Download - Bab i Merokok
-
7/30/2019 Bab i Merokok
1/19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu sasaran program perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat adalah
menurun nya prevalensi perokok serta meningkat nya lingkungan bebas rokok.
Bahaya dari merokok sudah sering sekali didokumentasikan. Data dari studi yang
terkini mengatakan bahawa terdapat hubungan kuantitatif antara merokok dengan berbagai
penyakit seperti penyakit jantung koroner, kanker paru, kanker usus, emfisema paru, penyakit
vaskular perifer serta kematian neonatus (Dhala et al., 2004). Pada tahun 2002, diperkirakan
sebanyak 4,83 juta kematian bayi prematur disebabkan oleh merokok, dimana sebanyak 50%
di negara-negara membangun (Ezzati et al., 2003).
Merokok masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Indonesia.
Dengan jumlah perokok di Indonesia saat ini mencapai 57 persen penduduk atau kurang lebih
100 juta orang, artinya kini Indonesia menduduki peringkat ke-7 dalam urutan negara yang
jumlah perokoknya paling banyak. Jumlah perokok di seluruh dunia saat ini mencapai 1,1
miliar orang. Sebanyak 800 juta orang diantaranya di negara-negara berkembang termasuk
Indonesia.
Dalam pergaulan sehari hari, kita tidak dapat dipisahkan dari rokok. Beberapa orang
menganggap mengonsumsi rokok merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
sehari hari.Didalam kenikamtan sebatang rokok, tersimpan juga bahaya yang begitu besar.
Banyak zat kimia yang snagat berbahaya yang terkandung dalam sebatang rokok. Lebih dari
1000 jenis bahan kimia berbahaya terkandung didalamnya.Meskipun masyarakat
mengetahuinya,tak sedikit dari mereka yang mengabaikan dari bahaya tersebut.Dampak dari
rokok itu sendiri tidak hanya orang yang menghisap rokok secara langsung.
Namun juga orang disekitarnya yang juga menghirup udara disekitar perokok
tersebut, atau disebut perokok pasif. Tinggi nya prevalensi perokok dan lebih dari 90%
perokok merokok di dalam rumah, maka banyak orang yang menjadi perokok pasif. Perokok
pasif tidak hanya menghisap dari rokok yang sedang terbakar, tapi juga asap rokok yang
dihembuskan oleh perokok aktif. Akibatnya, kerugian yang diakibatkan asap rokok tersebut
hampir tidak diketahui oleh perokok pasif tersebut. Akibatnya banyak orang tidak bersalah
yang merasakan dampak negatif dari rokok tersebut. Lebih dari 42 juta anak terpapar
-
7/30/2019 Bab i Merokok
2/19
asap tembakau pasif atau asap tembakau lingkungan (ETS). Lebih dari
setengah (57%) rumah tangga mempunyai sedikitnya satu perokok dalam
rumah dan hampir semuanya (91,8%) merkok di dalam rumah. Diperkirakan
bahwa lebih dari 43 juta anak tinggal bersama dengan perokok dan
sebagaian besar (68,8%) perokok mulai merokok sebelum umur 19 tahun
Mengingat banyaknya dampak yang ditimbulkan dari perilaku
merokok, seharusnya konsumsi rokok semakin menurun, tetapi tidak begitu
pada kenyataannya. Dalam kondisi di lapangan peneliti masih menjumpai
banyak penduduk terutama warga desa upt. Karya bakti yang belum sadar
akan bahaya merokok. Selain itu desa tersebut akan dijadikan desa
percontohan Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sehingga diharapkan
warga-warga desa upt.karya bakti pun dapat memberikan contoh yang baik
untuk warga-warga desa lain nya. Bentuk peran serta masyarakat lain yang diharapkan
dapat mewujudkan desa percontohan karya bakti adalah dengan mengurangi angka kejadian
merokok di dalam rumah yang merupakan salah satu program dari 10 program PHBS.
