bab ii gabung old - copy

93
BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH A. Gambaran Umum Kondisi Daerah 1.Aspek Geografi dan Demografi a. Karakteristik lokasi dan wilayah Kabupaten Badung, mencakup: 1) Luas dan Batas Wilayah Administrasi Secara administratif Kabupaten Badung mempunyai wilayah seluas 418,52 Km 2 (7,43% luas Pulau Bali) terbagi menjadi 6 (enam) wilayah Kecamatan yang terbentang dari bagian Utara ke Selatan yaitu Kecamatan Petang, Abiansemal, Mengwi, Kuta Utara, Kuta, & Kuta Selatan. Kecamatan Petang memiliki luas terbesar yaitu 115 Km 2 dan Kecamatan Kuta merupakan kecamatan terkecil dengan luas 17,52 Km 2 Untuk lebih jelasnya luas wilayah Kabupaten Badung di tiap-tiap kecamatan dapat dilihat seperti tabel berikut: Tabel 2.1 Luas Wilayah di Tiap-Tiap Kecamatan di Kabupaten Badung Tahun 2010 Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2010 Dari luas wilayah tersebut adapun batas wilayah yang ada antara lain : Sebelah Utara : Kabupaten Buleleng Sebelah Timur : Kabupaten Bangli, Gianyar, dan Kota Denpasar Sebelah Selatan : Samudra Indonesia RKPD Kab. Badung Tahun 2012 12

Upload: yougiex

Post on 11-Dec-2014

145 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

bab ii gabung old

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Gabung OLD - Copy

BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN

CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH

A. Gambaran Umum Kondisi Daerah

1. Aspek Geografi dan Demografi

a. Karakteristik lokasi dan wilayah Kabupaten Badung, mencakup:

1) Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Secara administratif Kabupaten Badung mempunyai wilayah seluas

418,52 Km2 (7,43% luas Pulau Bali) terbagi menjadi 6 (enam) wilayah

Kecamatan yang terbentang dari bagian Utara ke Selatan yaitu Kecamatan

Petang, Abiansemal, Mengwi, Kuta Utara, Kuta, & Kuta Selatan. Kecamatan

Petang memiliki luas terbesar yaitu 115 Km2 dan Kecamatan Kuta merupakan

kecamatan terkecil dengan luas 17,52 Km2 Untuk lebih jelasnya luas wilayah

Kabupaten Badung di tiap-tiap kecamatan dapat dilihat seperti tabel berikut:

Tabel 2.1

Luas Wilayah di Tiap-Tiap Kecamatandi Kabupaten Badung Tahun 2010

Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2010

Dari luas wilayah tersebut adapun batas wilayah yang ada antara lain :

Sebelah Utara : Kabupaten Buleleng

Sebelah Timur : Kabupaten Bangli, Gianyar, dan Kota Denpasar

Sebelah Selatan : Samudra Indonesia

Sebelah Barat : Kabupaten Tabanan

Bagian utara daerah ini merupakan daerah pegunungan yang berudara

sejuk, berbatasan dengan Kabupaten Buleleng, sedangkan di bagian selatan

merupakan dataran rendah dengan pantai berpasir putih dan berbatasan

langsung dengan Samudra Indonesia. Bagian tengah merupakan daerah

persawahan dengan pemandangan yang asri dan indah, berbatasan dengan

Kabupaten Gianyar dan Kota Denpasar di sebelah Timur, sedangkan di

sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tabanan.

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 12

Page 2: BAB II Gabung OLD - Copy

2) Letak dan kondisi geografis

a). Posisi astronomis

Posisi Astronomis Kabupaten Badung terletak antara 8014’20” –

8050’48” Lintang Selatan dan 115005’00” – 115026’16” Bujur Timur dengan

luas wilayah 418,52 Km2 atau sekitar 7,43 % dari daratan Pulau Bali. Untuk

lebih jelasnya posisi astronomi dapat kami rinci per kecamatan sesuai pada

table berikut:

Tabel 2.2Posisi Astronomi Kabupaten Badung

dirinci per kecamatan di Kabupaten Badung

Sumber : Badung Dalam Angka 2010

b). Posisi geostrategis

Pemanfaatan lahan di Kabupaten Badung dapat dibagi menjadi dua

kelompok besar yaitu sawah dan bukan sawah, dimana yang terakhir ini

dirinci lagi menjadi sembilan peruntukan. Luas areal Kabupaten Badung

tercatat 41.852 Ha (7,4 persen luas Provinsi Bali), dimana 10.299 Ha (24,6

persen) dimanfaatkan untuk sawah, kemudian disusul berturut-turut untuk

pekarangan rumah (21,9 persen), tegal/kebun (20,8 persen), dan tanah

perkebunan (15,6 persen). Untuk peruntukan yang lain, angkanya

bervariasi antara 0,02 persen sampai 10 persen. Untuk lebih jelasnya posisi

geostrategis Kabupaten Badubng dapat dilihat seperti tabel berikut:

Tabel 2.3

Posisi Geostrategis Kabupaten Badung dirinci per kecamatan di Kabupaten Badung

Sumber RPJMD Kab. Badung

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 13

Page 3: BAB II Gabung OLD - Copy

c). Kondisi / kawasan

Kondisi / kawasan Kabupaten Badung sangat bervariasi, hal ini dapat dilihat

dari 3 (tiga) kecamatan yaitu Kuta, Kuta Utara dan Kuta Selatan

ketinggiannya berkisar antara 6,6-65 m di atas permukaan laut. Kecamatan

Mengwi antara 0-350 m di atas permukaan laut dan Kecamatan

Abiansemal 75-350 m di atas permukaan laut. Sedangkan Kecamatan

Petang yang berada di ujung utara berada pada ketinggian 275-2075 m

dari permukaan laut. Kendatipun beberapa wilayah Kabupaten Badung

berada pada ketinggian yang relatif tinggi dari permukaan laut, tetapi luas

areal yang kemiringannya di atas 40 persen relatif sedikit yaitu sekitar 7,5

persen (3150 Ha). Areal ini berada di dua kecamatan yaitu Petang (650,0

Ha) dan Kuta Selatan (2500,0 Ha) Daerah-daerah dengan kemiringan di

atas 40 persen rawan terhadap bencana erosi yaitu hanyutnya lapisan

bagian atas tanah. Tahun 2004 luas areal yang mengalami erosi di

Kabupaten Badung adalah 15.561 Ha (37,2 persen dari luas wilayah).

Jumlah ini sudah berkurang dibandingkan tahun 2000 yang mencapai

18.561 Ha.

3) Topografi

a). Kemiringan Lahan

Dilihat dari topografisnya, luas kemiringan lahan di Kabupaten Badung

adalah sebagai berikut:

- Datar ( 0 – 2 % ) seluas 12. 744 Ha;

- Bergelombang ( 2 – 15 % ) seluas 18. 204 Ha;

- Curam ( 15 – 40 % ) seluas 7. 754 Ha; dan

- Sangat curam ( > 40 % ) seluas 3.150 Ha.

b). Ketinggian Lahan

Kabupaten Badung mempunyai lahan dengan ketinggian di atas permukaan

air laut adalah 0 – 2.075 Meter

4) Geologi

Struktur geologi Kabupaten Badung sebagian besar merupakan produk

gunung api muda yang terdiri dari breksi vulkanik, tufa pasiran dan endapan

lahar (Hadiwidjojo, 1971 dan Sudadi dkk, 1986). Sebagian kecil daerah pesisir

sekitar Kuta merupakan daerah alluvial endapan pantai yang tersusun dari

pasir, sedangkan di daerah selatan merupakan bukit kapur yang berasal dari

batu gamping, batu pasir gampingan dan napal.

5) Hidrologi:

a). Daerah Aliran Sungai

Daerah Kabupaten Badung mempunyai sumber daya air pada suatu

kawasan terdiri atas air hujan, air permukaan, air tanah, maupun air laut

yang berada di daratan. Pada Sub-SWS 03.01.02 mengalir sungai utama

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 14

Page 4: BAB II Gabung OLD - Copy

Tukad Yeh Penet dan sungai-sungai lainnya yang sebagian diantaranya

termasuk dalam wilayah Kabupaten Tabanan.

b). Sungai, danau dan rawa

Karakteristik sungai-sungai di Kabupaten Badung, adalah sebagai berikut;

(1) Tukad Ayung

Tukad Ayung adalah sebuah sistem DAS yang menempati wilayah

Kabupaten Bangli di bagian hulunya, Kabupaten Badung dan Gianyar

di bagian tengah serta bermuara di Pantai Padanggalak yang

merupakan perbatasan wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten

Gianyar. Panjang sungai utama mencapai 62,50 Km. Anak-anak sungai

Tukad Ayung yaitu: Tukad Pungsu, Tukad Bebunut, Tukad Yeh Song,

Tukad Siap, Tokad Ngongkong, Tukad Bangkung, Tukad Tegalanting,

Tukad Kilap, dan lain-lainnya. Pemanfaatan air sungai Ayung secara

langsung dilakukan oleh sektor kehidupan baik yang berada di Wilayah

Kabupaten Badung, Kota Denpasar, dan Kabupaten Gianyar.

(2) Tukad Mati

Tukad Mati adalah sebuah sistem DAS yang menempati wilayah

Kabupaten Badung di bagian hulu dan hilir, sementara bagian

tengahnya melintasi Kota Denpasar. Anak sungai Tukad Mati paling

sedikit yaitu terdiri dari Pangkung Lebak Muding dan Pangkung Danu.

Fungsi Tukad Mati saat ini selain untuk mengairi beberapa lahan

sawah, terutama adalah sebagai drainase kota.

(3) Tukad Badung

Tukad Badung adalah sebuah sistem DAS yang menempati wilayah

Kota Denpasar di bagian hulu dan tengahnya, sedangkan bagian hilir

menjadi batas antara wilayah Kabupaten Badung dengan Kota

Denpasar. Anak-anak sungainya seluruhnya ada di Kota Denpasar

yaitu Tukad Jurang, Tukad Langan, Tukad Medih, Tukad Urang dan

Tukad Rarangan.

Pada bagian hilir Tukad Badung terdapat Waduk Estuary Nusa Dua

yang mempunyai kemampuan untuk melayani pasokan air bersih

sebesar 300 lt/det untuk melayani kebutuhan di wilayah Badung

Selatan.

(4) Tukad Yeh Penet

Tukad Yeh Penet merupakan sistem DAS pada sisi Barat Kabupaten

Badung yang berbatasan dengan Kabupaten Tabanan. Pada sistem

DAS ini terdapat beberapa anak sungai yang aliran airnya bermuara

pada Tukad Yeh Penet yaitu: Tukad Sungai, Tukad Dangkang, Tukad

Ulaman, Tukad Kedokan, Tukad Yeh Ge, Tukad Kajang, Tukad

Ngingian, Tukad Bangka, dan lain-lain.

(5) Sungai-sungai lain di sub-SWS 03.01.02

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 15

Page 5: BAB II Gabung OLD - Copy

Beberapa sungai kecil yang langsung bermuara ditemukan di wilayah

Kecamatan Kuta yang selain berfungsi sebagai pemasok air irigasi,

juga sebagai terminal drainase lingkungan, seperti: Tukad Canggu,

Tukad Pangi, Tukad Yeh Poh, dan lain-lainnya.

(6) Sungai-sungai di Daerah Nusa Dua

Sungai-sungai di daerah Nusa Dua merupakan sungai musiman

dengan pola aliran radial, memancar ke empat arah. Karakteristik

pengaliran: panjang sungai rata-rata 5,44 Km, luas daerah tangkapan

rata-rata 3,37 Km2. Jumlah pengaliran ke Selatan lebih banyak, lebih

panjang dan lebih cepat, sementara jumlah DPS nya berimbang

dengan yang ke arah Utara. Sungai-sungai tersebut antara lain Tukad

Batumejan, Tukad Cengiling, Tukad Bualu, Tukad Nangka, Tukad

Soma, dan lain-lain.

Khusus untuk Danau dan daerah rawa-rawa kabupaten Badung tidak

memiliki.

6) Klimatologi:

Sumber daya air pada suatu kawasan terdiri atas air hujan, air permukaan, air

tanah, maupun air laut yang berada di daratan. Ketersediaan potensi tersebut

tidaklah sama pada semua wilayah oleh karena berbagai faktor, terutama

klimatologis, topografis dan geologis. (Sumber: Materi Teknis RTRW

Kabupaten Badung 2010-2029).

a). Curah Hujan.

Dilihat dari Posisi astronomi, maka Daerah Kabupaten Badung mengalami

dua musim yaitu musim kemarau dan penghujan, antara lain dipengaruhi

adanya arus angin yang melintasi suatu daratan serta banyak tidaknya

kandungan uap air. Realisasi curah hujan di bawah normal terjadi pada

Bulan Januari, Mei, Juni, Juli, Agustus, Oktober, Nopember, Desember

sedang curah hujan di atas normal terjadi pada Bulan Pebruari, Maret, April,

September dan Oktober

Rata-rata curah hujan di Kabupaten Badung tahun 2009 sebesar

1.972,25/tahun atau 164,3 mm/bulan. Curah hujan paling tinggi terjadi di

Kecamatan Petang yaitu sebesar 2.654,0 mm/tahun atau rata-rata 221,2

mm/bulan, dan yang paling kecil terjadi di Kecamatan Kuta Utara yang

besarnya hanya 1.287,0 mm/tahun atau rata-rata 107,3 mm/bulan. Angka

curah hujan di Kabupaten Badung tahun 2009 dapat dilihat pada berikut ini:

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 16

Page 6: BAB II Gabung OLD - Copy

Tabel 2.4

Angka Curah Hujan Pada Stasiun Hujan di Kabupaten Badung Tahun 2010

Sumber: Badung Dalam Angka 2010Keterangan : CH : Curah Hujan

HH : Hari Hujan

Dari tabel di atas curah hujan yang paling tinggi terjadi di Kecamatan

Petang, mengingat Kecamatan Petang mempunyai ketinggian yang paling

tinggi atau merupakan wilayah pegunungan sehingga paling berpotensial

untuk pengembangan pertanian, dan disusul oleh Kecamatan Abiansemal

namun hari hujannya sama dengan Kecamatan Petang dan hari hujan

yang paling rendah adalah di Kecamatan Kuta Utara dan memiliki hari

hujan juga paling rendah.

b). Suhu

Seperti halnya Indonesia pada umumnya, Kabupaten Badung merupakan

daerah beriklim tropis yang memiliki dua musim yaitu musim kemarau

(April - Oktober) dan musim hujan (Nopember - Maret), antara lain

dipengaruhi oleh adanya arus angin yang melintasi suatu daratan serta

banyak tidaknya kandungan uap air. Curah hujan di bawah normal terjadi

pada bulan Januari, Mei, Juni, Juli, Agustus, Oktober, Nopember, dan

Desember. Sedangkan curah hujan di atas normal terjadi pada bulan

Pebruari, Maret, April, September, dan Oktober. Curah hujan rata-rata

pertahun antara 893,4 - 2.702,6 mm. Suhu rata-rata 25 - 30oC dengan

kelembaban udara rata-rata mencapai 79%. Keadaan suhu tertinggi terjadi

pada bulan Oktober yaitu 31,1 oC, sedangkan suhu terendah terjadi pada

bulan Juli yaitu 28,4o C.

c). Kelembaban

Kelembaban udara di Daerah Kabupaten Badung berkisar antara 79% -

85%, kelembaban tertinggi 85 % terjadi pada Bulan April dan Nopember

sedang terendah terjadi pada Bulan Juli yaitu 79 %.

