraan yang diuji / di KIR terhadap jumlah
kendaraan wajib uji diperoleh dengan cara membagi kendaraan yang
diuji/diKIR sebelum kemudian dibagi dengan jumlah kendaraan wajib uji
pada tahun yang sama. Sedangkan untuk tahun 2011 data belum tersedia
lengkap karena belum berakhirnya tahun yang bersangkutan (data
kendaraan yang diuji sampai dengan bulan Maret 2011). Data
selengkapnya untuk tahun 2007 – 2011 dapat dilihat dibawah ini :
Tabel 2.78
Jumlah Uji Kir Angkutan Umum Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Dishubkominfo Kab. Badung
c) Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bis
Sampai dengan Tahun 2010 Kabupaten Badung hanya memiliki Terminal
Penumpang Tipe C yang tidak melayani bis. Mulai tahun 2011 Kabupaten
Badung memiliki Terminal Penumpang tipe A yang berlokasi di Mengwi.
Namun terminal tersebut belum beroperasi karena masih menunggu
selesainya proses ijin operasional dari Departemen Perhubungan di
Jakarta. Data selengkapnya dapat dilihat di bawah ini :
Tabel 2.79
Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bis Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Badung Tahun 2011
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 56
b. Layanan Urusan Pilihan
1) Penanaman Modal
a) Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA)
penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik
oleh PMA maupun PMDN untuk melakukan usaha di wilayah negara
Republik Indonesia.
Investasi PMA/PMDN membutuhkan iklim usaha sehat dan kondusif, serta
dapat memberikan kemudahan/kejelasan dalam prosedur perijinan. Dalam
rangka meningkatkan jumlah investor, pemerintah daerah berkomitmen
untuk memberikan pelayanan prima serta intens terhadap kebijakan-
kebijakan yang terkait investasi.Hal ini untuk menambah minat dan daya
tarik investor untuk berinvestasi di Kabupaten Badung.
Tabel 2.80
Jumlah Investor PMDN/PMA Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : BPM Bali & Bagian Adm. Perekonomian
b) Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA)
Peningkatan investasi sesungguhnya memiliki tujuan yang sangat luas,
salah satunya adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Daerah.
Semakin besar investasi yang masuk, maka akan berpengaruh terhadap
luasnya kesempatan kerja serta berkurangnya pengangguran sehingga
dapat terwujud kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan.
Tabel 2.81
Jumlah Investasi PMDN/PMA Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : BPM Bali & Bagian Adm. Perekonomian
c) Rasio Daya Serap Tenaga Kerja
Rasio daya serap tenaga kerja adalah perbandingan antara jumlah
tenaga kerja bekerja pada perusahaan PMA/PMDN dengan jumlah
seluruh PMA/PMDN, yang disajikan dalam tabel berikut:
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 57
Tabel 2.82
Rasio Daya Serap Tenaga Kerja Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber: BPM Bali
2) Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM)
a) Persentase koperasi aktif
Keberadaan koperasi dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang
cukup signifikan. Hal ini tidak terlepas dari adanya pembinaan dan
pelatihan yang diberikan secara berkesinambungan dari instansi terkait.
Keberadaan dan pertumbuhan koperasi saat ini cukup pesat
perkembangannya karena diyakini bahwa usaha yang bergerak di sektor
riil ini tetap eksis walau dalam krisis ekonomi sekalipun.
Tabel 2.83
Persentase Koperasi Aktif Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian & Perdagangan
b) Jumlah UKM non BPR/LKMUKMSesuai dengan kebutuhan pemerintah bahwa keberadaan UKM sangat
diperlukan oleh pemerintah karena UKM yang betul – betul mampu
mendongkrak peningkatan ekonomi masyarakat dalam menghadapai krisis
ekonomi, untuk di Kabupaten Badung perkembangan / pertumbuhan UKM
dari tahun ke tahun menunjukkan hasil yang cukup signifikan seperti tabel
berikut ini.
Tabel 2.84
Jumlah UKM non BPR/LKM Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian & Perdagangan
c) Jumlah BPR/LPD
BPR memiliki fungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat
dalam bentuk kredit, tabungan dan deposito berjangka untuk
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 58
mendapatkan keuntungan. Disamping itu BPR bertujuan menunjang
pembangunan dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan
ekonomi yang mengarah pada peningkatan kesejahteraan masyarakat
Tabel 2.85
Jumlah BPR/LPD Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber: Bank Indonesia (BI) Denpasar
3) Ketenagakerjaan
Tenaga kerja merupakan sumberdaya penting dalam pembangunan. Tenaga
kerja di Kabupaten Badung didominasi oleh laki-laki, yang jumlahnya
mencapai 58,77% dari total pekerja. Bila dilihat dari lapangan usahannya,
sebagian besar pekerja bekerja di sektor perdagangan, hotel dan restoran
sebesar 29,34%, yang diikuti oleh sektor pertanian sebesar 21,46%, jasa
15,35%, dan industri yang menyerap 13,64%.
a) Angkatan Kerja (labor force)
Angkatan kerja adalah penduduk yang dapat dikelompokkan menjadi
tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Berdasarkan data BPS Kabupaten
Badung, jumlah penduduk angkatan kerja sebanyak 239.289 orang dan
penduduk yang tergolong bukan angkatan kerja sebanyak 77.769.
Gambar 2.1
Klasifikasi Penduduk Berdasar Ketenagakerjaan
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 59
Tabel 2.86
Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Dirinci Menurut Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja serta Jenis Kelamin Tahun 2011 Kabupaten
Badung
Sumber : Hasil Sakernas, BPS Kabupaten Badung.
Rasio penduduk yang bekerja adalah perbandingan antara jumlah
penduduk yang bekerja terhadap jumlah penduduk angkatan kerja.
Berdasarkan data di atas, maka rasio penduduk yang bekerja di
Kabupaten Badung adalah sebesar 231.628/239.280 = 0,97 %.
Berdasarkan data terkini, jumlah penduduk angkatan kerja di Kabupaten
Badung sebanyak 239.289 orang, dengan jumlah yang bekerja sebanyak
231.628 orang, dan sisanya sebanyak 7.661 orang sedang mencari
pekerjaan. Kemudian komposisi penduduk angkatan kerja di Kabupaten
Badung berdasarkan golongan umur adalah sebagai berikut.
