7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Kanker
a. Definisi dan Patofisiologi Kanker
Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel
yang tidak terkendali secara normal yaitu multiplikasi dan menyebar
(PIN Dietetik II, 2005).
Pembelahan sel normal (A) menjedi sel rusak atau sel tua (2),
sel yang rusak mengalami apoptosis (1). Sel kanker (B) menghindari
apoptosis dan terus membelah diri, dapat dilihat pada gambar 1.
GAMBAR 1PERKEMBANGAN SEL NORMAL MENJADI SEL KANKER
Sumber : Wikipedia bahasa Indonesia, 2012
8
Dalam Wikipedia bahasa Indonesia (2012), yang dimaksud
kanker atau puru ayal atau neoplasma ganas adalah penyakit yang
ditandai dengan kelainan siklus sel khas yang mempunyai kemampuan
untuk tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi batas
normal), menyerang jaringan biologis didekatnya, dan berimigrasi ke
jaringan tubuh yang lain melalui sirkulasi darah atau sistem limfatik
yang disebut metastase. Kanker adalah kelas penyakit beragam yang
sangat berbeda penyebab dan biologisnya. Semua makhluk hidup atau
organisme dapat terkena kanker, seperti pada manusia, hewan maupun
pada tumbuhan.
Kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan perubahan sel normal
menjadi sel kanker adalah hyperplasia, dysplasia, dan neoplasia, dapat
dilihat pada gambar 2.
GAMBAR 2PERUBAHAN SEL NORMAL MENJADI SEL KANKER
Sumber : Wikipedia bahasa Indonesia, 2012
9
Sampai saat ini, penyebab penyakit kanker masih sulit
dijelaskan dengan pasti dan masih merupakan hipotesa. Dikatakan
bahwa penyebab penyakit kanker adalah multifaktorial, tetapi sering
dikaitkan dengan faktor lingkungan (polusi, bahan kimia, dan virus)
dan makanan yang mengandung zat karsinogen (PIN Dietetik II,
2005).
Hampir semua jenis kanker yang dikenal muncul secara
bertahap, baik saat kecacatan bertumpuk di dalam sel kanker maupun
pada sel anak-anaknya (lihat gambar mekanisme perkembangan sel
normal menjadi sel kanker). Setiap sel yang bereplikasi memiliki
kemungkinan cacat (mutasi), kecuali jika ada pencegahan dan
perbaikan kecacatan ditangani dengan baik. Kecacatan itu mungkin
tetap ada dan akan diwariskan ke sel anang (Daughter cell). Biasanya,
tubuh melakukan penjagaan terhadap kanker dengan berbagai cara atau
metode, seperti apoptosis, adanya molekul pembantu (polymerase
DNA), adanya penuaan sel (Senescense), dan lain-lain.
b. Penyebab Munculnya Sel Kanker
Makanan atau zat-zat gizi tertentu dalam makanan dapat
berperan pada tahap-tahap karsinogenis, seperti pada tahap inisiasi
sebagai inisiator maupun sebagai promotor pada tahap promosi, atau
dapat pula berperan sebagai inhibitor. Selain zat karsinogen yang dapat
memicu munculnya kanker, beberapa zat gizi lain dalam makanan juga
dapat mendorong munculnya kanker. Beberapa penelitian mengatakan
10
bahwa lemak dapat mendorong perkembangan kanker. Secara spesifik
asam linoleat, Omega-6 dari minyak nabati dapat mempercepat
perkembangan kanker pada binatang percobaan, tetapi Omega-3 dari
minyak ikan justru dapat menghambat perkembangan kanker (PIN
Dietetik II, 2005).
Makanan atau zat gizi dalam makanan selain dapat memicu
atau mendorong penyebaran kanker, makanan dapat juga mencegah
munculnya atau menghambat penyebaran kanker. Ada penelitian yang
membuktikan adanya keterkaitan antara rendahnya konsumsi sayuran
dan buah-buahan dengan terjadinya kanker kolon. Serat dalam sayur
dan buah-buahan membantu mempercepat transit time makanan dalam
kolon, sehingga dinding kolon tidak terlalu lama kontak dengan zat
karsinogen. Selain serat dalam sayur dan buah-buahan, protein dan zat
antioksidan juga dapat melindungi sel dari kerusakan dan kanker (PIN
Dietetik II, 2005).
Dalam Anonim (2012), sel kanker muncul karena adanya mutasi
sel normal yang disebabkan oleh zat – zat karsinogen. Zat Karsinogen
memicu terjadinya karsinogenesis. Karsinogenesis yaitu transformasi
sel normal menjadi sel kanker atau mutasi gen. Karsinogenesis ada 3
tahap, yaitu :
1) Tahap inisiasi, yaitu kontak pertama sel normal dengan zat
karsinogen yang menyebabkan sel normal menjadi sel ganas.
11
2) Tahap promosi, yaitu sel ganas membentuk klon melalui
pembelahan (poliferasi).
3) Tahap progresi, yaitu sel yang telah mengalami poliferasi
mendapatkan satu atau lebih karakteristik neoplasma ganas.
