1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan perencanaan gizi di Indonesia telah mulai dilakukan dari
Pelita I. Pada awal-awal pelaksanaannya perencanaan gizi dilandasi oleh
informasi yang sangat terbatas, berasal dari hasil-hasil penelitian di berbagai
daerah, sehingga sering menggambarkan keadaan yang kurang tepat bagi
seluruh wilayah Indonesia.
Didorong oleh permasalahan yang dihadapi terutama masalah rawan
pangan di berbagai daerah, memicu minat kalangan gizi di Indonesia untuk
mulai melakukan kegiatan-kegiatan kearah pengembangan suatu sistem
sesuai dengan kebutuhan dan situasi di Indonesia.
Pemerintah pun menganggap Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
(SKPG) penting dan sudah waktunya untuk dikembangkan untuk menunjang
usaha pembangunan yang semakin meningkat.
Prinsip-prinsip yang selanjutnya digunakan sebagai penuntun dalam
upaya pengembangan SKPG di Indonesia antara lain :
a. SKPG dikembangkan secara bertahap dengan memperhatikan tujuan-
tujuan SKPG yang hendak dicapai
b. Pengembangan SKPG dipusatkan pada salah satu masalah gizi yang
penting dan menjadi prioritas
c. Pengembangan SKPG semaksimal mungkin memanfaatkan apa yang
sudah ada, baik data maupun organisasi
Pendekatan yang digunakan untuk tujuan tersebut diatas dimulai
dengan menyusun suatu rencana usulan proyek pengembangan SKPG di
Indonesia pada tahun 1979 Proyek penelitian dan pengembangan SKPG
dilaksanakan di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat dan
2
Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah dengan dukungan dari Cornell University
Amerika Serikat. Dari pilot Proyek di Lombok Tengah dan Boyolali diperoleh
proses pengembangan sistem Isyarat Dini untuk Intervensi (SIDI), proyek ini
selanjutnya diaplikasikan di seluruh Indonesia.
Dalam perkembangan selanjutnya masalah pangan dan gizi dapat
terjadi setiap waktu dan tidak hanya tergantung pada kegagalan produksi.
Oleh karena itu dalam periode 1990–1997, SKPG dikembangkan dengan
lingkup yang lebih luas ke seluruh Indonesia, dengan komponen kegiatan
terdiri dari :
1. Sistem Isyarat Dini untuk Intervensi (SIDI)
2. Pemantauan Status Gizi, dan
3. Jejaring Informasi Pangan dan Gizi (JIPG)
Berbagai permasalahan tentang pangan dapat dipahami sebagai
keadaan yang meliputi kelebihan, kekurangan, ketidakmampuan rumah
tangga dalam memenuhi kebutuhan pangan. Penanganan masalah pangan
perlu mendapatkan fokus perhatian karena sangat terkait dengan upaya-
upaya pemenuhan hak azasi akan pangan bagi masyarakat dan
pembentukan sumberdaya manusia. Terwujudnya ketahanan pangan
dihasilkan oleh keterkaitan bebarapan aspek yaitu : (1) aspek ketersediaan,
(2) aspek distribusi, (3) aspek konsumsi.
Pembangunan ketahanan pangan memerlukan harmonisasi dari
pembangunan ketiga aspek tersebut. Pendekatan yang ditempuh dalam
membangun ketiga aspek tersebut adalah koordinasi pemberdayaan
masyarakat secara partisipatif.
Kondisi terpenuhi/tidak terpenuhinya ketersediaan pangan baik skala
rumah tangga, kabupaten/kota maupun lingkup yang lebih luas lagi akan
selalu mengalami dinamisasi dalam menghadapi tantangan dan
permasalahan, karena sangat dipengaruhi oleh kemampuan atau potensi
sumberdaya yang dimiliki dalam menghasilkan produksi untuk mendukung
3
ketersediaan pangan suatu daerah, kelancaran fasilitasi input produksi baik
yang disediakan oleh pemerintah maupun masyarakat. Hal yang demikian
ini dapat menjadikan suatu daerah yang secara agroklimat potensial
menjadi daerah rawan pangan.
Berbagai kondisi pemenuhan ketersediaan pangan dapat memberikan
gambaran yang komprehensif ada/tidaknya masalah pangan yang harus
dideteksi sedini mungkin dan diketahui penyebabnya, antara lain :
1. Besarnya kemampuan dan potensi suatu wilayah untuk menyediakan
pangan dari wilayah sendiri atau adanya pasokan dari luar tanpa
memperhatikan ketersediaan pangan yang sudah ada, sehingga
ketersediaan pangan menjadi berlebih.
2. Rendahnya kemampuan atau potensi sumberdaya suatu wilayah untuk
menyediakan pangan dari wilayahnya maupun memenuhi ketersediaan
pangan melalui pasokan sehingga ketersediaan pangan wilayah tidak
dapat memenuhi kebutuhan produk pangan yang dapat
mengakibatkan timbulnya kerawanan pangan.
3. Rendahnya akses fisik dan akses rumah tangga/individu untuk
memenuhi pangan yang cukup (ketidakmampuan rumah tangga/
individu) dalam memenuhi kebutuhan pangannya sehingga dapat
dimungkinkan terjadi kerawanan pangan.
Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan pendapatan dan mengatasi kerawanan pangan yang terjadi
di masyarakat. Kepedulian, keterbatasan kemampuan sumberdaya alam
dan sumberdaya manusia untuk melakukan upaya mengatasi kerawanan
pangaan yang ada di sekitarnya.
Kegiatan perencanaan gizi di Indonesia telah mulai dilakukan dari
Pelita I. Pada awal-awal pelaksanaannya perencanaan gizi dilandasi oleh
informasi yang sangat terbatas, berasal dari hasil-hasil penelitian di
berbagai daerah, sehingga sering menggambarkan keadaan yang kurang
tepat bagi seluruh wilayah Indonesia.
4
Didorong oleh permasalahan yang dihadapi terutama masalah rawan
pangan di berbagai daerah, memicu minat kalangan gizi di Indonesia untuk
mulai melakukan kegiatan-kegiatan ke arah pengembangan suatu sistem
sesuai dengan kebutuhan dan situasi di Indonesia. Pemerintah pun
menganggap Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) penting dan
sudah waktunya untuk dikembangkan untuk menunjang usaha
pembangunan yang semakin meningkat. Prinsip-prinsip yang selanjutnya
digunakan sebagai penuntun dalam upaya pengembangan SKPG di
Indonesia, antara lain: (a) SKPG dikembangkan secara bertahap dengan
memperhatikan tujuan SKPG yang hendak dicapai,(b) pengembangan SKPG
dipusatkan pada salah satu masalah gizi yang penting dan menjadi
prioritas, (c) pengembangan SKPG semaksimal mungkin memanfaatkan apa
yang sudah ada, baik data maupun organisasi.
Pendekatan yang digunakan untuk tujuan tersebut di atas dimulai
dengan menyusun suatu rencana usulan proyek pengembangan SKPG di In-
donesia pada tahun 1979. Proyek penelitian dan pengembangan SKPG
dilaksanakan di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat dan
Kabupaten Boyolali,Jawa Tengah dengan dukungan dari Cornell University
Amerika Serikat. Dari pilot proyek di Lombok Tengah dan Boyolali diperoleh
proses pengembangan Sistem Isyarat Dini untuk Intervensi (SIDI). Pilot
proyek ini selanjutnya diaplikasikan di seluruh Indonesia.
Dalam perkembangan selanjutnya masalah pangan dan gizi dapat
terjadi setiap waktu dan tidak hanya tergantung pada kegagalan produksi.
Oleh karena itu dalam periode 1990-1997 SKPG dikembangkan dengan
lingkup yang lebih luas ke seluruh Indonesia, dengan komponen kegiatan
terdiri dari: (1) Sistem Isyarat Dini untuk Intervensi (SIDI), (2) Pemantauan
Status Gizi, dan (3) Jejaring Informasi Pangan dan Gizi (JIPG).
SKPG sampai saat ini masih dirasakan sangat penting sebagaimana
dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
5
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten dan Kota, dimana sebagian
aspek-aspek penanganan kerawanan pangan merupakan urusan daerah.
Pemerintahan Provinsi mempunyai kewajiban:
1. Pencegahan dan pengendalian masalah pangan akibat menurunnya
ketersediaan pangan di daerah karena berbagai sebab;
2. Pencegahan dan penanggulangan masalah pangan sebagai akibat
menurunya mutu, gizi dan keamanan pangan;
3. Peningkatan dan pencegahan penurunan akses pangan masyarakat;
4. Penanganan dan pengendalian kerawanan pangan.
Pemerintahan Kabupaten/Kota mempunyai kewajiban penanganan urusan
ketahanan pangan yang terkait dengan SKPG seperti:
1. Melakukan identifikasi kelompok rawan pangan;
2. Melakukan penanganan penyaluran pangan untuk kelompok rawan
pangan tingkat kabupaten;
3. Melakukan pencegahan dan pengendalian, serta penanggulangan
masalah pangan sebagai akibat penurunan akses pangan, mutu, gizi,
ketersediaan dan keamanan pangan;
4. Melakukan pengumpulan dan analisis informasi ketahanan pangan
kabupaten untuk penyusunan kebijakan ketahanan pangan tingkat
provinsi dan nasional.
B. Tujuan
1. Mewaspadai timbulnya ancaman kerawanan pangan, kelaparan dan
gizi buruk dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan dan gizi
penduduk Jawa Tengah.
2. Sebagai dasar untuk mengetahui situasi pangan dan gizi di suatu
daerah.
3. Mencegah dan menanggulangi kejadian kelaparan dan gizi buruk.
C. Sasaran
Pemetaan dan peramalan situasi pangan dan gizi di Provinsi Jawa Tengah.
