Download - BAB I

Transcript

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang MasalahDesa siaga adalah salah satuupaya pemerintah dalam rangka pencapaian visi Indonesia sehat, yang intinya adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat. Salah satu indicator keberhasilan desa siaga dinilai dari dampak yang dihasilkan dari kegiatan-kegiatan yang dijalankan oleh desa siaga, antara lain: Jumlah penderita sakit, jumlah penderita gangguan jiwa, angka kematian ibu, bayi dan balita dan jumlah balita gizi buruk. Dengan mengetahui parameter-parameter tersebut, maka dapat diketahui tingkat keberhasilan desa siaga yang telah bejalan. Desa yang mempunyai Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau Upaya kesehatan bersumberdaya Masyarakat (UKBM) berfungsi sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan, surveilance berbasis masyarakat yang meliputi gizi, penyakit, lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).Tujuandaridiadakannyadesasiagayaituantara lain: Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan.Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah, kegawadaruratan dan sebagainya). Peningkatan kesehatan lingkungan di desa. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong diri sendiri di bidang kesehatan.Namunbanyakmasyarakat yang belummengetahuidanmemahamisecaramendalamtentangdesasiaga. Maka dari masalah tersebut penulis menyusun materi untuk menambah wawasan pembaca dan sebagai sarana bahan belajar untuk mahasiswa tentang desa siaga.

1.2 Rumusan Masalah1. Apakah pengertian desa siaga?2. Apakah tujuan umum dan tujuan khusus desa siaga?3. Bagaimana perkembangan desa siaga?4. Apakah program- program yang terdapat dalam desa siaga?5. Bagaimana Pelaksanaan desa siaga?6. Bagaimana peran jajaran kesehatan dan pemangku kepentingan terkait?7. Apakah ciri-ciri desa siaga?8. Bagaimana sasaran pengembangan desa siaga? 9. Bagaimana kriteria pengembangan desa siaga?10. Bagaimana keberhasilan program desa siaga?

1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dari desa siaga2. Untuk mengetahui tujuan umum dan tujuan khusus desa siaga3. Untuk mengetahui perkembangan desa siaga4. Untuk mengetahui program- program yang terdapat dalam desa siaga?5. Untuk mengetahui Pelaksanaan desa siaga?6. Untuk mengetahui peran jajaran kesehatan dan pemangku kepentingan terkait7. Untuk mengetahui ciri-ciri dari siaga 8. Untuk mengetahui sasaran pengembangan desa siaga9. Untuk mengetahui kriteria pengembangan desa siaga10. Untuk mengetahui keberhasilan program desa siaga

1.4 Manfaat PenulisanBerdasarkan tujuan diatas, maka penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat, sebagai berikut:0. Manfaat UmumMemberikan sumbangan pemikiran untuk memperkaya wawasan dan pengetahuan tentang materidesasiaga.0. Manfaat Khusus1. Bagi pembacaMateri ini diharapkan dapat mempermudah pembaca dalam memahami materi yang di sajikan. Selain itu pembaca materi ini diharapkan mampu menerima semua materi yang disampaikan.1.4.2.2 Bagi penulisDapat memperluas kaidah-kaidah pengetahuan serta sumber ajar yang berguna dalam proses pembelajaran khususnya pada materidesasiaga.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pengertian Desa SiagaMasyarakat hukum yang memiliki batas batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan serta kemauan untuk untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana, dan kegawadaruratan, kesehatan secara mandiri.Desa yang dimaksud di sini adalah kelurahan atau istilah lain bagi kesatuan mengurus kepentingan yang diakui dan dihormati dalam Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia.Desa yang mempunyai Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau Upaya kesehatan bersumberdaya Masyarakat (UKBM) lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan, surveilance berbasis masyarakat yang meliputi gizi, penyakit, lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

2.2 Tujuan Umum, Tujuan Khusus Desa SiagaTujuan umum desa siaga adalah terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli, tanggap dan mampu mengenali, mencegah, serta mengatasi terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya yang dihadapi secara mandiri, sehingga derajat kesehatannya meningkatTujuan khususnya adalah sebagai berikut : Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan. Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah, kegawadaruratan dan sebagainya) Peningkatan kesehatan lingkungan di desa. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong diri sendiri di bidang kesehatan. Mengembangan kebijakan pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif di Pemerintahan Desa atau Kelurahan Meningkatkan komitmen dan kerjasama semua perangkat Desa atau Kelurahan dan organisasi kemasyarakatan untuk pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar di desa atau kelurahan. Mengembangkan UKBM dan melaksanaan survailans berbasis masyarakat (meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu, dan anak, lingkungan, dan perilaku), penanggulangan bencana dan kedaruratan kesehatan, serta penyehatan lingkungan. Meningkatkan ketersediaan sumber daya manusia, dana, maupun sumber daya lain, yang berasal dari Pemerintah Desa atau Kelurahan, masyarakat dan swasta/dunia usaha, untuk pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga.

