177
Bab Enam
Pembahasan
Bab ini akan membahas keterhubungan antara beberapa variabel
yang terkait dengan kinerja industri kreatif. Kinerja industri kreatif perlu
mendapat perhatian dalam hubungannya dengan variabel lain sebagaimana
dibahas dalam bab sebelumnya yaitu: knowledge management; intellectual
capital, knowledge broker. Dalam bab ini akan dibahas pengaruh antara
knowledge management terhadap intellectual capital; pengaruh intellec-
tual capital terhadap kinerja industri kreatif; pengaruh knowledge
management terhadap kinerja industri kreatif; serta moderasi knowledge
broker dalam keterhubungannya dengan knowledge management dan
intellectual capital.
Pengaruh Knowledge Management Terhadap Intellectual Capital
Hasil pengujian hipotesis 1 menunjukkan bahwa Knowledge
management mempunyai kontribusi yang berarti terhadap intellectual
capital dengan arah hubungan positif (searah). Artinya knowledge
management yang dimiliki mampu meningkatkan intellectual capital
industri kreatif. Kondisi demikian terlihat dari dimensi Knowledge
management yang terdiri dari: people, process, technologi yang terjabarkan
dari masing-masing dimensi sebagaimana dimensi people (merangsang
178
berbagi pengetahuan, memelihara berbagi pengetahuan, penggunaan
pengetahuan) mampu memberikan perubahan terhadap intellectual capital.
Demikian juga dimensi process (mencari pengetahuan, membuat berbagi
pengetahuan, menangkap berbagi pengetahuan), serta dimensi technology
(menyimpan pengetahuan, membuat pengetahuan, memungkinkan orang
lain bekerja sama mudah diakses) mampu memberikan perubahan
terhadap intellectual capital.
Fenomena yang sama juga berada pada dimensi intellectual capital
yang menunjukkan dari masing-masing dimensi sebagaimana dimensi
human capital (Attitude, Competencies, Education, Knowledge, Skills) yang
sangat baik. Demikian juga dimensi structural capital tercermin dari
indikator: Copyright, Corporate, Design rights, Financial relations, culture,
information technology infrastructure, dan management process yang
sangat baik. Hal yang sama nampak pada dimensi relational capital yang
tercermin dalam indikator: brand, company name, customers, distribution
channels, franchise agreements, loyalty yang sangat baik.
Temuan diatas sesuai dengan beberapa penelitian sebelumnya
diantaranya yang disampaikan oleh Nazem (2012): bahwa dimensi
manajemen pengetahuan memiliki efek langsung pada modal intelektual.
Temuan dari Nazem (2012) ini, lebih jauh lagi, menunjukkan peran
manajemen pengetahuan berpengaruh terhadap modal intelektual.
Pendapat yang sama dari Hsu dan Sabherwal (2011) mendukung bahwa
dampak manajemen pengetahuan pada modal intelektual. Demikian juga
Huang (2011): terdapat pengaruh positif yang signifikan dari manajemen
pengetahuan tentang modal intelektual. Marr (2003) juga menggaris
bawahi peran manajemen pengetahuan pada peningkatan modal
intelektual dalam organisasi. Temuan lain dari Rastogi (2002), Wiig (1997),
Daud dan Yusoff (2011) juga mengkaji peran manajemen pengetahuan dan
hubungannya dengan modal intelektual. Shih et al., (2011) mendukung
179
hubungan antara manajemen pengetahuan dan modal manusia. Modal
manusia dalam kajian tersebut (Shih et al.,2011) adalah salah satu dimensi
modal intelektual. Dalam model yang disajikan oleh Coukas-Semmel (2002),
peran manajemen pengetahuan dan dimensi pada modal intelektual dan
dimensi - modal manusia, modal struktural, dan pelanggan (relasional).
Hipotesis dan temuan dalam studi ini didasari oleh pijakan bahwa
intellectual capital yang dimiliki oleh SDM dalam organisasi tercipta sebagai
akibat dari adanya manajemen/ pengelolaan pengetahuan yang sistematis
dan kokoh. Walaupun penelitian tersebut menghasilkan temuan knowledge
management (KM) mempunyai kontribusi (pengaruh) yang sangat berarti
(signifikan) terhadap intellectual capital, namun secara empirik pelaksanaan
KM berjalan secara konvensional. Artinya pelaksanaan KM pada industri
kreatif cenderung bersifat informal dalam pengelolaan pengetahuannya
(knowledge management) yang menghasilkan proses KM berjalan cukup,
dengan pengertian bahwa kegotong royongan dalam keseharian karyawan
dalam bekerja, curahan-curahan pengalaman dan pengetahuan yang
pernah dimiliki secara tidak formal dapat didiskusikan dengan baik, yang
dapat mendorong komunikasi antar individu.
Gambaran KM secara empirik dapat terlihat saat penyebaran
kuesioner yang disertai dengan diskusi wawancara dalam memperjelas
pernyataan dan jawaban:
a. Walaupun pelaksanaan KM seperti di atas, namun masih terselip
adanya keinginan berbagi pengetahuan (knowledge sharing) sesama
karyawan industri kreatif. Karyawan cenderung bersifat ingin tahu, niat
untuk membagi pengetahuan cukup ada, walaupun sifatnya cenderung
informal dalam pembicaraan keseharian sambil bekerja.
b. Karyawan terbiasa dengan kebiasaan rutinitas aktivitas sehari-hari yang
bekerja sambil ngobrol, secara tidak langsung terjadi proses transfer
180
pengetahuan dari karyawan satu ke karyawan yang lain. Namun
demikian berbagi pengetahuan dapat diperkuat dengan penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sangat membantu dalam
pelaksanaannnya sebagaimana halnya melalui forum diskusi online,
intranet, ekstranet.
c. Faktor lain dalam knowledge management yang cukup tersebut adalah
mencari pengetahuan baik melalui cara tradisional (trial and
error)dalam industri kreatif yaitu melihat, meniru, menambahi,
menandai, memberikan perbedaan terhadap produk/ karya yang
dihasilkan, walaupun secara etika bisnis hal tersebut cenderung
tindakan kearah penjiplakan dalam hal menentukan desain produk,
strategi pemasaran, kisaran harga, cara pelayanan, serta rencana
pengembangan produk agar lebih kreatif dan inovatif.
Gambaran KM pada industri kreatif terdapat beberapa hal yang
kurang baik dalam proses KM, yaitu: Keinginan untuk menularkan
pengetahuan yang belum maksimal, dapat disebabkan lemahnya budaya
berbagi pengetahuan yang ada pada industri kreatif, minimnya keinginan
memelihara berbagi pengetahuan.
