1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perwakafan tanah adalah perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang
memisahkan sebagian harta kekayaan, yang berupa tanah milik dan melembagakan
untuk selama-lamanya untuk kepentingan umum sesuai dengan ajaran Islam.1
Bahwa kesempatan berwakaf bukan hanya milik orang-orang kaya, tetapi
milik semua lapisan masyarakat.2 bagi sebagian besar rakyat indonesia, tanah
memiliki kedudukan penting dalam kehidupan mereka sehari-hari. Berbagai jenis hak
dapat melekat pada tanah, dengan perbedaan prosedur, syarat dan ketentuan untuk
memperoleh hak tersebut, di dalam hukum adat dikenal hak membuka tanah, hak
wenang pilih, hak menarik hasil sampai hak milik.3
Hak milik disebutksn dalam pasal 20 ayat 1 yaitu “hak turun temurun, terkuat
dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan
dalam pasal 6” dalam definisi yang terdapat dalam pasal 20 ayat 1 di atas, tergambar
mengenai pengertian dan isi hak milik, yang membedakan dengan hak tersebut
dengan hak-hak lainya. Ungkapan itu dimaksudkan untuk membedakan hak milik
tersebut dengan hak guna usaha, bahwa hak itu merupakan hak yang mutlak tidak
1 Imam Suhadi, Wakaf untuk Kesejahteraan Umat, (Yogyakarta : Dana Bakti Prima Yasa,
2002), cet.1 h.1. 2 Direktorat Jenderal Bingbingan Masyarakat Isalam epartemen Agama RI, Fiqih Wakaf,
(Jakarta : Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2007), h.91. 3 Adijani Al-alabij, Perwakafan Tanah di Indonesia, ( jakarta : Raja Grafindo Persada , 1989
),h.1.
2
terbatas dan tidak dapat diganggu gugat, seperti hak eigendom yang dirumuskan
dalam BW. Hal ini disebabkan karena sifat mutlak sebagaimana dirumuskan dalam
BW, bertentangan dengan sifat hukum adat, dan fungsi sosial dari tiap-tiap hak.4
Wakaf merupakan satu bentuk ibadat dengan cara memisahkan sebagian harta
benda yang kita miliki untuk dijadikan harta milik umum, yang akan diambil
manfaatnya bagi kepentingan orang lain atau manusia pada umumnya. Pahala wakaf
terus mengalir sekalipun yang berwakaf sudah meninggal dunia. Wakaf merupakan
salah satu lembaga keagamaan yang telah dianjurkan oleh Allah swt., untuk dijadikan
sarana penyaluran harta yang dikaruniakan oleh-Nya kepada manusi. Amalan wakaf
amat besar artinya bagi kehidupan sosial ekonomi, kebudayaan dan keagamaan.5
Hukum perwakafan tanah merupakan hukum yang hidup dalam masyarakat
dalam GBHN bidang hukum telah dicantumkan agar hukum yang hidup dalam
masyarakat untuk dilakukan kodifikasi.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas perlu adanya kepastian hukum bagi tanah
wakaf, agar tanah wakaf diharapkan dapat memecahkan problem sosial, membentuk
harga diri dan solidaritas sosial, dan intitusi perwakafan sebagai aset kebudayaan
nasional. Oleh karena itu, maka peneliti memandang penting selalu mengadakan
penelitian hukum tanah ini. Fungsi sosial dari perwakafan mempunyai arti bahwa
penggunaan hak milik dan pada seseorang harus memberi manfaat langsung atau
4 Suparman Usman, Hukum Agraria di Indonesia Bagian Hukum Tanah, ( Serang : IAIN “
SUHADA” PRESS, 2009), h.71. 5 Suparman Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, (Serang :Darul Ulum Press, 1994),
h.15.
3
tidak langsung kepada masyarakat. Dalam ajaran pemilikan terhadap harta benda
(tanah) tercakup di dalamnya benda lain, dengan perkataan lain bahwa benda
seseorang ada hak orang lain yang melekat pada harta benda tersebut.6 seperti yang
dimaksud dalam firman Allah Surat adz-Dzariyat, ayat 19 :
Artinya : “Dan di dalam harta benda mereka ada hak bagi orang yang minta
(karena tidak punya) dan bagi orang-orang yang terlantar”. (QS : adz-
Dzariyat : 19)7
Kepemilikan harta benda yang tidak menyertakan kepada kemanfaatan
terhadap orang lain merupakan sikap egoisme kehidupan yang salah. Hudup sendiri
dan mandiri dalam ketunggalan yang mutlak, dan dalam keesaan yang tidak
mengenal ketergantungan apa pun, hanyalah sifat bagi Allah semata. Manusia yang
mencapai kesadaran batin yang tinggi memandang alam semesta di sekitarnya
sebagai suatu kesatuan, dimana kehadiran yang satu terkait, tergantung dan
berkepentingan dengan kehadiran yang lain. Dalam hubungan ini, Al-quran
memberikan petunjuk untuk selalu memelihara kebersamaan sebagai makhluk sosial
dan menempatkan nilai-nilainya ke dalam pola hubungan kemanusiaan dengan tetap
saling menghormati, menjaga, melindungi, mengasihi dan menyantuni sebagaimana
diatur dalam sistem ajaranya, seperti perwakafan.