2.3 Perkembangan Desa SiagaDesa siaga kini lebih dikenal dengan nama Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Landasan hukumnya Keputusan Menteri Kesehatan No 564/Menkes/SK/ VIII/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga. Kemudian program ini direvitalisasi guna mengakselerasi pencapaian target Desa Siaga Aktif pada tahun 2015. Landasan hukumnya Keputusan Menteri Kesehatan No 1529/Menkes/SK/X/2010 tentang Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Berikut beberapa ulasan tentang desa dan kelurahan siaga aktif.A. Komponen Desa dan Kelurahan Siaga Aktif1. Pelayanan kesehatan dasar. 2. Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UKBM dan mendorong upaya survailans berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan.3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).B. Manfaat Desa dan Kelurahan Siaga Aktif1. Bagi Masyarakat: Mudah mendapatkan pelayanan kesehatan dasar. Peduli, tanggap dan mampu mengenali, mencegah dan mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi. Tinggal di lingkungan yang sehat. Mampu mempratikkan PHBS. Tokoh masyarakat dan kader berperan aktif memberdayakan dan menggerakkan masyarakat. 2. Bagi Puskesmas: Meningkatkan cakupan program kesehatan Optimalisasi fungsi Puskesmas. Menurunkan angka kesakitan dan kematian. Meningkatkan citra Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan.3. Bagi Pemerintah Kecamatan: Alokasi dana pembangunan tidak banyak digunakan untuk pelayanan kuratif, melainkan untuk promotif dan preventif. Terciptanya pembangunan berwawasan kesehatan di kecamatan. Mempercepat terwujudnya Kecamatan Sehat. Meningkatkan citra Pemerintah Kecamatan.C. Kriteria Desa dan Kelurahan Siaga Aktif1. Kepedulian Pemerintah Desa atau Kelurahan dan pemuka masyarakat terhadap Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang tercermin dari kesadaran dan keaktifan Forum Desa dan Kelurahan. 2. Keberadaan Kader Pemberdayaan Masyarakat/Kader Kesehatan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. 3. Kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang buka atau memberikan pelayanan setiap hari. 4. Keberadaan UKBM yang dapat melaksanakan (a) survailans berbasis masyarakat, (b) kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana, (c) penyehatan lingkungan.5. Tercakupnya pendanaan untuk pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dalam Anggaran Pembangunan Desa atau Kelurahan serta dari masyarakat dan dunia usaha.6. Peran serta aktif masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan kesehatan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. 7. Peraturan di desa atau kelurahan yang melandasi dan mengatur tentang pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga AKtif. 8. Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga.D. Latar Belakang Desa dan Kelurahan Siaga AktifProgram Desa dan Kelurahan Siaga Aktif diluncurkan dalam rangka mendukung pencapaian visi Pembangunan Nasional 2005- 2025 yaitu Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur. Untuk mencapai itu, pembangunan kesehatan perlu mendapat prioritas. Upaya Pemerintah dimulai dengan gerakan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) pada era 1970an-1980an. Masa kejayaan tersebut hendak diulang dan dibangkitkan kembali melalui gerakan pengembangan dan pembinaan Desa Siaga yang sudah dimulai pada tahun 2006 melalui Keputusan Menteri Kesehatan No 564/ Menkes/SK/VIII/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga. Sampai dengan tahun 2009 tercatat 42.295 desa dan kelurahan (56,1%) dari 75.410 desa dan kelurahan yang ada di Indonesia telah memulai sebuah proses mewujudkan Desa Siaga dan Kelurahan Siaga. Untuk mencapai target Desa Siaga Aktif pada tahun 2015, dilakukanlah revitalisasi. Melalui Peraturan Menteri Kesehatan No 741/ Menkes/Per/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten dan Kota dan Keputusan Menteri Kesehatan No 828/Menkes/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di kabupaten dan kota, Pemerintah menetapkan bahwa pada tahun 2015 sebanyak 80% desa telah menjadi Desa dan Kelurahan Siaga AktifE. Langkah-Langkah Desa SiagaUpaya pemecahan suatu masalah dilestarikan & masalah berikutnya dipecahkan, dst. Pengenalan kondisi Desa atau Kelurahan oleh Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM), lembaga kemasyarakatan, dan Perangkat Desa/Kelurahan, dilakukan dan hasil analisis situasi perkembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, yang sudah dapat atau belum dapat dipenuhi oleh Desa atau Kelurahan yang bersangkutan.1. Pengenalan Kondisi Desa/Kelurahan Pengenalan kondisi Desa atau Kelurahan oleh Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM), lembaga kemasyarakatan, dan Perangkat Desa/Kelurahan, dilakukan dan hasil analisis situasi perkembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, yang sudah dapat atau belum dapat dipenuhi oleh Desa atau Kelurahan yang bersangkutan.2. Identifikasi Masalah Kesehatan dan PHBSDengan mengkaji Profil/Monografi Desa/Kelurahan, dan hasil analisis situasi kesehatan melalui Survai Mawas Diri (SMD). SMD merupakan pengumpulan data oleh kader, tokoh masyarakat, anggota Forum Desa yang terlatih dengan menggunakan daftar pertanyaan yang sudah disepakati Forum Desa. Melalui SMD, dapat diidentifikasi:1. Masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat dan prioritas penanganannya.2. Penyebab masalah kesehatan dan perilaku masyarakat.3. Potensi yang dimiliki desa/kelurahan4. UKBM yang ada dan harus diaktifan kembali/dibentuk baru.5. Bantuan/dukungan yang diharapkan: apa bentuknya, berapa banyak, dari mana kemungkinan didapat (sumber), dan bilamana dibutuhkan.3. Musyawarah Desa/Kelurahan Musyawarah Desa/Kelurahan dapat dilakuan secara berjenjang dengan terlebih dulu menyelenggarakan Musyawarah Dusun atau Rukun Warga. Musyawarah Desa diselenggarakan dengan menyajikan hasil analisis data hasil kajian Profil Desa/Kelurahan dan atau hasil SMD. Musyawarah Desa/Kelurahan bertujuan: Menyosialisasikan masalah kesehatan yang dihadapi. Mencapai kesepakatan urutan prioritas. Mencapai kesepakatan tentang UKBM yang dibentuk baru atau diaktifkan kembali. Memantapkan data potensi desa untuk sumber bantuan/dukungan yang diperlukan. Menggalang semangat dan partisipasi warga untuk mendukung pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga AktifSetelah diperoleh kesepakatan dari warga, KPM dan lembaga kemasyarakatan mengadakan pertemuan gunamenyusun rencana pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif untuk dimasukkan ke dalam Rencana Pembangunan Desa/Kelurahan.4. Perencanaan PartisipatifRencana pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif mencakup: UKBM yang akan dibentuk baru atau diaktifkan kembali. Sarana yang akan dibangun baru atau direhabilitasi (misalnya Poskesdes, Polindes, sarana air bersih, jamban keluarga, dll). Kegiatan yang akan dilaksanakan dan biaya operasionalnya. Hal-hal yang dapat dilaksanakan dengan swadaya masyarakat dan atau bantuan dari donatur (misalnya swasta), disatukan dalam dokumen tersendiri. Sedangkan hal-hal yang memerlukan dukungan Pemerintah dimasukkan ke dalam dokumen Musrenbang Desa atau Kelurahan untuk diteruskan ke Musrenbang Kecamatan dan Kabupaten/Kota.5. Pelaksanaan Kegiatana. Kegiatan yang mendapat dukungan dana dari pemerintah memerlukan proses Musrenbang.b. Kegiatan dapat dimulai dengan membentuk UKBM-UKBM, menetapkan kader-kader pelaksanaannya.c. Pelaksanaan kegiatan yang tidak memerlukan biaya operasional seperti promosi kesehatan melalui Dasawisma, pertemuan Rukun Tetangga, pertemuan Rukun Warga/ Dusun, atau forum-forum kegiatan kemasyarakatan dan keagamaan.d. Tim pelaksana kegiatan bertanggung jawab mengenai realisasi fisik, keuangan, dan administrasi kegiatan yang dilakukan, sesuai dengan rencana,e. Apabila dibutuhkan barang berupa bahan dan alat yang tidak dapat disediakan/dilakukan sendiri oleh masyarakat, maka Dinas Kesehatan melalui Puskesmas dapat membantu masyarakat untuk menyediakan barang/jasa tersebut.f. Pencatatan dan pelaporan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk teknis dari Kemendagri.g. Pelatihan teknis, termasuk kursus-kursus penyegaran, bagi para kader pelaksana UKBM menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh Dinas Kesehatan Provinsi untuk melaksanakannya, dengan mengacu kepada petunjuk teknis yang dibuat oleh Kemendagri dan Kemenkes.h. Pembinaan kelestarian Desa/Kelurahan Siaga Aktif tugas dari KPM, Kepala Desa/Lurah, Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat.i. Pertemuan berkala dan kursus penyegaran bagi para kader, termasuk KPM, juga dikembangkan cara lain melalui program Kelompencapir dan Perpustakaan Desa/Kelurahan.6. Pembinaan Kegiatan Pembinaan kelestarian juga dilaksanakan terintegrasi dengan penyelenggaraan Perlombaan Desa dan Kelurahan yang diselenggarakan setiap tahun ke tingkat Nasional. Pembinaan kelestarian juga diselenggarakan pencatatan dan pelaporan perkembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang berjalan secara berjenjang dan terintegrasi dengan Sistem Informasi Pembangunan Desa yang diselenggarakan oleh Kemendagri.