Sel kanker mempunyai beberapa karakteristik cara pertumbuhan
dan cara penyebarannya Dalam anonim (2012), menyebutkan
beberapa karakteristik sel kanker adalah sebagai berikut :
1) Growth Signal Autonomy
Sel kanker mampu memproduksi Growth Factor dan Growth
Factor Receptors sendiri utnuk pertumbuhan dan pembelahan.
Dalam pembelahannya, sel kanker tidak tergantung pada sinyal
pertumbuhan normal.
1) Evasion Growth Inhibitory Signals
Sel kanker tidak mengenal dan tidak merespon sinyal penghambat
pertumbuhan untuk istirahat.
2) Evasion of Apoptosis Signals
Sel kanker tidak mengenal mekanisme pengurangan jumlah sel
yang mengalami kerusakan DNA yang tidak bisa direparasi.
3) Unlimited Replicative Potential
Sel kanker mempunyai mekanisme untuk menjaga telomere tetap
panjang, sehingga tetap dapat membelah diri.
12
4) Angiogenesis ( Formation of Blood Vessels)
Sel kanker dapat membuat pembuluh darah baru disekitar
jaringannya. Pembentukan pembuluh darah baru ini bertujuan
untuk survival dan mengekspansi ke bagian lain dari tubuh
(metastase).
5) Invantion and Metastatis
Sel kanker dapat berpindah dari lokasi primernya ke lokasi
sekunder atau tersiernya.Ini merupakan factor utama penyebab
kematian.
c. Cara Penyebaran dan Klasifikasi Kanker
Cara penyebaran kanker dari satu organ tubuh ke organ tubuh
yang lainnya dapat melalui :
1) Rongga tubuh, seperti usus, ovarium, dan sebagainya.
2) Aliran Limfe
3) Aliran darah
Penyebaran melalui pembuluh darah merupakan hal yang paling
ditakuti, karena dapat menyebar ke seluruh bagian tubuh lain, baik
dekat maupun jauh.
Adapun Klasifikasi kanker menurut Wikipedia bahasa
Indoneisa (2012), pada umumnya dirujuk berdasarkan jenis organ atau
sel tempat terjadinya. Ada 4 klasifikasi kanker, yaitu :
13
1) Karsinoma
Kanker yang terjadi pada jaringan terluar atau terdalam dari
permukaan tubuh, seperti kulit, permukaan saluran gastro intestinal,
dan bagian dalam pembuluh darah.Contoh : kanker kulit, kanker
lambung, kanker tiroid, kanker testiskuler, dan sebagainya.
2) Sarkoma
- Kanker yang terjadi pada tulang, seperti osteosarkoma
- Kanker pada tulang rawan, seperti kondrosarkoma
- Kanker pada jaringan otot, seperti rabdomiosarkoma
- Kanker pada jaringan adipose
3) Leukimia
Kanker ynag terjadi akibat sel darah dalam sumsum tulang
belakang tidak matang dan cenderung berakumulasi di dalam
sirkulasi darah.
4) Limpoma
Kanker yang timbul dari nodus limfa dan jaringan dalam sistem
kekebalan tubuh.
d. Terapi Diit Tinggi Energi Tinggi Protein pada Penyakit Kanker
Bagi tubuh, protein berfungsi sebagai zat pertumbuhan dan
pemelihara jaringan tubuh, pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh,
mengatur keseimbangan air, memelihara netralitas tubuh, mengangkut
zat-zat gizi, serta berfungsi sebagai sumber tenaga atau sumber energi.
Jadi, bila tubuh kekurangan energi yang berasal dari lemak dan hidrat
14
arang, maka protein dapat berperan sebagai energi. Apabila keadaan
kekurangan energi dari lemak dan hidrat arang berlangsung terus-
menerus dalam jangka waktu relatife lama akan mengakibatkan PCM
(Protein Calori Malnutrition) atau KEP (Kurang Energi Protein).
Peningkatan kebutuhan gizi pada penderita kanker menurut
Wilkes (2000) disebabkan oleh (1) cedera pada sel serta jaringan yang
berhubungan dengan terapi seperti pembedahan, kemoterapi dan
radioterapi; (2) komplikasi terapi seperti infeksi; (3) keadaan
hipermetabolik; dan (4) penggunaan nutrien yang tidak efektif.
Peningkatan penggunaan protein dalam diit diperlukan untuk
perbaikan jaringan akibat luka pembedahan; pembentukan jaringan
untuk menggantikan sel berpoliferasi cepat yang rusak karena
kemoterapi, seperti sel mukosa gastrointestinal serta sel sumsum
tulang; dan mencegah katabolisme simpanan protein visceral dan
rangka.
Malnutrisi merupakan keadaan yang sering terjadi pada
penderita kanker. Keadaan ini dapat meningkatkan morbiditas dan
mortalitas serta kualitas hidup penderita, sehingga membutuhkan
nutrisi yang baik sebagai bagian dari terapi penderita kanker.