Tabel 2.87
Penduduk Angkatan Kerja kabupaten Badung Provinsi Bali
Sumber : BPS Kab. Badung
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 60
b) Produktivitas Kerja
Produktivitas pekerja adalah rasio antara PDRB dan jumlah pekerja.
Berdasarkan data terakhir, PDRB ADHB di Kabupaten Badung sebesar
Rp. 14.286.170.000.000,00. Dengan menggunakan formula di atas, maka
tingkat produktivitas pekerja di Kabupaten Badung adalah
Rp.61.677.215,00.
c) Kesempatan kerja
Jenis-jenis lapangan usaha yang mencerminkan kesempatan kerja di
Kabupaten Badung dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.88
Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 Kabupaten Badung
Sumber: BPS Kab. Badung
d) Pengangguran
Berdasarkan data yang tersedia, jumlah angkatan kerja di Kabupaten
Badung yang setengah menganggur (<35 jam seminggu) sebanyak 44.975
orang, dan menganggur sebanyak 7.661 orang.
4) Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
a) Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah
Tabel 2.89
Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : BKD, Dikt kab. Badung
Dari tabel tersebut diatas dapat di pahami bahwa dari tahun 2007 sampai
tahun 2011 jumlah pejabat yang menempati eselon II, eselon III, dan
eselon IV kalau di bandingkan dengan laki-laki yang menduduki jabatan
yang sama jumlahnya tidak sesuai dengan amanat yang tertuang dalam
Undang-Undang Dasar 1945, yaitu menjamin persamaan kedudukan
semua warga negara dalam Pemerintahan dan Hukum. Ketentuan ini
berimplikasi penting dalam kaitan dengan gender.
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 61
Data mengenai pejabat/PNS yang tercantum pada tabel 2.16 dapat
memberikan gambaran tentang kiprah pegawai laki-laki dan perempuan
pada posisi pengambil keputusan strategis di Kabupaten Badung,
sedangkan persentase Pekerja Perempuan di Lembaga Pemerintah
Kabupaten Badung Badung sesuai tabel 2.90
Tabel 2.90
Persentase Pekerja Perempuan di Lembaga Pemerintah Tahun 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kab. Badung
Berdasarkan tabel diatas, dimana analisis gender di sektor publik yang
mencakup Pegawai Negeri Sipil kalau dilihat dari jumlah pegawai laki-laki
dan perempuan tidak jauh berbeda, tetapi jumlah pekerja perempuan di
Kabupaten Badung persentasenya sangat kecil yaitu 0.03% karena
pekerja perempuan yang ada lebih banyak menjadi ibu rumah tangga dan
bekerja di sektor swasta.
b) Partisipasi perempuan di lembaga swasta
Jumlah pekerja perempuan di lembaga pemerintahan persentasenya
sangat kecil kalau dibanding dengan jumlah pekerja perempuan yang
bekerja di lembaga swasta. Hal ini disebabkan karena peluang yang ada di
lembaga swasta lebih banyak sedangkan di lembaga pemerintah formasi
yang ada sangat terbatas. Namun masih ada anggapan bahwa sebelum
bekerja di lembaga Pemerintahan merasa belum bekerja, sehingga setiap
penerimaan pegawai baru jumlah pelamarnya sangat banyak sehingga
persaingannya yang sangat ketat
Tabel 2.91
Persentase Pekerja Perempuan di Lembaga Swasta Tahun 2011 Di Kabupaten Badung
Sumber : Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kab. Badung
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 62
c) Rasio Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
Rasio KDRT di Kabupaten Badung masih rendah, namun dilihat dari data
per kecamatan masalah KDRT yang menonjol terjadi di wilayah
Kecamatan Kuta Utara dan Kecamatan Mengwi. Sedangkan di Kecamatan
yang lainnya yang melaporkan kasus KDRT ke Kantor Pemberdayaan
Perempuan dan Kepolisian sangat rendah karena alasan malu, takut
dicerai dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti tabel
berikut:
Tabel 2.92
Rasio KDRT Tahun 2011 Menurut Kecamatandi Kabupaten Badung
Sumber : Masing-masing Kecamatan
5) Keluarga Berencana (KB) Dan Keluarga Sejahtera (KS)
a) Rata-rata jumlah anak per keluarga
Rata-rata jumlah anak per keluarga di Kabupaten Badung tergolong kecil,
yaitu 1,38 % pada tahun 2007 berkurang menjadi 1,37 % pada tahun 2008
dan 2009. Walau demikian, pada tahun 2010 terjadi peningkatan menjadi
1,41 % yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dari daerah
lain yang masuk ke wilayah Kabupaten Badung sesuai tabel 2.93.
Tabel 2.93
Rata-rata Jumlah Anak per Keluarga
Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Badan KBKS Kab. Badung
b) Rasio akseptor KB
Program Keluarga Berencana merupakan instrumen yang digunakan untuk
mengendalikan pertumbuhan penduduk. Dengan KB sistem banjar,
Kabupaten Badung telah mampu mengendalikan pertumbuhan penduduk
yang disebabkan oleh kelahiran, dimana dapat dilihat dari rasio akseptor
KB. Rasio akseptor KB selalu berada di atas 80%, sebagaimana dapat
dilihat pada tabel berikut.
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 63
Tabel 2.94
Rasio Akseptor KB Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Badan KBKS Kab. Badung*) Data sampai dengan April 2011.
6) Komunikasi Dan Informasi
a. Jumlah jaringan komunikasi
Jumlah jaringan komunikasi di Kabupaten Badung dari Tahun 2007
sampai Tahun 2011 tidak mengalami penambahan jumlah jaringan,
dimana jumlah total jaringan komunikasi sebanyak 3 jaringan.