6
D. Keluaran
1. Tersedianya informasi situasi pangan dan gizi tahunan
2. Tersedianya informasi hasil investigasi daerah yang diindikasikan
rawan pangan
3. Tersusunnya rekomendasi kebijakan dan pelaksanaan intervensi bagi
penanganan kerawanan pangan dan gizi
4. Tersedianya laporan dan rekomendasi kebijakan dan perencanaan
program yang berkaitan dengan pangan dan gizi.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan SKPG terdiri dari pengumpulan, pemrosesan,
penyimpanan, analisis, dan penyebaran informasi situasi pangan dan gizi
serta investigasi mendalam (indepth investigation) bagi Kabupaten dan
Kecamatan yang diindikasikan akan terjadi kerawanan pangan dan gizi.
Hasil analisis SKPG dapat dimanfaatkan sebagai bahan perumusan
kebijakan, perencanaan, penentuan intervensi atau tindakan dalam
penanganan kerawanan pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan
pangan di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.
7
BAB II GAMBARAN UMUM SITUASI PANGAN DAN GIZI
2.1. Ketersediaan Pangan
2.1.1. Produksi Padi
Tanam padi di Jawa Tengah tahun 2014 seluas 1.874.375 ha dengan
luas puso 41.812 ha sehingga diperoleh luas panen 1.800.908 ha
dengan produksi 9.648.104 ton menurun 6,73 % dibanding tahun
2013 sebesar 10.344.816 ha.
Tabel 1 : Produksi Padi di Jawa Tengah Tahun 2014 No Kabupaten/Kota Luas Tanam
(Ha) Luas Puso
(Ha) Luas Panen
(Ha) Produksi
(Ha)
1 Cilacap 141.718 1.239 132.074 697.918
2 Banyumas 65.792 1.081 63.831 316.917
3 Purbalingga 34.841 94 36.149 174.031
4 Banjarnegara 26.167 89 25.684 147.391
5 Kebumen 91.418 630 80.248 447.306
6 Purworejo 54.106 92 55.526 298.341
7 Wonosobo 29.201 3 30.528 152.321
8 Magelang 57.159 6 57.579 334.987
9 Boyolali 51.678 85 49.781 266.490
10 Klaten 63.575 189 63.751 344.548
11 Sukoharjo 48.576 24 49.028 310.276
12 Wonogiri 90.722 88 74.672 395.043
13 Karanganyar 49.174 739 46.671 289.381
14 Sragen 103.174 535 100.061 584.627
15 Grobogan 118.508 540 113.540 579.076
16 Blora 80.769 13 82.732 424.436
17 Rembang 42.992 2.131 39.673 182.545
18 Pati 104.489 11.690 92.559 497.070
19 Kudus 26.510 5.661 21.682 129.088
20 Jepara 47.427 7.519 38.833 204.011
21 Demak 100.215 3.488 96.675 566.627
22 Semarang 39.340 196 38.510 218.529
23 Temanggung 25.425 35 27.156 161.625
24 Kendal 45.842 1.784 43.616 235.580
25 Batang 39.306 268 42.007 178.492
26 Pekalongan 42.229 1.609 42.604 172.078
27 Pemalang 80.163 1.533 82.961 421.639
28 Tegal 62.412 120 60.649 297.206
29 Brebes 99.308 133 99.756 571.508
8
No Kabupaten/Kota Luas Tanam (Ha)
Luas Puso (Ha)
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ha)
30 Kota Magelang 528 0 523 3.043
31 Kota Surakarta 209 0 185 956
32 Kota Salatiga 1.287 0 1.328 7.652
33 Kota Semarang 7.717 8 7.808 25.490
34 Kota Pekalongan 1.524 82 1.882 8.305
35 Kota Tegal 874 108 646 3.569
Jawa Tengah 1.874.375 41.812 1.800.908 9.648.104
Sumber data :: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah, Atap 2014
2.1.2. Produksi Jagung
Tanam jagung di Jawa Tengah tahun 2014 seluas 554.237 ha dan
tidak terjadi puso sehingga diperoleh luas panen 538.102 ha dengan
produksi 3.051.516 ton meningkat 4,11 % dibanding tahun 2013
sebesar 2.930.911 ton.
Tabel 2 : Produksi Jagung di Jawa Tengah Tahun 2014
No Kabupaten/Kota Luas Tanam (Ha)
Luas Puso (Ha)
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ha)
1 Cilacap 3.285 0 2.682 15.278
2 Banyumas 3.711 0 2.683 14.220
3 Purbalingga 5.758 0 5.861 31.801
4 Banjarnegara 14.079 0 14.167 78.990
5 Kebumen 4.607 0 4.221 23.415
6 Purworejo 2.542 0 2.381 14.935
7 Wonosobo 24.644 0 24.461 97.420
8 Magelang 10.276 0 10.970 59.356
9 Boyolali 28.791 0 26.933 136.434
10 Klaten 11.188 0 11.178 82.935
11 Sukoharjo 2.296 0 2.210 18.498
12 Wonogiri 54.749 0 53.078 304.048
13 Karanganyar 5.744 0 5.001 35.295
14 Sragen 15.827 0 15.323 97.011
15 Grobogan 105.589 0 105.447 590.776
16 Blora 51.501 0 47.199 244.815
17 Rembang 31.615 0 26.948 128.385
18 Pati 19.734 0 20.751 126.411
19 Kudus 2.959 0 2.792 17.064
20 Jepara 6.140 0 6.752 52.162
21 Demak 27.467 0 26.082 192.156
22 Semarang 13.074 0 13.589 71.486
9
No Kabupaten/Kota Luas Tanam (Ha)
Luas Puso (Ha)
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ha)
23 Temanggung 21.450 0 22.865 104.530
24 Kendal 32.541 0 31.607 214.637
25 Batang 8.356 0 8.395 49.761
26 Pekalongan 2.027 0 1.936 8.558
27 Pemalang 7.896 0 8.179 27.764
28 Tegal 16.854 0 15.790 99.963
29 Brebes 18.800 0 17.799 111.333
30 Kota Magelang 0 0 0 0
31 Kota Surakarta 0 0 0 0
32 Kota Salatiga 200 0 196 514
33 Kota Semarang 537 0 626 1.566
34 Kota Pekalongan 0 0 0 0
35 Kota Tegal 0 0 0 0
Jawa Tengah 554.237 0 538.102 3.051.516
Sumber data :: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah, Atap 2014..
2.1.3. Produksi Ubi Kayu
Tanam Ubi kayu di Jawa Tengah tahun 2014 seluas 152.634 ha
dengan luas puso 2 ha sehingga diperoleh luas panen 153.201 ha
dengan produksi 3.977.810 ton turun 2,73 % dibanding tahun 2013
sebesar 4.089.635 ton.
Tabel 3 : Produksi Ubi Kayu di Jawa Tengah Tahun 2014. No Kabupaten/Kota Luas Tanam
(Ha) Luas Puso
(Ha) Luas Panen
(Ha) Produksi
(Ha)
1 Cilacap 4.393 0 4.381 113.015
2 Banyumas 3.655 0 2.987 43.050
3 Purbalingga 2.767 0 3.304 93.285
4 Banjarnegara 7.481 0 8.400 204.511
5 Kebumen 6.536 0 5.436 124.660
6 Purworejo 4.371 1 5.489 142.144
7 Wonosobo 5.465 0 6.880 256.687
8 Magelang 1.839 0 2.070 85.421
9 Boyolali 4.508 0 5.057 94.322
10 Klaten 951 0 698 14.701
11 Sukoharjo 1.360 0 1.600 27.864
12 Wonogiri 52.305 0 51.656 1.041.880
13 Karanganyar 3.988 0 4.324 127.873
14 Sragen 2.252 0 2.491 44.738
15 Grobogan 1.375 0 1.272 28.187
10
No Kabupaten/Kota Luas Tanam (Ha)
Luas Puso (Ha)
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ha)
16 Blora 1.468 0 2.482 68.517
17 Rembang 7.422 0 4.815 129.330
18 Pati 18.544 0 17.871 744.746
19 Kudus 1.362 0 1.488 34.122
20 Jepara 9.423 0 9.073 305.105
21 Demak 392 0 428 9.406
22 Semarang 1.900 0 1.822 34.812
23 Temanggung 2.288 0 1.739 52.638
24 Kendal 571 0 694 21.208
25 Batang 1.474 1 1.825 47.454
26 Pekalongan 434 0 504 7.861
27 Pemalang 1.117 0 1.415 26.044
28 Tegal 479 0 517 12.092
29 Brebes 1.991 0 1.872 27.860
30 Kota Magelang 3 0 2 29
31 Kota Surakarta 8 0 9 121
32 Kota Salatiga 133 0 180 6.474
33 Kota Semarang 379 0 420 7.652
34 Kota Pekalongan 0 0 0 0
35 Kota Tegal 0 0 0 0
Jawa Tengah 152.634 2 153.201 3.977.810
Sumber data :: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah, Atap 2014
2.1.4. Produksi Ubi Jalar
Tanam Ubi Jalar di Jawa Tengah tahun 2014 seluas 7.881 ha dengan
luas puso 51 ha sehingga diperoleh luas panen 9.053 ha dengan
produksi 179.394 ton turun 2,34 % dibanding tahun 2013 sebesar
183.694 ton.
Tabel 4 : Produksi Ubi Jalar di Jawa Tengah Tahun 2014
No Kabupaten/Kota Luas Tanam (Ha)
Luas Puso (Ha)
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ha)
1 Cilacap 255 0 253 3.408
2 Banyumas 212 1 205 2.098
3 Purbalingga 95 0 131 2.274
4 Banjarnegara 67 0 51 653
5 Kebumen 53 0 63 1.059
6 Purworejo 127 0 128 1.149
11
No Kabupaten/Kota Luas Tanam (Ha)
Luas Puso (Ha)
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ha)
7 Wonosobo 957 0 999 20.164
8 Magelang 1.051 0 1.154 28.354
9 Boyolali 47 0 48 639
10 Klaten 32 0 108 1.155
11 Sukoharjo 3 0 13 173
12 Wonogiri 61 0 70 1.158
13 Karanganyar 666 2 860 23.882
14 Sragen 0 0 7 83
15 Grobogan 50 0 56 727
16 Blora 142 0 134 2.253
17 Rembang 405 0 510 6.568
18 Pati 141 0 140 2.122
19 Kudus 38 0 52 522
20 Jepara 141 0 157 2.773
21 Demak 172 42 300 2.735
22 Semarang 1.136 0 1.186 19.903
23 Temanggung 199 0 251 4.324
24 Kendal 235 0 286 5.154
25 Batang 870 0 1.192 36.979
26 Pekalongan 123 0 119 1.294
27 Pemalang 271 6 222 2.910
28 Tegal 143 0 155 1.583
29 Brebes 180 0 190 3.116
30 Kota Magelang 0 0 0 0
31 Kota Surakarta 0 0 0 0
32 Kota Salatiga 2 0 2 28
33 Kota Semarang 7 0 11 154
34 Kota Pekalongan 0 0 0 0
35 Kota Tegal 0 0 0 0
Jawa Tengah 7.881 51 9.053 179.394
Sumber data :: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah, Atap 2014.