Malnutrisi pada penderita kanker disebabkan oleh kakeksia.
Karakteristik umum dari kakeksia yaitu anoreksia, keadaan mudah
kenyang, penurunan berat badan yang tidak dikehendaki, kehilangan
15
simpanan otot dan lemak, kelemahan, anemia, edema dan gangguan
kekebalan (Ottery,1994).
Prevalensi malnutrisi pada penderita kanker bervariasi menurut
jenis tumor, organ yang terlibat, stadium penyakit dan respon terhadap
pengobatan, disamping adanya penyakit penyerta, seperti diabetes
mellitus. Dari penelitian multisenter terhadap 12 jenis kanker dengan
prevalensi penurunan berat badan sebesar 33 – 40% untuk kanker
payudara, kanker darah dan sarcoma; 54 – 64% untuk kanker kolon,
kanker prostat dan kanker paru; dan >80% untuk kanker pancreas dan
lambung (Perkeni, 2006).
Dalam pamantauan di rumah sakit, sebagian besar
menunjukkan status nutrisi yang lebih jelek akibat efek samping dari
kemoterapi dan radioterapi.Pada penderita kanker rawat jalan juga
mengalami penurunan berat badan. Dari 186 penderita dengan
berbagai jenis tumor yang mendapat kemoterapi di klinik jalan
MSKCC (Memorial Sloan-Ketting CancerCenter), sebanyak 25%
mengalami penurunan berat badan (Perkeni, 2012).
1). Penentuan Status Gizi Penderita Kanker
Penentuan status gizi pada penderita kanker berdasarkan atas
anamnesa, yaitu meliputi :
16
a). Pemeriksaan fisik/klinis, meliputi :
- Keadaan umum, kulit kering, bersisik, dan atropi otot
mengecil (muscle wasting), adanya edema, penurunan
kekuatan otot, penurunan cadangan lemak.
- Rongga mulut, gigi, stomatitis.
- Perubahan berat badan, yaitu berat badan sebelum dan
berat badan akhir (dalam waktu ± 3 bulan). Penurunan berat
badan terakhir >10% menunjukkan adanya malnutrisi kalori
protein.
b). Pemeriksaan antropometri, meliputi :
- Pemeriksaan berat badan
Untuk mengetahui berat badan ideal sesorang dapat
menggunakan rumus Brocca, yaitu :
BBI = (TB – 100) – 10% (TB – 100)
Keterangan :
BBI : berat badan ideal (kg)
TB : tinggi badan (cm)
- Pengukuran rasio berat badan/tinggi badan
Untuk memantau status gizi orang dewasa yang berkaitan
dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, dapat
digunakan rumus Indeks Massa Tubuh (IMT).
Berat badan (kg)IMT = --------------------------
Tinggi badan (m²)
17
Dalam buku Penilaian Status Gizi (2001), kategori IMT
(Indek Massa Tubuh) dapat dilihat pada Tabel 1, berikut ini:
TABEL 1KATEGORI INDEK MASSA TUBUH
Kategori IMT- Kurus - Kekurangan BB tingkat
berat- Kekurangan BB tingkat
ringan
< 17,9
17,0 – 18,5
- Normal >18,5 – 25.0
- Gemuk- Kelebihan BB tingkat
ringan- Kelebihan BB tingkat
berat
>25,0 – 27,0
>27,0
Sumber : WHO, 2000
- Otot dan rangka lemak : LLA, Tebal lemak, ketebalan otot
lengan (Triceps Skinfold Thickness).
c). Pemeriksaan laboratorium/biokimia dalam buku Terapi Diet
dan Nutrisi (1997) , meliputi :
- Penentuan kadar protein serum : Albumin, Transferin,
Prealbumin, Hemoglobin.
- Sistem imun : tes sensitive kulit, hitung limfosit total,
leukosit.
- Keseimbangan nitrogen
- Fungsi saluran cerna, untuk mengetahui adanya malabsorpsi
zat gizi
2). Pemberian Terapi Diit
Dalam pemberian makanan atau nutrisi pada pasien kanker
masih banyak perbedaan pendapat. Ada yang menganjurkan diet
18
Tinggi Energi Tinggi Protei (TETP), kaya vitamin dan mineral.
Sebagian ada juga yang mengatakan pemberian energi dan protein
yang terbatas dapat mengurangi pemecahan sel-sel tumor.Akan
tetapi dengan adanya kemajuan pengobatan kanker dengan
kemoterapi yang dapat menghambat pemecahan sel-sel tumor,
maka pemberian makanan TETP untuk pasien kanker dapat
diterima.
a). Tujuan terapi diit
- Mempertahankan atau memperbaiki status gizi
- Mencegah penurunan berat badan yang berlebihan
- Mencegah timbulnya infeksi
- Memenuhi kecukupan nutrien
b). Syarat diit :
- Energi tinggi menurut Sunita Almatsir (2004), yaitu :
• Laki-laki :
36 kkal/kg BB/hari untuk pasien dengan keadaan
gizi cukup.
