1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Alasan Pemilihan Judul
Awal dari penulisan skripsi ini adalah ketertarikan penulis untuk lebih
memahami studi hubungan internasional dengan mengambil suatu fenomena
Internasional khususnya di kawasan Asia Tenggara. Salah satu hal yang menarik untuk
dibahas ialah kesiapan Thailand dalam menghadapi ASEAN Ecomonic Community.
Dapat kita ketahui bahwa Thailand sangat angresif dalam menyambut AEC 2015 ini
dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Tentunya Thailand memiliki alasan tersendiri dengan agresifitasnya dalam
menyambut AEC. Dapat kita lihat dengan persiapan sumber daya manusianya agar
siap untuk menyambut datangnya ASEAN Community 2015 dimana didalamnya ada
pilar AEC. Thailand sudah mempersiapkan tenaga guru yang berkompeten dan juga
kurikulum yang membantu agar para mahasiswa dapat dengan mudah terjun dalam
persaingan AEC dan dapat memenuhi standar AEC. Karena besok saat AEC sudah
dimulai maka seluruh masyarakat ASEAN dapat dengan mudah bekerja dimana saja
yang mereka inginkan disesama negara ASEAN.
Dan inilah yang menarik perhatian kita semua dengan kesiapan-kesiapan
yang dilakukan oleh Thailand dalam menyambut datangnya AEC 2015 esok dengan
agresif.
2
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memberikan tambahan informasi
dalam bentuk tulisan ilmiah mengenai kesiapan Thailand dalam menghadapi ASEAN
Economic Community 2015. Usaha yang sudah dilakukan Thailand dalam menyambut
AEC dalam bentuk apapun itu terlebih dalam bidang ekonomi sehingga dapat bersaing
dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Penulisan skripsi ini juga membuktikan hipotesa mengenai implikasi
kepentingan nasional dengan agresifitas Thailand dalam menghadapi AEC dan
menemukan keuntungan apa saja yang akan didapatkan oleh Thailand dengan
usahanya tersebut. Selain itu penulisan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Jurusan Ilmu Hubungan
Internasional, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
C. Latar Belakang Masalah
AEC (ASEAN Economic Community) merupakan salah satu pilar dari ASEAN
Community dimana dua pilar yang lain adalah ASEAN Political and Security
Community dan juga ASEAN Socio and Cultural. Tujuan dibentuknya AEC ialah untuk
meningkatkan stabilitas perekonomian dikawasan ASEAN. Dengan terbentuknya
Komunitas Ekonomi ASEAN diharapkan akan bisa mengatasi masalah-masalah dalam
bidang perekonomian antar negara ASEAN. Jangan sampai kasus krisis ekonomi
seperti di Indonesia pada tahun 1997 dulu terulang kembali.
3
Terciptanya kawasan pasar bebas ASEAN merupakan tantangan tersendiri
bagi pelaku usaha di negara ASEAN. Persaingan produk dan jasa antar negara ASEAN
akan di uji di sini. Bagi para pelaku usaha dan jasa mulai sekarang mulai
mementingkatkan kualitas produk mereka. Mulai membuat produk yang dicintai
konsumen. Dengan membuat produk yang berkualitas serta harga terjangkau pasti
produk tersebut akan menarik bagi masyarakat ASEAN. Terbentuknya Komunitas
Ekonomi ASEAN ini maka warga negara yang bekerja di negara lain (ASEAN) maka
tidak menggunakan paspor maupun visa kerja. Warga negara Vietnam misalnya, juga
bisa melamar kerja di Indomaret dengan syarat yang sama seperti warga negara
Indonesia.1
Ide awal pembentukan AEC ini bermula pada pembentukan AFTA (ASEAN
Free Tread Area) tahun 1992. Dan pada KTT ASEAN di Phnom Pen bulan November
2002 para pemimpin ASEAN menyetujui proses integrasi ekonomi ASEAN sebagai
pembentukan AEC yang diprakarsai oleh Perdana Menteri Goh Chok Tong. Sangat
penting untuk mengindentifikasi unsur-unsur inti (core elements) AEC yang mutlak
harus ada untuk memungkinkan pembuatan wilayah Asia Tenggara suatu pasar dan
landasan produk tunggal , karena itu agenda kerjasama ekonomi ASEAN harus
memusatkan perhatian pada uapaya integrasi “ turning the diversity that characterizes
the region into opportunities for business complementation making ASEAN a more
dynamic and stronger segment of the global supply chain”. Sasaran pencapaian suatu
1 Warsito Gunawan. http://asean.gunklaten.com/2013/06/Pengertian-Komunitas-ASEAN-2015.html
diakses tgl 24/2/14 jam 10:38
4
pasar dan landasan produksi tunggal dengan peredaran bebas barang, jasa dan modal
merupakan pengakuan bahwa economic survival ASEAN lebih besar dengan suatu
pasar regional yang tunggal daripada dengan sejumlah ekomomi-ekonomi nasional.