12
2.1.2. Konsumsi Pangan
Tabel 5 : Angka kecukupan energi Jawa Tengah Tahun 2014
No. Kelompok Pangan
AKG Ideal
AKG Tahun 2014
Kecukupan Energi Aktual
Kkal/kap/hr Kkal/kap/hr (%)
1 Padi-padian 1000 1.001,12 100
2 Umbi-umbian 120 88,28 73,57
3 Pangan Hewani 240 179,59 74,83
4 Minyak & lemak 200 256,65 100
5 Buah/biji berminyak 60 54,86 91,43
6 Kacang-kacangan 100 223,45 100
7 Gula 100 71,61 71,61
8 Sayur & buah 120 115,29 96,06
9 Lain-lain 60 13,66 -
Jawa Tengah 2.000 2004,50
Sumber data : Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah
Tabel 6 : Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Jawa Tengah Tahun 2014
No. Kelompok Pangan PPH Ideal PPH tahun 2014
1 Padi-padian 25 25
2 Umbi-umbian 2,5 2,21
3 Pangan Hewani 24 17,96
4 Minyak dan lemak 5 5
5 Buah/biji berminyak 1 1
6 Kacang-kacangan 10 10
7 Gula 2,5 1,79
8 Sayur dan buah 30 28,82
9 Lain-lain - -
Jawa Tengah 100 91,78 Sumber data : Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah
2.1.3. Cadangan Pangan
Balai Pengadaan Cadangan Pangan (BPCP) Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Tengah sebagai mengelola Cadangan Pangan
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, dari penyediaan 333.493 kg GKG
setara 195.438 kg beras tahun 2014 telah terdistribusikan untuk
13
penanganan kerawanan pangan transien sebesar 136.930 kg GKG
setara 77.500 kg beras sehingga sisa stok awal tahun 2015 sebesar
196.563 kg GKG setara 117.938 kg beras.
Tabel 7 : Stok dan Distribusi Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014.
No Urian Gabah (Kg)
Setara Beras (Kg)
Uraian Kejadian
Tanggal Pengiriman
1 Kab Grobogan 3.400 2.000 Banjir 09 Januari 2014
2 Kota Pekalongan 1.700 1.000 Banjir 20 Januari 2014
3 Kab Jepara 3.450 2.000 Banjir 22 Januari 2014
4 Kab Kudus 3.450 2.000 Banjir 22 Januari 2014
5 Kabupaten Pati 1.700 1.000 Banjir 22 Januari 2014
6 Kota Semarang 3.450 2.000 Banjir 24 Januari 2014
7 Kab Pekalongan 25.850 15.000 Banjir 28 Januari 2014
8 Kab Kendal 5.150 3.000 Angin barat 28 Januari 2014
9 Kab Demak 8.600 5.000 Banjir 29 Januari 2014
10 Kota Semarang 3.450 2.000 Banjir 30 Januari 2014
11 Kab Pemalang 5.150 3.000 Banjir 30 Januari 2014
12 Kab Batang 1.700 1.000 Banjir 10 Pebruari 2014
13 Kab Pekalongan 7.700 4.500 Banjir 10 Pebruari 2014
14 Kota Pekalongan 1.700 1.000 Banjir 2 April 2014
15 Kab Pemalang 1.700 1.000 Banjir 2 April 2014
16 Kab Pekalongan 1.700 1.000 Banjir 2 April 2014
17 Kab Magelang 9.000 5.000 Puting beliung 14 Nopember 2014
18 Kab Semarang 6.400 3.500 Gagal panen 8 Desember 2014
19 Kab Banjarnegara 15.500 8.500 Tanah longsor 13 Desember 2014
20 Kab Pekalongan 7.300 4.000 Rob 30 Desember 2014
21 Kab Cilacap 18.000 10.000 Banjir 31 Desember 2014
Penyusutan dan tercecer 880
- 31 Desember 2014
Jumlah Distribusi 136.930 77.500
Sisa Stock 196.563 117.938
Sumber data : Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah
14
2.2. Akses Pangan
2.1. Perkembangan Harga Pangan komoditas utama dan strategis
Tabel 8 : Harga rata-rata Komoditas Pangan Tahun 2014 di Jateng
Bulan Beras Jagung Ubi
kayu Ubi
Jalar Gula
Minyak Goreng
Ayam Telur
Januari 8.163 4.012 2.148 2.862 10.659 11.170
26.733
16.344
Pebruari 8.198 3.944 2.170 2.868 10.622 11.194
26.540
16.229
Maret 8.169 3.948 2.816 2.861 10.646 11.323
26.557
15.960
April 8.146 4.069 2.147 2.766 10.442 12.080
25.314
15.593
Mei 8.170 4.160 2.197 2.780 10.413 12.099
26.009
16.352
Juni 8.134 4.244 2.262 2.717 10.348 12.079
27.567
16.938
Juli 8.245 4.205 2.197 2.785 10.304 11.961
28.293
17.369
Agustus 8.251 4.167 2.212 2.809 10.229 11.872
28.822
17.248
September 8.285 4.151 2.251 2.834 10.217 11.767
28.566
17.146
Oktober 8.295 4.167 2.265 2.853 10.209 11.760
28.216
16.964
Nopember 8.120 3.970 2.178 2.743 10.866 11.181
26.686
15.451
Desember 8.395 4.051 2.254 2.865 10.394 11.303
26.929
16.693
Rata-rata 8.214 4.091 2.258 2.812 10.446 11.649
27.186
16.524
Max 8.395 4.244 2.816 2.868 10.866 12.099
28.822
17.369
Min 8.120 3.944 2.147 2.717 10.209 11.170
25.314
15.451
Sumber data : Enumerator harga Kabupaten/Kota, diolah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah.
Secara makro harga komoditas pangan strategis Beras, jagung, Ubi kayu,
Ubi jalar, Gula pasir, Daging sapi, Daging Ayam ras, Telur ayam ras adalah
aman terkendali terlihat dari realisasi CV (koefisien variasi) masih
dibawah target CV. Untuk komoditas Ubi kayu merupakan komoditas
mengalami fluktusi harga di Jawa Tengah terlihat dari realisasi CV sebesar
8, lebih tinggi dibanding target CV sebesar 5.
Perkembangan harga konsumen untuk komoditas pangan strategis di Jawa
Tengah dapat dilihat pada gambar grafik berikut :
15
Gambar 1 : Harga Beras Tahun 2014 di Jawa Tengah
Sumber data : Enumerator Harga Pangan Kab/Kota, diolah BKP Prov Jateng.
Gambar 2 : Harga Jagung Tahun 2014 di Jawa Tengah
Sumber data : Enumerator Harga Pangan Kab/Kota, diolah BKP Prov Jateng.
Gambar 3 : Harga Ubi Kayu Tahun 2014 di Jawa Tengah
Sumber data : Enumerator Harga Pangan Kab/Kota, diolah BKP Prov Jateng.
16
Gambar 4 : Harga Ubi Jalar Tahun 2014 di Jawa Tengah
Sumber data : Enumerator Harga Pangan Kab/Kota, diolah BKP Prov Jateng.
Gambar 5 : Harga Gula Pasir Tahun 2014 di Jawa Tengah
Sumber data : Enumerator Harga Pangan Kab/Kota, diolah BKP Prov Jateng.
Gambar 6 : Harga Minyak Goreng Tahun 2014 di Jawa Tengah
Sumber data : Enumerator Harga Pangan Kab/Kota, diolah BKP Prov Jateng.
17
Gambar 7 : Harga Daging Ayam Ras Tahun 2014 di Jawa Tengah
Sumber data : Enumerator Harga Pangan Kab/Kota, diolah BKP Prov Jateng.
Gambar 8 : Harga Telur Ayam Ras Tahun 2014 di Jawa Tengah
Sumber data : Enumerator Harga Pangan Kab/Kota, diolah BKP Prov Jateng.
2.2. Jumlah Penduduk
Aspek akses pangan dinilai dengan pendekatan prosentase KK pra
KS dan KSI alasan ekonomi berdasarkan data setahun terakhir yang
dikeluarkan oleh Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional Provinsi Jawa Tengah (Tahun 2014) diperoleh bahwa
Penduduk Jawa Tengah tahun 2014 sebesar 35.087.032 jiwa, meningkat
0,52 % dibanding tahun 2013 sebesar 34.906.679 jiwa. Pertumbuhan
penduduk terbesar pada kabupaten Semarang 6,29% dan Pati 4,35%.
18
Tabel 9 : Jumlah penduduk Jawa Tengah Tahun 2014 dibanding Tahun 2013.