40 kkal/kg BB/hari untuk pasien dengan keadaan
gizi kurang.
• Perempuan :
32 kkal/kg BB/hari untuk pasien dengan keadaan
gizi cukup.
19
36 kkal/kg BB/hari untuk pasien dengan keadaan
gizi kurang.
- Protein tinggi menurut Tatik Mulyati dalam“Pelatihan
Perawatan Pasien Kemoterapi” ( 2003), yaitu :
• 1 – 1,5 gram/kg BB/hari untuk mempertahankan kondisi
tubuh yang baik.
• 1,5 – 2 gram/kg BB/hari bila banyak jaringan yang rusak.
- Vitamin dan mineral cukup.
- Porsi makan disesuaikan dengan keadaan pasien, porsi
besar diberikan bila nafsu makan baik.
- Konsistensi makanan tergantung keadaan dan kemampuan
pasien. Makanan cair dapat digunakan sebagai suplemen
untuk menambah asupan gizi.
3).Bahan Makanan Sumber Protein
Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang
baik, dalam jumlah maupun mutunya, seperti telur, susu, ikan,
daging, unggas dan kerang. Sumber protein nabati adalah kacang-
kacangan dan hasil olahannya, seperti tempe dan tahu, dan
sebagainya. Padi-padian dan hasil olahannya, relatif rendah dalam
protein, tetapi karena dimakan dalam jumlah banyak akan memberi
sumbangan besar terhadap konsumsi protein sehari (Almatsier,
2002).
20
Dalam merencanakan diit pada penderita kanker, kita harus
memperhatikan jumlah maupun mutu protein dalam makanan.
Protein hewani pada umumnya mempunyai susunan asam amino
yang paling sesuai untuk kebutuhan manusia. Dalam penelitian ini,
asupan protein pasien dihitung dari diit rumah sakit maupun
makanan dari luar.
e. Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda,
memperlambat, dan mencegah proses oksidasi lipid. Menurut Kochhar
dan Rossell (1990), antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau
mencegah terjadinya reaksi oksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipid.
1). Bahan Makanan Sumber Antioksidan
Sumber antioksidan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
antioksidan sintetik (antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa
reaksi kimia) dan antioksidan alami (antioksidan hasil ekstraksi
bahan alami).
Beberapa contoh antioksidan sintetik yang diijinkan
penggunaannya untuk makanan dan sering digunakan, yaitu Butil
Hidroksi Anisol (BHA), Butil Hidroksi Toluen (BHT), Propil Galat,
Tert-butil Hidroksi Quinon (TBHQ), dan Tokoferol. Antioksidan-
antioksidan tersebut merupakan antioksidan alami yang telah
diproduksi secara sintetis untuk tujuan komersial.
21
Menurut Pratt (1992), antioksidan alami di dalam makanan
dapat berasal dari (a) senyawa antioksidan yang sudah ada dari satu
atau dua komponen makanan, (b) senyawa antioksidan yang
terbentuk dari reaksi-reaksi selama proses pengolahan, (c) senyawa
antoksidan yang diisolasi dari sumber alami dan ditambahkan ke
makanan sebagai bahan tambahan pangan. Senyawa antioksidan
yang diisolasi dari sumber alami umumnya berasal dari tumbuhan.
Kingdom tumbuhan Angiosperm memiliki kira-kira 250000 sampai
300000 spesies, dan yang telah dikenal dan telah dijadikan bahan
pangan manusia sebanyak 400 spesies.Isolasi antioksidan alami
telah dilakukan dari tumbuhan yang dapat dimakan, tetapi tidak
selalu dari bagian tumbuhan yang dapat dimakan. Antioksidan
alami terbesar dibeberapa bagian tanaman, seperti pada kayu, kulit
kayu, akar, daun, buah, bunga, biji, dan serbuk sari.
Senyawa antioksi dan alami pada tumbuhan umumnya adalah
senyawa fenolik atau polifenolik yang berupa golongan flafonoid,
turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol, dan asam-asam organic
polifungsional. Golongan flavonoid yang mempunyai aktivitas
antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon, kateksin, dan
kalkon. Turunan asam sinamat meliputi asam kafeat, asam ferulat,
asam klorogenat, dan lain-lain (Anonim, 2012).
Senyawa antioksidan tersebut terdapat pada bahan makanan
yang banyak mengandung vitamin A, vitamin C atau vitamin E.
22
Selain itu, mineral Selenium dan Zink juga merupakan antioksidan
yang dapat mengurangi resiko kanker. Contoh bahan makanan
sumber vitamin A, seperti sayuran hijau, atau buah yang berwarna
kuning. Contoh bahan makanan sumber vitamin C, seperti jeruk,
tomat, stroberi, apel, sirsak, dan sebagainya. Contoh bahan makanan
sumber vitamin E, yaitu biji gandum, padi, minyak kacang, minyak
jagung, minyak biji kapas, kecambah, susu, daging, mentega, susu
dan sebagainya. Contoh bahan makanan sumber selenium, yaitu
makanan laut (kerang, udang, cumi-cumi, dan sebagainya), hati,
ginjal, daging dan unggas.Contoh bahan makanan sumber zink,
yaitu sayuran hijau, daging, ayam, ikan, telur, kacang-kacangan, dan
serelia tumbuk (Almatsier, 2002).