7) Penggunaan lahan

Penggunaannya lahan di Kabupaten Badung, digolongkan dalam 2 jenis

kawasan yaitu;

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 17

Page 7: BAB II Gabung OLD - Copy

a). Kawasan Budidaya

Tanah Sawah

Berdasarkan data tahun 1995 dan 2009 diketahui bahwa untuk

penggunaan lahan sawah mengalami penurunan sebesar 13,27%

dengan perubahan terbesar di wilayah Kuta sebesar 1.029 ha (38,77%),

di Kecamatan Mengwi sebesar 303 ha (6,13%), di Kecamatan

Abiansemal seluas 150 ha (4,85%), di Kecamatan Petang seluas 94 ha

(7,92%).

Lahan Permukiman

Perubahan penggunaan lahan permukiman antara tahun 1995 dan 2009

mengalami peningkatan sebesar 17.17%. Dengan peningkatan terbesar

di Kecamatan Abiansemal sebesar 171 ha (22,06%), Kecamatan

Mengwi sebesar 295 ha (21,68%), Kecamatan Kuta sebesar 1.326 ha

(14,46%, Kecamatan Kuta Selatan sebesar 4.034 ha (43,39(),dan

Kecamatam Kuta Utara sebesar 1.061 ha (11,57%), serta Kecamatan

Petang sebesar 18 ha (17,71%).

Lahan Tegalan

Perubahan penggunaan lahan tegalan antara tahun 1995 dan 2009

mengalami penurunan sebesar 208 ha (2,33%), dengan penurunan

terbesar di Kecamatan Kuta sebesar 260 ha (12,83%) dan Kecamatan

Abiansemal sebesar 110 ha (10,33%). Sedangkan peningkatan terjadi di

Kecamatan Mengwi sebesar 51 ha (5,24%) dan Kecamatan Petang

sebesar 111 ha (2,29%).

Tambak

Perubahan penggunaan lahan tambak antara tahun 1995 dan 2009

mengalami penurunan sebesar 2 ha (200%) yang terjadi wilayah Kuta

sebesar 2 ha (200%).

Kolam

Perubahan penggunaan lahan kolam antara tahun 1995 dan 2009

mengalami peningkatan sebesar 35,48%, dengan peningkatan terjadi di

wilayah Kuta sebesar 5 ha (62,50%) dan Kecamatan Abiansemal

sebesar 6 ha (42,86%).

b). Kawasan Lindung

Tanah Sementara tidak diusahakan

Perubahan penggunaan lahan tanah sementara tidak diusahakan

mengalami peningkatan sebesar 109 ha (198,18%) yang terjadi di

wilayah Kuta sebesar 109 ha (218%). Sedangkan di Kecamatan Mengwi

pada tahun 2009 tidak terdapat lagi tanah sementara tidak diusahakan.

Hutan Rakyat

Berdasarkan data penggunaan lahan hutan rakyat tahun 1995 dan 2009

mengalami penurunan sebesar 370 ha (25,29%). Berdasarkan data

tahun 2004 dri Dinas Kehutanan, Hutan rakyat yang terdapat di

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 18

Page 8: BAB II Gabung OLD - Copy

Kabupaten Badung tersebar di Kecamatan Petang, Abiansemal dan Kuta

Selatan.

Hutan Negara

Tidak ada perubahan hutan negara baik di Desa Pelaga (728,83 Ha),

Desa Sangeh (TWA Sangeh 13,97 Ha) dan hutan mangrove yang ada di

Kelurahan Kuta, Kelurahan Jimbaran, Kelurahan Benoa dan Kelurahan

Tanjung Benoa (655,83 Ha).

Tanah Perkebunan

Perubahan penggunaan tanah perkebunan antara tahun 1995 dan 2009

mengalami penurunan sebesar 87 ha (1,31%), dengan penurunan terjadi

di Kecamatan Mengwi sebesar 47 ha (6,17%) dan Kecamatan Petang

sebesar 148 ha (3,98%). Sedangkan peningkatan terjadi di Kecamatan

Abiansemal sebesar 107 ha (12,19%).

Tanah Lainnya

Perubahan penggunaan tanah lainnya antara tahun 1995 dan 2009

mengalami peningkatan sebesar 381 ha (10,10%) yaitu di Kecamatan

Petang sebesar 83 ha (96,51%), Kecamatan Mengwi sebesar 13 ha

(8,90%), Kecamatan Kuta sebesar 280 ha (8,09%), dan di Kecamatan

Abiansemal sebesar 5 ha (4,35%).

b. Potensi pengembangan wilayah

Pusat utama pengembangan pelayanan wilayah Kabupaten Badung adalah

Kawasan Perkotaan Kuta sebagai bagian dari Kota Inti Kawasan Metropolitan

Sarbagita bersama-sama Kota Denpasar dan Kawasan Perkotaan Mangupura

sekaligus merupakan Ibukota Kabupaten Badung. Selanjutnya pelayanan

perkotaan dikembangkan untuk melayani wilayah belakangnya secara merata dan

berhierarki. Berdasarkan karakter geografis dan struktur jaringan prasarana utama

wilayah, maka wilayah pelayanan sistem perkotaan dibagi dalam tiga sistem

perwilayahan pelayanan perkotaan, dapat dilihat pada Gambar 2.2 dan dapat

diuraikan pada Tabel 2.5 yaitu: (Sumber: Materi Teknis RTRW Kabupaten Badung

2010-2029)

1) Pelayanan Wilayah Pengembangan (WP) Badung Utara

a) Cakupan wilayah seluruh Kecamatan Petang.

b) Pusat pelayanan di Kawasan Perkotaan Petang.

c) Fungsi utama Wilayah Pembangunan (WP) Badung Utara adalah

konservasi dan pertanian terintegrasi.

2) Pelayanan Wilayah Pengembangan (WP) Badung Tengah

a) Cakupan wilayah meliputi:

Kecamatan Abiansemal;

Sebagian Kecamatan Mengwi (Desa Kuwum, Desa Sembung, Desa

Sobangan, Desa Werdi Bhuwana, Desa Baha, Desa Penarungan,

Desa Gulingan, Desa Mengwi, Desa Mengwitani, Desa Kekeran,

Kelurahan Kapal, Kelurahan Lukluk, Kelurahan Sading, Kelurahan

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 19

Page 9: BAB II Gabung OLD - Copy

Sempidi, Kelurahan Abianbase, Desa Buduk dan Desa Tumbak

Bayuh); dan

Sebagian Kuta Utara (Desa Dalung dan Kelurahan Kerobokan Kaja).

b) Pusat pelayanan di Kawasan Perkotaan Mangupura.

c) Sub pusat pelayanan di Kawasan Perkotaan Blahkiuh, dan Kawasan

Perkotaan Dalung.

d) Fungsi utama: pertanian berkelanjutan, ibukota kabupaten dan pusat

pelayanan umum skala regional.

3) Pelayanan Wilayah Pengembangan (WP) Badung Selatan

a) Cakupan wilayah meliputi:

Sebagian Kecamatan Mengwi (Desa Pererenan, Desa Munggu dan

Desa Cemagi);

Sebagian Kecamatan Kuta Utara (Desa Canggu, Desa Tibubeneng,

Kelurahan Kerobokan dan Kelurahan Kerobokan Kelod);

Kecamatan Kuta; dan

Kuta Selatan.

b) Pusat pelayanan di Kawasan Perkotaan Kuta.

c) Sub pusat pelayanan di Kawasan Perkotaan Jimbaran dan Kawasan

Perkotaan Kerobokan.

d) Fungsi utama: kepariwisataan serta perdagangan dan jasa skala nasional

dan internasional.

4) Sistem pusat pelayanan Kabupaten Badung diarahkan mencakup sistem

perkotaan dan sistem perdesaan.

a). Pusat-pusat perkotaan dan hirarkinya di wilayah Kabupaten Badung terdiri

atas :

- Pusat Kegiatan Perkotaan (PKN) terletak di kawasan perkotaan Kuta

sebagai kota inti dari kawasan perkotaan Sarbagita yang meliputi

wilayah Kecamatan Mengwi, Kecamatan Abiansemal, Kecamatan Kuta

Utara, Kecamatan Kuta dan Kecamatan Kuta Selatan, serta kawasan

perkotaan Jimbaran dan Kawasan Perkotaan Mangupura sebagai kota

satelit;

- Pusat Pelayanan Kecamatan (PPK) terletak di kawasan perkotaan

Petang dengan wilayah pelayanan seluruh desa-desa di Kecamatan

Petang; dan

- Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) terletak di kawasan perkotaan

Pelaga dengan wilayah pelayanan Desa Pelaga, Desa Sulangai dan

Desa Belok Sidan serta kawasan perkotaan Carangasari dengan

wilayah pelayanan Desa Carangsari, Desa Getasan dan Desa

Pangsan.

Rencana sistem perkotaan berdasarkan fungsi dapat dilihat pada tabel 2.5

berikut :

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 20

Page 10: BAB II Gabung OLD - Copy

Tabel 2.5

Sistem Perkotaan Kabupaten Badung Berdasarkan Fungsi

No Fungsi Kota Nama Kota Cakupan Wilayah

1 PKN Kawasan Perkotaan Denpasar-Badung-Gianyar-Tabanan

Kota Inti : Kawasan Perkotaan KutaKota Satelit : Kawasan Perkotaan Mangupura Kawasan Perkotaan Jimbaran

Seluruh Kawasan Perkotaan di wilayah Kecamatan Mengwi, Aniansemal, Kuta Utara, Kuta dan Kuta Selatan

2 PPK Kawasan Perkotaan Petang Desa Petang

3 PPL Kawasan pelaga

Kawasan Carangsari

Desa Pelaga, Desa Sulangai dan Desa Belok Sidan

Desa Carangsari, Desa Getasan, dan Desa Pangsan

Sumber: Materi Teknis RTRW Kabupaten Badung 2010-2029

b). Fungsi pusat pelayanan sistem perkotaan di Kabupaten Badung meliputi :

Pusat Kegiatan Nasional perkotaan Kuta dengan fungsi pelayanan sebagai

pusat kepariwisataan internasional, pusat perdagangan dan jasa skala

regional dan/atau nasional dan simpul transportasi udara skala pelayanan

primer, yang didukung oleh:

Kota satelit Jimbaran terletak di kawasan perkotaan Jimbaran dengan

fungsi pelayanan sebagai pusat kepariwisataan internasional, pusat

pendidikan tinggi, pusat pelayanan kesehatan (tourism hospital), dan

pusat perdagangan dan jasa skala regional dan/atau nasional; dan

Kota satelit Mangupura terletak di kawasan perkotaan Mangupura

dengan fungsi pelayanan sebagai pusat ibukota kabupaten, pusat

pemerintahan kabupaten, pusat kesehatan skala wilayah, simpul

transportasi darat skala regional, pusat perdagangan dan jasa skala

regional, pusat industri kecil dan menengah (IKM), pusat prasarana

olahraga dan pusat pelestarian warisan budaya.

Pusat Pelayanan Kecamatan Perkotaan Petang dengan fungsi

pelayanan sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pusat agropolitan

dan pusat agroindustri;

Pusat Pelayanan Lingkungan Perkotaan Pelaga dan perkotaan

Carangsari dengan fungsi pelayanan sebagai pusat pertanian

terintegrasi, pusat agrowisata dan pusat ekowisata.

c). Sistem perdesaan merupakan pusat pelayanan desa (PPD) yang

dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana untuk pengembangan

perdesaan.

Fungsi PPD meliputi; pusat produksi pertanian yang mendorong

pengembangan agropolitan Petang, pusat permukiman desa dan kegiatan

sosial ekonomi skala desa serta pusat pengembangan desa wisata,

agrowisata dan ekowisata kemudian terhadap sebaran PPD terdiri dari;

PPD Belok Sidan, Sulangai, Getasan dan Pangsan

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 21

Page 11: BAB II Gabung OLD - Copy

c. Wilayah rawan bencana

1) Kegempaan

Kabupaten Badung daerah rawan gempa dengan kekuatan rendah

sampai sedang tersebar di seluruh kecamatan. Daerah rawan gempa dengan

kekuatan sedang berada di Kecamatan Abiansemal bagian Utara dan seluruh

Kecamatan Petang, sedangkan dengan kekuatan gempa rendah berada di

Kecamatan Abiansemal bagian tengah ke selatan, Kecamatan Mengwi,

Kecamatan Kuta Utara, Kecamatan Kuta, dan Kecamatan Kuta Selatan.

2) Korosi Air Tanah

Kondisi air tanah yang diukur di daerah Jimbaran pada kedalaman 15

meter diperolah bahwa kadar ion klorida mencapai > 1000 mg/lt (Djuhadijat

A.S, dkk, 1984). Sehubungan dengan hal tersebut, maka untuk suatu

perencanaan pondasi, khususnya pondasi sedang hingga dalam yang dapat

mencapai air asin perlu memperhatikan faktor korosi. Oleh karena kandungan

CI yang tinggi dapat merusak dinding pondasi bangunan beton maupun baja

sehingga mengakibatkan gedung atau bangunan rusak.

3) Gerakan Tanah

Indikasi gerakan tanah di Kabupaten Badung berdasarkan peta zona

kerentanan gerakan tanah Pulau Bali (Sugiharo Nitiharjo, 1982) dijumpai

sekitar Tukad Ayung terutama pada tebing yang berkemiringan lereng cukup

terjal dan disekitar G. Catur. Daerah ini umumnya terletak pada kemiringan

lereng 30-70% bahkan setempat lebih besar dari 70%. Pada daerah ini dapat

terjadi gerakan tanah berdimensi kecil dan besar terutama pada daerah yang

berbatasan dengan lembah sungai, peralihan litologi atau tebing jalan.

Fenomena ini terjadi pada bagian utara daerah pemetaan yaitu sekitar daerah

Pelaga, Kiadan dan Pacung (Sumber: Materi Teknis RTRW Kab. Badung

2010).

4) Abrasi

Abrasi atau kikisan pantai oleh hantaman gelombang laut terdapat di

sekitar Pantai Canggu, Kuta hingga Uluwatu, dan Nusa Dua. Kerusakan pantai

oleh abrasi ini terlihat dari mundurnya garis pantai sehingga merusak

beberapa bangunan serta obyek wisata yang ada di sekitarnya

5) Sedimentasi

Sedimentasi dijumpai di sekitar Teluk Benoa. Proses sedimentasi ini

terjadi karena sungai-sungai yang berada di sebelah timur daerah pemetaan

banyak membawa material pasir serta lumpur dan terendapkan pada Teluk

Benoa. Selain itu pertumbuhan pohon bakau di daerah ini juga cukup baik

sehingga berakibat sekitar daerah ini sering mengalami pendangkalan laut.

6) Rawan Tsunami

Pesisir pantai di Kabupaten Badung khususnya mulai pantai di Desa

Cemagi sampai pantai Jimbaran, kemudian pantai di Kelurahan Benoa sampai

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 22

Page 12: BAB II Gabung OLD - Copy

dengan pantai di Kelurahan Tanjung Benoa termasuk pantai di Kota Denpasar

rawan terhadap terjadinya tsunami mulai dari rawan tsunami rendah sampai

tinggi.

d. Demografi

1) Kependudukan

a) Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah Penduduk

Kabupaten Badung sampai bulan Desember tahun 2010 sebanyak

543.332 jiwa, dengan perbandingan jumlah penduduk laki-laki sebanyak

277.536 ( 51,08 % ) dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 265.796

jiwa ( 48,92 %)

Jumlah Rumah tangga tahun 2010 sebanyak 147. 313 rumah tangga

dengan laju pertumbuhan penduduk Kab. Badung tahun 2010 sebesar

4,63% dengan kepadatan penduduk rata-rata sebanyak 1.229 jiwa per

Km 2.