Tabel 2.95
Jaringan Komunikasi Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Dishubkoinfo Kab Badung
b. Jumlah surat kabar nasional/lokal
Dalam Era reformasi ditandai dengan tumbuhnya kesadaran untuk
membentengi kedaulatan rakyat dengan ketentuan hukum yang dapat
menjamin kedaulatan itu termasuk tuntutan keterbukaan informasi melalui
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik. Bergulirnya UU tersebut sekaligus memberikan konsekwensi logis
kepada pemerintah untuk transparansi dalam memberikan informasi
selama tidak keluar dari rambu-rambu peraturan yang berlaku, sehingga
hasrat dan hak masyarakat untuk memperoleh informasi seluas-luasnya
dengan menggali fakta sebanyak-banyaknya melalui sumber-sumber yang
tidak lagi terbatas sehingga era keterbukaan menjadi kenyataan sesuai
dengan tuntutan reformasi
Pemerintah Kabupaten Badung tetap berkomitmen dalam hal keterbukaan
informasi, penyebaran informasi dengan melibatkan pers dalam
menjembatani komunikasi antar pemerintah dan masyarakat. Terkait
pelaksanaan penyebarluasan informasi, kebijakan – kebijakan serta
kegiatan-kegiatan Pemerintahan Kabupaten Badung kepada masyarakat
yang dilaksanakan melalui kerja sama dengan media massa, seperti :
1. Media lokal terdiri dari; Harian Bali Post, Harian Denpost, Bisnis Bali,
Fajar Bali, Radar Bali, Bali Tribun, Detik Bali, Nusa Bali, Bali Aga, Bali
Promo, Manggala, Suara Rakyat, Metro Bali, Jawa Post, dan Bali
Travel News
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 64
2. Media Nasional terdiri dari ; Kompas, Suara Pembangunan, Dialog,
Media Informasi, Jawa Post dan Antara
Tabel 2.96
Jumlah Surat Kabar Nasional/Lokal Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Bagian Humas dan Protokol, Setda Kab. Badung
c. Jumlah penyiaran radio/TV lokal
Jumlah penyiaran radio/TV lokal pada tahun 2007 sampai 2011 tidak
mengalami peningkatan yaitu sebanyak 5 (lima) penyiaran dengan rincian
pada tabel berikut:
Tabel 2.97
Jumlah Penyiaran Radio/TV Lokal Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
.
Sumber : Bagian Humas dan Protokol, Setda Kab. Badung
7) Pemberdayaan masyarakat dan desa
a) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)
LPM adalah lembaga atau wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat
sebagai mitra kerja pemerintah desa / kelurahan yang ada di Kabupaten
Badung. LPM dibentuk untuk menampung aspirasi dan kebutuhan
masyarakat dalam bidang pembangunan desa, yang keterlibatannya mulai
dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan terkait dengan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Adapun kelompok binaan LPM al:
wilayah kecamatan Petang; kelompok ukir kayu, kerajinan perak,
ternak sapi, gerabag, membuat minyak kelapa, menjahit, dan
memelihara ikan.
Wilayah kecamatan Abiansemal; kelompok ternak, dan kelompok tani.
Wilayah kecamatan Mengwi; kelompok ternak sapi.
Wilayah kecamatan kuta selatan; kelompok ternak, assosiasi ojek dan
persatuan juru parkir.
Khusus LPM yang ada di wilayah kecamatan Kuta dan Kuta Utara tidak
memiliki kelompok binaan.
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 65
Tabel 2.98
Kelompok Binaan LPM Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : BPMD dan Pemdes Kabupaten Badung
b) Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK
Keberadaan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga ( PKK ) di
Kabupaten Badung terdiri dari Tim Penggerak PPK Kabupaten sebanyak
1, Kecamatan sebanyak 6, Desa sebanyak 42 dan Kelurahan sebanyak
16 Tim Penggerak PKK. Jumlah kelompok PKK dari tahun ke tahun pada
setiap tingkatannya tidak mengalami suatu perubahan karena masing-
masing Kecamatan, Desa / Kelurahan maupun tingkat Kabupaten
mempunyai kelompok PKK 1 (satu). Kemudian terkait dengan kelompok
binaan PKK dapat dijelaskan bahwa sasaran Pembinaan dilakukan
secara berjenjang dari tingkat kabupaten sampai dengan tingkat
desa/kelurahan. Adapun sasaran kelompok binaan PKK seperti
kelompok; kelompok PKK banjar / lingkungan; kelompok Dasa Wisma,
kelompok Simulasi Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN);
kelompok Simulasi Keluarga Sadar Hukum (Kadarkum); kelompok
Simulasi Pola Asuh Anak dan PKDRT; kelompok Simulasi Bina Keluarga
Balita; kelompok keagamaan; kelompok Jimpitan; kelompok arisan;
kelompok Lansia; kelompok Belajar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD);
kelompok Bina Keluarga Balita (BKB); kelompok Usaha Peningkatan
Pendanaan Keluarga (UP2K) PKK dan Koperasi PKK.
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 66
Tabel 2.99
Kelompok Binaan PKK Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Tim Penggerak PKK Kab. Badung
c) Jumlah LSM yang aktif
Keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat dan Yayasan di Kabupaten
yang bergerak di bidang pendidikan, sosial, lingkungan dan lain-lain dari
tahun ke tahun jumlahnya mengalami peningkatan. Untuk memantau
keberadaan LSM dan Yayasan telah dibentuk Forum Komunikasi antara
LSM dengan Pemerintah sebagai wadah untuk saling bertemu dan
menyerap aspirasi terkait masalah-masalah yang dihadapi dalam
keikutsertaannya dalam proses pembangunan.
Tabel 2.100
Jumlah LSM aktif Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Badan Kesbang Pol dan Linmas Kab. Badung.
8) Perpustakaana) Jumlah perpustakaan
Peningkatan SDM masyarakat melalui budaya membaca akan sangat
ditunjang oleh ketersediaan perpustakaan umum. Sampai dengan tahun
2011 jumlah perpustakaan daerah di Kabupaten Badung sebanyak 2 unit
yaitu 1 unit perpustakaan daerah yang berlokasi di Kecamatan Mengwi
dan 1 unit perpustakaan percontohan di Kecamatan Petang.
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 67
Tabel 2.101
Jumlah Perpustakaan Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Kantor Perpustakaan Daerah Kab. Badung
b) Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun
Selanjutnya terkait dengan perkembangan jumlah pengunjung
perpustakaan, baik yang membaca langsung bahan pustaka di
perpustakaan maupun dengan cara meminjam, sesuai tabel berikut.