Kemungkinan untuk berfungsi sebagai suatu satuan ekonomi yang terintegrasi
membuat Asia Tenggara mampu mengambil manfaat dari ekonomi China dan India
yang tumbuh pesat.2
Salah satu negara ASEAN yang sangat agresif dalam mempersiapkan AEC
ialah Thailand. Thailand telah menjadi negara yang paling aktif di Asean sejauh ini
dalam kampanye yang bersangkutan dengan AEC . Sebanyak 8 miliar baht dalam
berbagai bentuk iklan dihabiskan untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapan
Thailand dan rakyat Thailand untuk AEC .3
Selama kampanye AEC semua instansi pemerintahan di Bangkok dan daerah
provinsi terutama yang berbatasan langsung dengan negara tetangga anggota ASEAN
menerima anggaran khusus untuk menyelenggarakan seminar atau kegiatan untuk
menyambut datangnya AEC. Departemen Pendidikan , Departemen Perdagangan dan
Departemen Kebudayaan dan Pembangunan Sosial menerima dana yang paling besar .
Bahkan Departemen Pertahanan diberikan lebih dari 200 juta baht sebagai bagian dari
persiapan untuk AEC. Bahkan 100.000 pejabat kabupaten dan provinsi menghadiri
seminar tentang isu-isu AEC dan terkait Asean selama periode 2011-2012. Harus
2 C.P.F Luhulima. Dinamika Asia Tenggara Menuju 2015. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2011. Hal 37
3Kavi Chongkittavorn. Is Thailand ready for Asean Economic Community?
http://www.nationmultimedia.com/opinion/Is-Thailand-ready-for-Asean-Economic-Community-30224
073.html diakses tgl 18/2/14 jam 6:05
5
dicatat di sini bahwa pada tingkat kabupaten dan provinsi , para pejabat adalah tonggak
yang dapat mensosialisasikan AEC langsung ke masyarakat dikarenakan mereka lebih
dekat dengan masyarakat dibandingkan dengan pemerintah pusat.
Penekanannya selalu sebagian besar terkonsentrasi pada kegiatan ekonomi
yang berhubungan meskipun ada dua pilar tambahan mengenai politik / keamanan dan
sosial / budaya yang sama-sama penting .
Pemerintah dan masyarakat Thailand pada mulanya sangat takut dengan
adanya AEC. Mereka berpikiran akan kehilangan pekerjaan karena akan banyak
pekerja asing dari negara sesama anggota AEC yang kemampuannya melebihi dengan
kemampuan mereka. Terlebih lagi dalam hal bahasa Inggris. Bahasa inggris adalah
instrument paling penting untuk bersaing dengan masyarakat dari negara anggota AEC
lainnya. Sehingga Departemen Pendidikan mengalokasikan dana lebih dari 500 juta
bath untuk meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris di kalangan mahasiswa terutama
mereka yang bersekolah di sekolah kejuruan .
Investasi adalah hal yang sangat ditekankan oleh Thailand dalam
mempersiapkan datangnya AEC. Oleh karena itu Thailand mempersiapkan
infrastruktur yang baik untuk manarik investor.
Thailand juga bekerjasama dengan negara-negara ASEAN lainnya dalam
mempersiapkan AEC ini. Kerjasama regional ini akan menguntungkan semu pihak
yang terlibat didalamnya termasuk Thailand.