Berdasarkan riskesdas 2010, prevalensi penduduk merokok dengan rata-rata 11-20 batang
rokok perhari tertinggi di capai oleh kalimantan selatan dengan peringkat kelima sebesar
52,4%. Dan prevalensi penduduk dengan umur mulai merokok 5-9 tahun, kalimantan selatan
mencapai 2,7%, umur 10-14 tahun ,mencapai 16,3%. Berdasarkan hasil riskesdas pula di
dapatkan prevalensi perokok di dalam rumah lebih banyak pada laki-laki 76,8%, berstatus
kawin 78,7%, tinggal di pedesaan 83,5% serta dengan pendidikan rendah yaitu tidak tamat
SD 83,8%, tamat sd 82,2%. Menurut pekerjaan, prevalensi merokok di dalam rumah ketika
bersama anggota keluarga paling banyak pada yang bekerja sebagai petani/buruh/nelayan
83,3%, wiraswasta 74,4%, tidak bekerja 71,8% serta cenderung meningkat dengan
meningkatnya status ekonomi.
Dari fenomena diatas, maka peneliti bermaksud untuk mengadakan
penelitian dilapangan dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku merokok pada penduduk khusunya pada warga desa upt.Karya
bakti.
1.2 Rumusan Masalah
-
7/30/2019 Bab i Merokok
3/19
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
Bagaimanakah faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok di desa UPT.
Karya Bakti
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan
Untuk mengetahui Bagaimanakah faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
merokok di desa UPT. Karya Bakti serta dapat meningkatkan peran serta masyarakat
desa UPT. Karya bakti dalam pelaksanaan mewujudkan program desa percontohan
PHBS
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk:
1. Sebagai informasi dan data yang ditujukan pada bagian Puskesmas Pulau Tanjung
sebagai pembina wilayah,dan Dinas kesehatan Kab.Tanah Bumbu untuk mengontrol
angka perokok diwilayah UPT Karya Bakti.
2. Meningkatkan kesehatan masyarkat dengan menurunnya angka kejadian merokok
didalam rumah tangga.
.3 Bahan dan Cara
Untuk menurunkan angka prevalensi merokok di dalam rumah kami maka dilakukan
berbagai kegiatan diantaranya:
1. Melakukan penyuluhan mengenai pengetahuan umum tentang bahaya merokok
(penjelasan tentang rokok, zat yang terkandung dalam rokok, akibat merokok, cara
pengendalian merokok).
2. Membuat media informatif berupa flyer yang berisi tentang peringatan dan bahaya
merokok yang disebarkan kepada warga desa saat acara penyuluhan sebagai bukti
-
7/30/2019 Bab i Merokok
4/19
bahwa tenaga kesehatan dan aparat desa serius dalam penanggulangan masalah
merokok.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Rokok
1. Defenisi Rokok
Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa
lebih jantan. Dibalik kegunaan atau manfaat rokok juga terkandung bahaya yang
sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang di sekitar perokok yang bukan
-
7/30/2019 Bab i Merokok
5/19
perokok. Perilaku merokok dapat dikatakan sebagai kegiatan sewaktu menghisap
tembakau yang dilakukan oleh individu. Perilaku merokok terjadi pada saat individu
berusia remaja, kebiasaan merokok ini akan terus berlanjut sampai individu memasuki
masa dewasa dan biasanya orang merokok untuk mengatasi masalah emosional. Bagi
sekelompok orang, merokok merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dan
sekaligus dapat dijadikan teman dalam menjalankan kegiatan-kegiatan yang tergolong
santai, bahkan ada pula yang beranggapan bahwa merokok merupakan sebuah
bantuan yang sangat dibutuhkan untuk mengurangi kegelisahan ataupun ketegangan
(Rasti, 2008).
Rokok merupakan salah satu bentuk industri dan komoditi internasional yang
menandung sekitar 1.500 bahan kimiawi. Unsur-unsur yang penting antara lain: tar,
nikotin, benzopyrin, metilkloride, aseton, ammonia, dan carbon monoksida . Diantara
sekian banyak zat berbahaya ini, ada 3 yang paling penting, khususnya terhadap
kanker, yakni tar, nikotin dan carbon monoksida (Bustan, 2000).
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm
(bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun
tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan
membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain. Ada dua jenis
rokok, rokok yang berfilter dan tidak berfilter. Filter pada rokok terbuat dari bahan
busa serabut sintetis yang berfungsi menyaring nikotin (Kelana, 2008).
2. Kandungan Zat Dalam Rokok
a. Carbon Monoksida
Gas beracun yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan darah
membawa oksigen.
b. Nikotin
Salah satu jenis obat perangsang yang dapat merusak jantung dan sirkulasi darah,
nikotin membuat pemakainya kecanduan.
c. Benzo(a)pyrene
Salah satu jenis hidrokarbon aromatic polisiklik, sejauh ini termasuk bahan
karsinogen yang paling banyak diteliti dan dikenal sebagai agen penyebab mutasi.
d. Acrolein
Acrolein merupakan zat cair yang tidak berwarna, seperti aldehyde. Zat ini
diperoleh dengan mengambil cairan dari glycerilatau dengan mengeringkannya.
