1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Arus reformasi disegala bidang di Indonesia secara umum menuntut
penerapan demokrasi, desentralisasi, serta menjunjung tinggi hak asasi
manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu perubahan
mendasar sebagai implikasi dari reformasi yang dirasakan dalam dunia
pendidikan saat ini adalah adanya sistem manajemen desentralistik. Melalui
kebijakan desentralisasi ini diharapkan akan dapat mempercepat usaha
peningkatan pemerataan, perluasan akses, peningkatan mutu dan relevansi
pendidikan dengan kebutuhan pembangunan. Dengan usaha-usaha tersebut,
dimungkinkan akan mempercepat berkembangnya pendidikan yang progresif
dan visioner.1 Disisi lain secara konseptual, pemberdayaan akan dapat
berjalan efektif jika masyarakat yang menerima limpahan kewenangan telah
memiliki kemauan dan kemampuan untuk merealisasikan kewenangan yang
dimiliki.
Usaha percepatan kesiapan, akselerasi kemauan dan kemampuan
untuk melaksanakan limpahan kewenangan ini, salah satu strategi yang di
pandang penting untuk dimiliki bersama adalah standar mutu pendidikan.2
1 Jamal Ma’mur Asmani, Tips Praktis Membangun dan Mengolah Administrasi
Sekolah, (Yogyakarta: DIVA Press, 2011), hlm. 214 2 Abi Sujak, Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan,
(Depdiknas), vol 1 no. 1 April 2006. (http://re-searchengines.com/0506 Abi.html, diakses 2
Februari 2015).
2
Sejalan dengan konsep tersebut Direktorat Jendral Dinas Pendidikan Dasar
dan Menengah menetapkan bahwa ukuran mutu pendidikan di sekolah
mengacu kepada derajat keunggulan setiap komponennya, bersifat relatif dan
selalu ada dalam perbandingan. Ukuran sekolah yang baik bukan semata-
mata dilihat dari kesempurnaan komponennya dan kekuatan yang
dimilikinya, melainkan diukur melalui kemampuan sekolah dalam
mengantisipasi perubahan.
Pendidikan memiliki peran dan pengaruh positif terhadap segala
bidang kehidupan dan perkembangan manusia dengan berbagai aspek
kepribadiannya. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting bagi
pembangunan bangsa, karena itu hampir semua bangsa menempatkan
pembangunan pendidikan sebagai prioritas utama dalam pembangunan
nasional. Dalam era keterbukaan, bangsa kita harus siap berkompetisi dengan
bangsa lain dalam berbagai bidang kehidupan, sehingga penyiapan sumber
daya manusia yang bermutu merupakan hal yang amat penting agar kita tidak
tertinggal dari bangsa-bangsa lain.
Salah satu permasalahan pendidikan yang muncul dewasa ini adalah
rendahnya mutu pendidikan pada jenjang dan satuan pendidikan khususnya
pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan, antara lain
melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi guru, penyediaan dan
perbaikan sarana/prasarana pendidikan, serta peningkatan mutu manajemen
sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum
menunjukkan peningkatan yang merata, Sebagian sekolah, terutama di kota-
3
kota besar, menunjukkan peningkatan mutu yang cukup menggembirakan,
namun sebagian lainnya masih memprihatinkan. Dari berbagai pengamatan,
salah satunya menurut Eman Suparman sedikitnya ada tiga faktor yang
menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata.
Pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional
menggunakan pendekatan educational production function yang tidak
dilaksanakan secara konsekuen. Pendekatan ini melihat bahwa lembaga
pendidikan berfungsi sebagai pusat produksi yang apabila dipilih semua input
(masukan) yang diperlukan dalam kegiatan produksi tersebut, maka lembaga
ini akan menghasilkan output yang dikehendaki. Dalam kenyataan, mutu
pendidikan yang diharapkan tidak terjadi, mengapa? Karena selama ini dalam
menerapkan pendekatan education production junction terlalu memusatkan
pada input pendidikan dan kurang memperhatikan pada proses pendidikan.
Padahal, proses pendidikan sangat menentukan output pendidikan.
Kedua, penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik,
sehingga sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada
keputusan birokrasi, yang kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak
sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Dengan demikian sekolah
kehilangan kemandirian, motivasi, dan inisiatif untuk mengembangkan dan
memajukan lembaganya termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai
salah satu tujuan pendidikan nasional.
Ketiga, peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam
penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim. Partisipasi masyarakat
4
pada umumnya selama ini lebih banyak bersifat dukungan dana, bukan pada
proses pendidikan (pengambilan keputusan, monitoring, evaluasi, dan
akuntabilitas). Berkaitan dengan akuntabilitas, sekolah tidak mempunyai
beban untuk mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan pendidikan kepada
masyarakat, khususnya orang tua siswa, sebagai salah satu pihak utama yang
berkepentingan dengan pendidikan.3
Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut, perlu dilakukan upaya-
upaya perbaikan. Salah satunya melalui program yang terus dikembangkan
adalah reorientasi penyelenggaraan pendidikan, melalui manajemen berbasis
sekolah (school based management). Konsep Manajemen Berbasis Sekolah
ini berawal dari salah satu isi Undang-Undang nomor 25 Tahun 2000 tentang
Program Pembangunan Nasional (Propenas), khususnya Bab VII
(Pembangunan Pendidikan) digambarkan bahwa dunia pendidikan di
Indonesia menghadapi tiga tantangan besar, di antaranya adalah sejalan
dengan diberlakukannya otonomi daerah, sistem pendidikan nasional dituntut
untuk melakukan perubahan dan penyesuaian sehingga dapat mewujudkan
proses pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan keberagaman
kebutuhan/keadaan daerah dan peserta didik, serta mendorong peningkatan
partisipasi masyarakat Salah satu tujuan pembinaan sekolah, mulai dari pra
sekolah sampai sekolah menengah adalah terselenggaranya manajemen yang
berbasis sekolah dan masyarakat (school/community based education).
