1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fisika merupakan salah satu bidang ilmu dalam rumpun Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Fisika meliputi
berbagai aspek yang dapat dipelajari diantaranya persamaan matematis, dan
konsep-konsep fisika sehingga dianggap sebagai mata pelajaran yang penting
untuk dikuasai oleh siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Siswa dianggap
menguasai pelajaran fisika apabila hasil belajarnya dianggap tuntas. Hasil belajar
siswa SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan menunjukkan bahwa banyak siswa
yang belum tuntas dan merasa kesulitan dalam mempelajari fisika.1 Satu orang
siswa rata-rata harus mengikuti 4 sampai 6 kali remedial pada mata pelajaran
fisika.2 Konsep fisika yang paling banyak diikuti remedial oleh siswa adalah
hukum Newton (63,5% siswa dari 474 responden).3 Banyaknya siswa yang
mengikuti remedial disebabkan oleh: (1) metode pembelajaran yang digunakan
guru tidak sesuai dengan karakteristik gaya belajar siswa; (2) siswa kurang
memahami materi/konsep4; (3) guru tidak memberikan layanan bimbingan dan
penyuluhan; (4) guru tidak menggunakan media/sumber belajar. 5
Guru berperan penting dalam proses pembelajaran. Peran guru di dalam
pembelajaran berpengaruh pada hasil belajar siswa. Salah satu peran yang harus
dilakukan seorang guru dalam mengoptimalkan hasil belajar siswa yaitu peran
guru sebagai fasilitator. Salah satu tahapan seorang guru dapat dikatakan menjadi
fasilitator yang baik, yaitu dengan kemampuan mengakomodasikan gaya belajar
pada setiap siswa.6 Setiap siswa memiliki gaya belajar dominan yang
1 Angket Studi Pendahuluan dari 474 Siswa SMA Negeri Kota Tangerang Selatan 2 Angket Studi Pendahuluan dari 474 Siswa SMA Negeri Kota Tangerang Selatan 3 Angket Studi Pendahuluan dari 474 Siswa SMA Negeri Kota Tangerang Selatan 4 Wawancara Guru Fisika SMAN 5 Kota Tangerang Selatan 5 Angket Studi Pendahuluan dari 474 Siswa SMA Negeri Kota Tangerang Selatan 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika
di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2014),
h. 2
2
membuatnya lebih mudah dalam memahami suatu informasi. Gaya belajar yang
dimiliki siswa salah satunya adalah gaya belajar read-write. Siswa read-write
memiliki karakteristik gaya belajar berupa: (1) menuliskan kata-kata secara
berulang-ulang; (2) membaca catatan secara berkali-kali; (3) menuliskan kembali
ide atau informasi dengan kalimat yang berbeda; dan (4) menerjemahkan semua
diagram, gambar dan sebagainya ke dalam kata-kata7 sehingga mereka lebih baik
dalam belajar ketika metode yang digunakan sesuai dengan karakteristik gaya
belajarnya. Namun dalam pembelajaran, guru kurang mengoptimalkan
karakteristik gaya belajarnya8 sehingga siswa read-write tidak terlibat aktif dalam
mengoptimalkan kemampuan membacanya saat memahami suatu materi.
Sementara siswa hanya belajar fisika di kelas ketika pembelajaran fisika
berlangsung, dan jika tidak ada pekerjaan rumah atau ulangan, mereka tidak
belajar fisika walaupun hanya sekedar membaca materi yang akan dipelajari.
Beberapa siswa mengatakan tidak sempat karena banyak tugas dari mata pelajaran
lain.9 Ketidakefektifan penggunaan metode dalam mengajar membuat sebanyak
38,5% siswa read-write mengalami remedial pada konsep hukum Newton. Jumlah
siswa read-write merupakan yang paling banyak mengikuti remedial pada konsep
hukum Newton (visual (11,6%), auditory (22,6%), kinesthetic (11%), campuran
(16,3%)).10 Kesulitan siswa pada konsep hukum Newton diantaranya pada konsep
hukum I Newton, hukum III Newton, dan jenis-jenis gaya.11
Kesulitan belajar siswa read-write harus segera ditangani. Penanganan
kesulitan siswa read-write yang lambat dapat berdampak pada kurangnya
7 Zulfiani Zulfiani, Iwan Permana Suwarna, dan Sujiyo Miranto, Science Education Adaptive
Learning System as a Computer-Based Science Learning with Learning Style Variations, Journal
of Baltic Science Education Vol. 17 No. 4, 2018, h, 715 8 Wawancara Guru Fisika SMAN 5 Kota Tangerang Selatan 9 Rismatul Azizah, Lia Yuliati, dan Eny Latifah, Kesulitan Pemecahan Masalah Fisika pada
Siswa SMA, (Malang: Universitas Negeri Malang), Jurnal Penulisan Fisika dan Aplikasinya
(JPFA), Vol. 5 No. 2, 2015, h. 47 10 Angket Studi Pendahuluan dari 474 Siswa SMA Negeri Kota Tangerang Selatan 11 Shofi Hikmatuz Zahroh, Parno, dan Nandang Mufti, Analisis Pemahaman Konsep Siswa
pada Hukum Newton, Pros. Seminar Pend. IPA Pascasarjana UM Vol. 2, 2017, h. 299
3
pemahaman siswa pada konsep hukum Newton12 sehingga dapat menimbulkan
miskonsepsi dan ketidakpahaman siswa pada konsep-konsep selanjutnya yang
berhubungan dengan hukum Newton.13 Siswa akan semakin ketinggalan materi,
munculnya perasaan rendah diri karena prestasi belajar yang rendah. Selain itu,
siswa tidak dapat menjawab soal Ujian Nasional (UN) yang berkaitan dengan
konsep hukum Newton sehingga berdampak pada rendahnya hasil UN fisika.
Pengajaran perbaikan (remedial teaching) oleh guru diperlukan untuk
mencegah dan memperbaiki dampak negatif terhadap siswa read-write. Remedial
teaching seharusnya diberikan terlebih dahulu sebelum guru memberikan
remedial test kepada siswa.14 Remedial teaching telah diatur dalam Permendikbud
No. 104 Tahun 2014 Pasal 3 Ayat 3 Butir C yang berbunyi, βpenilaian hasil
belajar oleh pendidik memiliki tujuan untuk menetapkan program perbaikan atau
pengayaan berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi.β Salah satu tujuan adanya
program remedial teaching adalah agar siswa read-write dapat memperbaiki atau
mengubah cara belajar ke arah yang lebih baik15 sehingga peluang untuk
mencapai hasil yang lebih baik semakin besar. Melalui remedial teaching, guru
akan memberi pengajaran kembali menggunakan metode yang sesuai dengan
karakteristik siswa read-write. Remedial teaching dengan metode SQ3R (Survey,
Question, Read, Recite, Review) bisa menjadi metode alternatif dalam belajar bagi
siswa read-write karena metode SQ3R merupakan metode pembelajaran yang
sangat baik untuk kepentingan membaca secara intensif, guna menemukan ide-ide
pokok dan pendukungnya serta membantu mengingat agar lebih tahan lama.16
Siswa dengan gaya belajar selain gaya belajar read-write tidak dapat
mengoptimalkan belajarnya karena langkah-langkah dalam metode SQ3R tidak
12 Nursefrian, Marungkil Pasaribu, dan Kamaluddin, Analisis Pemahaman Konsep Siswa SMA
Lab-School Palu pada Materi Hukum Newton, Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT), Vol. 4
No. 2, h. 40 13 Shofi Hikmatuz Zahroh, Parno, dan Nandang Mufti, Op.Cit., h. 299 14 Wawancara Guru Fisika SMAN 5 Kota Tangerang Selatan 15 Mukhtar dan Rusmini, Pengajaran Remedial Teori dan Penerapannya dalam Pembelajaran,
(Jakarta: PT Nimas Multima, 2008), h. 23 16 Lilis Siti Sulistyaningsih, Modul Metode SQ3R, (Universitas Terbuka:
http://repository.ut.ac.id/4816/1/PBIN4329-M1.pdf), (diakses pada Kamis, 23 Agustus 2018 pukul
12.54 WIB), h. 3-4
4
mengakomodasi gaya belajar selain gaya belajar read-write. Langkah-langkah
metode SQ3R yang sistematis digunakan dalam memahami ide-ide pokok atau
konsep-konsep yang ada dalam teks.17 Penggunaan metode SQ3R dalam
pembelajaran fisika dapat digunakan untuk memahami materi ajar, memudahkan
siswa read-write dalam menemukan konsep-konsep dalam teks, dan diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa read-write pada konsep hukum Newton.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul βPengaruh Metode Survey, Question, Read, Recite, Review
(SQ3R) dalam Remedial Teaching terhadap Hasil Belajar Siswa Read-Write
Style pada Konsep Hukum Newton.β
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Siswa read-write merasa kesulitan dalam mempelajari fisika, khususnya pada
konsep hukum Newton.
2. Siswa read-write tidak mudah memahami materi hukum Newton ketika guru
tidak mengoptimalkan gaya belajar siswa read-write.
3. Siswa read-write mengharapkan stimulus yang digunakan guru sesuai dengan
karakteristik gaya belajarnya melalui metode pembelajaran yang digunakan.
4. Hasil belajar siswa read-write pada konsep hukum Newton belum mencapai
KKM.
5. Siswa read-write tidak mengalami perubahan terhadap pemahamannya pada
konsep hukum Newton apabila guru tidak melakukan remedial teaching
dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik gaya
belajarnya.
17 Mimi Umayah, Skripsi: Penerapan Metode Pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read,
Recite, Review) untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa, (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2015), h. 5
5
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian lebih terarah dan
masalah dapat terkaji secara mendalam untuk itu diperlukannya pembatasan
masalah sebagai berikut:
1. Konsep hukum Newton yang diajarkan kepada siswa read-write yaitu hukum
Newton tentang gerak sesuai dengan kurikulum 2013 revisi.
2. Sampel penelitian ini adalah siswa read-write yang tidak tuntas (tidak
mencapai nilai KKM, yaitu 75) pada konsep hukum Newton tentang gerak.
3. Hasil belajar siswa yang diamati hanya pada ranah kognitif, yaitu C1
(mengingat), C2 (memahami), C3 ( mengaplikasikan) dan C4 (menganalisis)
berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah di atas, maka
permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah metode SQ3R dalam remedial teaching berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa read-write?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa read-write pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol dalam remedial teaching?
3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa read-write ranah kognitif C1
sampai C4 dalam remedial teaching?
4. Bagaimanakah respon siswa read-write terhadap penggunaan metode SQ3R
dalam remedial teaching?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan yang ingin dicapai
melalui penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penggunaan metode SQ3R
dalam remedial teaching terhadap hasil belajar siswa read-write style.
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar sisiwa read-write pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol dalam remedial teaching.
6
3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa read-write ranah kognitif
C1 sampai C4 dalam remedial teaching.
4. Untuk mengetahui respon siswa read-write terhadap penggunaan metode
SQ3R dalam remedial teaching.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi segenap pihak yang
terlibat. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah keilmuan tentang pelaksanaan remedial teaching di lapangan
khususnya.
b. Memberi masukan dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa read-
write melalui remedial teaching.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi tentang program remedial teaching.
b. Memberikan informasi tentang gaya belajar read-write.
c. Memberikan informasi tentang metode SQ3R.
d. Memberikan pemahaman pentingnya mengoptimalkan mengajar sesuai
gaya belajar siswa.
e. Memberikan pemahaman pentingnya remedial teaching dalam bidang
pendidikan.
f. Memberikan gambaran penggunaan metode SQ3R dalam remedial
teaching untuk siswa read-write.
g. Dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya.
h. Memberikan referensi dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan proses
belajar mengajar yang dilakukan oleh guru.
7
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik
1. Remedial Teaching
a. Pengertian Remedial Teaching
Menurut Kamus Inggris-Indonesia, istilah remedial berasal dari kata remedy
(bahasa Inggris) yang berarti obat, memperbaiki atau menolong. Karena itu,
remedial berarti hal-hal yang berhubungan dengan perbaikan. Remedial teaching
merupakan suatu bentuk pengajaran yang bersifat mengobati, menyembuhkan
atau membetulkan pengajaran dan membuatnya menjadi lebih baik dalam rangka
mencapai tujuan pengajaran yang maksimal.
Remedial merupakan suatu sistem belajar yang dilakukan berdasar diagnosa
yang komprehensif (menyeluruh), yang dimaksudkan untuk menemukan
kekurangan-kekurangan yang dialami siswa dalam belajar sehingga dapat
mengoptimalisasikan prestasi belajar. Dengan kata lain, kegiatan perbaikan yang
dilakukan merupakan segala usaha yang dilaksanakan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor penyebabnya dan kemudian mengupayakan alternatif-alternatif
pemecahan kesulitan belajar belajar ini, baik dengan cara pencegahan maupun
penyembuhan, berdasarkan data dan informasi yang lengkap dan objektif.
1
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
remedial teaching merupakan pembelajaran yang bersifat mencegah, mengobati,
menyembuhkan atau membetulkan dengan melakukan diagnosis kesulitan belajar
siswa dan mengupayakan alternatif pemecahan kesulitan belajarnya sehingga
siswa dapat kembali mengikuti kegiatan belajar secara klasikal dan mencapai
prestasi secara optimal.
1 Mukhtar dan Rusmini, Op.Cit., h. 8
8
Remedial teaching pada hakikatnya merupakan kewajiban bagi semua guru
setelah mereka melakukan evaluasi formatif dan menemukan adanya anak yang
belum mampu meraih tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya.2 Remedial
teaching telah diatur dalam Permendikbud No. 104 Tahun 2014 Pasal 3 Ayat 3
Butir C yang berbunyi, βpenilaian hasil belajar oleh pendidik memiliki tujuan
untuk menetapkan program perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat
penguasaan kompetensi.β
b. Perbedaan Pengajaran Biasa dengan Remedial Teaching
Bila dibandingkan, maka perbedaan antara pengajaran biasa dengan
pengajaran perbaikan (remedial) dapat dilihat sebagai berikut:
1) Kegiatan pengajaran biasa sebagai program pembelajaran di kelas dan semua
siswa ikut berpartisipasi, sedangkan kegiatan pengajaran perbaikan dilakukan
setelah diketahui adanya kesulitan belajar, kemudian dilakukan pelayanan
khusus.