6 Departemen Agama RI, Pandangan Baru Wakaf di Indonesia, (Jakarta: Direktorat
Pemberdayaan Wakaf, 2007), h.92. 7 Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemaahanya, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,
2004), h.523.
4
Dengan menunaikan ibadah wakaf akan memberi pengaruh terhadap
kehidupan sosial yang positif dan dinamis penuh rasa tanggung jawab sosial,
terhindar dari pengaruh paham negatif seperti kapitalisme yang membawa pada sikap
individualistis, egoistis dan komunisme yang menghasut golongan rakyat kecil
dengan orang-orang kaya dan pemerintah.
Karenanya prinsip dasar wakaf yang bertujuan untuk menciptakan keadilan
sosial merupakan implementasi dari sistem ekonomi yang mendorong dan mengakui
hak milik individu dan masyarakat secara seimbang. Konsep keadilan dalam Islam
mengajarkan agar manusia menyadari sedalam-dalamnya bahwa Allah Maha Adil
terhadap seluruh makhluk-Nya. Salah satu keadilan-Nya yang agak sulit dipahami
adalah dibeda-bedakan-Nya dalam pemberian wakaf.8
Wakaf bukan seperti sedekah biasa, tapi lebih besar ganjaran dan manfaatnya
terutama bagi diri si pewakaf, karena pahala wakaf terus mengalir selama masih dapat
digunakan bukan hanya itu, wakaf sangat bermanfaat bagi masyarakat sebagai jalan
kemajuan.9
Wakaf sebagai sebuah pranata yang berasal dari hukum Islam memegang
peranan penting dalam kehidupan keagamaan dan sosial umat Islam. Kompilasi
Hukum Islam di Indonesia (KHI) menyatakan bahwa wakaf adalah perbuatan hukum
seseorang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan
8 Departemen Agama RI, Pandangan Baru Wakaf di Indonesia,...., h.93.
9 Abdul Rahman dkk, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h.181.
5
melambangkanya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadat dan keperluan
umum lainya sesuai dengan ajaran Islam.
Dengan demikian, perspektif kompilasi hukum Islam maupun hukum Islam
pada umumnya, harta benda milik yang diwakafkan tidak harus dalam bentuk benda
yang tidak bergerak (benda tetap) misalnya tanah, namun benda pada umumnya dapat
diwakafkan, seperti benda yang dapat bergerak, asalkan benda yang bersangkutan
memiliki daya tahan yang tidak hanya sekali pakai atau bernilai menurut ajaran Islam.
Benda-benda selain tanah dapat diwakafkan sepanjang benda tersebut bila digunakan
atau saat diambil manfaatnya tidak seketika habis atau musnah.
Khusus wakaf yang berwujud tanah pada umumnya sudah terjadi sejak dahulu
kala yang diberikan atas dasar keikhlasan dan keridhoan semata serta menurut
tatacara adat setempat tanpa didukung data autentik dan surat-surat keterangan lainya,
sehingga banyak tanah wakaf yang tidak jelas keberadaanya, dalam kondisi sekarang
dimana kebutuhan dan penggunaan tanah semakin luas, maka tanah wakaf yang tidak
ada surat-suratnya tersebut harus berpindah tangan kepada orang-orang yang tidak
bertanggung jawab.10
Dari latar belakang tersebut di atas, penulis ingin menuangkan dalam karya
tulis ilmiah yang berbentuk skripsi yang berjudul “MINAT MASYARAKAT
KADUBEREUM TERHADAP TANAH WAKAF ( Stadi Kasus di Desa
Kadubereum)”.
10
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, ( Jakarta : Akademika Pressimdo,
2004), h.165.
6
B. Fokus Penelitian
Penelitian di fokuskan kepada penelitian dalam bentuk studi kasus di Desa
Kadubereum Tentang Minat Masyarakat Kadubereum terhadap wakaf tanah.
C. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana minat masyarakat terhadap pencatatan wakaf tanah?
2. Berapa jumlah minat wakaf di Desa Kadubereum?
3. Apa faktor yang mempengaruhi penyusutan minat wakaf Desa Kadubereum?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui minat masyarakat terhadap pencatatan wakaf tanah.
2. Untuk mengetahui banyaknya minat wakaf di Desa Kadubereum.
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penyusutan minat wakaf Desa
Kadubereum.
E. Manfaat Penelitian
Ada permulaan sampai akhir skripsi ini, diharapkan memberi manfaat
tersendiri bagi peneliti khususnya.
Berikut merupakan manfaat sederhana penyusunan skripsi ini antara lain
sebagai berikut:
7
1. Bagi Penulis
Diharapkan dari hasil penelitian, penulis secara umum dapat mengembangkan
keilmuan serta wawasan yang dimiliki.
2. Dari Segi Praktik
Diharapkan dalam penelitian ini memberikan kepedulian serta sumbangan
kepada lembaga karena wakaf adalah ibadah
F. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Penelitian tentang wakaf pernah dilakukan oleh pihak lain yang dipakai
bahan masukan serta bahan pengkajian yang berkaitan dengan penelitian antara lain:
Hambali sy dari IAIN “Sultan Maulana Hasanuddin Banten” Serang, tahun
1999 dengan judul ”Masa Depan Perwakafan Pada Era Industrialisasi (Stadi
Kasus)”
Peneliti di atas mengambil studi kasus di wilayah Desa Gunung Sugih
kecamatan Ciwandan Kota Madya Cilegon kabupaten Cilegon. Hasil penelitian yang
dilakukan dilapangan mendeskripsikan tentang bahwa dalam masalah Masa Depan
Perwakafan Pada Era Industrialisasi ini sangatlah penting bagi kehidupan yang akan
datang.
Robiatul Adawiyah dari IAIN “Sultan Maulana Hasanuddi Banten” Serang,
tahun 2010 dengn judul “Pemberdayaan Tanah Wakaf untuk Kesejahteraan
Masyarakat (Stadi Kasus)”
8
Peneliti di atas mengambil studi kasus di wilayah Desa Songgom Kecamatan Cikande
Kabupaten Serang. Hasil penelitian yang dilakukan dilapangan mendeskripsikan
bahwa Pemberdayaan Tanah Wakaf untuk Kesejahteraan Masyarakat.
Dewiyani dari IAIN “Sultan Maulana Hasanuddi Banten” Serang, tahun 2004
dengn judul “Pelaksanaan Wakaf Tunai Pasca Undang-undang Nomor 41 Tuhun
2004 Tentang Wakaf (Stadi di Kementrian Agama Kota Cilegon)”
Peneliti di atas mengambil studi kasus di Kementrian Agama Kota Cilegon
Kabupaten Cilegon. Hasil penelitian yang dilakukan di lapangan mendeskripsikan
bahwa Pelaksanaan Wakaf Tunai Pasca Undang-undang Nomor 41 Tuhun 2004
Tentang Wakaf.
G. Kerangka Pemikiran
Rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada
yang menyuruh. Sehingga minat itu merupakan suatu dorongan yang timbul karena
adanya perasaan senang terhadap sesuatu. Minat pada dasarnya adalah penerimaan
akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat atau
dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya.
Minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk
menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang di
rangsang oleh kegiatan itu sendiri.
Minat adalah : Perasaan ingin tahu, mempelajari, mengagumi dan memiliki
sesuatu. Disamping itu minat merupakan bagian dari ranah afeksi, mulai dari
9
kesadaran sampai pada pilihan nilai. Minat merupakan pengerahan perasaan dan
menafsirkan untuk sesuatu hal.11
Dalam pandangan hukum Islam segala sesuatu yang
ada di langit dan di bumi, baik benda mati atau pun makhluk hidup, adalah
kepunyaan Allah swt. Hal ini seperti disebutkan Allah swt. Dalam Al-qura’an:
“Ingatlah, Sesungguhnya kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan di
bumi. Ingatlah, Sesungguhnya janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan mereka
tidak mengetahui(nya).”(Q.S. yunnus: 55).12
Islam memulai pandangannya terhadap sesuatu soal itu dari segi tujuannya:
jama’ah. Mereka yang mempelajari syari’at Islam secara mendalam dapat mengerti
bahwa jika di luar biadang peribadatan dikatakan suatu hak adalah hak Allah, maka
yang dimaksud ialah hak jama’ah atau hak umum.
