Download - BAB II eri
BAB II
LANDASAN TEORITIS
Pada bab ini, penulis akan menguraikan tentang anatomi fisiologi sistem
pencernaan khususnya pada organ yang mengalami gangguan yaitu hati serta asuhan
keperawatan teoritis pada klien dengan Hepatitis
A. Anatomi fisiologi sistem pencernaan
1. Struktur Hati
Hati terletak di bagian teratas dalam rongga abdomen di sebelah kanan
di bawah diafragma. Hati secara luas dilindungi iga- iga.( Peache, Evelyn C,
Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, 2005,hlm 201)
Hati adalah kelenjar terbesar dalam tubuh, berat rata- rata sekitar 1.500
gr atau 2% berat badan orang dewasa normal. Hati merupakan organ lunak
yang lentur dan tercetak oleh struktur sekitarnya, hati memiliki permukaan
superior yang cembung dan terletak di bawah kubah kanan diafragma dan
sebagian kubah kiri, bagian bawah hati berbentuk cekung dan merupakan atap
dari ginjal kanan, lambung, pankreas dan usus. (Price, Sylvia A, et al,2005,
hlm 472)
Setiap lobus hati terbagi menjadi struktur – struktur yang disebut
lobulus yang merupakan unit micoskopis dan fungsional organ. Sikap lobulus
merupakan bagan heksagonal yang terdiri atas lempeng – lempeng sel hati
6
berbentuk kubus tersusun radial mengelilingi vena sentralis yang mengalirkan
darah dari lobulus. Hati manusia memiliki maksimal 100.000 lobulus.
Diantara lempengan sel hati terdapat kapiler – kapiler yang disebut sebagai
sinusoid, yang merupakan cabang vena porta dan arteria hepatika. Sejumlah
50% dari semua makrofak dalam hati adalah sel Kupffer, sehingga hati
merupakan salah satu organ penting dalam pertahanan melawan infasi bakteri
dan agen toksit. (Price, Sylvia A, et al,2005, hlm 474)
Hati mempunyai dua lobus utama yaitu lobus kanan yang dibagi
menjadi segmen anterior dan posterior oleh fisura segmentalis kanan dan
lobus kiri yang dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh ligamentum
falsiformis.
2. Sirkulasi
Hati memiliki dua sumber suplai darah, saluran cerna dan limpa melalui
vena porta hepatika dan dari aorta melalui arteri hepatika. Sekitar sepertiga
darah yang masuk adalah darah arteri dan dua pertiganya adalah vena dari
vena porta. Volume total darah yang melewati hati setiap menitnya adalah
1.500 ml dan dialirkan melalui vena hepatika kanan dan kiri, yang selanjutnya
bermuara pada vena kava inferior.
Vena porta bersifat unik karena terletak di antara dua daerah kapiler,
yang satu terletak dalam hati dan lainnya dalam saluran cerna. Cabang-
cabang terhalus arteria hepatika juga mengalirkan darahnya ke dalam
7
sinusoid, sehingga terjadi campuran darah arteri dari arteria hepatika dan
darah vena dari vena potra
3. Fungsi Hati
Selain merupakan organ parenkim yang paling besar, hati juga
menduduki urutan pertama dalam hal jumlah, kerumitan, dan ragam fungsi.
Hati sangat penting untuk mempertahankan hidup dan berperan dalam hampir
setiap fungsi metabolik tubuh, dan terutama bertanggung jawab atas lebih dari
500 aktivitas berbeda.
Menurut Pearce, Evelyn C. Fungsi hati bersangkutan dengan
metabolisme tubuh, khususnya mengenai pengaruhnya atas makanan dan
darah, antara lain :
a. perantara metabolisme”, artinya ia mengubah zat makanan yang diabsorpsi
dari usus dan yang disimpan di suatu tempat di dalam tubuh, guna dibuat
sesuai untuk pemakaiannya di dalam jaringan
b. mengubah zat buangan dan bahan racun untuk mempermudah ekskresi ke
dalam empedu dan urine
c. glikogenik: menghasilkan glikogen dari konsentrasi glukosa yang diambil
dari makanan hidrat karbon. Karena hati membantu supaya kadar gula
yang normal dalam darah. Hati juga dapat mengubah asam amino menjadi
glukosa.
d. sekresi empedu.
e. pembentukan ureum.