No Kabupaten /Kota Tahun 2013 (Jiwa) Tahun 2014 (Jiwa)
Peningkatan/ penurunan
1 Cilacap 1.881.423 1.892.650 0,60%
2 Banyumas 1.627.274 1.674.786 2,92%
3 Purbalingga 947.182 955.814 0,91%
4 Banjarnegara 977.619 985.981 0,86%
5 Kebumen 1.209.141 1.241.165 2,65%
6 Purworejo 768.156 763.131 -0,65%
7 Wonosobo 833.053 843.645 1,27%
8 Magelang 1.216.539 1.225.742 0,76%
9 Boyolali 946.111 978.108 3,38%
10 Klaten 1.233.953 1.246.135 0,99%
11 Sukoharjo 901.944 907.876 0,66%
12 Wonogiri 1.099.977 1.058.149 -3,80%
13 Karanganyar 875.893 867.684 -0,94%
14 Sragen 902.734 884.080 -2,07%
15 Grobogan 1.453.170 1.479.737 1,83%
16 Blora 959.180 981.969 2,38%
17 Rembang 615.685 592.598 -3,75%
18 Pati 1.284.707 1.340.549 4,35%
19 Kudus 801.820 820.953 2,39%
20 Jepara 1.127.861 907.888 -19,50%
21 Demak 1.210.217 1.227.951 1,47%
22 Semarang 913.101 970.562 6,29%
23 Temanggung 731.294 745.649 1,96%
24 Kendal 973.011 988.748 1,62%
25 Batang 784.086 793.479 1,20%
26 Pekalongan 942.571 954.548 1,27%
27 Pemalang 1.459.399 1.487.184 1,90%
28 Tegal 1.597.187 1.608.290 0,70%
29 Brebes 1.939.385 1.996.460 2,94%
30 Kota Magelang 112.425 110.769 -1,47%
31 Kota Surakarta 413.777 398.926 -3,59%
32 Kota Salatiga 191.806 195.448 1,90%
33 Kota Semarang 1.437.347 1.438.961 0,11%
34 Kota Pekalongan 289.465 282.713 -2,33%
35 Kota Tegal 248.186 238.704 -3,82%
Jawa Tengah 34.906.679 35.087.032 0,52%
Sumber data : Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Jawa Tengah
19
Gambar 9 : Grafik sebaran penduduk Jawa Tengah Tahun 2015
Jumlah jiwa dalam keluarga menurut komposisi umur adalah sebagai
berikut :
Usia 0 - <1 tahun (bayi) tercatat 510.881 jiwa (1,46%)
Usia 1 - <5 tahun tercatat 1.987.540 jiwa (5,66%)
Usia 5 - <10 tahun tercatat 3.174.738 jiwa (9,05%)
Usia 7 – 15 tahun tercatat 5.369.984 jiwa (15,3%)
Usia 10 - <25 tahun tercatat 7.625.256 jiwa (21,73%)
Usia 25 - <60 tahun tercatat 18.407.346 jiwa (52,46%)
Usia 60 tahun keatas tercatat 3.381.471 jiwa (9,64%)
20
Dari 10.185.469 KK, dirinci menurut jenis kelamin, sebagai berikut :
Kepala keluarga laki-laki sebanyak 8.887.382 atau 87,26%
Kepala keluarga perempuan sebanyak 1.298.087 atau 12,74%.
Kepala Keluarga berdasarkan status pekerjaan, yang bekerja sebanyak
9.281.756 atau 91,13%. Sedangkan yang tidak bekerja 903.713 atau
8,8%.
2.3. Aspek Keluarga Sejahtera
Berdasarkan pendataan keluarga tahun 2014 dari jumlah keluarga sebanyak
10.185.469 dapat dikelompokkan Kepala Keluarga (KK) sebagai berikut :
Gambar 10 : Komposisi Keluarga Sejahtera di Jawa Tengah Tahun 2014
2.3.1. Jumlah Keluarga Pra sejahtera
Jumlah keluarga Pra Sejahtera tahun 2014 sebanyak 2.659.070 KK
atau 26,11 % dari jumlah keluarga yang ada sebanyak 10.185.469.
Jumlah keluarga pra sejahtera tersebut apabila dibandingkan dengan
kondisi tahun 2013 sebanyak 2.724.692 KK. Terjadi penurunan
keluarga pra sejahtera sebanyak 65.622 KK (2,4 %).
21
2.3.2. Jumlah Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I)
Jumlah Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I) tahun 2014 sebanyak
2.108.289 KK atau 20,70 % dari jumlah yang ada sebanyak 10.185.469.
Jumlah tersebut apabila dibandingkan dengan kondisi tahun 2013
sebanyak 2.003.596 sehingga terjadi kenaikan sebanyak 104.693 KK
atau mencapai sebesar 5,23%.
2.3.3. Jumlah Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II)
Jumlah Sejahtera Tahap II (KS II) tahun 2014 sebanyak 2.383.519 KK
atau mencapai sebesar 23,4% dari jumlah keluarga yang ada sebanyak
10.185.469. Jumlah tersebut apabila dibandingkan dengan kondisi
tahun 2013 sebanyak 2.273.481 KK sehingga terjadi kenaikan
sebanyak 110.038 KK atau mencapai sebesar 4,84%.
2.3.4. Jumlah Keluarga Sejahtera tahap III (KS III)
Jumlah Sejahtera Tahap III (KS III) tahun 2014 sebanyak 2.584.723 KK
atau mencapai sebesar 25,38% dari jumlah keluarga yang ada
sebanyak 10.185.469. Jumlah tersebut apabila dibandingkan dengan
kondisi tahun 2013 sebanyak 2.589.542 KK sehingga terjadi
penurunan sebanyak 4.819 KK atau mencapai sebesar 0,19%.
2.3.5. Jumlah Keluarga Sejahtera tahap III Plus (KS III+)
Jumlah Sejahtera Tahap III Plus (KS III+) tahun 2014 sebanyak
449.868 KK atau mencapai sebesar 4,42% dari jumlah keluarga yang
ada sebanyak 10.185.469. Jumlah tersebut apabila dibandingkan
dengan kondisi tahun 2013 sebanyak 433.167 KK sehingga terjadi
kenaikan sebanyak 4.819 KK atau mencapai sebesar 3,86%.
22
Tabel 10 : Jumlah Keluarga Miskin Tahun 2014 di Jawa Tengah
No Kabupaten/Kota Jumlah Keluarga
KK Pra
Sejahtera
KK Sejahtera I
Jumlah KK Miskin
%
1 Cilacap 519.850 130.794 134.269 265.063 50,99
2 Banyumas 484.416 109.299 95.772 205.071 42,33
3 Purbalingga 287.939 71.844 58.112 129.956 45,13
4 Banjarnegara 286.266 70.726 68.977 139.703 48,80
5 Kebumen 357.854 92.777 74.842 167.619 46,84
6 Purworejo 222.238 53.630 44.073 97.703 43,96
7 Wonosobo 245.916 54.274 51.244 105.518 42,91
8 Magelang 353.720 92.743 63.378 156.121 44,14
9 Boyolali 296.675 98.895 48.399 147.294 49,65
10 Klaten 364.056 65.271 75.559 140.830 38,68
11 Sukoharjo 242.714 47.453 52.798 100.251 41,30
12 Wonogiri 328.187 49.781 60.509 110.290 33,61
13 Karanganyar 253.155 29.256 24.719 53.975 21,32
14 Sragen 262.073 65.618 89.457 155.075 59,17
15 Grobogan 453.269 272.242 57.381 329.623 72,72
16 Blora 288.146 121.764 73.741 195.505 67,85
17 Rembang 183.978 75.268 29.166 104.434 56,76
18 Pati 420.626 137.055 83.179 220.234 52,36
19 Kudus 229.168 23.231 40.904 64.135 27,99
20 Jepara 279.235 69.154 92.323 161.477 57,83
21 Demak 355.791 127.691 82.897 210.588 59,19
22 Semarang 297.193 76.407 67.873 144.280 48,55
23 Temanggung 224.509 53.866 28.814 82.680 36,83
24 Kendal 290.467 100.536 41.980 142.516 49,06
25 Batang 230.134 77.247 53.051 130.298 56,62
26 Pekalongan 259.047 52.352 60.523 112.875 43,57
27 Pemalang 400.915 121.145 90.032 211.177 52,67
28 Tegal 432.575 79.146 92.563 171.709 39,69
29 Brebes 554.163 152.265 126.567 278.832 50,32
30 Kota Magelang 33.571 4.860 6.769 11.629 34,64
31 Kota Surakarta 122.925 10.259 22.108 32.367 26,33
32 Kota Salatiga 62.398 6.926 8.741 15.667 25,11
33 Kota Semarang 415.526 41.788 74.932 116.720 28,09
34 Kota Pekalongan 77.061 11.712 14.971 26.683 34,63
35 Kota Tegal 69.713 11.795 17.666 29.461 42,26
Jawa Tengah 10.185.469 2.659.070 2.108.289 4.767.359 46,81
Sumber data : Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Jawa Tengah
23
2.3. Pemanfaatan Pangan
2.3.1. Status gizi balita
Dari 1.557.022 balita yang ditimbang pada tahun 2013, status gizi buruk
12.141 balita (0,78%), gizi kurang 87.372 balita (5,61%), gizi normal
1.435.633 balita (92,20%) dan gizi lebih 21.876 balita (1,4%).
Tabel 11 : Status Gizi Balita Tahun 2013 di Jawa Tengah.