Manusia sebagai makhluk Allah Swt., yang diberi jiwa akal pikiran, perasaan
dengan beberapa tugas kewajiban dalam hidupya. Mereka dikaruniai harta milik
Allah sebagai amanat yang harus dipeliharanya, harta tersebut harus digunakan untuk
kemaslahatan umat manusia pada umumnya, dan harus dipergunakan sesuai dengan
petunjuk-Nya.13
Kitab-kitab fiqih beraneka ragam mengungkapkan atau mendefinisikan
tentang wakaf dan para ulama mendefinisikan sebagai berikut:
11
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Grasindo Persada,2007),
h.39. 12
Departemen Agama, Al-Quran’an dan Terjemaahanya, (Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2004), h.215. 13
Suparman Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia,... h.5-6.
10
- Wakaf jelas suatu tindakan hukum dari seseorang manusia atau badan hukum,
dalam rangka ibadah kepada Allah, jadi tujuan utama wakaf semata-mata
untuk mendapatkan pahala dari Allah.
- Benda wakaf harus tetap kekal apabila diambil manfaatnya
- Hak milik dari benda wakaf berpindah dari si wakif kepada hak Allah oleh
karena itu haknya abadi
- Benda wakaf dimanfaatkan untuk kebaikan.14
Para ulama Islam menjadikan Dalil-dalil Al-qur’an dan al-Hadist sebagai
sandaran hukum tentang perwakafan berdasarkan pemahaman serta adanya syarat
tentang hal tersebut.
Hadis yang diriwayatkan oleh lima ahli hadist dari ibnu umar yang
menceritakan bahwa Umar r.a memperoleh sebidang tanah di Khaibar.
بيب ر فأاتى النب صلى الله الله عنهما قال : اصاب عمر ارضاى ن عمر رضعن اب ها ف قا ل : يارسول م عليو وسلم يستأ لا حب ماا ل انى اصبت ارضا بيب ر الله ر في
لو رسول الله صلى و سلم , ان قال ف ن بو. فما تأمر قط ىو ان فس عندى منو ق قت با ف تصد ان ها لات باع ولات وىب , با عمر شئت حبست اصلها وتصد
ق با ف الفقراء وف القرب و الله وابن قاب وف سبيل لرى ف اولات ورث. قال وتصدبيل ها ان يأكل الس يف لاجناح على من ولي ى ها والض ر بالمعرف من ويطعم غي
متموىل و ف لفظ : غير متأ ثل مالا )رواه البجاري , و مسلم , والتر ميذى , و النساء , و احمد(
Dari ibnu umar ra. Berkata, umar telah menguasai tanah di khoibar, kemudian ia datang kepada Nabi Muhammad SAW., guna meminta instruksi
14
A. Djazuli, Fiqih Siayasah, Implementasi Kemaslahatan Umat dalam Rambu-rambu
Syariah, (Jakarta, Prenada Media), 2003, Edisi Revisi II, h.374.
11
sehubungan tanah tersebut. Ia berkata: “ ya rasulallah, aku telah memperoleh sebidang tanah di khaibar, yang aku tidak menyenanginya seperti padanya, apa yang engkau perintahkan kepadaku dengannya”? beliau bersabda:” jika kamu menginginkan, tanahlah aslinya dan sadaqahkan hasilnya. Maka bershadaqahlah’ Umar. Tanah tersebut tidak bias dijual, dihibahkan dan diwariskan. Ia menshodaqohkannya kepada orang-orang fakir, budak, perjuangan dijalan Allah, ibnu sabil, dan tamu-tamu. Tidak berdosa orang yang mengelolanya, memakan dari hasil tanah tersebut dengan cara yang ma’ruf dan memakannya tanpa maksud memperkaya diri.
15
Menjelaskan dalam Al-qur’an bahwa manusia tidak sekali-kali sampai kepada
kebaikan (yang sempurna) sebelum ia menafkahkan sebagian harta yang dicintainya.
Firman Allah dalam QS. Ali Imran ayat 92
Artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja
yang kamu nafkahkan sesungguhnya Allah mengetahuinya” (QS. Ali Imran
ayat 92).16
H. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan ditinjau dari tempatnya.