8
f. kerja atas lemak. Hati menyiapkan lemak untuk pemecahannya terakhir
menjadi hasil akhir asam karbonat dan air.
B. Konsep Dasar Hepatitis
1. Pengertian
Hepatitis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus yaitu virus
hapatitis A, virus hepatitis B, virus hepatitis C dan virus – virus lain seperti
virus hepatitis G dan virus TT. (Mansjoer, Arif, et al,2001, hlm 513)
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan
serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).
Hepatitis adalah peradangan luas pada jaringan hati yang menyebabkan
nekrosis dan degenerasi sel (Charlene J. Reeves, et al, 2001 : 143).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis
dan inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan
klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer and Suzanne, 2001: 1169).
Hepatitis B kronik adalah persistensi virus hepatitis B lebih dari 6 bulan,
sehingga pemakaian carier sehat tidak dianjurkan lagi. (W. Sudoyo, Aru, et
al,2006, hlm 433)
2. Etiologi
Tipe utama dari hepatitis penyebab adalah virus, yaitu :
a. Hepatitis A
9
Disebabkan oleh virus hepatitis A yang ditularkan melalui praktik
oral-anal, makanan terkontaminasi, dan kerang. Periode inkubasi kira-kira
2-6 minggu, yang merupakan periode paling menular. Profilaksi: globulin
imun sebelum dan setelah pemajanan memberikan imunitas pasif selama 2-
3 bulan
b. Hepatitis B
Disebabkan oleh virus hepatitis B. Virus hepatitis B (HBV) utuh
adalah suatu virus DNA yang berlapis ganda (double sbelled) dengan
diameter 42 nm. Bagian luar virus ini terdiri dari HBsAg sedang bagian
dalam adalah nukleokapsid yang terdiri dari HBcAg. Dalam nukleokapsid
didapatkan kode genetik VHB yang terdiri dari DNA untai ganda dengan
panjang 3200 nukleotida. Peride inkubasi kira-kira 6 minggu sampai 6
bulan. Individu dipertimbangkan melular selama permukaan antigen
tampak. Status karier atau hepatitis virus kronik (HBV) ada bila
permukaan antigen masih dapat terdektesi setelah enam bulan. Profilaksin:
vaksin HBV sebelum pemajanan memberikan imunitas aktif. Untuk
mempertahankan imunitas, vaksin harus diulang setelah satu bulan, enam
bulan, dan tujuh tahun. Pemberian imunoglobulin hepatitis B (HBIG)
memberi imunitas pasif pada individu tanpa vaksin yang terpajan virus
Hepatitis delta, varian lain dari bentuk hepatitis B virus. Ini
menyebabkan laju mortalitas tinggi. Virus hepatitis delta untuk tetap ada,
hepatitis B juga pasti ada. Bentuk varian dari hepatitis virus ini ditularkan
10
dalam cara yang sama seperti hepatitis B dan mempunyai karakteristik
serupa. Jadi, profilaksis digunakan untuk hepatitis B juga efektif untuk
baik hepatitis C dan hepatitis delta.