Laju pertumbuhan penduduk sering digunakan sebagai indikator

keberhasilan usaha-usaha pemerintah di bidang kependudukan, semakin

kecil laju pertumbuhan penduduk, maka usaha pemerintah untuk menekan

pertumbuhan penduduk semakin berhasil. Dari 6 Kecamatan yang ada di

Kabupaten Badung, kepadatan penduduk rata-rata paling tinggi terdapat

di Kecamatan Kuta yaitu 2.762 / Km2, sebaliknya Kecamatan Petang

memiliki kepadatan penduduk rata-rata paling rendah yaitu 2,58 jiwa per

Km2. Adapun faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk

adalah: Paktor kelahiran, paktor kematian, penduduk datang dan

penduduk pindah.

Tabel 2.6

Laju Pertumbuhan PendudukKabupaten Badung Tahun 2011

b) Pengelompokan Penduduk

1. Pengelompokan Penduduk Berdasar Jenis Kelamin dan umur

Kabupaten Badung merupakan daerah hiterogen multi etnis dengan

jumlah penduduk yang cukup padat yang dipengaruhi oleh migrasi

penduduk dari berbagai daerah di Nusantara, dan mampu membaur

dalam satu kesatuan kehidupan sosial budaya ( sosio culture ) dengan

tetap menjaga keharmonisan dan keselarasan, sehingga menjadi

modal utama dalam menjaga keamanan.

Apabila di lihat sebaran penduduk menurut jenis kelamin nampaknya

jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 23

Page 13: BAB II Gabung OLD - Copy

namun pada kelompok umur tertentu justru penduduk perempuan lebih

banyak dari pada laki-laki.

Pengelompokan penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.7

Proyeksi Penduduk Laki-Laki Berdasarkan Umur Kabupaten Badung Tahun 2007 s/d 2011

Sumber : BPS Kab. BadungKeterangan :*) : Proyeksi Jumlah Penduduk dari BPS

Tabel 2.8

Proyeksi Penduduk Perempuan Berdasarkan Umur Kabupaten Badung Tahun 2007 s/d 2011

Sumber : BPS Kab. BadungKeterangan :*) : Proyeksi Jumlah Penduduk dari BPS

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 24

Page 14: BAB II Gabung OLD - Copy

Tabel 2.9

Jumlah Penduduk Menurut Kepemilikan KTP, KK, Akte Lahir, Akte Nikah Tahun 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Untuk menekan laju pertumbuhan penduduk, salah satu caranya

adalah melalui program KB. Keluarga Berencana dan Keluarga

Sejahtera dicanangkan untuk mengetahui tingkat Partisipasi Pasangan

Usia Subur (PUS) terhadap KB. Besarnya angka partisipasi KB

(akseptor) menunjukkan adanya pengendalian jumlah penduduk.

Tabel 2.10

Jumlah Penduduk Peserta KB Kabupaten Badung Tahun 2010

Sumber :Badan KBKS Kab. Badung

Tabel 2.11

Proyeksi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Per Kecamatan Tahun 2011 Kabupaten Badung

Sumber : BPS Kab. Badung

2. Pengelompokkan penduduk berdasarkan persebaran penduduk/ geografis

Tabel 2.12Sebaran Penduduk Menurut Luas wilayah dan Kepadatan

Tahun 2011 Kabupaten Badung

Sumber : BPS Kab. Badung

3. Pengelompokan Penduduk Berdasar tingkat pendidikanLatar belakang pendidikan penduduk mencerminkan kualitas

sumberdaya manusia dan potensi kekuatan pembangunan daerah.

Berdasarkan tingkat pendidikannya, sebagian besar penduduk di

Kabupaten Badung telah menempuh pendidikan hingga tingkat dasar

dua belas tahun sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut.

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 25

Page 15: BAB II Gabung OLD - Copy

Tabel 2.13

Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2011

Sumber : Dikdispora Kab. Badung

Dari data di atas, akses masyarakat terhadap pendidikan juga dapat

dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin sebagaimana tampak pada

tabel berikut.

Tabel 2.14

Penduduk 5 Tahun Keatas Menurut Pendidikan Tertinggi Tahun 2011 Kabupaten Badung per Kecamata

Sumber : Dikdispora Kabupaten Badung

2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Memberikan gambaran dan hasil analisis terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat,

mencakup kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, seni

budaya dan olah raga

a. Kesejahteraan Dan Pemerataan Ekonomi

1) Pertumbuhan PDRB

Tabel 2.15

Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2007 s.d 2011Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2011 Kabupaten Badung

Sumber data: PDRB Kabupaten Badung

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 26

Page 16: BAB II Gabung OLD - Copy

Tabel 2.16

Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2007 s.d 2011Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Badung

Sumber data: PDRB Kabupaten Badung

Tabel 2.17

Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2007 s/d 2011Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Kabupaten Badung

Sumber data: PDRB Kabupaten Badung

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 27

Page 17: BAB II Gabung OLD - Copy

Tabel 2.18

Pertumbuhan Kontribusi Sektor dan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Hb)dan Harga Konstan (Hk) Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2011

Kabupaten Badung

Sumber data: PDRB Kabupaten Badung

Tabel 2.19

Perkembangan PDRB kabupaten Tahun 2007 s/d 2008Atas Dasar Harga Konstan dan Harga Berlaku Kabupaten Badung

(dalam jutaan rupiah)

Sumber data: BPS Kabupaten Badung

2) Laju Inflasi

Salah satu indikator perkembangan perekonomian di Kabupaten Badung

dapat dilihat dari perkembangan laju inflasi. Berdasarkan data BPS (Badung

dalam Angka 2010) diperoleh bahwa laju inflasi di Kabupaten Badung rata-rata

lebih rendah dari laju inflasi secara nasional, hal ini mencirikan bahwa

kenaikan harga di Kabupaten Badung lebih sedikit dibandingkan kenaikan

harga secara nasional. Selengkapnya perkembangan laju inflasi di Kabupaten

Badung disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.20

Nilai inflasi rata-rata Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber data: BPS Kabupaten Badung

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 28

Page 18: BAB II Gabung OLD - Copy

Data Tahun 2011 Komulatif Januari, Pebruari dan Maret

Data mengenai laju inflasi di Kabupaten Badung tahun 2007 yang bersumber

dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung dihitung sama dengan Kota

Denpasar. Pada tahun 2007 sebesar 5,91% menunjukan angka yang cukup

besar kendatipun angkanya masih berada di bawah angka Inflasi Nasional

sebesar 6,59%. Pada tahun 2008 angka inflasinya sebesar 9,36%

Sedangkan pada tahun 2009 mengalami penurunan hingga menjadi 3,00%

namun masih berada diatas angka inflasi nasional sebesar 2,79%.

3) PDRB per Kapita

Indikator lain untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat

adalah pendapatan perkapita yang membagi PDRB dengan jumlah penduduk

pertengahan tahun, sehingga untuk mengukur kesejahteraan masyarakat

diperlukan data distribusi pendapatan. Selama kurun waktu lima tahun terakhir

pendapatan per Kapita terus mengalami kenaikan rata-rata 13,8%.

Selengkapnya pendapatan per Kapita dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.21

PDRB Perkapita Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber data: BPS Kabupaten Badung

Pendapatan per Kapita Kabupaten Badung tahun 2007 sebesar

Rp.21.560.045,45 dalam kurun waktu 5 tahun terakhir menunjukkan

pertumbuhan yang semakin meningkat hingga mencapai Rp.36.530.000,00

pada tahun 2011 atau peningkatan sekitar 59 %. Untuk mengetahui tingkat

kesejahteraan masyarakat dapat juga dilihat dari rata-rata pengeluaran per

Kapita se-bulan.

Pengeluaran per Kapita se-bulan masyarakat Kabupaten Badung

tahun 2005 hingga 2009 menunjukkan pengeluaran untuk makanan di bawah

50%, kondisi ini menggambarkan bahwa kebutuhan sekunder lebih tinggi

daripada kebutuhan primer. Pada umumnya masyarakat yang mempunyai

pendapatan relatif rendah sebagian besar dari pendapatannya digunakan

untuk pengeluaran konsumsi makanan.

4) Indeks Gini/Koefiesien Gini

Pembangunan yang dilaksanakan berpedoman pada 5 prinsip dasar

pembangunan yaitu Pro Growth, Pro Job, Pro Poor Pro Enviroment dan Pro

Culture. Dalam hal ini pembangunan tidak hanya berorientasi pada

pencapaian tingkat pertumbuhan semata tetapi juga memperhatikan

bagaimana hasil pembangunan tersebut dapat dinikmati oleh seluruh lapisan

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 29

Page 19: BAB II Gabung OLD - Copy

masyarakat. Indikator yang sering digunakan untuk mengukur ketimpangan

pendapatan adalah Gini Ratio dan Kriteria Bank Dunia.

Tabel 2.22

Rata-Rata Interval Penghitungan Gini Ratio

Sumber : BPS Kab. Badung

5) Pemerataan pendapatan versi Bank Dunia

Menurut Bank Dunia ada 3 kriteria penyebaran pendapatan penduduk

yaitu 40 persen penduduk berpendapatan rendah, 40 persen berpendapatan

sedang, dan 20 persen penduduk berpendapatan tinggi. Menurut kriteria Bank

Dunia, jika 40 persen penduduk terendah memperoleh kurang dari 12 persen

dari total pendapatan maka distribusi pendapatan di katakan buruk (tingkat

ketimpangan tinggi), antara 12 persen sampai dengan 17 persen di katakan

berketimpangan sedang, dan lebih dari 17 persen berketimpangan rendah.

Menurut data dari tahun 2007 sampai dengan 2010 Kabupaten Badung

memiliki pemerataan pendapatan dengan katagori berketimpangan Rendah

Nilai Gini ratio memberikan gambaran distribusi pendapatan secara

menyeluruh, kurun waktu 2007 - 2010 nilainya berkisar antara 0,1740 -0,2863

Gini Ratio untuk daerah perkotaan lebih besar di bandingkan dengan daerah

pedesaan, ini di sebabkan masyarakat daerah perkotaan lebih beragam di

bandingkan daerah pedesaan.

6) Indeks ketimpangan Williamson (Indeks Ketimpangan Regional)

Pembangunan kesejahteraan sosial pada hakekatnya bertujuan

untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan sosial individu,

kelompok, dan komunitas masyarakat yang memiliki harkat dan martabat

dimana setiap orang mampu mengambil peran dan menjalankan fungsinya

dalam kehidupan sehari–hari.

Pembangunan kesejahteraan sosial sebagai bagian yang tidak

terpisahkan dari pembangunan Nasional, diselenggarakan sebagai bagian dari

upaya mewujudkan integrasi sosial melalui peningkatan ketahanan sosial

dalam tata kehidupan dan penghidupan bangsa dalam wadah NKRI.

Kesejahteraan sosial diselenggarakan sebagai wujud investasi sosial

dilaksanakan bersama oleh masyarakat, para pengusaha dan pemerintah.

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 30

Page 20: BAB II Gabung OLD - Copy

b. Kesejahteraan Sosial

1) Pendidikan

a) Angka Melek Huruf (AMH)

Angka Melek Huruf (AMH) dapat menggambarkan tingkat

keterjangkauan pendidikan masyarakat. Selama tiga tahun terakhir, AMH

di Kabupaten Badung telah melampaui 90%, dan pada tahun 2009 telah

mencapai 92,29%, dan untuk lebih jelasnya perkembangan angka melek

huruf di Kabupaten Badung dapat dilihat seperti tabel berikut;

Tabel 2.23

Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun 2007 s.d 2009Kabupaten Badung

Sumber : BPS Kab. Badung (data diolah)

Tabel 2.24

Angka Melek Huruf Tahun 2009 Menurut KecamatanKabupaten Badung

Sumber : Disdikpora Kab. Badung

b) Angka rata-rata lama sekolah

Rata-rata lama sekolah menjadi salah satu indikator penting dalam

peningkatan kesejahteraan masyarakat. United Nations Development

Program telah menyusun pembobotan terhadap rata-rata lama sekolah

yang berkisar dari 0 (tidak/belum pernah sekolah) hingga 21 (S3/Doktor).

Di Kabupaten Badung sejak tahun 2007 rata-rata lama sekolah di

Kabupaten Badung telah melampaui 9 tahun. Khusus pada tahun 2009

rata-rata lama sekolah di Kabupaten Badung telah mencapai 9,18 tahun

sehingga melampaui rata-rata Bali sebesar 7,83 tahun.

c) Angka Partisipasi Murni

Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan partisipasi sekolah

penduduk usia sekolah, yaitu 7 sampai dengan 18 tahun, di tingkat

pendidikan tertentu. APM di Kabupaten Badung pada jenjang pendidikan

SD, SMP dan SMA/SMK dapat dilihat pada tabel berikut.

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 31

Page 21: BAB II Gabung OLD - Copy

Tabel 2.25

Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Disdikpora Kab. Badung*) Data hingga Bulan April 2011

Tabel 2.26

Angka Partisipasi Murni Tahun 2011 menurut Kecamatan Kabupaten Badung

Sumber : Disdikpora Kab. Badung*) Data hingga Bulan April 2011

d) Angka Partisipasi Kasar (APK)

Angka Partisipasi Kasar merupakan indikator lainnya yang menunjukkan

tingkat partisipasi penduduk dalam pendidikan. APK merupakan indikator

umum tingkat partisipasi penduduk pada jenjang pendidikan dasar hingga

menengah, berapa pun usianya. Tabel berikut menunjukkan APK pada

jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA/SMK di Kabupaten Badung

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 32

Page 22: BAB II Gabung OLD - Copy

Tabel 2.27

Perkembangan Angka Partisipasi Kasar(APK)Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Disdikpora dan BPS Kab. Badung (data diolah)*) Angka proyeksi

Tabel 2.28

Angka Partisipasi Kasar Tahun 2011Menurut Kecamatan Di Kabupaten Badung

Sumber: Disdikpora Kab. Badung

e) Angka Pendidikan yang ditamatkan (APT)

Angka Pendidikan yang ditamatkan di Kabupaten Badung mulai dari

tingkat SD, SMP, SMA/SMK dan Perguruan Tinggi menunjukan angka

penamatan yang sangat bagus atau tinggi dan hal ini disebabkan oleh

adanya perhatian Pemerintah Daerah Kabupaten Badung dengan serius

menangani masalah pendidikan baik terhadap peningkatan kualitas

Tenaga kependidikan, Sarana Prasarana maupun terhadap mutu

pendidikan itu sendiri, sehingga pendidikan di Kabupaten Badung mampu

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 33

Page 23: BAB II Gabung OLD - Copy

bersaing tingkat Nasional maupun di Tingkat Internasional. Selanjutnya,

data APT dapat disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2.29

Perkembangan Angka Pendidikan Yang Ditamatkan(APT) Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Disdikpora Kab. Badung

2) Kesehatan

a) Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB)

Pencapaian indikator kesehatan bayi dan balita di Kabupaten Badung

secara umum telah melampaui target nasional, antara lain seperti Angka

Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2010 yang telah mencapai 6,71/1000

kelahiran hidup, sedangkan target nasional adalah 35/1000 kelahiran

hidup. Demikian pula dengan Angka Kematian Balita yang telah mencapai

3,03/1000 kelahiran hidup, yang jauh lebih kecil daripada standar nasional

sebesar 45/1000 kelahiran hidup.

b) Angka usia harapan hidup

Angka Harapan hidup menjadi salah satu indikator yang mencerminkan

derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk. Seiring dengan

meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan dan pendapatan masyarakat.

