1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang -Undang No. 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat,
baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Upaya kesehatan
adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat.Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) , dan pemulihan kesehatan
(rehabilatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman
dan pegangan bagi semua fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia termasuk
apotek.
Berdasarkan pola pertambahan penduduk saat ini diperkirakan jumlah
penderita diabetes melitusdidunia tahun 2010 sebanyak 306 juta jiwa, di
negara-negara ASEAN 19,4 juta pada tahun 2010 dan di Indonesia pada tahun
2000 berjumlah 8,4 juta jiwa yang diperkirakan pada tahun 2030 dapat
mencapai 21,3 juta jiwa. Indonesia menempati urutan ke empat dengan jumlah
penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika
Serikat.Dari data departemen kesehatan menyebutkan bahwa pasien Diabetes
melitusrawat inap di rumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh
penyakit (Armaididarmawa, 2010).
Berdasarkan data catatan rekammedik di RSUD
dr.H.SoemarnoSosroatmodjo Kuala Kapuas.Terdapat pasien diabetes
melitusyang menjalani rawat inap tahun 2010terdapat 118 pasien.Sedangkan
rawat jalan sebanyak 1290 pasien.Diabetesmelitus merupakan penyakit
degeneratif, dimana terapinya sangat dilakukan hati-hati sesuai dengan
penyebab utamanya.Salah satu terapi Diabetes melitus dengan ada hormonal
2
sebagai farmakologi. Untuk terapi ADO (Antidiabetik Oral) terdapat
beberapa golongan jenis berdasarkan mekanisme kerja (Budi,2010)
Berdasarkan uraian di atas peneliti merasa tertarik untuk meneliti Profil
Terapi Diabetes Melitus Pasien Rawat Inap di RSUD dr. H.
SomarnoSosroatmodjo pada periode Januari sampai Juni 2011.
B. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pola peresepan terapi diabetes melitus tipe 2 di rawat inap
RSUD dr.H. SoemarnoSosroadmodjo Kuala Kapuas?
2. Obat apa saja yang banyak digunakan sebagai terapi diabetes melitus tipe
2padapasien rawat inap?
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Profil Terapi
Diabetes Melitus Pada Pasien Rawat Inap di RSUD
dr.H.SoemarnoSosroatmodjo Kuala Kapuas periode Januari sampai Juni
2011?
D. Batasan Masalah
a. Pasien yang menderita diabetesmelitus tipe 2.
b. Pasien rawat inap di RSUD dr.H.SoemarnoSosroatmodjo Kuala Kapuas
dari bulan Januari sampai Juni 2011.
E. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui profil terapi Diabetes Melitus pada pasien rawat inap
di RSUD dr.H.SoemarnoSosroatmodjo Kuala Kapuas.
F. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengetahuan dalam terapi
penyakit Diabetes Melitus serta dapat mengambarkan jenis obat dan
golongan obat yang diberikan.
2. Selanjutnya terutama untuk penelitian dengan masalah dan objek yang
sama dimasa yang akan datang dan sebagai acuan penelitian selanjutnya
dalam rasionalitas terapi diabetes tipe 2.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus
1. Definisi
Diabetes Melitus(DM) merupakan penyakit yang lebih sering
disebut dengan penyakit gula. Dalam dunia kesehatan, penyakit gula lazim
disebut dengan penyakit diabetes melitus.Penyakit diabetes melitus ialah
suatu penyakit dimana, kadarglukosa sederhana yang ada di dalam darah
terlalu tinggi. Tingginya kadar gula dalam darah disebabkan tubuh tidak
dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup. Insulin yang
dimaksud disini adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas yang
bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang
normal. Insulin memasukan gula kedalam sel sehingga menghasilkan
energi atau disimpan sebagai energi (Rusdi,2009).
Diabetes merupakan penyakit yang sulit diketahui kapan
menyerangkorbannya, akan tetapi secara umum penyakit ini disebabkan
oleh beberapa faktor usia yang semakin menua, terlalu banyak atau bahkan
berlebihan mengkonsumsi makanan-makanan yang mengandung protein,
lemak, gula dan garam. Di samping itu, diabetes juga disebabkan karena
seorang mengalami stres, kelainan genetika, kurang olahraga, menderita
obesitas, kekurangan produksi hormon, insulin, kehamilan dan tidur siang
sehabis makan ( Rusdi, 2009).
2. Epidemiologi
Pada tahun 2000 menurut WHO diperkirakan sedikitnya 171 juta
orangdi seluruh dunia menderita Diabetes Melitus, atau sekitar 2,8% dari
total populasi. Dan terus meningkat dengan cepat, dan diperkirakan pada
tahun 2003, angka iniakan bertambah menjadi 366 juta atau sekitar 4,4%
dari populasi dunia. Diabetes Melitus terdapat diseluruh dunia, namun
lebih sering terutama DM tipe 2terjadi di negara
berkembang.Peningkatanprevalensi terbesar terjadi di Asia dan Afrika,
4
sebagai akibat trenurbanisasi dan perubahan gaya hidup, seperti pola
makanan yang tidak sehat. Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007, dari 24,417 responden berusia
>15 tahun, 10,2% mengalami Diabetes melitus yang terdiaknosis dan 4,2%
mengalami diabetes melitus yang tidak terdiaknosis. Diabetes melitus
lebih banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan pria, dan lebih
sering pada golongan dengan tingkat pendidikan dan status sosial
rendah.Daerah dengan angka penderita Diabetes melitus paling tinggi
yaitu kalimantan Barat dan Maluku Utara yaitu 11,1%, dan menjelang
tahun 2010, angka ini diperkirakan hingga 2,39,3 juta, dan diduga akan
terus meningkat hingga menyentuh angka 300 juta pada tahun 2025
(Perkini, 2006).