Kutipan wawancara berikut dari Bpk. Wongso Wijoyo salah satu
pelaku industri kreatif sub sektor periklanan terkait dengan knowledge
management :
181
Menyimak dari uraian di atas tentang pelaksanaan KM dalam
industri kreatif, nampak bahwa proses KM sudah berjalan di dalam aktivitas
industri kreatif sehari-hari dengan model secara konvensional dan
sederhana. Kondisi demikian sudah barang tentu sangat perlu mendapat
pertimbangan pihak lain untuk membantu memaksimalkan pelaksanaan KM
di dalam industri kreatif.
Fenomena knowledge management tersebut sangat mempunyai
keterkaitan dengan karakteristik responden. Beberapa di antaranya adalah
prosentase tingkat pendidikan terakhir dari pengelola/ pimpinan di industri
kreatif Jawa Timur. Komposisi pendidikan SMA mempunyai prosentase
terbesar (55,42%) dibandingkan pendidikan S1 maupun S2. Di samping
proporsi tingkat pendidikan yang rendah juga lama usaha dari sub sektor
tersebut, dimana sebanyak 58,23% lama usahanya masih dibawah 5 tahun.
Hal lain adalah sedikitnya jumlah SDM yang diberdaya gunakan dalam
industri kreatif termasuk dalam kelompok UKM kreatif. Dari responden
sebanyak 249, terdapat 85,54% industri kreatif yang mempunyai SDM < 10
karyawan. Kaarakteristik lain yang menonjol adalah jumlah SDM wanita,
“Begini lho pak, apa itu yang disebut knowledge management, disini apakah itu ada atau tidak yang jelas pegawai saya bekerja setiap hari apakah hal itu dibilang rajin.Apakah dia mau cerita pengalamannya biasanya terjadi saat bekerja sambil
ngobrol. Unsur kegototong royongan dalam perusahaan saya mungkin termasuk dalam knowledge management ya.Ngobrol keseharian itu biasanya sambil tukar pikiran. ftengalaman biasanya banyak digunakan untuk dirinya sendiri dalam menghadapi
persoalan.Ngajari teman lewat pengalaman lebih mudah dicontoh temannya yang butuh.Dikatakan enggan bercerita tentang pengetahuan/ pengalaman ya ada benarnya. Mengelola itu ya gampang-gampang susah. Susahnya kadang karyawan males cari ide baru, gampangnya kalau dikasih conto cepat nyonto/nirunya, kadang
ditambahi ini itu bisa menjadi berbeda”.Sumber : wawancara dilakukan tgl 4
Nopember 2015.
182
walaupun jumlahnya tidak terlalu extrim, yaitu sebanyak 54,62% namun
perlu mendapat perhatian.
Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Industri Kreatif
Hasil pengujian hipotesis 2 menunjukkan bahwa intellectual capital
mempunyai kontribusi yang sangat berarti terhadap kinerja industri kreatif.
Artinya semakin kuat kemampuan intellectual capital yang dimiliki semakin
tinggi pula kinerja industri kreatif.
Dimensi intellectual capital yang kuat tersebut tercermin dari
indikator masing masing dimensi intellectual capital: human capital,
structural capital, dan relational capital yang dalam pelaksanaannya
berjalan sangat baik. Kondisi demikian terjabarkan dari masing-masing
dimensi sebagaimana dimensi human capital (Attitude, Competencies,
Education, Knowledge, Skills) yang sangat baik. Demikian juga dimensi
structural capital tercermin dari indikator: Copyright, Corporate, Design
rights, Financial relations, culture, information technology infrastructure,
dan management process yang sangat baik. Hal yang sama nampak pada
dimensi relational capital yang tercermin dalam indikator: brand, company
name, customers, distribution channels, franchise agreements, loyalty yang
sangat baik.
Dimensi intellectual capital yang kuat tersebut tercermin dari
indikator masing masing dimensi sebagaimana dimensi human capital
(attitude, competence, education, knowledge, skills, dan copyright).
Demikian juga dimensi structural capital dengan indikator: corporate
culture, design rights, financial relations, information technology
infrastructure, management processes,dan brand. Hal yang sama dimensi
relational capital dengan indikator: company name, customers, distribution
channels, franchise agreements, loyalty.
183
Gambaran kekuatan intellectual capital yang terjadi ditemukan saat
penyebaran kuesioner yang disertai dengan diskusi wawancara dengan
sejumlah pernyataan dan jawaban yang memperjelas hal tersebut. Adapun
pernyataan-pernyataan dimaksud sebagai berikut:
a. Karyawan secara umum sikapnya baik, tanggap dan segera merespon
dalam melaksanakan pekerjaan. Sikap (attitude) yang baik tersebut
dalam hal melakukan pekerjaan, bekerja sesuai uraian jabatan, bukan
bekerja baik karena perintah pimpinan. Tanggap dan peduli terhadap
kondisi lingkungan kerja.
b. Semangat/ motivasi karyawan baik dalam melaksanakan pekerjaan.
Semangat kerja yang merupakan cerminan dari motivasi merupakan
dasar bagi kinerja karyawan. Industri kreatif yang merupakan kegiatan
usaha yang didasari unsur kreativitas sangat penting untuk menghasilkan
produk yang kreatif dan inovatif.
c. Sebagian besar pekerjaan bersifat rutin, karyawan saya secara umum
mudah memahami. Kerutinan dalam bekerja analog dengan kebiasaan
dalam bekerja, sehingga akan menjadikan karyawan mudah dalam
menjalankan pekerjaannya. Namun walau pun ada unsur kerutinan
dalam bekerja, unsur kreatif (ketidak rutinan) lebih menonjol dalam
pekerjaan dalam sub sektor industri kreatif.
d. Karyawan cenderung terampil dalam melaksanakan pekerjaannya. Hal
tersebut dikarenakan pekerjaan dalam sub sektor periklanan, sub sektor
permainan interaktif, sub sektor komputer dan piranti lunak, sub sektor
musik, sub sektor TV & radio, sub sektor video film & fotographie
membutuhkan keterampilan lebih khusus.
e. Usaha saya memiliki pelanggan sebagai modal yang sangat penting bagi
perusahaan. Kemampuan melayani dan memuaskan pelanggan
merupakan salah satu dari modal relasi (relational capital) dalam industri
184
kreatif. Karyawan diupayakan selalu menjalin dan membina hubungan
yang baik dengan pelanggan.
h. Usaha saya sering mempunyai kerjasama dengan mitra kerja. Mitra kerja
dalam hal ini sebagai pihak untuk menjalin terkait dengan pekerjaannya,
misalnya dalam sub sektor periklanan bermitra dengan para pebisnis
yang akan mengiklankan produk. Dalam sub sektor musik bermitra
dengan industri rekaman, dalam sub sektor TV & radio bermitra dengan
pemasang iklan. Demikian juga sub sektor komputer & piranti lunak akan
bermitra dengan para pemasok bahan dan pengguna.
i. Usaha saya menjalin kerjasama untuk mendistribusikan hasil. Walaupun
industri kreatif tidak selalu mempunyai mitra kerja dalam penjualan
produk, namun kendala pendistribusian masih dapat diatasi.