Angka harapan hidup penduduk di Kabupaten Badung dalam beberapa

tahun terakhir telah mengalami peningkatan sebagaimana dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 2.30

Angka Harapan Hidup Kabupaten Badung

Sumber : : BPS Kabupaten Badung

c) Persentase balita gizi buruk

Prevalensi balita kurang gizi di Kabupaten Badung telah sangat rendah

bila dibandingkan dengan target nasional. Berdasarkan data terakhir,

prevalensi balita kurang gizi di Kabupaten Badung telah mencapai 4,09%,

sedangkan target nasional adalah 20%.

3) Kemiskinan.

Kabupaten Badung masih terdapat penduduk miskin, secara prosentase

jumlahnya tergolong kecil dan terus mengalami penurunan dari tahun ke

tahun. Data terakhir menunjukkan bahwa prosentase penduduk miskin di

Kabupaten Badung sebanyak 17.700 jiwa atau 3,23% dari total penduduk.

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 34

Page 24: BAB II Gabung OLD - Copy

Sebanyak 19,06% yang bermukim di wilayah perkotaan, dan 80,94%

bermukim di wilayah perdesaan. Sedangkang garis kemiskinan yang ada

kalau lihat dari pendapatan perkapita per bulan sebesar Rp 312.602 yang

dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan makanan sebesar Rp. 168.336,18

( 53,85 %) dan yang untuk bukan makanan sebesar Rp. 144.265.82 ( 46,15 %

), dan untuk lebih jelasnya dapata dilihat pada tabel di bawah.

Tabel 2.31Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin

Kabupaten Badung

Sumber : Hasil Susenas 2009, BPS Kab. Badung (data diolah)

4) Kesempatan kerja (Rasio penduduk yang bekerja)

Jumlah penduduk usia produktif di Kabupaten Badung pada tahun 2010

sebanyak 322.220 jiwa. Dari jumlah tersebut penduduk yang tergolong

angkatan kerja sebanyak 244.072 jiwa sedangkan yang tergolong bukan

angkatan kerja sebanyak 78.148 jiwa. Selanjutnya, dari jumlah angkatan kerja

tersebut, yang telah bekerja sebanyak 236.256 jiwa dan yang mencari

pekerjaan 7.816 jiwa.

5) Kriminalitas ( Angka Kriminalitas yang tertangani)

Perkembangan pariwisata di Kabupaten Badung yang demikian pesatnya

akan mengundang penduduk pendatang untuk ikut mencari pekerjaan di

Kabupaten Badung. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan penduduk cukup

tinggi. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat menimbulkan dampak negatif

yang pada akhirnya dapat mengganggu keamanan. Hal ini harus diantisipasi

untuk mempertahankan citra Kabupaten Badung sebagai daerah kunjungan

wisata yang aman. Kriminalitas memang masih terjadi, untuk itu diperlukan

adanya kerjasama semua pihak guna menjaga keamanan di Kabupaten

Badung.

Tabel 2.32Angka Kriminalitas Kabupaten Badung Tahun 2010

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 35

Page 25: BAB II Gabung OLD - Copy

Sumber : Kesbang linmas Kab. Badungc. Seni Budaya dan olahraga

Kabupaten Badung amat kaya akan potensi seni budaya dan olah raga.

Kelompok-kelompok kesenian tersebar di seluruh desa adat yang melaksanakan

aktivitas berkeseniannya tidak sekadar sebagai fungsi hiburan namun utamanya

sebagai bentuk persembahan dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan.

Aktivitas keolahragaan di masyarakat juga berjalan secara aktif di lingkup banjar

hingga desa yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.33

Perkembangan Seni, Budaya dan Olahraga Tahun 2011Di Kabupaten Badung

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Disdikpora Kab. Badung

3. Aspek Pelayanan Umum

a. Layanan Urusan Wajib

1) Pendidikan

a) Pendidikan Dasar

(1).Angka Partisipasi Sekolah (APS)

Sesuai amanat UUD 1945, pendidikan menjadi pilar strategis dalam

pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Badung. Melalui

pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun

maka telah diupayakan agar sekolah penduduk pada kelompok umur

7-15 tahun dapat mengenyam pendidikan dasar sembilan tahun.

Tingkat partisipasi sekolah (APS) berdasarkan usia dan per kecamatan

disajikan pada tabel-tabel di bawah.

Tabel 2.34

Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS)Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 36

Page 26: BAB II Gabung OLD - Copy

Sumber: Disdikpora dan BPS Kab. Badung (data diolah)*) Data Hasil Perhitungan Bulan April 2011

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 37

Page 27: BAB II Gabung OLD - Copy

Tabel 2.35Angka Partisipasi Sekolah (APS)

Tahun 2011 Menurut Kecamatan di Kabupaten Badung

Sumber : Disdikpora Kab. Badung

(2).Rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah

Peningkatan akses layanan pendidikan kepada masyarakat amat

dipengaruhi oleh rasio sekolah dan penduduk sekolah yang seimbang.

Berdasarkan perkembangan jumlah penduduk usia sekolah dan

sekolah yang ada, maka rasio sekolah dan penduduk usia sekolah di

Kabupaten Badung adalah sebagai berikut:

Tabel 2.36Ketersediaan sekolah dan penduduk usia sekolah

Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Disdikpora dan BPS Kab. Badung*) Data Hasil Perhitungan Bulan April 2011

Selanjutnya bila rasio ketersediaan gedung sekolah dan jumlah

penduduk usia sekolah per kecamatan, dapat dilihat seperti tabel

berikut:

Tabel 2.37Ketersediaan Sekolah Dan Penduduk

Usia Sekolah Menurut Kecamatan Kabupaten Badung)

Sumber : DISDIKPORA Kab. Badung

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 38

Page 28: BAB II Gabung OLD - Copy

(3).Rasio guru/murid

Hasil analisis rasio jumlah guru/murid di Kabupaten Badung dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.38Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar

Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Disdikpora dan BPS Kab. Badung (data diolah)*) Data Hasil Perhitungan Bulan April 2011

Adapun rasio jumlah guru dan murid per kecamatan adalah sesuai

tabel berikut:

Tabel 2.39Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar

menurut Kecamatan Kabupaten Badung Tahun 2011*

Sumber : Disdikpora Kab. Badung*Data tahun ajaran 2009/2010

(4).Rasio guru/murid per kelas rata-rataRasio jumlah guru/murid tingkat pendidikan sekolah dasar di

Kabupaten Badung adalah (4.488/82.478) x 10.000 = 544,10.

b) Pendidikan Menengah

1. Angka Partisipasi Sekolah (APS)

Selanjutnya APS pada jenjang pendidikan menengah di Kabupaten

Badung dapat dilihat sesuai tabel berikut :

Tabel 2.40

Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Jenjang Pendidikan Menengah Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 39

Page 29: BAB II Gabung OLD - Copy

Sumber: Disdikpora Kab. Badung*) Data Hasil Perhitungan Bulan April 2011

2. Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah

Di samping pendidikan dasar, pelayanan pendidikan pada jenjang

pendidikan menengah juga dipengaruhi oleh rasio sekolah dan

penduduk usia sekolah yang seimbang. Berdasarkan perkembangan

jumlah penduduk usia sekolah dan sekolah yang ada, maka rasio

sekolah dan penduduk usia sekolah pada jenjang pendidikan

menengah di Kabupaten Badung adalah sebagai berikut:

Tabel 2.41Ketersediaan sekolah dan penduduk usia sekolah

Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Disdikpora Kab. Badung *) Data Hasil Perhitungan Bulan April 2011

3. Rasio guru terhadap murid

Hasil analisis rasio jumlah guru/murid pada pendidikan menengah di

Kabupaten Badung dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.42

Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan MenengahTahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Disdikpora dan BPS Kab. Badung

*) Data Hasil Perhitungan Bulan April 2011

Tabel 2.43

Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Menengahmenurut Kecamatan Kabupaten Badung Tahun 2010

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 40

Page 30: BAB II Gabung OLD - Copy

Sumber : Disdikpora Kab. Badung

4. Rasio guru terhadap murid per kelas rata-rata

Rasio jumlah guru/murid Tingkat Pendidikan Menengah di Kabupaten

Badung adalah (1.461/16.877) x 10.000 = 866 per 10.000 murid.

2) Kesehatan

a) Rasio pos pelayanan terpadu (posyandu) per satuan balita

Keterjangkauan pelayanan kesehatan amat dipengaruhi oleh jumlah unit

pelayanan kesehatan dan sebarannya sesuai dengan jumlah penduduk. Di

Kabupaten Badung pelayanan kesehatan dasar telah menjangkau hingga

wilayah perdesaan, melalui keberadaan puskesmas pembantu dan

posyandu. Khusus untuk posyandu, rasio ketersediaan posyandu terhadap

balita di Kabupaten Badung adalah sebagai berikut:

Tabel 2.44Jumlah Posyandu dan Balita Tahun 2007 s.d 2011

Kabupaten Badung

Sumber :Dinas Kesehatan Kabupaten Badung *) Data sampai dengan April 2011

Tabel 2.45Jumlah Posyandu dan Balita

Menurut Kecamatan Tahun 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Badung *) Data sampai dengan April 2011

b) Rasio Puskesmas, Poliklinik dan Puskesmas Pembantu (Pustu)

Kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat dipengaruhi oleh rasio

unit pelayanan kesehatan per satuan penduduk. Dalam upaya

meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, Pemerintah

Kabupaten Badung telah berupaya agar akses pelayanan kesehatan

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 41

Page 31: BAB II Gabung OLD - Copy

tersebar secara merata. Terkait dengan sebaran akses pelayanan

kesehatan di Kabupaten Badung dapat dilihat sepeti tabel berikut:

Tabel 2.46

Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Dinas Kesehatan dan BPS Kab. Badung *) Data sampai bulan April 2011

Tabel 2.47

Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan PustuMenurut Kecamatan Tahun 2011 Kabupaten Badung

Sumber :Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

*) Data sampai bulan April 2011

c) Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk

Di samping unit pelayanan kesehatan yang tersebar hingga tingkat

perdesaan dan kecamatan berupa posyandu dan puskesmas, juga

terdapat unit pelayanan kesehatan di tingkat kabupaten, yaitu rumah sakit

milik pemerintah dan swasta yang memberikan pelayanan kesehatan

tingkat lanjut. Perkembangan rasio jumlah rumah sakit dan penduduk di

Kabupaten Badung adalah sebagai berikut:

Tabel 2.48

Jumlah dan Rasio Rumah Sakit Per jumlah PendudukTahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 42

Page 32: BAB II Gabung OLD - Copy

Sumber : Dinas Kesehatan dan BPS Kab. Badung*) Data sampai bulan April 2011

Tabel 2.49

Jumlah Rumah Sakit menurut Kecamatan tahun 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Dinas Kesehatan dan BPS Kab. Badung

Berdasarkan data terakhir jumlah rumah sakit di Kabupaten Badung

adalah sebanyak 4 rumah sakit, yang terdiri atas 1 rumah sakit umum

daerah yang terdapat di Kota Mangupura, Kecamatan Mengwi serta 3

rumah sakit swasta. 1 rumah sakit terdapat di Kecamatan Kuta, dan 2

rumah sakit terdapat di Kecamatan Kuta Selatan.

d) Rasio dokter per satuan penduduk

Di samping keberadaan rumah sakit, jumlah dokter yang bertugas di

rumah sakit turut mempengaruhi kualitas dan akses pelayanan kesehatan

kepada masyarakat. Rasio jumlah dokter per satuan penduduk di

Kabupaten Badung adalah sebagai berikut:

Tabel 2.50

Jumlah Dokter Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Dinas Kesehatan dan BPS Kab. Badung*) Data sampai dengan April 2011

Selanjutnya data rasio jumlah dokter per satuan penduduk pada setiap

kecamatan adalah seperti tabel berikut:

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 43

Page 33: BAB II Gabung OLD - Copy

Tabel 2.51

Jumlah Dokter Menurut Kecamatan Tahun 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Badung Dalam Angka 2010

e) Rasio tenaga medis per satuan penduduk

Selanjutnya bila dilihat dari jumlah tenaga medis rasio antara tenaga medis

dan jumlah penduduk di Kabupaten Badung adalah sebagai berikut

Tabel 2.52

Jumlah Tenaga Medis Tahun 2007 s.d 2011Kabupaten Badung

Sumber : Dinas Kesehatan dan BPS Kab. Badung *) Data sampai dengan April 2011

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 44

Page 34: BAB II Gabung OLD - Copy

Tabel 2.53

Jumlah Tenaga Medis Menurut Kecamatan Tahun 2011Kabupaten Badung

Sumber : Badung Dalam Angka 2010

3) Lingkungan Hidup

a) Persentase penanganan sampah

Meningkatnya aktifitas masyarakat berpengaruh terhadap peningkatan

produksi/timbulan sampah yang harus ditangani. Pada tahun 2010

produksi sampah sebesar 1.287 meter kubik yang telah ditangani oleh

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kab. Badung dibantu partisipasi

masyarakat sebesar 903 meter kubik atau sebesar 70% dari total timbulan

sampah. Sampai akhir tahun 2011 diproyeksikan terjadi peningkatan

produksi timbunan sampah mencapai 1.378 meter kubik dengan target

penanganan sebesar 994 meter kubik atau 73% dengan rincian seperti

pada tabel berikut:

Tabel 2.54

Jumlah Volume Sampah dan Produksi SampahTahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Badung

Tabel 2.55

Jumlah Volume Sampah dan Produksi Sampah Menurut Kecamatan Tahun 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Badung

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 45

Page 35: BAB II Gabung OLD - Copy

b) Persentase penduduk berakses air minum

Jumlah penduduk yang mendapatkan akses air minum pada Tahun 2007

sebesar 255.394 jiwa meningkat menjadi 266.102 jiwa pada Tahun 2011

atau mengalami peningkatan sebesar 4,20%, namun jika dibandingkan

antara jumlah penduduk dengan persentase penduduk yang berakses air

minum maka terjadi penurunan rasio dari 70,92% menjadi 55,69%. Hal ini

disebabkan oleh laju peningkatan jumlah penduduk lebih tinggi

dibandingkan dengan peningkatan akses terhadap air minum,

sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 2.56

Proporsi Jumlah Penduduk yang Mendapatkan Akses Air Minum dan Jumlah Penduduk Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : BPS dan PDAM Kabupaten Badung

Tabel 2.57

Proporsi Jumlah Penduduk yang Mendapatkan Akses Air Minum dan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2011

Kabupaten Badung

Jumlah Pendudukyang mendapatkanakses air minum

(1) (2) (3) (4) (5=4/3)

1 Kec Petang 28.302 14.848 52.463

2 Kec Abiansemal 79.233 32.594 41.137

3 Kec Mengwi 49.716 21.610 43.467

4 Kec Kuta Utara

5 Kec Kuta 145.347 11.365 78.228

6 Kec Kuta Selatan

Jumlah 302.598 182.702 60.397

NO Kecamatan Jumlah Penduduk Persentase

Sumber : PDAM Kabupaten Badung

Berdasarkan data Tabel tersebut di atas, jumlah penduduk di kawasan

perkotaan (Kecamatan Kuta Utara, Kecamatan Kuta, Kecamatan Kuta

Selatan) mendapatkan akses air minum tertinggi sebesar 11.365 jiwa atau

78,23% sedangkan penduduk di wilayah Kecamatan Abiansemal

mendapatkan akses air minum paling rendah yaitu sebesar 32.594 jiwa

atau 41,14%.

c) Persentase luas permukiman yang tertata

Jumlah permukiman yang tertata di Kabupaten Badung terus mengalami

peningkatan kondisi prasarana dan sarana dasar sehingga menjadi lebih

memadai sesuai standar pelayanan minimum lingkungan perumahan yang

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 46

Page 36: BAB II Gabung OLD - Copy

sehat dan layak. Luas area permukiman tertata pada tahun 2007 adalah

seluas 49,76 ha dan pada tahun 2010 ada 71,60 ha atau mengalami

peningkatan seluas 21,84 ha. Sebaran permukiman yang tertata

ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 2.58

Persentase Luas Permukiman yang Tertata Tahun 2007 s.d 2010 Kabupaten Badung

Sumber : Dinas Cipta Karya Kabupaten Badung

Tabel 2.59Persentase Luas Permukiman yang Tertata Menurut Kecamatan

Tahun 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Dinas Cipta Karya Kabupaten Badung

Berdasarkan Tabel tersebut diatas, area permukiman yang tertata paling

luas berada di Kecamatan Kuta Selatan seluas 55,27 Ha dan Kecamatan

Kuta Utara seluas 16,36 ha.