6
Pejabat pemerintah juga didesak untuk mengasah kemampuan bahasa Inggris
mereka . Tetapi siswa SMK adalah kelompok yang paling diprioritaskan karena
mereka akan berperan penting dalam usaha kecil dan menengah ( UKM ) dan juga
dalam mempromosikan kegiatan bisnisnya di Asean. Hampir lebih dari 90 persen dari
investasi bisnis baru terkait dengan UKM .
Selain itu Thailand juga melakukan persiapan di bidang pendidikan. Pertama,
sangat penting untuk mengembangkan kurikulum yang tepat yang dilakukan pada
sekolah tinggi dan perguruan tinggi pada budaya bangsa-bangsa AEC.
Tentunya untuk mewujudkan kurikulum yang tepat sesuai dengan budaya
bangsa ASEAN membutuhkana tenaga guru yang mumpuni juga. Sehingga Thailand
juga sudah mempersiapkan tenaga guru yang mumpuni tersebut. Kedua, itu akan
berharga untuk memberikan siswa Thailand peningkatan peluang untuk memiliki
magang di negara-negara tetangga AEC sebagai cara praktis untuk meningkatkan
pengetahuan tentang tetangga mereka dan bagaimana untuk bekerja secara efektif
dengan mereka. Ketiga , lebih Mahasiswa Thailand harus didorong untuk melakukan
penelitian lapangan di wilayah tersebut untuk meningkatkan basis pengetahuan tentang
berbagai negara AEC dan budaya. AEC merupakan tantangan besar dan kesempatan
bagi Thailand dan rakyatnya untuk naik tangga ekonomi dengan industri yang lebih
terampil. Namun, kesempatan yang luar biasa hanya dapat terwujud jika Thailand
7
membuat komitmen untuk meningkatkan secara signifikan kualitas sumber daya
manusia dan produktivitas rakyatnya4.
Thailand sangat mempersiapkan diri untuk menuju AEC, bisa dibilang
Thailand adalah negara yang paling siap diantara negara-negara Asia Tenggara
lainnya. Dalam menghadapi AEC dimana tidak ada batas yang ada antara negara
kawasan Asia Tenggara sehingga segala barang dagangan dari negara-negara Asia
Tenggara tidak terkena pajak masuk ke negara sesama anggota AEC. Tentunya hal itu
membuat sebuah tantangan tersendiri bagi setiap negara anggota AEC termasuk
didalamnya Thailand.
Thailand belajar dari pengusaha-pengusaha asal Singapura dan Malaysia
dalam operasi bisnis waralaba dan juga bahasa Inggris mereka. Thailand
mempersiapkan AEC ini jauh lebih baik dengan kesiapan hampir 86 persen lebih besar
dari rata-rata negara ASEAN lainnya yang hanya memenuhi 80 persen.
Dilihat dari persiapannya Thailand sangat agresif dalam menyambut
datangnya AEC dimana peranan ekonomi sangat penting. Persiapan matang pun
dilakukan sejak dini oleh Thailand. Thailand juga sangat gencar dalam
mempromosikan ASEAN Community dengan menggunakan media masa iklan dan
juga dengan menggunakan media sosial. Bahkan setiap hari di berita utama yang
disiarkan di stasiun televisi Thailand tidak lupa memberitakan tentang AEC.
4Gerald W Fry. Preparing for the AEC Era.