2). Mekanisme Kerja Antioksidan
Mekanisme kerja antioksidan mempunyai dua fungsi. Fungsi
pertama merupakan fungsi yang utama dari antioksidan, yaitu
sebagai pemberi atom hydrogen. Antioksidan (AH) disebut sebagai
antioksidan primer atau fungsi utama. Senyawa ini akan
memberikan atom hydrogen ke radikal lipida (R*, ROO*) atau
mengubahnya ke bentuk yang lebih stabil, sementara turunan
radikal antioksidan (A*) tersebut lebih stabil dibanding radikal
lipida. Fungsi kedua merupakan fungsi sekunder dari antioksidan,
yaitu memperlambat laju autooksidasi. Mekanisme kerjanya diluar
23
mekanisme pemutusan rantai autooksidasi dengan pengubahan
radikal lipida ke bentuk lebih stabil ( Anonim, 2012 ).
Menurut Gorgon(1990), penambahan antioksidan (AH)
primer dengan konsentrasi rendah pada lipida dapat menghambat
atau mencegah reaksi autooksidasi lemak dan minyak. Penambahan
tersebut dapat menghalangi reaksi oksidasi pada tahap inisiasi
maupun propagasi.Radikal-radikal antioksidan (A*) yang terbentuk
relatif stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk bereaksi
dengan molekul lipida lain untuk membentuk radikal lipida baru.
Reaksi penghambatan antioksidan primer terhadap radikal
lipida dapat dilihat pada gambar 3.
GAMBAR 3REAKSI ANTIOKSIDAN PRIMER DENGAN RADIKAL BEBAS
Inisiasi : R* + AH→ RH+ A*
Radikal lipida
Propagasi : ROO* + AH → ROOH + A*
Sumber : Anonim, Antioksidan dan Manfaatnya, 2012
Besar konsentrasi antioksidan yang ditambahkan dapat
mempengaruhi laju oksidasi. Pada konsentrasi tinggi, aktivitas
antioksidan grup fenolik sering lenyap, bahkan bisa terjadi
prooksidan. Pengaruh jumlah konsentrasi terhadap laju oksidasi
tergantung pada struktur antioksidan, kondisi dan sampel yang diuji.
Reaksi antioksidan sekunder bertidak sebagai prooksidan
pada konsentrasi tinggi dapat dilihat pada gambar 4.
24
GAMBAR 4REAKSI ANTIOKSIDAN SEKUNDER
AH + O₂ → A* + HOO*
AH + ROOH → RO* + H₂O + A*
Sumber : Anonim, Antioksidan dan Manfaatnya, 2012
3). Peranan Antioksidan pada Kanker
Proses penuaan dan penyakit degeneratife, seperti kanker,
kardiovaskuler, penyumbatan pembuluh darah yang meliputi
hiperlipidemik, arterosklerosis, stroke, dan tekanan darah tinggi
serta terganggunya sistem imun tubuh dapat disebabkan oleh stress
oksidatif. Stress oksidatif adalah keadaan tidak seimbangnya jumlah
oksidan dan prooksidan dalam tubuh. Pada kondisi ini, aktivitas
molekul radikal bebas atau Reactive Oxygen Species (ROS) dapat
menimbulkan kerusakan seluler dan genetika. Kekurangan zat gizi
terutama zat antioksidan dan adanya senyawa xenobiotik dari
makanan (zat karsinogen) atau lingkungan yang terpolusi akan
memperparah keadaan tersebut (Anonim, 2012).
Peran positif antioksidan terhadap penyakit kanker banyak
diteliti oleh ilmuwan. Banyak ilmuwan setuju bahwa penyakit ini
berawal dari mutasi gen atau DNA sel. Perubahan mutasi gen yang
disebabkan oleh mekanisme kesalahan replikasi dan kesalahan
genetika sebanyak 10 – 15%. Selain itu, dapat juga disebabkan oleh
faktor dari luar yang merubah struktur DNA, seperti virus, polusi,
25
radiasi, dan senyawa xenobiotik dari konsumsi pangan sebesar 80 –
85%. Radikal bebas dan reaksi oksidasi berantai yang dihasilkan
sangat berperan pada proses mutasi. Resiko ini dapat dikurangi
dengan mengkonsumsi antioksidan dalam jumlah yang cukup
(Anonim, 2012).
4). Manfaat Vitamin A Sebagai Antioksidan Bagi Kanker
Vitamin A merupakan salah satu vitamin yang larut lemak,
yang berperan penting dalam pembentukan sistem penglihatan.
Terdapat beberapa senyawa yang tergolong dalam kelompok
vitamin A, seperti retinol, retinil palmitat, dan retinil asetat. Secara
luas , vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan semua
retinoid dan prekursor/ provitamin A/ karotenoid yang mempunyai
aktivitas biologik sebagai retinol (Almatsir, 2002).