4) Sarana dan Prasarana Umum

a) Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik

Kinerja jaringan jalan berdasarkan aspek kemantapan adalah merupakan

kinerja gabungan dari aspek kondisi dan aspek pemanfaatan/kapasitas

yang diklasifikasikan menjadi dua yaitu tingkat pelayanan mantap atau

tidak mantap.

Melalui Program Peningkatan Jalan dan Jembatan serta Program

Pemeliharaan/Rehabilitasi Jalan dan Jembatan maka kondisi jalan mantap

(kondisi baik dan sedang) di Kabupaten Badung pada akhir tahun 2011

mencapai 545.936 km (92,90%), meningkat dari kondisi tahun 2007 yaitu

sepanjang 401.866 km (85,24%).

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 47

Page 37: BAB II Gabung OLD - Copy

Tabel 2.60

Panjang Jaringan Jalan Berdasarkan Kondisi Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Dinas Bina Marga dan Pengairan Kab. Badung Tahun 2011

Tabel 2.61

Panjang Jaringan Jalan Berdasarkan Kondisi Menurut Kecamatan Tahun 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Dinas Bina Marga dan Pengairan Kab. Badung Tahun 2011

Jaringan jalan dalam kondisi baik pada Tahun 2011 tertinggi berada di

wilayah Kecamatan Mengwi sepanjang 71.088 km, kondisi sedang berada

pada Kecamatan Mengwi sepanjang 61.101 km sedangkan kondisi rusak

tertinggi berada di Kecamatan Kuta dengan panjang 20.622 km.

b) Rasio Jaringan Irigasi

Jaringan irigasi dibedakan ke dalam tiga kategori yaitu : Jaringan Irigasi

primer, sekunder dan tersier. Dari ketiga kelompok jaringan tersebut yang

langsung berfungsi sebagai prasarana pelayanan air irigasi ke dalam

petakan sawah adalah jaringan irigasi tersier yang terdiri dari saluran

tersier, saluran kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter

serta bangunan pelengkapnya. Rasio jaringan irigasi dan panjang masing-

masing kategori jaringan ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 2.62

Rasio Jaringan Irigasi Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 48

Page 38: BAB II Gabung OLD - Copy

Sumber : Dinas Bina Marga dan Pengairan Kab. Badung Tahun 2011

Tabel 2.63

Rasio Jaringan Irigasi Menurut Kecamatan tahun 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Dinas Bina Marga dan Pengairan Kab. Badung

Dari tabel di-atas rasio jaringan irigasi terbesar berada di Kecamatan

Petang dan yang terkecil ada di Kecamatan Kuta, hal ini mengindikasikan

ketersediaan saluran irigasi untuk kebutuhan budidaya pertanian di

Kecamatan Petang adalah yang paling tinggi.

Di dalam pengelolaan jaringan irigasi, tolak ukur keberhasilan pengelolaan

adalah efisiensi dan efektifitas. Efisiensi diukur berdasarkan tiga indikator

yaitu Pasok Irigasi per Area (PIA), Pasok Irigasi Relatif (PIR), dan Pasok

Air Relatif (PAR), sedangkan efektifitas dihitung berdasarkan indeks Luas

Areal (IA). Semakin kecil nilai PIA, PIR dan PAR, maka pengelolaan irigasi

semakin efisien. PIR dan PAR biasa juga dipakai untuk mengukur

kemampuan masyarakat mengelola sumber daya air dalam kegiatan suatu

sistem irigasi. Semakin tinggi nilai IA menunjukkan semakin efektif

pengelolaan jaringan irigasi

Tabel 2.64

Efisiensi dan Efektivitas Pengelolaan Jaringan Irigasi Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

NO

Pasokan Irigasi 2007 2008 2009 2010 2011

1. Pasok Irigasi per Area 1,5 1,6 1,6 1,7 1,7

2. Pasok Irigasi Relatif 1,4 1,4 1,3 1,2 1,1

3. Pasok Air Relatif 1,3 1,3 1,2 1,1 1

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 49

Page 39: BAB II Gabung OLD - Copy

4. Indek Luas Areal 100 100 100 100 100

5.Rancangan Luas Areal

11.290

11.290

11.290

11.290

11.290

Sumber : Dinas Bina Marga dan Pengairan Kab. Badung Tahun 2011

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 50

Page 40: BAB II Gabung OLD - Copy

Tabel 2.65

Efisiensi dan Efektifitas Pengelolaan Jaringan IrigasiMenurut Kecamatan Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Dinas Bina Marga dan Pengairan Kab. Badung Tahun 2011

c) Rasio Tempat Ibadah per satuan penduduk

Penduduk Kabupaten Badung terdiri atas pemeluk berbagai agama yang

diakui Pemerintah. Tabel berikut menjelaskan jumlah pemeluk masing-

masing agama, jumlah rumah ibadah dan rasionya, termasuk rasionya per

kecamatan

Tabel 2.66

Rasio Tempat Ibadah Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Badung Dalam Angka 2010 (data diolah)* Data hingga Desember tahun 2009

Tabel 2.67

Rasio Tempat Ibadah Menurut Kecamatan Tahun 2011 Kabupaten Badung*

Sumber : Badung Dalam Angka 2010

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 51

Page 41: BAB II Gabung OLD - Copy

d) Persentase rumah tinggal bersanitasi

Rumah tinggal berakses sanitasi sekurang-kurangnya mempunyai akses

untuk memperoleh layanan sanitasi, sebagai berikut:

- Fasilitas Air bersih

- Pembuangan Tinja

- Pembuangan air limbah (air bekas)

- Pembuangan sampah

Persentase rumah tinggal bersanitasi di Kabupaten Badung Tahun 2011

mencapai 93.485 rumah (97%) dengan jumlah tertinggi terdapat di

Kecamatan Mengwi yaitu 23.859 rumah dan terendah terdapat di

Kecamatan Petang yaitu 6.744 rumah.

Adapun rincian rumah tinggal berakses sanitasi ditunjukkan dalam tabel

berikut:

Tabel 2.68

Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber: Bappeda Litbang Kab. Badung

Tabel 2.69Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi Menurut Kecamatan

Tahun 2011 Kabupaten Badung

Sumber: Bappeda Litbang Kab. Badung

e) Rasio tempat pemakaman umum per satuan penduduk

Tempat Pemakaman yang ada di wilayah Kabupaten Badung adalah

tempat pemakaman bukan umum (TPBU) yang dimiliki oleh Desa Adat

untuk agama hindu, Tempat pemakaman agama Islam, Tempat

Pemakaman agama Kristen, Tempat pemakaman Cina dan tempat

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 52

Page 42: BAB II Gabung OLD - Copy

pemakaman yang dimiliki oleh yayasan. Adapun jumlah dan rasio tempat

pemakaman dapat disajikan seperti tabel berikut:

Tabel 2.70

Rasio Tempat Pemakaman Umum Per Satuan Penduduk Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Dinas Kebudayaan

f) Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk

Jumlah TPS di Kabupaten Badung sampai tahun 2011 sebanyak 3 unit

yang tersebar di Kecamatan Kuta (2 unit) dan Kuta Selatan (1 unit).

Disamping itu, terdapat 15 unit kontainer yang juga berfungsi seperti TPS

tersebar di Kecamatan Abiansemal (2 unit), Kecamatan Mengwi (4 unit),

Kecamatan Kuta (6 unit), dan Kecamatan Kuta Selatan (3 unit).

Tabel 2.71

Rasio Tempat Pembuangan Sampah terhadap Jumlah PendudukTahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kab. Badung

Tabel 2.72

Rasio Tempat Pembuangan Sampah terhadap Jumlah PendudukMenurut Kecamatan Tahun 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kab. Badung

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 53

Page 43: BAB II Gabung OLD - Copy

g) Rasio Rumah Layak Huni

Rasio rumah layak huni di Kabupaten Badung sebesar 92% (86.238 unit),

cukup layak huni 6% (5.951 unit), dan tidak layak huni 2% (1.688 unit).

Rumah layak huni terbanyak terdapat di Kecamatan Mengwi 26% (22.813

unit) dan terendah di Kecamatan Petang 7% (6.372 unit). Sedangkan

rumah cukup layak huni terbanyak terdapat di Kecamatan Abiansemal

32% (1.934 unit), terendah di Kecamatan Kuta 7% (425 unit) dan rumah

tidak layak huni terbanyak di Kecamatan Mengwi 29% (482 unit), terendah

di Kecamatan Petang 1% (9 unit).

5) Penataan Ruang

a) Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah ber HPL/HGB

Ruang-ruang terbuka di kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan

yang difungsikan sebagai ruang tanpa bangunan meliputi: taman kota,

hutan kota, lapangan olahraga, pemakaman umum dan setra, kawasan

jalur hijau pertanian, jalur-jalur perlindungan lingkungan, taman

perumahan, sabuk hijau berupa lahan pertanian dan hutan, kawasan

lindung berupa hutan lindung, Tahura, Taman Wisata Alam dan

sejenisnya.

Ruang terbuka hijau di Kabupaten Badung berbentuk satu hamparan,

jalur, atau kombinasi dari bentuk satu hamparan dan jalur yang

didominasi oleh komunitas tumbuhan dengan luas 29.789 ha.

Tabel 2.73

Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas WilayahTahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Analisa data Materi Teknis Raperda RTRW Kab. Badung

Tabel 2.74

Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah Menurut Kecamatan Tahun 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Analisa data Materi Teknis Raperda RTRW Kab. Badung

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 54

Page 44: BAB II Gabung OLD - Copy

b) Rasio Bangunan ber-IMB per Satuan Bangunan

Rasio bangunan ber-IMB per satuan bangunan merupakan perbandingan

antara Jumlah IMB yang diterbitkan dengan jumlah bangunan di

Kabupaten Badung. Rasio Bangunan ber-IMB pada tahun 2007 adalah

3,08% dan pada tahun 2011 adalah 9,01% atau mengalami peningkatan

sebesar 5,93%.

Rincian rasio bangunan ber-IMB per satuan bangunan ditunjukkan dalam

tabel berikut :

Tabel 2.75

Rasio Bangunan ber-IMB per Satuan BangunanTahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Dinas Cipta Karya Kabupaten Badung Tahun 2011

Tabel 2.76

Rasio Bangunan ber-IMB per Satuan Bangunan Menurut Kecamatan Tahun 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Dinas Cipta Karya Kabupaten Badung Tahun 2011

6) Perhubungan

a) Rasio ijin trayek

Jumlah trayek angkutan pedesaan yang ada di Kabupaten Badung pada

tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 adalah sebanyak 13 trayek.

Namun yang beroperasi hanya 1 (satu) trayek yaitu trayek Sentral Parkir

Kuta. PP yang dilayani dengan 35 buah kendaraan angkutan pedesaan

yang memiliki rata-rata tempat duduk (kapasitas kendaraan) sebanyak 14

tempat duduk atau kapasitas total adalah sebanyak 490 tempat duduk.

Dengan perkembangan penduduk yang semakin tahun semakin

meningkat maka Rasio Izin Trayek terhadap jumlah penduduk semakin

tahun semakin menurun. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel

berikut :

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 55

Page 45: BAB II Gabung OLD - Copy

Tabel 2.77

Rasio Ijin Trayek Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Dishubkominfo Kab Badung

b) Jumlah Uji Kir angkutan umum

Pengujian berkala kendaraan bermotor untuk setiap kendaraan wajib uji

dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun atau berlaku selama 6 bulan.

Sehingga prosentase kendaraan yang diuji / di KIR terhadap jumlah

kendaraan wajib uji diperoleh dengan cara membagi kendaraan yang

diuji/diKIR sebelum kemudian dibagi dengan jumlah kendaraan wajib uji

pada tahun yang sama. Sedangkan untuk tahun 2011 data belum tersedia

lengkap karena belum berakhirnya tahun yang bersangkutan (data

kendaraan yang diuji sampai dengan bulan Maret 2011). Data

selengkapnya untuk tahun 2007 – 2011 dapat dilihat dibawah ini :

Tabel 2.78

Jumlah Uji Kir Angkutan Umum Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Dishubkominfo Kab. Badung

c) Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bis

Sampai dengan Tahun 2010 Kabupaten Badung hanya memiliki Terminal

Penumpang Tipe C yang tidak melayani bis. Mulai tahun 2011 Kabupaten

Badung memiliki Terminal Penumpang tipe A yang berlokasi di Mengwi.

Namun terminal tersebut belum beroperasi karena masih menunggu

selesainya proses ijin operasional dari Departemen Perhubungan di

Jakarta. Data selengkapnya dapat dilihat di bawah ini :

Tabel 2.79

Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bis Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Badung Tahun 2011

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 56

Page 46: BAB II Gabung OLD - Copy

b. Layanan Urusan Pilihan

1) Penanaman Modal

a) Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA)

penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik

oleh PMA maupun PMDN untuk melakukan usaha di wilayah negara

Republik Indonesia.

Investasi PMA/PMDN membutuhkan iklim usaha sehat dan kondusif, serta

dapat memberikan kemudahan/kejelasan dalam prosedur perijinan. Dalam

rangka meningkatkan jumlah investor, pemerintah daerah berkomitmen

untuk memberikan pelayanan prima serta intens terhadap kebijakan-

kebijakan yang terkait investasi.Hal ini untuk menambah minat dan daya

tarik investor untuk berinvestasi di Kabupaten Badung.

Tabel 2.80

Jumlah Investor PMDN/PMA Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : BPM Bali & Bagian Adm. Perekonomian

b) Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA)

Peningkatan investasi sesungguhnya memiliki tujuan yang sangat luas,

salah satunya adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Daerah.

Semakin besar investasi yang masuk, maka akan berpengaruh terhadap

luasnya kesempatan kerja serta berkurangnya pengangguran sehingga

dapat terwujud kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan.

Tabel 2.81

Jumlah Investasi PMDN/PMA Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : BPM Bali & Bagian Adm. Perekonomian

c) Rasio Daya Serap Tenaga Kerja

Rasio daya serap tenaga kerja adalah perbandingan antara jumlah

tenaga kerja bekerja pada perusahaan PMA/PMDN dengan jumlah

seluruh PMA/PMDN, yang disajikan dalam tabel berikut:

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 57

Page 47: BAB II Gabung OLD - Copy

Tabel 2.82

Rasio Daya Serap Tenaga Kerja Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber: BPM Bali

2) Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM)

a) Persentase koperasi aktif

Keberadaan koperasi dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang

cukup signifikan. Hal ini tidak terlepas dari adanya pembinaan dan

pelatihan yang diberikan secara berkesinambungan dari instansi terkait.

Keberadaan dan pertumbuhan koperasi saat ini cukup pesat

perkembangannya karena diyakini bahwa usaha yang bergerak di sektor

riil ini tetap eksis walau dalam krisis ekonomi sekalipun.