Sedangkan jenis penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif, yaitu
penelitian yang bertujuan menggambarkan minat masyarakat Padarincang terhadap
wakaf tanah. Untuk memperoleh data yang lengkap dan obyektif, maka dalam
mendukung penelitian ini, peneliti melakukan beberapa langkah-langkah penelitian
yaitu:
1. Pengumpulan Data
15
Imam Ibn Hajr, Bulugh Al-Maram Min Adilat Al-Ahkam, (Libanon: Daer el Aker, 1993), h.
395. 16
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemaahanya,...., h.44
12
a. Penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu suatu cara mengumpulakan
data pustaka dengan cara meneliti buku-buku yang relevan dan yang ada
kaitanya dengan masalah yang penulis bahas.
b. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu penelitian terjun langsung ke
masyarakat Desa Kadubereum selaku penyelenggara Minat Tanah Wakaf.
Cara ini ditempuh dengan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu:
b.1. Kuesioner/angket, dimana dalam penentuan sempelnya menggunakan
teknik random samping (pengambilan sampel secara acak)
b.2. Interview/Wawancara, dalam hal ini, peneliti mewawancarai Kepala Desa
dan yang berminat wakaf tanah
2. Pengolahan Data
Dalam penelitian kualitatif, manusia (peneliti) menjadi instrumen
penelitian. Ciri khas penelitian ini tidak lepas dari pengamatan. Setelah data
diperoleh selanjutnya data itu diolah dengan menggunakan metode pendekatan
deskriftif kualitatif yaitu penelitian yang nantinya akan menghasilkan data
deskriftif analitis yang tidak menggunakan prosedur analitis statistik. Akan tetapi
akan dinyatakan secara tertulis, lisan, dan perilaku nyata.
3. Analisis Data
Metode analisis yang penulis gunakan adalah yaitu dengan
mengumpulkan data yang diperoleh, kemudian mengadakan analisa lanjutan
terhadap hasil perorganisasian data yang menggunakan kaidah-kaidah dan teori
serta dalil yang berkenaan dengan masalah yang penulis susun.
13
Proses menganalisis data, penulis memulai dengan menelaah data yang
telah di kumpulkan dan di dapat dari berbagai sumber baik dari buka-buku, hasil
wawancara, observasi dalam berbagai catatan lapangan, dokumen resmi dan lain
sebagainya. Setelah dikumpulkan kemudian di baca, dipelajari dan ditelaah untuk
selanjutnya di susun kedalam satuan-satuan untuk kemudian di uraikan.
Tahapterakhir dari analisis data adalah pemeriksaan keabsahaan data.
Untuk mengetahui keabsahan yaitu dengan cara membandingkan hasil
pengamatan dengan hasil wawancara.
Penafsiran analisis datanya penulis menggunakan analisa data kualitatif
yang bersifat deskriftif melalui uraian dan penjelasan yang akhirnya dapat di tarik
kesimpulan dengan mengguanakn penalaran secara berfikir induktif, yaitu penulis
mengemukakan data yang bersifat khusus untuk ditarik pada data yang bersifat
umum.17
I. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam karya ilmiah ini terdiri dari lima bab yaitu:
BAB 1 Pendahuluan, terdiri dari : Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian,
Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat penelitian, Peenelitian Terdahulu
yang Relevan, Krangka Pemikiran, Metode Penelitian dan Sistematika Pembahasan.
BAB II Pada bab ini akan dibahas sekilas tentang Gambaran Umum Desa
Kadubereum Kecamatan Padarincang Kabupaten Serang terdiri dari : Letak
17
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta,Pustaka Pelajar,1998), h.21.
14
Geografis, Data Demografi Desa Kadubereum, dan Data perwakafan di Desa
Kadubereum.
BAB III Dalam bab ini terdiri dari : Kajian Teoritis tentang Perwakafan,
Pengertian Perwakafan Tanah, Kedudukan Benda yang di Wakafkan, dan Unsur-
unsur wakaf dan syaratnya.
BAB IV Bab ini mengenai Tujuan tentang Perwakafan di Desa Kadubereum
Kecamatan Padarincang Kabupaten Serang dalam Hubungan dengan minat Wakaf
terdiri dari: Mengetahui Minat Masyarakat terhadap Pencatatan Wakaf Tanah di Desa
Kadubereum, Jumlah perwakafan yang ada di desa kadubereum dan faktor yang
mempengaruhi penyusutan minat wakaf di Desa Kadubereum.
BAB V Penutup, terdiri dari : Kesimpulan dan Saran-saran. Kesimpulan
diperoleh berdasarkan uraian dan penjelasan secara keseluruhan dari bab-bab
terdahulu. Kemudian di bagian akhir terdapat Daftar Pustaka dan Lampiran-lampiran.