2.4 Program-Program yang Terdapat Dalam Desa SiagaInti dari kegiata Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat.Oleh karena itu dalam pengembangannya diperlukan langkah-langkah pendekatan edukatif. Yaitu upaya mendampingi (memfasilitasi) masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran yang berupa proses pemecahan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya.Untuk menuju Desa Siaga perlu dikaji berbagai kegiatan bersumberdaya masyarakat yang ada dewasa ini seperti Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Dana Sahat, Siap-Antar-Jaga, dan lain-lain sebagai embrio atau titik awal pengembangan menuju Desa Siaga. Dengan demikian, mengubah desa menjadi Desa Siaga akan lebih cepat bila di desa tersebut telah ada berbagai Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM).1. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) Dalam Desa Siagaa. Pengertian PoskendesPoskesdes adalah upaya UKBM yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan / menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa. Poskesdes dapat dikatakan sebagai sarana kesehatan yang merupakan pertemuan antara upaya-upaya masyarakat dan dukungan pemerintah. Pelayanannya meliputi upaya-upaya promotif, preventif, dan kuratif yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (terutama bidan) dengan melibatkan kader atau tenaga sukarela lainnya.b. Kegiatan PoskendesPoskesdes diharapkan dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat desa, sekurang-kurangnya: Pengamatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, dan faktor-faktor resikonya (termasuk status gizi) serta kesehatan ibu hamil yang beresiko. Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, serta faktor-faktor resikonya (termasuk kurang gizi). Kesiapsiagaan dan penanggualangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan. Pelayanan medis dasar, sesuai dengan kompetensinya. Kegiatan-kegiatan lain, yaitu promosi kesehatan untuk peningkatan keluarga sadar gizi, peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), penyehatan lingkungan, dan lain-lain, merupakan kegiatan pengembangan.Poskesdes juga diharapkan sebagai pusat pengembangan atau revitalisasi berbagai UKBM lain yang dibutuhkan masyarakat desa (misalnya Warung Obat Desa, Kelompok Pemakai Air, Arisan Jamban Keluarga dan lain-lain). Dengan demikian, Poskesdes sekaligus berperan sebagai coordinator dan UKBM-UKBM tersebut.c. Sumber Daya PoskendesPoskesdes diselenggarakan oleh tenaga kesehatan (minimal seorang bidan), dengan dibantu oleh sekurang-kurangnya dua orang kader.Untuk menyelenggarakan Poskesdes harus tersedia sarana fisik bangunan, perlengkapan, dan peralatan kesehatan. Guna kelancaran komunikasi dengan masyarakat dan dengan sarana kesehatan (khususnya Puskesmas), Poskesdes seyogyanya memiliki juga sarana komunikasi (telepon, ponsel, atau kurir).Pembangunan saranan fisik Poskesdes dapat dilaksanakan melalui berbagai cara, yaitu dengan urutan alternative sebagai berikut:a.Mengembangkan Pondok Bersalin Desa (Polindes) yang telah ada menjadi Poskesdes.b.Memanfaatkan bangunan yang sudah ada, yaitu misalnya Balai RW, Balai Desa, Bali Pertemuan Desa, dan lain-lain.c.Membangun baru, yaitu dengan pendanaan dari Pemerintah (Pusat atau Daerah), donator, dunia usaha, atau swadaya masyarakat.