Tabel 2.83

Persentase Koperasi Aktif Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian & Perdagangan

b) Jumlah UKM non BPR/LKMUKMSesuai dengan kebutuhan pemerintah bahwa keberadaan UKM sangat

diperlukan oleh pemerintah karena UKM yang betul – betul mampu

mendongkrak peningkatan ekonomi masyarakat dalam menghadapai krisis

ekonomi, untuk di Kabupaten Badung perkembangan / pertumbuhan UKM

dari tahun ke tahun menunjukkan hasil yang cukup signifikan seperti tabel

berikut ini.

Tabel 2.84

Jumlah UKM non BPR/LKM Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian & Perdagangan

c) Jumlah BPR/LPD

BPR memiliki fungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat

dalam bentuk kredit, tabungan dan deposito berjangka untuk

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 58

Page 48: BAB II Gabung OLD - Copy

mendapatkan keuntungan. Disamping itu BPR bertujuan menunjang

pembangunan dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan

ekonomi yang mengarah pada peningkatan kesejahteraan masyarakat

Tabel 2.85

Jumlah BPR/LPD Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber: Bank Indonesia (BI) Denpasar

3) Ketenagakerjaan

Tenaga kerja merupakan sumberdaya penting dalam pembangunan. Tenaga

kerja di Kabupaten Badung didominasi oleh laki-laki, yang jumlahnya

mencapai 58,77% dari total pekerja. Bila dilihat dari lapangan usahannya,

sebagian besar pekerja bekerja di sektor perdagangan, hotel dan restoran

sebesar 29,34%, yang diikuti oleh sektor pertanian sebesar 21,46%, jasa

15,35%, dan industri yang menyerap 13,64%.

a) Angkatan Kerja (labor force)

Angkatan kerja adalah penduduk yang dapat dikelompokkan menjadi

tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Berdasarkan data BPS Kabupaten

Badung, jumlah penduduk angkatan kerja sebanyak 239.289 orang dan

penduduk yang tergolong bukan angkatan kerja sebanyak 77.769.

Gambar 2.1

Klasifikasi Penduduk Berdasar Ketenagakerjaan

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 59

Page 49: BAB II Gabung OLD - Copy

Tabel 2.86

Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Dirinci Menurut Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja serta Jenis Kelamin Tahun 2011 Kabupaten

Badung

Sumber : Hasil Sakernas, BPS Kabupaten Badung.

Rasio penduduk yang bekerja adalah perbandingan antara jumlah

penduduk yang bekerja terhadap jumlah penduduk angkatan kerja.

Berdasarkan data di atas, maka rasio penduduk yang bekerja di

Kabupaten Badung adalah sebesar 231.628/239.280 = 0,97 %.

Berdasarkan data terkini, jumlah penduduk angkatan kerja di Kabupaten

Badung sebanyak 239.289 orang, dengan jumlah yang bekerja sebanyak

231.628 orang, dan sisanya sebanyak 7.661 orang sedang mencari

pekerjaan. Kemudian komposisi penduduk angkatan kerja di Kabupaten

Badung berdasarkan golongan umur adalah sebagai berikut.

Tabel 2.87

Penduduk Angkatan Kerja kabupaten Badung Provinsi Bali

Sumber : BPS Kab. Badung

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 60

Page 50: BAB II Gabung OLD - Copy

b) Produktivitas Kerja

Produktivitas pekerja adalah rasio antara PDRB dan jumlah pekerja.

Berdasarkan data terakhir, PDRB ADHB di Kabupaten Badung sebesar

Rp. 14.286.170.000.000,00. Dengan menggunakan formula di atas, maka

tingkat produktivitas pekerja di Kabupaten Badung adalah

Rp.61.677.215,00.

c) Kesempatan kerja

Jenis-jenis lapangan usaha yang mencerminkan kesempatan kerja di

Kabupaten Badung dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.88

Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 Kabupaten Badung

Sumber: BPS Kab. Badung

d) Pengangguran

Berdasarkan data yang tersedia, jumlah angkatan kerja di Kabupaten

Badung yang setengah menganggur (<35 jam seminggu) sebanyak 44.975

orang, dan menganggur sebanyak 7.661 orang.

4) Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

a) Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah

Tabel 2.89

Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : BKD, Dikt kab. Badung

Dari tabel tersebut diatas dapat di pahami bahwa dari tahun 2007 sampai

tahun 2011 jumlah pejabat yang menempati eselon II, eselon III, dan

eselon IV kalau di bandingkan dengan laki-laki yang menduduki jabatan

yang sama jumlahnya tidak sesuai dengan amanat yang tertuang dalam

Undang-Undang Dasar 1945, yaitu menjamin persamaan kedudukan

semua warga negara dalam Pemerintahan dan Hukum. Ketentuan ini

berimplikasi penting dalam kaitan dengan gender.

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 61

Page 51: BAB II Gabung OLD - Copy

Data mengenai pejabat/PNS yang tercantum pada tabel 2.16 dapat

memberikan gambaran tentang kiprah pegawai laki-laki dan perempuan

pada posisi pengambil keputusan strategis di Kabupaten Badung,

sedangkan persentase Pekerja Perempuan di Lembaga Pemerintah

Kabupaten Badung Badung sesuai tabel 2.90

Tabel 2.90

Persentase Pekerja Perempuan di Lembaga Pemerintah Tahun 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kab. Badung

Berdasarkan tabel diatas, dimana analisis gender di sektor publik yang

mencakup Pegawai Negeri Sipil kalau dilihat dari jumlah pegawai laki-laki

dan perempuan tidak jauh berbeda, tetapi jumlah pekerja perempuan di

Kabupaten Badung persentasenya sangat kecil yaitu 0.03% karena

pekerja perempuan yang ada lebih banyak menjadi ibu rumah tangga dan

bekerja di sektor swasta.

b) Partisipasi perempuan di lembaga swasta

Jumlah pekerja perempuan di lembaga pemerintahan persentasenya

sangat kecil kalau dibanding dengan jumlah pekerja perempuan yang

bekerja di lembaga swasta. Hal ini disebabkan karena peluang yang ada di

lembaga swasta lebih banyak sedangkan di lembaga pemerintah formasi

yang ada sangat terbatas. Namun masih ada anggapan bahwa sebelum

bekerja di lembaga Pemerintahan merasa belum bekerja, sehingga setiap

penerimaan pegawai baru jumlah pelamarnya sangat banyak sehingga

persaingannya yang sangat ketat

Tabel 2.91

Persentase Pekerja Perempuan di Lembaga Swasta Tahun 2011 Di Kabupaten Badung

Sumber : Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kab. Badung

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 62

Page 52: BAB II Gabung OLD - Copy

c) Rasio Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

Rasio KDRT di Kabupaten Badung masih rendah, namun dilihat dari data

per kecamatan masalah KDRT yang menonjol terjadi di wilayah

Kecamatan Kuta Utara dan Kecamatan Mengwi. Sedangkan di Kecamatan

yang lainnya yang melaporkan kasus KDRT ke Kantor Pemberdayaan

Perempuan dan Kepolisian sangat rendah karena alasan malu, takut

dicerai dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti tabel

berikut:

Tabel 2.92

Rasio KDRT Tahun 2011 Menurut Kecamatandi Kabupaten Badung

Sumber : Masing-masing Kecamatan

5) Keluarga Berencana (KB) Dan Keluarga Sejahtera (KS)

a) Rata-rata jumlah anak per keluarga

Rata-rata jumlah anak per keluarga di Kabupaten Badung tergolong kecil,

yaitu 1,38 % pada tahun 2007 berkurang menjadi 1,37 % pada tahun 2008

dan 2009. Walau demikian, pada tahun 2010 terjadi peningkatan menjadi

1,41 % yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dari daerah

lain yang masuk ke wilayah Kabupaten Badung sesuai tabel 2.93.

Tabel 2.93

Rata-rata Jumlah Anak per Keluarga

Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Badan KBKS Kab. Badung

b) Rasio akseptor KB

Program Keluarga Berencana merupakan instrumen yang digunakan untuk

mengendalikan pertumbuhan penduduk. Dengan KB sistem banjar,

Kabupaten Badung telah mampu mengendalikan pertumbuhan penduduk

yang disebabkan oleh kelahiran, dimana dapat dilihat dari rasio akseptor

KB. Rasio akseptor KB selalu berada di atas 80%, sebagaimana dapat

dilihat pada tabel berikut.

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 63

Page 53: BAB II Gabung OLD - Copy

Tabel 2.94

Rasio Akseptor KB Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Badan KBKS Kab. Badung*) Data sampai dengan April 2011.

6) Komunikasi Dan Informasi

a. Jumlah jaringan komunikasi

Jumlah jaringan komunikasi di Kabupaten Badung dari Tahun 2007

sampai Tahun 2011 tidak mengalami penambahan jumlah jaringan,

dimana jumlah total jaringan komunikasi sebanyak 3 jaringan.

Tabel 2.95

Jaringan Komunikasi Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Dishubkoinfo Kab Badung

b. Jumlah surat kabar nasional/lokal

Dalam Era reformasi ditandai dengan tumbuhnya kesadaran untuk

membentengi kedaulatan rakyat dengan ketentuan hukum yang dapat

menjamin kedaulatan itu termasuk tuntutan keterbukaan informasi melalui

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi

Publik. Bergulirnya UU tersebut sekaligus memberikan konsekwensi logis

kepada pemerintah untuk transparansi dalam memberikan informasi

selama tidak keluar dari rambu-rambu peraturan yang berlaku, sehingga

hasrat dan hak masyarakat untuk memperoleh informasi seluas-luasnya

dengan menggali fakta sebanyak-banyaknya melalui sumber-sumber yang

tidak lagi terbatas sehingga era keterbukaan menjadi kenyataan sesuai

dengan tuntutan reformasi

Pemerintah Kabupaten Badung tetap berkomitmen dalam hal keterbukaan

informasi, penyebaran informasi dengan melibatkan pers dalam

menjembatani komunikasi antar pemerintah dan masyarakat. Terkait

pelaksanaan penyebarluasan informasi, kebijakan – kebijakan serta

kegiatan-kegiatan Pemerintahan Kabupaten Badung kepada masyarakat

yang dilaksanakan melalui kerja sama dengan media massa, seperti :

1. Media lokal terdiri dari; Harian Bali Post, Harian Denpost, Bisnis Bali,

Fajar Bali, Radar Bali, Bali Tribun, Detik Bali, Nusa Bali, Bali Aga, Bali

Promo, Manggala, Suara Rakyat, Metro Bali, Jawa Post, dan Bali

Travel News

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 64

Page 54: BAB II Gabung OLD - Copy

2. Media Nasional terdiri dari ; Kompas, Suara Pembangunan, Dialog,

Media Informasi, Jawa Post dan Antara

Tabel 2.96

Jumlah Surat Kabar Nasional/Lokal Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Bagian Humas dan Protokol, Setda Kab. Badung

c. Jumlah penyiaran radio/TV lokal

Jumlah penyiaran radio/TV lokal pada tahun 2007 sampai 2011 tidak

mengalami peningkatan yaitu sebanyak 5 (lima) penyiaran dengan rincian

pada tabel berikut:

Tabel 2.97

Jumlah Penyiaran Radio/TV Lokal Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

.

Sumber : Bagian Humas dan Protokol, Setda Kab. Badung

7) Pemberdayaan masyarakat dan desa

a) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)

LPM adalah lembaga atau wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat

sebagai mitra kerja pemerintah desa / kelurahan yang ada di Kabupaten

Badung. LPM dibentuk untuk menampung aspirasi dan kebutuhan

masyarakat dalam bidang pembangunan desa, yang keterlibatannya mulai

dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan terkait dengan

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Adapun kelompok binaan LPM al:

wilayah kecamatan Petang; kelompok ukir kayu, kerajinan perak,

ternak sapi, gerabag, membuat minyak kelapa, menjahit, dan

memelihara ikan.

Wilayah kecamatan Abiansemal; kelompok ternak, dan kelompok tani.

Wilayah kecamatan Mengwi; kelompok ternak sapi.

Wilayah kecamatan kuta selatan; kelompok ternak, assosiasi ojek dan

persatuan juru parkir.

Khusus LPM yang ada di wilayah kecamatan Kuta dan Kuta Utara tidak

memiliki kelompok binaan.

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 65

Page 55: BAB II Gabung OLD - Copy

Tabel 2.98

Kelompok Binaan LPM Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : BPMD dan Pemdes Kabupaten Badung

b) Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK

Keberadaan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga ( PKK ) di

Kabupaten Badung terdiri dari Tim Penggerak PPK Kabupaten sebanyak

1, Kecamatan sebanyak 6, Desa sebanyak 42 dan Kelurahan sebanyak

16 Tim Penggerak PKK. Jumlah kelompok PKK dari tahun ke tahun pada

setiap tingkatannya tidak mengalami suatu perubahan karena masing-

masing Kecamatan, Desa / Kelurahan maupun tingkat Kabupaten

mempunyai kelompok PKK 1 (satu). Kemudian terkait dengan kelompok

binaan PKK dapat dijelaskan bahwa sasaran Pembinaan dilakukan

secara berjenjang dari tingkat kabupaten sampai dengan tingkat

desa/kelurahan. Adapun sasaran kelompok binaan PKK seperti

kelompok; kelompok PKK banjar / lingkungan; kelompok Dasa Wisma,

kelompok Simulasi Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN);

kelompok Simulasi Keluarga Sadar Hukum (Kadarkum); kelompok

Simulasi Pola Asuh Anak dan PKDRT; kelompok Simulasi Bina Keluarga

Balita; kelompok keagamaan; kelompok Jimpitan; kelompok arisan;

kelompok Lansia; kelompok Belajar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD);

kelompok Bina Keluarga Balita (BKB); kelompok Usaha Peningkatan

Pendanaan Keluarga (UP2K) PKK dan Koperasi PKK.

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 66

Page 56: BAB II Gabung OLD - Copy

Tabel 2.99

Kelompok Binaan PKK Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Tim Penggerak PKK Kab. Badung

c) Jumlah LSM yang aktif

Keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat dan Yayasan di Kabupaten

yang bergerak di bidang pendidikan, sosial, lingkungan dan lain-lain dari

tahun ke tahun jumlahnya mengalami peningkatan. Untuk memantau

keberadaan LSM dan Yayasan telah dibentuk Forum Komunikasi antara

LSM dengan Pemerintah sebagai wadah untuk saling bertemu dan

menyerap aspirasi terkait masalah-masalah yang dihadapi dalam

keikutsertaannya dalam proses pembangunan.

Tabel 2.100

Jumlah LSM aktif Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Badan Kesbang Pol dan Linmas Kab. Badung.

8) Perpustakaana) Jumlah perpustakaan

Peningkatan SDM masyarakat melalui budaya membaca akan sangat

ditunjang oleh ketersediaan perpustakaan umum. Sampai dengan tahun

2011 jumlah perpustakaan daerah di Kabupaten Badung sebanyak 2 unit

yaitu 1 unit perpustakaan daerah yang berlokasi di Kecamatan Mengwi

dan 1 unit perpustakaan percontohan di Kecamatan Petang.

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 67

Page 57: BAB II Gabung OLD - Copy

Tabel 2.101

Jumlah Perpustakaan Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Kantor Perpustakaan Daerah Kab. Badung

b) Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun

Selanjutnya terkait dengan perkembangan jumlah pengunjung

perpustakaan, baik yang membaca langsung bahan pustaka di

perpustakaan maupun dengan cara meminjam, sesuai tabel berikut.