3. Klasifikasi Diabetes Melitus
Secara umum, Diabetes melitus terbagi 4 kelompok
a. Diabetes Melitus tipe 1, insulin dependent diabetes melitus(IDDM)
Diabetes ini terjadi akibat kerusakan sel β pankreas. Dahulu
DiabetesMelitus Tipe 1 disebut jugadiabetes onset – anak (atau onset-
remaja ) dan diabetes Rentan – ketosis (karena sering menimbulkan
ketosis) DM tipe1 biasanya terjadi sebelum usia 25-30 tahun (tetapi
tidak selalu demikian karna orang dewasa dan lansia yang kurus juga
dapat mengalami diabetes jenis ini) sekresiinsulin mengalami difisiensi
(jumlahnya sangat rendah atau tidak ada sama sekali) dengan
demikian, tanpa pengobatan insulin (pengawasan dilakukan melalui
pemberian insulin bersamaan dengan adaptasi diet), gejala biasanya
muncul secara mendadak, dan jika tidak diawasi, dapat berkembang
menjadi ketoasidosis dan koma. Ketika diagnosis ditegakkan, pasien
biasanya memiliki berat badan yang rendah, hasil tes deteksi
antibodihanya bernilai sekitar 50-80%, dan kadar gula darah puasa
>140 mg/DL (Arisman,2008).
5
b. Diabetes Melitus tipe 2,non insulin dependent diabetes
melitus(INDDM)
Diabetes Melitus jenis 2 disebut juga diabetes onset-matur
(atau onset-dewasa) dan diabetesresintan-ketosis(Istilah INDDM
sebenarnya tidak dapat karena25% diabetes, pada kenyataannya, harus
diobati dengan insulin, bedanya mereka tidak memerlukan insulin
sepanjang usia). Diabetes Melitus Tipe 2 merupakan penyakit familier
yang mewakili kurang lebih 85% kasus Diabetes Melitus di negara
maju dengan prevensi sangat tinggi (35% orang dewasa) pada
masyarakat mengubah gaya hidup menjadi modern. Diabetes Melitus
tipe 2 mempunyai onset pada usia (40-an tahun) atau lebih tua lagi,
kebanyakan pengidapnyamemiliki berat badan lebih. Cara
pengendaliannya boleh jadi hanya berupa diet, olahraga atau dengan
pemberian antidiabetikoral (ADO), Namun jika hiperglikemia tetap
membandel insulin terpaksa diberikan( Arisman, 2008).
c. Diabetes Melitus Kehamilan (DMK)
Diabetes Melitus Kehamilan di definisikan sebagai setiap
intolerensiglukosa yang timbul atau terdeteksi pada kehamilan
pertama, tanpa memandang derajat intoleransi serta tidak
memperhatikan apakah gejala ini lenyap atau menetap selepas
melahirkan.Diabetes jenis ini muncul pada kehamilantrisemester kedua
atau ketiga.Kategori ini mencakup Diabetes Melitus yang terdiagnosis
ketika hamil (sebelumnya tidak diketahui). Wanita
yang sebelumnya di ketahui telah mengidap Diabetes Melitus,
Kemudian hamil, tidak termasuk didalam kategori ini (Arisman,2008)
d. Diabetes Melitus terkait malnutrisi (DMMal)
Katagori ini di usulkan oleh WHO karena kasusnya banyak sekali
ditemukan di negara-negara sedang berkembang, terutama di wilayah
tropis.Diabetes jenis ini menampakkan gejala pada usia muda antara
10-40 tahun lazim dibawah 30 tahun (Ariman, 2008).
6
4. Cara MendiagnosaDiabetesMelitus
Seseorang dapat dikatakan terkena diabetes apabila saat dikontrol kadar
gula darah didalam tubuhnya menunjukan keadaan sebagai berikut
a. Kadar gula darah > 126 mg/dL
b. Kadar gula darah sewaktu >200mg/dL(Rusdi,2009).
5. Gejala
Penyakit diabetes melitus ditandai gejala 3P, yaitu poliuria (banyak
berkemih), polidipsia (banyak minum) dan polifagia(banyak makan) yang
dapat dijelaskan sebagai berikut.Disamping naiknya kadar gula darah,
gejala kencing manis bercirikan adanya gula dalam kemih (glycosuria)
dan banyak berkemihkarenaglukosa yang diekskresikan mengikat banyak
air. Akibat timbul rasa sangat haus,kehilangan energi dan turunnya berat
badan dan rasa letih. Tubuh mulai membakar lemak untuk memenuhi
kebutuhan energinya, yang disertai pembentukan zat-zat perombakan,
antara lain aseton, asam hidroksibutiratdandiasetat, yang membuat darah
jadi asam. Keadaan ini disebut dengan
katoacidosis,amatberbahaya,karenaakhirnya dapat menyebabkan pingsan
(coma diabeticum).Nafas penderita yang sudah menjadi sangat kurus
sering kali juga berbau aseton(Tan dkk, 2002).
6. Komplikasi Penyakit Diabetes Melitus
Komplikasi Diabetes Melitus muncul secara akut dan secara kronik
yaitu timbul beberapa bulan atau beberapa tahun sesudah mengidap
diabetes melitus.
a. Komplikasi Akut Diabetes Melitus
Dua komplikasi akut yang paling sering adalah reaksi
hipoglikemia dan koma diabetik.
1) Reaksi Hipoglikemia
Reaksinya Hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat
tubuh kekurangan glukosa, dengan tanda-tanda, rasa lapar dan
gemetaran,keringatan, pusing dan sebagainya.
7
2) Koma diabetik
Berlawanan dengan koma hipoglikemik, koma diabetikini
timbul karenakadar dalam tubuh terlalutinggi, dan biasanya lebih
dari 600mg/dL. Gejala koma diabetik yang sering timbuladalah :
a) Nafsu makan menurun (biasanya Diabetes mempunyai nafsu
makan yang besar).
b) Minum banyak kencing banyak.
c) Kemudian disusul rasa mual, muntah, nafas penderita
menjadicepat dan dalam, serta berbau aseton.
d) Sering disertai panas badan karena biasanya ada infeksi dan
penderita koma diabetik harus segera dibawa kerumah sakit.
b. Komplikasi Kronik Diabetes Melitus
Komplikasi Kronik Diabetes Melitus dapat menyerang seluruh
alat tubuh,mulai dari rambut sampai ujung kaki termasuk semua alat
tubuh di dalamnya. Sebaiknya komplikasi tersebut tidak akan muncul
jika perawatan diabetes melitus dilaksanakan dengan teratur
(Tjokroprawiro, 2006).