2) Tujuan pengajaran biasa adalah dalam rangka mencapai tujuan pengajaran
yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan sama untuk
semua siswa, sedangkan pengajaran perbaikan tujuannya disesuaikan dengan
kesulitan belajar siswa, walaupun tujuan akhirnya sama.
3) Metode yang digunakan dalam pengajaran biasa sama untuk semua siswa,
sedangkan metode dalam pengajaran perbaikan disesuaikan dengan sifat,
jenis dan latar belakang kesulitan.
4) Pengajaran biasa dilakukan oleh guru, sedangkan pengajaran perbaikan oleh
tim (kerja sama).
5) Alat pengajaran perbaikan lebih bervariasi.
6) Pengajaran perbaikan lebih diferensial dengan pendekatan individual.
7) Evaluasi pengajaran perbaikan disesuaikan dengan kesulitan belajar yang
dialami oleh siswa.3
2 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2003), h. 20 3 Mukhtar dan Rusmini, Op.Cit., h. 21-22
9
c. Prinsip-Prinsip Remedial Teaching
Kusnandar mengemukakan prinsip-prinsip remedial teaching yang diuraikan
seperti di bawah ini.
1) Penyiapan pembelajaran: proses identifikasi kebutuhan siswa dan
menyiapkan rencana pembelajaran agar efektif.
2) Merancang berbagai kegiatan pembelajaran remedial untuk siswa dengan
bervariasi.
3) Merancang belajar bermakna, misalnya kuis, games, dan sebagainya.
4) Pemilihan pendekatan pembelajaran.
5) Memberikan arahan yang jelas untuk menghindari kebingungan siswa.
6) Merumuskan gagasan utama sesuai dengan kesulitan yan dialami siswa.
7) Meningkatkan keinginan belajar dan motivasi kepada siswa.
8) Mendorong siswa berpartisipasi aktif dalam kelas.
9) Memfokuskan pada proses belajar.
10) Memperlihatkan kepedulian terhadap individu siswa.4
d. Tujuan dan Fungsi Remedial Teaching
Secara umum, tujuan pengajaran perbaikan (remedial teaching) tidak berbeda
dengan pengajaran biasa, yaitu dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah
ditetapkan. Secara khusus, pengajaran perbaikan ini bertujuan untuk memberikan
bantuan yang berupa perlakuan pengajaran kepada para siswa yang lambat,
mengalami kesulitan, ataupun gagal dalam belajar, sehingga mereka dapat secara
tuntas dalam menguasai bahan atau materi pelajaran yang diberikan dan dapat
mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui proses perbaikan. Secara lebih
rinci, tujuan pengajaran perbaikan adalah:
1) Agar siswa dapat memahami dirinya, khususnya prestasi belajarnya, dapat
mengenal kelemahannya dalam mempelajari suatu bidang studi dan juga
kekuatannya.
4 Mulyadi, Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan terhadap Kesulitan Belajar Khusus,
(Yogyakarta: Nuha Litera, 2010), h. 51-52
10
2) Agar siswa dapat memperbaiki atau mengubah cara belajar ke arah yang lebih
baik.
3) Agar siswa dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat.
4) Agar siswa dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan yang dapat
mendorong tercapainya hasil yang lebih baik.
5) Agar siswa dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan
kepadanya, setelah ia mampu mengatasi hambatan-hambatan yang menjadi
penyebab kesulitan belajarnya dan dapat mengembangkan sikap serta
kebiasaan yang baru dalam belajar.5
Sedangkan dalam keseluruhan proses pembelajaran, pengajaran perbaikan
(remedial) berfungsi sebagai:
a) Fungsi Korektif
Fungsi korektif berarti bahwa melalui remedial teaching dapat dilakukan
pembetulan atau perbaikan terhadap hal-hal yang dipandang belum memenuhi apa
yang diharapkan dalam keseluruhan proses pembelajaran, antara lain mencakup
perumusan tujuan, penggunaan metode, cara-cara belajar, materi dan alat
pelajaran, evaluasi dan lain-lain.
b) Fungsi Pemahaman
Fungsi pemahaman berarti bahwa dengan pengajaran remdial memungkinkan
guru, siswa atau pihak-pihak lainnya akan dapat memperoleh pemahaman yang
lebih baik dan kompresif mengenai pribadi siswa.
c) Fungsi Penyesuaian
Fungsi penyesuaian berarti bahwa remedial teaching dapat membentuk siswa
untuk bisa beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya (proses
belajarnya). Artinya, siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuannya sehingga
peluang untuk mencapai hasil yang lebih baik semakin besar.
5 Mukhtar dan Rusmini, Op.Cit., h. 23-24
11
d) Fungsi Pengayaan
Fungsi pengayaan berarti bahwa remedial teaching akan dapat memperkaya
proses pembelajaran, sehingga materi yang tidak disampaikan dengan pengajaran
regular, akan dapat diperoleh melalui remedial teaching.
e) Fungsi Akselerasi
Fungsi akselerasi berarti bahwa dengan remedial teaching akan dapat
diperoleh hasil belajar yang lebih baik dengan menggunakan waktu yang efektif
dan efisien. Dengan kata lain, dapat mempercepat proses pembelajaran, baik dari
segi waktu maupun materi.
6) Fungsi Terapeutik
Fungsi terapeutik berarti bahwa secara langsung atau tidak, remedial teaching
akan dapat membantu menyembuhkan atau memperbaiki kondisi-kondisi
kepribadian siswa yang diperkirakan menunjukkan adanya penyimpangan. Hal ini
tentunya akan dapat menunjang pencapaian prestasi belajar yang lebih baik dan
pencapaian prestasi yang baik akan dapat mempengaruhi pribadi (timbal balik).6
e. Unsur-unsur dalam Kegiatan Remedial Teaching
Unsur-unsur yang terdapat dalam kegiatan remedial teaching, yaitu:
1) Sifat kegiatan remedial
Sifat-sifat pokok dalam kegiatan remedial, diantaranya: menyederhanakan
konsep-konsep yang kompleks; menjelaskan konsep-konsep yang kabur; dan
memperbaiki konsep-konsep yang disalah-tafsirkan.
2) Jumlah siswa yang memerlukan kegiatan remedial
Hal yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah bagaimana seorang guru
mengambil keputusan dalam menetapkan jumlah siswa yang memerlukan bantuan
kegiatan perbaikan pada saat yang sama sehingga kesulitan-kesulitan tiap siswa
masih sempat diperhatikan, disamping siswa yang lain juga tidak diabaikan.
6 Ibid., h. 24-25
12
3) Tempat kegiatan remedial diberikan
Guru harus mempertimbangkan dimana tempat yang paling tepat untuk
menyelenggarakan kegiatan perbaikan. Agar dapat memusatkan perhatian pada
pekerjaannya, mendapat bantuan yang wajar tersedia, mendapatkan alat-alat yang
wajar tersedia, tanpa mengganggu teman-teman sekelasnya.
4) Waktu penyelenggaraan kegiatan remedial
a) Kapan dilaksanakan dengan tepat.
b) Berapa lama dilaksanakan, bergantung pada: tingkat kesulitan belajar
siswa; waktu yang tersedia pada guru; dan waktu yang dibutuhkan oleh
siswa.
5) Siapa yang memberikan kegiatan remedial
Pihak-pihak yang dapat memberikan bantuan diantaranya: guru bidang studi;
guru pembimbing (BP); wali kelas; tutor sebaya; tutor serumah; dan sebagainya.
Yang penting siswa dapat menerima proses dan jenis bantuan yang tepat yang
memungkinkan siswa dapat belajar lebih baik.7
6) Metode yang dipakai dalam memberikan remedial
Banyak jenis metode yang digunakan dalam proses belajar-mengajar antara
lain: metode ceramah; diskusi; pemberian tugas dan resitasi; kerja kelompok;
tanya jawab; demonstrasi dan eksperimen; penemuan; role playing;
brainstorming; sosio drama; dan sebagainya.8
f. Pendekatan dalam Remedial Teaching
Pendekatan yang digunakan dalam remedial teaching, yaitu:
1) Strategi dan Teknik Pendekatan Remedial Teaching yang Kuratif9
Strategi macam ini berkaitan dengan PBM (Proses Belajar Mengajar). Kalau
program PBM telah diselenggarakan, lazimnya secara kelompok atau klasikal ada
7 Ischak S.W dan Warji R., Program Remedial dalam Proses Belajar-Mengajar, (Yogyakarta:
Liberty, 1982), h. 38-40 8 Ibid., h. 44 9 Mulyadi, Op.Cit., h. 53
13
beberapa siswa yang memperlihatkan ketidakmampuan menyelesaikan tugas-
tugasnya. Siswa-siswa itu adalah:
a) Siswa yang prestasinya ada di batas kriteria keberhasilan minimal
b) Siswa yang sedikit masih kurang atau sebaliknya lebih tinggi sekalipun
prestasinya dari ukuran kriteria keberhasilan minimal; dengan kata lain
prestasinya masih lemah.
Oleh para ahli untuk membantu siswa yang tergolong dalam a dan b diterapi
dengan pendekatan yang dikenal dengan pengulangan (repeatition), pengayaan
(enrichment), dan penguatan (reinforcement), serta percepatan (acceleration).
2) Strategi dan Teknik Pendekatan Remedial Teaching yang Preventif10
Strategi macam ini hanya ditujukan kepada siswa yang secara empirik, yang
berdasarkan data diprediksikan akan mengalami kesulitan dalam program studi
tertentu yang ditempuhnya. Oleh karena itu, pendekatan preventif selalu berupaya
agar siswa selalu mampu mencapai prestasi dan mampu menyelesaikan dengan
kriteria keberhasilan yang ditetapkan.
Jadi, kalau pendekatan kuratif yang dihadapkan pada siswa yang benar-benar
tidak tahu atau kurang memiliki kemampuan, tindakan remedial mendasarkan
pada post-teaching diagnostic (diagnostik pasca mengajar) dengan data-data dari
hasil tes sumatif, tes yang menyeluruh. Sedangkan pendekatan preventif, tindakan
remedial mendasarkan pada pretest (tes awal) atau evaluasi reflektif atau juga test
of entering behaviors (tes perilaku awal).
3) Strategi dan Teknik Pendekatan Remedial Teaching yang Bersifat
Pengembangan11
Pendekatan ketiga ini bersifat pengembangan, yaitu tindak lanjut diagnostik
selama mengajar. Dengan kata lain, diagnostik yang dilakukan guru pada waktu
PBM berlangsung.
10 Ibid., h. 57 11 Ibid., h. 61
14
g. Langkah-langkah Melakukan Remedial Teaching
Bila membicarakan langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam
melakukan remedial teaching, berarti tidak terlepas dari pembicaraan mengenai
langkah-langkah yang ditempuh dalam mendiagnosis siswa yang mengalami
kesulitan dalam belajar, karena program remedial merupakan tindak lanjut (follow
up) dari usaha memecahkan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.
Secara umum langkah-langkah prosedur diagnosis kesulitan belajar yang
dialami oleh siswa meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1) Identifikasi kasus, yaitu menentukan siapa-siapa siswa yang mengalami
gangguan atau kesulitan dalam belajar.
Untuk dapat menentukan hal ini, dapat diketahui dari informasi atau data
prestasi dan proses pembelajaran.
2) Menentukan gejala kesulitan belajar yang dialami siswa dan mengetahui di
manakah kelemahan-kelemahan itu dapat dilokasikan.
Pada langkah kedua ini, data dapat diperoleh dari informasi tes diagnostik
yang dilaksanakan. Untuk melaksanakan program remedial ini, guru tidak perlu
mengulang seluruh materi pelajaran, tetapi cukup menandai bagian mana yang
tidak dipahami oleh siswa.
3) Menganalisis berbagai faktor yang berkaitan dengan timbulnya kesulitan
belajar dan mengetahui mengapa kelemahan-kelemahan iu dapat terjadi.
Kelemahan-kelemahan ini dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor
siswa (internal) dan faktor di luar siswa (eksternal).
4) Menyusun rekomendasi (saran-saran) penyembuhan yang akan dipergunakan
dalam remedial teaching.
5) Menentukan bagaimana upaya penyembuhan atau pencegahan terhadap
kelemahan atau kesulitan dalam belajar tersebut.
Langkah pertama sampai keempat di atas merupakan usaha perbaikan atau
penyembuhan, yaitu upaya mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.
Langkah kelima merupakan usaha pencegahan, yaitu suatu antisipasi agar
15
kesulitan belajar yang sama tidak terulang kembali pada siswa yang mengikuti
kegiatan pembelajaran tersebut.12
Sebagai tindak lanjut dari langkah-langkah remedial teaching ini, maka ada
tiga kemungkinan yang akan menjadi alternatif tindakan, yaitu:
a) Apabila program remedial yang dilaksanakan berhasil, maka selanjutnya
dapat diteruskan ke program pembelajaran berikutnya.
b) Apabila program remedial tersebut belum berhasil secara sepenuhnya, maka
siswa dapat diserahkan kepada pembimbing untuk melakukan kegiatan
pengayaan.
c) Apabila program remedial tersebut belum berhasil, maka perlu diadakan
diagnosis kembali untuk mengetahui letak kelemahan program remedial yang
telah dilaksanakan, dan selanjutnya diadakan pengulangan kembali. 13
2. Gaya Belajar Read-Write
a. Pengertian Gaya Belajar
Gaya belajar menurut Ghufron, merupakan sebuah pendekatan yang
menjelaskan mengenai bagaimana individu untuk berkonsentrasi pada proses dan
menguasai informasi yang sulit dan baru melalui persepsi yang berbeda. Definisi
lain tentang gaya belajar berasal dari Hernacki dan DePorter menurutnya gaya
belajar merupakan kombinasi dari cara seseorang dalam menyerap informasi,
kemudian mengatur informasi dan mengolah informasi tersebut menjadi
bermakna.