http://www.nationmultimedia.com/opinion/Preparing-for-the-AEC-Era-30181887.html tgl 12/01/2014
jam 1:16
8
Seluruh departemen yang bersangkutan dengan persiapan menyambut
datangnya AEC ini menyediakan dana yang tidak sedikit untuk mempromosikan
tentang AEC tersebut. Rencana pengeluaran besar sejalan dengan kebijakan
pemerintah untuk mempreriotaskan AEC. Itu berarti setiap referensi yang memiliki
huruf " AEC " di dalamnya pasti akan mendapatkan dana dari pemerintah. Dan juga
akan banyak seminar-seminar tentang AEC yang akan diadakan. Semua ini
memusatkan perhatian pada satu isu tunggal : untuk mempersiapkan negara dan rakyat
Thailand untuk bersaing dengan sembilan anggota lain dari Asean Economic
Community pada tahun 2015.5 ini menunjukkan bahwa Thailand telah lebih siap dalam
menyambut datangnya AEC diabndingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Negara-negara ASEAN lainnya pun juga mempersiapkan diri untuk
menyambut datangnya AEC ini. Seperti halnya Indonesia, melakukan persiapan
meliputi pembenahan dan perbaikan infrastruktur, konektivitas antardaerah yang
diharapkan bisa mendongkrak daya saing, dan pembenahan sistem distribusi barang
agar lebih efisien.6 Indonesia mulai mendongkrak bisnis UKM sebagai senjata utama
untuk menuju AEC 2015.
Malaysia mempersiapkan teknologi informasi dan komunikasi TIK dalam
menyambut AEC ini. Malaysia lebih mendorong kemajuan di bidang TIK ini untuk
5Education agency to spend most on AEC readiness.
http://www.nationmultimedia.com/business/Education-agency-to-spend-most-on-AEC-readiness-3020
7176.html tgl 16/2/14 jam 2:04 6 Persiapan hadapi AEC.
http://daerah.sindonews.com/read/2014/02/21/16/837821/persiapan-hadapi-aec diakses tgl 26/2/2014
jam 5:21am
9
dapat bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya dalam menyambut AEC tahun
2015.7 Sedangkan negara lain seperti Singapura yang pada dasarnya penghasilan
terbesar negara tersebut adalah dari bidang jasa sehingga mereka lebih mengintesifkan
lagi dalam bidang jasa tersebut. Dan mencetak tenaga ahli yang dapat bekerja dinegara
mana saja di seluruh ASEAN.
Negara ASEAN lainnya juga mempersiapkan diri dalam menghadapi ASEAN
Community ini. Mereka berlomba-lomba menjadi yang terbaik dan dapat memproduksi
suatu barang yang dapat bersaing di pasar ASEAN sehingga negara mereka tidak
hanya dijadikan pasar. Namun demikian Thailand tetap terlihat paling agresif.
Sejarah terbentuknya AEC sangatlah panjang dimulai dengan terbentuknya
ASEAN pada tahun 1967. Pada awalnya Pada rentang tahun 1945-1965 dunia
internasional terbagi atas dua kubu yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet. Puncak
persaingannya ditandai dengan Amerika Serikat membentuk pakta pertahanan yaitu
NATO sedangkan Uni Soviet membentuk Pakta pertahanan pakta warsawa.
Persaingan kedua negara adikuasa tersebut juga mencakup persaingan ideologi,politik
dan ekonomi. Sedangkan wilayahnya tidak hanya di Eropa tetapi meluas
kekawasan-kawasan lain, baik di Asia maupun di Pasifik.
Di wilayah-wilayah tersebut muncul organisasi-organisasi yang berpihak
pada salah satu kekuatan dunia itu. Sedangkan untuk Asia Tenggara muncul
7 Pengembangan ICT di AEC. http://www.technosociety.com/?p=1473 diakses tgl 25/2/2014 jam
5:46am
10
organisasi-organisasi regional yang bernafaskan persaingan antara dua negara adidaya
itu, misalnya SEATO, ASA, ASEAN yang pro Amerika Serikat, dan Persekutuan
Indocina yang pro Uni Soviet8. Sejak semula organisasi regional yang terdapat di
kawasan Asia Tenggara selalu ada campur tangan dari pihak lain dalam upanya
penyebaran pengaruh antara Timur dan Barat.
ASEAN berdiri tahun 1967 di tengah situasi regional dan internasional yang
sedang berubah. Pada awal pembentukannya ASEAN hanya terdiri dari lima negara
yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Philipina. Walaupun
masing-masing negara anggota berbeda satu sama lain dalam hal bahasa, budaya,
agama, goegrafi, etnisitas, dan pengalaman sejarah, hubungan antaranggota secara
bertahap menumbuhkan rasa kebersamaan9. Awal terbentuknya ASEAN ialah untuk
membendung masuknya ideologi komunis di kawasan Asia Tenggara. Karena
Amerika Serikat juga mendukung terbentuknya ASEAN dan mendoktrin ASEAN
untuk tidak menyukai ideolagi komunis.