Tabel 2.102

Jumlah Pengunjung Perpustakaan Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber: Kantor Perpustakaan Daerah Kab. Badung

9) Penyelenggaraan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat

Sebagai daerah tujuan wisata, keamanan dan ketertiban masyarakat

merupakan salah satu faktor penting yang harus tetap dijaga. Keamanan dan

ketertiban hanya dapat dicapai melalui kerjasama antara pemerintah, aparat

keamanan dan masyarakat itu sendiri sesuai dengan kewenangannya.

a) Rasio jumlah polisi pamong praja per 10.000 penduduk

Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

ditentukan bahwa dalam hal ketentraman dan ketertiban wilayah dibentuk

Satuan Polisi Pamong Praja yang bertugas melaksanakan ketertiban

terhadap pelanggaran Peraturan Daerah. Kewajiban menjaga ketentraman

dan ketertiban wilayah ini dilaksanakan sampai dengan tingkat desa dan

kelurahan. Hal ini belum sepenuhnya dapat dilaksanakan karena rasio

jumlah polisi pamong praja per 10.000 penduduk masih rendah.

Kekurangan ini ditutupi oleh peran serta masyarakat untuk ikut menjaga

ketentraman dan ketertiban wilayahnya.

Tabel 2.103

Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber: Satuan Polisi Pamong Praja

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 68

Page 58: BAB II Gabung OLD - Copy

b) Rasio jumlah linmas per 10.000 penduduk

Jumlah peleton Linmas di Kabupaten Badung tersebar di 62 (enam puluh

dua) Desa dan Kelurahan yang bertugas memberikan perlindungan

kepada masyarakat dalam hal adanya bahaya dan bencana alam. Rasio

jumlah linmas per 10.000 penduduk di kabupaten Badung dari tahun

ketahun mengalami penurunan karena bertambahnya jumlah penduduk

tidak diikuti dengan penambahan anggota Linmas. Kekurangan jumlah

linmas ini ditutupi oleh peran serta masyarakat dan bantuan dari aparat

keamanan desa/kelurahan lainnya.

Tabel 2.104

Rasio Jumlah Linmas Per 10.000 Penduduk Tahun 2007 s.d 2011Kabupaten Badung

Sumber: Badan Kesbang Pol dan Linmas

c) Rasio pos siskamling per jumlah desa/kelurahan

Di Kabupaten Badung terdapat 377 Banjar Dinas dan 164 lingkungan

yang kesemuanya telah memeiliki Pos Siskamling, baik dengan

memanfaatkan Balai Banjar maupun dengan membuat pos khusus.

Tabel 2.105

Rasio Jumlah Pos Siskamling Per Kecamatan Tahun 2007 s.d 2011Kabupaten Badung

Sumber: Badan Kesbang Pol dan Linmas / Badung Dalam Angka 2010

10) Pemuda dan olah raga

a) Jumlah Organisasi Pemuda

Di Kabupaten Badung terdapat berbagai wadah aktivitas kepemudaan

seperti Karang Taruna, Sekaa teruna, dan organisasi kepemudaan

lainnya. tabel berikut menjelaskan keberadaan Karang Taruna di

Kabupaten Badung

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 69

Page 59: BAB II Gabung OLD - Copy

Tabel 2.106

Jumlah Organisasi Pemuda Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Disdikpora Kab. Badung*) Data sampai dengan April 2011

b) Jumlah Organisasi Olahraga

Di Kabupatren Badung terdapat berbagai organisasi olahraga dari

berbagai cabang olah raga yang telah ditetapkan oleh Komite Olahraga

Nasional Indonesia (KONI). Organisasi olah raga ini berpartisifasi aktif

dalam event-event yang dilaksanakan pada tingkat kecamatan dan tingkat

kabupaten, bahkan juga mampu mewakili kabupaten pada tingkat

provinsi. Adapun beberapa cabang olahraga tersebut terdapat di 6 (enam)

Kecamatan yang berperan melaksanakan pembinaan pada masing-

masing cabang olahraha untuk menciptakan atlet-atlet yang berprestasi.

Tabel berikut ini menjelaskan keberadaan organisasi olahraga di

Kabupaten Badung:

Tabel 2.107

Jumlah Organisasi Olahraga Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Disdikpora Kab. Badung*) Data sampai dengan Bulan April 2011

c) Jumlah Kegiatan Kepemudaan

Kegiatan kepemudaan di Kabupaten Badung dilaksanakan secara rutin

setiap tahunnya di tingkat kabupaten yang pelaksanaannya dipusatkan di

Kecamatan Mengwi. Setiap tahunnya dilaksanakan sebanyak dua event

sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini :

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 70

Page 60: BAB II Gabung OLD - Copy

Tabel 2.108

Jumlah Kegiatan Kepemudaan Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Disdikpora Kab. Badung

*) Data sampai dengan Bulan April 2011

d) Jumlah Kegiatan Olahraga

Kegiatan keolahragaan cukup banyak dilaksanakan di masyarakat, mulai

tingkat banjar, desa/kelurahan, kecamatan hingga tingkat kabupaten.

Kegiatan keolahragaan yang dilaksanakan secara rutin adalah Pekan

Olah Raga Pelajar, dimulai dari tingkat kecamatan hingga puncaknya

dilaksanakan di tingkat kabupaten. tabel berikut menjelaskan

pelaksanaan kegiatan olah raga tersebut di masing-masing kecamatan

hingga tingkat kabupaten

Tabel 2.109

Jumlah Kegiatan Olahraga Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Disdikpora Kab. Badung

*) Data sampai dengan Bulan April 2011

4. Aspek Daya Saing Daerah

Selain sektor pariwisata, sektor pertanian khususnya pertanian tanaman pangan

masih merupakan prioritas pembangunan di Kabupaten Badung yang menunjang

kehidupan masyarakat dalam rangka memenuhi swasembada pangan khususnya

beras. Pembangunan sektor pertanian tanaman pangan merupakan pembangunan

berkelanjutan dan terus ditingkatkan pelaksanannya baik secara teknis budidaya

maupun non teknis. Secara teknis, pembangunan pertanian dilakukan melalui

peningkatan mutu intensifikasi, diversifikasi, dan rehabilitasi. Sedangkan

pembangunan non teknis dilakukan melalui pembinaan dan pelatihan–pelatihan untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani serta mengubah perilaku petani

menuju ke arah kemajuan di bidang usaha tani.

Guna memotivasi dan meningkatkan produksi pertanian khususnya padi terkait

dengan program ketahanan pangan, maka telah dilakukan perkuatan terhadap petani

melalui pemberian bantuan penguatan modal petani (bantuan langsung masyarakat)

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 71

Page 61: BAB II Gabung OLD - Copy

diantaranya program ketahanan pangan dan LUEP. Bantuan tersebut dikelola melalui

subak dengan pola bergulir di dalam subak yang bersangkutan.

Peningkatan produksi tersebut telah berhasil mengantarkan Kabupaten Badung

meraih penghargaan dari Presiden RI pada tahun 2008 dan 2009 dalam rangka

pelaksanaan program “Peningkatan Produksi Beras Nasional” (P2BN). Dalam upaya

menyiapkan tenaga pengelola pertanian yang terampil dan profesional serta memiliki

pangsa kerja, Pemerintah Kabupaten Badung telah membuka Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Pertanian di Desa Pelaga, Kecamatan Petang.

Program lain yang juga dilakukan adalah membina dan menumbuhkembangkan

kelompok–kelompok masyarakat untuk melakukan kegiatan peternakan rakyat.

Penyebaran komoditas jenis ternak ke masyarakat antara lain: Sapi, Babi, Kambing,

Ayam Itik, dan aneka ternak lainnya.

Di bidang kehutanan dan perkebunan merupakan sumber daya alam yang tak

ternilai harganya yang memiliki fungsi penting sebagai penyangga lingkungan dan

kehidupan manusia. Sehingga keberadaannya perlu dipertahankan dan dilestarikan

agar hutan dan perkebunan dapat memberikan manfaat yang positif terhadap

kehidupan masyarakat.

Keberhasilan pembangunan kehutanan dan perkebunan di Kabupaten Badung

tidak terlepas dari peran kelompok tani/subak abian untuk menyukseskan

pelaksanaan program pemerintahan dalam meningkatkan produksi kehutanan dan

perkebunan. Kelompok tani/subak abian ini merupakan media komunikasi antara

pemerintah dan masyarakat dalam menyampaikan dan pelaksanan program–program

pembangunan kehutanan dan perkebunan.

Sedangkan Kegiatan usaha perikanan di Kabupaten Badung terdiri dari kegiatan

usaha perikanan laut dan perikanan darat. Kegiatan perikanan laut berlokasi di empat

kecamatan yakni Kecamatan Kuta Selatan, Kuta, Kuta Utara, dan Mengwi. Jenis

usaha yang dilakukan meliputi usaha penangkapan dan budidaya laut khususnya

budidaya rumput laut. Usaha penangkapan ikan laut secara umum dilakukan dalam

skala kecil dengan menggunakan beberapa jenis alat alat tangkap dan beberapa jenis

armada.

Sektor industri dan perdagangan memegang peranan penting dalam menunjang

sektor lainnya seperti sektor pariwisata. Selain itu sektor industri dan perdagangan

termasuk paling banyak menyerap tenaga kerja, sehingga dengan adanya sektor ini

pengganguran di Kabupaten Badung dapat ditekan. Sektor industri dan perdagangan,

lembaga keuangan dan koperasi dalam lima tahun terakhir ini mengalami

perkembangan yang cukup signifikan seiring dengan kemajuan sektor lainnya seperti

sektor pariwisata, telekomunikasi dan perhubungan. Perkembangan sektor pariwisata

akan mempengaruhi perkembangan sektor lainnya yang merupakan penunjang

sektor pariwisata tersebut seperti sektor industri, perdagangan, dan koperasi.

Demikian pula kegiatan industri yang dilakukan akan berkaitan dengan kegiatan

perdagangan baik yang berskala Nasional maupun Internasional. Sektor

perdagangan di Kabupaten Badung khususnya kegiatan eksport merupakan motor

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 72

Page 62: BAB II Gabung OLD - Copy

penggerak ekonomi untuk mendorong pembangunan ekonomi dan menambah devisa

negara.

Sektor pariwisata merupakan sektor yang paling diunggulkan, dan memberikan

kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Badung tiap tahunnya. Ini disebabkan

oleh banyaknya Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) yang berada di Kabupaten

Badung, yang sebagian besar tersebar di Kecamatan Kuta Selatan dan Kuta.

Perkembangan sektor pariwisata di Kabupaten Badung juga dipengaruhi dengan

keberadaan Bandara Internasional Ngurah Rai di Tuban, Kecamatan Kuta. Usaha

pelestarian terhadap ODTW di Kabupaten Badung perlu diperhatikan dengan baik

karena Kabupaten Badung memiliki tingkat ketergantungan yang besar dari sektor

pariwisata.

a. Kemampuan Ekonomi Daerah

Dalam era otonomi setiap daerah memiliki kesempatan yang lebih luas

dalam menentukan kebijakan sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Implementasi pembangunan daerah selalu berpijak pada data-data baik dalam

perencanaan, pengawasan pelaksanaan maupun evaluasi hasil-hasilnya.

Pencapaian tujuan utama pembangunan yaitu perbaikan taraf hidup

(kesejahteraan) masyarakat akan tercapai bila terjadi peningkatan dan

pemerataan hasil-hasil pembangunan, khususnya pembangunan ekonomi

sebagai salah satu komponen esensial dari pembangunan secara keseluruhan.

Indikator yang digunakan untuk mengetahui kondisi perekonomian atau

kemampuan ekonomi suatu wilayah adalah Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) yang merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit

usaha dalam satu wilayah pada periode tertentu.

Kondisi perekonomian Kabupaten Badung dapat dilihat dari PDRB

Kabupaten Badung baik besarannya, perkembangannya, kontribusi masing-

masing sektor dalam pembentukan PDRB, laju pertumbuhan serta beberapa

besaran agregat penting lainnya seperti pengeluaran konsumsi rumah tangga,

nilai tukar petani, pengeluaran konsumsi non pangan (persentase konsumsi

rumah tangga untuk non pangan dan produktivitas total daerah.

Produktivitas total daerah

Sejalan dengan besarnya nilai tambah masing-masing sektor, struktur

perekonomian Kabupaten Badung masih ditopang oleh dua sektor dominan yaitu

perdagangan, hotel dan restoran serta sektor angkutan dan komunikasi. Jika

keduanya digabung akan memiliki peranan hampir dua pertiga dari PDRB

Kabupaten Badung. Hal ini sangat dipengaruhi oleh keunggulan Kabupaten

Badung sebagai tujuan utama pariwisata. Kedua sektor di atas adalah sektor yang

bersentuhan langsung dengan pariwisata sehingga mampu memberikan share

hampir dua pertiga perekonomian Kabupaten Badung.

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 73

Page 63: BAB II Gabung OLD - Copy

Tabel 2.110

Produktivitas Per Sektor Kabupaten Badung

Sumber : BPS Kab Badung

b. Fasilitas Wilayah/Infrastruktur

1) Aksesibilitas daerah

a.) Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan

Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan menunjukkan kepadatan

kendaraan pada suatu ruas jalan. Data pada tabel 2.111 menunjukkan

bahwa tidak terjadi pembangunan jalan baru di Kabupaten Badung,

sedangkan jumlah kendaraan terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini

berimplikasi terhadap kapasitas jalan di Kabupaten Badung, jika

dibandingkan dengan jumlah kendaraan sebagaimana ditampilkan pada

tabel berikut :

Tabel 2.111

Rasio Panjang Jalan per Jumlah Kendaraan Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Dishubkoinfo Kab Badung

b.) Jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum

Jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum menunjukkan

tingginya mobilitas orang/barang pengguna angkutan umum. Data pada

tabel 2.112 menunjukkan bahwa jumlah orang/barang yang terangkut

angkutan umum setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan, hal ini

menunjukkan bahwa penggunaan angkutan umum sebagai sarana

pelayanan transportasi orang dan barang sangat berperan dalam

menunjang aktivitas perekonomian di Kabupaten Badung, seperti pada

tabel berikut :

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 74

Page 64: BAB II Gabung OLD - Copy

Tabel 2.112

Jumlah Orang/Barang yang Terangkut Angkutan Umum Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

NO Uraian Satuan 2007 2008 2009 2010 20111. Jumlah orang Orang 4.102 4.102 5.680 5.894 6.115 2. Jumlah Barang Ton 35 38 43 48 54

Sumber : Dishubkoinfo: Kab. Badung.

c.) Jumlah orang/barang melalui dermaga/ bandara/ terminal per tahun

Jumlah orang dan barang melalui bandara berfluktuasi sepanjang Tahun

2007 sampai Tahun 2011. Hal ini bergantung pada situasi perekonomian

yang berlangsung pada saat itu.

Tabel 2.113

Jumlah Orang/Barang Melalui Dermaga/Bandara/Terminal Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

Sumber : Dishubkoinfo Kab Badung

2) Penataan wilayah

a.) Ketaatan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Untuk menunjang Keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang

berpedoman kepada RTRW maka harus ada dukungan komitmen dari

semua Pihak yang terlibat sesuai dengan peran dan fungsi masing-

masing. Untuk mewujudkan hal tersebut telah disiapkan perangkat-

perangkat pendukung yaitu :

- Tersedianya rencana tata ruang yang terinci dan teknis yang

merupakan penjabarab dari RDTR Kawasan

- Tersedianya aparat yang berkemampuan teknis memadai dan

ditunjang dengan peralatan kerja yang mencukupi

- Tersedianya aparat yang khusus melakukan pemantauan pemanfaatan

ruang yang secara structural merupakan bagian dari unit kerja yang

ada.

b.) Luas wilayah produktif

Luas wilayah produktif (lahan sawah) pada tahun 2007 tercatat 10.125 Ha,

meningkat menjadi 10.237 Ha pada tahun 2008 atau terjadi peningkatan

112 Ha dibandingkan tahun 2007. Hal ini disebabkan terjadi penambahan

luas fungsi sawah seluas 112 Ha di empat kecamatan yaitu Kecamatan

Abiansemal 46 Ha, Kecamamatan Kuta Utara 11 Ha, Kecamatan Mengwi

4 Ha dan Kecamatan Petang 51 Ha.

Pada Tahun 2009 juga terjadi penambahan luas fungsi sawah seluas 58

Ha di Kecamatan Mengwi yaitu di Subak Balangan, sehingga luasnya RKPD Kab. Badung Tahun 2012 75

Page 65: BAB II Gabung OLD - Copy

bertambah menjadi 10.295 Ha. Sebaliknya pada tahun 2010 terjadi

pengurangan luas wilayah produktif sebanyak 10 Ha yang terdapat di

Kecamatan Kuta Utara yaitu di Subak Kedampang berkurang 3 Ha, di

Subak Canggu berkurang 4 Ha dan di Subak Sebuah berkurang 3 Ha,

sehingga lahan produktif sampai saat ini keberadaannya hanya 10.285 Ha.