No Kab /Kota Balita
Ditimbang
Balita Gizi
Buruk
% Balita Gizi
Kurang
%
1 Cilacap 137.495 429 0,31 2.359 1,72
2 Banyumas 15.451 155 1,00 1.208 7,82
3 Purbalingga 56.992 434 0,76 1.736 3,05
4 Banjarnegara 51.776 198 0,38 240 0,46
5 Kebumen 72.587 21 0,03 314 0,43
6 Purworejo 46.259 370 0,80 3.511 7,59
7 Wonosobo 9.727 48 0,49 751 7,72
8 Magelang 17.877 76 0,43 1.389 7,77
9 Boyolali 36.813 310 0,84 1.978 5,37
10 Klaten 7.800 67 0,86 594 7,62
11 Sukoharjo 51.540 275 0,53 2.194 4,26
12 Wonogiri 10.169 100 0,98 2.033 19,99
13 Karanganyar 11.767 61 0,52 3.309 28,12
14 Sragen 59.495 287 0,48 1.712 2,88
15 Grobogan 6.016 104 1,73 811 13,48
16 Blora 52.415 765 1,46 4.374 8,34
17 Rembang 70.605 289 0,41 3.432 4,86
18 Pati 77.341 522 0,67 5.348 6,91
19 Kudus 58.188 445 0,76 2.177 3,74
20 Jepara 61.997 1.394 2,25 7.269 11,72
21 Demak 27.100 373 1,38 2.558 9,44
22 Semarang 66.370 629 0,95 3.960 5,97
23 Temanggung 50.197 451 0,90 6.770 13,49
24 Kendal 60.077 562 0,94 2.117 3,52
25 Batang 16.800 238 1,42 1.749 10,41
26 Pekalongan 53.465 48 0,09 277 0,52
27 Pemalang 28.131 644 2,29 4.623 16,43
28 Tegal 80.694 981 1,22 4.750 5,89
29 Brebes 89.056 674 0,76 6.257 7,03
30 Kota Magelang 5.795 45 0,78 498 8,59
31 Kota Surakarta 29.448 105 0,36 1.096 3,72
32 Kota Salatiga 9.125 56 0,61 196 2,15
24
No Kab /Kota Balita
Ditimbang
Balita Gizi
Buruk
% Balita Gizi
Kurang
%
33 Kota Semarang 86.516 95 0,11 801 0,93
34 Kota Pekalongan 18.246 476 2,61 1.831 10,04
35 Kota Tegal 23.692 414 1,75 3.150 13,30
Jawa Tengah 1.557.022 12.141 0,78 87.372 5,61
Sumber data : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
2.3.2. Kasus gizi buruk
Kejadian Luar Biasa Gizi Buruk di Jawa Tengah tahun 2012 pada
awal tahun sejumlah 1.370 anak dan telah ditangani oleh Dinas
Kesehatan sehingga sembuh 383 anak, meninggal 15 dan lain-lain
(pindah tempat tinggal) 9 anak sehingga sisa kasus Gizi buruk akhir
Desember 2013 masih 963 anak.
Tabel 12 : Kasus dan Penanganan Gizi Buruk Tahun 2013 di Jawa Tengah
No Kabupaten / Kota
Kasus Gizi Buruk (BB/TB)
Meninggal Sembuh Lain-lain
Sisa Kasus
1 Cilacap 145 0 33 0 112
2 Banyumas 33 0 5 0 28
3 Purbalingga 22 0 1 0 21
4 Banjarnegara 39 0 9 0 30
5 Kebumen 22 1 0 0 21
6 Purworejo 76 0 28 0 48
7 Wonosobo 15 0 4 0 11
8 Magelang 33 0 6 0 27
9 Boyolali 11 0 0 1 10
10 Klaten 14 0 3 0 11
11 Sukoharjo 18 0 6 0 12
12 Wonogiri 56 0 9 0 47
13 Karanganyar 38 2 27 1 8
14 Sragen 10 0 1 0 9
15 Grobogan 22 0 7 0 15
16 Blora 60 1 8 0 51
17 Rembang 47 1 7 0 39
18 Pati 32 0 5 0 27
19 Kudus 31 1 20 0 10
20 Jepara 162 2 105 0 55
21 Demak 23 0 6 0 17
22 Semarang 26 0 5 0 21
23 Temanggung 23 0 7 0 16
25
No Kabupaten / Kota
Kasus Gizi Buruk (BB/TB)
Meninggal Sembuh Lain-lain
Sisa Kasus
24 Kendal 29 0 6 0 23
25 Batang 44 0 13 0 31
26 Pekalongan 48 0 0 0 48
27 Pemalang 32 0 0 0 32
28 Tegal 82 2 8 0 72
29 Brebes 103 0 20 7 76
30 Kota Magelang 6 0 2 0 4
31 Kota Surakarta 0 0 0 0 0
32 Kota Salatiga 6 0 0 0 6
33 Kota Semarang 49 5 31 0 13
34 Kota Pekalongan 8 0 1 0 7
35 Kota Tegal 5 0 0 0 5
Jawa Tengah 1.370 15 383 9 963
Sumber data : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
26
BAB III
METODE SKPG
3.1. Pengertian dan Ruang Lingkup SKPG
a. Pengertian
1). Kerawanan Pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan
yang dialami daerah, masyarakat atau rumah tangga, pada waktu
tertentu untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi
pertumbuhan dan kesehatan masyarakat.
2). Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) adalah suatu
sistem pendeteksian dan pengelolaan informasi tentang situasi
pangan dan gizi yang berjalan terus menerus. Informasi yang
dihasilkan menjadi dasar perencanaan, penentuan kebijakan,
koordinasi program, dan kegiatan penanggulangan rawan pangan
dan gizi.
3). Rawan Pangan Kronis adalah ketidakmampuan rumah tangga
untuk memenuhi standar minimum kebutuhan pangan anggotanya
pada periode yang lama karena keterbatasan kepemilikan lahan,
asset produktif dan kekurangan pendapatan.
4). Rawan Pangan Transien adalah suatu keadaan rawan pangan
yang bersifat mendadak dan sementara, yang disebabkan oleh
perbuatan manusia (penebangan liar yang menyebabkan banjir atau
karena konflik sosial), maupun karena alam berupa berbagai musibah
yang tidak dapat diduga sebelumnya, seperti: bencana alam (gempa
bumi, tanah longsor, gunung meletus, banjir bandang, tsunami).
a. Transien Berat: apabila dampak bencana berpengaruh
terhadap kondisi sosial ekonomi lebih dari 30 persen penduduk
suatu wilayah.
b. Transien Ringan: apabila dampak bencana berpengaruh
terhadap kondisi sosial ekonomi kurang dari 10-30 persen
penduduk suatu wilayah.
27
5). Keadaan Darurat Pangan (Rawan Pangan Transien Berat)
adalah keadaan kritis, tidak menentu yang mengancam situasi
pangan masyarakat yang memerlukan tindakan serba cepat dan
tepat diluar prosedur biasa. Keadaan darurat terjadi karena peristiwa
bencana alam, paceklik yang hebat, dan sebagainya yang terjadi
diluar kemampuan manusia untuk mencegah atau menghindarinya
meskipun dapat diperkirakan (Peraturan Pemerintah Nomor 68
Tahun 2002).
6). Investigasi adalah kegiatan peninjauan ke tempat kejadian rawan
pangan untuk melihat langsung dan melakukan cross check terhadap
kejadian rawan pangan dan gizi, sekaligus mengumpulkan data dan
informasi guna mengidentifikasi permasalahan, sasaran penerima
manfaat, serta jenis bantuan yang diperlukan.
7). Intervensi adalah tindakan yang dilakukan oleh pemerintah
bersama-sama masyarakat dalam menanggulangi kejadian rawan
pangan transien maupun kronis, untuk mengatasi masyarakat yang
mengalami rawan pangan sesuai dengan kebutuhannya secara tepat
dan cepat.
8). Sasaran penerima manfaat adalah masyarakat yang terindikasi
rawan pangan transien atau kronis yang ditetapkan berdasarkan hasil
rekomendasi dari Tim Investigasi.
9). Berdasarkan waktu pelaksanaan, recovery permasalahan, dan hasil
tindakan, mengatasi permasalahan rawan pangan yang dihadapi
masyarakat maka intervensi dibedakan menjadi:
a. Intervensi Jangka Pendek/Tanggap Darurat adalah suatu
kegiatan penanganan daerah rawan pangan bersifat segera.
b. Intervensi Jangka Menengah adalah suatu kegiatan
penanganan daerah rawan pangan yang dilakukan dalam kurun
waktu 3 (tiga) hingga 6 (enam) bulan.
c. Intervensi Jangka Panjang adalah suatu kegiatan
penanganan daerah rawan pangan yang dilakukan dalam kurun
waktu di atas 6 (enam) bulan.
28
10). Sistem Pengendalian Intern (SPI) dapat diartikan antara lain:
pengawasan intern, lembaga, organisasi, pemerintah daerah,
pemantauan pengendalian intern, dengan maksud dan tujuan
mendukung peningkatan kinerja, transparansi, akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara, dan pengamanan aset negara.
11). Monitoring (Pemantauan) adalah kegiatan mengamati
perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan, mengidentifikasi
serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan/atau akan timbul
untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin atau suatu proses
mengukur, mencatat, mengumpulkan, memproses/ mempelajari,
mengawasi, dan mengkomunikasikan informasi untuk membantu
pengambilan keputusan, yang dilakukan secara terus menerus dan
berkala di setiap tingkatan agar program/kegiatan dapat berjalan
sesuai dengan rencana atau pengamatan secara kontinyu mengenai
penggunaan input untuk melaksanakan kegiatan, pencapaian hasil,
dan dampak proyek.
12). Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi
masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap
rencana dan standar atau proses penilaian secara sistematik, reguler,
dan obyektif mengenai relevansi, kinerja dan keberhasilan
program/proyek yang sedang berjalan dan sudah diselesaikan.
13). Pelaporan adalah bentuk penyampaian informasi mengenai
hasil pelaksanaan program/kegiatan yang dituangkan ke dalam
formulir yang telah ditentukan secara berkala dan sesuai dengan
petunjuk pengisiannya atau dalam konteks partisipatif merupakan
kegiatan yang direncanakan dan sistematis tentang data yang
diproses, ditransformasikan ke dalam format yang disepakati, dan
didistribusikan kepada pengguna untuk memuaskan kebutuhan
informasi mereka.
29
14). Pengendalian adalah serangkaian kegiatan manajemen yang
dimaksudkan untuk menjamin agar suatu program/kegiatan yang
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau salah satu
bentuk pengawasan internal, yang memungkinkan untuk melakukan
intervensi pencegahan dan penanggulangan terhadap temuan yang
menyimpang pada pelaksanaan program/proyek.
b. Ruang Lingkup SKPG
Ruang lingkup kegiatan SKPG terdiri dari pengumpulan, pemrosesan,
penyimpanan, analisis, dan penyebaran informasi situasi pangan dan gizi
serta investigasi mendalam (indepth investigation) bagi desa yang
diindikasikan akan terjadi kerawanan pangan dan gizi. Hasil analisis SKPG
dapat dimanfaatkan sebagai bahan perumusan kebijakan, perencanaan,
penentuan intervensi atau tindakan dalam penanganan kerawanan pangan
dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan baik di tingkat nasional,
propinsi maupun di tingkat kabupaten.