Adapun fenomena kinerja industri kreatif yang tinggi dapat
tercermin saat penyebaran kuesioner yang disertai dengan diskusi
wawancara dalam memperjelas pernyataan dan jawaban:
a. Setahap demi tahap pertumbuhan labanya cenderung meningkat
walaupun sedikit
b. Secara pelan-pelan penjualan juga meningkat
c. Selalu berusaha melakukan pembaharuan produk baru
d. Pangsa pasar cenderung tumbuh dari waktu ke waktu
e. Memberi peluang kesempatan kerja bagi karyawan baru untuk lebih
maju
Kutipan wawancara berikut dari Bpk. Sangaji salah satu pelaku
industri kreatif sub sektor musik terkait dengan intellectual capital adalah
sebagai berikut:
185
Berpijak pada uraian di atas dengan dimensi intellectual capital yang
cukup kuasakan berdampak terhadap meningkatnya kinerja industri kreatif.
Kajian tersebut senada sebagaimana temuan Bontis et al., (2000)
menyatakan bahwa Intelellectual Capital yang terdiri dari 3 elemen yaitu
human capital, structural capital, relational capital, dimana seluruh element
intelellectual capital mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja bisnis.
Demikian juga temuan dari Maditinos et al., (2010), menghasilkan
kesimpulan bahwa intelellectual capital memiliki hubungan positif terhadap
kinerja bisnis di kedua jenis industri. Hal senada disampaikan oleh Cabrita
dan Bontis (2008) dengan tujuan dalam penelitian untuk menguji antar-
hubungan dan interaksi antara komponen modal intelektual dan kinerja
bisnis di Portugal industri perbankan. Menghasilkan temuan bahwa modal
intelektual memiliki dampak yang signifikan dan substantif terhadap kinerja.
Dengan memaksimalkan IC yang dimiliki perusahaan yang tercermin
dalam peningkatan human capital, structural capital dan relational
capitalnya maka akan membawa dampak terhadap peningkatan kinerja
bisnis. Pentingnya modal intelektual (IC) untuk keberhasilan perusahaan
yang saat ini secara luas diakui oleh beberapa peneliti dan praktisi
(Brooking, 1996; Edvinsson dan Malone, 1997; Hussi dan Ahonen, 2002;
Kujansivu dan Lo¨nnqvist, 2007; Marr dan schiuma, 2001; Mayo, 2001; Roos
“Karyawan saya dapat dikatakan sikapnya dalam kerja baiklah, banyak nurutnya, termasuk tanggap pada pengguna. Anak-anak cepat sekali bertindak jika
ada keluhan dari pengguna. Anak-anak tekadnya (motivasi) besar sekali, walau kadang dia belum tentu mampu, tapi yang penting kemauannya tinggi. Masalah pelanggan memang saya tanamkan bahwa pelanggan adalah raja dan ladang emas yang harus
dijamu. Anak-anak megang kata-kata saya itu.Saya menanmkan pada mereka bahwa yang kita jual adalah pelayanan”
Sumber: wawancara dilakukan tgl 12 Nopember 2015
186
et al., 1997; Sveiby, 1997). Selain intelellectual capital yang penting untuk
organisasi, juga merupakan salah satu faktor yang paling penting bagi
pembangunan sosial dan ekonomi (Bontis, 2004;. Medina et al., 2007). Marr
et al., (2003) menyimpulkan dua hal tentang keadaan penelitian
intelellectual capital, pertama, penelitian yang menghasilkan hubungan
yang erat antara IC dengan pembangunan sosial, dan kedua, penelitian
yang menghasilkan keeratan hubungan antara IC yang mendorong kinerja
bisnis.
Pengaruh Knowledge Management Terhadap Kinerja Industri Kreatif
Pengaruh Knowledge Management Terhadap Kinerja Industri Kreatif
Tanpa Variabel Kontrol
Hasil pengujian hipotesis 3 menunjukkan bahwa knowledge
management (KM) belum mampu memberikan kontribusi yang berarti
terhadap kinerja industri kreatif dengan arah hubungan berlawanan.
Artinya perubahan knowledge management yang dimiliki tidak memberikan
efek perubahan terhadap kinerja industri kreatif dengan arah hubungan
terbalik.
Kondisi seperti tersebut di atas menunjukkan bahwa KM tidak dapat
secara langsung memberikan efek perubahan terhadap kinerja industri
kreatif. Maknanya bahwa KM harus memanfaatkan keberadaan intellectual
capital sebagai mediasi pengaruhnya terhadap kinerja industri kreatif.
Fenomena knowledge management yang demikian tersebut dapat diduga
bahwa efek langsung (hubungan langsung) dari perubahan KM adalah
perubahan intellectual capital. Intellectual capital dalam organisasi tercipta
sebagai akibat dari adanya manajemen/ pengelolaan pengetahuan yang
sistematis dan kokoh. Penangkapan pengetahuan, penyimpanan dan
pendistribusian serta penerapan pengetahuan tidak dapat terjadi secara
kebetulan dan tidak sistematis, akan tetapi melalui pengelolaan
pengetahuan (knowledge management) yang baik. Makna dari uraian di
187
atas menunjukkan bahwa ketersediaan dan lahirnya intellectual capital
yang handal dibangun dari pengelolaan pengetahuan yang sistematis.
Sebagaimana yang disampaikan Nonaka dan Takeuchi (1995),
perusahaan di Jepang keterampilannya menjadi sukses karena terdapat
pengelolaan/ penciptaan pengetahuan (management/ creation of
knowledge) pada organisasi. Makna dari kalimat Nonaka dan Takeuchi
(1995), di atas adalah intellectual capital yang berwujud keterampilan
adalah hasil terbentuknya knowledge management yang kokoh.