7. Terapi Diabetes Melitus
a. Non farmakologi
Penyakit diabetes sebenarnya dapat disembuhkan,
dicegah.salah satunya dengan cara mengubah pola makan. Hal
terpenting dalam mengubah pola makan dengan seimbang. Ada
baiknya sejak dini mengurangi makan yang banyak mengandung
protein, lemak, gula,dan garam apa lagi sampai mengkonsumsi secara
berlebihan. Selain itu,memperbanyak melakukan aktivitas fisik, seperti
olahraga minimal 30 menit setiap hari juga berpengaruh dalam upaya
penyembuhan diabetes. Olahraga seperti renang, bersepeda,
joging,jalan cepat, merupakan jenis olahraga yang sangatdianjurkan
untuk penderita diabetes. Namun jangan lupa untuk rajin memeriksa
kadar gula urine paling tidak setahun sekali. Penderita diabetes
dianjurkan untuk melakukan diet.Diet merupakan langkah awal dari
8
semua mengendalikan diabetes. Namun, sekalipun anda sudah
melakukan diet, Anda masih memerlukan olahragasecara teratur demi
mendapatkan hasil yang maksimal(Rusdi, 2009).
b. Farmakologi
1) Obat Antidiabetik Oral (ADO)
a) Pemicu Sekresi Insulin (Insulin secretagoguaes)
(1) Sulfonilurea
Cara kerja obat golongan ini masih merupakan
ajang perbedaan pendapat, tetapi pada umumnya dikatakan
sebagai
(a) Cara kerja utama adalah meningkatkan sekresi insulin
oleh sel βpankreas.
(b) Meningkatkan reseptor insulin pada otot dan sel lemak.
(c) Meningkatkan efisiensi sekresi insulin dan potensiasi
stimuli insulintransport karbohidrat ke sel otot dan
jaringan lemak.
(d) Penurunan produksi glukosa oleh hati.
(e) Cara kerja pada umumnya melalui suatu alur kalsium
yang sensitif terhadap ATP.
Obat golongan ini merupakan pilihan untuk
pasien diabetes dewasa baru dengan berat badan normal
dan kurang,Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada
penyakit hati, ginjal. Termasuk obat golongan ini antara
lain:
(a) Khlorpropamid
(b) Glibenklamid
(c) Glikasid
(d) Glikuidon
(e) GlipisidGlimepirid
9
(2) Glinid
Glinid merupakan golongan generasi baru yang cara
kerjanya sama dengan sulfonilurea dengan meningkatkan
sekresi insulin (Astrosit,2011).
Golongan ini terdiri dari 2 macam obat, yaitu:
(Astrosit,2011).
(a) Repaglinid
Merupakan derivat asam benzoat.Mempunyai
efek hipoglikemik ringan sampai sedang.Diabsorpsi
dengan cepat setelah pemberian secara oral dan
diekskresi secara cepat melalui hati.Efek samping yang
dapat terjadi pada penggunaan obat ini adalah keluhan
gastrointestinal.
(b) Nateglinid
Cara kerja hampir sama dengan repaglinide,
namun nateglinide merupakan derivat dari fenilalanin.
Diabsorpsi cepat setelah pemberian oral dan ekskresi
terutama melalui urine.Efek samping yang dapat terjadi
pada penggunaan obat ini adalah keluhan infeksi
saluran pernapasan atas.
b) Penambah Sensitivitas terhadap Insulin (Astrosit,2011).
(1) Biguanid
Biguanid tidak merangsang sekresi insulin dan
menurunkan kadarglukosa darah sampai normal
(euglikemia) serta tidak pernah menyebabkan hipoglikemia.
Contoh obat golongan ini adalah metformin dengan
mekanisme kelebihan sebagai berikut:
(a) Menurunkan glukosa darah dengan memperbaiki
transport glukosakedalam sel ototyangdirangsang oleh
insulin. Obat ini dapat memperbaiki glukosa sebesar 10-
40%,
10
(b) Menurunkan produksi glukosa hati dengan mengurangi
glikogenolisis dan glukoneogenesis.
(c) Juga dapat menurunkan kadar trigliserida hingga 16%,
LDL kolesterol hingga 8% dan total kolesterol hingga
5%, dan juga dapat meningkatkan HDL kolesterol
hingga 2%.
(d) Berbeda dengan golongan sulfonilurea karena tidak
meningkatkan sekresi insulin, jadi tidak dapat
menyebabkan hipoglikemik, tidak menaikan berat
badan dan malah kadang-kadang dapat menurunkan
berat badan.
(e) Menurunkan kadar glukosa puasa sebanyak 60mg/dl
dan glikoHb, 1,8%. Jadi hampir sama efektif seperti
sulfonilurea.
(f) Meningkatkan jumlah reseptor insulin.
Efek samping yangsering terjadi adalah muntah-
muntah, kadang-kadang diare, oleh karena itu lebih baik
diberikan kepada pasien yang gemuk, sebab tidak
merangsang sekresi, yang seperti diketahui mempunyai
efek anabolik.Sebenarnya obat ini baik sekali bila
diingat sifatnya yang hanya merupakan euglycemic
agent, jadi tidak terdapat bahaya terjadinya
hipglikemia.tetapi sayang sekali obat golongan ini dapat
menyebabkan asidosislaktat, terutama dengan preparat
fenformin dan Buformin, sehingga kedua preparat ini
tidak dipasarkan lagi (Astrosit,2011)
11
(2) Thiazolidindion / Glitazon
Thiazolindindion berikatan pada peroxisome
proliferator activated receptor gamma (PPAR) suatu
reseptor inti di sel otot dan sel lemak
Contoh golongan ini adalah :
(a) Pioglitazon
Mempunyai efek menurunkan resistensi insulin
dengan meningkatkan jumlah pen-transport glukosa,
sehingga meningkatkan ambilan glukosa di perifer.Obat
ini dimetabolisme di hepar.obat ini di-kontraindikasikan
pada pasien-pasien dengangagal jantung karena dapat
memperberat edema dan juga pada gangguan faal hati.
saat ini tidak digunakan sebagai obat tunggal
(b) Rosiglitazon
Cara kerja hampir sama dengan pioglitazon,
diekskresi melalui urin dan feces. mempunyai efek
hipoglikemik yang cukup baik jika dikombinasikan
dengan metformin. Pada saat ini belum beredar di
Indonesia
c) Penghambat Alfa Glukosidase / Acarbose
Acarbose merupakan suatu penghambat enzim alfa
glukosidase yang terletak pada dinding usus.Enzim alfa
glukosidase adalah maltase.isomaltase, glukomaltase dan
sukrose, berfungsi untuk hidrolisisoligosakarida, trisakarida
dan disakarida pada dinding usus halus (brush borders).