3.2. Organisasi Pelaksana SKPG (Lampirkan SK Tim SKPG)
Provinsi membentuk Pokja/Tim SKPG yang berada dibawah koordinasi
Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah dengan susunan Pokja/
Tim minimal sebagai berikut:
1. Sekretaris: Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah
2. Anggota terdiri dari perwakilan-perwakilan instansi terkait lingkup
Provinsi Jawa Tengah, antara lain:
- Bappeda Provinsi Jawa Tengah
- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi
Jawa Tengah
- Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa
Tengah
- Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
- Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah
30
Tugas umum pokja SKPG di tingkat provinsi antara lain:
a. Menemukenali secara dini dan merespon kemungkinan timbulnya
masalah pangan dan gizi
b. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan dan intervensi penanganan
rawan pangan dan gizi.
c. Menggalang kerjasama dengan berbagai institusi termasuk kalangan
swasta serta lembaga swadaya masyarakat dalam implementasi
rencana tindak lanjut dan intervensi penanggulangan kerawanan
pangan dan gizi.
Secara khusus tugas Pokja/Tim SKPG di tingkat provinsi antara lain:
a. Melakukan pertemuan-pertemuan koordinasi teknis konsolidasi data
dan informasi pangan dan gizi secara regular (bulanan dan tahunan).
b. Menyusun peringkat kabupaten berdasarkan laporan SKPG kabupaten
c. Melakukan pengolahan dan analisis data bulanan dan tahunan
berdasarkan laporan SKPG kabupaten
d. Menyusun laporan situasi pangan dan gizi bulanan dan tahunan.
e. Melaporkan hasil analisa bulanan dan tahunan kepada Ketua Dewan
Ketahanan Pangan Provinsi dan Tim Pokja pangan dan Gizi Tingkat
Pusat.
f. Melakukan investigasi kedalaman masalah pangan dan gizi
berdasarkan hasil analisis bulanan dan merumuskan langkah-langkah
intervensi.
31
T
idak
Y
a
T
idak
3.3. Mekanisme Kerja Kegiatan SKPG
Gambar 11 : Analisis SKPG Dalam Rangka Penanganan Kerawanan Pangan
Pemantauan
/ analisis
SKPG tetap
dilanjutkan
DATA BULANAN DAN
TAHUNAN SKPG
(Ketersediaan, Akses, dan
Pemanfaatan Pangan)
DATA DIKUMPULKAN,
DIOLAH, DAN DIANALISIS
Apakah terdapat
permasalahan pada:
Ketersediaan? Akses?; dan
Pemanfaatan Pangan?
HASIL
ANALISIS SKPG
Terindikasi Rawan
Pangan
Intervensi Non Pangan
(jenis intervensi non pangan yang
sesuai dan memungkinkan untuk
diberikan, sasaran, waktu
intervensi, durasi, skala
intervensi, target intervensi, pelaksanaan)
Dilakukan
Investigasi
Apakah permasalahan yang timbul
telah sampai pada tahap
membutuhkan upaya penanganan
intervensi ?
Intervensi Pangan
(jenis intervensi pangan yang
sesuai dan memungkinkan untuk
diberikan, sasaran, waktu
intervensi, durasi, skala
intervensi, target intervensi, pelaksanaan)
Jenis intervensi yang
bagaimana yang diperlukan?
Dipantau/
monitoring
situasi
pangan dan
gizi
32
BAB IV
HASIL PELAKSANAAN SKPG
4.1. Analisis Situasi Pangan dan Gizi Bulanan Tahun 2014
Analisis SKPG bulanan dapat menggambarkan bagaimana kondisi
kerawanan pangan suatu daerah dari bulan ke bulan selama satu tahun.
Untuk tahun 2014 lebih merata warna merahnya dipengaruhi oleh adanya
pergeseran waktu tanam dan peningkatan harga pangan yang cukup
signifikan (daging ayam dan telur) serta balita yang melakukan
penimbangan secara rutin masih dibawah 90 %.
Tabel 14 : Skor komposit bulanan tahun 2014
No Kabupaten / Kota Jan Peb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nop Des
1 Cilacap 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2 Banyumas 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 Purbalingga 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
4 Banjarnegara 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
5 Kebumen 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
6 Purworejo 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
7 Wonosobo 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
8 Magelang 1 1 1 3 3 2 1 3 1 3 3 2
9 Boyolali 3 3 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1
10 Klaten 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3
11 Sukoharjo 1 1 3 1 1 3 3 1 3 3 3 1
12 Wonogiri 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
13 Karanganyar 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
14 Sragen 3 3 3 1 3 1 3 1 3 3 3 2
15 Grobogan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
16 Blora 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 1
17 Rembang 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
18 Pati 3 3 1 1 3 3 2 1 3 3 2 1
19 Kudus 3 3 3 1 3 3 2 1 1 1 3 1
20 Jepara 3 3 3 1 3 3 2 1 1 3 3 1
21 Demak 3 3 3 1 3 3 2 1 3 3 3 1
22 Semarang 3 3 2 1 1 3 3 1 3 3 1 1
23 Temanggung 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
24 Kendal 3 3 1 1 3 3 1 1 3 3 3 3
33
No Kabupaten / Kota Jan Peb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nop Des
25 Batang 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
26 Pekalongan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
27 Pemalang 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
28 Tegal 3 3 3 3 1 3 3 1 1 3 3 3
29 Brebes 1 3 3 1 1 3 3 1 1 3 3 3
30 Kota Magelang 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
31 Kota Surakarta 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
32 Kota Salatiga 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
33 Kota Semarang 3 3 1 1 1 3 1 1 1 3 2 3
34 Kota Pekalongan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
35 Kota Tegal 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Total Skor 1 = Warna hijau (aman), Total Skor 2 = Warna kuning (waspada), Total skor 3 = warna merah (rawan)
4.2. Analisis Situasi Pangan dan Gizi Bulanan Tahun 2014
4.2.1. Aspek Ketersediaaan Pangan
Tabel 13 : Analisis SKPG Jawa Tengah Tahun 2015 dari Aspek Ketersediaan
Pangan
No Kabupaten/Kota Produksi Bersih
Beras (Ton)
Produksi Bersih Jagung
(Ton)
Produksi Bersih Ubi
(Ton)
Produksi Bersih Total
(Ton)
1 Cilacap 447.711 21.068 57.486 526.266
2 Banyumas 204.891 15.597 25.542 246.030
3 Purbalingga 131.578 37.345 31.278 200.202
4 Banjarnegara 100.731 66.142 78.779 245.652
5 Kebumen 249.976 25.716 45.289 320.981
6 Purworejo 199.069 9.433 34.019 242.522
7 Wonosobo 88.895 101.404 67.269 257.568
8 Magelang 197.917 52.072 26.363 276.351
9 Boyolali 156.540 108.483 26.580 291.603
10 Klaten 205.019 69.405 4.953 279.377
11 Sukoharjo 192.483 18.875 11.785 223.143
12 Wonogiri 227.696 236.084 339.845 803.625
13 Karanganyar 163.366 25.365 45.079 233.810
14 Sragen 351.061 97.516 26.869 475.445
15 Grobogan 380.306 492.957 12.316 885.580
16 Blora 257.064 201.245 27.987 486.296
17 Rembang 129.655 108.116 50.150 287.921
18 Pati 341.864 84.601 223.508 649.973
19 Kudus 82.785 12.728 12.266 107.779
34
No Kabupaten/Kota Produksi Bersih
Beras (Ton)
Produksi Bersih Jagung
(Ton)
Produksi Bersih Ubi
(Ton)
Produksi Bersih Total
(Ton)
20 Jepara 140.806 38.286 103.051 282.142
21 Demak 355.742 145.467 4.154 505.363
22 Semarang 118.193 53.882 23.183 195.258
23 Temanggung 89.096 98.079 20.966 208.142
24 Kendal 138.401 172.293 9.763 320.457
25 Batang 96.794 43.756 15.905 156.455
26 Pekalongan 114.728 11.219 4.077 130.024
27 Pemalang 289.925 37.872 9.848 337.646
28 Tegal 207.512 90.858 4.639 303.009
29 Brebes 358.465 102.610 12.544 473.619
30 Kota Magelang 1.731 - 13 1.745
31 Kota Surakarta 749 - 56 805
32 Kota Salatiga 4.561 1.475 1.993 8.029
33 Kota Semarang 18.101 2.183 3.237 23.521
34 Kota Pekalongan 7.128 - - 7.128
35 Kota Tegal 2.349 - - 2.349
Jawa Tengah 6.052.889 2.582.133 1.360.794 9.995.816
Sumber data : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prov Jateng.