Definisi lain tentang gaya belajar merupakan sebagai cara di mana individu
mulai berkonsentrasi pada proses, internalisasi dan pertahankan informasi
akademis yang baru dan sulit. Jadi, gaya belajar merupakan bagaimana cara
seseorang untuk dapat dengan mudah menyerap informasi yang diperolehnya,
kemudian mengolah informasi tersebut dan menguasainya sehingga informasi
menjadi bermakna. Setiap siswa memiliki gaya belajar dominannya, itulah yang
membuat gaya belajar yang dimiliki setiap siswa berbeda-beda.
12 Mukhtar dan Rusmini, Op.Cit., h. 80-83 13 Ibid., h. 86-87
16
b. Macam-macam Gaya Belajar VARK
Gaya belajar VARK adalah gaya belajar yang telah dimodifikasi dari gaya
belajar VAK, menjadi gaya belajar VARK oleh Fleming pada 2006. Terdapat
empat macam gaya belajar VARK, yaitu gaya belajar Visual, Auditory, Read-
Write, dan Kinesthetic. Berikut ini penjelasan keempat gaya belajar VARK:
1) Gaya Belajar Visual
Gaya belajar visual adalah gaya belajar dimana siswa lebih tertarik
menggunakan gambar, dan alat simbolis seperti grafik, diagram alur, hierarki,
model, dan panah yang mewakili informasi cetak/berbentuk teks. Mereka juga
mampu menjelaskan konsep kepada orang lain dengan menggambar sebuah
gambar atau gambar.14
2) Gaya Belajar Auditory
Gaya belajar auditori adalah gaya belajar dimana siswa belajar sesuatu
melalui mendengarkan. Mereka akan memberikan perhatian lebih pada
kata-kata yang disampaikan oleh guru. Mereka lebih suka mendengarkan daripada
menulis catatan.15
3) Gaya Belajar Read-Write
Gaya belajar read-write adalah gaya belajar yang lebih banyak aspek
membaca dan menulis. Seseorang yang dengan gaya belajar read-write akan lebih
mudah memahami materi pembelajaran dengan membaca dan menulis. Adapun
sarana atau media yang cocok untuk gaya belajar read-write, antara lain: kamus,
handout, buku teks, catatan, daftar, essay, membaca buku manual dan berbagai
jenis kegiatan lain yang berhubungan dengan membaca dan menulis.16 Siswa
dengan gaya belajar read-write adalah tipe pencatat. Mereka belajar lebih baik
14 Norasmah Othman, dan Mohammad Hasril Amiruddin, Different Pesrpectives of Learning
Styles from VARK Model, Procedia Social and Behavorial Sciences 7(C), 2010, h. 656 15 Ibid. 16 Darmadi, Pengembangan Metodedan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar Siswa,
(Yogyakarta: Deepublish, 2017), h. 168
17
melalui catatan yang diambil dari pembelajaran di kelas atau dari bahan bacaan
yang sulit.17
Adapun strategi belajar untuk gaya belajar read-write, antara lain: 18
a) Artikel (teks), banyak bacaan dan informasi bacaan
b) Menulis ulang, membuat resume
c) Membaca kesimpulan dari orang lain (sinopsis)
d) Membaca instruksi
e) Mencari informasi di luar
f) Menemukan ide dari bacaan
g) Membaca penjelasan yang lengkap tentang informasi
h) Ulasan tertulis (rangkuman hasil pekerjaannya)
i) Review hasil tulisannya
j) Penjelasan rinci
k) Menggunakan sistem modul
l) Menulis kembali dan membacanya berulang-ulang (dengan konten yang
sama)
4) Gaya Belajar Kinesthetic
Gaya belajar kinesthetic adalah gaya belajar dimana siswa harus melalui
pengalaman untuk mempelajari sesuatu. Mereka lebih suka menerapkan sentuhan,
gerakan, dan interaksi dengan lingkungan mereka. Selain itu, mereka tidak suka
belajar hanya dengan mendengarkan dan visual.19
5) Gaya Belajar Campuran
Siswa yang tidak memiliki satu gaya belajar dominan dilihat dari skor satu
gaya belajar lebih unggul dari skor lainnya, didefinisikan sebagai
17 Norasmah Othman, dan Mohammad Hasril Amiruddin, Loc.Cit. 18 Zulfiani, Iwan Permana Suwarna, Sujiyo Miranto, Laporan Hasil Penelitian Pengembangan
Hak Kekayaan Intelektual Tahun Anggaran 2017 βPengembangan Scienced Education-Adaptive
Learning System sebagai Media Belajar IPA Berbasis Komputer dengan Variasi Gaya Belajar
Peserta Didikβ, (Pusat Penelitian dan Penerbitan (PUSLITPEN) LP2M: UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2017), h. 2-4 19 Norasmah Othman, dan Mohammad Hasril Amiruddin, Op.Cit., h. 656-657
18
multimodal/memiliki gaya belajar campuran. Mereka ada dua jenis. Ada siswa
yang fleksibel dalam penggunaan gaya belajar dan siswa yang beralih dari satu
gaya belajar ke gaya belajar lainnya tergantung pada apa yang mereka kerjakan.
Misal, jika mereka harus berurusan dengan legalitas, mereka akan menerapkan
gaya belajar read-write. Jika mereka menonton demonstrasi teknik, mereka akan
mengekspresikan gaya belajar kinestetiknya.
Siswa dengan gaya belajar campuran ini mungkin memiliki dua, tiga atau
empat gaya belajar yang hampir sama dalam skor VARK mereka. Mereka
membutuhkan waktu lebih lama untuk mengumpulkan informasi dari setiap gaya
belajar dan sebagai hasilnya, mereka sering memiliki pemahaman yang lebih
dalam dan lebih luas. Mereka mungkin dilihat sebagai penunda tetapi beberapa
dari mereka mungkin hanya mengumpulkan semua informasi sebelum bertindak -
dan pengambilan keputusan dan pembelajaran mereka mungkin lebih baik karena
luasnya pemahaman.20
c. Pentingnya Mengetahui Gaya Belajar
Pertama, siswa. Dari pihak siswa, dengan diketahuinya gaya belajar dominan
yang dimiliki, siswa lebih termotivasi untuk belajar di lingkungan pembelajaran
yang mengakomodasi karakteristik pembelajaran mereka dan membantu mereka
dalam merumuskan strategi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan
pembelajaran mereka,21 sehingga membantu siswa untuk mendapatkan prestasi
dalam pembelajaran mereka.
Kedua, guru. Dengan mengetahui gaya belajar siswa, guru dapat membantu
siswa belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki siswa22 dengan lebih
memperhatikan desain pembelajaran yang akan dikelolanya menyesuaikan gaya
20 Anonim, VARK A Guide to Learning Preferences, www.vark-learn.com, (diakses pada
Kamis, 16 Mei 2019 pukul 09.23 WIB) (Anonim) 21 Halizah Awang, dkk., Relationship between the Learning Styles Preferences and Academic
Achievement, (Batu Pahat: Universiti Tun Hussein Onn Malaysia, 2017), h. 2 22 Febi Dwi Widayanti, Pentingnya Mengetahui Gaya Belajar Siswa dalam Pembelajaran di
Kelas, Erudio Vol. 2 No.1, 2013, h. 8
19
belajar siswa 23 sehingga prestasi belajar siswa dapat tumbuh dengan baik. Dalam
hal ini, dituntut kreativitas dalam memvariasikan metode mengajar dalam hal
pemilihan media pendidikan.24
Ketiga, orang tua. Bagi orang tua dengan mengetahui gaya belajar anaknya,
memungkinkan mereka untuk menyediakan fasilitas belajar yang sesuai dengan
gaya belajar anak-anak mereka di rumah.25
3. Metode Pembelajaran SQ3R
a. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun
langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan
dilaksanakan. Metode pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu prosedur atau
proses yang teratur, suatu jalan atau cara yang teratur untuk melakukan
pembelajaran. Selain itu, definisi lain dari metode merupakan a way in achieving
something, yang dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata
dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.26 Menurut Wina Sanjaya,
metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimal.
Berdasarkan beberapa definisi metode pembelajaran menurut para ahli,
metode pembelajaran adalah suatu prosedur atau cara yang digunakan untuk
melaksanakan rencana kegiatan pembelajaran yang sudah disusun teratur dalam
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
23 Yen Chania, M. Haviz, dan Dewi Sasmita, Hubungan Gaya Belajar dengan Hasil Belajar
Siswa pada Pembelajaran Biologi Kelas X SMAN 2 Sungai Tarab Kabupaten Tanah Datar,
Journal of Sainstek 8 (1), 2016, h. 78 24 Darmadi, Op.Cit., h. 173 25 Ibid., h. 174 26 Taufik, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Inti Prima, 2010), h. 13
20
b. Metode SQ3R
1) Pengertian Metode SQ3R
SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) merupakan metode
pembelajaran yang sangat baik untuk kepentingan membaca secara intensif dan
rasional, guna menemukan ide-ide pokok dan pendukungnya serta membantu
mengingat agar lebih tahan lama. Metode ini dianjurkan oleh seorang guru besar
psikologi dari Ohio State University, yaitu Francis P. Robinson.27 Metode SQ3R
dapat digunakan dalam proses pembelajaran kurikulum 2013 karena memiliki
tahapan atau sintaks yang sesuai dengan metode pembelajaran saintifik.28
2) Karakteristik Metode SQ3R
Membaca dengan menggunakan metode SQ3R memiliki beberapa
karakteristik, yaitu:29
a) Melakukan survey. Kegiatan survey ini untuk memperoleh gambaran umum
dari suatu bacaan.
b) Merumuskan beberapa pertanyaan tentang isi bacaan. Kegiatan ini diharapkan
dapat menumbuhkan rasa ingin tahu yang jawabannya terdapat dalam isi
bacaan tersebut.
c) Membaca. Kegiatan ini untuk mendapatkan informasi dari pertanyaan-
pertanyaan yang muncul pada kegiatan sebelumnya.
d) Menceritakan/mengutarakan kembali isi bacaan. Hal ini untuk memudahkan
ingatan.
e) Meninjau kembali/mengulang kembali apa yang dianggap penting. Aktivitas
ini bertujuan untuk memberikan gambaran keseluruhan dari isi bacaan.
27 Lilis Siti Sulistyaningsih, Op.Cit., h. 3-4 28 Boni Alep, Daud K. Walanda, dan Baharuddin Hamzah, Penerapan Metode Pembelajaran
SQ3R Berbantuan Internet terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X pada Materi Sistem Periodik
Unsur di SMA Labschool Palu, Jurnal Akademika Kimia Vol. 4 No. 1, 2015, h. 46 29 Rochanda Wiradinata, Jaja dan Apipuddin, Keefektifan Metode SQ3R Berbasis Teks Bernilai
Budaya dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman, Jurnal Tuturan Vol. 4 No.1, 2015, h. 727
21
3) Langkah-langkah Metode SQ3R
a) Langkah 1: Survey
Melihat sekilas judul bacaan untuk menemukan beberapa poin yang akan
dikembangkan. Survei dilakukan tidak lebih dari satu menit dan memunculkan
tiga hingga enam poin yang akan dibahas dalam diskusi kelas.30 Selain itu,
melihat sekilas untuk mengenal keseluruhan anatomi buku, kemenarikan, dan
kemanfaatannya. Anatomi buku meliputi: (1) bagian pendahuluan, seperti
halaman judul (judul, nama pengarang, penerbit, tempat penerbit, tahun terbit,
dan sebagainya), daftar isi, halaman ucapan terima kasih, daftar, tabel, dan daftar
gambar (jika ada daftar tabel, grafik, dan gambar), barangkali juga halaman yang
berisi persetujuan yang berwenang menerbitkan buku tersebut, dan abstraksi; (2)
bagian isi buku, yang menggambarkan urutan dan tata penyajian isi buku; (3)
bagian akhir buku, yaitu berisi kesimpulan, saran atau rekomendasi, daftar
pustaka, dan indeks.31
b) Langkah 2: Question
Pembaca mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
bacaan. Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat dapat menuntunnya memahami
bacaan dan mengarahkan pikiran pada isi bacaan sehingga pembaca bersikap
aktif. Pembaca boleh mengkritik, tidak hanya mengikuti saja apa yang dikatakan
pengarang.32 Cara yang dapat digunakan ialah dengan mengubah judul dan
subjudul atau yang lebih kecil dari subjudul menjadi suatu pertanyaan, dengan
menggunakan kata-kata tanya apa, siapa, kapan, di mana, mengapa dan
bagaimana.33
30 Francis P. Robinson, Effective Study, (United States of America: Harper & Brothers, 1946),
h. 28 31 Lilis Siti Sulistyaningsih, Op.Cit., h. 5 32 Ibid. 33 Ibid., h. 16
22
c) Langkah 3: Read
Membaca untuk menjawab pertanyaan, dari judul sampai akhir bacaan.
Pembaca harus jelas apa yang ingin dia pelajari saat dia membaca setiap bagian
dan bukan hanya secara pasif membacanya baris demi baris.34 Pembaca dapat
membaca dengan dituntun oleh pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan.
Perlambat cara membaca pada bagian-bagian yang penting atau yang dianggap
sulit dan percepat kembali pada bagian-bagian yang tidak penting atau yang telah
diketahui. Dengan demikian, kegiatan membaca relatif lebih cepat dan efektif,
tetapi pemahaman yang menyeluruh tentang bacaan didapatkan. Pada langkah ini
konsentrasi sangatlah penting.35
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan membaca: (1) jangan
membuat catatan yang berlebihan, pilih bagian-bagian yang penting saja; (2)
jangan membuat tanda-tanda seperti garis bawah bila tidak sesuai dengan
keperluan. Catatan pada saat membaca berguna untuk: (1) membantu melihat
struktur apa yang dibaca; (2) mengambil pokok yang menarik, berguna atau
sesuatu yang diperlukan; (3) mengingat-ingat materi yang penting; (4) sebagai
bahan acuan bila suatu ketika diperlukan; (5) membantu konsentrasi dan
memudahkan mengingat apa yang dibaca.36
d) Langkah 4: Recite
Setelah membaca bagian pertama, berpalinglah dari buku dan coba tuliskan
jawaban untuk pertanyaan Anda. Gunakan kata-kata Anda sendiri dan beri contoh.