Inhibisi sistem enzim ini secara efektif dapat mengurangi
digesti karbohidrat kompleks dan absorpsinya, sehingga pada
pasien diabetes dapat mengurangi peningkatan kadarglukosa
post prandialAcarbose juga menghambat alfa-amilase pancreas
yang berfungsi melakukan hidrolisa tepung-tepung
kompleksdidalam lumen usushalus.Obat ini merupakan obat
12
oral yang biasanya diberikan dengan dosis 150-600 mg/hari.
Obat ini efektif bagi pasien dengan diet tinggi karbohidrat dan
kadarplasma glukosa puasa kurang dari 180 mg/dL. Efek
samping obat ini adalah perut kurang enak, lebih banyak flatus
dan kadang-kadang diare, yang akan berkurang setelah
pengobatan lebih lama. Obat ini hanya mempengaruhi
kadarglukosa darah pada waktu makan dan tidak
mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu. Bila diminum
bersama-sama obat golongan sulfonilurea (atau insulin) dapat
terjadi hipoglikemia yang hanya dapat diatasi dengan glukosa
murni, jadi tidak dapat diatasi dengan pemberian gula pasir.
Obat ini diberikan dengan dosis awal 50 mg dan dinaikan
secara bertahap, serta dianjurkan untuk
memberikannyabersama asuapanpertama setiap kali makan
(Jadi bukan sesudah makan) (Astrosit,2011).
2) Insulin
Insulin adalah hormon yang disekresikan sel β dalam
pangkreas (atas).Berbagai stimulus melepaskan insulin dari
granule penyimpanan dalam sel β. Tetapi stimulus yang paling
kuat adalah meningkatkan glukosa plasma (hiperglikemia).
Insulin terikat pada reseptor spesifik (tengah) dalam membran
sel dan memulai sejumlah aksi (kanan bawah) termasuk
meningkatan ambilan glukosa oleh otot, hati jaringan adiposa(
Mike dkk, 2006).
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang
memiliki fungsi utama yakni untuk menghasilkan enzim
pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin dan
glukagon.Kelenjar pankreas terletak pada bagian belakang
lambung dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua
belas jari), strukturnya sangat mirip dengan kelenjar
ludah.Jaringan pancreas terdiri atas lobula dari sel sekretori
13
yang tersusun mengitari saluran-saluran halus.Saluran-saluran
ini mulai dari persambungan saluran-saluran kecil dari lobula
yang terletak di dalam ekor pancreas dan berjalan melalui
badannya dari kiri ke kanan (Mike dkk, 2006).
Insulin terbagi menjadi beberapa kategori yang membedakan
berdasarkan onset dan durasinya , Insulin terbagi menjadi.
a) Insulin Rapid-acting
Contoh: insulin analog lispro (Humalog), insulin analog
aspart (Novolog), (NovoRapid), dan insulin glulisin
(Apidra).
Insulin rapid-acting ini bekerja setelah makan, yaitu
dengan mengendalikan glukosa darah setelah makan. Kerja
insulin dimulai dalam 10-20 menit, mencapai kadar puncak
dalam darah setelah 30-90 menit, dan bekerja selama 1-2
hingga 3-5 jam. Biasanya insulin rapid-acting tidak
diberikan tunggal melainkan dalam kombinasi dengan
insulin lain yang masa kerjanya lebih lama. Diberikan 10
menit sebelum makan.
b) Short-Acting
Contoh: Humulin, Novolin.
Insulin jenis ini juga digunakan untuk
mengendalikan glukosa darah setelah makan, namun
dengan mula kerja lebih lambat daripada insulin rapid-
acting.Diberikan 30-60 menit sebelum makan. Mencapai
kadar puncak dalam 2-5 jam, dan lama kerja 5-8 jam.
c) Intermediate-acting
Contoh: insulin NPH, insulin lente (zinc)
Insulin jenis ini diberikan untuk mengendalikan
glukosa darah selama setengah hari atau saat akan tidur.
Biasanya diberikan 1 jam sebelum makan. Mulai bekerja 1-
2 jam, kadar puncak tercapai pada 3-12 jam, dan lama
14
kerjanya 18-24 jam. Sering dikombinasikan dengan insulin
rapid-acting atau short-acting
d) Long-acting
Contoh: ultralente (extended zinc), insulin analog glargine
(Lantus), detemir (Levemir)
Insulin long-acting lebih ditujukan untuk
mengendalikan glukosa darah puasa/basal.Kemampuannya
dalam menyediakan kebutuhan insulin selama sehari penuh
kadang perlu dibantu oleh insulin rapid-acting atau short-
acting.Dapat diberikan 1-2 kali sehari tanpa tergantung
pada waktu makan. Mula kerja dalam 30-120 menit, kadar
puncak tercapai dalam 10-20 jam (ultralente), 6-8 jam
(detemir), ataupun tanpa kadar puncak/stabil sepanjang hari
(glargine). Durasi kerja insulin ini adalah 20-24 jam.
e) Pre-mixed
Contoh: Humulin 70-30, Novolog 70-30, Humalog
75-25.ada lebih dari satu jenis insulin yang dikombinasikan
dalam sediaan ini. Biasanya, yang satu berasal dari
golongan intermediate-acting, dan yang lain dari golongan
short-acting. Sebagai contoh, insulin premixed 70-30
mengandung 70% insulin tipe intermediate-acting dan 30%
insulin tipe short-acting. Keunggulan kombinasi ini adalah
memiliki onset kerja cepat namun bertahan lebih lama
dalam darah. Biasanya diberikan dua kali sehari (Siebel Ja
dkk)
8) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih obat
hipoglikemikoral
a. Dosis harus dimulai dengan dosis rendah yang kemudian
dinaikansecarabertahap.