-
7/30/2019 Bab i Merokok
6/19
Zat ini sedikit banyaknya mengandung bahan alkohol. Dengan kata lain, acrolein
itu adalah alkohol yang cairannya telah diambil. Cairan ini sangat mengganggu
kesehatan.
e. Ammonia
Ammonia merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan
hydrogen. Zat ini sangat tajam baunya dan sangat merangsang. Ammonia ini
sangat gampang memasuki sel-sel tubuh. Begitu kerasnya racun yang terdapat
pada ammonia itu, sehingga kalau disuntikkan sedikitpun kepada peredaran darah
akan mengakibatkan seseorang pingsan ataupun koma.
f. Formic Acid
Formic acidadalah jenis cairan tidak berwarna yang bergerak bebas dan dapat
berbuat lepuh. Zat ini sangat tajam dan menusuk baunya. Zat ini dapat membuat
seseorang merasa digigit semut. Bertambahnya jenis acid apapun di peredaran
darah dapat menambah cepatnya pernapasan seseorang.
g. Hydrogen Cyanide
Hydrogen Cyanide adalah jenis zat yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
mempunya rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan serta mudah terbakar.
Zat ini sangat efisien untuk menghalangi pernapasan. Cyanide adalah salah satu
zat yang mengandung racun yang sangat berbahaya. Sedikit saja cyanide
dimasukkan langsung ke dalam tubuh dapat menyebabkan kematian.
h. Formaldehyde
Formaldehyde adalah jenis gas yang tidak berwarna dengan bau yang tajam. Gas
ini adalah tergolong pengawet dan pembasmi hama. Salah satu jenis
formaldehyde ini ialah formalin. Formaldehyde ini banyak digunakan sebagai
pengawet di laboratorium.
i. Nitrous oxide
Nitrous oxide adalah jenis gas yang tidak berwarna, dan jika diisap dapat
menyebabkan hilangnya pertimbangan dan mengakibatkan rasa sakit. Nitrous
oxide ini adalah jenis zat yang pada mulanya dapat digunakan sebagai anestesia
(zat pembius) waktu diadakan operasi.
j. Phenol
Phenol adalah campuran yang terdiri dari kristal yang dihasilkan dari distilasi
beberapa zat organik seperti kayu dan arang, dan juga diperoleh dari ter arang.
-
7/30/2019 Bab i Merokok
7/19
Bahan ini adalah merupakan zat racun yang sangat membahayakan. Phenol ini
terikat ke protein dan menghalangi aktifitas enzyme.
k. Acetol
Acetol adalah dari hasil pemanasan aldehyde sejenis zat yang tidak berwarna
yang bebas bergerak) dan mudah menguap dengan alkohol.
l. Hydrogen Sulfide
Hydrogen sulfide adalah sejenis gas beracun yang gampang terbakar dengan nau
yang keras. Zat ini mengalami oxidasi enzim (zat besi yang berisi pigmen).
m. Methyl Chloride
Methyl chloride adalah sesuatu dari zat-zat bervalensa satu dimana hidrogen dan
karbon merupakan unsur utama. Zat ini adalah merupakan compound organis
yang sangat beracun. Uapnya dapat berperan sebagai anestesia.
n. Methanol
Methanol adalah jenis cairan ringan yang gampang menguap, dan mudah
terbakar. Cairan ini dapat diperoleh dengan penyulingan bahan kayu atau dari
sintesis karbon monoxyda dan hydrogen. Meminum atau mengisap methanol
mengakibatkan kebutaan bahkan kematian.
o. Tar
Zat ini sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang diperoleh
dengan distilasi dari kayu atau arang. Tar ini juga didapat dari getah tembakau.
Tar yang terdapat dalam rokok terdiri dari ratusan zat kimia yang dapat
menyebabkan kanker pada manusia. Bilamana zat-zat itu diisap waktu merokok
akan mengakibatkan kanker paru-paru (Nainggolan, 1998).