3 Eman Suparman, Manajemen Pendidikan Masa Depan, Makalah Internet,
www.depdihuis.go.id. Diakses 2 Februari 2015
5
Dengan istilah yang populer Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
(MPMBS).
Implementasi manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah tidak
terlepas dari berbagai pihak di sekolah, salah satunya ialah kepala sekolah.
Maka harus disiapkan kepemimpinan kepala sekolah profesional yang
memiliki kemampuan manajerial dan integritas pribadi untuk mewujudkan
visi menjadi aksi secara demokratis dan transparan dalam berbagai
pengambilan keputusan.
Kepala sekolah memiliki peran yang sangat besar dalam mengelola
sekolah. Kepala Sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah
kebijakan menuju sekolah dan pendidikan secara luas. Sebagai pengelola
institusi satuan pendidikan, kepala sekolah dituntut untuk selalu
meningkatkan efektifitas kinerjanya. Untuk mencapai mutu sekolah yang
efektif, kepala sekolah dan seluruh stakeholders harus bahu membahu
kerjasama dengan penuh kekompakan dalam segala hal.
Kepala Sekolah yang efektif adalah kepala sekolah yang dalam
kinerjanya selalu membuka diri dari pengaruh guru dan karyawan lainnya
dalam persoalan penting. Kepemimpinan yang efektif ialah mereka yang
dapat beradaptasi dengan situasi bervariasi yang akan menentukan
keberhasilan pimpinan. Kepemimpinan yang berorientasi kepuasan personal
seringkali disukai bawahan. Oleh karenanya, modal kepala sekolah yang
utama adalah perlunya kepala sekolah memiliki pengetahuan kepemimpinan
baik perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan suatu
6
program sekolah dan pendidikan secara luas. Selain itu kepala sekolah harus
menunjukkan sikap kepedulian, semangat bekerja, disiplin tinggi, keteladanan
dan hubungan manusiawi dalam rangka perwujudan iklim kerja yang sejuk
dan kondusif.
Kepala Sekolah selaku top manager sekolah dalam rangka
meningkatkan proses belajar mengajar senantiasa check and recheck program
yang dijalankan oleh para guru. Agar tidak terjadi tumpang tindih dalam
bekerja Kepala Sekolah hendaknya memiliki kemampuan untuk berkolaborasi
dengan guru dan masyarakat sekitar sekolah, memiliki pemahaman dan
wawasan yang luas tentang teori pendidikan dan pembelajaran, memiliki
kemampuan dan keterampilan untuk menganalisis situasi sekarang dan
mampu memprediksi masa depan, memiliki kemampuan mengidentifikasi
masalah dan keutuhan yang berkaitan dengan efektifitas pendidikan di
sekolah, serta mampu memanfaatkan berbagai peluang, menjadikan tantangan
serta mengkonsptualisasikan arah baru untuk perubahan.
Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dapat dilihat berdasarkan
kriteria, mampu memberdayakan guru untuk melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif. Kepala Sekolah dapat
menjelaskan tugas dan pekerjaannya sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan, mampu membangun hubungan yang harmonis dengan guru,
masyarakat dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah.
Kepala sekolah dituntut untuk menjalin kerjasama yang baik dengan
berbagai pihak yang terkait dengan program pendidikan disekolah, mampu
7
berperan sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader,
inovator, motivator pendidikan. Seorang kepala sekolah dalam rangka
melakukan peran dan fungsinya sebagai inovator, kepala sekolah harus
memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan
lingkungan, mencari gagasan baru mengintegrasikan setiap kegiatan,
memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan disekolah dan
mengembangkan pembelajaran yang inovatif.4
Dengan demikian diperlukan efektifitas peran dari kepala sekolah
dalam mengembangkan manajemen mutu sekolah. Efektivitas dapat
digambarkan dengan sejauh mana tingkat output yang diinginkan tercapai.5
Lasa HS memberikan definisi tentang efektivitas adalah melakukan pekerjaan
yang benar atau doing the right things. Efektivitas menunjukkan kemampuan
seseorang dalam merumuskan tujuan dan alat yang tepat untuk mencapai
tujuan. Agar efektivitas dan efisien dalam mengkomunikasikan informasi,
jasa, dan fasilitas kiranya perlu memperhatikan: keterbukaan atau openness;
empati atau emphaty; dukungan atau suportivity; sikap positif; kesetaraan.6
Kamus Umum Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa makna efektif
adalah sesuatu yang ada efeknya (pengaruhnya, akibatnya, kesannya),
manjur, mujarab, mempan.7
4 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007), hlm. 118 5 Jaap Scheerens, Menjadikan Sekolah Efektif, terj. Abas Al-Jauhari, cetakan
pertama (Bandung: Logos, 2003), hlm. 9 6 Lasa HS, Kamus Istilah Perpustakaan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2009), hlm. 73 7 Purwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: PN Balai Pustaka,
1985), hlm. 266)
8
Kepala sekolah dituntut untuk mampu bekerja professional dan
berfikir makro secara jernih sehingga mampu memberikan efek positif bagi
lingkungan kerjanya.8 Kepala sekolah memiliki tanggung jawab dalam
melakukan manajemen mutu sekolah bagi lembaga pendidikan yang dikelola.