Jika Anda bisa melakukan ini, Anda tahu apa yang ada di dalam buku, jika tidak
bisa, bacalah lagi. Cara terbaik untuk mengingat bacaan ini adalah dengan
membuat ringkasan di selembar kertas. Buat catatan ini dengan sangat singkat.37
34 Francis P. Robinson, Op.Cit., h. 29 35 Lilis Siti Sulistyaningsih, Op.Cit., h. 6 36 Ibid., h. 17-18 37 Francis P. Robinson, Op.Cit., h, 28
23
e) Langkah 5: Review
Setelah selesai membaca buku secara keseluruhan, tinjau kembali hal-hal
penting yang telah dibaca. Temukan bagian-bagian penting yang perlu untuk
diingat kembali, terutama hal-hal yang telah diberi tanda atau digaris bawahi.
Pengulangan kembali ini akan membantu daya ingat untuk memperjelas
pemahaman terhadap bacaan, juga menemukan hal penting yang mungkin
terlewat sebelumnya, serta pembaca mendapatkan isi buku secara keseluruhan.38
4) Tujuan Metode SQ3R
Pembelajaran dengan metode SQ3R bertujuan untuk:39
a) Membekali siswa dengan suatu pendekatan yang sistematis terhadap jenis-
jenis kenyataan membaca, dan meningkatkan cara belajar yang efektif dan
efisien.
b) Meningkatkan proses belajar mengajar secara lebih mantap dan efisien untuk
berbagai materi bacaan dan diarahkan kepada suatu metodepengajaran
membaca untuk kepentingan orang lain.
Berdasarkan uraian tersebut, diungkapkan bahwa metode SQ3R sangat efektif
dalam membaca. Usaha yang efektif untuk memahami dan mengingat lebih lama
dapat dilakukan dengan:
a) Mengorganisasikan bacaan dalam kaitan yang mudah dipahami
b) Mengaitkan fakta yang satu dengan yang lain atau dengan menghubungkan
pengalaman atau konteks yang dihadapi
4. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Witherington menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam
kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru yang
berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Menurut
Hilgard dan Marquis, belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam
38 Lilis Siti Sulistyaningsih, Op.Cit., h. 6 39 Rochanda Wiradinata, Jaja dan Apipuddin, Loc.Cit.
24
diri seseorang melalui, latihan, pembelajaran, dan lain-lain sehingga terjadi
perubahan dalam diri. Selain itu, berkaitan dengan pengaruh pengalaman
terhadap belajar, Gagne menyatakan bahwa belajar adalah sebuah proses
perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia, seperti
sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya, yaitu peningkatan
kemampuan untuk melakukan berbagai jenis kinerja.40
Menurut W.S. Winkel seorang kognitivis, menyatakan bahwa belajar adalah
suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Dalam konteks neuropsikologi, telah
mendefinisikan belajar sebagai aktivitas pemerolehan pengetahuan baru, perilaku,
keterampilan, nilai atau pemahaman, dengan cara melakukan sintesis terhadap
berbagai informasi yang berbeda.41
Dari kelima definisi belajar di atas dapat ditarik suatu benang merah bahwa
belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang yang
diperoleh dari pengalaman, hasil interaksi dengan lingkungan dan sumber-sumber
pembelajaran yang ada di sekitarnya sehingga terjadi perubahan perilaku, minat,
kebiasaan, keterampilan, nilai atau kognitif seseorang.
b. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Abdurrahman, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak
setelah melalui kegiatan belajar. Anak-anak yang berhasil dalam belajar ialah
yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan
instruksional. Menurut A. J. Romiszowski, hasil belajar merupakan keluaran
(outputs) dari suatu sistem pemrosesan masukan (inputs). Masukan dari sistem
tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah
perbuatan atau kinerja. Menurutnya, perbuatan merupakan petunjuk bahwa proses
40 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2012), h. 12 41Ibid., h. 14
25
belajar telah terjadi dan hasil belajar dapat dikelaskan ke dalam dua macam saja,
yaitu pengetahuan dan keterampilan.42
Hasil belajar menurut Suprijono merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.43 Selain itu,
menurut Lindergen, hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi,
pengertian, dan sikap.44 Hasil belajar menurut Ahmad Susanto (2016: 5)
merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang
menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan
belajar.
Hasil belajar berdasarkan lima definisi di atas merupakan perubahan
kemampuan (kognitif, afektif, dan psikomotorik) yang terjadi pada diri siswa
setelah mengikuti proses kegiatan belajar, perubahan kemampuan tersebut
menandakan bahwa tujuan pembelajaran telah tercapai.
c. Ranah Kognitif Taksonomi Bloom Revisi
Taksonomi berarti suatu himpunan dari prinsip-prinsip klasifikasi atau suatu
struktur klasifikasi.45 Taksonomi Bloom mengklasifikasikan tujuan, tujuan
tersebut mengandung kata kerja dan kata benda. Kata kerja umumnya
menggambarkan proses kognitif. Kata benda umumnya menjelaskan pengetahuan
yang diharapkan diperoleh siswa.46 Menurut Jarolimek dan Foster, tujuan ranah
kognitif taksonomi Bloom berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap
pengetahuan dan informasi, serta pengembangan keterampilan intelektual.47 Jadi,
taksonomi Bloom ranah kognitif ialah suatu pengelompokan berdasarkan prinsip-
prinsip klasifikasi yang berorientasi pada kemampuan berpikir, dengan adanya
42 Mulyono Abdurrahman,. Op.Cit.,h. 38 43 Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan
Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2011), h. 22 44 Ibid., h. 24 45 Suyono dan Hariyanto, Op.Cit., h. 167 46 Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, 2001, A Taxonomy for Learning, Teaching,
and Assessing: A Revision of Bloomβs Taxonomy of Educational Objectives, (New York: Addison
Wesley Longman, Inc.), h. 4-5 47 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 1999), h. 202
26
pengelompokkan tersebut dapat membuat tujuan belajar yang ingin dicapai
menjadi lebih jelas.
Tabel 2. 1 Ranah Proses Kognitif Taksonomi Bloom48
Kategori dan Proses
Kognitif Nama Alternatif Definisi dan Contoh
1. Mengingat β Mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang.
1.1 Mengenali Mengidentifikasi Menemukan pengetahuan dalam
memori jangka panjang yang sesuai
dengan materi yang disajikan
(contoh: mengenali tanggal
peristiwa penting dalam sejarah
AS).
1.2Mengingat
Kembali
Mendapatkan
kembali
Mendapatkan kembali dari memori
jangka panjang (contoh: mengingat
tanggal dari peristiwa penting dalam
sejarah AS).
2. Memahami β mengkonstruk makna dari materi pembelajaran, termasuk apa
yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru.
2.1 Menafsirkan Mengklarifikasi,
menunjukkan,
menerjemahkan
Mengubah dari satu bentuk (misal:
angka) ke bentuk lain (misal: verba),
(contoh: mengartikan pidato dan
dokumen penting).
2.2 Mencontohkan Mengilustrasikan Menemukan contoh atau ilustrasi
spesifik dari suatu konsep atau
prinsip (contoh: berikan contoh
berbagai gaya lukisan artistik).
2.3
Mengklasifikasikan
Mengkategorikan,
menggolongkan
Menentukan sesuatu yang termasuk
dalam kategori (misal: konsep atau
prinsip), (contoh: klasifikasikan
kasus gangguan mental yang
diamati atau dideskripsikan).
2.4 Merangkum Meringkaskan,
memberikan
pernyataan umum
Meringkas tema umum atau poin
utama (contoh: tuliskan ringkasan
singkat dari peristiwa-peristiwa
yang digambarkan pada video).
2.5 Menyimpulkan Meramalkan,
menambahkan,
memprediksi
Memberi kesimpulan dari informasi
yang disajikan (contoh: dalam
mempelajari bahasa asing,
simpulkan prinsip-prinsip
gramatikal dari contoh-contoh).
48 Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Op.Cit., h. 67-68
27
Kategori dan Proses
Kognitif Nama Alternatif Definisi dan Contoh
2.6 Membandingkan Membedakan,
memetakan,
menyesuaikan
Mendeteksi kesesuaian antara dua
gagasan, objek, dan sejenisnya
(contoh: bandingkan peristiwa
bersejarah dengan situasi
kontemporer).
2.7 Menjelaskan Menyusun Menyusun sebab-akibat dari suatu
sistem (contoh: Jelaskan penyebab
peristiwa penting abad ke-18 di
Prancis).
3. Mengaplikasikan β menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam
keadaan tertentu.
3.1 Mengeksekusi Melaksanakan Menerapkan prosedur untuk tugas
(contoh: bagilah satu bilangan bulat
dengan bilangan bulat lainnya,
keduanya dengan beberapa digit).
3.2
Mengimplementasikan
Menggunakan Menerapkan prosedur untuk tugas
yang tidak biasa (contoh: gunakan
hukum II Newton dengan tepat).
4. Menganalisis β memecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya dan
menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu dan hubungan antara
bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur dan tujuan.
4.1 Membedakan Memfokuskan,
memilih
Membedakan yang relevan dan yang
tidak relevan dari materi yang
disajikan (contoh: bedakan antara
nomor yang relevan dan tidak
relevan dalam permasalahan
matematika).
4.2
Mengorganisasikan
Menemukan,
menghubungkan,
menggabungkan,
menguraikan,
menyusun
Menentukan bagaimana elemen
cocok atau berfungsi dalam suatu
struktur (contoh: menyusun bukti
dalam deskripsi sejarah menjadi
bukti untuk melawan penjelasan
historis tertentu).
4.3 Mengatribusikan Dekonstruksi Menentukan sudut pandang, bias,
nilai, atau maksud yang mendasari
materi yang disajikan (contoh:
tentukan sudut pandang penulis esai
dalam hal perspektif politiknya).
5. Mengevaluasi β mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan standar.
5.1 Memeriksa Mencocokkan,
mendeteksi,
memantau,
mencoba
Mendeteksi ketidak sesuaian atau
kesalahan dalam proses atau produk;
menentukan apakah suatu proses
atau produk sesuai; mendeteksi
efektivitas prosedur seperti yang
28
Kategori dan Proses
Kognitif Nama Alternatif Definisi dan Contoh
sedang dilaksanakan (contoh:
tentukan apakah kesimpulan seorang
ilmuwan berdasarkan data yang
diamati).
5.2 Mengkritik Menilai Mendeteksi ketidak sesuaian antara
produk dan kriteri, menentukan
apakah suatu produk sesuai;
mendeteksi kesesuaian prosedur
untuk masalah yang diberikan
(contoh: menilai mana dari dua
metode yang merupakan cara
terbaik untuk memecahkan masalah
yang diberikan).
6. Mencipta β memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru
dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal.
6.1 Merumuskan Membuat
hipotesis
(menduga)
Munculnya alternatif berdasarkan
kriteria (contoh: buatlah hipotesis
untuk memperhitungkan fenomena
yang diamati).
6.2 Merencanakan Merancang Merancang prosedur untuk
menyelesaikan beberapa tugas
(contoh: rencanakan makalah
penelitian tentang topik sejarah
tertentu).
6.3 Memproduksi Membangun Menemukan suatu produk (contoh:
bangun habitat untuk tujuan
tertentu).
29
5. Konsep Hukum Newon
a. Peta Konsep
Gambar 2. 1 Peta Konsep Hukum Newton
b. Gaya
Sebuah gaya memiliki arah dan besar, sehingga merupakan vektor yang
mengikuti aturan-aturan penjumlahan vektor. Gaya apapun digambarkan pada
sebuah diagram dengan sebuah tanda panah, seperti yang dilakukan dengan
kecepatan. Arah tanda panah tersebut merupakan arah dorongan atau tarikan, dan
panjangnya digambarkan sebanding dengan besar gaya. Gaya tidak selalu
menyebabkan gerak.49 Berikut macam-macam gaya yang akan dipelajari:
1) Gaya Berat
Gaya berat sering disebut berat. Massa dan berat merupakan dua buah
besaran fisika yang berbeda. Massa adalah ukuran banyaknya materi yang
dikandung oleh suatu benda atau massa merupakan ukuran kelembaman suatu
benda, sedangkan berat merupakan gaya gravitasi yang bekerja pada suatu benda.
Massa benda di tiap lokasi adalah tetap, sedangkan berat bendanya berubah-ubah
tergantung gaya gravitasi Bumi yang bekerja pada benda tersebut. Vektor berat
selalu berarah tegak lurus pada permukaan Bumi menuju ke pusat Bumi, baik
pada bidang horizontal, bidang miring ataupun pada bidang tegak.
49 Douglas C. Giancoli, Fisika Edisi Kelima Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 91
30
Gambar 2. 2 Arah vektor gaya berat pada berbagai bidang
Rumus berat:
π€ = ππ (2.1)
Keterangan:
π€ = gaya berat benda (N)
π = massa benda (kg)
π = percepatan gravitasi Bumi (9,8 m/s2) 50
2) Gaya Normal
Gaya normal merupakan gaya yang bekerja pada bidang sentuh antara dua
permukaan yang bersentuhan dengan arah selalu tegak lurus pada bidang sentuh.
Gaya normal dan gaya berat bukan merupakan pasangan aksi-reaksi. Vektor gaya
normal tegak lurus pada bidang sentuh, sedangkan vektor gaya berat tegak lurus
pada permukaan Bumi dan menuju ke pusat Bumi.51
Gambar 2. 3 Arah vektor gaya normal pada berbagai bidang
50 Marthen Kanginan, Fisika untuk SMA/MA Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2016), h. 254-255 51 Ibid., h. 256-257
31
3) Gaya Gesek
Gaya gesek muncul jika permukaan dua benda bersentuhan langsung secara
fisik. Arah gaya gesekan searah dengan permukaan bidang sentuh dan
berlawanan dengan kecenderungan arah gerak. Gaya gesekan bekerja ketika
benda bergerak di udara, air, ataupun meluncur di atas benda padat lainnya. Nilai
gaya gesekan benda berbeda dalam tiap keadaan, baik ketika benda masih dalam
keadaan diam, tepat akan bergerak, ataupun sudah bergerak.