Seiring dengan perubahan zaman yang tidak lagi dipengaruhi oleh perang
dingin Amerika Serikat dan juga Uni soviet. Dimana Uni Soviet telah bubar pada tahun
1992 sehingga hal itu mengakhiri perang dingin. Kerjasama ASEAN pun mulai
berubah menyesuaikan kondisi politik regional dan juga internasional. Seperti halnya
kerjasama tentang keamanan regional yang berhubungan dengan terorisme dan juga
8A. Kardiyat Wiharwanto. “Proses Berdirinya ASEAN”
http://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Historia%20Vitae/vol24no2oktober2010/PROSES
%20BERDIRINYA%20ASEAN%20kardiyat.pdf tgl 16/2/14 jam 21:17 9 Bambang cipto, Hubungan Internasional di Asia Tenggara, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hal.13.
11
menjurus ke hubungan yang saling menguntungkan yaitu dalam bidang kerjasama
ekonomi regional.
Dilihat dari segi ekonomi Tujuan dasar pembentukan ASEAN sebagaimana
dicerminkan dalam Deklarasi Bangkok Agustus 1967 adalah memulihkan
hubungan-hubungan intraregional dan menyusunnya dalam struktur suatu tata Asia
Tenggara berdasarkan prinsip saling menghormati dan hidup berdampingan secara
damai, apapun sistem sosial ekonomi masing-masing negara anggota. Tujuan utama
ASEAN ialah untuk mewujudkan kerjasama ekonomi dan sosial budaya dengan
menggunakan struktur tata cara Asia Tenggara tersebut.
“to accelerate the economic growth, social progress and cultural
development in the region through joint endeavors in the spirit of equality and
partnership in the order to strengthen the foundation for a prosperous and
peaceful community of South East Asia Nation” (untuk mempercepat
pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pembangunan kebudayaan di
kawasan ini melalui usaha-usaha bersama dalam semangat persamaan dan
kemitraan untuk memperkuat landasan bagi sebuah masyarakat bangsa-bangsa
Asia Tenggara yang makmur dan damai.)”10
Point utama dari Deklarasi Bngkok tersebut ialah:
“membentuk suatu landasan yang kokoh dalam meningkatkan kerjasama
regional di kawasan Asia Tenggara dengan semangat keadilan dan kemitraan
dalam rangka menciptakan perdamaian, kemajuan dan kemakmuran kawasan”
Sehingga dengan terbentuknya ASEAN Community ini lebih
mengintegrasikan kembali negara-negara di kawasan Asia Tenggara dengan
menggunakan tiga pilar ASEAN Community tersebut. Sehingga ASEAN akan jauh
10
C.P.F Luhulima, ASEAN menuju postur baru, Centre for Strategic and International Studies (CSIS),
Jakarta, 1997
12
lebih mampu dalam menghadapi kekuatan ekonomi dunia seperti negara Cina dan
Amerika Serikat.
D. Pokok Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan persoalan atau
permasalahan mengenai: “Bagaimana strategi Thailand dalam menyambut datangnya
ASEAN Economic Community?”
E. Kerangka Pemikiran
Dalam menjawab rumusan masalah diatas penulis mencoba menganalisa
dengan konsep SWOT, regionalisme dan juga investasi.
1. Konsep SWOT
Menurut Daniel Start dan Ingie Hovland Analisis SWOT adalah instrument
perencanaaan strategis yang klasik. Dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan
dan kelemahan dan kesempatan ekternal dan ancaman, instrument ini memberikan cara
sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi.
Instrumen ini menolong para perencana apa yang bias dicapai, dan hal-hal apa saja
yang perlu diperhatikan oleh mereka.
Dilihat dari permasalahan ini penulis mencoba menggunakan SWOT dalam
menganalisis permasalahan kesiapan Thailand dalam menghadapi AEC. SWOT adalah
13
singkatan dari Strengths (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (peluang),
Threats (ancaman).