15
b. Harus diketahui betul bagaimana cara kerja,lama kerja dan efek
samping obat-obat tersebut. (Misalnya Klorpropamid,jangan diberikan
3 kali 1 tablet, lama kerjanya 24 jam).
c. Bila memberikannya bersama obat lain, pikirkan kemungkinan adanya
interaksi obat.
d. Pada kegagalan sekunder terhadap obat hipoglikemik oral,
usahakanlah menggunakan obat oral golongan lain, bila gagal, baru
beralih kepada insulin.
e. Usahakan agar harga obat terjangkau oleh orang dengan
diabetes(Astrosit,2011)
9) Indikasi Pemakaian Obat Hipoglikemik Oral
a. Sesudah umur 40 tahun
b. Diabetes kurang dari 5 tahun
c. Memerlukan insulin dengan dosis kurang dari 40 unti sehari
d. DM tipe 2, berat normal atau lebih.
10) Kriteria Pengendalian Diabetes Melitus
a. Glukosa darah puasa(mg/dL) 80 – 109 110 – 125 ≥ 126
b. Glukosa darah 2 jam (mg/dL) 110 – 144 145 – 179 ≥ 180
c. Kolesterol total (mg/dL) > 200 200 – 239 ≥ 240
d. Koleterol LDL (mg/dL) 100 – 129 ≥130
e. Kolesterol HDL (mg/dL) > 45
f. Trigliserida (mg/dL) 150 – 199 ≥ 200
g. Tekanan darah (mmHg) <130/80 130 – 140 / 80-90 >140/90
Pasien berumur kurang lebih 60 tahun, sasaran kadarglukosa darah
lebih tinggi daripada biasa (puasa).Hal ini dilakukan mengingat sifat-sifat
khusus pasien usia lanjut dan juga untuk mencegah kemungkinan
timbulnya efek samping dan interaksi obat(Astrosit,2011)
16
B. Rumah Sakit Umum
Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang merupakan
tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan
pemeliharaankesehatan(promotif), pencegahan penyakit (preventif)
penyembuhan penyakit (kuratif)dan memelihara kesehatan
(rehabilitative)yang dilaksanakan secara menyeluruh,sesuaiperaturan
perundang-undangan.
1. Sejarah Singkat RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmodjo
Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. SoemarnoSosroatmodjo Kuala
Kapuas berdiri sejak tahun 1939, rumah sakit ini pertama kali berlokasi di
Desa Barimba, Kecamatan Kapuas Hilir, dengan nama Rumah Sakit
HanggulanSinta yang di dirikan oleh Zending Basle. Sejak tahun 1993
sampai dengan 1966 rumah sakit tersebut di pimpin oleh Dr. CM Vischer
(1939), dr. H. SoemarnoSostroatmodjo. Sejak tahun 1966, Zending Basle
ingin memakai bangunan mereka, maka Pemerintah Daerah memindahkan
rumah sakit dari Desa Barimba ke Jalan Kapten PiereTendean Kelurahan
Kecamatan Selat yang berfungsi sejak Mei 1966 dengan di pimpin oleh dr.
Henry Darsono yang khusus melayani pasien rawat jalan. Pada tahun 1966
rumah sakit di bawah pimpinan dr. Irum J Sawong (1969- 1972) membuka
pelayanan rawat inap dengan kapasitas 20 tempat tidur yang melayani
penduduk kota Kuala Kapuas dan sekitarnya di samping pelayanan rawat
jalan yang sudah ada sebelumnya. Untuk selanjutnya rumah sakit di
pimpin olehdr.QomaruddinSukhemi (31 Oktober 1988- 28 Februari
1996).Sejak tanggal 9 Juni 2006 dr. H. Bawa BudiRaharja menjadi
Direktur RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmodjo sampai sekarang dan
berlokasi di Jl. Tambun Bungai no.16 Kab. Kapuas.Fasilitas atau ruangan
yang terdapat RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmodjomeliput Rawat Jalan,
Rawat Inap (VIP, Kelas I, Kelas II, Kelas III), Unit Gawat Darurat,
Intensive Care Unit, Kamar Operasi Reguler dan Cito, Radiologi,
Ultrasonografi Medis, Fisioterapi, Laboratorium, Instalasi Gizi, dan
Instalasi Jenazah, Instalasi Farmasi, Instalasi Pemeliharaan Rumah Sakit.
17
2. Struktur Organisasi RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmodjo
RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmodjo di pimpin oleh dr. H. Bawa
Budi Raharja sebagai direktur utama rumah sakit. RSUD dr. H.
SoemarnoSoemarno memiliki 223 tenaga kesehatan yang meliputi Dokter
spesialis 4 orang Dokter umum 14 orang, Dokter gigi 1 orang, perawat
114 orang, teknik gigi 1 orang, bidan 31 orang, farmasi 6 orang, gizi 8
orang, fisioterafi 4 orang, eloktromedik 7 orang, refraksioptisi 1 orang,
Analis/lab 10 orang, senitasi 13 orang.
3. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
Instalasi Farmasi adalah fasilitas penyelenggara pelayanan medik,
pelayanan penunjang medik, kegiatan penelitian, pengembangan,
pendidikan, pelatihan, dan pemeliharaan sarana rumah sakit.
Farmasi rumah sakit adalah seluruh aspek kefarmasian yang
dilakukan di suatu rumah sakit.Jadi, Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
adalah suatu bagian unit divisi atau fasilitas di rumah sakit, tempat
penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditujukan
untuk keperluan rumah sakit itu sendiri. Seperti diketahui, pekerjaan
kefarmasian adalah pembuatan, termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
Berdasarkan hal-hal tersebut, definisi yang umum dari instalasi farmasi
rumah sakit adalah sebagai berikut :
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) dapat didefinisikan sebagai
suatu departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit di bawah
pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang
memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
kompeten secara professional, tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang
bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian,
18
yang terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup perencanaan; pengadaan;
produksi; penyimpanan perbekalan kesehatan/sediaan farmasi; dispensing
obat berdasarkan resep bagi penderita rawat tinggal dan rawat jalan;
pengendalian mutu; dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh
perbekalan kesehatan di rumah sakit; pelayanan farmasi klinik umum dan
spesialis, mencakup pelayanan langsung pada penderita dan pelayanan
klinik yang merupakan program rumah sakit secara keseluruhan.
