Download - BAB-1-2-3-4-5-6
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan tekanan yang tinggi dalam arteri dengan tingkat
yang melebihi 140/90 mmHg yang dikonfirmasikan pada berbagai
kesempatan (Gardner, 2007). Menurut World Health Organization (WHO)
tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg, tekanan
darah 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi dan tekanan darah
diantara normotensi dan hipertensi disebut Garis Batas Hipertensi (Udjianti,
2010). Sementara menurut American Society of Hypertension (ASH) dalam
Umar (2012), menyatakan bahwa hipertensi adalah suatu sindrom atau
kumpulan gejala yang berasal dari jantung dan pembuluh darah
(kardiovaskuler) yang progresif, sebagai akibat dari kondisi lain yang
kompleks dan saling berhubungan. Berdasarkan penjelasan 3 pakar tersebut,
maka peneliti menganalisis Hipertensi merupakan sebuah kondisi medis saat
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal.
World Health Organization (WHO) pada Tahun 2011 dalam Susilo
(2013) mencatat hingga 1 milliar orang di dunia mengalami hipertensi, dua
pertiga diantaranya berada di Negara berkembang yang berpenghasilan
rendah sedang dan prevalensi hipertensi diperkirakan akan meningkat pada
tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa diseluruh dunia. Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar (Rikesdas) Tahun 2013, mengemukakan prevalensi
-
2
hipertensi di Indonesia mencapai 25,8% berdasarkan umur 18 Tahun dan
prevalensi hipertensi di Sumatera Barat menurut hasil Riset Kesehatan Dasar
Depkes RI Tahun 2013, mencapai 22,6%. Dari Profil Pembangunan
Pelayanan Kesehatan Kab Agam Tahun 2010, hipertensi merupakan penyakit
nomor 5 dari 10 penyakit terbanyak sesuai ICD-10 setelah ISPA, Rheumatik,
Gastritis, Infeksi Penyakit Kulit, dengan angka kejadian hipertensi 8,8%
(8.231 jiwa) dan merupakan penyakit nomor 3 terbanyak setelah Rheumatik
dan Gastritis jika dikategorikan dalam Penyakit Tidak Menular (PTM) pada
Tahun 2012. Sementara data yang didapat dari Rumah Sehat Cinta Herbal
(RSCH) As-Salam angka kunjungan untuk pasien hipertensi pada Tahun
2012 sebanyak 161 orang dan pada Tahun 2013 mengalami kenaikan menjadi
264 orang.
Hipertensi diperkirakan menjadi penyebab kematian sekitar 7,1 juta
orang di seluruh dunia atau sekitar 13% dari total kematian penduduk dunia.
Hipertensi yang dibiarkan tanpa penanganan akan mengakibatkan komplikasi
pada gangguan kesehatan, seperti dibagian otak: akan menyebabkan stroke,
mata: menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan,
jantung: menyebabkan penyakit jantung koroner dan gagal jantung, ginjal:
menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal (Susiyanto, 2013).
Dalam mencegah komplikasi, maka penanganan untuk hipertensi dapat
dilakukan secara pengobatan farmakologis, pengobatan non farmakologis,
maupun pengobatan komplementer. Akhir-akhir ini banyak orang menyukai
pengobatan komplementer, beberapa alasan diantaranya: biayanya
-
3
terjangkau, tidak menggunakan bahan-bahan kimia dan efek penyembuhan
cukup signifikan (Widharto, 2007) dan salah satu pengobatan komplementer
yang dapat menangani hipertensi yaitu terapi bekam (Umar, 2012).
Secara bahasa bekam berarti menghisap dan menurut istilah bekam
berarti peristiwa penghisapan kulit, penyayatan dan mengeluarkan darahnya
dari permukaan kulit, yang kemudian ditampung didalam gelas, maka Umar
(2008) menyimpulkan bekam adalah pengobatan dengan cara menghisap
permukaan kulit, sehingga darah dan segala sesuatu yang berada dibawah
kulit akan ikut tersedot dan membanjiri daerah yang dihisap tersebut, dan
terjadilah fenomena pengumpulan darah. Menurut Yasin (2013), bekam
diartikan sebagai peristiwa penghisapan darah dengan alat menyerupai
tabung, serta mengeluarkannya dari permukaan kulit dengan penyayatan yang
kemudian ditampung didalam gelas. Sementara menurut Widharto (2007)
Bekam merupakan suatu teknik pengobatan Sunnah Rasulullah SAW yang
telah lama dipraktekkan oleh manusia sejak zaman dahulu kala, kini
pengobatan ini dimodernkan dan mengikuti kaidah-kaidah ilmiah serta
menggunakan alat yang praktis dan efektif serta tanpa efek samping.