Analisa SWOT ini terbagi atas empat komponen dasar yaitu :
1. S = Strength, adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari
organisasi atau program pada saat ini.
2. W = Weakness,.adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari
organisasi atau program pada saat ini.
3. O = Opportunity, adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang di
luar organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi di masa
depan.
4. T = Threat, adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang datang
dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi di masa depan.11
Strengths (kekuatan) yang dimiliki oleh Thailand adalah dalam bidang
industri dimana Thailand memproduksi beberapa sperpart mobil dan juga mobil yang
diekspor ke negara-negara ASEAN. Selain itu agrobisnis Thailand yang lebih baik dari
negara-negara ASEAN laiinya sehingga bisa mengeksport beras ke beberapa negara
ASEAN.
Weakness (kelemahan) yang dimiliki Thailand adalah sumber daya manusia
yang belum terlalu siap dalam menghadapi datangnya AEC. Konflik politik yang
sering terjadi di Thailand yang membuat keamanan disana yang kurang kondusif.
11
Analisis SWOT.
http://www.smeru.or.id/report/training/menjembatani_penelitian_dan_kebijakan/untuk_cso/file/82.pdf
14
Opportunities (peluang) yang dimiliki oleh Thailand produk-produk Thailand
dapat masuk dengan mudah di pasar negara-negara ASEAN. Thailand dapat
mengembangkan investasi dengan mudah di negara-negara ASEAN lainnya.
Threats (ancaman) untuk Thailand ialah dengan adanya pasar bebas di
ASEAN, membuat barang yang masuk ke dalam negara-negara ASEAN tidak terkena
biaya masuk, hal ini akan mengancam barang-barang dalam negeri Thailand yang tidak
mampu bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya.
2. Konsep Regionalisme
Regionalisme sering diartikan sebagai derajat kepaduan sosial (etnik, bahasa,
agama, budaya, sejarah), ekonomi (perdagangan), politik (tipe rezim, ideologi), dan
organisasional (institusi regional formal), dalam pernyataan John Ravenhill dalam
artikelnya “Regionalism”, Hurrell juga mengatakan bahwa regionalisme terjadi tidak
secara alami. Semua kawasan merupakan sebuah konstruksi sosial sehingga tidak
mudah untuk mendefinisikannya. Definisi setiap kawasan bisa berbeda tergantung
konteks masalah dan alasan pembentukannya.12
Regionalisme merupakan konsep dalam hubungan internasional yang banyak
dibicarakan oleh para praktisi maupun akademisi hubungan internasional. Secara
praktis, konsep ini sering digunakan secara silih berganti dengan konsep
region/kawasan, subregion/sub-kawasan, atau subsistem. Joseph S. Jr. Nye, seorang
12
Hurrell, Andrew. Regionalism in Theoritecal Perspective. Dalam Louise Fawcett and Andrew
Hurrell, Regionalism in World Politics: Regional Organization and International Order. New York:
oxford University Press. 1995.
15
teoritisi Hubungan Internasional dari AS yang cukup terkemuka mengemukakan
bahwa konsep ini bersifat ambigious.
Lima karakteristik di dalam mengklasifikasikan suatu kawasan menurut
Steven Clleya, yaitu:
a) Negara-negara yang tergabung dalam suatu kawasan memiliki kedekatan
geografis.
b) Mereka memiliki pola kemiripan sosiocultural
c) Terdapatnya kemiripan sikap dan tindakan politik seperti yang tercermin
dalam organisasi internasional.
d) Kesamaan keanggotaan dalam organisasi internasional.
e) Adanya ketergantungan ekonomi yang diukur dari perdagangan luar
negeri sebagai bagian dari proporsi pendapatan nasional.13
Regionalisme muncul seiring dengan semakin kompleksnya kebutuhan
manusia dan negara. Ketika suatu negara membutuhkan keunggulan dan potensi
negara lain, maka pada saat itu pula negara tersebut akan melihat kerjasama sebagai
solusi yang memiliki proyeksi cerah. Regionalisme adalah suatu bentuk kerjasama
dalam aspek kesamaan geografis, sejarah, budaya, dan lain sebagainya.
