1
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa
: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan
Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah
Cirebon
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Salah satu masalah besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dewasa ini
adalah masih besarnya jumlah penduduk miskin dan tingginya tingkat
pengangguran. Data Biro Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah
penduduk Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan pada tahun 2010
adalah 31,02 juta atau 13,33%. Sementara itu dari jumlah angkatan kerja yang
mencapai 119,4 juta, jumlah penganggur mencapai 8,32 juta (6,97%) dan tingkat
pengangguran terbuka mencapai 7,14% (Berita Resmi Statistik,
No.33/05/Th.XIV, 5 Mei 2011).
Berdasarkan survei yang sama, data penduduk Jawa Barat yang berada di
bawah garis kemiskinan adalah 4,77 juta atau 11,27% dengan tingkat
pengangguran terbuka mencapai 1, 95 juta atau 10,33%, jauh lebih tinggi di
banding tingkat pengangguran terbuka nasional. Hal ini berhubungan erat dengan
masalah kesempatan kerja, baik sebagai pegawai negeri sipil (PNS) maupun
sebagai pegawai swasta, yang sangat terbatas.
Sementara itu tenaga kerja terdidik lulusan perguruan tinggi juga terjerat oleh
persoalan yang sama. Jumlah penganggur berpendidikan diploma dan sarjana
relatif masih sangat besar. Menurut Biro Pusat Statistik (BPS) jumlah penganggur
2
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa
: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan
Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah
Cirebon
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
berpendidikan tinggi di Indonesia dalam lima tahun terakhir adalah seperti
tercantum dalam tabel di bawah ini:
Sumber: SAKERNAS 2007,2008,2009, 2010 dan 2011.
Sementara itu, bagi lulusan perguruan tinggi yang terserap oleh dunia kerja,
mayoritas di antara mereka bekerja sebagai karyawan dan hanya sedikit sekali
yang terjun berwirausaha. Majalah TEMPO edisi 20-26 Agustus 2007,
mengungkapkan bahwa pada tahun 2006 dari seluruh lulusan perguruan tinggi
yang terserap dunia kerja, sebanyak 83,1% dari mereka bekerja sebagai karyawan,
sedangkan yang berwirausaha hanya 5,8%. Data ini menunjukkan bahwa
wirausaha belum menjadi tujuan dan cita-cita lulusan perguruan tinggi kita, dan
3
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa
: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan
Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah
Cirebon
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
hal ini juga mencerminkan intensi untuk menjadi wirausaha dari para mahasiswa
kita masih sangat rendah.
Kementerian Pendidikan Nasional mencatat bahwa pada tahun 2010, di
Indonesia tercatat ada sekitar 14 juta orang lulusan perguruan tinggi dengan aneka
jenjang, dan dari jumlah tersebut sedikitnya 2 juta orang (14,28%) menjadi
penganggur (Kompas, 27 September 2010).
Mengomentari hal tersebut Razali Ritonga (Kompas, 27 September 2010)
menyatakan bahwa gelombang penganggur ini merupakan potensi yang hilang
(potential loss) bagi produktivitas bangsa. Jika diperkirakan mereka mendapatkan
upah minimum Rp 1 juta per bulan bila bekerja, maka potensi yang hilang itu
mencapai Rp 24 trilyun per tahun. Bahkan, potensi yang hilang itu bertambah
besar jika dikaitkan dengan biaya yang dikeluarkan pemerintah dalam
menyelenggarakan perguruan tinggi.
Menurut beberapa analisis, baik dari para akademisi maupun dari praktisi,
kondisi seperti ini terjadi karena rendahnya mentalitas kewirausahaan
(entrepreneurship) lulusan perguruan tinggi kita (Ciputra, 2007; Alma, 2006;
Wijatno,2009; Hermawan,2003; Astamoen, 2005). Mereka memiliki pola pikir
pencari kerja (job seeker) dan bukan pencipta kerja (job creator). Hal ini sejalan
dengan temuan Hermawan (2003:16) yang menyatakan bahwa permasalahan
utama lulusan pendidikan kita adalah kemandirian. Pendidikan hanya
menghasilkan sumberdaya manusia yang bersemangat ambtenaar (karyawan).
4
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa
: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan
Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah
Cirebon
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Output-nya diarahkan untuk menjadi pegawai atau bekerja untuk orang lain dan
mendapatkan upah. Inilah inti masalah yang menyebabkan kemiskinan dan
keterbelakangan bangsa Indonesia. Jumlah wirausahawan di Indonesia masih
sangat sedikit dan tentu saja masih sangat jauh dari kebutuhan.
Data pada tahun 2005 menunjukkan bahwa dari 220 juta penduduk Indonesia
diperkirakan hanya sekitar 400.000-an atau 0,18% yang benar-benar berprofesi
sebagai wirausahawan (Astamoen, 2005:9). Padahal menurut David McClelland
(1961) suatu negara hanya akan mencapai tingkat kemakmuran apabila jumlah
wirausahawannya paling sedikit 2% dari total jumlah penduduknya.