Berdasarkan penjelasan 3 pakar tersebut, maka peneliti menganalisis Bekam
merupakan pengobatan Sunnah Rasul dengan cara penghisapan,
penyayatan/tusukan pada kulit dan membuang darah kotor dari tubuh yang
terkumpul dan ditampung dalam gelas/alat sejenisnya.
Secara ilmiah, mekanisme penyembuhan bekam pada hipertensi
didasarkan atas teori aktivasi organ, dimana bekam akan mengaktivasi organ
-
4
yang mengatur aliran darah seperti hati, ginjal dan jantung, agar organ-organ
ini tetap aktif dalam mengatur peredaran darah dan sehingga tekanan darah
tetap terjaga. Selain itu, bekam juga menyeimbangkan secara alamiah bila
ada tekanan darah yang meningkat dan umumnya tubuh mampu menurunkan
tekanan darah dengan cara alami. Bila tekanan darah sangat tinggi,
mekanisme alami proses penurunan darah tidak mampu dilakukan secara
alami, sehingga perlu dibantu dengan bekam dan dengan memilih titik yang
tepat bisa membantu penanganan hipertensi (Umar, 2012).
Dalam pengantar buku berjudul Bekam Sunnah Nabi dan Mukjizat
Medis, Yasin (2013) menjelaskan bahwa dalam kedokteran tradisional,
dibawah kulit, otot maupun fascia terdapat satu poin atau titik yang istimewa.
Antara satu poin dengan poin lainnya saling berhubungan, antara organ-organ
tubuh dengan jaringan bawah kulit, antara organ yang satu dengan organ
lainnya. Pengobatan pada satu poin akan menyembuhkan poin lainnya,
misalnya pada orang yang sakit matanya tidak perlu dibekam pada matanya,
namun dapat dibekam di daerah kepala atau sekitar tengkuk (Umar, 2012).
Penelitian dari kedokteran modern membuktikan bahwa apabila
dilakukan pembekaman pada satu poin, maka kulit (kutis), jaringan bawah
kulit (sub kutis), fascia dan ototnya akan terjadi kerusakan dari mast cell dan
lain-lain (Yasin, 2013). Sementara akibat kerusakan ini dilepaskan beberapa
zat seperti serotonin, histamine, bradikinin, Slow Reacting Substance (SRS),
serta zat-zat lain yang belum diketahui (Ridho, 2012). Zat-zat ini
menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler dan arteriol, serta flare reaction
-
5
pada daerah yang dibekam dan dilatasi kapiler juga dapat terjadi ditempat
yang jauh dari tempat pembekaman, yang menyebabkan terjadinya perbaikan
mikrosirkulasi pembuluh darah, akibatnya akan timbul efek relaksasi
(pelemasan) otot-otot yang kaku serta akibat vasodilatasi umum akan
menurunkan tekanan darah secara stabil (Umar, 2012). Sementara golongan
histamine yang ditimbulkan mempunyai manfaat dalam proses reparasi
(perbaikan) sel dan jaringan yang rusak (Ridho, 2012).
Dokter Ali Muhammad Muthowi, Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Al-Azhar, Mesir seorang ahli radiologi dan tumor dalam
Susiyanto (2013), memiliki landasan ilmiah yang cukup dikenal, bahwa
organ-organ dalam tubuh berhubungan dengan bagian-bagian tertentu pada
kulit manusia di titik masuk syaraf yang menyuplai makanan ke organ-organ
tersebut di saraf tulang belakang. Hubungan ini mengakibatkan rangsangan
apapun yang diarahkan pada kulit manapun pada bagian tubuh akan
mempengaruhi organ-organ internal yang berhubungan dengan bagian kulit
ini (Susiyanto, 2013). Sementara Umar (2012) dalam buku yang berjudul
Bekam untuk 7 Penyakit Kronis, mengemukakan bahwa inilah salah satu
jawaban kenapa yang sakit organ dalamnya, namun yang dibekam kulitnya.