Gambar 2. 4 Grafik hubungan antara gaya gesekan dengan
gaya dorong yang diberikan
Rumus gaya gesekan:
a) Besar gaya gesekan statis antara dua permukaan yang bersentuhan
ππ β€ ππ π (2.2)
Rumus gaya gesek statis dipakai saat benda belum bergerak dan tepat
akan bergerak. Ketika benda tepat akan bergerak:
ππ = ππ ,ππππ = ππ π (2.3)
b) Besar gaya gesekan kinetis yang bekerja pada suatu benda adalah tetap
ππ = πππ (2.4)
Keterangan:
ππ = gaya gesek statis (N)
ππ = gaya gesek kinetis (N)
ππ = koefisien gesekan statis
32
ππ = koefisien gesekan kinetis
N = gaya normal (N)
Nilai ππ dan ππ bergantung pada sifat antara dua permukaan benda yang
bersentuhan. Secara umum, ππ lebih kecil daripada ππ .52
4) Gaya Tegang Tali
Tegangan tali adalah gaya tegang yang bekerja pada ujung-ujung tali karena
tali tersebut tegang. Jika tali dianggap ringan (beratnya dapat diabaikan), gaya
tegangan tali pada kedua ujung tali untuk tali yang sama dianggap sama besar.53
Gambar 2. 5 Contoh tiga benda A, B, dan C dihubungkan oleh dua utas tali.
Di ujung-ujung tali 1 muncul tegangan T1 dan di ujung-ujung tali 2 muncul tegangan T2
c. Hukum-hukum Newton
1) Hukum I Newton
Hukum I Newton berbunyi:
Jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol, benda yang mula-
mula diam akan terus diam, sedangkan benda yang mula-mula bergerak akan
terus bergerak dengan kecepatan tetap.
Secara matematis, hukum I Newton dinyatakan sebagai berikut.
β πΉ = 0 untuk benda diam atau bergerak lurus beraturan (2.5)
Kecenderungan sebuah benda untuk mempertahankan keadaan diam atau
gerak tetapnya pada garis lurus disebut inersia atau kelembaman. Dengan
52 Ibid., h. 258-260 53 Ibid., h. 260
33
demikian, hukum I Newton sering disebut hukum inersia atau hukum
kelembaman. Ukuran kuantitas kelembaman suatu benda adalah besaran massa.
Semakin besar massa benda, semakin besar kelembaman benda (semakin sukar
digerakkan atau dihentikan).54
2) Hukum II Newton
Hukum II Newton berbunyi:
Percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja
padanya dan berbading terbalik dengan massanya. Arah percepatan sama
dengan arah gaya total yang bekerja padanya.
Secara matematis dituliskan sebagai berikut.
π =β πΉ
π (2.6)
Keterangan:
π = percepatan benda (m/s2)
β πΉ = resultan gaya yang bekerja pada benda (N)
π = massa benda (kg)55
3) Hukum III Newton
Hukum III Newton berbunyi:
Ketika suatu benda memberikan gaya pada benda kedua, benda kedua
tersebut memberikan gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah terhadap
benda yang pertama.
Hukum ini terkadang dinyatakan sebagai berikut.
Untuk setiap aksi, ada suatu reaksi yang sama besar, tetapi berlawanan arah.
Perlu diingat bahwa gaya aksi dan gaya reaksi bekerja pada benda yang
berbeda sehingga tidak dapat saling meniadakan.
Secara matematis, hukum III Newton dirumuskan sebagai berikut.56
54 Ibid., h. 242-243 55 Douglas C. Giancoli, Op.Cit., h. 95 56 Ibid., h. 97
34
β πΉπππ π = β β πΉπππππ π (2.7)
d. Penerapan Hukum-hukum Newton
1) Gerak benda pada bidang datar
Gerak benda pada bidang datar dapat dilihat pada Gambar 2.6 berikut.
Gambar 2. 6 Gerak benda pada bidang datar57
dimana f adalah gaya gesek, N adalah gaya normal, F adalah gaya tarik, dan w
adalah gaya berat.
2) Gerak benda pada bidang miring
Gerak benda pada bidang miring dapat dilihat pada Gambar 2.7 berikut.
Gambar 2. 7 Gerak benda pada bidang miring58
3) Gerak benda yang dihubungkan dengan tali melalui sebuah katrol
Gerak benda yang dihubungkan dengan tali melalui sebuah katrol dapat
dilihat pada Tabel 2.2 berikut.
57 Raymond A. Serway dan Chris Vuille, College Physics, (Australia: Charles Hartford, 2012),
h. 108 58 Ibid., h. 107
35
Tabel 2. 2 Gerak benda yang Dihubungkan dengan Tali melalui Sebuah Katrol59
Dua Buah Benda yang Dihubungkan
dengan Katrol
Sebuah Balok Terletak di Atas Meja
yang Dihubungkan dengan Balok
yang Tergantung Vertikal melalui
Sebuah Katrol
Percepatan:
π =(ππ΄ β ππ΅)
(ππ΄ + ππ΅)π
Percepatan:
π =ππ΄
(ππ΄ + ππ΅). π
Tegangan Tali:
π = (2π1π2
π1 + π2) π
Tegangan Tali:
π = ππ΄(π β π) atau
π = ππ΅. π
59 Ibid., h. 104-105
36
4) Gerak benda dalam lift
Gerak benda dalam lift dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut.
Tabel 2. 3 Gerak Benda dalam Lift60
Lift Diam atau
Bergerak dengan
Kecepatan
Konstan
Lift Dipercepat ke Atas Lift Dipercepat ke
Bawah
N = w = m.g N = m(g+a) N = m(g-a)
B. Penelitian yang Relevan
Berikut ini adalah beberapa penelitian yang relevan terkait penelitian yang
akan dilaksanakan oleh penulis, diantaranya adalah:
1. Jurnal Boni Alep, Daud K. Walanda, dan Baharuddin Hamzah (2015) yang
berjudul βPenerapan Metode Pembelajaran SQ3R Berbantuan Internet
terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X pada Materi Sistem Periodik Unsur di
SMA Labschool Paluβ. Penelitian dengan sampel 37 siswa SMA X IPA ini
menggunakan quasi experimental dengan non-randomized pre-test and post-
test control groups design dan menjelaskan bahwa penerapan metode
pembelajaran SQ3R berbantuan internet pada materi sistem periodik unsur
memberikan pengaruh positif (lebih baik) dibandingkan dengan hasil belajar
60 Raymond A. Serway dan John W Jewett, Fisika untuk Sains dan Teknik, Terj. dari PHYSICS
for Scientists and Engineers with Modern Physics oleh Chriswan Sungkono, (Jakarta: Salemba
Teknika, 2014)., h. 192-193
37
siswa menggunakan cara konvensional (tidak menggunakan metode SQ3R
berbantuan internet).61
2. Penelitian skripsi Nurdiawati (2016) yang berjudul βPengaruh
MetodePembelajaran Kooperatif Tipe SQ3R Berbantuan Media Praktikum
Sederhana terhadap Hasil Belajar Siswa Materi Pokok Oksidasi-Reduksi
Siswa Kelas X MS SMA Negeri 1 Narmada Tahun Ajaran 2015/2016β.
Penelitian dengan sampel 212 siswa MS ini menggunakan non-equivalent
control group design, hasilnya diperoleh Fhitung > Ftabel yang menunjukkan
bahwa penerapan metodepembelajaran kooperatif tipe SQ3R berbantuan
media praktikum sederhana berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil
belajar materi pokok oksidasi-reduksi pada kelas X MS SMAN 1 Narmada.62
3. Jurnal Anne Bosman dan Slome Schulze (2018) yang berjudul βLearning
Style Preferences and Mathematics Achievement of Secondary Schoolβ.
Penelitian ini dengan sampel 240 siswa SMP ini menggunakan quantitative
research design. Hasil penelitian ini diperoleh terdapat hubungan positif
antara gaya belajar dengan hasil belajar matematika. Hasil tertinggi terdapat
pada gaya belajar auditory, visual dan reading.63
4. Jurnal Zulfiani Zulfiani, Iwan Permana Suwarna, dan Sujiyo Miranto (2018)
yang berjudul βScience Education Adaptive Learning System as A Computer-
Based Science Learning with Learning Style Variationsβ. Sampel penelitian
ini adalah siswa di tiga SMPN dan MTs di Tangerang Selatan. Penelitian ini
menggunakan metodologi campuran, yaitu Akker, Gravemeijer, McKenney,
dan Nieveen dengan tahapan preliminary research, prototyping stage,
summative evaluation, systematic reflection dan documentation. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa mengidentifikasi gaya belajar siswa sebagai
61 Boni Alep, Daud K., Walanda, dan Baharuddin Hamzah, Op.Cit., h. 44 62 Nurdiawati, Skripsi: Pengaruh MetodePembelajaran Kooperatif Tipe SQ3R Berbantuan
Media Praktikum Sederhana terhadap Hasil Belajar Siswa Materi Pokok Oksidasi-Reduksi Siswa
Kelas X MS SMA Negeri 1 Narmada Tahun Ajaran 2015/2016, (Mataram: Universitas Mataram,
2016), h. 3 63 Anne Bosman dan Slome Schulze, Learning Style Preferences and Mathematics
Achievement of Secondary School, South African Journal of Education Vol. 38 No. 1, 2018, h. 4
38
faktor yang signifikan dalam keefektifan belajar, terlebih menggunakan
media ScEd-Adaptive Learning System yang sudah disesuaikan dengan
karakteristik masing-masing gaya belajar.64
5. Jurnal Veena Khongpit, Krich Sintanakul, dan Thanyarat Nomphonkrang
(2018) yang berjudul βThe VARK Learning Style of the University Student in
Computer Courseβ. Sampel penelitian ini adalah 145 mahasiswa yang
terdaftar mengikuti kursus komputer. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa desain bahan ajar harus dilakukan dengan menciptakan kegiatan yang
kreatif dan lingkungan yang sesuai dengan gaya belajar siswa dalam
meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa.65
6. Jurnal Norasmah Othman, dan Mohd. HasrilAmiruddin (2010) yang berjudul
βDifferent Perspectives of Learning Styles from VARK Modelβ. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa siswa akan lebih mudah memahami atau
menerima informasi yang didapat apabila informasi tersebut disampaikan
sesuai dengan gaya belajarnya. Hal ini karena gaya belajar yang tepat dan
efektif dapat membantu siswa untuk mendapatkan prestasi dalam
pembelajaran mereka.66
7. Jurnal Kartono, Akhmad Nur Rizki, dan Suhito (2016) yang berjudul βThe
Effectiveness of Remedial Teaching Based Diagnostic Assessment on the
Achievement Student Mathematics Learning Outcomes in Inquiry Learning
Modelβ. Sampel penelitian ini adalah siswa SMP kelas 8 SMPN 22 Semarang
dengan menggunakan posttest only control group design. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa penerapan remedial teaching lebih efektif terhadap hasil
belajar matematika, terlebih berdasarkan tes diagnostik dibandingkan tidak
64 Zulfiani Zulfiani, Iwan Permana Suwarna, dan Sujiyo Miranto, Op.Cit,. h. 711 65 Veena Khongpit, Krich Sintanakul, dan Thanyarat Nomphonkrang, The VARK Learning
Style of the University Student in Computer Course, International Journal of Learning and
Teaching Vol. 4 No. 2, 2018, h. 105 66 Norasmah Othman, dan Mohd. Hasril Amiruddin, Op.Cit., h. 658
39
menerapkan remedial teaching dan tes diagnostik, metodepembelajaran
inkuiri juga mempengaruhi keefektifannya.67
8. Jurnal Ritaningsih (2017) yang berjudul βUpaya Meningkatkan Motivasi dan
Hasil Belajar Siswa Melalui Kegiatan Tutor Sebaya dalam Remedial teaching
Materi Getaran dan Gelombang di Kelas VIII C Semester Genap Tahun
Pelajaran 2015/2016 SMP Negeri 1 Pangkah Kabupaten Tegalβ. Sampel
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Pangkah
tahun pelajaran 2015/2016 yang mendapat nilai kang dari 76 (remedial). Jenis
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa melalui kegiatan tutor sebaya dalam remedial teaching materi getaran
dan gelombang di kelas VIII C tahun pelajaran 2015/2016 SMP Negeri 1
Pangkah Kabupaten Tegal dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar
siswa.68
C. Kerangka Berpikir
Penelitian ini dilakukan karena fisika dianggap sebagai mata pelajaran yang
penting untuk dikuasai oleh siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun, tidak
sedikit siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajarinya khususnya pada
konsep Hukum Newton. Siswa memiliki gaya belajarnya masing-masing yang
membuat mereka lebih mudah dalam memahami informasi yang didapat. Siswa
read-write tidak mudah memahami materi hukum Newton ketika guru tidak
mengoptimalkan gaya belajarnya. Siswa read-write mengharapkan stimulus yang
digunakan guru sesuai dengan karakteristik gaya belajarnya melalui
metodepembelajaran yang digunakan. Dalam pembelajaran, guru tidak
mengoptimalkan kemampuan membaca siswa read-write, melainkan dengan
hanya meminta siswa read-write untuk membaca materi yang akan dibahas tanpa
67 Kartono, Akhmad Nur Rizki, dan Suhito, The Effectiveness of Remedial Teaching Based
Diagnostic Assessment on the Achievement Student Mathematics Learning Outcomes in Inquiry
Learning Model, IJARIIE Vol. 2 Issue 4, 2016, h. 478 68 Ritaningsih, Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Melalui Kegiatan Tutor
Sebaya dalam Pengajaran Remedial Materi Getaran dan Gelombang di Kelas VIII C Semester
Genap Tahun Pelajaran 2015/2016 SMP Negeri 1 Pangkah Kabupaten Tegal, Pancasakti Science
Education Journal, 2017, h. 68
40
memberikan bentuk tanggungjawab lainnya (seperti merangkum hasil bacaan dan
mengumpulkannya atau menjawab pertanyaan guru terkait bacaan) kepada siswa
read-write. Sementara siswa hanya belajar fisika di kelas ketika pembelajaran
fisika berlangsung. Kesulitan siswa read-write terhadap konsep hukum Newton
terus bermunculan sehingga membuat hasil belajarnya rendah. Oleh sebab itu,
penulis mencoba menyelesaikan masalah tersebut dengan memberikan treatment
berupa metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) dalam remedial
teaching. Oleh karenanya, dengan remedial teaching menggunakan metode SQ3R
(Survey, Question, Read, Recite, Review) diharapkan hasil belajar siswa
meningkat.