-
7/30/2019 Bab i Merokok
8/19
Sumber : Rusdianto, 2007
Gambar 1. Komposisi Rokok
Menurut Fadli (2008), efek jangka panjang dari penggunaan tembakau adalah
timbulnya berbagai penyakit, antara lain:
a. Kecanduan nikotin.
b. Berbagai macam kanker, terutama kanker paru, ginjal, tenggorokan, leher,
payudara, kandung kemih, pankreas dan lambung. Satu dari enam pria perokok
akan menderita kanker paru.
c. Penyakit jantung dan pembuluh darah: stroke dan penyakit pembuluh darah tepi.
d. Penyakit saluran pernapasan: flu, radang saluran pernapasan (bronkhitis),
penyakit paru obstruktif kronis.
e. Cacat bawaan pada bayi dari ibu yang merokok selama kehamilan.
f. PenyakitBuerger.
g. Katarak.
h. Gangguan kognitif (daya pikir): lebih rentan terhadap Penyakit Alzheimer
(pikun), penyusutan otak.
i. Impotensi.
Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Para perokok menggunakan
rokok bukan untuk mengendalikan perasaannya, tetapi karena benar-benar telah
menjadi kebiasaan.
Menurut Tomkins (1991) ada empat tipe perilaku merokok sbb :
a. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok, seseorang
merasakan penambahan rasa yang positif. Ditambahkan, ada tiga sub tipe ini
yakni (1) merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang
sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan, (2) merokok
hanya dilakukan sekadarnya untuk menyenangkan perasaan, dan (3) kenikmatan
yang diperoleh dengan memegang rokok.
-
7/30/2019 Bab i Merokok
9/19
b. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang yang
menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila ia marah,
cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok
bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak
enak.
c. Perilaku merokok yang adiktif. Mereka yang sudah adiksi, akan menambah dosis
rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya
berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok, walau
tengah malam sekalipun, karena ia khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap saat
ia menginginkannya.
d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok
sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena
benar-benar sudah menjadi kebiasaannya rutin. Pada orang-orang tipe ini,
merokok sudah merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis, seringkali tanpa
dipikirkan dan tanpa disadari. Ia menghidupkan api rokoknya bila rokok yang
terdahulu telah benar-benar habis
Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku perokok. Berdasarkan
tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka dapat digolongkan atas :
1. Merokok di tempat-tempat Umum / Ruang Publik:
a. Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka
menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain,
karena itu mereka menempatkan diri dismocking area.
b. Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang tidak
merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dan lain-lain).
2. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi:
a. Kantor atau di kamar tidur pribadi. Perokok yang memilih tempat-
tempat seperti ini sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang
kurang menjaga kebersihan diri, penuh dengan rasa gelisah yang mencekam.
b. Toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka
berfantasi.
Perokok dapat dibedakan menjadi beberapa kategori, yaitu :
a. Perokok ringan, 1-9 batang per hari.
b. Perokok sedang 10-19 batang per hari.
c. Perokok berat 20 batang atau lebih per hari (Sitorus, 2003).
-
7/30/2019 Bab i Merokok
10/19
3. Bahaya Rokok
Kerugian yang ditimbulkan rokok sangat banyak bagi kesehatan. Tapi
sayangnya masih saja banyak orang yang tetap memilih untuk menikmatinya. Dalam
asap rokok terdapat 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan, dua diantaranya
adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik. Racun dan
karsinogen yang timbul akibat pembakaran tembakau dapat memicu terjadinya
kanker. Pada awalnya rokok mengandung 8 20 mg nikotin dan setelah di bakar
nikotin yang masuk ke dalam sirkulasi darah hanya 25%. Walau demikian jumlah
kecil tersebut memiliki waktu hanya 15 detik untuk sampai ke otak manusia.
Nikotin itu di terima oleh reseptor asetilkolin-nikotinik yang kemudian
membaginya ke jalur imbalan dan jalur adrenergik. Pada jalur imbalan, perokok akan
merasakan rasa nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya perokok akan merasa
lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar.
Sementara di jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada
bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan sorotonin. Meningkatnya sorotonin
menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus keinginan mencari rokok lagi. Hal
inilah yang menyebabkan perokok sangat sulit meninggalkan rokok, karena sudah
ketergantungan pada nikotin. Ketika ia berhenti merokok rasa nikmat yang
diperolehnya akan berkurang (Tineke, 2002).
Efek dari rokok/tembakau memberi stimulasi depresi ringan, gangguan daya
tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan fungsi psikomotor. Jika
dibandingkan zat-zat adiktif lainnya rokok sangatlah rendah pengaruhnya, maka
ketergantungan pada rokok tidak begitu dianggap gawat (Roan, 1979).