Tabel 2.102
Jumlah Pengunjung Perpustakaan Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber: Kantor Perpustakaan Daerah Kab. Badung
9) Penyelenggaraan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
Sebagai daerah tujuan wisata, keamanan dan ketertiban masyarakat
merupakan salah satu faktor penting yang harus tetap dijaga. Keamanan dan
ketertiban hanya dapat dicapai melalui kerjasama antara pemerintah, aparat
keamanan dan masyarakat itu sendiri sesuai dengan kewenangannya.
a) Rasio jumlah polisi pamong praja per 10.000 penduduk
Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
ditentukan bahwa dalam hal ketentraman dan ketertiban wilayah dibentuk
Satuan Polisi Pamong Praja yang bertugas melaksanakan ketertiban
terhadap pelanggaran Peraturan Daerah. Kewajiban menjaga ketentraman
dan ketertiban wilayah ini dilaksanakan sampai dengan tingkat desa dan
kelurahan. Hal ini belum sepenuhnya dapat dilaksanakan karena rasio
jumlah polisi pamong praja per 10.000 penduduk masih rendah.
Kekurangan ini ditutupi oleh peran serta masyarakat untuk ikut menjaga
ketentraman dan ketertiban wilayahnya.
Tabel 2.103
Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber: Satuan Polisi Pamong Praja
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 68
b) Rasio jumlah linmas per 10.000 penduduk
Jumlah peleton Linmas di Kabupaten Badung tersebar di 62 (enam puluh
dua) Desa dan Kelurahan yang bertugas memberikan perlindungan
kepada masyarakat dalam hal adanya bahaya dan bencana alam. Rasio
jumlah linmas per 10.000 penduduk di kabupaten Badung dari tahun
ketahun mengalami penurunan karena bertambahnya jumlah penduduk
tidak diikuti dengan penambahan anggota Linmas. Kekurangan jumlah
linmas ini ditutupi oleh peran serta masyarakat dan bantuan dari aparat
keamanan desa/kelurahan lainnya.
Tabel 2.104
Rasio Jumlah Linmas Per 10.000 Penduduk Tahun 2007 s.d 2011Kabupaten Badung
Sumber: Badan Kesbang Pol dan Linmas
c) Rasio pos siskamling per jumlah desa/kelurahan
Di Kabupaten Badung terdapat 377 Banjar Dinas dan 164 lingkungan
yang kesemuanya telah memeiliki Pos Siskamling, baik dengan
memanfaatkan Balai Banjar maupun dengan membuat pos khusus.
Tabel 2.105
Rasio Jumlah Pos Siskamling Per Kecamatan Tahun 2007 s.d 2011Kabupaten Badung
Sumber: Badan Kesbang Pol dan Linmas / Badung Dalam Angka 2010
10) Pemuda dan olah raga
a) Jumlah Organisasi Pemuda
Di Kabupaten Badung terdapat berbagai wadah aktivitas kepemudaan
seperti Karang Taruna, Sekaa teruna, dan organisasi kepemudaan
lainnya. tabel berikut menjelaskan keberadaan Karang Taruna di
Kabupaten Badung
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 69
Tabel 2.106
Jumlah Organisasi Pemuda Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Disdikpora Kab. Badung*) Data sampai dengan April 2011
b) Jumlah Organisasi Olahraga
Di Kabupatren Badung terdapat berbagai organisasi olahraga dari
berbagai cabang olah raga yang telah ditetapkan oleh Komite Olahraga
Nasional Indonesia (KONI). Organisasi olah raga ini berpartisifasi aktif
dalam event-event yang dilaksanakan pada tingkat kecamatan dan tingkat
kabupaten, bahkan juga mampu mewakili kabupaten pada tingkat
provinsi. Adapun beberapa cabang olahraga tersebut terdapat di 6 (enam)
Kecamatan yang berperan melaksanakan pembinaan pada masing-
masing cabang olahraha untuk menciptakan atlet-atlet yang berprestasi.
Tabel berikut ini menjelaskan keberadaan organisasi olahraga di
Kabupaten Badung:
Tabel 2.107
Jumlah Organisasi Olahraga Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Disdikpora Kab. Badung*) Data sampai dengan Bulan April 2011
c) Jumlah Kegiatan Kepemudaan
Kegiatan kepemudaan di Kabupaten Badung dilaksanakan secara rutin
setiap tahunnya di tingkat kabupaten yang pelaksanaannya dipusatkan di
Kecamatan Mengwi. Setiap tahunnya dilaksanakan sebanyak dua event
sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini :
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 70
Tabel 2.108
Jumlah Kegiatan Kepemudaan Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Disdikpora Kab. Badung
*) Data sampai dengan Bulan April 2011
d) Jumlah Kegiatan Olahraga
Kegiatan keolahragaan cukup banyak dilaksanakan di masyarakat, mulai
tingkat banjar, desa/kelurahan, kecamatan hingga tingkat kabupaten.
Kegiatan keolahragaan yang dilaksanakan secara rutin adalah Pekan
Olah Raga Pelajar, dimulai dari tingkat kecamatan hingga puncaknya
dilaksanakan di tingkat kabupaten. tabel berikut menjelaskan
pelaksanaan kegiatan olah raga tersebut di masing-masing kecamatan
hingga tingkat kabupaten
Tabel 2.109
Jumlah Kegiatan Olahraga Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Disdikpora Kab. Badung
*) Data sampai dengan Bulan April 2011
4. Aspek Daya Saing Daerah
Selain sektor pariwisata, sektor pertanian khususnya pertanian tanaman pangan
masih merupakan prioritas pembangunan di Kabupaten Badung yang menunjang
kehidupan masyarakat dalam rangka memenuhi swasembada pangan khususnya
beras. Pembangunan sektor pertanian tanaman pangan merupakan pembangunan
berkelanjutan dan terus ditingkatkan pelaksanannya baik secara teknis budidaya
maupun non teknis. Secara teknis, pembangunan pertanian dilakukan melalui
peningkatan mutu intensifikasi, diversifikasi, dan rehabilitasi. Sedangkan
pembangunan non teknis dilakukan melalui pembinaan dan pelatihan–pelatihan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani serta mengubah perilaku petani
menuju ke arah kemajuan di bidang usaha tani.
Guna memotivasi dan meningkatkan produksi pertanian khususnya padi terkait
dengan program ketahanan pangan, maka telah dilakukan perkuatan terhadap petani
melalui pemberian bantuan penguatan modal petani (bantuan langsung masyarakat)
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 71
diantaranya program ketahanan pangan dan LUEP. Bantuan tersebut dikelola melalui
subak dengan pola bergulir di dalam subak yang bersangkutan.