41
Gambar 2. 8 Bagan Kerangka Berpikir
Siswa read-write merasa kesulitan dalam mempelajari fisika khususnya pada
konsep hukum Newton.
Siswa read-write mengharapkan stimulus yang digunakan guru sesuai dengan
karakteristik gaya belajaranya melalui metode pembelajaran yang digunakan.
Guru tidak mengoptimalkan kemampuan membaca siswa read-write ketika
pembelajaran berlangsung.
Siswa read-write tidak mudah memahami konsep hukum Newton ketika guru tidak
mengoptimalkan gaya belajarnya.
Hasil belajar siswa read-write di bawah KKM atau tidak tuntas.
Penerapan metode SQ3R dalam remedial teaching.
Hasil belajar siswa read-write meningkat.
42
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelian.
Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori
yang relevan, belum berdasarkan fakta empiris.69 Hipotesis pada penelitian ini
adalah terdapat pengaruh metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)
dalam remedial teaching terhadap hasil belajar siswa read-write pada konsep
hukum Newton.
69 Sugiyono, Metode Penulisan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2017), h.
63
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Kota Tangerang Selatan yang
beralamat di Komplek Puri Bintaro Hijau blok F IV, Pondok Aren, Parung Serab,
Ciledug, Kota Tangerang Selatan, Banten. Penelitian berlangsung selama 9 bulan
dengan pengambilan data terhitung dari 15 Februari sampai dengan 5 Maret 2019
pada semester genap tahun ajaran 2018/2019.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment (kuasi
eksperimen). Metode ini mempunyai kelas kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi
pelaksanaan eksperimen. Metode ini digunakan karena pada kenyataannya sulit
mendapatkan kelas kontrol yang digunakan untuk penelitian.
1 Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent
control group design. Desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3. 1 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design2
Group Pretest Treatment Posttest
KE O X O
KK O X1 O
Keterangan :
KE = Kelas Eksperimen
KK = Kelas Kontrol
O = pretest (tes awal yang diberikan sebelum perlakuan kepada kedua
kelas), dan posttest (tes akhir yang diberikan setelah perlakuan kepada
kedua kelas)
X = perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen, yaitu remedial
1 Ibid., h. 77 2 Friska Septiani Silitonga, The Using of Peer Tutoring Learning Method in Improving
Studentβs Understanding, Conference Paper, 2017, h. 3
44
teaching dengan menggunakan metode SQ3R
X1 = perlakuan yang diberikan kepada kelas kontrol, yaitu remedial teaching
tidak menggunakan metode SQ3R
Pemilihan kelas eksperimen maupun kelas kontrol dalam desain ini tidak
dipilih secara acak (random).3 Kelas eksperimen dan kontrol telah diberikan tes
gaya belajar VARK untuk mengetahui siswa yang memiliki gaya belajar read-
write. Kedua kelas tersebut juga telah mengikuti ulangan harian (pretest) untuk
mengetahui siswa mana yang tidak tuntas terkait konsep hukum Newton.
Kemudian kedua kelas diberikan perlakuan yang berbeda. Kelas eksperimen
diberikan perlakuan berupa remedial teaching dengan menggunakan metode
SQ3R, sedangkan kelas kontrol diberikan perlakuan remedial teaching dengan
tidak menggunakan metode SQ3R. Selanjutnya, kelas eksperimen dan kontrol
diberi posttest untuk mengetahui pengaruh metode SQ3R terhadap hasil belajar
siswa read-write yang tidak tuntas.
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap awal, tahap
pelaksanaan, dan tahap akhir. Prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1
berikut.
3 Sugiyono, Op.Cit., h. 79
45
Gambar 3. 1 Prosedur Penelitian
1. Tahap Awal
Tahap awal merupakan tahap persiapan dari penelitian. Tahap awal meliputi:
(1) studi pendahuluan berupa wawancara guru dan observasi siswa melalui
angket; (2) merumuskan masalah yang akan diteliti; (3) penyusunan instrumen
tes, instrumen nontes, dan RPP; (4) menyelesaikan perizinan untuk menguji
kelayakan instrumen yang telah dibuat kepada beberapa ahli dan perizinan untuk
melakukan penelitian; (5) instrumen yang telah dibuat diuji kelayakannya oleh
para ahli; dan (6) nstrumen yang telah diuji kelayakannya akan dianalisis untuk
dipergunakan pada pretest dan posttest sebagai tes pengukuran variabel terikat
pada penelitian ini.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan tahap pengambilan data. Tahap pelaksanaan
ini diantaranya: (1) penulis memberikan tes gaya belajar VARK kepada siswa
kelas X IPA SMAN 5 Kota Tangerang Selatan; (2) memberikan ulangan harian
sebagai pretest pada seluruh siswa kelas X IPA untuk mengetahui kemampuan
awal siswa terhadap konsep hukum Newton. Hasil ulangan harian/pretest siswa
46
read-write yang tidak mencapai KKM dijadikan sampel; (3) memberi perlakuan
remedial teaching menggunakan metode SQ3R pada kelas eksperimen, dan pada
kelas kontrol tidak menggunakan metode SQ3R; (4) memberikan posttest untuk
mengetahui adanya pengaruh terhadap hasil belajar siswa read-write pada konsep
hukum Newton; dan (5) memberikan angket untuk mengetahui respon siswa
tehadap metode SQ3R yang telah diterapkan di kelas eksperimen.
3. Tahap Akhir
Tahapan akhir dalam penelitian ini diantaranya: (1) penulis menganalisis data
hasil penelitian selama tahap pelaksanaan; (2) data yang telah dianalisis kemudian
diuji hipotesis; (3) data yang telah dianalisis kemudia ditarik kesimpulannya; dan
(4) pelaporan hasil penelitian.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yaitu suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya.4 Variabel bebas (independen),
yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel terikat (dependen) sedangkan variabel terikat (dependen), yaitu
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas.5 Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat, yaitu sebagai berikut:
Variabel bebas (independen) : metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite,
Review).
Variabel terikat (dependen) : hasil belajar siswa read-write yang tidak
tuntas.
E. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk
4 Sugiyono, Op.Cit., h, 39 5 Ibid.
47
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.6 Populasi dalam penelitian ini
berjumlah 142 siswa kelas X IPA SMAN 5 Kota Tangerang Selatan semester
genap tahun ajaran 2018/2019 yang terbagi dalam empat kelas.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi dan harus betul-betul representatif (mewakili).7 Sampel diambil dengan
menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pemilihan subjek yang didasarkan
atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan
ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dengan kata lain, unit sampel
yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan
berdasarkan tujuan penelitian.8 Pertimbangan dalam penentuan sampel yaitu kelas
siswa yang memiliki gaya belajar read-write dan tidak tuntas pada konsep hukum
Newton. Sampel dibagi menjadi dua kelas dengan jumlah yang sama, yaitu 18
siswa kelas eksperimen dan 18 siswa kelas kontrol. Kedua kelas memiliki tingkat
kemampuan yang relatif sama. Penentuan kelas eksperimen dan kontrol
ditentukan berdasarkan hasil pretest (ulangan harian). Kelas eksperimen dipilih
dari kelas yang memiliki rata-rata hasil pretest lebih rendah dibanding kelas
kontrol.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara memperoleh data atau metode
pengumpulan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi
tiga tahap, yaitu teknik pengumpulan data sebelum pembelajaran, ketika
pembelajaran, dan setelah pembelajaran berlangsung. Teknik pengumpulan data
pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut.
6 Ibid., h. 80 7 Ibid., h. 81 8 S. Margono, Metodologi Penulisan Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 128
48
Tabel 3. 2 Teknik Pengumpulan Data
Tahap Sumber Data Jenis Data
Teknik
Pengumpulan
Data
Sebelum
pembelajaran
menggunakan
perlakuan yang
ditetapkan
Beberapa guru
fisika kelas X di
SMAN Tangerang
Selatan
Informasi tentang
proses pembelajaran
yang biasa dilakukan,
gaya belajar, dan hasil
belajar siswa
Wawancara
Beberapa siswa
kelas X IPA di
SMAN Tangerang
Selatan
Angket
Siswa kelas X IPA
SMAN 5 Kota
Tangerang Selatan
Gaya belajar masing-
masing siswa
Tes
Saat
pembelajaran
berlangsung
Kelas eksperimen
dan kelas kontrol
1. Hasil pengetahuan
awal siswa read-
write sebelum
diterapkan
perlakuan untuk
mengetahui
kenormalan dan
kehomogenan
sampel
Tes
2. Hasil pengetahuan
siswa read-write
sesudah diterapkan
perlakuan untuk
mengetahui
pengaruh metode
SQ3R dalam
remedial teaching
pada hasil belajar
siswa
Setelah
pembelajaran
berlangsung
Kelas eksperimen Respon siswa read-
write terhadap
penggunaan metode
SQ3R dalam remedial
teaching
Angket
49
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
variabel penelitian.9 Pada penelitian ini menggunakan bentuk instrumen tes dan
instrumen non tes. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini.
Tabel 3. 3 Instrumen Penelitian
Tahap Sumber Data Jenis Data Instrumen
Penelitian
Sebelum
pembelajaran
menggunakan
perlakuan yang
ditetapkan
Beberapa guru
fisika kelas X di
SMAN Tangerang
Selatan
Informasi tentang
proses pembelajaran
yang biasa dilakukan,
gaya belajar, dan hasil
belajar siswa
Non tes
Beberapa siswa
kelas X IPA di
SMAN Tangerang
Selatan
Non tes
Siswa kelas X IPA
SMAN 5 Kota
Tangerang Selatan
Gaya belajar masing-
masing siswa
Tes
Saat
pembelajaran
berlangsung
Kelas eksperimen
dan kelas kontrol
1. Hasil pengetahuan
awal siswa read-
write sebelum
diterapkan
perlakuan untuk
mengetahui
kenormalan dan
kehomogenan
sampel
Tes
2. Hasil pengetahuan
siswa read-write
sesudah diterapkan
perlakuan untuk
mengetahui
pengaruh metode
SQ3R dalam
remedial teaching
pada hasil belajar
siswa
Setelah Kelas eksperimen Respon siswa read- Non tes
9 Sugiyono, Op.Cit., h. 102
50
Tahap Sumber Data Jenis Data Instrumen
Penelitian
pembelajaran
berlangsung
write terhadap
penggunaan metode
SQ3R dalam remedial
teaching
Lampiran B.4, B.5, B.6, B.11, dan B.12
1. Instrumen Tes
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu
instrumen tes gaya belajar VARK, dan instrumen tes hasil belajar.
a. Instrumen Tes Gaya Belajar VARK
Instrumen tes gaya belajar VARK (Visual, Aural, Read-Write, Kinesthetic)
digunakan untuk mengetahui gaya belajar apa saja yang dimiliki siswa kelas X
IPA SMAN 5 Kota Tangerang Selatan sehingga dapat diketahui siswa mana saja
yang memiliki gaya belajar read-write. Instrumen tes gaya belajar VARK
diadaptasi dari Gunawan, A. Harjono, dan Imran (2016) yang terdiri dari 16 butir
soal pilihan ganda, setiap pilihan ganda menentukan masing-masing gaya belajar.
Instrumen tes gaya belajar VARK dapat dilihat pada Lampiran B.6.
b. Instrumen Tes Hasil Belajar
Instrumen tes hasil belajar pada penelitian ini berbentuk tes objektif guna
mengungkap atau menghafal kembali dan mengenal materi yang telah diberikan.10
Instrumen tes ini meliputi mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3),
dan menganalisis (C4). Instrumen tes diberikan kepada siswa kelas X IPA SMAN
5 Kota Tangerang Selatan yang dijadikan sampel pada kelas eksperimen dan
kontrol. Instrumen tes digunakan sebelum remedial teaching, yaitu saat ulangan
harian (pretest) dan sesudah remedial teaching (posttest). Instrumen tes yang
digunakan telah memenuhi kisi-kisi instrumen penelitian. Kisi-kisi instrumen tes
seperti pada Tabel 3.4 berikut.
10 Mochtar Kusuma, Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta: Parama Ilmu, 2016), h. 19
51
Tabel 3. 4 Kisi-kisi Instrumen Tes
Indikator
Pembelajaran
Kata Kerja Operasional
(KKO)
Nomor Soal
Aspek Kognitif Jumlah
Soal C1 C2 C3 C4
Menyebutkan
jenis-jenis
gaya
Menyebutkan gaya-gaya
yang bekerja pada gambar
sistem benda di bidang
datar.
1 1
Menyebutkan gaya-gaya
yang bekerja pada gambar
sistem benda di bidang
miring.
2 1
Menjelaskan
jenis-jenis
gaya
Menjelaskan gaya gesek
yang bekerja pada benda.
3 1
Menentukan
gaya-gaya
yang bekerja
pada suatu
sistem
Menentukan gaya-gaya
yang bekerja pada dua
buah benda yang
dihubungkan dengan tali
melalui katrol.
4, 5 2
Mendiagram-
kan gaya-gaya
yang bekerja
pada suatu
sistem
Mendiagramkan gaya-gaya
yang bekerja sesuai dengan
persoalan gerak benda.