c. Hepatitis C
Disebabkan oleh virus hepatitis C. Ditularkan melalui darah. Periode
inkubasi kira-kira 2 minggu sampai 6 bulan. Profilaksis: Globuin imun
sebelum dan setelah pemajanan memberikan imunitas pasif untuk 2-3
bulan. Diyakini penyebab dari hepatitis pascatransfusi. (Barbara, 1995:
524)
11
Skema 2.1 Patofisiologi Hepatitis
12
Pengaruh alkohol, virus hepatitis, toksin
Hipertermi Inflamasi pada hepar Peregangan kapsula hati
Hepatomegali
Perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas
Gangguan suplay darah normal pada sel-sel hepar
Kerusakan sel parenkim, sel hati dan duktulii empedu intrahepatik
Gangguan metabolisme karbohidrat lemak dan protein
Glikogenesis menurun
Glukoneogenesis menurun
Glikogen dalam hepar berkurang
Glikogenolisis menurun
Glukosa dalam darah berkurang
Cepat lelah Keletihan
Nyeri Anoreksia
Perubahan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan
Perubahan kenyamanan
Kerusakan sel parenkim, sel hati dan duktuli empedu intrahepatik
Obstruksi Kerusakan konjugasi
Kerusakan sel eksresi Gangguan eksresi empedu
Retensi bilirubin
Regurgitasi pada duktuli empedu intra hepatik
Bilirubin direk meningkat
Ikterus Larut dalam airPeningkatan garam empedu dalam darah
Pruritus Perubahan kenyamanan
Eksresi ke dalam kemih
Billirubinuria dan kemih berwarna gelap
Bilirubin tidak sempura dikeluarkan melalui duktus hepatikus
Bilirubin direk meningkat
Ikterus
(sumber : Arifin. 2008. Asuhan Keperawatan Hepatitis)
3. Manifestasi klinis
Menurut arifin, Tanda/ gejala pada virus hepatitis pada semua tipe
hampir sama, antara lain:
a. stadium praikterik, berlangsung selama 4-7 hari. Klien akan mengeluh
sakit kepala, lemah, anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri pada otot, dan
nyeri pada abdomen kanan atas serta kuning menjadi lebih cioklat
b. stadium ikterik yang berlangsung 3-6 minggu. Ikterus mula-mula terlihat
pada sklera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan-keluhan
berkurang klien masih merasa lemah, anoreksia, muntah, tinja berwarna
kelabu tau kuning muda, hati membesar dan terdapat nyeri tekan.
c. stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urine dan
tinja kembali normal.
Gejala klinik Hepatitis B akut hampir tak berbeda dengan gejala klinik
Hepatitis tipe lainnya. Perjalanan Hepatitis akut dibagi menjadi 4 tahap,
(sumber : Arifin. 2008. www.rusari.com diperoleh tanggal 30 Juni 2009)
a. masa inkubasi
13
Masa inkubasi, yang merupakan antara saat penularan infeksi dan saat
timbulnya gejala / ikterus, berkisar antara 1-6 bulan, rata-rata 60-75 hari.
Panjangnya masa inkubasi tergantung dari dosis inokulum yang ditularkan
dan jalur penularan. Makin besar dosis virus yang ditularkan, makin pendek
masa inkubasi
b. fase Pre Ikterik (3-14 hari)
Fase ini adalah waktu antara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan
timbulnya gejala dan ikterus. Keluhan awal non-spesifik seperti malaise, rasa
lemas, lelah, anoreksia, mual, sampai muntah, terjadi perubahan pada indera
rasa dan penciuman, panas yang tidak tinggi, nyeri kepala, nyeri otot-otot,
rasa tidak enak / nyeri abdomen bagian atas tengah / kanan; pada sebagian
kecil penderita dapat timbul “serum sicknees-like syndrome”: febris,
urtikaria, artralgia (sering pada ekstremitas bawah); perubahan warna urin
menjadi coklat sering sudah dapat dilihat antara 1-5 hari sebelum timbul
ikterus.
c. fase Ikterik
Dengan timbulnya ikterus, keluhan-keluhan prodromal secara berangsur
akan berkurang, kadang rasa malaise, anoreksia masih sering berlangsung,
dan nyeri abdomen kanan atas bertambah. Lama berlangsungnya ikterus dapat
berkisar antara 1-6 minggu, umumnya pada anak paling cepat menghilang,
14
pada orang dewasa ikterus didapatkan anatara 1-3 minggu. Beberapa
penderita Hepatitis B akut menunjukkan ikterus selama berminggu-minggu
sampai berbulan-bulan disertai ciri-ciri kolestasis : termasuk varian
manifestasi Hepatitis B akut : tipe kolestatik, yang akan dibahas kemudian.