Berkaitan dengan manajemen berbasis sekolah, kepala sekolah secara ideal
harus mampu mencapai tujuan yang menjadi program pendidikan.
Pada umumnya hampir semua lembaga pendidikan telah menjalankan
program manajemen berbasis sekolah, mulai dari sekolah tingkat dasar
sampai tingkat menengah atas. Demikian juga manajemen ini
diimplementasikan di SMK Muhammadiyah 2 Blora. Oleh karena itu
berangkat dari paparan di atas penulis hendak mengadakan penelitian tentang
Efektifitas Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi Manajemen Berbasis
Sekolah di SMK Muhammadiyah 2 Blora. Penulis memilih SMK
Muhammadiyah 2 Blora karena sekolah ini merupakan salah satu unggulan
sekolah Muhammadiyah di Kabupaten Blora. Hasil penelitian yang telah
dilakukan di harapkan dapat meningkatkan kualitas dan mutu proses belajar
mengajar, pengelolaan yang melibatkan stakeholder pendidikan dan
keterlibatan masyarakat sebagai wujud dari keikutsertaannya membangun
manajemen pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka dapat disusun
rumusan masalah sebagai berikut:
8 Ary Ginanjar Agustian, Emotional Spritual Quotient (ESQ), (Jakarta: ARGA
Publishing, 2007), hlm. 85
9
1. Bagaimana implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMK
Muhammadiyah 2 Blora?
2. Bagaimana efektifitas peran kepala sekolah dalam implementasi
Manajemen Berbasis Sekolah di SMK Muhammadiyah 2 Blora?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan :
a. Melakukan analisis tentang Manajemen Berbasis Sekolah yang telah
di implementasikan di SMK Muhammadiyah 2 Blora sehingga
peneliti mampu mendiskripsikan dan mengerti bagaimana hasil
implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMK Muhammadiyah
2 Blora.
b. Dengan melakukan kajian tentang peran kepala sekolah dalam
melakukan pengelolaan sekolah melalui Manajemen Berbasis Sekolah
peneliti akan mendeskripsikan secara mendalam efektifitas peran
kepala sekolah dalam implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di
SMK Muhammadiyah 2 Blora.
2. Manfaat
a. Manfaat Akademik
1) Sebagai bahan kajian dalam rangka pengembangan keilmuan
khususnya yang berkaitan dengan implementasi Manajemen
Berbasis Sekolah di SMK Muhammadiyah 2 Blora.
2) Menyediakan informasi tentang bagaimana efektifitas peran
kepala sekolah dalam implementasi Manajemen Berbasis Sekolah
10
di SMK Muhammadiyah 2 Blora dalam rangka memperkaya
wacana keilmuan dalam dunia pendidikan Islam.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi guru
Memberikan manfaat bagi para pendidik dalam memahami
konsep pendidikan spiritual dan aplikasinya dalam dunia
pendidikan Islam, sehingga dapat menjadi acuan dalam menyusun
tujuan pendidikan yang akan dilaksanakannya untuk
menghasilkan peserta didik yang memiliki keterpaduan yang
sehat antara jiwa dan raganya.
2) Bagi Kepala Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan kajian ilmiah lebih
lanjut mengenai pengelolaan pendidikan Islam khususnya yang
berkaitan dengan manajemen berbasis sekolah.
3) Bagi Yayasan
Sebagai bahan kajian dalam rangka meningkatkan proses
manajemen kelembagaan pendidikan yang dikelola.
D. Telaah Pustaka
Sebagai penelitian awal dalam proses pembahasan tesis ini perlu
dilakukan penelitian pustaka. Kajian ini dimaksudkan untuk menunjukkan
bahwa penelitian yang sedang dilaksanakan oleh penulis belum pernah diteliti
dalam konteks yang sama sekaligus memberikan penjelasan di mana posisi
11
penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti saat ini.9 Adapun Penelitian-
penelitian terdahulu yang menjadi bahan kajian pustaka dalam tesis ini
diantaranya :
1. Tesis dengan Judul “Manajemen Pengembangan Pendidikan Formal
Pesantren Sabilil Muttaqin Takeran Magetan Jawa Timur” dan fokus
penelitian tersebut pada model manajemen pengembangan pendidikan
formal pesantren sebagai dasar integrasi pesantren dalam perkembangan
pendidikan yang semakin global.10
Hasil yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu
tentang manajemen, sehingga ada keterkaitan dengan manajemen sekolah
yang penulis teliti. Perbedaannya ialah penelitian penulis berkaitan
dengan efektifitas peran kepala sekolah dalam mengelola manajemen
berbasis sekolah, sementara penelitian di atas hanya memandang tentang
manajemen yang dilakukan di pesantren.
2. Tesis “Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi di SMU 7
Yogyakarta”, ditulis oleh Moh. Sakir, Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga,
tahun 2004. Dalam tesis ini membahas tentang, makna, tujuan dan fungsi
pendidikan dengan mengemukakan landasan yuridis dan filosofis KBK,
pengertian dan hakekat KBK, serta profil SMU 7 Yogyakarta dengan
menyertakan pelaksanaan KBK di SMU 7 Yogyakarta. Dalam
9 Abdurrahman Assegaf, Teknik Penulisan Skripsi: Materi Sekolah Penelitian Tim
DPP Divisi Penelitian, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2006), hlm. 3 10
Ummu Hanik, Manajemen Pengembangan Pendidikan Formal Pesantren Sabilil
Muttaqin Takeran Magetan Jawa Timur, (Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga 2003), hlm. v.
