Download - BAB II
BAB II
GEOLOGI
2.1 Fisiografi
Cekungan yang terdapat di Kalimantan Selatan yaitu Cekungan Barito dan
Cekungan Asam-asam. Cekungan Barito dan Cekungan Asam-asam ini
dipisahkan oleh Pegunungan Meratus. Pada bagian utara berbatasan dengan
Cekungan Kutai, yang dipisahkan oleh Sesar Andang. Sedangkan pada bagian
barat dibatasi oleh Paparan Sunda. Pada mulanya Cekungan Barito dan Cekungan
Asam-asam merupakan satu cekungan yang sama, hingga pada Miosen Awal
terjadi pengangkatan Pegunungan Meratus yang menyebabkan terpisahnya kedua
cekungan tersebut (Satyana, 1995).
Gambar 2.1 Letak cekungan Asam-asam (Rotinsulu dkk., 2006)
5
LOKASI TELITIAN
2.2 Struktur Geologi dan Tektonik Regional
Struktur geologi yang terdapat di Kalimantan Selatan adalah antiklin,
sinklin, sesar naik, sesar mendatar, dan sesar turun. Sumbu lipatan umumnya
berarah timurlaut-baratdaya dan umumnya sejajar dengan arah sesar normal.
Kegiatan tektonik daerah ini diduga telah berlangsung sejak Zaman Jura, yang
menyebabkan bercampurnya batuan ultramafik dan batuan malihan. Pada Zaman
Kapur Awal atau sebelumnya terjadi penerobosan granit dan diorit yang
menerobos batuan ultramafik dan batuan malihan. Pada akhir Kapur Awal
terbentuk Kelompok Alino yang sebagian merupakan olistostrom, diselingi
dengan kegiatan gunungapi Kelompok Pitanak. Pada awal Kapur kegiatan
tektonik menyebabkan tersesarkannya batuan ultramafik dan malihan ke atas
Kelompok Alino. Pada Kala Paleosen kegiatan tektonik menyebabkan
terangkatnya batuan Mesozoikum, disertai penerobosan batuan andesit
porfiri. Pada awal Eosen terendapkan Formasi Tanjung dalam lingkungan
paralas (Sikumbang dan Heryanto, 2009). Pada saat bersamaan Kompleks
Meratus telah ada, namun hanya berupa daerah yang sedikit lebih tinggi di bagian
cekungan dan diendapkan berupa lapisan sedimen yang lebih tipis dari
daerah sekitarnya (Hamilton, 1979). Pada Kala Oligosen terjadi genang laut
yang membentuk Formasi Berai. Kemudian pada Kala Miosen terjadi susut
laut yang membentuk Formasi Warukin (Sikumbang dan Heryanto, 2009).
Gerakan tektonik yang terakhir terjadi pada Kala Miosen yang
menyebabkan batuan yang tua terangkat membentuk Tinggian Meratus dan
melipat kuat batuan Tersier dan Pre-Tersier. Sejalan dengan itu terjadilah
pensesaran naik dan geser yang diikuti sesar turun dan pembentukan Formasi
Dahor pada Kala Pliosen. (Sikumbang dan Heryanto, 2009).
6
Gambar 2.2 Tektonik Regional Kalimantan Selatan
(Mudjiono dan Pireno, 2006)
Di Kalimantan Selatan terdapat dua cekungan besar, yaitu Cekungan
Barito dan Cekungan Asam-asam Dua cekungan ini dibatasi oleh Pegunungan
Meratus yang melintang dari utara ke barat daya. Cekungan Barito dan
Cekungan Kutai ini dipisahkan oleh sebuah sesar yang berarah timur-barat di
bagian utara dari Provinsi Kalimantan Selatan, sesar ini dikenal dengan
nama Sesar Adang (Mudjiono dan Pireno, 2006).
Regim struktur yang terjadi di Cekungan Barito adalah regim transpression
dan transtension.Struktur yang didapati adalah lipatan yang berarah utara
timur laut selatan
Barat daya (NNE-SSW) pada bagian utara cekungan. Sedangkan pada
Pegunungan Meratus terdapat sesar-sesar yang membawa basement. Sesar±
sesar ini ditandai dengan adanya drag atau fault bend fold dan sesar naik.