Dalam fase ini teraba hepatomegali ringan, nyeri tekan; splenomegali ringan
dan limfadenopati servikal terdapat pada 10-15% kasus.
d. fase penyembuhan
Fase penyembuhan diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan-
keluhan, walaupun rasa malaise dan cepat capek kadang masih terus
dirasakan; hepatomegali dan rasa nyerinya juga berkurang. Fase
penyembuhan lamanya bervariasi berkisar antara 2-21 minggu. Penyembuhan
klinis dan biokimiawi sempurna dapat diharapkan terjadi dalam 3-4 bulan
setelah timbulnya ikterus, untuk sebagian besar kasus Hepatitis B akut ikterik
yang tanpa komplikasi.
4. Cara penularan hepatitis B
Ada 2 golongan cara penularan infeksi VHB, yaitu penularan horizontal
dan penularan vertikal. Cara penularan horizontal terjadi dari seorang
pengidap infeksi VHB kepada individu yang masih rentan di sekelilingnya.
Penularan horizontal dapat terjadi melalui kulit atau melalui selaput lendir,
15
sedangkan penularan vertikal terjadi dari seorang pengidap yang hamil kepada
bayi yang dilahirkan
a. Penularan horizontal yaitu:
1) penularan melalui kulit ada 2 macam, yaitu penularan melalui kulit yang
disebabkan tusukan yang jelas, misalnya melalui suntikan, tranfusi
darah atau pemberian produk yang berasal dari darah, dan tato.
Kelompok kedua adalah penularan melalui kulit tanpa tusukan yang
jelas, misalnya masuknya bahan infektif melalui goresan atau abrasi
kulit, dan radang kulit
2) penularan melalui selaput lendir: selaput lendir yang dapat menjadi
tempat masuk infeksi VHB adalah selaput lendir mulut, mata, hidung,
saluran makanan bagian bawah dan selaput lendir genetalia.
b. Penularan vertikal
Penularan infeksi VHB dari ibu hamil kepada bayi yang dilahirkan.
Dapat terjadi padaa masa sebelum kelahiran atau prenatal, selama persalinan
atau perinatal dan setelah persalinan atau postnatal. Dulu diperkirakan bahwa
penularan inutero hanya terjadi pada 5-15% bayi yang dilahirkan oleh ibu
HBsAg dan HBeAg positif.penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
16
bayi yang tertular VHB secara vertikal mendapatkan penularan pada mas
perinatal yaitu pada saat terjadi proses persalinan.(Soemoharjo, 2008:20)
5. Komplikasi
Menurut Sylvia A. Price, 2005 : 491-492). Komplikasi yang akan terjadi
adalah:
a. Nekrosis sel hati
Nekrosis diikuti oleh regenerasi dari jaringan hepar, tetapi tidak dalam
cara yang normal. Jaringan fibrosa yang terbentuk merusak bentuk normal
lobule hepar. Perubahan fibrosa yang terbentuk merusak bentuk normal lobule
hepar.
b. Kegagalan hati Fulminan
Gagal hati fulminan ditandai oleh ensefalopati hepatic yang terjadi
dalam waktu beberapa minggu sesudah dimulainya penyakit pada pasien yang
tidak terbukti menunjukan riwayat disfungsi hati.
17
Hepatitis virus merupakan penyebab gagal hati fulminan yang paling
sering ditemukan. Penyebab lainnya mencakup obat-obatan toksik dan zat-zat
kimia, gangguan metabolic dan perubahan struktur hati.