4. Tujuan IFRS
Tujuan kegiatan harian IFRS antara lain :
a. Memberi manfaat kepada penderita, rumah sakit, sejawat profesi
kesehatan dan kepada profesi farmasi oleh apoteker rumah sakit yang
kompeten dan memenuhi syarat.
b. Membantu dalam penyediaan perbekalan yang memadai oleh apoteker
rumah sakit yang memenuhi syarat.
c. Menjamin praktik professional yang bermutu tinggi melalui penetapan
dan pemeliharaan standar etika professional, pendidikan dan
pencapaian, dan melalui peningkatan kesejahteraan ekonomi.
d. Meningkatkan penelitian dalam praktik farmasi rumah sakit dan dalam
ilmu farmasetik pada umumnya.
e. Menyebarkan pengetahuan farmasi dengan mengadakan pertukaran
informasi antara para apoteker rumah sakit, anggota profesi, dan
spesialis yang serumpun.
f. Memperluas dan memperkuat kemampuan apoteker rumah sakit untuk
1) Secara efektif mengelola suatu pelayanan farmasi yang
terorganisasi.
2) Mengembangkan dan memberikan pelayanan klinik.
3) Melakukan dan berpartisipasi dalam penelitian klinik dan farmasi
dan dalam program edukasi untuk praktisi kesehatan, penderita,
mahasiswa, dan masyarakat.
19
g. Meningkatkan pengetahuan dan pengertian praktik farmasi rumah sakit
kontemporer bagi masyarakat, pemerintah, industry farmasi, dan
professional kesehatan lainnya.
h. Membantu menyediakan personel pendukung yang bermutuIFRS.
i. Membantu dalam pengembangan dan kemajuan profesi kefarmasian.
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di RSUD dr. H
SoemarnoSosroatmodjo.Pengambilan data dilakukan di
RekamMedikRSUDdr.H.SoemarnoSosroatmodjo Kuala Kapuas pada tanggal
20 Mei sampai20 Juni 2012, dengan melihat data
RekamMedikpasienpenderita Diabetes Militus Tipe 2 dan
resepobatdiabetesmilitus yang telah diberikan.
B. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif
Menurut Notoatmodjo 2005, Metode deskriptif adalah suatu metode
penelitian yang di lakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran
deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1) Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien yang menderita Diabetes
Melitusdi RSUD dr.H.SoemarnoSosroatmodjo Kuala Kapuas periode
Januari sampai Juni 2011
2) Sampel yang digunakan adalah seluruh pasien Diabetes Militustipe 2
yang di Rawat Inap di RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmodjo selama
periode bulan Januari sampai Juni 2011 yang memenuhi kriteria tertentu,
antara lain pasien terdiagnosis Diabetes.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan
data berupa dokumentasi, yaiturekammedik .
E. Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian dibuat dalam bentuk tabulasi
serta dibuat pembahasan dan kesimpulannya.
21
22
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan jenis kelamin penderita diabetes melitus tipe 2 yang
dirawat inap paling banyak adalah pasien perempuan sebanyak 14 pasien.
Dilihat dari periode Januari sampai Juni 2011, peningkatan jumlah pasien
terjadi pada bulan Februari dan Mei 2011 seperti yang dapat dilihat pada tabel
1 berikut.
Tabel 1. Jumlah pasien rawat inap penderita penyakitDiabetesMelitus tipe 2 periode bulan Januari Sampai Juni 2 di RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmodjoKuala Kapuas
Bulan Jenis Kelamin
Jumlah Persentase
L P (%)
Januari 1 3 4 18,2
Februari 2 4 6 27,3
Maret - - - -
April - 2 2 9,1
Mei 2 4 6 27,3
Juni 3 1 4 18,2
Jumlah 8 14 22 100
Gambar 1. Diagram batang jumlah pasien rawat inap penderita penyakit diabetes melitus tipe 2 di RSUD dr. H. Soemarno
Berdasarkan usia penderita diabetes melitus tipe 2 yang paling banyak
di rawat inap adalah pasien dewasa yaitu sejumlah 21 pasien seperti yang
dijabarkan dalam tabel 2.
Tabel 2. Penggolongan usia pasien rawat inap penderitap
melitustipe 2 Kapuas.
No Penggolongan Usia
(Tahun)
1 Dewasa (19-64)
2 Lansia (> 65)
Jumlah
Januari Februari
0
5
10
15
20
25
30
Diagram batang jumlah pasien rawat inap penderita penyakit diabetes melitus tipe 2 di RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmodjokualakapuas.
Berdasarkan usia penderita diabetes melitus tipe 2 yang paling banyak
di rawat inap adalah pasien dewasa yaitu sejumlah 21 pasien seperti yang
dijabarkan dalam tabel 2.
Penggolongan usia pasien rawat inap penderitapenyakittipe 2 di RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmodjo Kuala .
Penggolongan Usia Jenis Kelamin Jumlah
Persentase
(Tahun) L P
64) 8 13 21
65)
1 1
Jumlah 8 14 22
Februari Maret April Mei Juni
Jenis Kelamin L
Jenis Kelamin P
Jumlah
Persentase (%)
23
Diagram batang jumlah pasien rawat inap penderita penyakit diabetes melitus tipe 2 di RSUD dr. H.
Berdasarkan usia penderita diabetes melitus tipe 2 yang paling banyak
di rawat inap adalah pasien dewasa yaitu sejumlah 21 pasien seperti yang
enyakitdiabetes osroatmodjo Kuala
Persentase
(%)
95.5
4.5
100
Jenis Kelamin L
Jenis Kelamin P
Jumlah
Persentase (%)
Gambar 2. Diagram batang kondisi pasien rawat inap penderita Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmodjo periode bulan Januari sampai Juni 2011.
Profil terapi yang paling banyak digunakan pada pasien rawat inap
diabetes melitus tipe 2 periode Januari sampai Juni 2011 adalah terapi
menggunakan insulin dengan jumlah penggunaan 10, sedangkan yang paling
sedikit adalah antidiabetik oral golongan sulfonilurea dengan kuantitas
peresepan selama periode tersebut 8 resep.
