3 tokoh wirausahawan budidaya tanaman hias.docx

28
3 TOKOH WIRAUSAHAWAN BUDIDAYA TANAMAN HIAS 1. BAPAK YAKUP Sejarah Berdiri Bapak Yakup lahir pada tanggal 12 Okteber 1962, bapak yakup merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Beliau mempunyai lima orang anak, 2 anak laki-laki dan 3 anak perempun. Dari kecil sudah menjadi tulang punggung keluarga, karena ketika berumur 5 tahun, beliau sudah ditinggalkan oleh ayahanda tercinta. Terlahir ditengah-tengah keluarga yang pendidikan agamanya sangat kuat, maka secara tidak langsung ikut membentuk karakter beliau dalam melihat keadaan-keadaan yang terjadi. Menjadi tulang punggung dalam keluarga memang bukan hal yang mudah, ditambah dengan pendidikan yang rendah. Jangankan untuk sekolah, untuk makan sekeluarga saja masih ketar-ketir. Hingga akhirnya baliau bertekad bahwa adik-adiknya harus sekolah yang tinggi jangan seperti dirinya yang tidak pernah mengeyam pendidikan sekolah. Sejak kecil bapak Yakup dikenal dengan orang yang sangat kreatif dan inovatif.

Upload: praja-muda-hasibuan

Post on 10-Nov-2015

1.827 views

Category:

Documents


191 download

TRANSCRIPT

3 TOKOH WIRAUSAHAWAN BUDIDAYA TANAMAN HIAS1. BAPAK YAKUP

Sejarah BerdiriBapak Yakup lahir pada tanggal 12 Okteber 1962, bapak yakup merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Beliau mempunyai lima orang anak, 2 anak laki-laki dan 3 anak perempun. Dari kecil sudah menjadi tulang punggung keluarga, karena ketika berumur 5 tahun, beliau sudah ditinggalkan oleh ayahanda tercinta. Terlahir ditengah-tengah keluarga yang pendidikan agamanya sangat kuat, maka secara tidak langsung ikut membentuk karakter beliau dalam melihat keadaan-keadaan yang terjadi.Menjadi tulang punggung dalam keluarga memang bukan hal yang mudah, ditambah dengan pendidikan yang rendah. Jangankan untuk sekolah, untuk makan sekeluarga saja masih ketar-ketir. Hingga akhirnya baliau bertekad bahwa adik-adiknya harus sekolah yang tinggi jangan seperti dirinya yang tidak pernah mengeyam pendidikan sekolah. Sejak kecil bapak Yakup dikenal dengan orang yang sangat kreatif dan inovatif.Termotivasi dengan keadaan yang demikian, bapak Yakup mencoba mengembangkan hobi menjadi sebuah hal yang positif dan produktif. Seperti, bagaimana agar hobi tersebut bisa menghasilkan manfaat bukan hanya untuk dirinya saja tetapi juga bagi keluarga dan masyarakat sekitar. Sejak kecil bapak Yakup sangat hobi dengan tanaman hias.Dengan modal mental yang tidak mudah menyerah, berani dan kreatif. Hingga akhirnya pada tanggal 7 Juni 1975 bapak Yakup memberanikan diri untuk membuka usaha yang pada saat itu masih jarang dilirik oleh orang-orang, terutama di daerah Kebon Jeruk. Yaitu membuka Usaha Tanaman Hias. Tetapi, disinilah kejelian dan keberanian bapak Yakup, dimana beliau dengan cepat bisa melihat peluang, kesempatan dan keadaan yang ada.Pada saat itu dia melihat tanah-tanah yang ada didaerahnya masih menjadi lahan yang kosong dan mubadzir. Melihat kesempatan yang seperti ini jiwa wirausahanya merasa tertantang untuk melakukan sesuatu. Bagaimana caranya agar tanah yang ada didaerahnya tidak menjadi lahan yang mubadzir. Bapak Yakup mengatakan Dari pada tanah yang ada didepan rumah ama yang dibelakang rumah mubadzir, lebih baik digunakan biar menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan produktif.Sebagai langkah awal, sejak usaha tanaman hiasnya lahir, bapak Yakup membeli bibt-bibit unggul yang diperlukan dan sesuai dengan jenis tanah yang ada di tempatnya. Selain itu, sosialisai dengan masyarakat sekitar (baik formal maupun non-formal), sering dilakukan dengan harapan lahan-lahan yang tadinya dibiarkan mubadzir atau terbuang percuma, lebih baik digarap agar menjadi lahan yang produktif.Kemudian membangun jaringan ke luar juga sering dilakukannya, seperti membangun jaringan kesesama pengusaha tanaman hias, baik yang perorangan maupun organisasi atau lembaga. Seiring waktu berjalan, usaha ini berkembang menjadi salah satu pokok mata pencaharian masyarakat Kebon Jeruk. Saat ini beliau sudah mempunyai enam lahan garapan. Satu sekitar pekarangan rumah dan yang lima di luar pekarangan, bahkan ada yang di luar Kelurahan Kebon Jeruk.Prinsip DasarPrinsip dasar yang dimiliki bapak yakup yang sangat khas dan unik, ini dipengaruhi oleh faktor psikologis, kultur, dan agama. Yaitu:Moral: jujur, amanah dan ihsanInovatif dan KreatifIndependen (tidak selalu tergantung dengan pemerintah)Percaya diriBerorientasi ke depanVisi dan MisiVisiMengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya agar bisa berkembang menjadi sesuatu yang bermanfaat. Serta mengembangkan jiwa yang mandiri tanpa tergantung dengan orang lain.Misi1. Membangun diri menjadi individu yang berfungsi untuk keluarga dan masyarakat.2. Mengembangkan jaringan pemberdayaan masyarakat.3. Mengembangkan dan menumbuhkan aset masyarakat yang berbasis kekuatan sendiri.4. Mengambangkan potensi lokal yang ada.5. Meningkatkan produktifitas baik kualitas maupun kuantitas.Sarana dan PrasaranaKantor/gedungUntuk hal ini bapak yakup menggunakan rumah sekaligus untuk kantor, sebagai tempat dialog dengan pegawai, rekan bisnis dan evaluasi kinerja usahanya. Selain itu, kantor juga berfungsi sebagai tempat transaksi seperti: pembayaran dan penawaran barang. Membangun jaringan juga sering dilakukan di kantor. Dari awal berdiri hingga sekarang kantor bertempat di Jl. F Pejuangan Kebon Jeruk Rt/Rw. 009/010 No. 25 Jakarta Barat.MediaTanah lahanPotSelang atau ceret untuk menyiram tanamanBeberapa jenis tanaman yang dibutuhkanHambatan dan TantanganSetiap orang yang menekuni sebuah usaha pasti akan menemui berbagai macam kendala, kebanyakan orang-orang yang tidak bisa eksis dalam menekuni sebuah usaha tidak mampu menyelesaikan dan menghadapi masalah, kendala dan tantangan. Begitupun dengan usaha yang dijalankan oleh bapak Yakup, tidak jauh berbeda jauh orang-orang umumnya. Sejak usaha ini dimulai tahun 1975, bapak Yakup banyak menemui berbagai macam masalah, anatar lain:1. Sarana transportasi kurang mendukung2. Kondisi kantor/gedung kurang representatif3. Kondisi tanah yang tidak sesuai4. Iklim yang tidak menentu5. kurang mampu menguasai bahasa asing dan Indonesia.6. Ada beberapa pegawai yang buta huruf atau tidak bisa membaca.7. Masyarakat tetangga semakin banyak yang melakukan usaha serupa.8. Semakin derasnya arus globalisasi.KesimpulanWirausaha adalah sikap bukan sebuah profesi. Wirausaha merupakan objek bukan subjek. Profesi apapun, keahlian apapun yang dimiliki seseorang, akan memungkinkan individu-individu tersebut pantas disebut wirausahawan. Sampai saat ini, gelar wirausahawan adalah gelar yang ditahbiskan relatif hanya kepada para pedagang saja. Pengertian tersebut berkembang dalam benak masyarakat sehingga mengendapkan makna yang sebenarnya lebih luas dari definisi yang ada. Wirausahawan bukanlah gelar yang berhak diklaim oleh kalangan pedagang atau pengusaha saja. Bahkan semua profesi yang mengandung kemaslahatan, merupakan tanah yang humus untuk menumbuhkan jiwa-jiwa wirausaha.Pemahaman yang salah terhadap ruang lingkup usaha dan pengertian wirausaha ini telah membuat sebagian besar individu beranggapan bahwa dengan menjadi pedagang, melakukan proses jual-beli, maka otomatis ia telah menjadi wirausahawan. Kesalahan tersebut mengindikasikan cara pandang yang menganggap bahwa segala sesuatu bisa di-bisnis-kan untuk menghasilkan uang. Kewirausahaan bukan semata-mata kegiatan meraih laba, yang seringkali hinggap pada anggapan pribadi-pribadi sekuler sebagai tujuan akhir. Kata usaha-pun bukan monopoli ruang lingkup berdagang atau jual-beli saja. Semua profesi adalah usaha, sehingga seorang dokter, petani, pelukis, penyanyi, bahkan mahasiswa pantas digelari wirausahawan, persis sejajar dengan pedagang.Dalam Islam, usaha sendiri merupakan salah satu syarat dari Allah Azza wa Jalla agar pintu rezeki dibukakan oleh-Nya. Berdagang termasuk cabang usaha yang menjadi pintu datangnya rezeki. Menjadi guru, dokter, pegawai negeri, tentara, mahasiswa ataupun seniman, juga termasuk profesi-profesi yang ditempuh manusia dalam membuka pintu-pintu rezeki. Dengan begitu, besar-kecilnya rezeki tidak tergantung dari seseorang berdagang atau tidak. Penentu besarnya rezeki bukanlah profesi seseorang, melainkan seberapa besar seseorang menyempurnakan usaha atau ikhtiarnya.2. FATHUL MAKKI