Peningkatan produksi tersebut telah berhasil mengantarkan Kabupaten Badung
meraih penghargaan dari Presiden RI pada tahun 2008 dan 2009 dalam rangka
pelaksanaan program “Peningkatan Produksi Beras Nasional” (P2BN). Dalam upaya
menyiapkan tenaga pengelola pertanian yang terampil dan profesional serta memiliki
pangsa kerja, Pemerintah Kabupaten Badung telah membuka Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Pertanian di Desa Pelaga, Kecamatan Petang.
Program lain yang juga dilakukan adalah membina dan menumbuhkembangkan
kelompok–kelompok masyarakat untuk melakukan kegiatan peternakan rakyat.
Penyebaran komoditas jenis ternak ke masyarakat antara lain: Sapi, Babi, Kambing,
Ayam Itik, dan aneka ternak lainnya.
Di bidang kehutanan dan perkebunan merupakan sumber daya alam yang tak
ternilai harganya yang memiliki fungsi penting sebagai penyangga lingkungan dan
kehidupan manusia. Sehingga keberadaannya perlu dipertahankan dan dilestarikan
agar hutan dan perkebunan dapat memberikan manfaat yang positif terhadap
kehidupan masyarakat.
Keberhasilan pembangunan kehutanan dan perkebunan di Kabupaten Badung
tidak terlepas dari peran kelompok tani/subak abian untuk menyukseskan
pelaksanaan program pemerintahan dalam meningkatkan produksi kehutanan dan
perkebunan. Kelompok tani/subak abian ini merupakan media komunikasi antara
pemerintah dan masyarakat dalam menyampaikan dan pelaksanan program–program
pembangunan kehutanan dan perkebunan.
Sedangkan Kegiatan usaha perikanan di Kabupaten Badung terdiri dari kegiatan
usaha perikanan laut dan perikanan darat. Kegiatan perikanan laut berlokasi di empat
kecamatan yakni Kecamatan Kuta Selatan, Kuta, Kuta Utara, dan Mengwi. Jenis
usaha yang dilakukan meliputi usaha penangkapan dan budidaya laut khususnya
budidaya rumput laut. Usaha penangkapan ikan laut secara umum dilakukan dalam
skala kecil dengan menggunakan beberapa jenis alat alat tangkap dan beberapa jenis
armada.
Sektor industri dan perdagangan memegang peranan penting dalam menunjang
sektor lainnya seperti sektor pariwisata. Selain itu sektor industri dan perdagangan
termasuk paling banyak menyerap tenaga kerja, sehingga dengan adanya sektor ini
pengganguran di Kabupaten Badung dapat ditekan. Sektor industri dan perdagangan,
lembaga keuangan dan koperasi dalam lima tahun terakhir ini mengalami
perkembangan yang cukup signifikan seiring dengan kemajuan sektor lainnya seperti
sektor pariwisata, telekomunikasi dan perhubungan. Perkembangan sektor pariwisata
akan mempengaruhi perkembangan sektor lainnya yang merupakan penunjang
sektor pariwisata tersebut seperti sektor industri, perdagangan, dan koperasi.
Demikian pula kegiatan industri yang dilakukan akan berkaitan dengan kegiatan
perdagangan baik yang berskala Nasional maupun Internasional. Sektor
perdagangan di Kabupaten Badung khususnya kegiatan eksport merupakan motor
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 72
penggerak ekonomi untuk mendorong pembangunan ekonomi dan menambah devisa
negara.
Sektor pariwisata merupakan sektor yang paling diunggulkan, dan memberikan
kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Badung tiap tahunnya. Ini disebabkan
oleh banyaknya Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) yang berada di Kabupaten
Badung, yang sebagian besar tersebar di Kecamatan Kuta Selatan dan Kuta.
Perkembangan sektor pariwisata di Kabupaten Badung juga dipengaruhi dengan
keberadaan Bandara Internasional Ngurah Rai di Tuban, Kecamatan Kuta. Usaha
pelestarian terhadap ODTW di Kabupaten Badung perlu diperhatikan dengan baik
karena Kabupaten Badung memiliki tingkat ketergantungan yang besar dari sektor
pariwisata.
a. Kemampuan Ekonomi Daerah
Dalam era otonomi setiap daerah memiliki kesempatan yang lebih luas
dalam menentukan kebijakan sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Implementasi pembangunan daerah selalu berpijak pada data-data baik dalam
perencanaan, pengawasan pelaksanaan maupun evaluasi hasil-hasilnya.
Pencapaian tujuan utama pembangunan yaitu perbaikan taraf hidup
(kesejahteraan) masyarakat akan tercapai bila terjadi peningkatan dan
pemerataan hasil-hasil pembangunan, khususnya pembangunan ekonomi
sebagai salah satu komponen esensial dari pembangunan secara keseluruhan.
Indikator yang digunakan untuk mengetahui kondisi perekonomian atau
kemampuan ekonomi suatu wilayah adalah Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) yang merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit
usaha dalam satu wilayah pada periode tertentu.
Kondisi perekonomian Kabupaten Badung dapat dilihat dari PDRB
Kabupaten Badung baik besarannya, perkembangannya, kontribusi masing-
masing sektor dalam pembentukan PDRB, laju pertumbuhan serta beberapa
besaran agregat penting lainnya seperti pengeluaran konsumsi rumah tangga,
nilai tukar petani, pengeluaran konsumsi non pangan (persentase konsumsi
rumah tangga untuk non pangan dan produktivitas total daerah.
Produktivitas total daerah
Sejalan dengan besarnya nilai tambah masing-masing sektor, struktur
perekonomian Kabupaten Badung masih ditopang oleh dua sektor dominan yaitu
perdagangan, hotel dan restoran serta sektor angkutan dan komunikasi. Jika
keduanya digabung akan memiliki peranan hampir dua pertiga dari PDRB
Kabupaten Badung. Hal ini sangat dipengaruhi oleh keunggulan Kabupaten
Badung sebagai tujuan utama pariwisata. Kedua sektor di atas adalah sektor yang
bersentuhan langsung dengan pariwisata sehingga mampu memberikan share
hampir dua pertiga perekonomian Kabupaten Badung.