Di negara maju, pertumbuhan wirausaha membawa peningkatan ekonomi
yang luar biasa. Tahun 1980-an di Amerika Serikat lahir 20 juta wirausahawan
baru yang mampu menciptakan lapangan kerja baru. Mereka merupakan faktor
penting dalam mendorong ekonomi AS tumbuh sangat pesat (Alma, 2006:5).
Keberhasilan pembangunan yang dicapai Jepang juga disponsori oleh
wirausahawan. Sebanyak 2% penduduk Jepang adalah wirausahawan skala
sedang, sementara 20% penduduknya merupakan wirausahawan skala kecil. Inilah
kunci keberhasilan pembangunan Jepang . Sementara Singapura memiliki 4% dari
total jumlah penduduknya (Kompas, 9 April 2010).
Peranan kewirausahaan terhadap pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara
terlihat dari beberapa temuan empirik. Studi Reynolds (1999) menemukan bahwa
kewirausahaan memiliki hubungan yang erat dengan pertumbuhan ekonomi pada
5
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa
: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan
Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah
Cirebon
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
negara-negara bagian di AS periode tahun 1980-1992. Audretsch dan Fritsch
(1996) mencatat bahwa munculnya wirausaha-wirausaha baru mampu memimpin
pertumbuhan ekonomi Jerman tahun 1990-an. Foelster (dalam Carree & Thurik,
2002) melaporkan bahwa munculnya usaha-usaha kecil memiliki kontribusi besar
atas penyerapan tenaga kerja di Swedia pada kurun waktu 1976-1995. Hart dan
Hanvey (dalam Carree & Thurik, 2002) mencatat hal yang sama di Inggris pada
tahun 1980-an. Sementara Carree dan Thurik (1998) menemukan bahwa usaha-
usaha kecil industri manufaktur memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan
industri di negara-negara Eropa pada tahun 1990-an.
Hubungan antara kewirausahaan dengan pertumbuhan ekonomi digambarkan
dengan baik oleh Wennekers dan Thurik yang dikutip oleh Carree dan Thurik
(2002:21) sebagai berikut:
Level of analysis
Conditions for entrepreuneurship
Crucial elements of entreupreuneurships
Impact of entreupreuneurship
Macro
level
Individual
level
firm
level
Psychological
endowments
Culture
institutions
Business
culture
incentives
Culture
institutions
Attitudes skill ACTIONS
start-up entry info news markets
innovations
variety compettition selection
Self-realization
personal wealth
Firm performance
Competitiveness Economic growth
6
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa
: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan
Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah
Cirebon
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sumber: Wennekers dan Thurik dalam Carree dan Thurik (2002:21)
Gambar 1.1.
Hubungan antara Kewirausahaan dengan Pertumbuhan Ekonomi
Uraian di atas menunjukkan betapa pentingnya menumbuhkembangkan
kewirausahaan di Indonesia. Rendahnya minat para lulusan perguruan tinggi di
Indonesia untuk menjadi pewirausaha merupakan masalah besar yang harus
segera ditemukan jalan keluarnya.
Pada tataran kebijakan, upaya untuk mengatasi masalah ini telah banyak
dilakukan. Pada tahun 1995 pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres)
Nomor 4 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudidayakan
Kewirausahaan (GN-MMK). Namun kenyataannya gerakan ini gagal karena
memiliki kelemahan konsep yang mendasar, tidak menjangkau akar masalah, dan
dukungan dari pemerintah pusat sangat rendah (Syamsuri, 2002:8).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi telah mengembangkan berbagai kebijakan dan program dalam
upaya untuk merangsang dan menumbuhkan intensi kewirausahaan mahasiswa.
Program-program tersebut ada yang masuk dalam kurikulum seperti Kuliah
Kewirausahaan (KWU), namun ada juga yang didesain sebagai program ekstra-
kurikuler seperti: Magang Kewirausahaan (MKU), Kuliah Kerja Usaha (KKU),
Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK), Wira Usaha Baru
7
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa
: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan
Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah
Cirebon
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(WUB), Inkubator Usaha Baru (INWUB), Konsultasi Bisnis dan Penempatan
Kerja (KBPK), Wira Usaha Mandiri (WUM), dan Program Hibah Kompetisi
(PHK) dalam bentuk pemberian modal awal bagi mahasiswa untuk belajar
memulai usaha baru. Semua program tersebut dirancang sedemikian rupa sebagai
tahapan-tahapan yang saling terkait yang pada akhirnya diharapkan akan
melahirkan seorang pewirausaha baru yang handal. Keterkaitan program-program
tersebut dapat digambarkan dalam bagan alur di bawah ini:
(Sumber: Panduan Pengelolaan Program Hibah DP2M Ditjen Dikti – Edisi VII
hal. 224).