Vitamin A juga dapat melindungi tubuh dari infeksi
organisme asing, seperti bakteri patogen. Mekanisme pertahanan ini
termasuk kedalam system imun eksternal, karena berasal dari luar.
Vitamin ini akan meningkatkan aktivitas kerja dari sel darah putih
dan antibodi di dalam tubuh. Sehingga tubuh menjadi lebih resisten
terhadap senyawa toksin maupun terhadap serangan
mikroorganisme parasit, sepertibakteri patogen dan virus
(Wikipedia Bahasa Indonesia, 2012).
Beta karoten merupakan salah satu bentuk vitamin A yang
berfungsi sebagai antioksidan yang mampu menangkal radikal
26
bebas. Senyawa radikal bebas banyak berasal dari reaksi oksidasi di
dalam tubuh maupun dari polusi di lingkungan. Antioksidan di
dalam tubuh dapat mencegah kerusakan pada materi genetik ( DNA
dan RNA ) yang disababkan oleh radikal bebas, sehingga laju
mutasi dapat ditekan. Penurunan laju mutasi akan menurunkan
resiko pembentukan sel kanker dan pencegahan proses penuaan sel
kulit (Wikipedia Bahasa Indonesia, 2012).
Kebutuhan vitamin A berbeda menurut jenis kelamin dan
golongan umur. Angka Kecukupan Gizi ( AKG ) vitamin A yang
dianjurkan dapat dilihat pada Tabel 2.
TABEL 2ANGKA KECUKUPAN GIZI VITAMIN A
Jenis Kelamin Golongan Umur AKG(RE)
Pria 10-12 th13-15 th16-19 th20-45 th46-59 th≥60 th
500600700700700600
Wanita 10-12 th13-15 th16-19 th20-45 th46-59 th≥60 th
500500500500500500
Sumber : Prinsip Dasar Ilmu Gizi,2002
27
Vitamin A tahan terhadap panas cahaya dan alkali, tetapi
tidak tahan terhadap asam dan oksidasi. Pada cara memasak biasa
tidak banyak vitamin A yang hilang. Suhu tinggi saat menggoreng
dapat merusak vitamin A, begitupun dengan oksidasi pada minyak
yang tengik (Almatsir, 2002).
Sumber vitamin A banyak terdapat pada pangan hewani,
sedang karoten banyak terdapat dalam pangan nabati. Sumber
vitamin A pada bahan makanan hewani adalah hati, kuning telur,
susu, dan mentega. Sumber vitamin A pada bahan makanan nabati
adalah sayuran berwarna hijau tua, kuning, jingga, seperti :
kangkung, bayam, daun singkong, brokoli, wortel, labu kuning,
jagung kuning, tomat, dan sebagainya. Disamping pada sayuran,
vitamin A juga terdapat pada buah-buahan yang berwarna kuning,
jingg atau merah, seperti : papaya, semangka, jeruk, mangga masak,
dan sebagainya (Almatsir, 2002).
5). Manfaat Vitamin C Sebagai Antioksidan Bagi Kanker
Vitamin C merupakan antioksidan yang paling efektif dan
kuat, serta termasuk vitamin yang larut dalam air, sehingga vitamin
C tersebar diseluruh bagian tubuh.Vitamin C dipercaya oleh banyak
ahli sebagai unsur pelindung utama terhadap kanker lambung.
Kanker lambung adalah salah satu jenis kanker yang paling
berbahaya dan paling sulit dideteksi, dan sering kali sudah terlambat
ketika terdiagnosa (Robert Youngson, 2005).
28
Kebutuhan vitamin C akan meningkat pada kasus yang
mengalami infeksi, cedera, luka bakar, kelainan rematik dan setelah
pembedahan. Kadar vitamin C menurut AKG (Angka Kecukupan
Gizi) adalah 60 mg sehari, dan tubuh dapat menyimpan 1500 mg
vitamin C bila konsumsi mencapai 100 mg sehari (Almatsier, 2002).
Pada penderita kanker yang menjalani pembedahan atau
pengangkatan tumornya, menjalani kemoterapi dan radioterapi
sangat membutuhkan vitamin C yang sangat banyak untuk
penyembuhan luka atau infeksi paska bedah dan kerusakan sel
akibat kemoterapi dan radioterapi. Pada pasien kanker yang
mendapatkan pengobatan kanker juga sering mengalami sariawan
atau scurvy, sehingga membutuhkan asupan vitamin C yang tinggi
pula.
Kekurangan vitamin C akan menyebabkan penurunan
kekebalan tubuh, karena adanya perubahan pada fungsi imunitas
seluler dan kemampuan sel-sel neurofil serta makrofag untuk
membunuh bakteri (Chandra, 1990).
Vitamin C banyak terdapat pada bahan makanan nabati,
seperti jeruk, nanas, rambutan, pisang, apel, tomat, papaya, dan
sebagainya (Almatsir, 2002).