Maraknya kegiatan bercocok tanam yang dilakukan di rumah ini mengundang ide pemberian suvenir tanaman. Tak heran, di beberapa perhelatan, baik event yang diselenggarakan perusahaan atau sebuah pesta keluarga, memakai tanaman sebagai suvenir. Jenis tanaman yang dibagikan pun sangat beragam, mulai dari tanaman hias, sayur hingga bibit-bibit tanaman buah atau tanaman pelindung.Minat yang semakin besar untuk memilih tanaman sebagai suvenir, menjadi peluang bisnis yang menjanjikan. Maklum, seiring dengan kondisi perekonomian yang bertumbuh, kian banyak acara yang digelar, baik yang bersifat korporasi atau pun perseorangan.Tengok saja usaha Fathul Maki, pemilik Istana Alam Dewi Tara di Depok, Jawa Barat. Fathul yang sebelumnya terjun dalam usaha tanaman hias, melihat peluang berbisnis suvenir tanaman setelah mendapat pesanan Adenium berukuran mini dalam jumlah besar dari sebuah perusahaan."Ternyata, mereka memesan Adenium itu untuk suvenir," kata dia.Padahal, pria yang merintis usaha tanaman hias sejak 2010 ini, mengemas Adenium mini ke dalam sebuah wadah mika secara tak sengaja. Lantaran terpuruk akibat harga Adenium dan Anthurium merosot drastis, dia mengemas tanaman itu dalam tabung mika supaya terlihat menarik saat dijual. Ukuran pohon pun dibuat kecil, hanya setinggi 15 cm.Order pertama datang dengan jumlah 7.000 tanaman. Dia menjualnya dengan harga Rp 15.000 per pot. Alhasil, dari order itu, Fathul meraup omzet Rp 105 juta. Dia pun mengaku, order itu bisa mendatangkan laba lebih dari 50%, karena kemasan yang dipakai hanya plastik mika dan tali kur sebagai pita.Tergiur dengan laba yang besar, Fathul pun fokus menggarap bisnis tanaman untuk suvenir. Dia menambahkan sejumlah tanaman lainnya, seperti sansiviera, pucuk merah, dan Melati. Kini, ada 13 jenis tanaman yang bisa menjadi pilihan suvenir. Harganya pun lebih beragam, mulai dari Rp 15.000 hingga Rp 25.000 per pot.Demikian juga dengan kemasan. Jika dulu, dia hanya membungkus tanaman dengan plastik mika, kini Fathul sampai mengimpor pot keramik dari China sebagai kemasan. Harga yang ditawarkan bervariasi mulai dari Rp 3.000 Rp 4.000 per pot."Di sini jarang yang jual dalam jumlah banyak, sementara saya bisa pesan hingga ribuan tiap bulan," ujar dia seperti dilansir Kontan.Maklum, pesanan suvenir semakin kian ramai menghampiri Istana Alam. Kini, dalam sebulan, Fathul bisa mendapatkan order pembuatan suvenir tanaman hingga belasan ribu unit. Tak heran, dia bisa mendulang omzet berkisar Rp 300 juta sampai Rp 350 juta per bulan.Setali tiga uang dengan Fathul, Janet Ulung Mandiri juga mengawali usaha suvenir tanaman setelah bergelut dalam bisnis tanaman hias. Dia pun berpendapat,usaha suvenir tanaman ini cukup potensial, karena tiap bulan, selalu ada orang atau institusi yang menggelar acara."Jadi, tinggal bagaimana membuat suvenir tanaman menjadi pilihan bagi mereka yang punya acara," ujar dia.Pesanan pertama yang diterima Janet, berasal dari seorang temannya yang membutuhkan suvenir untuk pernikahan. "Saya langsung terpikir untuk membuat suvenir dari tanaman yang ada di kebun ayah," kata anak pertama Rizal Djafareer, pemilik Rumah Bunga Rizal di Lembang, Bandung ini.Dari situlah, lantas Janet membentuk divisi baru dalam bisnis keluarganya, yaitu menggarap suvenir tanaman. Pesanan pertama Janet berjumlah 600 tanaman kaktur. Dengan dibungkus plastik mika, setiap tanaman dibanderol dengan harga Rp 8.000.Namun berbeda dengan Fathul yang membeli plastik mika dalam bentuk lembaran, Janet sudah membeli mika dalam bentuk tabung dengan diameter 8 cm dan tinggi 14 cm. Dia juga menambah variasi kemasan, yang terbuat dari limbah kayu dan anyaman bambu. Ukurannya sama dengan kemasan dari plastik mika.Sebelum diisi dengan tanaman, kemasan dilubangi dulu untuk saluran udara. Lalu, kemasan ditambahkan pita agar suvenir bisa dijinjing. Janet mengeluarkan biaya sekitar Rp 4.000 untuk tiap kemasan. Adapun modal untuk tanaman berkisar Rp 3.500 per pot.Saat ini, Rumah Bunga Rizal menyediakan lebih dari 30 varian tanaman hias untuk suvenir. Jenisnya adalah kaktus, sansiviera dan succulent. Pemesanan harus disesuaikan dengan ketersediaan tanaman. Pasalnya, beberapa tanaman butuh waktu pengembangan cukup lama. Ambil contoh, kaktus tertentu baru bisa dijual setelah budi daya selama dua