2.5 Pelaksanaan Desa Siaga1. PersiapanDalam tahap persiapan, hal-hal yang perlu dilakukan adalah: Pusat: Penyusunan pedoman. Pembuatan modul-modul pelatihan. Penyelenggaraan Pelatihan bagi Pelatih atauTraining of Trainers(TOT). Provinsi: Penyelenggaraan TOT (tenaga kabupaten / Kota). Kabupaten / Kota: Penyelenggaraan pelatihan tenaga kesehatan. Penyelenggaraan pelatihan kader.2. PelaksanaanDalam tahap pelaksanaan, hal-hal yang perlu dilakukan adalah: Pusat: Penyediaan dana dan dukungan sumber daya lain. Provinsi: Penyediaan dana dan dukungan sumber daya lain. Kabupaten / Kota: Penyediaan dana dan dukungan sumber daya lain. Penyiapan Puskesmas dan Rumah Sakit dalam rangka penanggualangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan. Kecamatan: Pengembangan dan Pembinaan Desa Siaga.3. Pemantauan dan EvaluasiDalam tahap pemantauan dan evaluasi, hal-hal yang perlu dilakukan adalah: Pusat: Memantau kemajuan dan mengevaluasi keberhasilan pengembangan Desa Siaga. Provinsi: Memantau kemajuan pengembangan Desa Siaga. Melaporkan hasil pemantauan ke pusat. Kabupaten / Kota: Memantau kemajuan pengembangan Desa Siaga. Melaporkan hasil pemantauan ke Provinsi. Kecamatan: Melakukan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS). Melaporkan pengembangan ke Kabupaten /Kota.4. Pendekatan Pengembangan Desa SiagaPengembangan Desa Siaga dilaksanakan dengan membantu / memfasilitasi masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran melalui siklus atau spiral pemecahan masalah yang terorganisasi (pengorganisasian masyarakat), yaitu dengan menempuh tahap-tahap: Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, dan sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah. Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif-alternatif pemecahan masalah Menetapkan alternative pemecahan masalah yang layak, merencanakan dan melaksanakannya. Memantau, mengevaluasi dan membina kelestarian upaya-upaya yang telah dilakukan.