Sedangkan lipatan-lipatan yang terdapat di Pegunungan Meratus yaitu
dibagian utara pegunungan ini berarah utara timur laut - selatan barat daya
(NNE-SSW) dan yang berada di bagian selatan berarah utara-selatan.
Lipatan yang banyak ditemui berupa antiklin dan beberapa sinklin. Sesar-
sesar naik banyak terdapat pada daerah Pegunungan Meratus dengan arah
umum utara timur laut - selatan barat daya (NNE-SSW). Sesar-sesar mendatar
juga banyak ditemui di Pegunungan Meratus ini, umunya tidak terlalu panjang,
7
berbeda dengan sesar naik yang memiliki kemenerusan yang pajang. Sesar-sesar
mendatar umumnya berupa sesar mengiri dan berarah barat laut-tenggara
(Satyana, 2000).
2.3 Geologi daerah penelitian
Secara geografis, Kabupaten Kotabaru terletak antara 2020'–4056’ Lintang
Selatan dan 115029'–116030' Bujur Timur; sedangkan pembagian Grid Provinsi
terletak antara Grid AD–CH dan 34–57 dengan salib sumbu Grid pada koordinat
UTM X = 331.931 450.530 m dan Y = 9.453.901–9.744.170 m. Letak
Kabupaten Kotabaru di sebelah Tenggara Provinsi Kalimantan Selatan,
yang berbatasan dengan :
Sebelah Utara berbatasan Kabupaten Pasir, Kalimantan Timur,
Sebelah Barat berbatasan Kabupaten Balangan, Kabupaten Hulu
Sungai Tengah, Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah Laut,
Sebelah Selatan berbatasan Kabupaten Tanah Bumbu dan Laut
Jawa, Sebelah Timur berbatasan Selat Makassar.
Sebagian wilayahnya terdiri dari beberapa pulau dan sebagian lagi wilayah
daratan yang terletak di Pulau Kalimantan. Pulau-pulau besar dan kecil yang
dimiliki Kabupaten Kotabaru berjumlah 109 buah, di antaranya, yaitu: Pulau Laut,
Pulau Sebuku, Pulau Kerayaan, Pulau Kerumputan, Pulau Kerasian, Pulau
Marabatuan, Pulau Kunyit dan sebagainya. Secara administratif, Kabupaten
Kotabaru dibagi menjadi 20 kecamatan dan 201 Desa dan 5 kelurahan.
Litologi di daerah kunjungan secara berurutan terdiri dari serpentinite dan
batuan metasedimen yang merupakan anggota Formasi Manunggal dan Formasi
Alino. Formasi batuan ini merupakan dasar cekungan dari endapan batubara.
Ketebalan lapisan batubara ini berkisar antara 3 – 12 meter. Formasi Tanjung
ditutupi oleh Formasi Berai yang berumur Oligosen - Miosen terdiri atas batu
gamping, batu lempung, batu pasir, intrusi basal dan batu pasir vulkanik.
Kemiringan tanah dengan 4 kelas klasifikasi menunjukkan bahwa sebesar
43,05% wilayah Propinsi Kalimantan Selatan mempunyai kemiringan tanah 0-2
8
%. Rincian luas menurut kemiringan adalah sebagai berikut: Rincian luas menurut
kemiringan adalah sebagai berikut:
1. - 2% : 1.615.630 Ha (43,05%)
2. > 2 - 15% : 1.192.545 Ha (31,87%)
3. > 15 - 40% : 713.682 Ha (19,02%)
4. > 40% : 231.195 Ha (6, 16%)
Adapun luas wilayah Kalimantan Selatan menurut kelas ketinggian yang
dibagi menjadi 6 kelas ketinggian menunjukkan wilayah Kalimantan Selatan
sebagian besar berada pada kelas ketinggian 25-100 m di atas permukaan laut
yakni 31,29%.
Tanah di wilayah Propinsi Kalimantan Selatan sebagian besar berupa
hutan dengan rincian Hutan Lebat (780.319 Ha), Hutan belukar (377.774 ha), dan
hutan rawa (90.060 Ha), Hutan Sejenis (352.840 Ha) Tanah berupa semak/alang-
alang seluas 870.314 ha , berupa rumput (50.119), dan untuk lain lain (83.014).