tahun.Karena itu, Janet berpesan kepada pembeli untuk order suvenir dari jauh-jauh hari. Biasanya, pemesanan dilakukan dua hingga empat minggu sebelum acara berlangsung. Dari bisnis ini, Janet bisa mengantongi omzet hingga Rp 100 juta saban bulan.Tanaman harus siapApakah Anda tertarik menggeluti usaha ini? Satu modal yang harus dimiliki untuk menjadi pengusaha suvenir tanaman adalah kepedulian pada tanaman itu sendiri. Sebab, bukan hanya mendatangkan profit, pengusaha yang menggeluti bisnis ini juga punya misi untuk memberikan sumbangsih dalam menjaga lingkungan.Setidaknya, misi inilah yang mendorong Astuti Rusmawarati dan I.G.A. NGR. Novianti Suryakasih terjun di bisnis suvenir tanaman. Kedua perempuan ini merintis usahanya sejak 2009 dengan brand Rumah Teduh.Astuti bilang, suvenir tanaman mendatangkan banyak manfaat, baik bagi pembeli maupun penerima. Jika produk yang dibagikan berkualitas bagus, otomatis penyelenggara acara akan mendapat kesan baik. Selain menjadi kenangan, tanaman juga bisa dirawat dan menjadi penghias sudut-sudut rumah dan kantor.Karena fungsinya untuk menghias, sebisa mungkin kemasan suvenir tanaman dibuat menarik. Astuti sengaja memilih tanaman hias mini sebagai suvenir. Ada beberapa kriteria yang ia tetapkan. Dari segi ukuran, tanaman harus berdiameter sekitar 9 cm dengan tinggi 10 cm. Tanaman tidak harus lebar, tapi terlihat rimbun, jelas dia.Untuk kemasan, Astuti memakai pot tanah liat, pot keramik dan plastik mika. Berbagai kemasan itu kemudian masih mendapat sentuhan hiasan. Misalnya pot plastik, ditempeli ornamen dari pasir halus atau kasar. Plastik mika pun ditambah pita atau tali serat bambu sebagai pegangan.Di samping kemasan, menurut Astuti, kesediaan tanaman pun harus diperhatikan. Berbeda dengan Fathul dan Janet yang sudah punya kebun sendiri, Astuti memasok tanaman dari para petani. Ia membina petani yang ada di Lembang, Parung, Bogor, dan kawasan puncak di Cisarua untuk memproduksi tanaman sesuai dengan kriterianya.Lantas, jika ada pesanan, Astuti akan memberi panjar 50% pada para petani untuk menyiapkan tanaman. Selanjutnya, tanaman itu dikirimkan ke workshop di Pamulang yang memiliki luas 45 m2. Tempat itu bisa menampung sekitar 5.000 pot tanaman. Supaya tetap rapi, ia meletakkan tanaman itu dalam keranjang. Selanjutnya, karyawan akan mengemas tanaman sebelum dikirimkan.Untuk mengurangi risiko, minimal seminggu sebelum pengiriman, tanaman sudah ada di workshop. Rumah Teduh memasarkan suvenir tanaman hias mini dengan kisaran harga Rp 13.000 Rp 20.000 per pot. Selain itu, mereka menjual parsel tanaman. Produk ini mirip parcel biasa, tapi diisi dengan beberapa suvenir tanaman dengan kisaran harga Rp 60.000 Rp 650.000 per pot.Sama seperti pengusaha suvenir tanaman yang lain, pesanan yang datang ke Rumah Teduh bisa mencapai ribuan. Astuti bilang, bisa mengirim sekitar 6.900 pot dalam sebulan. Dari bisnis ini, dia bisa mengantongi laba hingga 30%.Jika Anda tertarik menjajal bisnis serupa, Fathul punya beberapa tips. Yang paling penting, menurut Fathul, ketersediaan tanaman. Makanya, lebih baik jika pengusaha suvenir tanaman juga membudidayakan sendiri tanaman. Dengan demikian, ia bisa lebih mudah menyediakan tanaman untuk dijadikan suvenir.Seluruh tanaman yang dijadikan suvenir di Istana Alam merupakan hasil budi daya sendiri. Meski tidak semua dijadikan suvenir, Fathul memisahkan tanaman suvenir dari tanaman lain. Lantaran, tanaman untuk suvenir harus dikondisikan sedemikian rupa, terutama penampilan maksimal. Pembeli akan senang jika melihat tanaman yang segar dan berwarna cerah sebagai suvenir.Ukuran tanaman yang menjadi suvenir harus seragam. Ini tidak mudah. Pasalnya, setiap saat tanaman bertumbuh. Agar tinggi atau lebarnya seragam, pengusaha harus rajin-rajin memangkas (pruning) tanaman. Seluruh tanaman dibuat tetap prima dengan ukuran yang sama, tuturnya.Selain pruning, Fathul pun menggunakan zat khusus untuk mengerdilkan tanaman. Ketika sudah mencapai tinggi yang diinginkan, yakni 15 cm20 cm, ia menyebar zat tersebut pada tanaman. Bila hanya mengandalkan pemangkasan, akan butuh waktu lama. Sementara, tanaman harus siap sedia kalau-kalau ada yang pesan sebagai suvenir. Dengan zat tersebut, pertumbuhan tinggi tanaman akan terkontrol dan berlangsung lebih lama dari biasanya.