12
penelitiannya, Moh. Sakir tidak membahas sejauh mana tingkat efektifitas
peran kepala sekolah dalam pengelolaan manajemen berbasis sekolah.11
3. Tesis “Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan di MTs Ali Maksum Krapyak Yogyakarta” oleh Ahmad
Hariadi pada tahun 2005 dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif,
dan metode pengumpulan data wawancara, observasi dan metodologi
lainnya. Dalam tesis ini Ahmad Hariadi menjelaskan bahwa Peran
Kepemimpinan Kepala Sekolah MTs Ali Maksum sangat menentukan
keberhasilan dan kesuksesan pendidikan. Namun demikian, kekurangan
sarana dan prasarana pendidikan sangat mempengaruhi kelancaran proses
pendidikan di MTs ini. Selain itu kualifikasi tenaga pendidik yang kurang,
dan adanya ketidak sesuaian antara bidang dan kualifikasi pengajar, turut
menghambat proses peningkatan kualitas pedidikan. Faktor-faktor tersebut
turut mempengaruhi gaya kepemimpinan Kepala Sekolah di MTs Ali
Maksum Krapyak Yogyakarta.12
4. Jurnal yang disampaikan dalam Global Conference on Business & Social
Science-2014, GCBSS-2014, 15th & 16th December, Kuala Lumpur yang
berjudul The Implementation of School Based Management Policy: An
Exploration oleh Valliamah Shoma Vally G, Khadijah Daud.
Jurnal tersebut mengungkapkan bahwa keefektifan sekolah ditentukan oleh
kualitas pengelola. Prinsip ini sangat penting untuk membawa sekolah
11
Moh. Sakir, Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi di SMU 7 Yogyakarta,
(Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga, 2004) 12
Ahmad Hariandi, Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan di MTs Ali Maksum Krapyak Yogyakarta”, Tesis, (Yogyakarta: UIN, 2005).
13
menuju pada sekolah yang unggul. Penelitian ini mengungkap bagaimana
menerapkan School Based Management di Kuala Lumpur Secondary
School. Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa KL School memiliki
tendensi yang kuat dalam menerapkan visi dan misi sekolah selaras dengan
kemampuan manajemen sumber daya manusianya. Penelitian ini
memberikan korelasi bahwa semakin efektif sumber daya manusia
memainkan peranannya maka akan semakin efektif pula menjalankan visi
dan misi sekolah sehingga mampu melakukan manajemen yang efektif
pula. Dari uraian jurnal tersebut terdapat persamaan dengan penelitian
yang dilakukan dalam tesis ini yakni berkaitan dengan manajemen
sekolah, akan tetapi terdapat perbedaan yaitu dalam tesis ini peneliti
melakukan kajian yang lebih khusus yakni peran kepala sekolah dalam
manajemen sekolah.
5. Makalah dalam Jurnal International Conference on Education and
Educational Psychology (ICEEPSY 2012) yang berjudul School-Based
Management (SBM), Opportunity or Threat (Education systems of Iran)
oleh Saeid Moradi, Sufean Bin Hussin, Nader Barzegar. Penelitian dalam
jurnal tersebut bertujuan meneliti School Based Management yang
diimplementasikan oleh sistem pendidikan di Iran.
Setelah ditinjau ulang tentang karakteristik School Based
Management melalui beberapa prinsip dan metode. Hasil dari penelitian
ini mengindikasikan bahwa selama implementasi School Based
Management, beberapa indikator seperti manajemen sistem pendidikan,
14
kurikulum, pendanaan, materi pendidikan, prinsip-prinsip yang memiliki
peranan penting seperti guru, pendidik, siswa dan beberapa faktor-faktor
lain seharusnya selalu dipertimbangkan kembali manajemennya.
Dalam jurnal tersebut sisi persamaannya dengan penelitian tesis ini ialah
dalam hal penelitian tentang Manajemen Berbasis Sekolah secara umum,
tetapi masih memiliki perbedaan yakni pada focus penelitian yakni peneliti
dalam tesis ini lebih memfokuskan pada penelitian peran kepala sekolah
dalam Manajemen Berbasis Sekolah di SMK Muhammadiyah 2 Blora.
Dari beberapa telaah pustaka di atas, penelitian yang penulis
lakukan secara khusus belum pernah di teliti sehingga penelitian ini relevan
dilakukan oleh peneliti.
E. Kerangka Teoritik
1. Manajemen Berbasis Sekolah
a. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah
Ditinjau dari segi bahasa istilah manajemen berbasis sekolah
berasal dari tiga kata yaitu manajemen, berbasis, dan sekolah.
Manajemen adalah pengkoordinasian dan penyerasian sumberdaya
melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan atau untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan.13
Berbasis berarti “berdasarkan pada” atau “berfokuskan pada”.
Sekolah adalah suatu organisasi terbawah dalam jajaran Departemen
Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang bertugas memberikan “bekal
13
Slamet P.H., Manajemen Berbasis Sekolah, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan
No. 27 Tahun 2001, http://www.pdk.go.id/jumal/27/manajemen-berbasis-sekolah.htm.