Tabel 3. Golongan obat dan insulin yang diberikan p
inappenderita penyakit diabetes melitus tSoemarnoSosroatmodjoJuni 2011
No Terapi
1 Sulfonilurea
2 Biguanid
3 Insulin
Total
0
5
10
15
20
25
1
Diagram batang kondisi pasien rawat inap penderita Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmodjo periode bulan Januari sampai Juni 2011.
Profil terapi yang paling banyak digunakan pada pasien rawat inap
tipe 2 periode Januari sampai Juni 2011 adalah terapi
menggunakan insulin dengan jumlah penggunaan 10, sedangkan yang paling
sedikit adalah antidiabetik oral golongan sulfonilurea dengan kuantitas
peresepan selama periode tersebut 8 resep.
Golongan obat dan insulin yang diberikan pada pasien rawat penderita penyakit diabetes melitus tipe 2 di RSUDd
SoemarnoSosroatmodjo Kuala Kapuas periode Januarini 2011
Terapi Nama obat Jumlah KulitasPeresepan
(%) lurea Glicab 8 8
nid Metformin 4
9 Gliformin 5
Insulin Novorapid 2
10 Novamix 2 Actrapid 6
Total 27
2 3
Dewasa (19
Lansia (> 65)
24
Diagram batang kondisi pasien rawat inap penderita Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmodjo
Profil terapi yang paling banyak digunakan pada pasien rawat inap
tipe 2 periode Januari sampai Juni 2011 adalah terapi
menggunakan insulin dengan jumlah penggunaan 10, sedangkan yang paling
sedikit adalah antidiabetik oral golongan sulfonilurea dengan kuantitas
pasien rawat di RSUDdr. H.
periode Januari sampai
KulitasPeresepan Persentase (%) 29,7
33, 3
37,0
100
Dewasa (19-64)
Lansia (> 65)
Dalam penatalaksanaan terapi diabetes melitus tipe 2, sesuai dengan
derajadkeparahan atau kontrol
dengan perubahan gaya hidup, terapi tunggal (insulin/ADO) serta kombinasi
antara ketiganya. Berdasarkan hal tersebut dalam penelitian ini diperoleh
jumlah pasien yang paling banyak adalah diterapi menggunakan terap
yaitu 13 pasien seperti yang terlihat pada tabel 4 dan gambar 3 dibawah ini
Tabel 4. Macam t
penyakit diabetes mSoemarno
Macam Terapi
Tunggal
Tanpa obat
Kombinasi
Total
Gambar 3. Diagram batang macam terapi yang diberikan pada pasienrawatinap yang menderita penyakit diabetes melitus Tipe 2 di RSUD dr. H. SoemarnoJuni 2011
0
2
4
6
8
10
12
14
Tunggal
Dalam penatalaksanaan terapi diabetes melitus tipe 2, sesuai dengan
derajadkeparahan atau kontrol kadar gula darahnya terapi bisa dilakukan
dengan perubahan gaya hidup, terapi tunggal (insulin/ADO) serta kombinasi
antara ketiganya. Berdasarkan hal tersebut dalam penelitian ini diperoleh
jumlah pasien yang paling banyak adalah diterapi menggunakan terap
yaitu 13 pasien seperti yang terlihat pada tabel 4 dan gambar 3 dibawah ini
Macam terapi yang diberikan pada pasien rawat inap akit diabetes melitus tipe 2 di RSUD d
SoemarnoSosroatmodjoperiodeJanuari sampai Juni 2011
Macam Terapi Jumlah Pasien % Pasien
13 59.1
2 9.1
7 31.9
otal 22 100
Diagram batang macam terapi yang diberikan pada pasienrawatinap yang menderita penyakit diabetes melitus Tipe 2 di RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmdjo periode Januari sampai Juni 2011
Tampa obat Kombinasi
Jumlah Pasien
25
Dalam penatalaksanaan terapi diabetes melitus tipe 2, sesuai dengan
kadar gula darahnya terapi bisa dilakukan
dengan perubahan gaya hidup, terapi tunggal (insulin/ADO) serta kombinasi
antara ketiganya. Berdasarkan hal tersebut dalam penelitian ini diperoleh
jumlah pasien yang paling banyak adalah diterapi menggunakan terapi tunggal
yaitu 13 pasien seperti yang terlihat pada tabel 4 dan gambar 3 dibawah ini
nap penderita ipe 2 di RSUD dr. H.
2011.
% Pasien
59.1
9.1
31.9
100
Diagram batang macam terapi yang diberikan pada pasienrawatinap yang menderita penyakit diabetes melitus Tipe 2
Sosroatmdjo periode Januari sampai
Jumlah Pasien
26
Tabel 5. Profil 22 pasien rawat inap yang menderita penyakit diabetesmelitus tipe 2 di RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmodjoperiodebulan Januari sampai Juni 2011
Jenis Kelamin
Umur (Tahun)
Penyakit Macam Terapi
L P Dewasa Lansia
DM 1 DM 2 Tunggal Tanpa
Kombinasi (28-64) (> 65) Obat
8 14 21 1
22 13 2 7
22 22 22 22
27
B. Pembahasan
Diabetes Melitus tipe 2 merupakan penyakit dengan relatif banyak di
derita masyarakat. Selain dapat disebabkan karena faktor fisiologis dalam
tubuh yang abnormal diabetes melitus juga disebabkan karena gaya hidup
yang tidak sehat, terutama di Indonesia Diabetes melitus pada umumnya
merupakan penyakit mematikan pada urutan ke 4. Perlu adanya perhatian yang
cukup tinggi bagi tenaga medis untuk menangani hal tersebut. Pengobatan
diabetes melitus secara garis besar bisa dilakukan dengan
terapinonfarmakologidan farmakologi.
Non farmakologi mencakup salah satunya dengan cara mengubah pola
makan atau gaya hidup. Ada baiknya sejak dini mengurangi makan yang
banyak mengandung protein, lemak, gula dan garam apa lagi sampai
mengkonsumsi secara berlebihan. Selain itu, memperbanyak melakukan
aktifitas fisik, seperti olahraga renang, joging, jalan cepat minimal 30 menit
setiap hari.Sedangkan farmakologi yaitu menggunakan obat-obatan
antidiabetik oral dan terapi hormon (Insulin).Pemilihan terapi diabetes melitus
tergantung dari tipe diabetes yang diderita yaitu diabetes melitus tipe 1 atau
diabetes tipe 2.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui profil terapi yang
digunakan dalam penanganan diabetes melitus tipe 2 yang di rawat inap di
RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmodjo selama periode Januari sampai Juni
2011. Berdasarkan hasil penelitian diketahuijumlah pasien rawat inap
penderita penyakit Diabetes melitusTipe 2 di RSUD dr. H.