Gambaran Knowledge management yang kurang maksimal tersebut
terlihat dari dimensi dan indikator dari variabel knowledge management
sebagaimana dimensi people (merangsang berbagi pengetahuan,
memelihara berbagi pengetahuan, penggunaan pengetahuan) tercermin
dalam uraian berikut.
Sebagian besar masalah KM dalam usaha kecil menengah termasuk
industri kreatif adalah kelemahan dalam berbagi pengetahuan. Jikapun
berbagi pengetahuan dapat berjalan namun dengan proses sederhana
yaitu melalui ngobrol dan curahan pendapat sesama karyawan.
Hal lain yang menjadi lemahnya proses KM dalam hal memelihara
pengetahuan. Kegiatan ini merupakan hal yang tidak menarik karena
merupakan kegiatan yang secara rutin dilakukan sehingga pengetahuan
tersebut tetap terpelihara dalam kemampuan karyawan.
Menggunakan pengetahuan dalam kegiatan sehari-hari adalah mudah,
namun menggunakan pengetahuan dalam menghadapi persoalan
adalah tidak mudah.
Demikian juga dimensi process dengan indikator: mencari
pengetahuan, membuat berbagi pengetahuan, menangkap berbagi
pengetahuan:
188
Mencari pengetahuan identik dengan belajar dan bertanya kepada
pihak/sumber pengetahuan. Secara psikologis kegiatan itu menjadi
beban bagi karyawan yang melakukan.
Hal yang sama juga rendahnya berbagi pengetahuan, yang sangat
terkait dengan kegiatan mencari pengetahuan.
Sementara itu pada dimensi technology dengan indikator:
menyimpan pengetahuan, membuat pengetahuan, memungkinkan
orang lain bekerja sama mudah diakses:
IT yang dibutuhkan dan digunakan dalam industri kreatif cukup tinggi
intensitasnya. Namun seringkali keberadaan (ketersediaannya tidak
maksimal). Sehinga aksesbilitas pengetahuan dan pendistribusian
pengetahuan tidak dapat maksimal.
Berpijak pada uraian di atas dengan dimensi knowledge
management yang lemah maka tidak memberikan efek terhadap kinerja
industri kreatif. Bahkan yang terjadi, arah hubungan antara knowledge
management dan kinerja industri kreatif mempunyai arah hubungan yang
negatif. Artinya kenaikan knowledge management yang dimiliki cenderung
tidak berakibat terhadap kinerja industri kreatif.
Temuan di atas tidak sejalan dengan kajian riset Mills dan Smith
(2011) serta Hassan (2012). Dimana Mills dan Smith (2011) mengkaji dari
sumber daya knowledge management pada kinerja perusahaan, tujuannya
untuk menunjukkan knowledge management berdampak pada kinerja
perusahaan. Sedangkan, Hassan (2012) mengkaji peran pengelolaan
pengetahuan dalam meningkatkan kinerja perusahaan di beberapa
perusahaan Mesir dengan hasil yang menunjukkan hubungan positif antara
knowledge management dan kinerja perusahaan. Selaras dengan hal
tersebut didukung pernyataan Azadehdel, et al., (2013), hasil kajian
menunjukkan bahwa ada hubungan antara KM (tacit pengetahuan) dan
189
inovasi kualitas dan juga di antara kualitas inovasi dan kinerja perdagangan
dan manufaktur perusahaan di provinsi Guilan.
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang disertai dengan
diskusi wawancara dalam memperjelas pengisian jawaban, diperoleh
beberapa temuan:
a. Knowledge management pada industri kreatif masih lemah. Butiran
indikator tersebut dinyatakan rendah (tidak kokoh) terkait dengan
hal-hal : merangsang berbagi pengetahuan, mencari pengetahuan,
membuat berbagi pengetahuan, menangkap berbagi pengetahuan,
menyimpan pengetahuan, membuat pengetahuan.
b. Dalam penyebaran pengetahuan dapat berawal dari pengetahuan
yang berasal dari pengalaman (tacit) kearah pengetahuan explicit.
Ada banyak hal menarik yang diungkapkan terkait knowledge
management pada industri kreatif banyak tacit knowledge tidak
mudah dibagikan (di-sharing-kan). Hal tersebut terkait dari
pengalaman pribadi, akan tetapi karyawan yang bersangkutan sulit
untuk menjelaskan sebagai bentuk penyebaran pengetahuan.
c. Proses sharing pengetahuan belum tentu sama sebagaimana secara
konsep dari tacit ke explicit, lalu dari explicit kembali ke tacit lagi.
Biasanya berupa standard baku tertentu sebagai misalnya panjang,
lebar, ketebalan dan ukuran lainnya, yang dapat di explicitkan dalam
bentuk standard. Upaya yang bisa dilakukan adalah melalui
dokumentasi. Hasil dari dokumentasi yang berupa gambar bisa
digunakan oleh orang lain untuk mendapatkan knowledge.
d. Kemampuan pelaku industri kreatif untuk menghasilkan temuan
mutakhir yang dimulai dari dasar (nol) untuk menemukan terobosan
adalah sesuatu yang tidak mudah terjadi. Biasanya yang sering
terjadi kemunculan ide yang kreatif berasal dari pengalaman
190
sebelumnya atau dapat juga berasal dari diskusi (sharing) dari
sesama rekan kerja di industri kreatif.
Kutipan wawancara berikut dari Bpk. Samadikun salah satu pelaku
industri kreatif sub sektor komputer & piranti lunak terkait dengan
knowledge management sebagai berikut:
Padahal seharusnya dengan adanya KM, karyawan dapat lebih siap
atas perubahan. Dampak-dampak ini membuat karyawan merasa lebih baik
karena pengetahuan yang diperoleh dan peningkatan keterampilan serta
dampak meningkatnya nilai pasar/market value mereka dibandingkan
karyawan organisasi lain. Dampak langsung KM pada kinerja organisasi
muncul ketika pengetahuan digunakan untuk menciptakan produk inovatif
yang dapat menghasilkan pendapatan dan keuntungan atau ketika strategi
KM selaras dengan strategi bisnis. Sehingga dampak langsung berkaitan
dengan pendapatan dan/ atau biaya dan secara eksplisit berkaitan dengan
visi atau strategi organisasi.
Tujuan KM berupaya untuk mentransfer knowledge dalam bentuk
tacit ke explicit, kemudian dari explicit kembali menjadi tacit knowledge,
dan seterusnya hingga membentuk spiral Nonaka. Knowledge pada awalnya
digambarkan sebagai noktah yang kemudian berpusar semakin membesar
sebagai gambaran bahwa knowledge yang ada semakin berkembang.