Negara-negara di ASEAN sedang memulai integrasi yang lebih lanjut lagi
dengan membentuk ASEAN Community yang bercermin dari keberhasilan Uni Eropa.
Dalam regionalism ada tiga unsur utama yang mempengaruhi seperti sejarah yang
13
Steven Clleya,Regionalism in the Post Cold War World Order.(San Fransisco: Aldershot
Ashgate,2000), h. 67
16
sama dan pengalaman politik yang sama, interaksi yang lebih intens dibandingkan
dengan negara-negara yang lain, dan yang terakhir adalah munculnya suatu organisasi
yang memberikan kawasan tersebut kerangka institusi dan hukum dan menyediakan
rules of game.14
Untuk mewujudkan kesatuan kawasan ASEAN membuat identitas bersama
yang disebut dengan ASEAN Community. Berdasarkan teori geopolitik dimana
pengaruh regionalisme nantinya akan melahirkan organisasi regional sebagai
manifestasi adanya perasaan insecurity persaingan pasar global, sehingga
memunculkan adanya integrasi ekonomi (Security Allieance Theory) dalam ASEAN.
Dilihat dari perspektif neo-institussionalisme yang di dalamnya terdapat 4 asumsi
pokok yakni pertama, negara merupakan aktor kunci dalam hubungan internasional,
tetapi bukanlah satu-satunya faktor yang signifikan. Mereka selalu berusaha
memaksimalkan kepentingan di hampir semua isu. Kedua, dalam lingkungan yang
kompetitif, negara berusaha memaksimalkan keuntungan melalui kerja sama atau
bentuk organisasi; ketiga, kendala terbesar organisasi adalah ketidakrelaan negara
anggota; keempat, dalam organisasi keputusan negara berangkat dari perhitungan
keuntungan bersama ditambah kesempatan untuk mengamankan kepentingan nasional
mereka.15
Negara-negara Asia Tenggara membentuk ASEAN Community ialah untuk
memenuhi kepentingan regional mereka. Seperti halnya dibidang ekonomi, dengan
14
Steven L Lamy, 2001, “Contemporary Mainstream Approaches”. dalam Budi Winarno, Isu-isu
Global Kontemporer, Yogyakarta: CAPS press, 2011. 15
Ibid.
17
terintegrasinya ekonomi di seluruh negara ASEAN maka ASEAN akan lebih mudah
untuk bersaing dengan negara-negara besar seperti Cina dan Amerika Serikat. Dari
regionalism inilah maka negara-negara ASEAN dapat memenuhi kepentingan
nasionalnya.
3. Konsep Investasi
Investasi ialah Penempatan dana/Penukaran uang dengan bentuk-bentuk
kekayaan lain selama periode tertentu, yang diharapkan dapat memperoleh
penghasilan dan/atau meningkatkan nilai investasi. Atau penundaan konsumsi dari
masa sekarang untuk masa yang akan datang, yang didalamnya terkandung risiko,
untuk itu dibutuhkan suatu kompensasi atas penundaan tersebut, dalam bentuk
keuntungan. Satu pihak baik perorangan maupun atau lembaga akan menunda
konsumsinya dan membeli instrumen investasi, dan kemudian menjual instrumen
investasi dengan adanya tambahan yang dikenal dengan tingkat bunga/capital
gain/dividen. Tingkat bunga/capital gain/dividen ini diharapkan lebih tinggi dari
tingkat suku bunga yang berlaku sehingga dana yang dimiliki tidak mengalami
penurunan kemampuannya akibat inflasi tersebut.16
Menurut Joseph Allois Schumpeter investasi otonom (autonomous
investment) dipengaruhi oleh perkembangan-perkembangan yang terjadi di dalam
jangka panjang seperti :
Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh.
16
Konsep Investasi. http://japku.wordpress.com/2013/03/08/konsep-investasi/. Diakses tgl 11/07/2014
18
Tingkat bunga.
Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan.
Kemajuan teknologi.
Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.
Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan.