6. Penatalaksanaan
Tidak terdapat terapa spesifik untuk hepatitis virus akut. Tirah baring
selama fase akut penting dilakukan, dan diet rendah lemak dan tinggi
karbohidrat umumnya merupakan makanan yang paling dapat dimakan oleh
penderita. Pemberian makanan secara intravena mungkin perlu diberikan
selama fase akut bila pasien terus menerus muntah. Aktivitas fisik biasanya
perlu dibatasi hingga gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal, serta
tidak mengkonsumsi alkohol.
Pengobatan terpilih untuk hepatitis B kronik adalah terapi antivirus
dengan obat jenis interveron
7. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik termasuk sebagai bagian dari proses
pengumpulan data. Pemeriksaan yang dilakukan pada klien dengan hepatitis
B. berikut ini dapat dilihat secara rinci pemeriksaan laboratorium yang
disajikan pada tabel 2.1. di bawah ini.
Tabel 2.1. Pemeriksaan laboratorium pada penderita Hepatitis B.
No Tes Nilai Normal keterangan
1 HBsAg, anti-Hbc, Non reaktif Pada klien yang sudah
18
2
HBeAg
Pemeriksaan Protein
a. Total (Serum)
b. Albumin
c. Globulin
d. Fibrinogen
(g/100/ml)
6,5 - 8
4 – 5,5
2 - 3
terinfeksi virus Hepatitis
B maka pada pemeriksaan
HBsAg hasilnya akan
reaktif. Anti-Hbc
biasanya dapat terdeteksi
segera setelah gambaran
klinis Hepatitis muncul.
Sedangkan HBeAg
biasanya muncul
bersamaan dengan
HBsAg atau muncul
segera setelah HBsAg dan
menghilang beberapa
minggu sebelum HBsAg
menghilang.
Albumin adalah bagian
utama dari protein darah
total, albumin penting
dalam mempertahankan
tekanan osmotik antara
darah dan jaringan.
Globulin diperlukan
untuk pembentukkan
antibodi dan untuk
membantu
mempertahankan tekanan
osmotik.
19
3
e. Elektroforesis
1) Albumin
2) α globulin,
3) β globulin
4) γ globulin
f. Masa Protrombin
Pemeriksaan Enzim
a. SGOT, SGPT dan
LDH
0,2 - 0,4
( persentasi
dari 100%
total protein )
53%
14%
12%
20%
12 – 15 detik
10 – 40 unit,
5 – 35 unit,
165 – 300 unit
Fibrinogen dibutuhkan
dalam proses koagulasi.
Elektroforesis
memisahkan berbagai
fraksi protein dengan
menggunakan arus listrik.
Pada penyakit sel
parenkim hepar, jumlah
serum protein ditekan
atau rasio protein
terhadap satu sama
lainnya berubah.
Protrombin disintesa
menjadi thrombin (tanpa
adanya vitamin K) pada
hepar. Tes ini merupakan
indeks yang baik terhadap
prognosis, karena
perpanjangan masa
protrombin
mengidentifikasikan
kehilangan fungsi yang
hebat.
Transaminase adalah
kalasis dalam pemecahan
asam amino. SGPT
adalah enzim khusus yang
20
4
b. Fosfatase Alkali
c. Gamma glutamil
Transferase
Bilirubin
a. Total
b. Konjugasi (direk)
2-5 unit
Bodonsky
0 – 30 lu
0,9 - 2,2
mg/100 ml
(0,8 mg/dl)
0,5-1,4
mg/100 ml
dilepaskan oleh sel-sel
hepar yang rusak. Akan
timbul sejumlah besar
LDH dalam jaringan
hepar.
Enzim ini menghidrolisa
esterfosfat dan berguna
dalam diagnosa. Jika
Enzim ini meningkat,
nukleotida dan leusin
amino peptisidase akan
menentukan apakah
peningkatannya berkaitan
dengan obstruksi saluran
empedu.
Enzim endotelium ini
ditemukan dalam hepar
dan sangat berkaitan
dengan peningkatan fosfat
alkali.