Gambar 1.2.
Program Pengembangan Budaya Kewirausahaan di Perguruan Tinggi
Magang
Kewirausahaan
(MKU)
Kuliah Kerja
Usaha (KKU)
Kuliah Kewira-
usahaan (KWU)
Program
Kreativitas
Mahasiswa
Kewirausahaan
(PKMK)
Wira
Usaha
Baru
(WUB)
Wira
Usaha
Mandiri
Inkubator Wira
Usaha Baru
(INWUB)
Konsultan bisnis
dan Penempatan
Kerja (KBPK)
8
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa
: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan
Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah
Cirebon
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Perguruan tinggi dengan otonomi yang sangat luas sekarang ini juga
memiliki ruang yang sangat terbuka untuk melakukan berbagai program
pengembangan kewirausahaan mahasiswa. Beberapa perguruan tinggi terkemuka
di tanah air telah memiliki lembaga khusus yang bertugas menangani
pengembangan kewirausahaan mahasiswa.
Namun pada kenyataannya program-program tersebut belum sepenuhnya
berjalan di lapangan, sehingga secara keseluruhan dampak dari berbagai kebijakan
tersebut masih belum sesuai dengan harapan. Data yang ada menunjukkan bahwa
alumni perguruan tinggi yang menjadi pewirausaha masih sangat rendah. Kondisi
seperti ini apabila tidak segera ditangani, bisa menyebabkan masalah sosial
ekonomi yang serius. Mengingat kesempatan kerja yang sangat terbatas, maka
maka lulusan perguruan tinggi di Indonesia akan menjadi sarjana-sarjana
penganggur yang setiap tahun makin meningkat jumlahnya. Pengangguran tenaga
kerja terdidik ini, di samping merupakan pemborosan yang luar biasa karena telah
menghabiskan biaya pendidikan yang sangat besar, juga sangat berpotensi
menimbulkan masalah sosial-politik yang serius. Sementara itu, secara makro,
fenomena ini dapat menyebabkan kemandirian ekonomi bangsa ini menjadi
semakin lemah yang pada akhirnya akan menyebabkan kedudukan dan daya saing
bangsa ini menjadi semakin rendah dibanding bangsa-bangsa lain di dunia.
Karena itu upaya untuk menumbuhkan intensi kewirausahaan pada kalangan
mahasiswa merupakan masalah penting yang mendesak untuk segera dilakukan.
9
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa
: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan
Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah
Cirebon
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pada tataran akademis, penelitian-penelitian tentang kewirausahaan telah
banyak dilakukan para ahli. Beberapa penelitian yang secara khusus dilakukan
terhadap mahasiswa menemukan bahwa intensi berwirausaha para mahasiswa
merupakan sumber bagi lahirnya wirausaha-wirausaha masa depan (Gorman, et
al; 1997; Kourilsky dan Walstad, 1998). Dengan demikian maka penelitian
tentang intensi kewirausahaan pada mahasiswa Indonesia menjadi sesuatu yang
sangat relevan untuk dilakukan.
Secara umum penelitian-penelitian tentang kewirausahaan yang telah
dilakukan menemukan bahwa seseorang menjadi wirausahawan karena
dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: karakteristik kepribadian, karakteristik
demografis, dan karakteristik lingkungan. Beberapa peneliti menemukan bahwa
faktor kepribadian seperti kebutuhan akan prestasi (McClelland, 1961; Sengupta
dan Debnath, 1994) dan efikasi diri (Gilles dan Rea, 1999) merupakan sifat-sifat
yang melekat pada seorang wirausahawan sehingga bisa menjadi variabel
signifikan untuk mendeteksi intensi kewirausahaan. Faktor demografi, seperti
umur, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, dan pengalaman kerja seseorang
diperhitungkan sebagai faktor-faktor yang menentukan intensi kewirausahaan
seseorang (Sinha, 1996). Sementara itu Kristiansen (2001) menyebut faktor
lingkungan seperti hubungan sosial, infrastruktur fisik dan institusional, serta
faktor budaya dapat mempengaruhi minat seseorang untuk berwirausaha.
10
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa
: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan
Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah
Cirebon
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Akan tetapi pendekatan tersebut melahirkan berbagai kritik. Reynolds (1997)
misalnya menyatakan bahwa kapasitas prediktif pendekatan tersebut sangat
terbatas, karena pada umumnya yang menjadi objek penelitian adalah para
wirausahawan yang sudah jadi dan bukan calon wirausahawan. Sementara itu ahli
yang lain menyatakan bahwa dari sudut pandang teoritis pendekatan tersebut
memiliki kelemahan metodologis dan konseptual serta kemampuan untuk
menjelaskan (explanatory capacity) yang rendah (Gartner, 1989; Robinson et al.,
1991; Krueger et al., 2000; Linan et al., 2002).