F. Hipotesis
Strategi Thailand dalam mempersiapkan ASEAN Economic Community
adalah dengan meningkatkan agribisnis mereka dan juga meningkatkan UKM,
investasi dan juga SDM.
G. Jangkauan Penelitian
Untuk menghindari perluasan dalam fokus pembahasan dan meminimalisir
inkonsistensi pokok permasalahan yang diangkat dalam penyusunan skripsi ini,
penulis berinisiatif membatasi pokok-pokok pembahasan dengan dimensi waktu dan
upaya-upaya Thailand dalam menghadapi AEC ditahun 2015 yang akan datang.
Penulis memutuskan untuk membatasi waktu yang dilakukan dalam upaya
Thailand dalam menghadapi AEC dari tahun 2008 sampai 2013. Karena selang waktu
tersebut penulis anggap banyak hal yang dilakukan oleh Thailand dalam upaya
mempersiapkan AEC tersebut. Serta sejarah Thailand di kawasan Asia Tenggara.
19
H. Metode Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini penulis lebih dominan menggunakan metode
kualitatif. Menurut John W. Creswell, penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bersifat interpretatif dan menggunakan metode induktif. Untuk lebih spesifik lagi
penulis menerapkan library research (study keperpustakaan) untuk menyusun
penelitian ini dengan mencari sejumlah buku-buku mengenai studi-studi ASEAN.
Selain buku-buku penulis juga mengandalkan media masa seperti berita analisis,
konse-konsep hasil pemikiran para ahli yang dimuat dalam buku, karya tulis ilmiah,
artikel, internet, media cetak, dan jurnal politik. Dan juga di dapatkan dari
lembaga-lembaga pemerintah. Selanjutnya data diperoleh dari dalam maupun luar
negeri. Tidak lupa penulis mengumpulkan bahan-bahan perkuliahan yang didapat
selama ini. Dan juga penulis berkomitmen untuk mencantumkan catatan kaki (foot
note) dan daftar pustaka sebagai bentuk kejujuran dan menghindari plagiarism dalam
penyusunan skripsi ini.
I. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi yang berjudul “Kesiapan Thailand dalam menghadapi
ASEAN Economic Community” disusun secara sistematis menjadi Lima Bab, yaitu:
Bab 1, pada Bab pertama skripsi ini akan dibahas mengenai alasan pemilihan
judul yaitu mengapa penulis mengangkat judul ini untuk diteliti, tujuan penelitian, latar
belakang masalah, pokok permasalahan, kerangka dasar teori (teori yang digunakan
penulis untuk mendukung skripsi), hipotesis (dugaan sementara untuk menjawab
20
rumusan masalah), jangkauan penelitian, metode pengumpulan data dan sistematika
penulisan.
Bab II, pada Bab kedua akan memaparkan tentang sejarah awal terbentuknya
ASEAN dan sampai terbentuknya ASEAN Economic Community yang akan
dicanangkan pada tahun 2015 nanti. Dengan sub bab, yaitu: Awal Mula Terbentuknya
ASEAN, Terbentuknya ASEAN Economic Community.
Bab III, pada bab ketiga akan memaparkan tentang sejarah awal perpolitikan
di Thailand kemudian awal mula Thailand masuk dalam organisasi ASEAN. Dan
menjadi salah satu pendiri organisasi regional ini. Serta peranan Thailand dalam
pembentukan ASEAN Economic Community. Dalam bab ini akan ada tiga sub bab
yaitu pertama sejarah politik Thailand, dan yang kedua adalah peranan Thailand dalam
pembentukan ASEAN, ketiga ialah peranan Thailand dalam pembentukan AEC.
Bab IV, pada bab empat akan memaparkan tentang kepentingan Thailand
dalam mempersiapkan secara matang AEC. Dalam bab ini penulis akan memaparkan
dalam beberapa sub-bab seperti: Pertama, Agresifitas Thailand dalam Menghadapi
AEC. Kedua, Kepentingan Thailand dengan Adanya AEC.
Bab V, pada Bab kelima merupakan akhir dari pembahasan yang akan
memaparkan mengenai Kesimpulan dari apa yang telah dikaji dari bab-bab
sebelumnya.