Meskipun di lapangan banyak variasi pelaksanaanya, namun secara garis besar langkah-langkah pokok yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut:a. Pengembangan Tim PetugasLangkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum kegiatan-kegiatan lainnya dilaksanakan. Tujuan langkah ini adalah mempersiapkan para petugas kesehatan yang berada di wilayah Puskesmas, baik petugas teknis maupun petugas administrasi. Persiapan pada petugas ini bisa berbentuk sosialisasi, pertemuan atau pelatihan yang bersifat konsolidasi, yang disesuaikan dengan kondisi setempat.Keluaran (output) dan langkah ini adalah para petugas yang memahami tugas dan fungsinya, serta siap bekerjasama dalam satu tim untuk melakukan pendekatan kepada pemangku kepentingan masyarakat.b. Pengembangan Tim di MasyarakatTujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan para petugas, tokoh masyarakat, serta masyarakat, agar mereka tahu dan mau bekerjasama dalam satu tim untuk mengembangkan Desa Siaga.Dalam langkah ini termasuk kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan, agar mereka mau memberikan dukungan, baik berupa kebijakan atau anjuran, serta restu, maupun dana atau sumber dana yang lain, sehingga pembangunan Desa Siaga dapat berjalan dengan lancar. Sedangkan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat bertujuan agar mereka memahami dan mendukung, khususnya dalam membentuk opini publik guna menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan Desa Siaga.Jadi dukungan yang diharapkan dapat berupa dukungan moral, dukungan financial atau dukungan material, sesuai kesepakatan dan persetujuan masyarakat dalam rangka pengembangan Desa Siaga.Jika di daerah tersebut telah terbentuk wadah-wadah kegiatan masyarakat di bidang kesehatan seperti Konsil Kesehatan Kecamatan atau Badan Penyantun Puskesmas, Lembaga Pemberdayaan Desa, PKK, serta organisasi kemasyarakatan lainnya, hendaknya lembaga-lembaga ini diikut sertakan dalam setiap persemuan dan kesepakatan.c. Survei Mawas DiriSurvey Mawas Diri (SMD) atau Telaah Mawas Diri (TMD) atau Community Self Survey (CSS) bertujuan agar pemuka-pemuka masyarakat mampu melakukan telaah mawas diri untuk desanya. Survey ini harus dilakukan oleh pemuka-pemuka masyarakat setempat dengan bimbingan tenaga kesehatan. Dengan demiian, mereka menjadi sadar akan permasalahan yang dihadapi di desanya, serta bangkit niat dan tekad untuk mencari solusinya, termasuk membangun Poskesdes sebagai upaya mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa. Untuk itu, sebelumnya perlu dilakukan pemilihan dan pembekalan keterampilan bagi mereka.Keluaran atau output dan SDM ini berupa identifikasi masalah-masalah kesehatan serta daftar potensi di desa yang dapat didayagunakan dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan tersebut, termasuk dalam rangka membangun Poskesdes.d. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)Tujuan penyelenggaraaan musyawarah masyarakat desa (MMD) ini adalah mencari alternative penyelesaian masalah kesehatan dan upaya membangun Poskesdes, diakitkan dengan potensi yang dimiliki desa. Di samping itu, juga untuk menyusun rencana jangka panjang pengembangan Desa Siaga.Inisiatif penyelenggaraan musyawarah sebaiknya berasal dari tokoh masyarakat yang telah sepakat mendukung pengembangan Desa Siaga. Peserta musyawarah adalah tokoh-tokoh masyarakat, termasuk tokoh-tokoh perempuan dan generasi muda setempat. Bahkan sedapat mungkin dilibatkan pula kalangan dunia usaha yang mau mendukung pengembangan Desa Siaga dan kelestariannya (untuk itu diperlukan advokasi).Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD disajikan, utamanya dalah daftar masalah kesehatan, data potensial, serta harapan masyarakat. Hasil pendataan tersebut dimusyawarahkan untuk penentuan prioritas, dukungan dan kontribusi apa yang dapat disumbangkan oleh masing-masing individu / institusi yang diwakilinya, serta langkah-langkah solusi untuk pembangunan Poskesdes dan pengembangan masing-masing Desa Siaga.5. Pelaksanaan KegiatanSecara operasional pembentukan Desa Siaga dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:a. Pemilihan Pengurus dan Kader Desa SiagaPemilihan pengurus dan kader Desa Siaga dilakukan melalui pertemuan khusus para pemimpin formal desa dan tokoh masyarakat serta beberapa wakil masyarakat. Pemilihan dilakukan secara musyawarah dan mufakat, sesuai dengan tata cara dan kriteria yang berlaku, dengan difasilitasi oleh Puskesmas.b. Orientasi / Pelatihan Kader Desa SiagaSebelum melaksanakan tugasnya, kepada pengelola dan kader desa yang telah ditetapkan perlu diberikan orientasi atau pelatihan.Orientasi / pelatihan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota sesuai dengan pedoman orientasi / pelatihan yang berlaku. Materi orientasi / pelatihan yang berlaku. Materi orientasi / pelatihan mencakup kegiatan yang akan dilaksanakan di desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga (sebagaiman telah dirumuskan dalam Rencana Operasional). Yaitu meliputi pengelolaan Desa Siaga secara umum, pembangunan dan pengelolaan Poskesdes, pengembangan dan pengelolaan UBKM lain, serta hal-hal penting terkait seperti kehamilan dan persalinan sehat, Siap-Antar-Jga, Keluarga Sadar Gizi, Posyandu, kesehatan lingkungan, pencegahan penyakit menular, penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB-PLP), kegawatdaruratan sehari-hari, kesiap-siagaan bencana, kejadian luar biasa, warung obat desa (WOD), dversifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan melalui Taman Obat Keluarga (TOGA), kegiatan surveilans, PHS, dan lain-lain.c. Pengembangan Poskesdes dan UKBM lainDalam hal ini, pembangunan Poskesdes bisa dikembangkan dari Polindes yang sudah ada.Apabila tidak ada Polindes, maka perlu dibahas dan dicantumkan dalam rencana kerja tentang alternative lain pembangunan Poskesdes. Dengan demikian diketahui bagaimana Poskesdes tersebut akan diadakan , membangun baru dengan fasilitas dari pemerintah, membangun baru dengan bantuan dari donator, membangun baru dengan swadaya masyarakat, atau memodifikasi bangunan lain yang ada.Bilamana Poskesdes sudah berhasil diselenggarakan, kegiatan dilanjutkan dengan membentuk UKBM-UKBM yang diperlukan dan belum ada di desa yang bersangkutan, atau merevitalisasi yang sudah ada tetapi kurang / tidak aktif.d. Penyelenggaraan Kegiatan Desa SiagaDengan telah adanya Poskesdes, maka desa yang bersangkutan telah dapat ditetapkan sebagai Desa Siaga. Setelah Desa Siaga resmi dibentuk, dilanjutkan dengan pelaksanaan kegiatan Poskesdes secara rutin, yaitu pengembangan sistem surveilans berbasis masyarakat, pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawat-daruratan dan bencana, pemberantasan penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB., penggalangan dana, pemberdayaan masyarakat menuju KADARZI dan PHBS, penyehatan lingkungan, serta pelayanan kesehatan dasar (bila diperlukan). Selain itu, diselenggarakan pula pelayanan UKBM-UKBM lain seperti Posyandu dan lain-lain dengan berpedoman kepada panduan yang berlaku.Secara berkala kegiatan Desa Siaga dibimbing dan dipantau oleh Puskesmas, yang hasilnya dipakai sebagai masukan untuk perencanaan dan pengembangan Desa Siaga selanjutnya secara lintas sektoral.6. Pembinaan dan PeningkatanMengingat permasalahan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kinerja sektor lain, serta adanya keterbatasan sumber daya, maka untuk memajukan Desa Siaga perlu adanya pengembangan jejaring kerjasama dengan berbagai pihak. Perwujudan dan pengembangan jejaring Desa Siaga dapat dilakukan melalui Temu Jejaring UKBM secara internal di dalam desa sendiri dan atau Temu Jejaring antar Desa Siaga (minimal sekali dalam setahun). Upaya ini selain untuk memantapkan kerjasama, juga diharapkan dapat menyediakan wahana tukar-menukar pengalaman dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi bersama. Yang juga tidak kalah pentingnya adalah pembinaan jejaring lintas sektor, khususnya dengan program-program pembangunan yang bersasaran Desa.Salah satu kunci keberhasilan dan kelestarian Desa Siaga adalah keaktifan para kader. Oleh karena itu, dalam rangka pembinaan perlu dikembangkan upay-upayauntuk memenuhi kebutuhan para kader agar tidak drop out. Kader-kader yang memiliki motivasi memuaskan kebutuhan sosial psikologinya harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan kreatifitasnya. Sedangkan kader-kader yang masih dibebani dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya, harus dibantu untuk memperoleh pendapatan tambahan, misalnya dengan pemberian gaji / intensif atau difasilitasi agar dapat berwirausaha.Untuk dapat melihat perkembangan Desa Siaga, perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi. Berkaitan dengan itu, kegiatan-kegiatan di Desa Siaga perlu dicatat oleh kader, misalnya dalam Buku Register UKBM (contohnya: kegiatan Posyandu dicatat dalam buku Register Ibu dan Anak Tingkat Desa atau RIAD dalam Sistem Informasi Posyandu).