3. RIZAL DJAAFARER

Nama Rizal Djaafarer di blantika tanaman hias Indonesia khususnya anggrek dan kaktus tak terbantahkan lagi. Dialah salah satu maestro penyilang anggrek Indonesia selama 25 tahun, inovator sekaligus lokomotif tren jenis-jenis baru.Berawal dari sebuah keputusan besar yang membuat keluarga dan sanak kerabat kaget bukan kepalang pada 1985. "Saya memilih jadi petani anggrek," ujar ayah 3 anak itu. Padahal di saat sama hidupnya sudah nyaman sebagai dosen dan konsultan. Modal saya hanya lahan seluas 100 meter persegi, katanya. Lokasi lahan itu berada di Lembang, Jawa Barat.Motivasi menjadi seorang petani anggrek memang diyakini Rizal dapat memberi membuat perubahan dalam hidupnya. Mengubah cara pandang, status, keuangan, meyakini anggrek mampu menjadi andalan hidup, ujar pria 62 tahun itu. Rizal sadar budidaya anggrek tidak mudah. Namun di balik itu, alumnus Fakultas Teknik Arsitektur IKIP Bandung itu menuturkan tersimpan pesan moral kehidupan dari sosok anggrek, yakni kesabaran, kepedulian, dan kebaikan.Pesan moral itu apabila dijalani secara ikhlas, dapat mengantarkan seseorang kepada pencapaian kebahagiaan hidup. Nilai-nilai kehidupan yang diperolehnya menurut Rizal adalah sebuah kesadaran untuk selalu bersukur serta hidup itu adalah pilihan. Setiap pilihan memiliki konsekuensi, kata Rizal yang memiliki filosofi, "Kehidupan adalah proses belajar, fokus pada hal-hal yang dijalani, peduli pada sesama dengan berbagi pengetahuan, keuntungan, dan kesempatan".Sejatinya Rizal menyampaikan terdapat tantangan dan rasa puas saat menekuni budidaya anggrek. Apalagi faktanya menurut Rizal, Indonesia memiliki potensi dan prosek pengembangan anggrek sangat besar, meskipun saat ini pelaku usahanya masih sedikit. "Hal itu yang membuat orang dengan mengimpor anggrek dari Thailand, Malaysia, Taiwan, dan Amerika, ujarnya. Sebab impor Indonesia kehilangan devisa.Populasi penduduk Indonesia di atas 250-juta jiwa adalah pasar besar bagi produk apapun, termasuk anggrek, kata Rizal. Kakek satu cucu itu menyatakan bahwa Indonesia dengan potensi kekayaan alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki seharusnya bukan hanya target pasar bagi produsen asing, melainkan juga dapat berperan sebagai pemasok kebutuhan anggrek dunia sehingga menyumbang devisa. Bagi Rizal kunci sukses yang sudah dialaminya memiliki resep sederhana. Mempunyai Usaha yang dapat dimulai dari Hobi. Bangunlah usaha berdasarkan hobi. Asalkan kita ikhlas dan fokus maka insyaallah usaha yang dibangun dari hobi ini akan menghasilkan, katanya. Hal lain usaha dapat dibangun dengan melihat peluang, dan mengandeng orang yang usahanya sudah maju. Usaha juga dapat dimulai sesuai dengan ilmu atau pengalaman dan bentuknya jasa. Usaha seperti ini low risk, high profit, ujar Rizal.Pesan penting yang menjadi sukses Rizal adalah selalu berbagi supaya usaha terus tumbuh. Jangan pelit untuk berbagi ilmu dengan sesama orang. Banyak pengusaha yang sulit membagikan ilmunya karena takut tersaingi atau ilmunya dicuri. Dampaknya pengusaha tersebut akan kesulitan dalam hal pendelegasian, katanya.

3 WIRAUSAHAWAN TANAMAN PANGAN1. SUTRISNO

SUTRISNO, SUKSES DENGAN BISI-12 SETELAH 4 THN MENEKUNI USAHA TANI JAGUNG

Dulunya, Sutrisno adalah salah seorang pengrajin kerupuk opak di Kecamatan Patumbak, Deli Serdang. Namun pada tahun 2007 ia memutuskan untuk beralih profesi menjadi petani jagung, dan setelah empat tahun menekuni usaha tani itu, ia baru merasakan keberhasilan setelah menanam jagung super hibrida BISI-12 di lahannya. Produksi jagungnya menjadi lebih dari dua kali lipatnya setelah menanam jagung produksi PT. BISI International Tbk itu.

Belum ada setahun Sutrisno mengenal jagung super hibrida BISI-12. Petani asli Desa Marindal I, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara itu pertama kali menanam BISI-12 pada awal April 2011 yang lalu. Dari lahan seluas 1,5 hektar, ia pun bisa mendapatkan hasil panen hingga 17 ton jagung gelondongan atau setara dengan 11,9 ton pipil kering.

Hasil itu, menurut Sutrisno, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang biasa ia dapatkan dari bertanam jagung varietas lain. Biasanya hanya dapat tujuh ton gelondongan kering. Setelah dipipil hasilnya hanya sekitar 3,5 ton, ujar suami dari Setiawati ini.

Sebelum menekuni usaha tani jagung, bapak dua anak itu berprofesi sebagai pengrajin kerupuk opak di Patumbak, Deli Serdang. Lantas sekitar tahun 2007 ia bersama istrinya memutuskan untuk beralih profesi menjadi petani jagung dengan memanfaatkan sejumlah luasan lahan yang mereka miliki.

Keberhasilan Sutrisno mengem-bangkan jagung yang memiliki potensi produksi hingga 12,4 ton pipil kering per hektar itu pun terapresiasi dengan digelarnya panen raya yang dihadiri sejumlah petani jagung di sekitar Patumbak pada 13 Juli 2011 lalu.

Tanaman BISI-12 yang kokoh dan tahan roboh, serta mampu menghasilkan tongkol yang panjang dan seragam menjadi daya tarik utama bagi Sutrisno dan petani lainnya. Selama saya bertani jagung, baru sekarang ini bisa menemukan varietas yang bagus dan mendapatkan hasil yang banyak seperti ini, ungkap Sutrisno.

Tak ayal, hasil yang memuaskan itu membuat Sutrisno mantap untuk kembali menanam jagung super hibrida BISI-12 di lahannya. Bahkan, luasan tanamnya lebih luas dari sebelumnya. Sekarang ini saya telah menanam BISI-12 seluas 2,5 hektar. Sebelumnya kan hanya 1,5 hektar, terangnya.Sementara itu, Market Development Corn Seed Manager PT. Tanindo Intertraco Doddy Wiratmoko mengatakan, kelebihan jagung super hibrida BISI-12 terletak pada kemampuannya beradaptasi dengan baik pada berbagai kondisi lingkungan, baik basah maupun kering, sehingga cocok ditanam saat musim kemarau maupun hujan.

Jagung ini juga terbukti sangat tahan penyakit bulai, karat daun, dan juga hawar daun. Sehingga bisa menjadi jaminan bagi para petani untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi dengan perawatan yang lebih mudah, ungkap Doddy.