15
kemampuan dasar” kepada peserta didik atas dasar ketentuan-ketentuan
yang bersifat legalistik (makro, meso, nikro) dan profesionalistik
(kualifikasi, untuk sumber daya manusia; spesifikasi untuk
barang/jasa,dan prosedur-prosedur kerja. Dari uraian tersebut dapat
dirangkum bahwa “manajemen berbasis sekolah” adalah
pengkoordinasian dan penyerasian sumberdaya yang dilakukan secara
otonomis (mandiri) oleh sekolah melalui sejumlah input manajemen
untuk mencapai tujuan sekolah dalam kerangka pendidikan nasional,
dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan
sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan
(partisipatif).14
Lebih ringkas lagi, manajemen berbasis sekolah dapat
dirumuskan sebagai berikut: manajemen berbasis sekolah= otonomi
manajemen sekolah + pengambilan keputusan partisipatif untuk
mencapai sasaran mutu sekolah.15
Otonomi dapat dijadikan sebagai kewenangan/kemandirian yaitu
kemandirian dalam mengatur dan mengurus dirinya sendiri, dan
merdeka/tidak tergantung (Undang-Undang No.22 Th.1999 tentang
Pemerintahan Daerah). Istilah otonomi juga sama dengan istilah “swa”,
misalnya swasembada, swakelola, swadana, swakarya, swalayan, dan
swa-swa lainnya. Jadi otonomi sekolah adalah kewenangan sekolah
untuk mengatur dan mengurus kepentingun warga sekolah menurut
14
Ibid. Catatan: kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah meliputi: kepala
sekolah dan wakil-wakilnya, guru, siswa, korselor, tenaga adniinistratif, orangtua siswa,
tokoh masyarakat, para profesional, wakil pemerintahan, wakil organisasi pendidikan. 15
Depdiknas, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah: Buku I Konsep dan
Pelaksanaan (Jakarta: Dirjen Dikdasmen Direktorat SLTP, 2001), hlm. 9
16
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi warga sekolah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan pendidikan nasional yang berlaku.
Tentu saja kemandirian yang dimaksud harus didukung oleh sejumlah
kemampuan, yaitu kemampuan mengambil keputusan yang terbaik,
kemampuan berdemokrasi menghargai perbedaan pendapat,
kemampuan memobilisasi sumber daya, kemampuan memilih cara
pelaksanaan yang terbaik, kemampuan berkomunikasi yang efektif,
kemampuan memecahkan persoalan-persoalan sekolah, kemampaan
adaptif dan antisipatif, kemampuan bersinergi dan berkolaborasi, dan
kemampuan memenuhi kebutuhannya sendiri.16
Untuk mencapai otonomi sekolah, diperlukan suatu proses yang
disebut “desentralisasi”. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang
pemerintahan pendidikan dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah, dari pemeritah Dati I ke Dati II, dari Dati II ke sekolah, dan
bahkan dari sekolah ke guru, tetapi harus tetap dalam kerangka
pendidikan nasional. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa
pendidikan yang diatur secara “sentralistik” menghasilkan fenomena-
fenomena seperti berikut: lamban berubah/beradaptasi, bersifat kaku,
normatif sekali orientasinya karena terlalu banyaknya lapis-lapis
birokrasi, tidak jarang birokrasi mengendalikan fungsi dan bukan
sebaliknya, uniformitas telah memasung kreativitas, dan tradisi serta
serimoni yang penuh kepalsuan sudah menjadi kebiasaan, merupakan
16
Ibid., hlm. 10.
17
suatu hal yang kurang tepat untuk kemajuan pendidikan. Kecil itu
indah, adalah merupakan esensi desentralisasi. Pada intinya suatu
organisasi yang cakupan, pemerintahan, manajemen, dan ukurannya
kecil, mudah beradaptasi. Karena itu, desentralisasi bukan lagi
merupakan hal penting untuk diterapkan, tetapi sudah merupakan
keharusan. Dengan desentralisasi, maka: (1) fleksibilitas pengambilan
keputusan sekolah akan tumbuh dan berkembang dengan subur,
sehingga keputusan dapat dibuat “sedekat” mungkin dengan kebutuhan
sekolah; (2) akuntabilitas/tanggung jawab terhadap masyarakat (majelis
sekolah, orangtua peserta didik) dan pemerintah meningkat; dan (3)
kinerja sekolah akan meningkat efektivitasnya, kualitasnya,
efisiensinya, produktivitasnya, inovasinya, provitabilitasnya, kualitas
kehidupan kerjanya, dan moralnya).
Pengambilan keputusan partisipatif adalah suatu cara untuk
mengambil keputusan melalui penciptaan lingkungan yang terbuka dan
demokratik, dimana warga sekolah (guru, siswa, karyawan, orang tua
siswa, tokoh masyarakat) didorong untuk terlibat secara langsung dalam
proses pengambilan keputusan yang akan dapat berkontribusi terhadap
pencapaian tujuan sekolah. Hal ini dilandasi oleh keyakinan bahwa jika
seseorang dilibatkan (berpartisipasi) dalam pengambilan keputusan,
maka yang bersangkutan akan ada “rasa memiliki” terhadap keputusan
tersebut, sehingga yang bersangkutan juga akan bertanggungjawab dan
berdedikasi sepenuhuya untuk mencapai tujuan sekolah. Singkatnya:
18
makin besar tingkat pertisipasi makin besar pula rasa memiliki; makin
besar rasa memiliki, makin besar pula rasa tanggungjawab; dan makin
besar rasa tanggung jawab, makin besar pula dedikasinya. Tentu saja
pelibatan warga sekolah dalam pengambilan keputusan harus
mempertimbangkan keahlian, yurisdiksi, dan relevansinya dengan
tujuan pengambilan keputusan sekolah.17
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia menyebut
MBS dengan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
(MPMBS). Secara umum MPMBS diartikan sebagai sebagai model
manajemen yang memberi otonomi yang lebih besar kepada sekolah
dan mendorong pengambilan keputusan partispatif yang melibatkan
secara langsung semua warga sekolah untuk neningkatkan mutu sekolah
berdasarkan kebijakan pendidikan nasional. MPMBS merupakan bagian
dari manajemen berbasis sekolah (MBS). Jika MBS bertujuan untuk
meningkatkan semua kinerja sekolah (efektivitas, kualitas/mutu.