2.6 Peran Jajaran Kesehatan dan Pemangku Kepentingan Terkait1. Peran Jajaran Kesehatana. Peran PuskesmasDalam rangka pengembangan Desa Siaga, Puskesmas merupakan ujung tombak dan bertugas ganda yaitu sebagai penyelenggara PONED dan penggerak masyarakat desa. Namun demikian, dalam menggerakkan masyarakat desa, Puskesmas akan dibantu oleh Tenaga Fasilitator dari Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota yang telah dilatih Provinsi. Adapun peran Puskesmas adalah sebagai berikut:1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar, termasuk Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED).2. Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim tingkat kecamatan dan desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga.3. Memfasilitasi pengembangan Desa Siaga dan Poskesdes.4. Melakukan monitoring Evaluasi dan pembinaan Desa Siaga.

b. Peran Rumah SakitRumah Sakit memegang peranan penting sebagai sarana rujukan dan pembina teknis pelayanan medik.Oleh karena itu, dalam hal ini peran Rumah Sakit adalah:1. Menyelenggarakan pelayanan rujukan, termasuk Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK).2. Melaksanakan bimbingan teknis medis , khususnya dalam rangka pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan dan bencana di Desa Siaga.3. Menyelenggarakan promosi kesehatan di Rumah Sakit dalam rangka pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan dan bencana.c.Peran Dinas Kesehatan Kabupaten / KotaSebagai penyedia dan pembina Puskesmas dan Rumah Sakit, peran Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota meliputi:1. Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di tingkatKabupaten / Kota dalam rangka pengembangan Desa Siaga.2. Merevitalisasi Puskesmas dan jaringannya sehingga mampu menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar dengan baik, termasuk PONED, dan pemberdayaan masyarakat.3. Merevitalisasi Rumah Sakit sehingga mampu menyelenggarakan pelayanan rujukan dengan baik, termasuk PONEK, dan promosi kesehatan di Rumah Sakit.4. Merekrut / menyediakan calon-calaon fasilitator untuk dilatih menjadi Fasilitator Pengembangan Desa Siaga.5. Menyelenggarakan pelatihan bagi petugas kesehatan dan kader.6. Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku kepentingan) tingkat Kabupaten / Kota dalam rangka pengembangan Desa Siaga.7. Bersama Puskesmas melakukan pemantauan, evaluasi dan bimbingan teknis terhadap Desa Siaga.8. Menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian Desa Siaga.d.Peran Dinas Kesehatan ProvinsiSebagai penyedia dan pembina Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota, Dinas Kesehatan Provinsi berperan:1. Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di tingkat provinsi dalam rangka pengembangan Desa Siaga.2. Membantu Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota mengembangkan kemampuan melalui pelatihan-pelatihan teknis, dan cara-cara lain.3. Membantu Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota mengembangkan kemampuan Puskesmas dan Rumah Sakit di bidang konseling, kunjungan rumah, dan pengorganisasian masyarakat serta promosi kesehatan, dalam rangka pengembangan Desa Siaga.4. Menyelenggarakan pelatihan Fasilitator Pengembangan Desa Siaga dengan metode kalakarya(interrupted training).5. Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku kepentingan) tingkat provinsi dalam rangka pengembangan Desa Siaga.6. Bersama Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota melakukan pemantauan, evaluasi dan bimbingan teknis terhadap Desa Siaga.7. Menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian Desa Siaga.e.Peran Departemaen KesehatanSebagai aparatur tingkat Pusat, Departemaen Kesehatan berperan dalam:1. Menyusun konsep dan pedoman pengembangan Desa Siaga, serta mensosialisasikan dan mengadvokasikannya.2. Memfasilitasi revitalisasi Dinas Kesehatan, Puskesmas, Rumah Sakit, serta Posyandu dan UKBM-UKBM lain.3. Memfasilitasi pembangunan Poskesdes dan pengembangan Desa Siaga.4. Memfasilitasi pengembangan sistem surveilans, sistem informasi / pelaporan, serta sistem kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan dan bencana berbasis masyarakat.5. Memfasilitasi ketersediaan tenaga kesehatan untuk tingkat desa.6. Menyelenggarakan pelatihan bagi pelatih (TOT).7. Menyediakan dana dan dukungan sumber daya lain.8. Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi.