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 73
Tabel 2.110
Produktivitas Per Sektor Kabupaten Badung
Sumber : BPS Kab Badung
b. Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
1) Aksesibilitas daerah
a.) Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan
Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan menunjukkan kepadatan
kendaraan pada suatu ruas jalan. Data pada tabel 2.111 menunjukkan
bahwa tidak terjadi pembangunan jalan baru di Kabupaten Badung,
sedangkan jumlah kendaraan terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini
berimplikasi terhadap kapasitas jalan di Kabupaten Badung, jika
dibandingkan dengan jumlah kendaraan sebagaimana ditampilkan pada
tabel berikut :
Tabel 2.111
Rasio Panjang Jalan per Jumlah Kendaraan Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Dishubkoinfo Kab Badung
b.) Jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum
Jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum menunjukkan
tingginya mobilitas orang/barang pengguna angkutan umum. Data pada
tabel 2.112 menunjukkan bahwa jumlah orang/barang yang terangkut
angkutan umum setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan, hal ini
menunjukkan bahwa penggunaan angkutan umum sebagai sarana
pelayanan transportasi orang dan barang sangat berperan dalam
menunjang aktivitas perekonomian di Kabupaten Badung, seperti pada
tabel berikut :
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 74
Tabel 2.112
Jumlah Orang/Barang yang Terangkut Angkutan Umum Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
NO Uraian Satuan 2007 2008 2009 2010 20111. Jumlah orang Orang 4.102 4.102 5.680 5.894 6.115 2. Jumlah Barang Ton 35 38 43 48 54
Sumber : Dishubkoinfo: Kab. Badung.
c.) Jumlah orang/barang melalui dermaga/ bandara/ terminal per tahun
Jumlah orang dan barang melalui bandara berfluktuasi sepanjang Tahun
2007 sampai Tahun 2011. Hal ini bergantung pada situasi perekonomian
yang berlangsung pada saat itu.
Tabel 2.113
Jumlah Orang/Barang Melalui Dermaga/Bandara/Terminal Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
Sumber : Dishubkoinfo Kab Badung
2) Penataan wilayah
a.) Ketaatan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Untuk menunjang Keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang
berpedoman kepada RTRW maka harus ada dukungan komitmen dari
semua Pihak yang terlibat sesuai dengan peran dan fungsi masing-
masing. Untuk mewujudkan hal tersebut telah disiapkan perangkat-
perangkat pendukung yaitu :
- Tersedianya rencana tata ruang yang terinci dan teknis yang
merupakan penjabarab dari RDTR Kawasan
- Tersedianya aparat yang berkemampuan teknis memadai dan
ditunjang dengan peralatan kerja yang mencukupi
- Tersedianya aparat yang khusus melakukan pemantauan pemanfaatan
ruang yang secara structural merupakan bagian dari unit kerja yang
ada.
b.) Luas wilayah produktif
Luas wilayah produktif (lahan sawah) pada tahun 2007 tercatat 10.125 Ha,
meningkat menjadi 10.237 Ha pada tahun 2008 atau terjadi peningkatan
112 Ha dibandingkan tahun 2007. Hal ini disebabkan terjadi penambahan
luas fungsi sawah seluas 112 Ha di empat kecamatan yaitu Kecamatan
Abiansemal 46 Ha, Kecamamatan Kuta Utara 11 Ha, Kecamatan Mengwi
4 Ha dan Kecamatan Petang 51 Ha.
Pada Tahun 2009 juga terjadi penambahan luas fungsi sawah seluas 58
Ha di Kecamatan Mengwi yaitu di Subak Balangan, sehingga luasnya RKPD Kab. Badung Tahun 2012 75
bertambah menjadi 10.295 Ha. Sebaliknya pada tahun 2010 terjadi
pengurangan luas wilayah produktif sebanyak 10 Ha yang terdapat di
Kecamatan Kuta Utara yaitu di Subak Kedampang berkurang 3 Ha, di
Subak Canggu berkurang 4 Ha dan di Subak Sebuah berkurang 3 Ha,
sehingga lahan produktif sampai saat ini keberadaannya hanya 10.285 Ha.
Demikian pula dengan luas seluruh wilayah budidaya sangat fluktuatif
disebabkan perubahan fungsi produktif atau terjadi alih fungsi yang
dinamis, sesuai kebutuhan pemanfaatan lahan untuk kepentingan tertentu
Tabel 2.114
Rasio Luas Wilayah Produktif Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung
c.) Luas Wilayah Industri
Zona industri di Kabupaten Badung diarahkan pada kegiatan industri skala
kecil. Sebaran kawasan industri terdapat di Desa Werdhi Bhuana,
Kecamatan Mengwi dan Kelurahan Kuta Kecamatan Kuta. Rasio luas
wilayah industri di kabupaten Badung adalah 0,002 %.
d.) Luas Wilayah Kebanjiran
Kawasan rawan bencana banjir terdiri dari kawasan rawan bencana
dengan potensi sedang dan kawasan rawan bencana potensi tinggi
dengan luas potensial 2.011 ha (dua ribu sebelas hektar) mencakup :
1) Kawasan rawan bencana banjir dengan potensi sedang dengan luas
kurang lebih 182 ha (seratus delapan puluh dua hektar) tersebar di
Kecamatan Mengwi dengan luas kurang lebih 3 ha (tiga hektar),
Kecamatan Kuta Utara dengan luas kurang lebih 13 ha (tiga belas
hektar) dan Kecamatan Kuta Selatan dengan luas kurang lebih 167 ha
(seratus enam puluh tujuh hektar);
2) Kawasan rawan bencana banjir dengan potensi tinggi dengan luas
kurang lebih 1.829 ha (seribu delapan ratus dua puluh sembilan
hektar) tersebar di Kecamatan Mengwi dengan luas kurang lebih 56 ha
(lima puluh enam), Kecamatan Kuta Utara dengan luas kurang lebih
239 ha (dua ratus tiga puluh sembilan hektar), Kecamatan Kuta
dengan luas kurang lebih 952 ha (sembilan ratus lima puluh dua
hektar) dan Kecamatan Kuta Selatan dengan luas kurang lebih 583 ha
(lima ratus delapan puluh tiga hektar);
3) Pengembangan kegiatan budidaya pada kawasan rawan banjir harus
disesuaikan dengan karakteristik setempat dan tidak menimbulkan
kerugian yang besar.
e.) Luas Wilayah KekeringanRKPD Kab. Badung Tahun 2012 76
Kawasan rawan bencana kekeringan ditetapkan dengan kriteria :
1) terjadi kurang dari 3 (tiga) tahun sekali;
2) lama kekeringan sekitar 3 (tiga) sampai 4 (empat) bulan;
3) berdampak sedang; dan
4) kawasan yang mengalami kekeringan luas.