efesiensi, inovasi, relevansi, dan pemeratan serta akses pendidikan),
maka MPMBS lebih difokuskan pada peningkatan mutu. Hal ini
didasari oleh kenyataan bahwa mutu pendidikan nasional kita saat ini
sangat memprihatinkan sehingga memerlukan perhatian. Hal ini
didasari oleh kenyataan bahwa mutu pendidikan nasional kita saat ini
sangat memprehatinkan sehingga memerlukan perhatian yang lebih
serius.
17
Ibid., hlm. 17.
19
Pengembangan manajemen berbasis sekolah semestinya
mengakar di sekolah, terfokus di sekolah, terjadi di sekolah, dan
dilakukan oleh sekolah. Untuk itu, penerapan manajemen berbasis
sekolah memerlukan konsolidasi manajemen sekolah.
b. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah
Menurut Slamet P.H, Manajemen berbasis sekolah bertujuan
untuk “memberdayakan” sekolah, terutama sumber daya manusianya
(kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, orang tua siswa, dan
masyarakat sekitarnya) melalui pemberian kewenangan, fleksibilitas,
dan sumber daya lain untuk memecahkan persoalan yang dihadapi oleh
sekolah yang bersangkutan.18
Ciri-ciri sekolah yang “berdaya” pada umumnya: tingkat
kemandirian tinggi/tingkat ketergantungan rendah bersifat adaptif dan
antisipatif/proaktif sekaligus; memiliki jiwa kewirausahaan tinggi (ulet,
inovatif, gigih, berani mengambil resiko, dan sebagianya)
bertanggungjawab terhadap hasil sekolah; memiliki kontrol yang kuat
terhadap input nanajemen dan sumber dayanya; control terhadap
kondisi kerja; komitmen yang tinggi pada dirinya; dan dinilai oleh
pencapaian prestasinya. Selanjutnya, bagi sumber daya manusia sekolah
yang berdaya, pada umumnya, memiliki ciri-ciri: pekerjaan “adalah
miliknya, dia bertarggung jawab, dia memiliki suara bagaimana sesuatu
dikerjakan, pekerjaannya memiliki kontribusi, dia tahu posisinya
18
Slamet, P.H., Manajemen Berbasis........ http://www.pdk.go.id/jurnal/27/.
manajemenberbasis-sekolah.htm
20
dimana, dia memiliki kontrol terhadap pekerjaannya, dan pekerjaannya
merupakan bagian hidupnya.19
Beberapa pernyataan yang ada setidaknya ada 4 hal yang menjadi
tujuan pelaksanaan manajemen berbasis sekolah yaitu:
1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang
tersedia.
2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan
bersama.
3) Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua peserta
didik, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya.
4) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu
pendidikan yang akan dicapai.20
F. Metode Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma dalam penelitian ini yakni penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek yang alami, dimana peneliti sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan datanya dilakukan secara
trianggulasi (gabungan), data yang dihasilkan bersifat deskriptif, dan
analisis induktif. Hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
19
Ibid., hlm. 11. 20
Ibid., hlm. 13.
21
daripada generalisasi.21
Pada dasarnya penelitian kualitatif mencermati
manusia dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka,
berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia
sekitarnya.22
Dalam penelitian ini yang diamati dan diwawancarai yaitu
kepala sekolah, para guru, serta karyawan SMK Muhammadiyah 2 Blora.
Melalui penelitian kualitatif ini diharapkan memperoleh
pemahaman dan penafsiran yang mendalam mengenai makna dari fakta
yang relevan. Dengan demikian untuk memahami respon dan perilaku
yang berkaitan dengan peran kepala sekolah dalam implementasi
Manajemen Berbasis Sekolah di SMK Muhammadiyah 2 Blora ini perlu
pengamatan mendalam dan penghayatan terhadap gejala yang menjadi
fokus penelitian.
2. Jenis Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini merupakan penelitian pendidikan
akademik karena akan mengungkap tentang peran kepala sekolah dalam
sebuah lembaga pendidikan dalam hal peranannya dalam manajemen
berbasis sekolah. Penelitian ini juga merupakan penelitian lapangan (field
research) dengan tipe penelitian deskriptif analitik.
3. Sumber Data
Sumber data dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu
(purposive sampling) dan mengutamakan perspective emic, artinya
21
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, cet. 9 (Bandung: Alfabeta, 202), hlm.
4 22
Nasution, Metode Research: Penelitian Ilmiah, cet. 2 (Jakarta: Bumi Aksara,
1996), hlm. 5
22
mementingkan pandangan responden, yakni bagaimana cara mereka
memandang dan menafsirkan dunia dari pendiriannya. Peneliti tidak
dapat memaksakan kehendaknya untuk mendapatkan data yang
diinginkan.