“Saya bisa memahami kalau knowledge management itu penting dalam usaha saya. Apalagi usaha saya komputer mesti dibutuhkan itu., tapi yaitu perihal menciptakan pengetahuan kayaknya belum dapat dilakukan disini, yang sudah
pasti ya memanfaatkan pengetahuan komputer. Itu sama dengan menciptakan sesuatu mulai dari nol. Tapi mungkin saja sebenarnya bisa terjadi, tapi hingga sekarang kayaknya belumlah. Bercerita tentang pengalaman kerja biasanya terjadi
antara senior dan yunior, namun itu nggak gampang apalagi yang sifatnya seni, kalau tentang ukuran dan panjang gampang menceritakannya”
Sumber : wawancara dilakukan tgl 27 Nopember 2015
191
Konsep dari spiral Nonaka ini juga berlaku dalam industri kreatif, semakin
sering terjadi sharing pengetahuan dilakukan, maka corak lagu/ disain iklan/
macam permainan interaktif/ variasi gambar yang dihasilkan juga akan
dapat memenuhi keinginan. Diharapkan melalui sharing pengetahuan tacit
dan explicit, akan diperoleh berbagai macam pengetahuan yang dapat
memperkaya wawasan desain tertentu. Tidak mudah untuk mendokumen
tasikan desain dan seni kreatif dan inovasi ke dalam tulisan-tulisan.
Pengaruh Knowledge Management Terhadap Kinerja Industri Kreatif
dengan Variabel Kontrol
Merujuk bahasan 6.3.1. fenomena knowledge management
tersebut sangat mempunyai keterkaitan dengan kharakteristik responden.
Beberapa diantaranya adalah prosentase tingkat pendidikan terakhir dari
pengelola/ pimpinan di industri kreatif Jawa Timur. Komposisi pendidikan
SMA mempunyai prosentase terbesar (55,42%) dibandingkan pendidikan S1
maupun S2. Tingkat pendidikan pengelola/ pimpinan yang sebagian besar
rendah inilah yang memungkinkan pelaksanaan knowledge management
yang terjadi di industri kreatif berjalan tidak maksimal. Di samping proporsi
tingkat pendidikan yang rendah juga lama usaha dari sub sektor tersebut,
dimana sebanyak 58,23% lama usahanya masih dibawah 5 tahun. Artinya
sebanyak 58,23% industri kreatif tersebut mempunyai masa/ lama usaha <
5 tahun. Dengan lama usaha < 5 tahun tersebut sangat mungkin sekali
proses knowledge management belum berjalan dengan baik,dengan
pengertian pengalaman pimpinan dalam mengelola belum lama, serta
karyawan belum banyak mempunyai pengalaman, sehingga proses berbagi
pengetahuan dari pengetahuan tacit (pengalaman) ke explicit tidak
maksimal. Hal lain yang menyebabkan knowledge management demikian
adalah sedikitnya jumlah SDM yang diberdaya gunakan, walaupun industri
kreatif termasuk dalam kelompok UKM kreatif, namun dengan sedikitnya
SDM yang digunakan akan memperlemah pengayaan dan pengembangan
192
pengetahuan. Dari responden sebanyak 249, terdapat 85,54% industri
kreatif yang mempunyai SDM < 10 karyawan. Karakteristik lain yang
menonjol adalah jumlah SDM wanita, walaupun jumlahnya tidk terlalu
extrim, yaitu sebanyak 54,62% namun perlu mendapat perhatian.
Dua karakteristik: lama usaha industri kreatif yang relatif dini (< 5
tahun), dan tingkat pendidikan terakhir pimpinan/ pengelola industri kreatif
adalah SMA, dipertimbangkan dimasukkan sebagai variabel kontrol. Untuk
membuktikan ke dua hal tersebut perlu dilakukan pengujian, dengan
meletakkan sebagai variabel Dummy dengan,
D = 0 untuk kategori < 5 tahun,
D = 1 untuk kategori ≥ 5 tahun.
Demikian juga
D = 0 untuk kategori < SMA,
D = 1 untuk kategori> SMA.
Selanjutnya dimasukkan sebagai variabel kontrol dalam
hubungannya antara knowledge management terhadap kinerja
industri kreatif.
Berikut hasil olahan PLS sebagaimana tampak pada gambar 6.1.
Gambar 6.1. MODEL PLS TAHAP 1 (dengan memasukkan variabel kontrol)
193
Berdasarkan gambar 6.1. model PLS nampak bahwa adanya model
dasar: model struktural yang mengubungkan antara variabel knowledge
management terhadap intellectual capital dengan menempatkan tingkat
pendidikan dan lama usaha sebagai variabel kontrol. Demikian juga nampak
adanya model struktural yang menghubungkan antara variabel knowledge
management terhadap kinerja industri kreatif dengan menempatkan hal
yang sama tingkat pendidikan dan lama usaha sebagai variabel kontrol.
Akan tetapi dalam hal ini hanya pengaruh knowledge management
terhadap kinerja industri kreatif saja yang akan dibahas, hal tersebut diduga
2 (dua) karakteristik responden tersebut sebagai penyebab: “tidak adanya
pengaruh yang signifikan antara knowledge management terhadap kinerja
industri kreatif dengan arah hubungan negatif.
Mengacu gambar 6.1. di atas nampak adanya model pengukuran
dengan indikator dengan loading factor yang lebih kecil dari 0.50. Indikator
yang demikian tidak memenuhi syarat, sehingga perlu dihapus. Perubahan
dari langkah tersebut menghasilkan model PLS sebagai berikut.
Gambar 6.2. MODEL PLS TAHAP 2 (dengan memasukkan variabel kontrol)
Sumber: hasil olah data PLS
194
Mengacu gambar 6.2. di atas nampak bahwa indikator-indikator
yang mempunyai factor loading lebih kecil dari 0.50 telah dihapus semua,
sehingga seluruh indikator dapat dikatakan valid.
Selanjutnya dapat dilihat koefisien path pada inner model seperti
pada tabel 6.1.
Tabel 6.1. Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values)
Original
Sample
(O)
Sample
Mean
(M)
Standard
Deviation
(STDEV)
Standard
Error
(STERR)
T Statistics
(|O/STERR|)
Keterangan
Lama Usaha *
Know.
Management ->
Kinerja.Ind.Kreatif
0.1993
0.0679
0.1081
0.1081
1.8422
Signifikan
Pendidikan * Know.