Penelitian yang dilakukan Mustika (2012) tentang Pengaruh Terapi
Bekam Terhadap Tekanan Darah pada pasien Hipertensi di Klinik De Besh
Centre dan Rumah Sehat Sabbihisma Kota Padang, didapatkan hasil bahwa
terdapatnya pengaruh yang bermakna pada tekanan darah sistolik dan
diastolik pasien hipertensi sebelum dan setelah terapi bekam dengan nilai
-
6
=0,000 (sistolik) dan =0,003 (diastolik) dimana
-
7
dependennya yaitu penurunan tekanan darah dengan responden pada pasien
dengan hipertensi dan desain penelitian yang akan peneliti lakukan
menggunakan desain Pre Eksperiment. Menurut asumsi peneliti kesimpulan
yang dapat diambil dari penelitian diatas, yaitu terdapatnya pengaruh terapi
bekam terhadap berbagai kondisi seperti pada penrunan kolesterol dan
khususnya pada penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Berdasarkan hasil dari 3 penelitian diatas yaitu terdapatnya pengaruh
yang bermakna dari terapi bekam, maka peneliti melakukan studi
pendahuluan untuk mengetahui data angka kejadian hipertensi dan
mengetahui penerapan terapi bekam pada tanggal 13 Maret 2014 yang
peneliti lakukan di Rumah Sehat Cinta Herbal (RSCH) As-Salam Tanjung
Alam Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam yang terdaftar di Dinas
Kabupaten Agam dengan Nomor STPT (Surat Terdaftar Pengobatan
Tradisional): 04/YANKES-INST/AGAM-STPT/VII/2008. Klinik ini banyak
dikunjungi pasien yang datang berbekam dengan berbagai keluhan penyakit,
tingkat umur, dari remaja sampai lansia dan dari dalam maupun luar daerah.
Dimana jumlah pasien Hipertensi pada Tahun 2012 sebanyak 161 orang dan
pada Tahun 2013 sebanyak 264 orang. Pasien yang datang dilakukan
pembekaman 1 kali dalam sebulan dan ada beberapa yang sampai 2 kali
dalam sebulan dalam jarak waktu 2 minggu sesuai kondisi dan keadaan
penyakitnya. Hasil yang didapat adalah pasien yang sudah terapi bekam
mengalami kesembuhan atas penyakitnya.
-
8
Pada tanggal 15 Maret 2014, peneliti melakukan studi pendahuluan
kembali, peneliti mewawancarai dengan melibatkan beberapa orang pasien
dan terapis/orang yang membekam. Berdasarkan wawancara dengan 3 dari 6
orang pasien bekam yang datang berobat pada saat itu yang telah dibekam,
mereka merasakan efek langsung beberapa saat setelah dibekam. Seorang
pasien mengeluh mengalami sakit dan berat di pundak, nyeri pada
persendian, sakit kepala merasakan reaksi beberapa saat setelah terapi bekam,
seperti rasa berat dan sakit di pundak jauh berkurang, tubuh terasa ringan,
sakit kepala jauh berkurang dan persendian yang sebelumnya nyeri dan jauh
berkurang dari sebelumnya.
Berdasarkan wawancara dengan 2 dari 3 orang terapis bekam (orang
yang membekam) pada saat itu, mereka mengatakan banyak penyakit yang
sudah disembuhkan dengan bekam termasuk penyakit hipertensi, dari hasil
pengukuran tekanan darah pasien hipertensi setelah dibekam mengalami
penurunan dan ada yang turun hingga batas normal dengan dilakukan 2 kali
pengeluaran darah hanya dalam waktu sekali dilakukan proses terapi bekam.
Terapis/orang yang membekam di klinik bekam ini juga mengatakan untuk
penyakit serius, hipertensi termasuk penyakit yang banyak berobat setelah
penyakit stroke, pada pasien dengan hipertensi didapatkan reaksi penurunan
tekanan darah, dan ada yang sampai batas normal setelah dilakukan terapi
bekam sekali saja. Terapi bekam telah banyak dilakukan di Agam,
Bukittinggi, dan sekitarnya. Namun penerapannya baru terbatas pada tataran
keyakinan atas kebenaran sabda Rasulullah SAW, belum didukung oleh
-
9
banyak bukti-bukti ilmiah, sehingga penerapannya masih diragukan sejumlah
orang.