Demikian pula dengan luas seluruh wilayah budidaya sangat fluktuatif

disebabkan perubahan fungsi produktif atau terjadi alih fungsi yang

dinamis, sesuai kebutuhan pemanfaatan lahan untuk kepentingan tertentu

Tabel 2.114

Rasio Luas Wilayah Produktif Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Badung

c.) Luas Wilayah Industri

Zona industri di Kabupaten Badung diarahkan pada kegiatan industri skala

kecil. Sebaran kawasan industri terdapat di Desa Werdhi Bhuana,

Kecamatan Mengwi dan Kelurahan Kuta Kecamatan Kuta. Rasio luas

wilayah industri di kabupaten Badung adalah 0,002 %.

d.) Luas Wilayah Kebanjiran

Kawasan rawan bencana banjir terdiri dari kawasan rawan bencana

dengan potensi sedang dan kawasan rawan bencana potensi tinggi

dengan luas potensial 2.011 ha (dua ribu sebelas hektar) mencakup :

1) Kawasan rawan bencana banjir dengan potensi sedang dengan luas

kurang lebih 182 ha (seratus delapan puluh dua hektar) tersebar di

Kecamatan Mengwi dengan luas kurang lebih 3 ha (tiga hektar),

Kecamatan Kuta Utara dengan luas kurang lebih 13 ha (tiga belas

hektar) dan Kecamatan Kuta Selatan dengan luas kurang lebih 167 ha

(seratus enam puluh tujuh hektar);

2) Kawasan rawan bencana banjir dengan potensi tinggi dengan luas

kurang lebih 1.829 ha (seribu delapan ratus dua puluh sembilan

hektar) tersebar di Kecamatan Mengwi dengan luas kurang lebih 56 ha

(lima puluh enam), Kecamatan Kuta Utara dengan luas kurang lebih

239 ha (dua ratus tiga puluh sembilan hektar), Kecamatan Kuta

dengan luas kurang lebih 952 ha (sembilan ratus lima puluh dua

hektar) dan Kecamatan Kuta Selatan dengan luas kurang lebih 583 ha

(lima ratus delapan puluh tiga hektar);

3) Pengembangan kegiatan budidaya pada kawasan rawan banjir harus

disesuaikan dengan karakteristik setempat dan tidak menimbulkan

kerugian yang besar.

e.) Luas Wilayah KekeringanRKPD Kab. Badung Tahun 2012 76

Page 66: BAB II Gabung OLD - Copy

Kawasan rawan bencana kekeringan ditetapkan dengan kriteria :

1) terjadi kurang dari 3 (tiga) tahun sekali;

2) lama kekeringan sekitar 3 (tiga) sampai 4 (empat) bulan;

3) berdampak sedang; dan

4) kawasan yang mengalami kekeringan luas.

Kawasan rawan bencana kekeringan termasuk klasifikasi rendah dengan

luas potensial 11,1 ha (sebelas koma satu hektar) terdapat di Kecamatan

Abiansemal dengan luas kurang lebih 0,1 ha (nol koma satu hektar) dan

Kecamatan Kuta Selatan dengan luas kurang lebih 11 ha (sebelah hektar).

f.) Luas Wilayah Perkotaan

Sistem perkotaan nasional dan provinsi dalam wilayah kabupaten

sebagaimana mencakup:

a. bagian dari Kawasan Perkotaan Denpasar-Badung-Gianyar-Tabanan

yang berfungsi sebagai PKN meliputi Kecamatan Mengwi, Kecamatan

Abiansemal, Kecamatan Kuta Utara, Kecamatan Kuta dan Kecamatan

Kuta Selatan;

b. Kawasan Perkotaan Kuta sebagai Kota Inti dari PKN, beserta Kota

Denpasar;

Kawasan Perkotaan Mangupura dan Kawasan Perkotaan Jimbaran

sebagai Kota Satelit dari PKN, serta Kawasan Perkotaan Gianyar dan

Kawasan Perkotaan Ubud di Kabupaten Gianyar dan Kawasan Perkotaan

Tabanan di Kabupaten Tabanan

3) Fasilitas bank dan non bank

Bank adalah suatu badan usaha yang memiliki fungsi menghimpun dana

masyarakat umum untuk disalurkan kepada yang memerlukandana tersebut,

fasilitas bank berupa pelayanan kredit, jasa giro, valuta asing, tabungan dan

deposito, sedangkan Non bank adalah Lembaga keuangan bukan bank yang

bergerak di bidang pembiayaan seperti : Kredit Kendaraan, elektronik dan lain-

lain adapun jenis dan jumlah bank dan cabang-cabangnya adalah dapat

dikelompokkan menjadi bank umum dan Perkreditan Rakyat (BPR) yang

berdasarkan kegiatan usahanya masing-masing dibedakan menjadi bank

konvensional dan bank syariah. Jenis - jenis Bank tersebut dapat ditampilkan

pada tabel berikut :

Tabel 2.115

Jenis dan Jumlah Bank dan Cabangnya Kabupaten Badung

Sumber : Bank Indonesia ( BI ) Denpasar

4) Fasilitas Telepon

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 77

Page 67: BAB II Gabung OLD - Copy

Persentase penduduk di Kabupaten Badung yang memiliki HP/telepon

mengalami peningkatan setiap tahunnya, hal ini disebabkan oleh peningkatan

kebutuhan akan komunikasi yang praktis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

dari tabel berikut :

Tabel 2.116

Persentase Rumah Tangga (RT) yang Menggunakan HP/TeleponKabupaten Badung

Sumber :Dishubkoinfo

5) Ketersediaan restoran

Jenis, kelas, dan jumlah restoran (Persentase jumlah restoran menurut

jenis dan kelas)

Restoran merupakan suatu jenis jasa pangan yang bertempat di sebagian

atau seluruh bangunan yang permanen dan dilengkapi dengan peralatan dan

perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian dan

penjualan makanan dan minuman bagi umum.

Rumah makan merupakan suatu usaha komersil yang ruang lingkup

pekerjaannya menyediakan hidangan makanan dan minuman untuk umum

pada tempat usahanya.

Tabel 2.117

Jenis, Kelas dan Jumlah Restoran Kabupaten Badung

Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Badung

6) Ketersediaan penginapan

Ketersediaan penginapan/hotel merupakan salah satu aspek yang penting

dalam meningkatkan daya saing daerah, terutama dalam menerima dan

melayani jumlah kunjungan dari luar daerah. Semakin berkembangnya

investasi ekonomi daerah akan meningkatkan daya tarik kunjungan ke daerah

tersebut. Dengan semakin banyaknya jumlah kunjungan orang dan wisatawan

ke suatu daerah perlu didukung oleh ketersediaan penginapan/hotel.

Jenis penginapan/hotel dapat dibedakan menjadi:2 (dua) antara lain :

a) Hotel Berbintang

Hotel berbintang merupakan suatu usaha penyediaan jasa akomodasi

secara hunian berupa kamar-kamar di dalam 1 (satu) ruangan yang dapat

dilengkapi dengan jasa pelayanan makanan, minuman serta kegiatan

hiburan dan fasilitas lainnya.

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 78

Page 68: BAB II Gabung OLD - Copy

b) Hotel Melati

Hotel melati merupakan suatu usaha komersil yang menggunakan seluruh

atau sebagian dari suatu bangunan yang khusus disediakan bagi setiap

orang untuk memperoleh jasa pelayanan penginapan.

Tabel 2.118

Jenis, Kelas dan Jumlah Penginapan/Hotel Kabupaten Badung

Sumber :Diparda Kabupaten Badung

7) Iklim Berinvestasi

a.) Keamanan dan ketertiban

Tabel 2.119

Angka Kriminalitas Kabupaten Badung

Sumber : Kepolisian Daerah Bali Resort Badung

Perkembangan pariwisata di Kabupaten Badung yang demikian

pesatnyaakan mengundang penduduk pendatang untuk ikut mencari

pekerjaan di Kabupaten Badung. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan

penduduk cukup tinggi. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat

menimbulkan dampak negatif yang pada akhirnya akan dapat

mengganggu keamanan. Hal ini harus diantisipasi untuk mempertahankan

citra Kabupaten Badung sebagai daerah kunjungan wisata yang aman.

Kriminalitas memang masih terjadi, untuk itu diperlukan kerjasama semua

pihak untuk ikut menjaga keamanan di Kabupaten Badung.

Untuk dapat menciptakan iklim berinvestasi yang kondusif di Kabupaten

Badung, maka ditempuh langkah – langkah seperti :

(1) Kemudahan perijinan

Kemudahan perijinan wajib di berikan untuk merangsang pertumbuhan

investasi di daerah baik PMA maupun PMDN. Bentuk fasilitas yang di

berikan adalah berupa pembebasan atau keringanan bea masuk atas

impor barang modal dan bahan penolong, pembebasan/penangguhan

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 79

Page 69: BAB II Gabung OLD - Copy

PPn atas impor barang modal, penyusutan atau amotisasi yang di

percepat dan keringanan PBB khusus untuk bidang usaha tertentu.

Untuk perijinan daerah diberikan kemudahan, dan penyederhanaan

pelayanan perijinan. Acuan kerja SKPD yang terkait dengan UPT

Kabupaten Badung yaitu Standard Operating Procedure (SOP) yang

ditetapkan dengan Peraturan Bupati Badung Nomor 42 Tahun 2009

tentang Prosedur Tetap/Standard Operating Procedure (SOP) Unit

Pelayanan Terpadu Kabupaten Badung, yang memuat hal-hal yang

berkaitan dengan persyaratan, proses, jangka waktu dan biaya-biaya

yang dibutuhkan pada masing-masing jenis Perijinan/Non Perijinan/

Rekomendasi/ Persetujuan yang dilayani pada UPT Kabupaten

Badung.

Tabel 2.120

Lama Proses Perijinan Kabupaten Badung

Sumber : Bagian Organisasi dan Tata Laksana

(2) Pengenaan Pajak Daerah (Jumlah dan macam pajak dan retribusi daerah)

Pengenaan Pajak Daerah dilakukan kepada perusahaan/Badan

Hukum yang telah beroperasional di wilayah Kabupaten Badung. Pajak

merupakan iuran wajib yang disetorkan oleh orang pribadi maupun

badan, kepada daerah tanpa imbalan, serta dapat dipaksakan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang

digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

dan Pembangunan Daerah. Macam Pajak Daerah yang ada adalah

sebagai berikut : Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak

Penerangan Jalan, Pajak Parkir, Pajak Reklame, Pajak Perolehan Hak

Atas Tanah dan Bangunan, Pajak Air Tanah dan Pajak Pangambilan

Bahan Galian Golongan C.

Sedangkan Retribusi adalah Pungutan Daerah sebagai pembayaran

atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan atau

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 80

Page 70: BAB II Gabung OLD - Copy

diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi

atau Badan. Adapun jenis retribuasi yang ada adalah sebagai berikut

1. Retribusi Ijin Peruntukan Penggunaan Tanah

2. Retribusi Ijin Gangguan

3. Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan

4. Retribusi Ijin Trayek

5. Retribusi Rumah Potong Hewan

6. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah

7. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Penduduk dan Akte Catatan Sipil

8. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran

9. Retribusi Tempat Khusus Parkir

10. Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum

11. Retribusi Persampahan/Kebersihan

12. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga

13. Retribusi Pelayanan Kesehatan pada Rumah Sakit Umum Daerah

14. Retribusi Pelayanan Kesehatan dan Puskesmas

15. Retribusi Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor

16. Retribusi Penerbitan Surat Tanda Kebangsaan Kapal (Pas Kecil) Dengan Tonase ( GT < 7 )

17.Retribusi Perijinan Bidang Kesehatan

Tabel 2.121

Jumlah dan Macam Insentif Pajak dan Retribusi Daerah Yang Mendukung Iklim Investasi Kabupaten Badung

Sumber :Dinas Pendapatan Daerah Kab. Badung

(3) Peraturan Daerah (Perda) yang mendukung iklim usaha

Peraturan Daerah(Perda) yang mendukung iklim investasi diataranya

adalah :

1. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 7

Tahun 1999 tentang Retribusi Ijin Peruntukan Penggunaan Tanah.

2. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 9

Tahun 1999 tentang Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan

3. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 10

Tahun 1999 tentang Retribusi Ijin Trayek

4. Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 4 Tahun 2006

tentang Pajak Reklame

5. Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 13 Tahun 2007

tentang Retribusi Perijinan Bidang Kesehatan

6. Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 9 Tahun 2010

tentang Retribusi Ijin Gangguan

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 81

Page 71: BAB II Gabung OLD - Copy

b.) Sumber Daya Manusia

Rasio ketergantungan penduduk di Kabupaten Badung dapat dilihat

seperti tabel berikut:

Tabel 2.122Rasio Ketergantungan Tahun 2007 s.d 2011

Kabupaten Badung

Sumber : BPS Kab. Badung

B. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun Berjalan dan

Realisasi RPJMD

Mencakup telaahan terhadap hasil evaluasi status dan kedudukan pencapaian

kinerja pembangunan daerah, berdasarkan rekapitulasi hasil evaluasi pelaksanaan

program dan kegiatan RKPD tahun lalu dan realisasi RPJMD yang bersumber dari

telaahan hasil evaluasi pelaksanaan Renja SKPD tahun lalu dan realisasi Renstra SKPD

oleh masing-masing SKPDdan/atau dari laporan pertanggung jawaban APBD menurut

tahun-tahun yang berkenaan. Mengemukakan hasil evaluasi pelaksanaan program dan

kegiatan pembangunan daerah tahun lalu. Evaluasi meliputi seluruh program dan

kegiatan yang dikelompokkan menurut kategori urusan wajib/pilihan pemerintahan

daerah, menyangkut realisasi capaian target kinerja keluaran kegiatan dan realisasi

target capaian kinerja program tahun lalu terhadap RPJMD, selanjutnya telaahan hasil

evaluasi mencakup:

1. Realisasi program atau kegiatan yang tidak memenuhi target kinerja hasil atau

keluaran yang direncanakan.

2. Realisasi program atau kegiatan yang telah memenuhi target kinerja hasil atau

keluaran yang direncanakan.

3. Realisasi program atau kegiatan yang melebihi target kinerja hasil atau keluaran yang

direncanakan

4. Faktor-faktor penyebab tidak tercapainya, terpenuhinya atau melebihi target kinerja

program atau kegiatan

5. Implikasi yang timbul terhadap target capaian program RPJMD dan kinerja

pembangunan daerah

6. Kebijakan atau tindakan perencanaan dan penganggaran yang perlu diambil untuk

mengatasi faktor-faktor penyebab tersebut.

Adapun hasil Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD tahun lalu, tahun

berjalan dan realisasi RPJMD dapat dilihat pada lampiran Tabel 2.147.

RKPD Kab. Badung Tahun 2012 82