Sumber data dalam penelitian ini sekaligus sebagai obyek
penelitian yaitu kepala sekolah dan guru serta pengelola secara umum di
SMK Muhammadiyah 2 Blora.
4. Obyek dan Subyek Penelitian
Obyek penelitian ini yakni di SMK Muhammadiyah 2 Blora.
Sedangkan subyek penelitian yaitu kepala SMK Muhammadiyah 2 Blora.
Dokumen-dokumen pendukung di SMK Muhammadiyah 2 Blora juga
merupakan bagian dalam subyek penelitian ini.
5. Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
metode-metode sebagai berikut:
a. Observasi. Observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan
langsung dan pencatatan secara sistematis terhadap fokus
permasalahan yang diteliti.23
Obyek yang diobservasi dalam penelitian
ini adalah berbagai pelaksanaan pengembangan manajemen berbasis
sekolah dan peran kepala sekolah dalam mengelola manajemen
berbasis sekolah. Observasi yang penulis lakukan di sini adalah
termasuk gabungan observasi partisipan dan non partisipan. Dengan
23
Sutrisno Hadi, Metodologi Reserch, (Yogyakarta:Andi Ofset, 1998) hlm. 56.
23
harapan akan mendapatkan data yang lebih konkret tentang
permasalahan yang diteliti.
b. Wawancara, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui tanya
jawab dengan sumber data secara langsung.24
Kepala sekolah beserta
guru karyawan pada sekolah masuk pada kriteria ini. Penggunaan
teknik ini dilakukan dengan kombinasi antara model wawancara yang
ditetapkan (guided interview) sesuai dengan permasalahan dan model
wawancara yang tidak teratur, dalam artian dialog tanya jawab yang
dilakukan dalam bentuk bebas (inguided interview), akan tetapi tidak
menyimpang dan lebih diarahkan pada titik permasalahan (garis besar)
atau pada informasi yang kurang jelas diperoleh, jadi metode
wawancara yang penulis gunakan disini adalah campuran antara
guided dan inguided interview (bebas terpimpin). Data yang diambil
dari wawancara ini adalah data mengenai peran kepala SMK
Muhammadiyah 2 Blora melakukan pengembangan manajemen
berbasis sekolah, dan pelaksanaan dari penerapan pengembangan
manajemen berbasis sekolah di SMK Muhammadiyah 2 Blora.
c. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang terkait dengan fokus
penelitian yang berasal dari sumber utamanya (obyek penelitian),
seperti dokumen-dokumen, arsip-arsip, modul, artikel, jurnal, brosur
dan sebagainya yang terkait dengan permasalahan yang dikaji. 25
24
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : Rajawali, 1996),
hlm.35. 25
Anas Sudijono, Tehnik Evaluasi Pendidikan Suatu Pengantar, (Yogyakarta:UD.
Rama, 1986) hlm. 36.
24
Dengan teknik ini, dapat diambil data mengenai guru dan karyawan
serta kepala sekolah, pelaksanaan manajemen berbasis sekolah,
administrasi pendidikan serta data lain yang relevan.
6. Validitas Data
Uji keabsahan data kualitatif ini dilakukan dengan tiga kriteria yaitu
kredibilitas (validitas), dependabilitas (reliabilitas), dan konfirmabilitas
(objektivitas). Kriteria kredibilitas diuji dengan menggunakan beberapa
teknik, yaitu:
a. Meningkatkan ketekunan dalam melakukan pengamatan, jika
diperlukan memperpanjang waktu keikutsertaan peneliti dalam
proses pengumpulan data di lapangan.
b. Melibatkan teman sejawat yang tidak ikut dalam melakukan
penelitian dengan meminta diskusi dan pandangan terhadap hasil
penelitian.
Kriteria dependabilitas dan konfirmabilitas diuji dengan teknik
memeriksa ketergantungan dan kepastian data dengan jalan memeriksa
proses maupun hasil penelitian yang telah dilakukan.26
Dalam hal ini
dapat dilakukan dengan melakukan pengecekan ulang terhadap data yang
diperoleh dengan cara meminta para informan dan responden untuk
membaca hasil wawancara dengan peneliti.
26
Nasution, Metode …, hlm. 119-120
25
7. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan model
analisis interaktif sebagaimana dikembangkan oleh Matthew B. Miles
yang terdiri dari 3 (tiga ) komponen analisis yang saling berinteraksi, yaitu
reduksi data atau penyederhanaan data (data reduction), sajian data (data
display), dan penarikan simpulan (data conclution: Drawing/ verying).27
Sebagai ilustrasi, mode analisis interaktif Matthew tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.
Model Analisis Interaktif Mattew B. Milles
Berdasarkan model analisis interaktif tersebut, maka analisis data ini
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
27
Mattew B.Miles, Qualitative and Analisis, (California : Sage Publication, 1994),
hlm. 12.
Data Collection Data Display
Data Reduction Data Conclution
Drawing/verfying
26
a. Peneliti datang ke lokasi penelitian untuk keperluan wawancara,
observasi dan dokumentasi dalam rangka mengumpulkan data-data
yang terkait dengan masalah penelitian.
b. Data-data yang telah terkumpul, selanjutnya direduksi, dipilah-pilah,
dan dan diklarifikasi secara sistematis untuk kemudian disajikan.
c. Data hasil sajian kemudian dianalisis. Hasil analisis ini kemudian
kembali direduksi agar simpulan yang diambil benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan.
d. Setelah diadakan reduksi data, kemudian data disajikan sebagai
simpulan, akhir dalam bentuk deskriptif atau gambaran yang tentunya
juga dilengkapi dengan data-data pendukung untuk kesempurnaan
hasil penelitian.