Selain itu, kata Doddy, karakteristik tongkol yang dihasilkan BISI-12 juga bisa menjadi jaminan tersendiri bagi para petani. Jagung yang memiliki tagline hasil melimpah, petani sejahtera itu memiliki karakter biji yang menancap dalam, ukuran janggelnya juga kecil, sehingga randemen dan produksinya tinggi. (AT : Vol. 13 No. 1 Edisi XLIV, Januari - Maret 2012)

2. GIGIN MARDIANSYAH

Kehadiran seorang wirausaha muda bernama Gigin Mardiansyah bisa disebut tergolong unik pada tataran usaha di Indonesia. Ketika masih berstatus mahasiswa di Institut Pertanian Bogor, alur pendidikannya jelas tidak terlepas dari manajerial pertanian, peternakan dan perkebunan.

Namun siapa menyangka jika saat ini disiplin ilmu tersebut ditanggalkannya untuk berkonsentrasi menjalankan bisnis industri boneka di bawah bendera usaha Rumah Boneka Horta. Horta adalah singkatan dari Holtikultura, sesuai program studi holrikultura yang diambil Gigin.

Aktivitas Gigin menjadi intensif di kewirausahaan diawali ketika dia bersama enam mahasiswa IPB lainnya sebagai kerabat dekatnya, mengikuti kontestan lomba kewirausahaan. Dan Gigin bersama rekannya menemukan ide untuk menciptakan boneka berdasarkan kreativitas salah satu dosen.

Boneka yang diciptakan bukan sekedar boneka biasa, karena dia dan rekannya mampu menjadikan mainan tersebut sebagai alat edukasi untuk anak-anak. Karena sasarannya anak-anak, maka yang diciptakan adalah boneka-boneka hewan.

Awalnya, boneka-boneka dilengkapi secara unik oleh tanaman padi-padian di atas kepalanya, apabila boneka direncam di dalam air. Sebab, di kepala boneka sudah dilengkapi bibit tumbuhan. Akan tetapi, modifikasi terhadap penampilan boneka terus disempurnakan, sehingga fokusnya lebih ke boneka konvensional.

Target dari penciptaan boneka itu tentus saja agar anak-anak sejak dini bisa mengenal berbagai jenis hewan yang hidup di Indonesia maupun hewan-hewan di manca negara. Selain boneka hewan, kelompok itu juga menciptakan tokoh legenda seperti dokter, guru serta tokoh yang menjadi popular di masyarakat.

Adapun bonekanya secara umum tidak terlalu besar, karena tingginya mulai dari 5 cm-20 cm, kata Gigin Mardiansyah menjelaskan kepada Bisnis. Seiring perjalanan waktu, ketujuh mahasiswa yang mulai memiliki jiwa kewirausahaan kental tersebut akhirnya berpisah setelah dimulai dari satu ajang lomba pada 2004. Gigin lalu malanjutkan usahanya melalui bendera Rumah Boneka Horta, dan dikembangkan secara profesional dan komersial. Yang membuat produk Rumah Boneka mamu Horta terus bertahan, karena bahan dasarnya memang berbeda dibandingkan dengan produk boneka lainnya. Gigin mengutamakan bahan baku serbuk gergaji yang dimasukkan ke dalam stoking serta dibentuk sesuai dengan model yang diinginkan.

Pembentukan model atau karakteristik boneka hewan dilaksanakan dengan bantuan benang yang diikat dan dijahit. Sampai saat ini, menurut pengakuan Gigin, produksi Rumah Boneka Horta terus meningkat, sehingga makin optimistis bisa dikembangkan lagi.

Sebelumnya pemasaran kami lakukan terbatas pada dunia pendidikan saja. Namun, karena respons masyarakat secara umum juga besar, saya lalu membuka pasar lebih luas sekaligus meningkatkan produksi, papar ayah dari seorang anak ini.

Kapasitasnya saat ini bisa mencapai 10.000 hingga 15.000 boneka per bulan, atau sekitar 1.000 setiap hari. Jika permintaan menurun, minimal produksi yang dipertahankan sekitar 10.000. Apabila order meningkat, jumlahnya bisa mencapai 18.000 boneka per bulan.Dari ajang lomba wajib tersebut tingkat almamater tersebut, Gigin akhirnya menjadikannya sebagai tumpuan utama, dan saat ini setidaknya dia berhasil merekrut sekitar 30 tenaga kerja profesional sebagai pendukung roda bisnisnya yang kian berkembang.Tenaga kerja atau perajin yang direkrut merupakan tenaga istimewa, karena mayoritas adalah kaum ibu-ibu yang sebelumnya tidak memiliki pekerjaan tetap. Gigin berhasil mengoptimalkan kemampuan mereka menjadi tenaga trampil yang ke depan berpotensi menjadi wirausaha. Meski kategori usahanya home industry, namun kemampan produksinya tidak meragukan, karena pasokan lebih dominan ke distributor ketimbang di pasarkan secara ritel. Kondisi itu akhirnya menempatkan tenaga kerja menjadi lebih piawai.Meski dari tujuh kerabat saat ini sudah berpencar, namun Gigin memantapkan diri menjadikan Bogor sebagai base usahanya. Tepatnya di kawasan Kampus IPB Darmaga, sedangkan mitranya sudah ada yang membuka bisnis sama di Bandung dan kota-kota lainnya.

Menurut dia, secara konsep produksi, dia maupun rekan-rekannya tetap menganut prinsip yang sama. Hanya saja dipastikan berbeda konsep manajemen, terutama untuk mengembangkan pasar sebagai target akhir dari setiap poroduksi.Itu sebabnya, ketika Gigin menyelesaikan studinya di IPB pada 2007, konsentrasinya tidak terpecah untuk tetap meneruskan bisnisnya di sektor boneka. Disiplin ilmu boleh berbeda, akan tetapi tuntutan jiwa kewirausahaannya lebih kental menjadikan dia sebagai pengusaha potensial.