Beranjak dari pemikiran itu maka pada dekade terakhir ini muncul perspektif
lain yang mencoba menganalisis intensi kewirausahaan melalui pendekatan yang
berbeda. Perspektif ini menyatakan bahwa keputusan untuk menjadi wirausaha
merupakan keputusan sadar yang diambil seseorang secara sukarela (Krueger et al
2000), maka menjadi sangat beralasan bila menganalisis bagaimana keputusan itu
diambil. Menurut perspektif ini intensi kewirausahaan merupakan unsur awal dan
menentukan bagi perilaku kewirausahaan (Ajzen, 1991; Fayolle dan Gailly, 2004;
Kolvereid, 1996). Sementara itu intensi untuk melakukan perilaku tertentu akan
tergantung kepada sikap orang itu terhadap perilaku tersebut (Ajzen, 1991). Sikap
yang lebih menyukai akan lebih meningkatkan intensi untuk melaksanakan hal
tersebut. Dalam hal ini, menurut mereka, pendekatan sikap lebih baik digunakan
dibandingkan dengan pendekatan kepribadian maupun pendekatan demografi
(Robinson et al., 1991; Krueger et al., 2000), karena sikap dipandang lebih
11
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa
: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan
Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah
Cirebon
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mampu mengukur sampai di mana seorang individu dapat mengevaluasi sesuatu
secara positif atau negatif (Ajzen, 1991; Linan et al., 2002). Kemudian, karena
sikap seseorang terhadap sesuatu akan sangat dipengaruhi oleh pengetahuannya
tentang hal tersebut (Ajzen, 1991; Linan, 2004), maka terlihat adanya hubungan
kausalitas antara pengetahuan, sikap, dan intensi seseorang terhadap sesuatu.
Selain faktor-faktor di atas, intensi seseorang akan suatu hal juga dipengaruhi oleh
kesadaran dan keyakinan bahwa ia akan mampu melaksanakannya atau
mewujudkannya (efikasi diri) serta didukung oleh lingkungan sosial yang
kondusif (Linan, 2004).
Perspektif di atas menunjukkan bahwa peranan pendidikan kewirausahaan
yang secara sadar dirancang untuk menumbuhkan intensi anak didik menjadi
wirausahawan merupakan prediktor signifikan untuk mendeteksi intensi
kewirausahaan seseorang. Intensi untuk melakukan sesuatu tumbuh didasari oleh
sikap orang tersebut terhadap perilaku tersebut. Sementara itu sikap seseorang
sangat dipengaruhi oleh pengetahuannya tentang hal tersebut dan keyakinannya
akan kemampuannya untuk berhasil. Di sini faktor pendidikan menemukan
artinya. Pengetahuan, sikap, dan efikasi diri merupakan produk suatu proses
pembelajaran yang efektif. Jadi masalahnya adalah bukan ada atau tidaknya
pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap intensi mahasiswa untuk menjadi
wirausahawan, melainkan apakah pendidikan kewirausahaan yang dilakukan oleh
12
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa
: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan
Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah
Cirebon
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
perguruan tinggi di Indonesia telah menjalankan suatu proses pembelajaran yang
efektif atau belum.
Masalah efektivitas pembelajaran merupakan inti dari masalah kualitas
pendidikan yang menjadi keprihatinan banyak kalangan di tanah air dewasa ini.
Hal ini berkenaan dengan kompetensi dosen, ketersediaan sarana dan sumber
pembelajaran, faktor-faktor psikologis mahasiswa, serta lingkungan pembelajaran
yang kondusif termasuk dukungan manajemen. Dalam melihat aspek
pembelajaran kewirausahaan pada mahasiswa ini, setelah melakukan kajian
kepustakaan, penulis berpendapat bahwa pendekatan yang paling tepat adalah
pendekatan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Learning).
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar mengajar yang
membantu guru/dosen mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi
dunia nyata siswa/mahasiswa dan mendorong mereka membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan nyata
(Bern dan Erickson, 2001:2). Menurut hemat penulis, pendekatan pembelajaran
ini sangat tepat untuk digunakan dalam pendidikan kewirausahaan, karena tujuan
dari pendidikan kewirausahaan adalah membangkitkan intensi untuk
mengaplikasikan pengetahuan tentang kewirausahaan yang diperolehnya di
bangku kuliah dalam kehidupan nyata yang mereka hadapi. Melalui pembelajaran
kontekstual, para mahasiswa diharapkan mampu melihat hubungan penuh makna
13
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa
: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan
Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah
Cirebon
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
antara ide-ide abstrak tentang kewirausahaan dengan penerapan praktis di dalam
konteks dunia nyata.