Management ->
Kinerja.Ind.Kreatif
0.1398
0.0241
0.0819
0.0819
1.7053
Signifikan
Batas signifikansi :
Loading factor (original sample) ≥ 0,50 (Ghozali, 2008)atau
Z α≥ 1,645 (Z α = 0,05 (5%)
Sumber: hasil olah data PLS
Berpijak pada tabel 6.1.di atas menghasilkan temuan:
1. Dengan menempatkan lama usaha sebagai variabel kontrol, knowledge
management mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
industri kreatif dengan arah hubungan selaras. Artinya perubahan
knowledge management terhadap perubahan kinerja industri kreatif
benar-benar bukan disebabkan oleh variabel di luar variabel penelitian
(disebabkan oleh lama usaha). Maknanya semakin lama masa usaha
industri kreatif, akan menyebabkan pengaruh antara knowledge
management terhadap perubahan kinerja industri kreatif semakin kuat.
2. Dengan menempatkan tingkat pendidikan sebagai variabel kontrol,
knowledge management mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja industri kreatif dengan arah hubungan selaras. Artinya
perubahan knowledge management terhadap perubahan kinerja industri
195
kreatif benar-benar bukan disebabkan oleh variabel diluar variabel
penelitian (disebabkan oleh tingkat pendidikan). Maknanya semakin
tinggi pendidikan pengelola industri kreatif, akan menyebabkan
pengaruh antara knowledge management terhadap perubahan kinerja
industri kretaif semakin kuat.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa:
knowledge management mempunyai pengaruh non signifikan terhadap
kinerja industri kreatif dengan arah hubungan negatif (sebagaimana sub
bab 6.3), disebabkan karena lama usaha industri kreatif masih dini (< 5
tahun), dan tingkat pendidikan pengelola industri kreatif masih SMA.
Moderasi Knowledge Broker dalam Hubungannya dengan Knowledge Management dan Intellectual Capital
Hasil pengujian hipotesis 4 menunjukkan bahwa moderasi
knowledge broker dalam hubungannya dengan knowledge management
dan intellectual capital mempunyai peranan yang kuat. Hal ini mengandung
makna bahwa knowledge broker benar-benar mempunyai peranan yang
dapat memperkuat dalam keterhubungannya antara knowledge
management dengan intellectual capital industri kreatif.
Peran knowledge broker dalam memperkuat hubungan antara
knowledge management dan intellectual capital tersebut didukung oleh
kekuatan knowledge broker tersebut tercermin dari sebaran nilai rata-
rata sebesar 4.389, yang mencerminkan knowledge broker mempunyai
peranan yang kuat dalam keterhubungan antara knowledge management
dengan intellectual capital. Maknanya keberadaan knowledge broker sangat
dibutuhkan sekali untuk memperkuat keterhubugannya antara knowledge
management dan intellectual capital industri kreatif.
196
Uraian yang mendukung pernyataan di depan yaitu oleh Ziam,
Landry, dan Amara, (2009), dalam Knowledge brokers: a winning strategy
for improving knowledge transfer and use in the field of health. Dalam
konteks ini, broker pengetahuan dapat memainkan peran penting dalam
pembaharuan pengetahuan mendukung perawatan yang berkualitas dan
membenarkan alokasi resources. Dalam meningkatkan kinerja pelayanan
kesehatan, beberapa strategi untuk meningkatkan pemanfaatan pengeta-
huan dan inovasi telah diprioritaskan melalui peran broker pengetahuan
(knowledge broker).
Mengacu dari uraian di atas bahwa dengan adanya KB akan
berdampak terhadap pembaharuan pengetahuan, dan inovasi pengeta-
huan. Padahal pengetahuan dalam industri kreatif yang lebih operasional
adalah pengetahuan dalam menciptakan produk kreatif, dan pengetahuan
pembaharuan produk inovatif yang dibangun melalui kemampuan modal
intelektualnya. Jika ditinjau ulang tentang Framework Knowledge Broker
(Oldham dan McLean, 1997) yang terdiri dari:
•"Interface" menghubungkan pengguna dan pencipta •"Direct" mengacu
pada fakta bahwa dalam beberapa kasus ada interface langsung antara
menggunakan pengetahuan dan menciptakan pengetahuan, •"Distributor"
menyebarkan pengetahuan (contohnya termasuk penerbit, on-line
penyedia, dll), •"Integrator" mengambil ilmu yang dibuat oleh orang lain
dan menafsirkannya untuk kepentingan pengguna tertentu (contohnya
termasuk konsultan, Komisi Royal, kebijakan organisasi penelitian, transfer
teknologi). Di samping itu sebagai •"Intermediaries" yang menghubung
kan pengguna dan pencipta, dan yang terakhir adalah sebagai • "Broker"
mirip dengan perantara, perbedaannya adalah bahwa seperti dengan real
estate atau broker saham, broker pengetahuan memperoleh pendapatan
yang merupakan fungsi dari nilai dipertukarkan dalam transaksi antara
pengguna dan pencipta.
197
Uraian yang mendukung pernyataan di atas yaitu oleh Ziam, Landry,
dan Amara, (2009), dalam Knowledge brokers: a winning strategy for
improving knowledge transfer and use in the field of health. Dalam konteks
ini, broker pengetahuan dapat memainkan peran penting dalam
pembaharuan pengetahuan mendukung perawatan yang berkualitas dan
membenarkan alokasi resources. Dalam meningkatkan kinerja pelayanan
kesehatan, beberapa strategi untuk meningkatkan pemanfaatan
pengetahuan dan inovasi telah diprioritaskan melalui peran broker
pengetahuan (Knowledge Broker).
Terkait dengan temuan dalam studi ini yang mencerminkan
knowledge broker mempunyai peranan yang kuat dalam keterhubungan
antara knowledge management dengan intellectual capital, secara empirik
hal tersebut tercermin sebagaimana pernyataan responden dalam
pengisian kuesioner yang disertai dengan wawancara dapat digambarkan:
a. Responden memberikan pernyataan usaha saya memanfaatkan Broker
pengetahuan untuk memperoleh tambahan pengetahuan yang terkait
dengan usaha saya.
b. Responden memberikan pernyataan usaha saya memanfaatkan Broker
pengetahuan untuk memperjelas penggunaan sebuah pengetahuan
yang sebelumnya masih ragu dan kurang jelas.
c. Responden memberikan pernyataan usaha saya, memanfaatkan Broker
pengetahuan untuk konsultasi dan perlindungan dari resiko usaha.
d. Responden memberikan pernyataan usaha saya, memanfaatkan Broker
pengetahuan dalam mendukung pengetahuan bagi perusahaan
e. Responden memberikan pernyataan usaha saya, memanfaatkan Broker
pengetahuan dalam meniningkatkan usaha dalam industri kreatif.
f. Responden memberikan pernyataan usaha saya, memanfaatkan Broker
pengetahuan dalam menerapkan pengetahuan dalam pengelolaan
model (produk baru/ cara baru/ metode baru).