2. Peran Pemangku Kepentingan TerkaitPemangku kepentingan lain, yaitu para pejabat Pemerintah Daerah, pejabat lintas sektor, unsur-sunsur organisasi / ikatan profesi, pemuka masyarakat, tokoh-tokoh agama, PKK, LSM, dunia usaha, swasta dan lain-lain, diharapkan berperan aktif juga di semua tingkat administrasi.a.Pejabat-pejabat Pemerintah Daerah1. Memberikan dukungan kebijakan, sarana dan dana untuk penyelenggaraan Desa Siaga.2. Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan Poskesdes / Puskesmas / Pustu dan berbagai UBKM yang ada (Posyandu, Polindes, dan lain-lain).3. Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan Desa Siaga secara teratur dan lestari.b. Tim Penggerak PKK1. Berperan aktif dalam pengembangan dan penyelenggaraan UBKM di Desa Siaga (Posyandu dan lain-lain).2. Menggerakkan masyarakat untuk mengelola, menyelenggarakan dan memanfaatka UBKM yang ada.3. Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan dalam rangka menciptakan kadarzi dan PHBSc. Tokoh Masyarakat1. Menggali sumber daya untuk kelangsungan penyelenggaraanDesa Siaga.2. Menaungi dan membina kegiatanDesa Siaga.3. Menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatanDesa Siaga.

d. Organisasi Kemasyarakatan / LSM / Dunia Usaha / Swastas1. Beperan aktif dalam penyelenggaraan Desa Siaga.2. Memberikan dukungan sarana dan dana untuk pengembangan dan penyelenggaraan Desa Siaga

2.7 Ciri-Ciri dari Desa Siaga1. Minimal Memiliki pos kesehatan desa yang berfungsi memberi pelayanan dasar ( dengan sumberdaya minimal 1 tenaga kesehatan dan sarana fisik bangunan, perlengkapan & peralatan alat komunikasi ke masyarakat & ke puskesmas )2. Memiliki sistem gawat darurat berbasis masyarakat3. Memiliki sistem pembiayaan kesehatan secara mandiri4. Masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat

2.8 Sasaran Pengembangan Desa SiagaSasaran pengembangan desa siaga adalah mempermudah strategi intervensi, sasaran ini dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut :1. Semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat, peduli, dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya2. Pihak- pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan pemuda, kader serta petugas kesehatan3. Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan memberi dukungan kebijakan, peraturan perundang undangan, dana, tenaga, sasaran, dll, seperti kepala desa, camat, pejabat terkait, LSM, swasta, donatur, dan pemilik kepentingan lainnya.

2.9 Kriteria Pengembangan Desa SiagaDalam pengembangan desa siaga akan meningkat dengan membagi menjadi empat kriteria.a. Tahap bina. Tahap ini forum masyarakat desa mungkin belum aktif, tetapi telah ada forum atau lembaga masyaratak desa yang telah berfungsi dalam bentuk apa saja misalnya kelompok rembuk desa, kelompok pengajian, atau kelompok persekutuan doa.b. Tahap tambah. Pada tahap ini, forum masyarakat desa talah aktif dan anggota forum mengembangkan UKBM sesuai kebutuhan masyarakat , selain posyandu. Demikian juga dengan polindes dan posyandu sedikitnya sudah oada tahap madya.c. Tahap kembang. Pada tahap ini, forum kesehatan masyarakat telah berperan secara aktif,dan mampu mengembangkan UKBMsesuai kebutuhan dengan biaya berbasis masyarakat.Jika selama ini pembiyaan kesehatan oleh masyarakat sempat terhenti karena kurangnya pemahaman terhadap sistem jaminan,masyarakat didorong lagi untuk mengembangkan sistem serupa dimulai dari sistem yang sederhana dan di butuhkan oleh masyarakat misalnya tabulin.d. Tahap Paripurna,tahap ini,semua indikator dalam kriteria dengan siaga sudah terpenuhi. Masyarakat sudah hidup dalam lingkungan sehat serta berperilaku hidup bersih dan sehat.