SoemarnoSosroatmodjo Kuala Kapuas periode bulan Januari sampai Juni
2011 berjumlah 22 pasien dimana seluruhnya dijadikan sebagai sampel untuk
mewakili populasipenelitian dengan jumlah laki-laki 9 orang( 40.90%) dan
perempuan 13 orang (59.1%).Kondisi pasien menurut kategori umur yang
paling banyak menderita penyakit Diabetes melitus adalah pasien usia
dewasa(19-64) tahun sebanyak 21 orang(95,45%), Sedangkan usia lanjut(≥65)
tahun sebanyak 1 orang(4,5%).
28
Menurut Park et al (2002) dalam Zahtamal dkk (2007), diabetes
melitus merupakan penyakit yang terjadi akibat penurunan fungsi organ tubuh
(degeneratif) terutama gangguan organ pangkreas dalam menghasilkan
hormon insulin, sehingga Diabetes Melitus akan meningkat kasusnya sejalan
dengan pertambahan usia. Zahtamal dkk (2007) menambahkan, pada dewasa
dan usia lanjut terjadi perubahan gaya hidup, mulai dari pola makan atau jenis
makanan yang dikonsumsi sampai berkurangnya kegiatan jasmani. Hal ini
terjadi terutama pada kelompok usia dewasa ke atas pada seluruh status sosial
ekonomi.
Dalam penatalaksanaan terapi pada Diabetes melitus tipe2 diberikan
terapi tunggal ataupunkombinasi. Karena Diabetes melitus tipe 2 jika terapi
tunggal dengan pemberian obat antidiabetik oral (ADO) tidak efektif atau gula
darah masih tak terkendali maka dapat diberikan terapi kombinasi dengan 2
jenis ADO ataupun terapi tunggal dan kombinasi dengan 2 jenis ADO dan
insulin. Dalam mengkombinasikan obat antihiperglikemik lebih dari satu
macam perlu diperhatikan bahwa masing-masing obat mempunyai cara dan
tempat kerja yang berbeda. Ada obat yang bekerja mempengaruhi produksi
glukosadihepar, ada yang berpengaruh pada ambilan glukosadiotot.Ada obat
yang bekerja terhadap hiperglikemia pada keadaan puasa dan ada yang bekerja
pada hiperglikemia postprandial.Penting juga diperhatikan efek samping dan
interaksi masing - masing obat. Keuntungan dari pemakaian obat kombinasi
adalah kita memberi obat dengan mekanisme kerja yang berbeda, yang
bersifat potensiasiseperti diketahui patofisiologi Diabetes melitustipe 2 adalah
kompleks; efek samping dari masing-masing obat akan berkurang karena dosis
obat yang diberikan lebih kecil (Arifin, 2011).
ADO (Obat Antidiabetik Oral) yang banyak digunakan adalah
golongan biguanid yaitu Metformin atau gliformin sebanyak 9 kuantitas
peresepan (33,4%) karena obat ini bekerja langsung pada hati (hepar)
menurunkan produksi glukosa hati dan dapat menurunkan A1C sebesar 1,5%,
tidak merangsang sekresi insulin oleh kelenjar hati pankreas (Arifin,2011).
29
Golongan Sulfonilurea yaitu Glicabsebanyak 8 kuantitas peresepan
(29,7%) Sedang obat diabetes melitus paling banyak digunakan adalah Insulin
yaitu Actrapid sebanyak 10 kuantitas peresepan (37,1%). Actrapid merupakan
jenis insulin yang bekerja secara cepat untuk menurunkan kadar gula dalam
darah. Terapi yang diberikan pada pasien rawat inap yang menderita Diabetes
melitusTipe 2 di RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmodjo yang paling banyak
digunakanadalah terapi tunggal dengan jumlah 13 orang pasien
(59.1%).Terapi tunggal terapi yang diberikan dengan 1 ADO yaitu Metformin
atau hanya insulin yaitu Noporavid.
Pasien Diabetes melitus yang menjalani rawat inap di di RSUD dr. H.
SoemarnoSosroatmodjo periode bulan Januari sampai Juni 2011 berdasarkan
data perolehan. Dari 22 pasien terdapat 4 pasien dengan kondisi membaik, dan
15 diantaranya pulang atas permintaan sendiri dan dokter memberi ijin karena
penyakit Diabetsmelitus yang diderita pasien tidak terlalu parah dan dapat
dilanjutkan dengan berobat jalan, 2 pasiendirujukan RSUD dr.DorisSylvanus
dan 1 pasien dirujukanRs Ulin.
30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Profil pemberian terapi Diabetes MelitusTipe 2 Pada Pasien Rawat
Inap di RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmodjo Kuala Kapuas Periode Januari
sampai Juni 2011 antara lain:
1. Pasien yang dirawat inap di RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmodjo yaitu
Diabetes Melitus tipe 2.
2. Berdasarkan jenis kelamin pasien yang paling banyak menggunakan
golongan obat dan jenis obat adalah perempuan sebanyak 14 orang dan
laki-laki sebanyak 8
3. Berdasarkanpenggolonganusia yang paling banyak, pasien usia dewasa
(28-63) tahun sebanyak 21 orang sedangkan usia lanjut (≥65) tahun 1
orang.
4. Berdasarkan bentuk sedian yang paling banyak digunakan adalah terapi
insulin dengan jumlah 10 peresepan (37.0%).
5. Berdasarkan penggolongan obat yang paling sedikit adalah golongan
Sulfonilurea (29,7%)
6. Terapi yang banyak digunakan adalah terapi tunggal
B. Saran
1. Dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat profil terapi Diabetes
Melituspada bulan dan tahun selanjutnya.
2. Pasien seharusnya menjaga pola hidup lebih sehat agar tidak terjadi
komplikasi