Sukses membangun bisnis boneka, tidak membuat kreativitas Gigin terkubur. Ayah dari seorang putra yang baru berusia 10 bulan ini, ternyata sangat inovatif untuk mengejar asanya. Gigin pada 2007, atau selepas dari pendidikan kampus, membangun usaha lain di bidang lembaga keuangan mikro.

Bisnis tersebut adalah lembaga keuangan mikro (LKM) berbasis koperasi serta didirikan dengan modal awal Rp2 juta. Secara khusus melayani keperluan pelaku usaha mikro dan kecil di sekitar kawasan Kampus IPB Darmaga Bogor.

Namun dari bisnis keuangan ini ternyata dia mampu meraup sukses lain yang sebenarnya tidak pernah dibayangkan Gigin, sama halnya ketika dia memulai bisnis boneka horta melalui kompetisi kewirausahaan di internal IPB.Saat ini LKM El Uma, nama yang kami pilih, memiliki omzet Rp2 miliar lebih. Saya tidak mempunyai basic keuangan, akan tetapi melalui paket learning by doing, bisnis di sektor keuangan memberi keberhasilan seperti saat ini, papar Gigin yang bangga atas kesuksesannya.

Dengan keberhasilan dari sektor jasa keuangan mikro, Gigin mampu meningkatkan pendapatan pundi-pundinya. Sebab, dari produksi Rumah Boneka Horta saja, omzetnya per bulan secara rata-rata antara Rp80 jutaRp100 juta.Angka yang sangat fantastis bagi penghasilan seorang wirausaha muda yang secara inovatif mengembangkan dua sektor bisnis berbeda sekaligus. Meski demikian, kesuksesan tidak membuat Gigin menjadi tinggi hati.Penampilan dan tutur bahasanya tetap seperti seorang terdidik, namun dibalik dari kesederhanaan itu tersimpan potensi besar untuk menjadikan kelompok usahanya terus bergeliat. Apalagi usianya masih tergolong sangat muda, sehingga potensi menjadi pelaku usaha mapan terbayang jelas.

3 Orang Tokoh Wirausahawan Budidaya Tanaman Perkebunan1. AKP DRG. LEGAWA HAMIJAYAMenekuni usaha agrobisnis memang tidak memandang latar belakang profesi, pendidikan maupun usia sang pelaku usaha. Berbekal pengalamannya di masa kecil dan kejeliannya dalam mengamati kebutuhan pasar, seorang AKP drg Legawa Hamijaya mulai tertarik menggeluti dunia agrobisnis sebagai peluang bisnis sampingan yang dijalankannya di sela-sela tugas utamanya menjadi seorang dokter gigi.Meskipun saat itu Ia telah memiliki posisi yang cukup nyaman yaitu sebagai dokter polisi di Provinsi Lampung dan membuka praktek dokter gigi di kediamannya, namun lelaki kelahiran Yogyakarta 7 Januari 1975 ini masih belum puas dengan kesuksesan yang dicapainya. Naluri bisnis yang Ia miliki sejak kecil ternyata tidak bisa dibendung lagi dan Ia pun mulai menyewa lahan disekitarnya untuk membudidayakan aneka macam tanaman sayur yang cukup potensial di daerah Lampung. Seperti misalnya caisim, pakcoy, serta cabe yang kemudian terpaksa ditinggalkannya karena waktu luang yang Ia miliki tidak cukup untuk menangani tanaman tersebut secara intensif.

Kegagalannya dalam menjalankan bisnis budidaya sayur ternyata tidak membuat suami dari dr.Retno Anmi ini menyerah pada keadaan. Setelah mengevaluasi kegagalan bisnisnya yang terdahulu, Ia mulai beralih memilih tanaman tahunan seperti buah-buahan yang tidak membutuhkan perawatan ekstra dalam membudidayakannya.Serius Menekuni Budidaya DurianBerbekal uang tabungan dari hasil membuka praktek dokter, di awal tahun 2001 Legowo memutuskan untuk membeli kebun seluas 10 hektar di kawasan Sukadanaham, Provinsi Lampung. Kebun tersebut ditanami pohon kakao seluas 6 ha, pohon durian seluas 2 ha, dan sisanya 2 ha ditanami berbagai macam komoditas potensial seperti alpukat, kelapa, cengkeh, petai, singkong, dan tanaman lainnya yang bersifat musiman.Melihat kemajuan bisnisnya yang semakin hari semakin pesat, alumni Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada ini mulai serius mengembangkan kebun miliknya pada tahun 2003. Ia sengaja mempekerjakan dua karyawan dan memutuskan untuk lebih fokus membudidayakan aneka jenis durian lokal (seperti jenis siawi, sikoneng, siorens, dan silodong) untuk mendatangkan untung yang lebih besar.Bermodalkan 160 pohon durian yang ada dikebunnya, Legowo membangun kios di depan rumah dan mempersilahkan para konsumen untuk berkunjung langsung ke kebun duriannya guna memilih buah yang akan mereka beli. Strategi ini ternyata cukup efektif untuk menarik minat konsumen, sehingga kebun duriannya selalu ramai dikunjungi pecinta raja buah dan omset puluhan juta rupiah pun berhasil dikantongi bapak dua putra ini.Keseriusan dokter gigi ini dalam mengembangkan kebun durian memang tidak perlu diragukan lagi, untuk meningkatkan pengetahuan serta pengalamannya dalam mengembangkan bisnis durian, Ia bahkan sengaja mengikuti berbagai macam pelatihan budidaya durian serta beberapa kali mengikuti kegiatan studi banding hingga ke negara Thailand untuk meningkatkan kualitas produk duriannya. Ketekunan, kejelian, serta kecintaannya pada sektor agrobisnis, menjadi modal utama bagi AKP drg Legawa Hamijaya dalam mencapai puncak suksesnya.Semoga kisah sukses pengusaha agrobisnis yang mengulas tentang budidaya durian mengantarkan dokter polisi jadi jutawan ini bisa memberikan inspirasi baru bagi masyarakat luas untuk segera memulai usaha. Mulailah dari yang kecil, mulailah dari yang mudah, mulailah dari sekarang. Salam sukses.2. AHMAD SASMITA