Asap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200 diantaranya
beracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh. Beberapa zat
yang sangat berbahaya yaitu tar, nikotin, carbon monoksida,dan sebagainya. Asap
rokok yang baru mati di asbak mengandung tiga kali lipat bahan pemicu kanker di
udara dan 50 kali mengandung bahan pengeiritasi mata dan pernapasan. Semakin
pendek rokok semakin tinggi kadar racun yang siap melayang ke udara. Suatu tempat
yang dipenuhi polusi asap rokok adalah tempat yang lebih berbahaya daripada polusi
di jalanan raya yang macet. Seseorang yang mencoba merokok biasanya akan
ketagihan karena rokok bersifat candu yang sulit dilepaskan dalam kondisi apapun.
Seorang perokok berat akan memilih merokok daripada makan jika uang yang
dimilikinya terbatas. Perokok biasanya akan mengajak orang lain
-
7/30/2019 Bab i Merokok
11/19
yang belum merokok untuk merokok agar merasakan penderitaan yang sama
dengannya, yaitu terjebak dalam ketagihan asap rokok yang jahat. Sebagian perokok
juga ada yang secara sengaja merokok di tempat umum agar asap rokok yang
dihembuskan dapat terhirup orang lain, sehingga orang lain akan terkena penyakit
kanker. Berdasarkan data demografi Universitas Indonesia, sebanyak 427.948 orang
meninggal di Indonesia rata-rata per tahunnya akibat berbagai penyakit yang
disebabkan rokok ( Depkes, 2008).
B. Tinjauan Umum Tentang Remaja
Masa remaja atau masa adolesensi adalah suatu fase perkembangan yang dinamis
dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak-
anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental,
emosional dan sosial dan berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan (Pardede,
2002).
Berdasarkan umur kronologi dan berbagai kepentingan, terdapat beberapa
definisi tentang remaja (Soetjiningsih, 2004), yaitu :
1. Pada buku-buku pediatric, pada umumnya mendefinisikan remaja adalah apabila
seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 1220
tahun untuk anak laki-laki.
2. Menurut Undang-Undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja
adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah.
3. Menurut Undang-Undang perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah
mencapai umur 16-18 tahun dan sudah menikah dan mempunyai tempat untuk
tinggal.
4. Menurut Undang-Undang perkawinan No. 1 tahun 1979, anak dianggap remaja
apabila cukup matang untuk menikah, yaitu umur 16 tahun untuk perempuan dan 19
tahun untuk anak laki-laki.
5. Menurut Diknas anak dianggap remaja apabila anak sudah berumur 18 tahun,
yang sesuai saat lulus sekolah menegah.
6. Menurut WHO, remaja bila anak mencapai umur 1018 tahun.
Remaja dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan
psikososial dan seksual, akan melewati tahap berikut: Masa remaja awal/dini (early
adolescence) umur 1113 tahun, masa remaja pertengahan (middle adolescence) umur
14-16 tahun, masa remaja lanjut (late adolescence) umur 1720 tahun (Rejeki, 2007).
-
7/30/2019 Bab i Merokok
12/19
Menjadi perokok berat merupakan hasil dari proses eksperimen yang umumnya
dimulai sejak masa remaja. Mula-mula individu mencoba merokok, merasakan tekanan
rekan sebaya untuk merokok, dan mengembangkan sikap tentang seperti apa seorang
perokok. Setelah melalui proses-proses tersebut, barulah individu menentukan apakah
akan terus mengkonsumsi nikotin atau tidak. Dalam proses tersebut peran teman sebaya
menjadi penting mengingat akan tahapan perkembangan remaja yang menitikberatkan
pada penerimaan dari rekan sebaya. Berbagai faktor meliputi fisiologis, psikologis, dan
faktor-faktor sosial menjadi alasan seseorang remaja menjadi perokok (Sentika, 2008).