6, 7 2
Mengidentifi-
kasi fenomena
penerapan
hukum-hukum
Newton dalam
kehidupan
sehari-hari
Mengidentifikasi
pernyataan yang tidak
sesuai dengan hukum III
Newton.
8 1
Mengidentifikasi
pernyataan yang tidak
sesuai dengan hukum II
Newton.
9 1
Menjelaskan
fenomena
penerapan
hukum I
Newton dalam
kehidupan
sehari-hari
Menjelaskan fenomena
berdasarkan hukum I
Newton.
10 1
Menjelaskan
fenomena
penerapan
hukum II
Newton dalam
Menjelaskan fenomena
berdasarkan hukum II
Newton.
11 1
52
Indikator
Pembelajaran
Kata Kerja Operasional
(KKO)
Nomor Soal
Aspek Kognitif Jumlah
Soal C1 C2 C3 C4
kehidupan
sehari-hari
Menjelaskan
fenomena
penerapan
hukum III
Newton dalam
kehidupan
sehari-hari
Menjelaskan fenomena
berdasarkan hukum III
Newton.
12 1
Menerapkan
formulasi
hukum
Newton untuk
menyelesaikan
permasalahan
dinamika
gerak
Menerapkan formulasi
hukum II Newton untuk
menyelesaikan
permasalahan dinamika
gerak.
13 1
Menerapkan formulasi
hukum I Newton untuk
menyelesaikan
permasalahan dinamika
gerak.
14 1
Menganalisis
hubungan
antara gaya,
massa, dan
percepatan
benda pada
gerak lurus
Menganalisis hubungan
antar variabel berdasarkan
hukum II Newton.
15,
16
2
Jumlah Total 4 4 4 4 16
Persentase Soal 25% 25% 25% 25% 100%
Lampiran B.1, dan B.2
Sebuah instrumen yang baik yaitu instrumen yang sudah diuji kelayakannya.
Dalam penelitian ini menggunakan software AnatesV4 untuk menguji validitas,
reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda. Berikut ini beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi, diantaranya:
53
1) Uji Validitas Instrumen
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila instrumen yang digunakan dapat
mengukur apa yang hendak diukur.11 Dalam penelitian ini, validitas instrumen
dilakukan melalui dua tahap, yaitu validitas konstruk dan validitas isi.
a) Uji Validitas Konstruk
Validitas konstruk merupakan uji kelayakan instrumen berdasarkan cocok
tidaknya dengan konstruksi teoritik.12 Sebuah tes dikatakan memiliki validitas
konstruk apabila butir-butir soalnya mengukur setiap aspek berpikir seperti yang
disebutkan dalam Tujuan Instruksional Khusus.13 Rumus untuk menguji validitas
butir soal adalah menggunakan teknik korelasi product moment. Rumus korelasi
product moment dengan angka kasar sebagai berikut.14
πππ =π β ππ β (β π)(β π)
β{π β π2 β (β π)2}{π β π2 β (β π)2} (3.1)
Keterangan:
rXY = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
Uji validitas konstruk dalam penelitian ini menggunakan bantuan software
AnatesV4 dengan membandingkan hasil output rxy dengan rtabel pada taraf
signifikansi 5% dengan menetapkan derajat kebebasan terlebih dahulu, yaitu ππ =
π β 2. Tabel kategori validitas lapangan berdasarkan perbandingan output rxy
dengan rtabel dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut.
Tabel 3. 5 Kategori Validitas15
Ketentuan Nilai rtabel Kategori
ππ₯π¦ β₯ ππ‘ππππ Valid
ππ₯π¦ < ππ‘ππππ Tidak valid
11 Sugiyono, Op.Cit., h. 121 12 Ibid., h. 125 13 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2003), h. 67 14 Ibid., h, 72 15 Ibid., h. 75
54
Hasil uji validitas diinterpretasikan pada Tabel 3.6 di bawah ini.
Tabel 3. 6 Interpretasi Validitas16
Koefisien Korelasi Kriteria Validitas
0,80 < rxy β€ 1,00 Sangat Tinggi
0,60 < rxy β€ 0,80 Tinggi
0,40 < rxy β€ 0,60 Cukup
0,20 < rxy β€ 0,40 Rendah
0,00 < rxy β€ 0,20 Sangat Rendah
Hasil uji validitas instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.7 di bawah ini.
Tabel 3. 7 Hasil Uji Validitas Konstruk Instrumen Tes
Statistik Butir Soal
Jumlah Soal 16
Jumlah Siswa 36
Nomor Soal yang Valid 1, 3, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16
Persentase Soal yang Valid 75%
Lampiran B.3.d.
b) Uji Validitas Isi
Validitas isi (content validity) dalam penelitian ini ditentukan oleh penilaian
dari para judgement/ahli dalam menilai kesesuaian antara butir soal dengan
beberapa aspek yang diukur.17 Dalam penelitian ini, validitas isi dilihat dari tiga
aspek, yaitu aspek konten, aspek konstruksi, dan aspek bahasa. Aspek konten
mengukus kesesuaian isi materi fisika dalam soal dengan konten fisika yang
digunakan yaitu hukum Newton. Aspek konstruksi mengukur kesesuaian isi
instrumen soal yaitu diantaranya kesesuaian indikator soal dengan indikator ranah
kognitif, dan indikator pembelajaran yang telah diterapkan di RPP. Aspek bahasa
mengukur bahasa yang digunakan dalam soal berdasarkan kaidah penelitian
bahasa Indonesia. Ketiga aspek tersebut masing-masing memiliki indikator yang
diukur, sehingga soal di dalam instrumen harus menunjukkan indikator yang
representatif dengan aspek-aspek yang hendak dicapai.
16 Ibid. 17 Sugiyono, Loc.Cit.
55
Untuk mengetahui validitas instrumen, hasil judgement ahli pada tiap butir
soal diolah dengan menggunakan content validity ratio (CVR). Untuk menghitung
nilai CVR menggunakan rumus:18
πΆππ =ππ β
π
2π
2
(3.2)
Keterangan:
CVR = rasio validitas konstruk
ππ = jumlah ahli/judgement pemberi nilai (penting/relevan/esensial)
N = jumlah ali atau judgement
Nilai CVR akan berkisar antara +1 sampai -1. Nilai positif (+) menunjukkan
bahwa setidaknya setengah dari judgement menilai sebagai penting/esensial.
Semakin besar nilai CVR dari 0, maka semakin penting dan semakin tinggi
validitasnya. Setelah ditentukan CVR tiap butir soal, kemudian mencari nilai CVI.
Secara sederhana CVI merupakan rata-rata dari nilai CVR.19
πΆππΌ =β πΆππ
π½π’πππβ ππππ (3.3)
Kategori hasil perhitungan CVI dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut.
Tabel 3. 8 Kategori Nilai Content Validity Index (CVI)20
Rentang Nilai Kategori
0,00 β 0,33 Tidak Sesuai
0,34 β 0,67 Sesuai
0,68 β 1,00 Sangat Sesuai
18 Iwan Permana Suwarna, Laporan Penulisan Pengembangan Tata Kelola Kelembagaan
βPengembangan Instrumen Ujian Komprehensif Mahasiswa melalui Computer Based Test pada
Program Studi Pendidikan Fisikaβ, (Jakarta: Pusat Penulisan dan Pengembangan (PUSLITPEN)
LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 2016, h. 50 19 Ibid., h. 51 20 Ibid.
56
Hasil uji validitas isi dapat dilihat pada Tabel 3.9 di bawah ini.
Tabel 3. 9 Hasil Uji Validitas Isi
Aspek yang Dinilai Skor CVI Kategori
Konten Materi 0,99 Sangat Sesuai
Konstruksi 0,99 Sangat Sesuai
Bahasa 0,99 Sangat Sesuai
Lampiran B.3.a, B.3.b, B.3.c.
2) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk menguji konsistensi instrumen. Instrumen
yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk
mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.21 Reliabilitas
dapat dihitung dengan menggunakan rumus K-R. 20, yaitu:22
π11 = (π
π β 1) (
π2 β β ππ
π2) (3.4)
Keterangan:
r11 = reliabilitas secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1 - p)
β ππ = jumlah hasil perkalian antara p dan q
k = banyaknya item
s = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)
Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan software AnatesV4
kemudian output nilai koefisien reliabilitas diinterpretasikan dalam sebuah kriteria
reliabilitas. Hasil uji reliabilitas diinterpretasikan pada Tabel 3.10 berikut.
21 Sugiyono Op.Cit., h. 121 22 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h. 100
57
Tabel 3. 10 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen23
Koefisien Korelasi Koefisien Reliabilitas
0,80 < π11 β€ 1,00 Sangat Tinggi
0,60 < π11 β€ 0,80 Tinggi
0,40 < π11 β€ 0,60 Cukup
0,20 < π11 β€ 0,40 Rendah
0,00 < π11 β€ 0,20 Sangat Rendah
Hasil uji reliabilitas instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.11 di bawah ini.
Tabel 3. 11 Hasil Uji Reliabilitas
Statistik Reliabilitas Soal
r11 0,85
Kesimpulan Sangat Tinggi
Lampiran B.3.e.
3) Taraf Kesukaran
Uji taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui kualitas soal. Soal yang baik
adalah soal tidak yang terlalu mudah atau tidak terlalu sukar untuk dipecahkan
oleh siswa. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut
indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran berkisar antara
0,00 sampai dengan 1,00.24 Indeks kesukaran dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:25
π =π΅
π½π (3.5)
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = jumlah siswa peserta tes
Dalam penelitian ini, uji taraf kesukaran menggunakan bantuan software
AnatesV4 kemudian output indeks kesukaran diinterpretasikan dalam sebuah
kategori. Kategori taraf kesukaran dapat dilihat pada Tabel 3.12.
23 Ibid., h. 75 24 Ibid., h 207 25 Ibid.
58
Tabel 3. 12 Indeks Kesukaran26
Rentang P Kriteria Soal
0,00 β 0,30 Sukar
0,31 β 0,70 Sedang
0,71 β 1,00 Mudah
Hasil perhitungan taraf kesukaran instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.13
berikut ini.
Tabel 3. 13 Hasil Uji Taraf Kesukaran
Kriteria Soal Butir Soal
Jumlah Soal Persentase
Mudah 4 25,00%
Sedang 9 56,25%
Sukar 3 18,75%
Jumlah 16 100,00%
Lampiran B.3.g.
4) Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
(berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda
disebut indeks diskriminasi (D).27 Rumus yang digunakan untuk menentukan daya
pembeda soal pilihan ganda adalah:28
π· =π΅π΄
π½π΄β
π΅π΅
π½π΅= ππ΄ β ππ΅ (3.6)
Keterangan:
D = daya pembeda
J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
26 Ibid., h. 210 27 Ibid., h. 211 28 Ibid., h. 213
59
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Dalam penelitian ini, uji daya pembeda menggunakan bantuan software
AnatesV4 kemudian output daya pembeda diinterpretasikan dalam sebuah
klasifikasi tertentu. Klasifikasi daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.14
berikut.
Tabel 3. 14 Kriteria Daya Pembeda Soal29
Daya Pembeda Kriteria Soal
Negatif Drop
0,00 β 0,20 Jelek
0,21 β 0,40 Cukup
0,41 β 0,70 Baik
0,71 β 1,00 Sangat baik
Hasil uji daya pembeda instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.15 berikut
ini:
Tabel 3. 15 Hasil Uji Daya Pembeda
Kriteria Soal Butir Soal
Jumlah Soal Persentase
Drop - -
Jelek 3 18,75%
Cukup 3 18,75%
Baik 4 25,00%
Sangat Baik 6 37,50%
Jumlah 16 100,00%
Lampiran B.3.f.
2. Instrumen Non Tes
a. Pedoman Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan pada tahapan sebelum
pembelajaran (studi pendahuluan) guna untuk mengetahui informasi tentang
proses pembelajaran yang biasa dilakukan, gaya belajar, dan hasil belajar siswa di
SMAN Kota Tangerang Selatan. Kisi-kisi pedoman wawancara dapat dilihat pada
Tabel 3.16 berikut.
29 Ibid., h. 218
60
Tabel 3. 16 Kisi-kisi Pedoman Wawancara
No. Indikator Nomor Butir Soal
1. Materi Fisika 1, 2, 3, 4, 5, 6
2. Gaya Belajar dan MetodeBelajar 7, 8, 9, 10, 11
3. Remedial Teaching 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18
b. Angket Siswa pada Studi Pendahuluan
Angket siswa dalam penelitian ini dilakukan pada tahapan sebelum
pembelajaran (studi pendahuluan) guna untuk mengetahui informasi tentang
proses pembelajaran yang biasa dilakukan, gaya belajar, dan hasil belajar siswa di
SMAN Kota Tangerang Selatan. Angket siswa dapat dilihat pada Lampiran B.12
c. Angket Respon Siswa
Respon siswa terhadap penggunaan metode SQ3R dapat dilihat dari angket
respon siswa yang diberikan setelah pembelajaran. Angket adalah sebuah daftar
pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan
kuesioner ini, orang dapat diketahui tentang keadaan/data diri, pengalaman,
pengetahuan sikap atau pendapatnya, dan lain-lain.30 Angket yang digunakan
dalam penelitian ini adalah angket berbentuk checklist dengan menggunakan skala
pengukuran berupa skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seseorang atau sekelas tentang kejadian atau gejala sosial.31
Siswa dapat memberi respon terhadap pertanyaan-pertanyaan dengan pilihan
jawaban, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS),
Sangat Tidak Setuju (STS). Adapun kisi-kisi instrumen non tes yang digunakan
dalam penelitian ini pada Tabel 3.17 sebagai berikut.