2.10 Keberhasilan Program Desa SiagaIndikator keberhasilan pengembangan desa siaga dapat diukur dari 4 kelompok indikator, yaitu : indikatorinput, proses,outputdan outcome(Depkes, 2009).1. Indikator Input Jumlah kader desa siaga. Jumlah tenaga kesehatan di poskesdes. Tersedianya sarana (obat dan alat) sederhana. Tersedianya tempat pelayanan seperti posyandu. Tersedianya dana operasional desa siaga. Tersedianya data/catatan jumlah KK dan keluarganya. Tersedianya pemetaan keluarga lengkap dengan masalah kesehatan yang dijumpai dalam warna yang sesuai. Tersedianya data/catatan (jumlah bayi diimunisasi, jumlah penderita gizi kurang, jumlah penderita TB, malaria dan lain-lain).2. Indikator proses Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa (bulanan, 2 bulanan dan sebagainya). Berfungsi/tidaknya kader desa siaga. Berfungsi/tidaknya poskesdes. Berfungsi/tidaknya UKBM/posyandu yang ada. Berfungsi/tidaknya sistem penanggulangan penyakit/masalah kesehatan berbasis masyarakat. Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS. Ada/tidaknya kegiatan rujukan penderita ke poskesdes dari masyarakat.3. Indikator Output Jumlah persalinan dalam keluarga yang dilayani. Jumlah kunjungan neonates (KN2). JumlahBBLRyang dirujuk. Jumlah bayi dan anak balita BB tidak naik ditangani. Jumlah balita gakin umur 6-24 bulan yang mendapat M P-AS I. Jumlah balita yang mendapat imunisasi. Jumlah pelayanan gawat darurat dan KLB dalam tempo 24 jam. Jumlah keluarga yang punya jamban. Jumlah keluarga yang dibina sadar gizi. Jumlah keluarga menggunakan garam beryodium. Adanya data kesehatan lingkungan. Jumlah kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit menular tertentu yang menjadi masalah setempat. Adanya peningkatan kualitas UKBM yang dibina.4. Indikator outcome Meningkatnya jumlah penduduk yang sembuh/membaik dari sakitnya. Bertambahnya jumlah penduduk yang melaksanakan PHBS. Berkurangnya jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia. Berkurangnya jumlah balita dengangizi buruk.

BAB IIIPENUTUP

3.1 SimpulanMasyarakat hukum yang memiliki batas batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan serta kemauan untuk untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana, dan kegawadaruratan, kesehatan secara mandiri. Tujuan umum desa siaga adalah terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli, tanggap dan mampu mengenali, mencegah, serta mengatasi terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya yang dihadapi secara mandiri, sehingga derajat kesehatannya meningkat.Desa siaga kini lebih dikenal dengan nama Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Landasan hukumnya Keputusan Menteri Kesehatan No 564/Menkes/SK/ VIII/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga. Kemudian program ini direvitalisasi guna mengakselerasi pencapaian target Desa Siaga Aktif pada tahun 2015. Landasan hukumnya Keputusan Menteri Kesehatan No 1529/Menkes/SK/X/2010 tentang Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Berikut beberapa ulasan tentang desa dan kelurahan siaga aktif.Pelaksanaan Desa Siaga yaitu Persiapan, Pelaksanaan, Pemantauan dan Evaluasi, Pengembangan Desa Siaga, Pendekatan ,Pelaksanaan Kegiatan,Pembinaan dan Peningkatan. Peran Jajaran Kesehatan Peran Puskesmas,Peran Rumah Sakit, Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota, Peran Dinas Kesehatan Provinsi, Peran Departemaen Kesehatan, Peran Pemangku Kepentingan Terkait,peran Kemasyarakatan / LSM / Dunia Usaha / Swasta.Sasaran pengembangan desa siaga adalah mempermudah strategi intervensi, sasaran ini dibedakan menjadi tiga yaitu Semua individu dan keluarga di desa, Pihak- pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga, Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan memberi dukungan kebijakan, peraturan perundang undangan, dana, tenaga, sasaran, dll.Dalam pengembangan desa siaga akan meningkat dengan membagi menjadi empat kriteria yaitu Tahap bina,Tahap tambah,Tahap kembang, Tahap Paripurna.Indikator keberhasilan pengembangan desa siaga dapat diukur dari 4 kelompok indikator, yaitu : indikatorinput, proses,outputdan outcome(Depkes, 2009).Inti dari kegiata Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat.Peran Jajaran Kesehatan meliputi peran puskesmas, peran rumah sakit Peran Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota, Peran Dinas Kesehatan Provinsi. Sasaran pengembangan desa siaga adalah mempermudah strategi intervensi, sasaran ini dibedakan menjadi tiga. Dalam pengembangan desa siaga akan meningkat dengan membagi menjadi empat kriteria. Indikator keberhasilan pengembangan desa siaga dapat diukur dari 4 kelompok indikator, yaitu : indikatorinput, proses,outputdan outcome3.2 SaranTerwujudnya Desa Siaga tentunya menjadi harapan kita bersama, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan agar para pembaca tidak hanya sekedar tahu tentang Desa Siaga, namun juga akam melakukan perubahan sesuai dengan tingkat kemampuannya untuk merealisasikan Desa Siaga2


Top Related