C. Tinjauan Umum tentang Lingkungan Sosial
1. Orang tua / Keluarga
Masa remaja merupakan masa peralihan dimana seseorang sedang mengalami
masa kritis yang disebabkan karena ia akan beranjak menuju kedewasaan. Dalam
masa peralihan ini remaja sedang mencari identitasnya. Dalam proses perkembangan
yang sedang sulit dan masa-masa yang membingungkan dirinya, remaja
membutuhkan pengertian dan bantuan dari orang yang dicintainya dan dekat
dengannya terutama dari keluarga. Dengan demikian komunikasi antar anggota
keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk kepribadian
remaja.Kurangnya komunikasi antar anggota keluarga dapat menjadi penyebab utama
dari timbulnya berbagai masalah pada remaja. Kenakalan remaja, seperti kebiasaan
merokok, dapat berakar pada kurangnya dialog dalam masa kanak-kanak dan masa
berikutnya, karena orang tua terlalu sibuk dengan berbagai aktivitas dan melupakan
kebutuhan yang paling mendasar bagi anak, yaitu kasih sayang. Oleh karena itu, untuk
mengatasi masalah kenakalan remaja yang paling dominan adalah dari keluarga yang
merupakan lingkungan yang paling pertama ditemui seorang anak. Di dalam
menghadapi kenakalan anak pihak orang tua hendaknya dapat mengambil dua sikap
bicara yaitu, sikap atau cara yang bersifat preventif, dan cara yang bersifat represif
(Afriyani 2009).
2. Teman-Teman
Kebanyakan remaja pertama kali merokok karena pengaruh teman. Remaja
perokok akan mempunyai teman yang sebagian besar adalah perokok juga. Berbagai
fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar
kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari
-
7/30/2019 Bab i Merokok
13/19
fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh
oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri
remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja
perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang
perokok begitu pula dengan remaja non perokok (Widianti, 2009).
Remaja mulai merokok karena pengaruh dari teman. Hal ini karena untuk
iseng, agar telihat tenang pada saat berpacaran, berani ambil resiko, karena bosan dan
tidak ada yang sedang dilakukan, dan supaya kelihatan seperti orang dewasa
(Nainggolan,1998).
D. Tinjauan Umum tentang Psikologis Remaja
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana
hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa
remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari moodsenang luar biasa
ke sedih luar biasa, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang
sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan
beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski
mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu
merupakan gejala atau masalah psikologis (Atkinson, 1999).
Masalah kesadaran diri pada masa remaja mengalami perubahan yang dramatis
dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Remaja sangat rentan terhadap pendapat
orang lain karena remaja beranggapan bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu
mengkritik. Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan diri dan citra yang
direfleksikan (self-image). Remaja cenderung beranggapan dirinya sangat unik dan
bahkan remaja percaya keunikan akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Pada
saat inilah, remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan
impian dan angan-angan terhadap kenyataan (Mappiare, 1992).
Tindakan impulsif sering dilakukan oleh sebagian remaja karena remaja tidak
sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang.
Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangungjawabkan perbuatannya, akan
tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya diri, dan mampu
bertanggung-jawab. Rasa percaya diri dan rasa tanggung-jawab inilah yang sangat
dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jati diri positif pada remaja. Bimbingan orang
yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan dalam menghadapi masalah.
-
7/30/2019 Bab i Merokok
14/19
Remaja akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh para idolanya untuk
menyelesaikan masalah. Pemilihan idola ini juga akan menjadi sangat penting bagi
remaja. Dari beberapa dimensi perubahan yang terjadi pada remaja seperti yang telah
dijelaskan diatas maka terdapat kemungkinan-kemungkinan perilaku yang bisa terjadi
pada masa ini. Diantaranya adalah perilaku yang mengundang resiko dan berdampak
negatif pada remaja. Perilaku yang mengundang resiko pada masa remaja misalnya
seperti penggunaan alkohol, tembakau dan zat lainnya, aktivitas sosial yang berganti
ganti pasangan dan perilaku menentang bahaya seperti balapan, selancar udara, dan
layang gantung. Alasan perilaku yang mengundang resiko adalah bermacammacam dan
berhubungan dengan dinamika fobia balik ( conterphobic dynamic ), rasa takut dianggap
tidak cakap, perlu untuk menegaskan identitas maskulin dan dinamika kelompok seperti
tekanan teman sebaya. (Widianti, 2009).
E. Tinjauan Umum tentang Media
Iklan yang berarti pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada
masyarakat melalui suatu media. Iklan merupakan sarana komunikasi terhadap produk
yang disampaikan melalui berbagai media dengan biaya pemrakarsa agar masyarakat
tertarik untuk menyetujui dan mengikut (Pujiyanto.2001).