No Kabupaten / Kota Populasi 2014 (Jiwa)
Produksi Bersih (Gr/Kap/hr)
Rasio Ketersediaan (r)
Skor Pertanian
1 Cilacap 1.892.650 664 2,21 1
2 Banyumas 1.674.786 347 1,16 1
3 Purbalingga 955.814 460 1,53 1
4 Banjarnegara 985.981 615 2,05 1
5 Kebumen 1.241.165 712 2,37 1
6 Purworejo 763.131 838 2,79 1
7 Wonosobo 843.645 854 2,85 1
8 Magelang 1.225.742 635 2,12 1
9 Boyolali 978.108 858 2,86 1
10 Klaten 1.246.135 615 2,05 1
11 Sukoharjo 907.876 624 2,08 1
12 Wonogiri 1.058.149 2.155 7,18 1
13 Karanganyar 867.684 784 2,61 1
14 Sragen 884.080 1.369 4,56 1
15 Grobogan 1.479.737 1.608 5,36 1
16 Blora 981.969 1.358 4,53 1
17 Rembang 592.598 1.217 4,06 1
18 Pati 1.340.549 1.310 4,37 1
19 Kudus 820.953 339 1,13 2
20 Jepara 907.888 796 2,65 1
21 Demak 1.227.951 1.126 3,75 1
22 Semarang 970.562 587 1,96 1
23 Temanggung 745.649 752 2,51 1
35
No Kabupaten / Kota Populasi 2014 (Jiwa)
Produksi Bersih (Gr/Kap/hr)
Rasio Ketersediaan (r)
Skor Pertanian
24 Kendal 988.748 929 3,10 1
25 Batang 793.479 602 2,01 1
26 Pekalongan 954.548 319 1,06 2
27 Pemalang 1.487.184 516 1,72 1
28 Tegal 1.608.290 454 1,51 1
29 Brebes 1.996.460 607 2,02 1
30 Kota Magelang 110.769 44 0,15 3
31 Kota Surakarta 398.926 4 0,01 3
32 Kota Salatiga 195.448 98 0,33 3
33 Kota Semarang 1.438.961 36 0,12 3
34 Kota Pekalongan 282.713 47 0,16 3
35 Kota Tegal 238.704 24 0,08 3
Jawa Tengah 35.087.032 754 2,51
Sumber data : Pokja SKPG Prov Jateng
Rasio ketersediaan pangan yang dihasilkan dari produksi pangan
pokok yaitu Padi, Jagung, Ubi kayu dan Ubi jalar untuk konsumsi
penduduk Jawa Tengah secara makro cukup. Terdapat 2 kabupaten yaitu
Kudus dan pekalongan yang diindikasi waspada dari aspek ketersediaan
karena bukan sentra produksi pangan pokok, namun dari akses (distribusi
pangan) tidak terjadi kendala dalam penyediaan pangan pokok
penduduknya karena dapat dicukupi dari wilayah sekitarnya. Khusus di
6 daerah perkotaan rasio ketersediaan dilihat dari produksi menunjukkan
warna merah dikarenakan bukan sebagai daerah produsen. Namun karena
pangan cukup tersedia di masyarakat dan didukung oleh kemampuan daya
beli sehingga tidak terganggu akses pangannya.
4.2.2. Aspek Akses Pangan
Akses pangan yaitu kemampuan semua rumah tangga dan individu
dengan sumberdaya yang dimilikinya untuk memperoleh pangan yang
cukup untuk kebutuhan gizinya yang dapat diperoleh dari produksi
pangannya sendiri, pembelian ataupun melalui bantuan pangan. Akses
rumah tangga dan individu terdiri dari akses ekonomi, fisik dan sosial.
Akses ekonomi tergantung pada pendapatan, kesempatan kerja dan
harga. Akses fisik menyangkut tingkat isolasi daerah (sarana dan
prasarana distribusi), sedangkan akses sosial menyangkut tentang
preferensi pangan.
36
Tabel 14 : Analisis SKPG Jawa Tengah Tahun 2015 dari Aspek Akses Pangan
No Kabupaten/
Kota Jumlah Keluarga
KK Pra
Sejahtera
KK Sejahtera I
KK_Pra dan Sejahtera I
(Total)
% Pra dan Sejahtera I
(r)
Skor Miskin
1 Cilacap 519.850 130.794 134.269 265.063 50,99 3
2 Banyumas 484.416 109.299 95.772 205.071 42,33 3
3 Purbalingga 287.939 71.844 58.112 129.956 45,13 3
4 Banjarnegara 286.266 70.726 68.977 139.703 48,80 3
5 Kebumen 357.854 92.777 74.842 167.619 46,84 3
6 Purworejo 222.238 53.630 44.073 97.703 43,96 3
7 Wonosobo 245.916 54.274 51.244 105.518 42,91 3
8 Magelang 353.720 92.743 63.378 156.121 44,14 3
9 Boyolali 296.675 98.895 48.399 147.294 49,65 3
10 Klaten 364.056 65.271 75.559 140.830 38,68 2
11 Sukoharjo 242.714 47.453 52.798 100.251 41,30 3
12 Wonogiri 328.187 49.781 60.509 110.290 33,61 2
13 Karanganyar 253.155 29.256 24.719 53.975 21,32 2
14 Sragen 262.073 65.618 89.457 155.075 59,17 3
15 Grobogan 453.269 272.242 57.381 329.623 72,72 3
16 Blora 288.146 121.764 73.741 195.505 67,85 3
17 Rembang 183.978 75.268 29.166 104.434 56,76 3
18 Pati 420.626 137.055 83.179 220.234 52,36 3
19 Kudus 229.168 23.231 40.904 64.135 27,99 2
20 Jepara 279.235 69.154 92.323 161.477 57,83 3
21 Demak 355.791 127.691 82.897 210.588 59,19 3
22 Semarang 297.193 76.407 67.873 144.280 48,55 3
23 Temanggung 224.509 53.866 28.814 82.680 36,83 2
24 Kendal 290.467 100.536 41.980 142.516 49,06 3
25 Batang 230.134 77.247 53.051 130.298 56,62 3
26 Pekalongan 259.047 52.352 60.523 112.875 43,57 3
27 Pemalang 400.915 121.145 90.032 211.177 52,67 3
28 Tegal 432.575 79.146 92.563 171.709 39,69 2
29 Brebes 554.163 152.265 126.567 278.832 50,32 3
30 Kota Magelang 33.571 4.860 6.769 11.629 34,64 2
31 Kota Surakarta 122.925 10.259 22.108 32.367 26,33 2
32 Kota Salatiga 62.398 6.926 8.741 15.667 25,11 2
33 Kota Semarang 415.526 41.788 74.932 116.720 28,09 2
34 Kota Pekalongan 77.061 11.712 14.971 26.683 34,63 2
35 Kota Tegal 69.713 11.795 17.666 29.461 42,26 3
Jawa Tengah 10.185.469 2.659.070 2.108.289 4.767.359 46,81
Sumber data : Perwakilan BKKBN Prov Jateng, Diolah Pokja SKPG
37
Angka kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2014 sebesar 13,58 %
atau 4,56 juta jiwa turun 0,86% dari tahun 2013 sebesar 14,44%
atau 4,81 juta jiwa.
4.1.2. Aspek Pemanfaatan Pangan
Indikator status gizi balita yang dinilai dengan prevalensi gizi
kurang pada balita di masing-masing kabupaten/kota yang
dikumpulkan sekali setahun melalui kegiatan Pemantauan Status
Gizi (PSG).
Dari pemantauan status gizi balita tahun 2014 berdasarkan berat
badan dibanding umur, sebagaimana gambar berikut :
Gambar 12 : Grafik Status Gizi Balita Tahun 2014 di Jawa Tengah
Dari hasil pemantauan status gizi balita di Provinsi Jawa Tengah,
kendala di lapangan, antara lain Kemiskinan, Kurangnya asupan zat
gizi, penyakit infeksi, pola asuh, ketersediaan pangan di tingkat
keluarga dan daya beli masyarakat. Selain masalah kekurangan gizi,
saat ini kelebihan gizi juga perlu diwaspadai.
38
Gambar 13 : Grafik Balita KLB gizi buruk dan gizi kurang tahun 2014
KLB Gibur, seperti gunung es yang sedikit tampak pada permukaan
namun kedalamannya menyebar sangat luas. Diawali dari kondisi
kekurangan gizi yang tidak segera tertangani atau karena pola asuh
yang diakibatkan dari masih minimnya pengetahuan pangan dan
gizi dari ibu/orang tua. Dari 1.120 kejadian, 89 kasus tertangani
yang dirujuk ke Rumah sakit sebanyak 8 kasus, di Rumah sakit
76 kasus dan di TFC 5 kasus.
39
Hasil pantauan pemanfaatan pangan oleh balita yang tergambar dari
kegiatan penimbangan dan kondisi perkembangan kesehatan balita
setiap bulan dalam tahun 2014 dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 15 : Perkembangan penimbangan balita per bulan tahun 2014
No Uraian Jumlah Balita Terdaftar
Jumlah Balita Ditimbang
Jumlah Balita Naik BB
Jumlah Balita BGM
Jumlah Balita Tidak Naik BB
1 Januari 2014 2.543.954 2.014.310 1.569.022 24.240 103.532
2 Pebruari 2014 2.549.509 2.070.134 1.598.330 24.069 101.918
3 Maret 2014 2.591.466 2.046.282 1.589.452 24.061 102.501
4 April 2014 2.541.277 2.028.765 1.570.355 22.417 104.863
5 Mei 2014 2.536.513 2.028.044 1.589.703 23.132 105.108
6 Juni 2014 2.500.138 1.996.358 1.559.801 22.407 103.495
7 Juli 2014 2.592.334 1.983.251 1.545.359 22.734 102.609
8 Agustus 2014 2.594.618 2.101.398 1.604.655 22.744 103.494
9 September 2014 2.589.562 2.083.427 1.573.792 22.969 109.136
10 Oktober 2014 2.686.104 2.205.409 1.651.519 23.610 107.098
11 Nopember 2014 2.574.616 2.057.396 1.608.117 24.850 95.805
12 Desember 2014 2.563.092 2.042.597 1.601.440 26.281 94.127
Sumber data : Pokja SKPG Kabupaten/Kota, diolah BKP Prov Jateng
Gambar 14 : Perkembangan balita per bulan tahun 2014 di Jawa Tengah
40
Gambar 15 : Perkembangan penimbangan balita tahun 2014 di Jawa Tengah
Gambar 16 : Perkembangan BGM tahun 2014
Gambar 17 : Perkembangan Balita 2T tahun 2014
41
Tabel 16 : Analisis SKPG Tahun 2015 dari Aspek Pemanfaatan Pangan
Provinsi Jawa Tengah.