198
Kutipan wawancara berikut dari Bpk. Edward salah satu pelaku
industri kreatif sub sektor film, video & photo graphie terkait dengan
knowledge broker sebagai berikut:
Fenomena knowledge broker dalam industri kreatif sering
digambarkan sebagaimana halnya jika memerlukan masukan dari luar
organisasi/ perusahaan, mereka cenderung ‘berguru/ belajar’ dengan
sesama praktisi industri kreatif, baik dalam hal menabah pengetahuan
bidang periklanan, musik, film, video, radio dan telivisi maupun
pengetahuan lainnya. Tak jarang kolaborasi terjadi di antara dua atau lebih
praktisi tersebut. Seorang praktisi industri kreatif mengungkapkan adanya
semangat berbagi di antara praktisi industri, dengan tujuan untuk
mengembangkan industri kreatif. Namun melalui peran KB yang dalam hal
ini diwakili pihak peneliti dalam diskusi penelitian (yang dimaksud FGD)
yang berperan sebagai pihak mediasi dan difusi pengetahuan dapat
membantu cepatnya pencerahan berbagi pengetahuan tersebut. Dalam sub
sektor percetakan, keberadaan KB yang dalam hal ini diwakili pihak penerbit
buku (sebagai produser”) menghubungkan penulis buku dan pengguna
(pembaca). Dalam hal sub sektor industri musik KB yang dalam hal ini
diwakili konsultan hukum (sebagai "Integrator") yang menghubungkan
“ Usaha saya ini bergerak dalam industri kreatif video & photo graphie,
sering menggunakan apa itu calo atau perantara bisa juga disebut broker ya, bukan
makelar khan, ha..ha… Biasanya dia menenawarkan jasanya untuk pengembangan pengetahuan audio visual. Mau tidak mau ya mau karena itu penting seperti misalnya untuk editan photo atau video. Sebenarnya setelah diberitahu mudah sekali. Tapi karena tidak tahu ya sepertinya sulit ha..ha… Namanaya seni video ya
harus telaten dihayati tidak bisa dengan matematis saja. Sering juga dia menyarankan agar menambah alat ini itu agar dapat melayani order dari konsumen”
Sumber : wawancara dilakukan tgl 8 Desember 2015
199
antara pengetahuan/ undang-undang pembajakan dengan industri kreatif
musik yang memerlukan pihak lain dalam menafsirkan sesuatu persoalan.
Keberadaan KB yang demikian penting sehingga KB dapat berperan sebagai
penguat keterhubungannya antara knowledge management dengan
intellectual capital.
Berpijak pada uraian di atas maka keberadaan knowledge broker
dapat memberikan kontribusi yang sangat berarti terhadap hubungan
perubahan antara knowledge management dengan intellectual capital
industri kreatif dapat berupa sebagaimana hal berikut: memanfaatkan
broker pengetahuan untuk membangun akses ke pengetahuan dari luar
kedalam industri kreatif; memanfaatkan broker pengetahuan untuk
internalisasi (penghayatan) pengalaman agar penggunaan pengetahuan
tersebut lebih tepat; memanfaatkan broker pengetahuan dalam
menghubungkan pengetahuan dari sumber pengetahuan ke industri kreatif;
memanfaatkan broker pengetahuan dalam mendukung pengetahuan bagi
industri kreatif.
Mengacu dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan
adanya KB akan berdampak terhadap pembaharuan pengetahuan, dan
inovasi pengetahuan. Padahal pengetahuan dalam industri kreatif yang
lebih operasional adalah pengetahuan dalam menciptakan produk kreatif,
dan pengetahuan pembaharuan produk inovatif yang dibangun melalui
kemampuan modal intelektualnya.
Sintesa Penelitian
Proses manajemen dalam menangkap pengetahuan, menyerap
pengetahuan, mendistribusikan dan menerapkan pengetahuan di dalam
industri kreatif adalah merupakan aktivitas dalam pengelolaan pengetahuan
(knowledge management). Dengan proses pengelolaan pengetahuan yang
200
kokoh tersebut akan menghasilkan sebuah modal pengetahuan yang lebih
operasional. Modal tersebut merupakan modal kemampuan intelektual.
Semakin kuatnya modal intelektual tersebut yang tercermin dengan
semakin kuatnya modal insani, modal struktural, dan modal relasional yang
dimiliki industri kreatif. Uraian tersebut di atas digambarkan dalam sebuah
model empirikal sebagai berikut.
Gambar 6.2.Model Empirikal Penelitian yang Dihasilkan
Sumber : Model olahan dikembangkan untuk Disertasi ini
Awal dari model struktural adalah pengaruh antara knowledge
management (KM) dengan intellectual capital mempunyai kontribusi yang
berarti dengan arah hubungan positif (searah). Artinya knowledge
management yang dimiliki mampu memberikan efek perubahan terhadap
intellectual capital industri kreatif.
Sebagaimana yang disampaikan Nonaka dan Takeuchi (1995),
perusahaan di Jepang keterampilannya menjadi sukses karena terdapat
pengelolaan/ penciptaan pengetahuan (management/ creation of
knowledge) pada organisasi. Makna dari kalimat Nonaka dan Takeuchi
Pendidikan
(variabel kontrol)
Lama Usaha
(variabel kontrol)
Memediasi KM-KIK
Knowledge Management
Intellectual Capital
Kinerja Indust Kreatif
MemoderasiKM-IC
Knowledge Broker
201
(1995), di atas adalah intellectual capital yang berwujud keterampilan
adalah hasil terbentuknya knowledge management yang kokoh.
Pelaksanaan KM dalam industri kreatif tidak dapat terlepas dari 3
komponen dalam KM yang terdiri (Cong dan Pandya, 2003): people, process,
dan technology. Terkait dengan ke 3 komponen sebagai sumber daya,
perspektif Resources Based View (RBV) merupakan suatu perspektif
organisasi dalam bidang stratejik yang mengfokuskan pada tingkat
sumberdaya organisasi, berupaya memiliki sumberdaya yang menonjol dan
memaksimalkan keseluruhan sumberdaya yang dimiliki organisasi
dibandingkan dengan pesaing. Asumsi dasar teori RBV adalah bahwa
kemampuan perusahaan untuk bersaing sangat tergantung kepada
keunikan sumberdaya yang ada dalam organisasi (Wernefelt, 1984).