Berdasarkan perspektif itulah Linan (2004) membangun modelnya yang
kemudian dinamakan “Entrepreneurial Intention-based Models”. Model ini
dirancang untuk mendeteksi intensi kewirausahaan dengan menggunakan
pendekatan pendidikan. Model ini merupakan gabungan dan modifikasi dari dua
teori yang relatif telah mapan, yaitu Theory of Planned Behavior (TPB) yang
dikemukakan oleh Icek Ajzen (1991) dan Theory of Entrepreneurial Event (TEE)
yang disampaikan Shapero & Sokol (1982). TPB adalah suatu teori yang didesain
untuk memprediksi dan menjelaskan perilaku manusia dalam kasus khusus. Teori
ini memosisikan keinginan berperilaku (intention) sebagai penentu utama dari
sebuah perilaku (behavior). Keinginan berperilaku dipengaruhi oleh tiga
pertimbangan yaitu: 1) sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior), 2)
norma subyektif (subjective norms), dan 3) keyakinan akan pengendalian perilaku
(perceived behavioral controll). Sementara TEE, merupakan teori yang
menyatakan bahwa pembentukan perilaku kewirausahaan merupakan interaksi
dari faktor-faktor kontekstual yang dapat terlihat melalui pengaruhnya terhadap
persepsi individual. Menurut teori ini pertimbangan seseorang untuk menjadi
seorang entrepreneur merupakan reaksi terhadap kejadian eksternal, kejadian
yang dapat terjadi setelahnya (Peterman & Kennedy, 2003). Reaksi orang
terhadap kejadian eksternal akan tergantung kepada persepsinya akan alternatif
14
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa
: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan
Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah
Cirebon
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yang tersedia. Menurut Shapero dan Sokol (1982) terdapat dua jenis dasar dari
persepsi dalam memandang kewirausahaan, yaitu: 1) Perceived desirability,
mengacu pada tingkat ketertarikan seseorang terhadap suatu perilaku (untuk
menjadi seorang wirausahawan), dan 2) Perceived feasibility, yaitu suatu tingkat
perasaan seseorang yang menganggap dirinya secara personal mampu melakukan
suatu perilaku. Berdasarkan pada dua teori ini, Linan (2004) menyimpulkan
bahwa intensi kewirausahaan mahasiswa dipengaruhi secara langsung oleh
sikapnya terhadap kewirausahaan, persepsi tentang norma-norma sosial yang
diyakininya, dan efikasi dirinya. Ketiga hal ini terbentuk berdasarkan pengetahuan
yang dimilikinya tentang kewirausahaan yang merupakan hasil dari suatu proses
pembelajaran yang didesain oleh dosen.
Menurut hemat penulis, model ini dengan tambahan pengukuran
efektivitas pembelajaran sebagai antesenden variabel, bisa menjadi salah satu
pendekatan yang bisa melengkapi pendekatan-pendekatan sebelumnya dalam
upaya kita mendeteksi intensi kewirausahaan di kalangan mahasiswa di Indonesia.
Beranjak dari uraian di atas, penulis berpendapat bahwa walaupun telah
banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan para peneliti dalam
menumbuhkan intensi kewirausahaan pada kalangan mahasiswa, intensi
kewirausahaan mahasiswa Indonesia dewasa ini masih belum sesuai dengan
harapan. Kenyataan ini memerlukan pengkajian secara mendalam mengenai
faktor-faktor apa yang sebenarnya mempengaruhinya. Sehingga dengan demikian
15
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa
: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan
Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah
Cirebon
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kita bisa memberikan informasi yang cukup berharga kepada pihak perguruan
tinggi untuk mengembangkan suatu model pembelajaran kewirausahaan yang
efektif. Dalam hal ini, menurut hemat penulis, “Entrepreneurial Intention-based
Models” yang dikembangkan oleh Linan, dengan beberapa tambahan, sangat
relevan untuk dijadikan model penelitian dalam rangka menganalisis faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap intensi kewirausahaan mahasiswa. Dalam konteks
inilah penelitian ini dilakukan.
Wilayah Cirebon merupakan salah satu wilayah pertumbuhan di Jawa Barat.
Wilayah ini terdiri dari 4 (empat) kabupaten dan 1 (satu) kota, yaitu: Kabupaten
Cirebon, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu,
dan Kota Cirebon. Pada wilayah yang sedang tumbuh ini muncul berbagai
perguruan tinggi, baik negeri dan swasta. Data terakhir, menunjukkan bahwa di
wilayah Cirebon ini terdapat 51 buah perguruan tinggi yang bila merujuk pada
klasifikasi perguruan tinggi dari Linan (2004) termasuk perguruan tinggi yang
berlokasi di kota kecil sehingga dapat dikatakan termasuk kategori perguruan
tinggi “peripheral”. Penelusuran terhadap kurikulum yang diterapkan pada
perguruan tinggi tersebut memperlihatkan bahwa mereka sudah menerapkan mata
kuliah kewirausahaan pada beberapa program studinya. Namun efektivitas
pembelajaran kewirausahaan yang dilaksanakan perlu dipertanyakan, mengingat
data penelusururan lulusan pada beberapa perguruan tingginya menunjukkan
angka jumlah lulusan yang menjadi pewirausaha hanya sekitar 3,4% saja. Faktor
16
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa
: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan
Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah
Cirebon
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
inilah yang menjadi pertimbangan penulis untuk menetapkan wilayah ini sebagai
objek kajian dalam penelitian ini.