Melalui penelitian ini, penulis akan mengambil data tentang
efektifitas peran kepala sekolah dalam manajemen berbasis sekolah di
SMK Muhammadiyah 2 Blora, yang disadari sebagai sebuah usaha
mencari alternatif peningkatan manajemen sekolah dan sumber daya guru
sehingga menjadi profesional. Data-data tersebut kemudian akan
dihadapkan pada teori efektifitas dan manajemen pendidikan/sekolah.
Dengan menggunakan metode induktif, peneliti akan mengambil
kesimpulan terhadap hasil pengamatan dari kumpulan data.
27
G. Sistematika Pembahasan
Keseluruhan penelitian ini terdiri atas lima bab dan setiap bab terdiri
atas beberapa sub bab. Kelima bab yang masing-masing terbagi menjadi
beberapa sub bab ini merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh.
Bab Pertama adalah Pendahuluan. Bab ini berusaha memberikan
gambaran secara singkat mengenai keseluruhan isi tesis ini sekaligus
memberikan rambu-rambu untuk masuk pada bab-bab berikutnya. Dalam bab
ini diawali dengan menjelaskan latar belakang masalah dan rumusan masalah.
Latar belakang masalah berusaha mengungkapkan kronologi munculnya
problem akademik dan diyakini bahwa problem tersebut layak untuk diteliti.
Rumusan masalah merupakan kristalisasi dari latar belakang masalah yang
diformulasikan menjadi tiga pertanyaan yang akan dicari jawabannya pada
penelitian ini.
Selanjutnya dalam tujuan dan manfaat penelitian terpapar sesuatu
yang akan dituju dan dicapai oleh penelitian ini serta manfaat yang akan
diambil darinya. Berikutnya adalah telaah pustaka yang berusaha menelusuri
secara kritis terhadap hasil-hasil penelitian tentang manajemen berbasis
sekolah. Tujuan dari kajian ini adalah untuk menjelaskan posisi penelitian
tesis ini di antara penelitian-penelitian yang sudah ada. Dilanjutkan dengan
kerangka teori, yang berisi tentang teori-teori yang akan dipakai dalam
mengurai efektifitas peran kepala sekolah dalam manajemen berbasis sekolah.
Sub bab berikutnya ialah metode penelitian yang berusaha mengungkapkan
cara-cara yang ditempuh dalam melakukan penelitian ini. Sub bab ini
28
mencakup jenis dan pendekatan dalam penelitian, sumber dan teknik
pengumpulan data, analisis dan interpretasi data. Bab ini diakhiri dengan
sistematika pembahasan tesis yang berupa struktur pengorganisasian penulisan
tesis yang terdiri atas bab-bab dan sub bab-sub bab. Dimaksudkan dari
sistematika pembahasan tesis ini dapat diketahui alur logika pembahasan
secara jelas.
Bab kedua berisi Landasan Teori. Bab ini menguraikan penjelasan
tentang teori-teori yang digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam
tesis ini. Ada dua macam teori yang digunakan yakni teori tentang manajemen
pendidikan, dan teori manajemen berbasis sekolah.
Bab ketiga berisi penyajian data tentang gambaran umum SMK
Muhammadiyah 2 Blora. Pembahasan ini terdiri dari beberapa sub bab, yakni
sub bab tentang Sejarah berdiri, Kondisi geografis, visi dan misi, Profil guru,
tenaga administrasi, dan siswa, struktur organisasi, keadaan sarana prasarana,
program peningkatan SDM, mekanisme penyusunan program sekolah, peran
kepala sekolah di SMK Muhammadiyah 2 Blora.
Bab keempat dalam tesis ini berisi hasil penelitian dan pembahasan,
yakni melakukan pembahasan terhadap data tentang efektivitas peran kepala
sekolah dalam manajemen berbasis sekolah di SMK Muhammadiyah 2 Blora.
Dalam bab ini mencakup empat sub bab, yaitu sub bab pertama tentang peran
kepala sekolah dalam pengelolaan manajemen berbasis sekolah. Sub bab
kedua tentang implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMK
Muhammadiyah 2 Blora. Sub bab ketiga tentang pembahasan efektifitas peran
29
kepala sekolah dalam Manajemen berbasis sekolah. Dan sub bab keempat
tentang pembahasan berkaitan faktor pendukung dan penghambat
implementasi manajemen berbasis sekolah di SMK Muhammadiyah 2 Blora.
Sebagai bab terakhir dalam penulisan tesis ini ialah bab kelima yakni
penutup. Bab ini memaparkan kesimpulan yang menjadi jawaban atas
rumusan masalah yang dicantumkan dalam bab pendahuluan. Dalam bab ini
juga akan memberikan saran-saran konstruktif dengan harapan apa yang
digagas dalam penelitian ini akan menjadi pemahaman dan kajian lebih lanjut
dalam rangka pengembangan keilmuan pendidikan Islam. Sementara di bagian
akhir penulisan ini dilampirkan daftar pustaka, lampiran-lampiran data
penelitian, serta daftar riwayat hidup peneliti.