Iklan merupakan media informasi yang dibuat sedemikian rupa agar dapat
menarik minat khalayak, original, serta memiliki karakteristik tertentu dan persuasif
sehingga para konsumen atau khalayak secara suka rela terdorong untuk melakukan
sesuatu tindakan sesuai dengan yang diinginkan pengiklan (Jefkins, 1997).
Tujuan iklan menurut Philip (1990) dalam Pujiyanto (2001), biasanya dibangun
atas empat komponen, yaitu: 1) Aspek perilaku, merupakan tindakan-tindakan yang
diharapkan pada calon pembeli, 2) Sikap yang diharapkan, yang menyangkut sikap atau
keistimewaan produk, 3) Kesadaran, dalam mengembangkan produk-produk baru di
pasaran merebut calon pembeli, 4) Positioning, sasaran konsumen.Beberapa tendapat
tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian periklanan dapat ditinjau dari
media, proses, gaya komunikasi, dan reaksi konsumen, yaitu:
1. Media informasi: Iklan merupakan suatu media informasi produk yang disampaikan
kepada konsumen.
2. Proses iklan: Penyampaian informasi produk yang diprakarsai produsen untuk
disampaikan melalui iklan ditujukan kepada konsumen sebagai penerima pesan.
-
7/30/2019 Bab i Merokok
15/19
3. Komunikasi persuasif: Gaya bujuk rayunya (persuasi) yang diterapkan pada iklan
mengakibatkan konsumen terbius masuk lingkaran konotasi positif terhadap produk
yang diinformasikan.
4. Reaksi Konsumen: Informasi yang jelas melalui iklan akan membuahkan reaksi atau
tindakan hingga kesadaran untuk mengkonsumsi produk yang diinformasikan.
Iklan merupakan media komunikasi persuasif yang dirancang sesuai dengan
karakter media, segmen pasar, dan kebutuhan masyarakat untuk mendapat tanggapan.
Banyaknya iklan rokok di media cetak, elektronik, dan media luar ruang telah
mendorong rasa ingin tahu remaja tentang produk rokok. Salah satu iklan yang dianggap
cukup berbahaya dan paling sering melanggar etika periklanan adalah iklan rokok.
Berdasarkan PP No. 81 tahun 1999, semua iklan rokok di Televisi dilarang. Namun,
karena pihak Televisi memprotesnya, muncul PP No.38 Tahun 2000 tentang
Pengamanan Rokok bagi Kesehatan.
Rokok digambarkan sebagai lambang kejantanan, kesuksesan, kenikmatan,
kebebasan, kedewasaan dan lain-lain. yang kesemuanya merupakan buaian yang
mengajak masyarakat untuk merokok. Berdasarkan informasi yang ada saat ini, Setiap
harinya 80-100 ribu remaja di dunia menjadi pecandu dan ketagihan rokok. Bila pola ini
terus menetap maka sekitar 250 juta anak-anak yang hidup sekarang ini akan meninggalakibat yang berhubungan dengan kebiasaan rokok. Alasan itulah, yang setidaknya
mendasari pentingnya aturan iklan rokok, karena bila tidak ada aturan yang tegas
akibatnya akan mengarah kesesuatu yang tidak dapat bayangkan dalam iklan rokok.
Pengambaran tokoh serta adegan-adegan yang menantang membuat para masyarakat
khususnya remaja dan anak-anak menirunya, iklan-iklan yang ada merangsang mereka
untuk merokok dengan bujukan yang berbeda walau dalam iklan rokok tidak
digambarkan orang merokok akan tetapi adegan-adegan yang identik denagn
keperkasaan atau kebebasan mempengaruhi mereka untuk mengkonsumsi rokok .
Remaja juga dikesankan lebih hebat bila merokok. Idola para remaja, mulai dari
penyanyi, grup hingga bintang film dilibatkan sebagai model. Industri rokok paham betul
bahwa remaja sedang berada pada tahap mencari identitas, melalui iklan ditelevisi
biasanya para Remaja meniru dan mengikuti gaya hidup idolanya. Industri rokok juga
sangat paham mengondisikan perasaan positif pada benda yang diiklankan di televisi.
Tema iklan rokok selalu menampilkan pesan positif seperti macho, bergaya, peduli, dan
setia kawan. Citra itulah yang membangun persepsi bahwa merokok bukan hal televisi.
-
7/30/2019 Bab i Merokok
16/19
Efek kultivasi memberikan kesan bahwa televisi mempunyai dampak yang sangat kuat
pada diri individu. Bahkan orang-orang yang terkena efek ini menganggap bahwa
lingkungan disekitar sama seperti yang tergambar dalam media televisi (Pujiyanto,
2009).