Tes ini mengukur
kemampuan hepar untuk
mengkonjugasi dan
mengeksresi bilirubin.
Jika bilirubin terkonjugasi
tinggi, maka keadaan ini
21
5
6
c. Ankonjugasi
(indirek)
Skan Isotop Hepar
Skaning CT Hepar
(0,6 mg/dl)
0,4-0,8
mg/100 ml
(0,2 mg/dl)
mengindikasikan blok
prahepar. Bila bilirubin
terkonjugasi tinggi dan
tak terkonjugasi normal
atau rendah, maka hal ini
mengindikasikan blok
poshepar.
Skaning radionuklida
pada hepar membantu
menentukan fungsi sel
hepar dan menggantikan
sal-sel hepar aktif dengan
jaringan nonfungsi seperti
jaringan parut sekunder
terhadap Sirosis, tumor
dan abses.
Skaning CT adalah
pengamatan tambahan
yang membantu
menentukan space
occupying lesion di dalam
hepar, seperti tumor dan
abses. Skaning mungkin
lebih spesifik untuk
menemukan tumor tetapi
kurang bermanfaat
22
disbanding skaning
nuclide dalam
menentukan fungsi sel
hepar.
(Sumber : Hudak and Gallo, Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik 1990 :
392).
8. Asuhan Keperawatan Teoritis Gangguan Sistem Pencernaan : Hepatitis
Sebelum membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem pencernaan khususnya pada pasien hepatitis maka perlu diketahui
asuhan keperawatan dengan gangguan sistem pencernaan secara teoritis
sebagai pedoman Menurut , Marlynn E, 1999, hlm 534, pengkajian dengan
hepatitis adalah:
1. Pengkajian
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise umum
b. Sirkulasi
Tanda : Bradikardia ( hiperbilirubinemia berat), ikterik pada
sklera, kulit , membran mukosa
c. Eliminasi
23
Gejala : Urine gelap, diare/ konstipasi: feses warna tanah liat,
adanya/ berulangnya hemodialisa
d. Makanan/ cairan
Gejala : Hilang napsu makan (anoreksia), penurunan berat
badan atau meningkat (edema), mual, muntah
Tanda : Asites
e. Neurosensori
Tanda : Peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis
f. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan
atas, mialgia, artralgia, sakit kepala
Tanda : Otot tegang, gelisah
g. Pernapasan
Gejala : Tidak minat denggan merokok ( perokok)
h. Keamanan
Gejala : Adanya tranfusi darah/ produk darah
24
Tanda : Demam, urtikaria, lesi, makulopapular, eritema tak-
beraturan,ginekomastia ( kadang-kadang ada pada
hepatitis alkoholik), splenomegali, pembesaran
nodus servikal posterior
i. Seksualitas
Gejala : Pola hidup/ perilaku meningkatnya risiko terpajan
j. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Riwayat diketahui/ mungkin terpajar pada virus, bakteri
atau toksin ( makanan terkontaminasi, air, jarum,
alat bedah atau darah), terpajan pada kimia toksik
( contoh karbon tetraklorida, vinil klorida) obat
resep ( contoh sulfonamid, fenotiazid, isonazid),
pengggunaan alkohol, diabetes, GJK, atau penyakit
ginjal.
2. Diagnosa dan Rencana Keperawatan
Menurut Doengoes (2000), diagnosa keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem pencernaan (Hepatitis) adalah sebagai berikut :
a. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum, penurunan kekuatan/
ketahanan; nyeri,mengalami keterbatsan aktivitas, depresi
25
Tujuan dan Kriteria Hasil
1) Menunjukan teknik/ perilaku yang memampukan kembali melakukan
aktivitas
2) Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas
Intervensi Keperawatan
1) Tingkatkan tirah baring/ duduk,berikan lingkungan tenang; batasi
pengunjung sesuai keperluan
2) Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik
3) Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi,bantu melakukan latihan rentang
gerak sendi pasif/ aktif
4) Support penggunaan teknik manajemen stres, contoh relaksasi
progresif, visualisasi, bimbingan imajinasi
5) Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran hati
6) Beerikan obat sesuai indikasi: sedatif, agen, antiansietas, contoh
diazepam( Valium), Lorazepam ( Ativan).