Ahmad Sasmita 36 th adalah petani pepaya calina di Desa Cibeuteung Muara, Kecamatan Ciseeng, Kab. Bogor mengatakan bahwa buah pepaya IPB 9 ini agak besar dan punya rasa yang manis. Beliau menanam pepaya jenis ini mulai Juni 2011, dan hingga sekarang telah panen 16 kali dengan hasil 1,2 ton dari 112 pohon yang ia tanam. Saat ini ia punya 500 pohon pepaya Calina.Para pedagang pun berdatangan ke kebun pepaya Ahmad Sasmita, ada juga pedagang buah dari Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta. Mengenai pasarnya, ia tak bingung, karena pedagang dari Kramat Jati tersebut memasok buah pepaya untuk super market carrefour dan meminta 8 kuintal pepaya dalam tiap minggunya dengan harga Rp 3.500/kg.Prof. Dr. Ir Sriani Sujiprihati yang membudidayakan pepaya unggul IPB-9 menyatakan bahwa ia sudah melakukan penelitian papaya calina ini sejak tahun 2001. Pepaya ini telah melalui uji pasar, pelepasan varietas dan diseminasi kepada beberapa petani di berbagai wilayah. Untuk respon pasar, papaya calina ini sangat diminati konsumen, hasil produktivitasnya sangat tinggi dan harga juga bagus, tutur Prof Sriani di Kebun Buah milik Pusat Kajian Buah-buahan Tropika IPB di Tajur, Bogor.Pemenang Rusnas Award tahun 2004 dan Dosen Berprestasi Tingkat Nasional 2006 itu telah membuktikan bahwa buah Indonesia punya kualitas unggul. Kita punya prinsip bahwa buah Indonesia tak kalah dengan buah impor. Buah dengan label Indonesia yaknipepaya Calina, toh laku di pasaran dan berkualitas, tuturnya.Beliau juga mengatakan bahwa pepaya Calina dapat ditanam dengan populasi 1.000 1.500 pohon/ ha. Di usia tanam 4 bulan, pepaya ini sudah berbunga, dan pada usia tanaman 7 sampai 8 bulan buahnya sudah dapat dipanen. Hingga umur 2 tahun, pohon pepaya Calina tetap berbuah. Tinggi pohon papaya calina pada umur 2 tahun masih dapat dijangkau tangan manusia. Jadi untuk panennya masih dapat dipetik dengan tangan. Jika populasi tanaman 1.500 pohon per ha, maka usaha tani ini bisa menghasilkan keuntungan Rp 82,5 juta, hanya dalam sekali awal masa panen.

3. RIZAL PAHLAWI

Raup Rp 30 Juta Per Minggu dari Pepaya CalinaTanah tandus tak membuat Rizal Pahlawi kehilangan akal untuk menanaminya demi mengeruk rupiah. Tanah kritis yang berada di Perbukitan Bentar, Desa Tamansari, Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, dia sulap menjadi kebun papaya.Rizal tengah merawat pepaya calina. Dari pepaya ini, Rizal mengaku bisa meraup keuntungan puluhan juta tiap pekanWarga Desa Curahsawo, Kecamatan Gending, itu membudidaya pepaya jenis calina. Ia pun memetik hasilnya kini. Dalam seminggu, ia mengaku meraup keuntungan hingga puluhan juta rupiah.Dengan menggandeng PT Bentar Makmur, Rizal (45) berhasil membudidaya pepaya seluas 8 hektar di lahan kritis. Ilmu yang dimilikinya dari disiplin ilmu pertanian juga ikut andil dalam kesuksesannya memanfaatkan tanah marginal yang tidak produktif menjadi tanah produktif. Walau ditanam di tanah gersang, namun pepaya jenis ini memiliki rasa manis dan nikmat. Keunggulan dari pepaya calina, rasanya lebih manis jika dibandingkan dengan pepaya lain, ujarnya di lokasi budidaya pepaya calina, Selasa (22/05/2012).Dari hasil membudidaya pepaya calina, bapak beranak tiga ini meraup puluhan juta rupiah dalam sekali panennya. Hal itu didasarkan dengan 10.000 pohon pepaya yang dimilikinya, dalam seminggu ia memanen sebanyak satu kilogram pepaya matang per pohon. Dari jumlah pohon sebanyak itu, ia menghasilkan 10 ton pepaya segar. Dengan harga Rp 4.000-6.000 per kilogram, keuntungan yang dapat dikantonginya terbilang besar, berkisar Rp 40 juta. Dengan dipotong 10 persen untuk biaya operasional, Rizal mampu meraup keuntungan hingga Rp 30 juta per minggu.Menurut Rizal, pepaya jenis calina harganya stabil dan mampu berbuah sepanjang masa tanpa mengenal musim. Selain rasanya manis, tinggi pohonnya hanya berkisar 1,5 meter. Kelebihan lainnya adalah tanaman ini mudah perawatannya dan tidak membutuhkan banyak air. Untuk pengolahan sistem pengairan, ia menggunakan sumur artesis.