F. Tindakan Pencegahan Merokok
Banyak perokok tidak menyadari bahwa nikotin termasuk zat adiktif yang
menyebabkan ketergantungan layaknya heroin, kokain dan lain sebgainya. Bahaya
konsumsi rokok telah disampaikan dengan sangat jelas pada setiap bungkus rokok. Akan
tetapi konsumen rokok mengkonsumsi rokok, meski telah mengetahui bahaya penyakit-
penyakit maupun gangguan-gangguan yang disebabkan oleh rokok. Suatu modifikasi
perilaku untuk mengurangi perilaku tidak efektif, yaitu merokok.
Teknik yang digunakan untuk berhenti merokok adalah cognitive behavior,
dengan membentuk suatu group therapy cognitive behavior. Terapi ini terdiri dari
beberapa sesi, yang terdiri dari alasan merokok, ketergantungan fisik pada nikotin, dan
efikasi diri untuk berhenti merokok. Perokok mengontrol sendiri perilaku merokok
dengan mengidentifikasi pemicu merokok, mengembangkan kontrak perilaku yang telah
dibuat dan mempraktikkan stimulus kontrol dan coping strategy untuk mengatur
pencabutan simtom-simtom dan kerinduan pada rokok. Selanjutnya adalah pencegahan
untuk kembali merokok, atau bila berhenti merokok tidak tercapai, maka dibuat tahapan
dari awal lagi (Widjayanti, 2009).
Upaya prevensi berupa motivasi untuk menghentikan perilaku merokok penting
untuk dipertimbangkan dan dikembangkan. Dengan menumbuhkan motivasi dalam diri
remaja berhenti atau tidak mencoba untuk merokok, akan membuat remaja mampu untuk
tidak terpengaruh oleh godaan merokok yang datang dari teman, media massa atau
kebiasaan keluarga/orangtua.
Upaya pencegahan merokok dapat dilakukan dengan melakukan kampanye anti
rokok. Kampanye anti merokok ini dilakukan dengan cara membuat berbagai poster, film
dan diskusi-diskusi tentang berbagai aspek yang berhubungan dengan merokok. Lahan
yang digunakan untuk kampanye ini adalah sekolah-sekolah, televisi atau radio.
Agar remaja dapat memahami pesan-pesan yang disampaikan, maka dalam
kampanye anti merokok perlu disertai dengan beberapa pelatihan, seperti:
-
7/30/2019 Bab i Merokok
17/19
a. Ketrampilan berkomunikasi.
b. Kemampuan untuk membuat keputusan sendiri.
c. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan rasa cemas/anxietas.
d. Pelatihan untuk berperilaku assertif.
e. Kemampuan untuk menghadapi tekanan dari kelompok sebaya, dan lain-lain.
Pesan-pesan yang disampaikan melalui cara-cara diatas, remaja akan diajak untuk
dapat memiliki kemampuan dan kepercayaan diri dalam menolak berbagai godaan untuk
merokok, baik yang datang dari media massa, teman sebaya maupun dari keluarga.
Melarang, menghukum, atau pun memaksa remaja untuk tidak merokok hanya akan
memberikan dampak yang relatif singkat karena tidak didasari oleh motivasi internal si
remaja (William, 2009).
G. Kerangka Konseptual
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang ditemui dalam kehidupan sehari-
hari. Gaya hidup ini menarik sebagai suatu masalah kesehatan, minimal dianggap
sebagai faktor risiko dari suatu penyakit tidak menular. Menjadi perokok berat
merupakan hasil dari proses eksperimen yang umumnya dimulai sejak masa remaja. Ada
banyak alasan yang melatar belakangi perilaku merokok pada remaja. Secara umum
perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya perilakumerokok selain disebabkan oleh faktor-faktor dari dalam diri, juga disebabkan faktor
lingkungan.
-
7/30/2019 Bab i Merokok
18/19
Adapun penjabaran dari hal tersebut diatas dapat dilihat dalam bagan sebagai
berikut :
Keterangan:
= Variabel diteliti
Gambar 2. Bagan Kerangka Konseptual
Mulai Merokok
Alasan Merokok
Lingkungan
Sosial
Jumlah Rokok
Yang Dihisap
Psikologis
Kebiasaan
Merokok
Jumlah Siswa
yang Merokok
-
7/30/2019 Bab i Merokok
19/19