No Kabupaten/Kota Jumlah Balita
Yang Ditimbang Gizi
Buruk Gizi
Kurang Total KEP
% KEP (r)
Skor KEP
1 Cilacap 326 2 14 16 4,91 1
2 Banyumas 300 13 42 55 18,33 2
3 Purbalingga 300 4 30 34 11,33 1
4 Banjarnegara 313 4 24 28 8,95 1
5 Kebumen 319 22 35 57 17,87 2
6 Purworejo 306 8 22 30 9,80 1
7 Wonosobo 312 2 4 6 1,92 1
8 Magelang 320 0 9 9 2,81 1
9 Boyolali 324 0 27 27 8,33 1
10 Klaten 300 5 34 39 13,00 1
11 Sukoharjo 300 16 37 53 17,67 2
12 Wonogiri 328 3 22 25 7,62 1
13 Karanganyar 307 0 11 11 3,58 1
14 Sragen 300 0 12 12 4,00 1
15 Grobogan 307 1 34 35 11,40 1
16 Blora 321 2 11 13 4,05 1
17 Rembang 314 6 31 37 11,78 1
18 Pati 315 3 22 25 7,94 1
19 Kudus 291 0 18 18 6,19 1
20 Jepara 332 0 23 23 6,93 1
21 Demak 300 2 21 23 7,67 1
22 Semarang 313 13 28 41 13,10 1
23 Temanggung 300 2 4 6 2,00 1
24 Kendal 300 3 18 21 7,00 1
25 Batang 336 2 13 15 4,46 1
26 Pekalongan 300 3 14 17 5,67 1
27 Pemalang 319 2 14 16 5,02 1
28 Tegal 321 3 18 21 6,54 1
29 Brebes 319 4 24 28 8,78 1
30 Kota Magelang 307 2 14 16 5,21 1
31 Kota Surakarta 300 0 32 32 10,67 1
32 Kota Salatiga 300 5 18 23 7,67 1
33 Kota Semarang 300 13 16 29 9,67 1
34 Kota Pekalongan 329 4 7 11 3,34 1
35 Kota Tegal 320 8 32 40 12,50 1
Jawa Tengah 10.899 157 735 892 8,18
Sumber data : Pokja SKPG Prov Jateng
42
4.1.3. Indeks Komposit
Tabel 17 : Komposit Analisis SKPG Tahun 2015 Provinsi Jawa Tengah.
No Kabupaten / Kota S_Pertanian S_Pra dan Sejahtera I
S_KEP Skor
Komposit Indeks Komposit
Tahunan (IKT)
1 Cilacap 1 3 1 5 3
2 Banyumas 1 3 2 6 3
3 Purbalingga 1 3 1 5 3
4 Banjarnegara 1 3 1 5 3
5 Kebumen 1 3 2 6 3
6 Purworejo 1 3 1 5 3
7 Wonosobo 1 3 1 5 3
8 Magelang 1 3 1 5 3
9 Boyolali 1 3 1 5 3
10 Klaten 1 2 1 4 1
11 Sukoharjo 1 3 2 6 3
12 Wonogiri 1 2 1 4 1
13 Karanganyar 1 2 1 4 1
14 Sragen 1 3 1 5 3
15 Grobogan 1 3 1 5 3
16 Blora 1 3 1 5 3
17 Rembang 1 3 1 5 3
18 Pati 1 3 1 5 3
19 Kudus 2 2 1 5 2
20 Jepara 1 3 1 5 3
21 Demak 1 3 1 5 3
22 Semarang 1 3 1 5 3
23 Temanggung 1 2 1 4 1
24 Kendal 1 3 1 5 3
25 Batang 1 3 1 5 3
26 Pekalongan 2 3 1 6 3
27 Pemalang 1 3 1 5 3
28 Tegal 1 2 1 4 1
29 Brebes 1 3 1 5 3
30 Kota Magelang 3 2 1 6 3
31 Kota Surakarta 3 2 1 6 3
32 Kota Salatiga 3 2 1 6 3
33 Kota Semarang 3 2 1 6 3
34 Kota Pekalongan 3 2 1 6 3
35 Kota Tegal 3 3 1 7 3
Sumber data : Pokja SKPG Prov Jateng
Hasil analisis situasi pangan dan gizi tahunan 2014 Penyebab dominan
kerawanan pangan adalah masih banyaknya jumlah penduduk miskin di Jawa
Tengah.
43
4.2. Peta situasi Pangan dan Gizi
Gambar 18 : Peta Ketersediaan Pangan Tahun 2015 Provinsi Jawa Tengah
Banjarnegara
BatangBlora
Boyolali
Brebes
Cilacap
Demak
Grobogan
Jepara
KaranganyarKebumen
Kota Tegal
Magelang
Rembang
Wonogiri
LEGENDAPeta Ketersediaan Pangan Jateng Th, 2015
Raw an (6)
Waspada (2)
Aman (27)
Gambar 19 : Peta Akses Pangan Tahun 2014 Provinsi Jawa Tengah
Banjarnegara
BatangBlora
Boyolali
Brebes
Cilacap
Demak
Grobogan
Jepara
KaranganyarKebumen
Kota Tegal
Magelang
Rembang
Wonogiri
LEGENDAPeta Akses Pangan Jateng Th. 2015
Raw an (24)
Waspada (11)
Aman (0)
Gambar 20 : Peta Pemanfaatan Pangan Tahun 2015 Provinsi Jawa Tengah
Banjarnegara
BatangBlora
Boyolali
Brebes
Cilacap
Demak
Grobogan
Jepara
KaranganyarKebumen
Kota Tegal
Magelang
Rembang
Wonogiri
LEGENDAPeta Pemanfaatan Pangan Jateng Th. 2015
Raw an (0)
Waspada (3)
Aman (32)
44
Gambar 21 : Peta Komposit SKPG Tahun 2015 Provinsi Jawa Tengah
Banjarnegara
BatangBlora
Boyolali
Brebes
Cilacap
Demak
Grobogan
Jepara
KaranganyarKebumen
Kota Tegal
Magelang
Rembang
Wonogiri
LEGENDAPeta Pangan dan Gizi Jateng Th. 2015
Raw an (29)
Waspada (1)
Aman (5)
4.3. Intervensi SKPG
Analisa SKPG digunakan sebagai early warning system kejadian
rawan pangan pada suatu wilayah. Selanjutnya dapat dilakukan
investigasi terhadap kejadian kerawanan pangan kronis maupun
transien. Hasil investigasi akan dibahas dalam rapat Pokja SKPG
sekaligus dilaporkan kepada pengambil kebijakan yang akan
menentukan perlu tidaknya suatu intervensi dan jenis intervensi yang
akan diberikan untuk penanganan kejadian kerawanan pangan.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah melalui APBD
Provinsi tahun 2014 mengalokasikan bantuan pangan (beras) sebesar
12.000 kg beras untuk penanganan kerawanan pangan transien pada
4 Kabupaten, sebagai berikut :
Tabel 17 : Intervensi SKPG untuk Penanganan Kerawanan Pangan Transien Tahun 2014.
No.
Kabupaten/
Kota Kecamatan Desa
Penyebab Jenis Volume
Kerawanan Pangan
Bantuan (Kg.)
1 Demak Sayung Kalisari Banjir Beras 3.000
2 Rembang Krangan Krangan Puso Beras 3.000
3 Cilacap Kesugihan Pesanggrahan Gibur Beras 3.000
4 Wonogiri Manyaran Kepuhsari Kekeringan Beras 3.000
Jumlah 12.000
Sumber data : Badan Ketahanan Pangan Prov Jateng
45
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kondisi pangan dan gizi Jawa Tengah tahun 2014 secara makro rawan,
hanya 5 kabupaten aman yaitu kabupaten Klaten, Wonogiri, Karanganyar,
Temanggung, Tegal dan 1 kabupaten dalam status waspada adalah Kudus.
Selebihnya 29 kabupaten/kota pada status rawan. Secara rinci per aspek
sebagai berikut :
1. Aspek Ketersediaan pangan untuk 27 kabupaten se Jawa Tengah
dalam kondisi aman, 2 kabupaten kondisi waspada dan 6 kota pada
kondisi rawan. Hal ini dikarenakan daerah perkotaan bukan
merupakan sentra produksi pangan. Namun hal ini tidak menjadi
kendala karena komoditas pangan tersedia cukup dan dapat diakses
oleh warga perkotaan.
2. Aspek Akses pangan untuk 11 kabupaten/kota se Jawa Tengah dalam
kondisi waspada dan 24 kabupaten pada kondisi rawan. Hal ini
dikarenakan jumlah KK miskin di Jawa Tengah masih tinggi.
3. Aspek Pemanfaatan pangan untuk 32 kabupaten/kota se Jawa Tengah
dalam kondisi aman dan 3 kabupaten/kota dalam kondisi waspada.
B. Saran
1. Kegiatan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) merupakan
suatu kegiatan yang memerlukan komitmen pemerintah daerah untuk
melakukan secara terus-menerus pemantauan situasi pangan dan gizi
sehingga dapat dicegah sedini mungkin penanganan ancaman
kerawanan pangan.
2. Keadaan gizi penduduk dari waktu ke waktu perlu selalu dipantau dan
diantisipasi sesegera mungkin. Kelangsungan SKPG sebagai sumber
informasi pangan dan gizi perlu selalu dimonitor seiring dengan
perubahan situasi pangan dan gizi yang terjadi di setiap wilayah.
46
LAMPIRAN
1. Surat Keputusan Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah
nomor : 045/743 tanggal 20 April 2015 tentang Petugas Teknis Sistem
Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) di Jawa Tengah Tahun 2015.
2. Surat Keputusan Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah
nomor : 045/744 tanggal 20 April 2015 tentang Petugas Pengumpul dan
Pengolah Data Pemetaan Kerawanan Pangan Sistem Kewaspadaan Pangan
dan Gizi (SKPG) di Jawa Tengah Tahun 2015
3. Hasil Pengolahan Indikator Aspek Ketersediaan pangan
4. Hasil Pengolahan Indikator Aspek Akses Pangan
5. Hasil Pengolahan Indikator Aspek Pemanfaatan Pangan
47
menurun menurun menurun menurun menurun menurun
menurun menurun menurun menurun menurun menurun
3.977.810 3.977.810 3.977.810 3.977.810 3.977.810 3.977.810
3.977.810 3.977.810 3.977.810 3.977.810 3.977.810 3.977.810