1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Penelitian ini ingin mengkaji masalah intensi kewirausahaan di kalangan
mahasiswa. Fakta yang ada menunjukkan bahwa para mahasiswa Indonesia
cenderung tidak berminat untuk menjadi wirausahawan. Setelah lulus, mereka
cenderung lebih tertarik untuk mencari pekerjaan pada institusi-institusi yang
sudah mapan, ketimbang merintis suatu usaha baru. Gejala ini sangat
memprihatinkan, karena dengan terbatasnya kesempatan kerja yang ada, maka
pengangguran tenaga kerja terdidik semakin hari akan semakin besar. Hal ini,
pada gilirannya, akan menjadi sumber bagi terjadinya masalah-masalah sosial,
ekonomi, dan bahkan politik yang serius.
Dalam menganalisis gejala tersebut, pendekatan budaya melihat bahwa hal itu
terjadi karena mayoritas generasi muda Indonesia tidak dibesarkan dalam budaya
wirausaha. Mereka lahir di lingkungan pekerja, petani, nelayan, dan pegawai
negeri sehingga tidak heran bila kemudian mereka memiliki pola pikir (mindset)
pencari kerja dan bukan pencipta kerja.
Pendekatan psikologis melihat bahwa hal tersebut terjadi karena lemahnya
mentalitas dan kepribadian kalangan generasi muda Indonesia seperti keinginan
untuk berprestasi, keberanian untuk mengambil resiko, keuletan, daya juang,
17
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa
: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan
Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah
Cirebon
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kepercayaan pada kemampuan diri sendiri, kreativitas, inovasi, dan lain
sebagainya.
Sementara itu pendekatan pendidikan melihat bahwa kondisi tersebut terjadi
karena lemahnya pendidikan kewirausahaan pada sekolah dan perguruan tinggi di
Indonesia. Baik dilihat dari aspek kurikulum, pengajar, proses pembelajaran,
sarana pembelajaran, sumber-sumber pembelajaran, maupun evaluasinya,
pelaksanaan pendidikan kewirausahaan pada sekolah dan perguruan tinggi di sini
masih memiliki masalah-masalah yang cukup mendasar.
Penulis berpendapat bahwa pendekatan pendidikan merupakan pendekatan
yang paling tepat untuk mendekati masalah ini karena melalui pendidikan yang
tepat mentalitas dan kepribadian wirausaha (pendekatan psikologis) bisa dibangun
dan melalui pendidikan yang bermakna perubahan budaya (pendekatan budaya)
bisa terlaksana. Selain itu, penulis melihat relevansi pendekatan ini dalam
menganalisis intensi kewirausahaan karena beberapa alasan yang diuraikan di
bawah ini.
Menurut teori tentang perilaku, diakui bahwa perilaku seseorang sangat
ditentukan oleh intensi (intention) orang tersebut terhadap perilaku tersebut
(Ajzen, 1991). Sementara itu intensi untuk berperilaku akan tergantung kepada
sikap orang itu terhadap perilaku tersebut (attitude toward the behavior). Dan
sikap seseorang terhadap sesuatu akan sangat dipengaruhi oleh pengetahuannya
(knowledge) tentang hal tersebut (Ajzen, 1991; Linan, 2004). Dalam konteks ini,
18
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa
: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan
Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah
Cirebon
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
maka pembelajaran kewirausahaan menjadi sesuatu yang penting dalam
membentuk intensi kewirausahaan, mengingat pengetahuan dan sikap terbentuk
terutama oleh proses pendidikan yang mereka alami dan rasakan. Pola pikir yang
dibangun oleh teori ini menjadi landasan utama paradigma penelitian yang hendak
penulis lakukan.