Sedangkan penggunaan untuk sawah 413.107 ha, perkebunan 437.037 ha dan
untuk perkampungan 57,903 ha serta untuk Tegalan (48.612 Ha).
Daerah kunjungan berdasarkan bentuk dan kelerengannya, secara umum
dapat dibagi menjadi 3 (tiga) satuan morfologi yaitu Satuan Morfologi Pedataran,
Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang dan Satuan Morfologi Perbukitan
Memanjang.
Satuan Pedataran terletak di bagian timur dicirikan oleh daerah yang
relative datar dengan ketinggian dari berkisar dari 0 - 50 meter diatas permukaan
air laut. Sungai utama di daerah kunjungan adalah Sungai Santan mengalir dari
barat ke timur dengan stadium erosi digolongkan ke dalam stadium dewasa
ditandai dengan sungai yang lebar dan berkelok-kelok.
Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang dengan puncak membulat
memanjang dari utara ke selatan membelok ke timur dengan ketinggian berkisar
dari 50 – 150 meter diatas permukaan air laut, menempati bagian timur dan
tengah; ditandai dengan kemiringan lereng sekitar 30o. Secara umum pola aliran
yang dibentuk berupa pola aliran “dendritik” dengan torehan-torehan erosi
cukup dalam dan topografi di kanan - kiri sungai/lembah sangat curam. Ditempat
9
tertentu kadang-kadang nampak pola aliran “trellis” yang diperkirakan
dikontrol oleh struktur sesar.
2.4 Stratigrafi Regional
Cekungan yang terdapat di Kalimantan Selatan yaitu Cekungan Barito dan
Cekungan Asam-asam. Cekungan Barito dan Cekungan Asam-asam ini
dipisahkan oleh Pegunungan Meratus. Pada bagian utara berbatasan dengan
Cekungan Kutai, yang dipisahkan oleh Sesar Andang. Sedangkan pada bagian
barat dibatasi oleh Paparan Sunda. Pada mulanya Cekungan Barito dan Cekungan
Asam-asam merupakan satu cekungan yang sama, hingga pada Miosen Awal
terjadi pengangkatan Pegunungan Meratus yang menyebabkan terpisahnya kedua
cekungan tersebut (Satyana, 1995).
Stratigrafi daerah Kalimantan Selatan meliputi beberapa formasi, yaitu
Formasi Tanjung, Formasi Berai, Formasi Warukin, dan Formasi Dahor. Formasi
- formasi ini berumur Eosen sampai Pliosen (Gambar 2.3).
Formasi Tanjung, memiliki ciri litologi berupa batulempung karbonan dan
terdapat lapisan batubara dan diendapkan di atas basement Pre-Tersier. Formasi
Tanjung ini berumur pertengahan Miosen Awal sampai Miosen Akhir. Pada
bagian atas formasi ini terdapat endapan karbonat yang merupakan awal dari
terbentuknya Formasi Berai.
Formasi Berai, memiliki ciri litologi berupa endapan karbonat. Formasi ini
diendapkan secara selaras di atas Formasi Tanjung, tetapi pada beberapa bagian
terdapat hubungan yang menunjukkan adanya ketidakselarasan. Tetapi secara
umum formasi ini diendapkan selaras di atas Formasi Tanjung dan berumur
Oligosen Awal sampa Miosen Tengah.
Formasi Warukin, terdiri dari litologi batulempung karbonan, batupasir
karbonan, dan batubara. Formasi ini diendapakan secara selaras di atas Formasi
Berai. Formasi ini diendapkan pada Miosen Tengah hingga awal Miosen Akhir.
Formasi Dahor, memiliki litologi berupa batulempung pasiran, berumur Miosen
Akhir hingga Pliosen. Formasi ini diendapkan secara selaras di atas Formasi
Warukin (Final Report PT Arutmin Indonesia, 2010).
10
Gambar 2.3. Stratigrafi regional daerah PKP2B Asam-asam PT Arutmin
Indonesia
(Final Report PT Arutmin Indonesia, 2010)
11