6). Manfaat Vitamin E Sebagai Antioksidan Bagi Kanker
Vitamin E adalah nama umum dari molekul tocopherol (α, β,
δ, dan γ) dan tocotrienol (α, β, δ, dan γ) yang mempunyai aktivitas
29
vitamin E dalam nutrisi. Kata “tocopherol” berasal dari bahasa
Yunani tocos yang artinya kelainan dan pherein berarti
menyebabkan. Vitamin E adalah vitamin yang larut lemak dan
dalam sebagian pelarut organik. Vitamin E berada di dalam lapisan
fosfolipida membran sel dan memegang peranan biologik utama
dalam melindungi asam lemak jenuh ganda dan komponen
membran sel lain dari oksidasi radikal bebas (Almatsir, 2002).
Beberapa manfaat Vitamin E bagi tubuh, yaitu : (a)
Meningkatkan daya tahan tubuh, membantu mengatasi stress,
meningkatkan kesuburan, meminimalkan resiko kanker dan
penyakit jantung koroner; (b) Kesehatan kulit, yaitu menjaga,
meningkatkan elasttisitas dan kelembapan kulit, mencegah proses
penuaan dini, melindungi kulit radiasi sinar ultraviolet, serta
mempercepat penyembuhan luka; (c) Sebagai antioksidan; dan (d)
Melindungi sel darah merah yang mengangkut oksigen ke seluruh
tubuh dari kerusakan (Wikipedia bahasa Indonesia, 2012).
Angka kecukupan vitamin E yang dianjurkan untuk berbagai
golongan umur dan jenis kelamin di Indonesia dapat dilihat pada
Tabel 3.
30
TABEL 3ANGKA KECUKUPAN GIZI VITAMIN E
Jenis Kelamin Golongan Umur AKG(mg/hr)
Pria 10-12 th13-15 th16-19 th20-45 th46-59 th≥60 th
101010101010
Wanita 10-12 th13-15 th16-19 th20-45 th46-59 th≥60 th
888888
Sumber : Prinsip Dasar Ilmu Gizi, 2002
Sumber vitamin E banyak terdapat pada minyak tumbuh-
tumbuhan, sayur dan buah-buahan. Contoh sumber dari minyak
tumbuhan: minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak jagung,
dan sebagainya. Vitamin E dapat rusak karena pemanasan
(penggorengan) dan oksidasi. Sumber vitamin E diutamakan dari
bahan makanan segar atau tidak terlalu mengalami pemrosesan.
Karena vitamin E tidak larut air, maka vitamin E tidak hilanh
selama dimasak dengan air (Almatsir, 2002).
2. Albumin
Albumin (bahasa Latin: albus, white) adalah istilah yang digunakan
untuk merujuk ke segala jenis proteinmonomer yang larut dalam air dan
larutan garam, dan mengalami koagulasi saat terpapar panas. Substansi
yang mengandung albumin, seperti putih telur, disebut albuminoid.
31
Pada manusia, albumin diproduksi oleh retikulum endoplasma di
dalam hati dalam bentuk prealbumin, kemudian oleh badan GolgI
disekresi memenuhi sekitar 60% jumlah serum darah dengan konsentrasi
antara 30 hingga 50 g/L dengan waktu paruh sekitar 20 hari. Sehingga
kalau kadar albumin menurun, maka penurunan ini menunjukkan bahwa
defisiensi protein sudah berlangsung lama dan berat (Dudak, 1993).
Prealbumin mempunyai waktu paruh 2 hari, sehingga lebih disukai.
Didalam tubuh albumin mempunyai beberapa fungsi yang utama,
yaitumemelihara tekanan onkotik (tekanan onkotik yang ditimbulkan oleh
albumin akan memelihara fungsi ginjal dan mengurangi edema pada
saluran pencernaan dan dimanfaatkan dengan metode hemodilusi untuk
menangani penderita serangan stroke akut); membawa hormon lain,
khususnya yang dapat larut dalam lemak; membawa asam lemak menuju
hati; membawa obat-obatan dan memperpendek waktu paruh obat
tersebut; membawa billirubin; mengikat ion Ca²+; sabagai larutan
penyangga; dan sebagai protein radang fase-akut negative (konsentrasi
albumin akan menurun sebagai pertanda fase akut respon kekebalan tubuh
setelah terjadi infeksi, namun bukan karena tubuh sedang dalam keadaan
kekurangan nutrisi).
Dalam buku yang berjudul Penuntun Diit, Sunita Almatsir (2004),
kadar albumin normal adalah 4 gr% - 5,2 gr%. Jika kadar albumin kurang
dari 3,4 gr% dinyatakan hipoalbumin atau pasien dengan resiko sedang.
Sedang kadar albumin normal menurut Maxwell (1981) adalah 3,5 – 5,0
32
gr/dl dan kadar ini dipertahankan oleh keseimbangan antara sintesis
albumin dalam hepar, distribusi serta penguraiannya.