Dalam upaya untuk mengukur pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap
intensi kewirausahaan para mahasiswa ini penulis menggunakan sebuah model
yang dikemukakan oleh Linan (2004) yang kemudian dikenal sebagai
“Entrepreneurial Intention-based Models”. Model ini menyatakan bahwa faktor-
faktor yang berpengaruh langsung terhadap intensi kewirausahaan adalah
pengetahuannya tentang kewirausahaan (entrepreneurial knowledge), sikapnya
terhadap kewirausahaan (attitude toward entrepreneurship), persepsinya tentang
norma-norma sosial yang dirasakan (perceived social norms), dan efikasi diri
yaitu keyakinan akan kemampuan untuk mewujudkan harapan tersebut (self
efficacy). Dalam perspektif model ini, pengetahuan, sikap, norma sosial yang
dirasakan, dan efikasi diri merupakan out put dari suatu proses pembelajaran
kewirausahaan yang mereka alami. Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh
kompetensi dosen yang mengajarnya, faktor psikologis para mahasiswanya, dan
interaksi pembelajaran yang dirasakannya (Makmun, 2001). Dengan demikian,
teridentifikasi ada 8 (delapan) variabel penelitian yang harus diobservasi dalam
penelitian ini, yaitu komptensi dosen, faktor-faktor psikologis mahasiswa,
19
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa
: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan
Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah
Cirebon
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pembelajaran yang dirasakan, pengetahuan kewirausahaan, sikap terhadap
kewirausahaan, persepsi tentang norma sosial yang dirasakan, efikasi diri, dan
intensi kewirausahaan. Menurut hemat penulis, model ini sangat relevan untuk
mengkaji pengaruh pendidikan kewirausahaan di Indonesia dan belum banyak
dilakukan oleh para peneliti di tanah air.
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah umum dalam penelitian ini adalah
“Sejauhmanakah efektivitas pembelajaran kewirausahaan yang diselenggarakan
oleh perguruan tinggi dalam mengembangkan intensi kewirausahaan pada
kalangan mahasiswa?” Berdasarkan masalah umum di atas dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh kompetensi dosen, faktor-faktor psikologis
mahasiswa, dan kondisi pembelajaran yang dirasakan terhadap
pengetahuan kewirausahaan mahasiswa?
2. Bagaimana pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap sikap terhadap
kewirausahaan pada kalangan mahasiswa?
3. Bagaimana pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap persepsi
tentang norma-norma sosial yang dirasakan (perceived social norms),
pada kalangan mahasiswa?
4. Bagaimana pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap efikasi diri
untuk berwirausaha pada kalangan mahasiswa?
20
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa
: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan
Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah
Cirebon
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5. Bagaimana pengaruh pengetahuan kewirausahaan, sikap terhadap
kewirausahaan, persepsi tentang norma-norma sosial yang dirasakan, dan
efikasi diri terhadap intensi kewirausahaan pada kalangan mahasiswa?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitia ini secara umum bertujuan untuk menguji beberapa teori
kecenderungan perilaku manusia dan peranan pendidikan dalam membentuk
kecenderungan perilaku tersebut. Teori yang ingin dibuktikan antara lain adalah
“Theory of Planned Behavior” dari Icek Ajzen, dan “Theory of Entrepreneurial
Event” dari Shapero dan Sokol.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh
pembelajaran kewirausahaan dalam mengembangkan intensi kewirausahaan
mahasiswa dengan menggunakan pendekatan “Entrepreneurial Intention-based
Models”. Apabila tujuan ini dirumuskan secara operasional, maka tujuan penelitian
ini adalah untuk membuktikan:
1. Pengaruh kompetensi dosen, faktor-faktor psikologis mahasiswa, kondisi
pembelajaran yang dirasakan terhadap pengetahuan kewirausahaan
mahasiswa.
2. Pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap sikap terhadap
kewirausahaan pada kalangan mahasiswa.
21
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa
: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan
Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah
Cirebon
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3. Pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap persepsi tentang norma-
norma sosial yang dirasakan (perceived social norms) pada kalangan
mahasiswa.
4. Pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap efikasi diri untuk
berwirausaha pada kalangan mahasiswa.
5. Pengaruh pengetahuan kewirausahaan, sikap terhadap kewirausahaan,
persepsi tentang norma-norma sosial yang dirasakan, dan efikasi diri
terhadap intensi kewirausahaan pada kalangan mahasiswa.
1.4. Manfaat Penelitian
Dalam upaya penanggulangan masalah kemiskinan dan pengangguran di
Indonesia dewasa ini, fenomena rendahnya intensi lulusan perguruan tinggi untuk
berwirausaha merupakan isu yang sangat relevan untuk diteliti dan dicari
solusinya. Dalam konteks ini, maka penelitian ini diharapkan memiliki kadar
kebermaknaan yang cukup tinggi. Temuan penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangsih pemikiran bagi pengembangan pendidikan
kewirausahaan yang tengah digalakkan oleh pemerintah.
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki nilai guna, baik secara teoritis
maupun secara praktis. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan data empirik yang dapat memperkaya dan mengembangkan disiplin
ilmu pendidikan, khususnya pendidikan kewirausahaan yang merupakan salah
22
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa
: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan
Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah
Cirebon
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
satu bagian dari rumpun pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Manfaat
untuk pengembangan teori ini terutama berkenaan dengan:
1. Pemahaman terhadap konstruksi teoritik variabel-variabel yang
mempengaruhi intensi kewirausahaan, seperti efektivitas pembelajaran
yang meliputi kompetensi dosen, faktor-faktor psikologis mahasiswa,
kondisi pembelajaran yang dirasakan; pengetahuan kewirausahaan; sikap
terhadap kewirausahaan; persepsi tentang norma sosial yang dirasakan;
dan efikasi diri.