Keunikan salah satu sumberdaya yaitu sumberdaya manusia dalam industri
kreatif adalah sumberdaya yang mengahasilkan karya yang didasari dengan
bakat dan kreatifitas yang menghasilkan karya inovatif.
Meningkatnya intellectual capital yang dimiliki sebagaimana
tersebut di atas akan memberikan efek perubahan terhadap kinerja industri
kreatif dengan arah hubungan selaras sebagai model struktural ke dua.
Artinya intellectual capital yang dimiliki benar-benar mampu memberikan
efek peningkatan terhadap kinerja industri kreatif. Modal intelektual paling
tepat digambarkan sebagai informasi dan pengetahuan dalam perusahaan.
Informasi sifatnya lebih statis; sedangkan pengetahuan bersifat dinamis.
Pengetahuan adalah bahan baku perusahaan yang paling penting. Modal
intelektual adalah sumber yang paling penting dari nilai tambah serta
output. Jika pengetahuan tidak dikelola dengan baik, akan dapat merugikan
bisnis. Modal intelektual bukan hanya masalah hukum, tetapi harus
meningkatkan kekayaan bersih perusahaan (Adrian, 2008).
202
Sementara itu sebagai model struktural ketiga adalah pengaruh
secara langsung antara knowledge management dengan kinerja industri
kreatif tidak mempunyai kontribusi yang berarti dengan arah hubungan
yang terbalik (negatif). Artinya KM yang terdapat pada industri kreatif
secara langsung belum mampu memberikan kontribusi terhadap kinerja
industri kreatif. Tidak signifikan pengaruh antara knowledge management
dengan kinerja industri kreatif dengan arah hubungan negatif, menjadikan
pengaruh secara tidak langsung menjadi pilihan. Artinya intellectual capital
berperan sebagai variabel mediasi pengaruh antara knowledge manage-
ment dengan kinerja industri kreatif. Peran intellectual capital sebagai
mediasi tersebut memang mengindikasikan bahwa proses transfer
pengetahuan secara bertahap melalui pemahaman dalam penerimaan sikap
(attitude), competencies, knowledge, design rights, financial relations,
culture, information technology infrastructure, dan beberapa indikator
dalam relational capital seperti brand, company name, customers,
distribution channels, franchise agreements, loyalty yang sangat baik.
Melalui pemahaman indikator dalam dimensi human capital tersebut akan
menghasilkan efek perubahan terhadap performance (kinerja) industri
kreatif. Chen et al., (2004) state that there is a positive relationship between
intellectual capital and enterprise performance. Cabrita and Bontis (2007):
state that each variables of the intellectual capital interact with the business
performance.
Kehadiran knowledge broker (KB) dapat berperan sebagai variabel
moderator dalam pengaruh knowledge management dengan kinerja
industri kreatif merupakan model struktural yang ke empat. Keberadaan KB
dalam hal ini sangat membantu sekali dalam megangkat kondisi pelak-
sanaan knowledge management dalam industri kreatif yang belum
maksimal terutama terkait dengan transfer pengetahuan. Melalui KB
tersebut diharapkan kendala dalam menangkap pengetahuan, penggunaan
203
pengetahuan, pendistribusian pengetahuan, dan mengkreasi pengetahuan
dapat diatasi dengan adanya KB. Melalui KB proses pembelajaran akan
terjadi dalam transfer pengetahuan.
Industri kreatif sebagai organisasi tentunya memerlukan proses
belajar dalam memperoleh pengetahuan dari sumber pengetahuan.
Pembelajaran organisasi (organization learning) memerlukan karyawan
yang memiliki kompetensi yang tinggi, agar bisa beradaptasi dengan
tuntutan perubahan, khususnya perubahan teknologi dan perubahan
paradigma bisnis dari paradigma yang berbasis kekuatan fisik ke paradigma
yang berbasis pengetahuan. Dalam konsep organization learning (OL)
bahwa pembelajaran dalam organisasi akan semakin cepat kalau orang mau
berbagi wawasan dan belajar bersama-sama. Berbagi wawasan
pengetahuan dalam tim menjadi sangat penting untuk peningkatan
kapasitas organisasi dalam menambah modal intelektualnya (Senge 1990).
Sementara itu ‘broker’ (atau knowledge broker) merupakan agen
yang memfasilitasi difusi pengetahuan (Aldrich dan von Glinow, 1992); dan
‘konsultan’ di sini berperan sebagai fasilitator proses inovasi (Bessant dan
Rush, 1995). Berpijak pada uraian di atas maka keberadaan knowledge
broker dapat memberikan kontribusi yang sangat berarti terhadap
hubungan perubahan antara knowledge management dengan intellectual
capital industri kreatif dapat berupa sebagaimana hal berikut: memanfaat-
kan broker pengetahuan untuk membangun akses ke pengetahuan dari luar
kedalam industri kreatif; memanfaatkan broker pengetahuan untuk
internalisasi (penghayatan) pengalaman agar penggunaan pengetahuan
tersebut lebih tepat; memanfaatkan broker pengetahuan dalam
menghubungkan pengetahuan dari sumber pengetahuan ke industri kreatif;
memanfaatkan broker pengetahuan dalam mendukung pengetahuan bagi
industri kreatif.
204
Yang perlu mendapat perhatian adalah pengaruh knowledge
management terhadap kinerja industri kreatif tidak signifikan dengan arah
hubungan tidak searah. Di mana setelah memasukkan 2 karakteristik
responden yaitu lama usaha (< 5 th) dan pendidikan terakhir responden
(SMA) sebagai variabel kontrol menghasilkan temuan bahwa ke dua
karakteristik responden tersebut benar-benar sebagai variabel yang dapat
mengontrol perubahan variabel bebas terhadap variabel tergantung.
Artinya perubahan knowledge management terhadap perubahan kinerja
industri kreatif benar-benar bukan disebabkan oleh variabel di luar variabel
penelitian (disebabkan oleh lama usaha dan tingkat pendidikan). Maknanya
semakin tinggi pendidikan pengelola industri kreatif, dan semakin lama
usaha industri kreatif, akan menyebabkan pengaruh antara knowledge
management terhadap kinerja industri kreatif semakin kuat.