Jika terjadi kekurangan kalori dan protein akibat kakeksia kanker,
pasokan asam amino dalam hati tidak dapat mencukupi, sehingga terjadi
penurunan kadar serum albumin. Penurunan kadar albumin memiliki
korelasi dengan kakeksia dan indikator mortalitas. Pada perawatan kanker,
komplikasi pascabedah ternyata 2,5 kali lebih sering pada pasien-pasien
dengan kadaralbumin serum < 3,0 gr/dl (Mullen et al, 1979).
1. Limfosit
Dalam buku Patofisiologi (1994), limfosit merupakan bagian dari
sel darah putih (leukosit) tanpa granula dalam sitoplasma. Sel darah putih
(leukosit) adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini
berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi
sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak
berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat
menembus dinding kapiler / diapedesis
Pembagian sel-sel darah dalam darah (silsilah) dapat dilihat pada
gambar 5 berikut ini :
33
GAMBAR 5PEMBAGIAN SEL-SEL DARAH
Sumber : Wikipedia bahasa Indonesia, 2012.
Limfosit lebih umum dalam sistem limfa. Dalam Wikipedia Bahasa
Indonesia (2012), darah mempunyai tiga jenis limfosit, yaitu sel B, sel T
dan sel natural killer:
a. Sel B : sel B membuat antibodi yang mengikat pathogen dan kemudian
menghancurkannya. Sel B tidak hanya membuat antibodi yang dapat
mengikat pathogen, tetapi juga dapat mempertahankan kemampuannya
dalam menghasilkan antibodi sebagai layanan sisitem memori.
b. Sel T , ada dua jenis :
- CD4+ atau sel pembantu, yaitu sel T yang mengkoordinir
tanggapan ketahanan (yang bertahan dalam infeksi HIV) dan
penting untuk menahan bakteri intraseluler.
- CD8+ atau sitotoksik, yaitu sel T yang membunuh sel yang
terinfeksi virus.
34
c. Sel Natural Killer (sel NK) atau sel pembunuh, yaitu sel yang dapat
membunuh sel tubuh yang tidak menunjukkan sinyal bahwa dia tidak
boleh dibunuh karena terinfeksi virus atau telah menjadi kanker.
Tipe, gambar dan komposisi limfosit dalam tubuh dapat dilihat
pada gambar 6, berikut ini :
GAMBAR 6TIPE, GAMBAR DAN KOMPOSISI LIMFOSIT DALAM TUBUH
TIPE GAMBAR DIAGRAM %DALAMTUBUH
MANUSIA
Limfosit
25%
Sumber : Wikipedia bahasa Indonesia, 2012
Kadar limfosit menggambarkan besarnya pertahanan tubuh dalam
melawan segala macam benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Ketika
kadar limfosit tidak normal atau turun, maka tubuh akan mudah terkena
berbagai macam penyakit infeksi dan aktivitas sel dalam sistem kekebalan
terhambat. Demikian juga pada penderita kanker, penurunan kadar limfosit
akan menimbulkan pengaruh yang merugikan pada fungsi kekebalan
tubuh. Pada pasien kanker lanjut memperlihatkan jumlah limfosit yang
rendah dan anergi.
35
Total leukosit normal adalah 4000/mm³ – 11000/mm³, sedang total
limfosit dalam keadaan normal adalah 22% - 40% dari total leukosit darah
(Laboratorium RS Roemani, 2012).
B. Kerangka Teori
C. Kerangka Konsep
AA
Asupan BahanMakananSumber
Vitamin A, Vitamin Cdan Vitamin E
• Kadar Albumin
• Kadar Limfosit
Asupan Protein
• Psikologis
• Pengobatan
• Jenis tumor
• Lokasi
kanker
• Stadium
Penyakit
• Penyakit
penyerta
Asupan diit
pasien kanker
energi
protein
karbohidrat
lemak
Vitamin danmineral (vitaminA, vitamin C dan
vitamin E)
Status gizi
pasien kanker
IMT
Kadar Hb
Kadaralbumin
Kadarleukosit
Kadarlimfosit
36
D. Hipotesis
1. Ada hubungan asupan protein dengan kadar albumin pasien kanker di
Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang.
2. Ada hubungan asupan protein dengan kadar limfosit pasien kanker di
Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang.
3. Ada hubungan asupan bahan makanan sumber vitamin A dengan kadar
albumin pasien kanker di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah
Semarang.
4. Ada hubungan asupan bahan makanan sumber vitamin A dengan kadar
limfosit pasien kanker di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah
Semarang.
5. Ada hubungan asupan bahan makanan sumber vitamin C dengan kadar
albumin pasien kanker di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah
Semarang.
6. Ada hubungan asupan bahan makanan sumber vitamin C dengan kadar
limfosit pasien kanker di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah
Semarang.
7. Ada hubungan asupan bahan makanan sumber vitamin E dengan kadar
albumin pasien kanker di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah
Semarang.
8. Ada hubungan asupan bahan makanan sumber vitamin E dengan kadar
limfosit pasien kanker di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah
Semarang.