Kawasan rawan bencana kekeringan termasuk klasifikasi rendah dengan
luas potensial 11,1 ha (sebelas koma satu hektar) terdapat di Kecamatan
Abiansemal dengan luas kurang lebih 0,1 ha (nol koma satu hektar) dan
Kecamatan Kuta Selatan dengan luas kurang lebih 11 ha (sebelah hektar).
f.) Luas Wilayah Perkotaan
Sistem perkotaan nasional dan provinsi dalam wilayah kabupaten
sebagaimana mencakup:
a. bagian dari Kawasan Perkotaan Denpasar-Badung-Gianyar-Tabanan
yang berfungsi sebagai PKN meliputi Kecamatan Mengwi, Kecamatan
Abiansemal, Kecamatan Kuta Utara, Kecamatan Kuta dan Kecamatan
Kuta Selatan;
b. Kawasan Perkotaan Kuta sebagai Kota Inti dari PKN, beserta Kota
Denpasar;
Kawasan Perkotaan Mangupura dan Kawasan Perkotaan Jimbaran
sebagai Kota Satelit dari PKN, serta Kawasan Perkotaan Gianyar dan
Kawasan Perkotaan Ubud di Kabupaten Gianyar dan Kawasan Perkotaan
Tabanan di Kabupaten Tabanan
3) Fasilitas bank dan non bank
Bank adalah suatu badan usaha yang memiliki fungsi menghimpun dana
masyarakat umum untuk disalurkan kepada yang memerlukandana tersebut,
fasilitas bank berupa pelayanan kredit, jasa giro, valuta asing, tabungan dan
deposito, sedangkan Non bank adalah Lembaga keuangan bukan bank yang
bergerak di bidang pembiayaan seperti : Kredit Kendaraan, elektronik dan lain-
lain adapun jenis dan jumlah bank dan cabang-cabangnya adalah dapat
dikelompokkan menjadi bank umum dan Perkreditan Rakyat (BPR) yang
berdasarkan kegiatan usahanya masing-masing dibedakan menjadi bank
konvensional dan bank syariah. Jenis - jenis Bank tersebut dapat ditampilkan
pada tabel berikut :
Tabel 2.115
Jenis dan Jumlah Bank dan Cabangnya Kabupaten Badung
Sumber : Bank Indonesia ( BI ) Denpasar
4) Fasilitas Telepon
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 77
Persentase penduduk di Kabupaten Badung yang memiliki HP/telepon
mengalami peningkatan setiap tahunnya, hal ini disebabkan oleh peningkatan
kebutuhan akan komunikasi yang praktis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
dari tabel berikut :
Tabel 2.116
Persentase Rumah Tangga (RT) yang Menggunakan HP/TeleponKabupaten Badung
Sumber :Dishubkoinfo
5) Ketersediaan restoran
Jenis, kelas, dan jumlah restoran (Persentase jumlah restoran menurut
jenis dan kelas)
Restoran merupakan suatu jenis jasa pangan yang bertempat di sebagian
atau seluruh bangunan yang permanen dan dilengkapi dengan peralatan dan
perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian dan
penjualan makanan dan minuman bagi umum.
Rumah makan merupakan suatu usaha komersil yang ruang lingkup
pekerjaannya menyediakan hidangan makanan dan minuman untuk umum
pada tempat usahanya.
Tabel 2.117
Jenis, Kelas dan Jumlah Restoran Kabupaten Badung
Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Badung
6) Ketersediaan penginapan
Ketersediaan penginapan/hotel merupakan salah satu aspek yang penting
dalam meningkatkan daya saing daerah, terutama dalam menerima dan
melayani jumlah kunjungan dari luar daerah. Semakin berkembangnya
investasi ekonomi daerah akan meningkatkan daya tarik kunjungan ke daerah
tersebut. Dengan semakin banyaknya jumlah kunjungan orang dan wisatawan
ke suatu daerah perlu didukung oleh ketersediaan penginapan/hotel.
Jenis penginapan/hotel dapat dibedakan menjadi:2 (dua) antara lain :
a) Hotel Berbintang
Hotel berbintang merupakan suatu usaha penyediaan jasa akomodasi
secara hunian berupa kamar-kamar di dalam 1 (satu) ruangan yang dapat
dilengkapi dengan jasa pelayanan makanan, minuman serta kegiatan
hiburan dan fasilitas lainnya.
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 78
b) Hotel Melati
Hotel melati merupakan suatu usaha komersil yang menggunakan seluruh
atau sebagian dari suatu bangunan yang khusus disediakan bagi setiap
orang untuk memperoleh jasa pelayanan penginapan.
Tabel 2.118
Jenis, Kelas dan Jumlah Penginapan/Hotel Kabupaten Badung
Sumber :Diparda Kabupaten Badung
7) Iklim Berinvestasi
a.) Keamanan dan ketertiban
Tabel 2.119
Angka Kriminalitas Kabupaten Badung
Sumber : Kepolisian Daerah Bali Resort Badung
Perkembangan pariwisata di Kabupaten Badung yang demikian
pesatnyaakan mengundang penduduk pendatang untuk ikut mencari
pekerjaan di Kabupaten Badung. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan
penduduk cukup tinggi. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat
menimbulkan dampak negatif yang pada akhirnya akan dapat
mengganggu keamanan. Hal ini harus diantisipasi untuk mempertahankan
citra Kabupaten Badung sebagai daerah kunjungan wisata yang aman.
Kriminalitas memang masih terjadi, untuk itu diperlukan kerjasama semua
pihak untuk ikut menjaga keamanan di Kabupaten Badung.