30 Ibid., h. 28 31 Riduwan, Dasar-dasar Statistika, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 38
61
Tabel 3. 17 Kisi-kisi Instrumen Non Tes
No. Indikator Angket Nomor Soal
Positif Negatif
1. Ketertarikan siswa terhadap metodeSurvey,
Question, Read, Recite, Review (SQ3R) 1 -
2. Keunggulan metodeSurvey, Question, Read,
Recite, Review (SQ3R) dibandingkan dengan
pembelajaran yang biasa diterapkan di kelas
2, 3 5, 6, 8
3. Kemampuan siswa setelah diberikan
metodeSurvey, Question, Read, Recite, Review
(SQ3R)
4 7
Jumlah Soal 4 4
H. Teknik Analisis Data
1. Teknik Analisis Data Tes
Data yang diperoleh melalui instrumen penelitian diolah dan dianalisis agar
hasil dari data tersebut dapat menjawab pertanyaan penelitian dan menguji
hipotesis penelitian.
a. Instrumen Gaya Belajar VARK
1) Gaya Belajar Setiap Siswa
Setelah siswa mengisi instrumen tes gaya belajar VARK, jawaban siswa
dianalisis gaya belajarnya dengan langkah-langkah sebagai berikut:32
a) Hitung total skor VARK:
+ + +
b) Gunakan skor total untuk mencari stepping distance dari Tabel 3.18 berikut
ini.
Tabel 3. 18 Stepping Distance untuk Menganalisis Gaya Belajar
Total Skor VARK Stepping Distance (s)
14-21 1
22-27 2
28-32 3
32+ 4
32 Veena Khongpit, Krich Sintanakul, dan Thanyarat Nomphonkrang, Op.Cit., h. 103-104
V A
R K
62
c) Urutkan point V, A, R, dan K dari yang terbanyak ke yang tersedikit.
Gunakan n1, n2, n3, n4 secara berurutan.
d) Jika n1-n2 > s, maka siswa memiliki satu gaya belajar. Jika hasilnya kurang
dari s, maka ikuti langkah (e)
e) Jika n2-n3 > s, maka siswa memiliki dua gaya belajar. Jika hasilnya kurang
dari s, maka ikuti langkah (f)
f) Jika n3-n4 > s, maka siswa memiliki tiga gaya belajar. Jika hasilnya kurang
dari s, maka siswa memiliki keempat gaya belajar VARK.
Misal: skor VARK Fulan = 16
+ + +
V A R K
b) Stepping distance (s) = 1
c) Hitung gaya belajar:
V (7) β A (5) = 2, dimana 2 > 1
d) Jadi, gaya belajar Fulan adalah visual.
2) Persentase Gaya Belajar
Gaya belajar siswa kelas X IPA SMAN 5 Kota Tangerang Selatan dianalisis
dengan bantuan software Microsoft Excel untuk mengidentifikasi persentase siswa
dengan gaya belajar Visual, Aural, Read-Write, atau Kinesthetic.
ππππ πππ‘ππ π πππ¦π πππππππ =π½ππππ πππ¦π πππππππ
π½π’πππβ π ππ π€π π¦πππ ππππππ’πππ π‘ππ ππ΄π πΎπ₯100%33 (3.7)
b. Instrumen Tes Hasil Belajar
Analisis data instrumen tes hasil belajar pada penelitian ini menggunakan
bantuan software IBM SPSS Statistics 23 dalam menguji normalitas,
homogenitas, dan hipotesis.
33 Zulfiani Zulfiani, Iwan Permana Suwarna, dan Sujiyo Miranto, Op. Cit., h. 718
7
5 3 1
63
1) Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya distribusi data
pada sampel.34 Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Shapiro-Wilk
pada software IBM SPSS Statistics 23 dengan langkah-langkah sebagai berikut:35
a) Tetapkan hipotesis statistik
H0 = sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 = sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
b) Gunakan tingkat signifikansi πΌ = 5%
c) Perhatikan significance (sig.) pada output setelah pengolahan data.
d) Gunakan ketentuan penerimaan/penolakan H0 sebagai berikut:
Jika π ππ. < πΌ (0,05), maka H0 ditolak, H1 diterima, dengan kesimpulan
sampel berasal dari populasi terdistribusi tidak normal
Jika π ππ. > πΌ (0,05), maka H0 diterima, H1 ditolak, dengan kesimpulan
sampel berasal dari populasi terdistribusi normal
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah sebaran data dari dua
varian atau lebih berasal dari populasi yang homogen atau tidak, yaitu dengan
membandingkan dua atau lebih variannya.36 Uji homogenitas pada penelitian ini
menggunakan uji Levene dengan bantuan software IBM SPSS Statistics 23
dengan langkah-langkah sebagai berikut:37
a) Tetapkan hipotesis statistik
H0 = tidak ada perbedaan varian nilai dari kedua kelas (homogen)
H1 = ada perbedaan varian nilai dari kedua kelas (tidak homogen)
b) Gunakan tingkat signifikansi πΌ = 5%
c) Perhatikan significance (sig.) pada output setelah pengolahan data
d) Gunakan ketentuan penerimaan/penolakan H0 sebagai berikut:
34 Edi Riadi, Statistika Penelitian (Analisis Manual dan IBM SPSS), Yogyakarta: Andi
Yogyakarta, 2016), h. 105 35 Ibid., h. 122-123 36 Ibid., h. 127 37 Ibid., h. 143-144
64
Jika π ππ. < πΌ (0,05), maka H0 ditolak, H1 diterima, dengan kesimpulan ada
perbedaan varian nilai dari kedua kelompok (tidak homogen)
Jika π ππ. > πΌ (0,05), maka H0 diterima, H1 ditolak, dengan kesimpulan tidak
ada perbedaan varian nilai dari kedua kelompok (tidak homogen)
3) Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang akan digunakan harus disesuaikan dengan hasil uji
normalitas dan uji homogenitas. Jika data yang digunakan memenuhi asumsi-
asumsi klasik seperti asumsi normalitas dan homogenitas, maka pengujian
hipotesis menggunakan uji statistik parametrik.38 Jika data yang digunakan tidak
memenuhi asumsi normalitas atau homogenitas, maka pengujian hipotesis
menggunakan uji statistik non parametrik.39
a) Uji Statistik Parametrik
Uji hipotesis statistik parametrik terdiri dari uji hipotesis pretest-posttest. Uji
hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji t dengan bantuan software IBM
SPSS 23 dengan langkah-langkah sebagai berikut:40
1. Tetapkan hipotesis statistik
H0 = tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa read-write di
kelas eksperimen dan siswa read-write di kelas kontrol pada
remedial teaching
H1 = terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa read-write di kelas
eksperimen dan siswa read-write di kelas kontrol pada remedial
teaching
2. Gunakan tingkat signifikansi πΌ = 5%
3. Perhatikan significance (2-tailed) pada output setelah pengolahan data
4. Gunakan ketentuan penerimaan/penolakan H0 sebagai berikut:
Jika π ππ. (2 β π‘πππππ) < πΌ (0,05), maka H0 ditolak, H1 diterima, dengan
kesimpulan terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa read-write di
38 Ibid., h. 105 39 Ibid., h. 285 40 Ibid., h. 252-253
65
kelas eksperimen dan siswa read-write di kelas kontrol pada remedial
teaching
Jika π ππ. (2 β π‘πππππ) > πΌ (0,05), maka H0 diterima, H1 ditolak, dengan
kesimpulan tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa read-write
di kelas eksperimen dan siswa read-write di kelas kontrol pada remedial
teaching
b) Uji Statistik Non Parametrik
Uji hipotesis statistik non parametrik pada penelitian ini menggunakan uji
Mann-Whitney U dengan bantuan software IBM SPSS Statistics 23 dengan
langkah-langkah sebagai berikut:41
1. Tetapkan hipotesis statistik
H0 = tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa read-write di
kelas eksperimen dan siswa read-write di kelas kontrol pada
remedial teaching
H1 = terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa read-write di kelas
eksperimen dan siswa read-write di kelas kontrol pada remedial
teaching
2. Gunakan tingkat signifikansi πΌ = 5%
3. Perhatikan significance (2-tailed) pada output setelah pengolahan data
4. Gunakan ketentuan penerimaan/penolakan H0 sebagai berikut:
Jika π ππ. (2 β π‘πππππ) < πΌ (0,05), maka H0 ditolak, H1 diterima, dengan
kesimpulan terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa read-write di
kelas eksperimen dan siswa read-write di kelas kontrol pada remedial
teaching
Jika π ππ. (2 β π‘πππππ) > πΌ (0,05), maka H0 diterima, H1 ditolak, dengan
kesimpulan tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa read-write
di kelas eksperimen dan siswa read-write di kelas kontrol pada remedial
teaching
41 Ibid., h. 354-355
66
4) Uji N-Gain
Uji N-gain dilakukan untuk mengetahui peningkatan jenjang kognitif siswa
melalui metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) dalam remedial
teaching, uji N-gain memiliki persamaan:42
π β ππππ =ππππ πππ π‘π‘ππ π‘ β ππππ ππππ‘ππ π‘
ππππ πππππ β ππππ ππππ‘ππ π‘ (3.8)
Tabel 3. 19 Kategori Peningkatan Kognitif Siswa43
Nilai N-Gain Kategori
N-gain > 0,7 Tinggi
0,3 β€ N-gain β€ π, π Sedang
N-gain < 0,3 Rendah
2. Teknik Analisis Data Nontes
Data non tes dalam penelitian ini berupa angket respon siswa yang diberikan
kepada kelas eksperimen setelah diberi perlakuan dengan metode SQ3R.
pengolahan data non tes dilakukan secara manual menggunakan software
Microsoft Excel. Hasil angket dihitung menggunakan metodeskala Likert seperti
pada Tabel 3.20 di bawah ini.
Tabel 3. 20 Skala Penilaian Angket44
Alternatif Jawaban Bobot Penilaian Pernyataan
Positif Negatif
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
Tidak Setuju (TS) 2 4
Netral (N) 3 3
Setuju (S) 4 2
Sangat Setuju (SS) 5 1
42 David E. Meltzer, The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual
Learning Gains in Physics: A Possible βHidden Variableβ in Diagnostic Pretest Scores, American
Journal of Physics 70 (12), 2002, h. 1260 43 Rosdiana Meliana Situmorang, Muhibbuddin, Khairil, Penerapan MetodePembelajaran
Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem Ekskresi
Manusia, Jurnal EduBio Tropika Vol. 3 No. 2, 2015, h. 88 44 Riduwan, Op.Cit., h. 39
67
Data dari hasil perolehan skor diubah dalam bentuk persentase dengan
menggunakan rumus:45
ππππ πππ‘ππ π =β π πππ π¦πππ ππππππππβ
β ππ’πππβ πππ ππππππ π₯ 5 π₯ 100% (3.9)
Data dalam bentuk persentase diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria
interpretasi angket pada Tabel 3.21 berikut.
Tabel 3. 21 Kriteria Interpretasi Persentase Skor46
Besar Persentase Interpretasi
0% - 20% Sangat tidak baik
21% - 40% Tidak baik
41% - 60% Cukup
61% - 80% Baik
81% - 100% Sangat baik
I. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik pada penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan antara rata-rata hasil belajar remedial teaching siswa read-write pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan rumusan sebagai berikut.47
H0 : Β΅ = Β΅0
H1 : Β΅β Β΅0
Keterangan:
H0 = Hipotesis nol
H1 = Hipotesis alternatif
Β΅ = rata-rata hasil belajar siswa read-write di kelas eksperimen dengan
menggunakan metode SQ3R pada remedial teaching.
Β΅0 = rata-rata hasil belajar siswa read-write di kelas kontrol tidak menggunakan
metode SQ3R pada remedial teaching.
45 Sugiyono, Op.Cit., h. 95 46 Riduwan dan Akdon, Rumus dan Data dalam Analisis Statistika, (Bandung: Alfabeta, 2013),
h. 18 47 Sugiyono, Op.Cit., h. 68
68
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh penggunaan metode Survey, Question, Read, Recite,
Review (SQ3R) terhadap hasil belajar siswa read-write dalam remedial
teaching. Nilai rata-rata kelas eksperimen lebih unggul daripada kelas kontrol
yaitu dengan selisih 12,15. Nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 92,36,
dan sedangkan kelas kontrol sebesar 80,21.
2. Peningkatan hasil belajar siswa read-write di kelas eksperimen dengan
menggunakan metode Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R)
sebesar 0,85 (kategori tinggi). Kelas eksperimen lebih unggul daripada kelas
kontrol yaitu dengan selisih 0,27.
3. Peningkatan hasil belajar siswa read-write di kelas eksperimen pada ranah
kognitif C1 sebesar 0,77 (kategori tinggi) dengan persentase kemampuan
menjawab soal C1 saat posttest yaitu 93%, pada ranah kognitif C2 sebesar
0,69 (kategori sedang) dengan persentase kemampuan menjawab soal C2 saat
posttest yaitu 93%, pada ranah kognitif C3 sebesar 0,94 (kategori tinggi)
dengan persentase kemampuan menjawab soal C3 saat posttest yaitu 95%,
pada ranah kognitif C4 sebesar 0,73 (kategori tinggi) dengan persentase
kemampuan menjawab soal C4 saat posttest yaitu 90%.
4. Respon siswa read-write baik (78%) terhadap penggunaan metode SQ3R.
79% siswa tertarik mempelajari konsep Hukum Newton dengan
menggunakan metode SQ3R.
69
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis mengajukan beberapa
saran, sebagai berikut:
1. Guru yang hendak melakukan remedial teaching pada konsep Hukum
Newton sangat dianjurkan menggunakan metode Survey, Question, Read,
Recite, Review (SQ3R) karena sangat efektif untuk mengatasi siswa read-
write yang tidak tuntas.
2. Penggunaan metode Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R) dalam
remedial teaching dapat dilakukan pada konsep lain untuk mengakomodasi
siswa dengan gaya belajar read-write.
3. Guru harus menggunakan waktu pembelajaran seefektif dan seefisien
mungkin ketika menerapkan metode SQ3R.
4. Pada tahap Question, sebaiknya guru sudah memberikan pertanyaan sesuai
dengan tujuan pembelajaran, sedangkan siswa hanya diminta menambah
membuat pertanyaan sesuai apa yang mereka ingin ketahui.
5. Guru bisa menggunakan media teknologi dalam penggunaan metode SQ3R.