26
b. Nutrisi, perubahan : kurang dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan
masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik: anoreksia,
mual/muntah
Tujuan dan Kriteria Hasil
1) Menunjukan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan/
mempertahankan berat badan yang sesuai
2) Menunjukan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan
nilai laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi
Intervensi Keperawatan
1) Awasi pemasukan diet/ jumlah kalori
2) Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering dan tawarkan
makan pagi paling besar
3) Berikan perawatan mulut sebelum makan
4) Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
5) Konsul pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan
diet sesuai kebutuhan pasien dengan masukan lemak dan protein
sesuai toleransi
6) Berikan obat sesuai indikas: vitamin B komplek, antasida
C. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d kehilangan
beerlebihan melalui muntah dan diare, perpindahan area ketiga (asites),
gangguan proses pembekuan
27
Tujuan dan Kriteria Hasil
1) Mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil,
turgor kulit baik, pengisian kapiler, nadi perifer kuat dan haluaran
urine individu sesuai
Intervensi Keperawatan
1) Awasi masukan dan haluaran, bandingkan dengan berat badan harian
2) Kaji tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler,turgor kulit dan
membran mukosa
3) Awasi nilai laboratorium, contoh Hb/Ht, albumin dan waktu
pembekuan
4) Berikan cairan IV (biasanya glukosa), elektrolit.)
d. Integritas kulit atau jaringan, kerusakan, resiko tinggi terhadap
berhubungan dengan zat kimia : garam empedu dalam jaringan.
Tujuan dan Kriteria Hasil
1) Menunjukan jaringan / kulit tubuh, bebas ekskoriasi
2) Melaporkan tak ada atau penurunan pruritus / lecet
Intervensi Keperawatan
1) Gunakan air mandi dingin dan soda kue / mandi kanji, sindari sabun
alkali, berikan minyak kalamin sesui indikasi.
28
2) Anjurkan melepaskan pakaian ketat, berikan seprai katut lembut.
3) Berikan masase pada waktu tidur.
4) Hindari komentar tentang penampilan pasien.
5) Berikan obat sesuai indikasi : anti histamin dan anti lipemik.
e. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi
Tujuan dan Kriteria Hasil
1) Menunjukkan volume cairan stabil
2) Berat badan stabil
3) Tanda vital dalam rentang normal
4) Tak ada edema dan asites
Intervensi Keperawatan
1) Ukur masukan dan haluaran. Catat keseimbangan positif. Timbang
berat badan tiap hari dan catat peningkatan lebih dari 0,5 kg/ hari
2) Awasi tanda- tanda vital
3) Ukur lingkar abdomen
4) Motivasi klien untuk tirah baring bila ada asites
5) Awasi albumin serum dan elektrolit (khususnya kalium dan natrium)
29
6) Batasi natrium dan cairan sesuai indikasi
7) Berikan obat sesuai indikasi: Diuretik, kalium
f. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis,
dan kebutuhan pengobatan b.d kurang terpajan/ mengingat; salah
interpretasi informasi
Tujuan dan Kriteria Hasil
1) Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan
2) Mengidentifikasi hubungan tanda/ gejala penyakit dan hubungan
gejala dengan faktor penyebab
3) Melakukan perubahan perilaku dan berpatisipasi pada pengobatan
Intervensi Keperawatan
1) Kaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan/ prognosis,
kemungkinan pilihan pengobatan
2) Berikan informasi khusus tentang pencegahan/ penularan penyakit
3) Bantu mengidentifikasi aktivitas pengalih
4) Support kesinambungan diet seimbang
5) Kaji ulang perlunya menghindari alkohol
30