Untuk dapat menciptakan iklim berinvestasi yang kondusif di Kabupaten
Badung, maka ditempuh langkah – langkah seperti :
(1) Kemudahan perijinan
Kemudahan perijinan wajib di berikan untuk merangsang pertumbuhan
investasi di daerah baik PMA maupun PMDN. Bentuk fasilitas yang di
berikan adalah berupa pembebasan atau keringanan bea masuk atas
impor barang modal dan bahan penolong, pembebasan/penangguhan
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 79
PPn atas impor barang modal, penyusutan atau amotisasi yang di
percepat dan keringanan PBB khusus untuk bidang usaha tertentu.
Untuk perijinan daerah diberikan kemudahan, dan penyederhanaan
pelayanan perijinan. Acuan kerja SKPD yang terkait dengan UPT
Kabupaten Badung yaitu Standard Operating Procedure (SOP) yang
ditetapkan dengan Peraturan Bupati Badung Nomor 42 Tahun 2009
tentang Prosedur Tetap/Standard Operating Procedure (SOP) Unit
Pelayanan Terpadu Kabupaten Badung, yang memuat hal-hal yang
berkaitan dengan persyaratan, proses, jangka waktu dan biaya-biaya
yang dibutuhkan pada masing-masing jenis Perijinan/Non Perijinan/
Rekomendasi/ Persetujuan yang dilayani pada UPT Kabupaten
Badung.
Tabel 2.120
Lama Proses Perijinan Kabupaten Badung
Sumber : Bagian Organisasi dan Tata Laksana
(2) Pengenaan Pajak Daerah (Jumlah dan macam pajak dan retribusi daerah)
Pengenaan Pajak Daerah dilakukan kepada perusahaan/Badan
Hukum yang telah beroperasional di wilayah Kabupaten Badung. Pajak
merupakan iuran wajib yang disetorkan oleh orang pribadi maupun
badan, kepada daerah tanpa imbalan, serta dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
dan Pembangunan Daerah. Macam Pajak Daerah yang ada adalah
sebagai berikut : Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak Parkir, Pajak Reklame, Pajak Perolehan Hak
Atas Tanah dan Bangunan, Pajak Air Tanah dan Pajak Pangambilan
Bahan Galian Golongan C.
Sedangkan Retribusi adalah Pungutan Daerah sebagai pembayaran
atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan atau
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 80
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi
atau Badan. Adapun jenis retribuasi yang ada adalah sebagai berikut
1. Retribusi Ijin Peruntukan Penggunaan Tanah
2. Retribusi Ijin Gangguan
3. Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan
4. Retribusi Ijin Trayek
5. Retribusi Rumah Potong Hewan
6. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
7. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Penduduk dan Akte Catatan Sipil
8. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
9. Retribusi Tempat Khusus Parkir
10. Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum
11. Retribusi Persampahan/Kebersihan
12. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga
13. Retribusi Pelayanan Kesehatan pada Rumah Sakit Umum Daerah
14. Retribusi Pelayanan Kesehatan dan Puskesmas
15. Retribusi Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor
16. Retribusi Penerbitan Surat Tanda Kebangsaan Kapal (Pas Kecil) Dengan Tonase ( GT < 7 )
17.Retribusi Perijinan Bidang Kesehatan
Tabel 2.121
Jumlah dan Macam Insentif Pajak dan Retribusi Daerah Yang Mendukung Iklim Investasi Kabupaten Badung
Sumber :Dinas Pendapatan Daerah Kab. Badung
(3) Peraturan Daerah (Perda) yang mendukung iklim usaha
Peraturan Daerah(Perda) yang mendukung iklim investasi diataranya
adalah :
1. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 7
Tahun 1999 tentang Retribusi Ijin Peruntukan Penggunaan Tanah.
2. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 9
Tahun 1999 tentang Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan
3. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 10
Tahun 1999 tentang Retribusi Ijin Trayek
4. Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 4 Tahun 2006
tentang Pajak Reklame
5. Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 13 Tahun 2007
tentang Retribusi Perijinan Bidang Kesehatan
6. Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 9 Tahun 2010
tentang Retribusi Ijin Gangguan
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 81
b.) Sumber Daya Manusia
Rasio ketergantungan penduduk di Kabupaten Badung dapat dilihat
seperti tabel berikut:
Tabel 2.122Rasio Ketergantungan Tahun 2007 s.d 2011
Kabupaten Badung
Sumber : BPS Kab. Badung
B. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun Berjalan dan
Realisasi RPJMD
Mencakup telaahan terhadap hasil evaluasi status dan kedudukan pencapaian
kinerja pembangunan daerah, berdasarkan rekapitulasi hasil evaluasi pelaksanaan
program dan kegiatan RKPD tahun lalu dan realisasi RPJMD yang bersumber dari
telaahan hasil evaluasi pelaksanaan Renja SKPD tahun lalu dan realisasi Renstra SKPD
oleh masing-masing SKPDdan/atau dari laporan pertanggung jawaban APBD menurut
tahun-tahun yang berkenaan. Mengemukakan hasil evaluasi pelaksanaan program dan
kegiatan pembangunan daerah tahun lalu. Evaluasi meliputi seluruh program dan
kegiatan yang dikelompokkan menurut kategori urusan wajib/pilihan pemerintahan
daerah, menyangkut realisasi capaian target kinerja keluaran kegiatan dan realisasi
target capaian kinerja program tahun lalu terhadap RPJMD, selanjutnya telaahan hasil
evaluasi mencakup:
1. Realisasi program atau kegiatan yang tidak memenuhi target kinerja hasil atau
keluaran yang direncanakan.
2. Realisasi program atau kegiatan yang telah memenuhi target kinerja hasil atau
keluaran yang direncanakan.
3. Realisasi program atau kegiatan yang melebihi target kinerja hasil atau keluaran yang
direncanakan
4. Faktor-faktor penyebab tidak tercapainya, terpenuhinya atau melebihi target kinerja
program atau kegiatan
5. Implikasi yang timbul terhadap target capaian program RPJMD dan kinerja
pembangunan daerah
6. Kebijakan atau tindakan perencanaan dan penganggaran yang perlu diambil untuk
mengatasi faktor-faktor penyebab tersebut.
Adapun hasil Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD tahun lalu, tahun
berjalan dan realisasi RPJMD dapat dilihat pada lampiran Tabel 2.147.
RKPD Kab. Badung Tahun 2012 82