2. Hubungan kausalitas antara variabel-variabel tersebut dengan variabel
intensi kewirausahaan (entrepreneurial intention).
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
kepada perguruan tinggi, khususnya pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam
pengembangan pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi dalam upaya untuk:
1. Menentukan kebijakan dan program pengembangan pendidikan
kewirausahaan bagi mahasiswa.
2. Memperkuat proses pembelajaran kewirausahaan mahasiswa sehingga
bisa mencapai tujuan dengan lebih efektif.
3. Melakukan inovasi dalam praktek pembelajaran kewirausahaan di
perguruan tinggi.
23
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa
: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan
Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah
Cirebon
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1.5. Struktur Organisasi Laporan Penelitian
Laporan penelitian dalam bentuk disertasi ini disusun dalam bentuk 5 (lima)
bagian yang disebut bab. Bab I Pendahuluan, berisikan: 1) Latar belakang
penelitian, yang menguraikan masalah pokok (core problem) penelitian, bukti-
bukti empirik yang mendukung masalah penelitian, pentingnya masalah itu
diteliti, dan pendekatan untuk mengatasi masalah tersebut; 2) Identifikasi dan
perumusan masalah, yang menguraikan telusuran variabel-variabel penelitian dan
keterkaitannya satu sama lain yang kemudian dirumuskan dalam bentuk masalah
penelitian; 3) Tujuan penelitian, yang menjelaskan tujuan dilakukannya penelitian
yang dirumuskan secara operasional; 4) Manfaat penelitian, yang menjelaskan
manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian, baik secara teoritis ntuk
memperkaya teori-teori yang sudah ada maupun secara praktis dalam bentuk
masukan bagi institusi perguruan tinggi dan pemerintah; dan 5) Organisasi
pelaporan, yang menguraikan bagaimana pelaporan hasil penelitian
diorganisasikan.
Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis, berisikan: 1)
Kajian teori yang merupakan telusuran teori-teori yang berkenaan dengan variabel
penelitian, dari mulai grand theory, midle theory, sampai hasil-hasil penelitian
terbaru dan posisi teoritik penulis. Kajian teori ini menguraikan justifikasi teori
sebagai landasan perumusan hipotesis penelitian dan penetapan indikator-
indikator dari variabel penelitian; 2) Kerangka pemikiran yang menguraikan
24
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa
: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan
Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah
Cirebon
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
posisi-posisi setiap variabel penelitian dan keterkaitan antar variabel dalam
bangunan teori yang dirujuk sehingga melahirkan model penelitian yang ingin
dibuktikan; dan 3) Hipotesis penelitian sebagai jawaban tentatif terhadap masalah
enelitian yang berasal dari teori.
Bab III Metode Penelitian, berisikan : 1) Jenis dan metode penelitian yang
menguraikan tentang jenis dan metode penelitian yang digunakan serta justifikasi
penggunaan metode tersebut; 2) Sumber data, populasi, dan sampel penelitian
yang mengemukakan sumber data yang menjadi unit analisis penelitian ini,
populasi penelitian, dan sampel penelitian meliputi ukuran sampel dan cara
penentuan sampel; 3) Operasionalisasi variabel yang menguraikan konsep teoritis,
konsep empirik, dan konsep operasional dari variabel-variabel penelitian yang
akan diukur; 4) Alat pengumpulan data yang menjelaskan tentang instrumen
penelitian yang digunakan serta pengukurannya; 5) Uji instrumen yang
melaporkan hasil uji coba instrumen; serta 6) Teknik analisis data dan uji
hipotesis yang menjelaskan teknik-teknik analisis data dan metode uji hipotesis
yang digunakan.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisikan laporan hasil pengolahan
dan analisis data, pengujian hipotesis, serta pembahasan hasil penelitian. Pada bab
ini diuraikan: 1) Deskripsi hasil penelitian yang menguraikan deskripsi responden
penelitian dan deskripsi variabel-variabel penelitian; 2) Konversi data ordinal
menjadi interval; 3) Uji asumsi statistik yang disyaratkan; 4) Analisis verifikatif
25
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa
: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan
Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah
Cirebon
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
hasil penelitian dan pengujian hipotesis, meliputi analisis faktor konfirmatori dan
analisis jalur; dan 5) Pembahasan hasil penelitian yang mendiskusikan temuan
penelitian dengan landasan teori yang digunakan dan hasil-hasil penelitian
sebelumnya.
Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi, berisi: 1) Kesimpulan yang merupakan
penafsiran dan pemaknaan terhadap temuan penelitian dan merupakan jawaban
terhadap masalah penelitian; serta 2) Rekomendasi bagi institusi perguruan tinggi,
pemerintah, dan penelitian lanjutan berdasarkan temuan penelitian.