Berdasarkan uraian diatas peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian dengan terapi bekam pada pasien hipertensi, karena dengan
menangani hipertensi terlebih dahulu, bisa menghindari resiko tinggi untuk
munculnya komplikasi seperti stroke dan lain-lain di Klinik Bekam di
Wilayah Sumatera Barat yaitu di Kabupaten Agam bertempat di Rumah
Sehat Cinta Herbal As-Salam Tanjung Alam yang mempunyai izin dari Dinas
Kesehatan Kab Agam sejak Tahun 2008, dikarenakan fenomena Sumatera
Barat mempunyai prevalensi kejadian hipertensi yang termasuk tinggi di
Indonesia dan Kabupaten Agam juga mempunyai hipertensi yang termasuk
tinggi di Sumatera Barat, kejadian ini dipicu oleh berbagai faktor misalnya
pola makan masyarakat/orang minang di Sumatera Barat, seperti konsumsi
makanan tinggi garam atau lemak. Sementara Sibungsu (2009) juga
mengatakan selama ini penduduk Sumatera Barat juga dikenal dengan
kebiasaan mengkonsumsi makanan bersantan. Dari uraian diatas, maka
peneliti memutuskan untuk meneliti dan membuktikan secara langsung
tentang Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada
Pasien Hipertensi di Rumah Sehat Cinta Herbal (RSCH) As-Salam Tanjung
Alam Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam Tahun 2014.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada Pengaruh
Terapi Bekam terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di
-
10
Rumah Sehat Cinta Herbal (RSCH) Assalam Tanjung Alam Kecamatan
Ampek Angkek Kabupaten Agam Tahun 2014 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh terapi bekam terhadap penurunan tekanan
darah pada pasien hipertensi di Rumah Sehat Cinta Herbal (RSCH)
Assalam Tanjung Alam Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam
Tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini untuk mengidentifikasi:
a. Distribusi frekuensi tekanan darah pada pasien hipertensi sebelum
dilakukan terapi bekam.
b. Distribusi frekuensi tekanan darah pada pasien hipertensi setelah
dilakukan terapi bekam.
c. Pengaruh terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien
hipertensi.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Praktek Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dalam upaya
meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya pada penderita
Hipertensi melalui penyuluhan kesehatan kepada pasien sebagai
penanganan melalui pengobatan komplementer dalam usaha untuk
menurunkan tekanan darah melalui terapi bekam.
-
11
2. Bagi Pendidikan Keperawatan
Memberikan sumbangan ilmiah kepada pendidik dan mahasiswa,
dan menambah wawasan baru tentang penanganan terhadap kasus
hipertensi dengan pengobatan komplementer yaitu terapi bekam, yang
dapat diterapkan dalam membuka praktek mandiri keperawatan oleh
mahasiswa keperawatan setelah tamat nanti.
3. Peneliti Selanjutnya
Selain hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu acuan maupun
literatur dan disarankan untuk penelitian selanjutnya agar meneliti
penyakit lainnya yang masih berhubungan dengan manfaat terapi bekam,
seperti diabetes, kolesterol, asam urat, dan penyakit tidak menular lainnya
serta menjadikan hasil penelitian ini sebagai perbandingan dalam
pengembangan penelitian.
4. Bagi masyarakat
Memberikan tambahan bukti-bukti ilmiah mengenai terapi bekam
dalam menangani penyakit, khususnya dalam menurunkan tekanan darah
pada pasien hipertensi. Sehingga masyarakat dapat menerapkan terapi
bekam sebagai solusi kesehatan untuk menurunkan tekanan darah, dan
pengobatan komplementer terapi bekam dapat dijadikan sebagai
pendukung pengobatan konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain
diluar pengobatan medis.
-
12
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas tentang Pengaruh Terapi Bekam terhadap
Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Rumah Sehat Cinta
Herbal (RSCH) As-Salam Tanjung Alam Kecamatan Ampek Angkek
Kabupaten Agam Tahun 2014. Berdasarkan fenomena mengenai prevalensi
hipertensi mempunyai angka kejadian yang cukup tinggi hingga saat ini dan
dalam penanganannya dijadikan terapi bekam sebagai metode dalam
penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi, hal ini telah dibuktikan oleh
beberapa orang peneliti sebelumnya, yang menyatakan adanya pengaruh yang
bermakna terapi bekam terhadap penurunan tekananan darah, namun
penerapannya baru terbatas pada tataran keyakinan atas kebenaran sabda
Rasulullah SAW yang belum didukung oleh banyak bukti-bukti ilmiah
sehingga penerapannya masih diragukan sejumlah orang, maka penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui dan membuktikan secara langsung Pengaruh
Terapi Bekam terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi.
Subjek dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi di Rumah Sehat
Cinta Herbal (RSCH) As-Salam Tanjung Alam Kecamatan Ampek Angkek
Kabupaten Agam. Penelitian dilakukan pada bulan Maret s/d Juli 2014.
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre
Eksperiment dengan One Group Pra-Post Test Design. Adapun variabel
independen dalam penelitian ini adalah Terapi Bekam dan variabel dependen
adalah Tekanan Darah dan teknik pengambilan sampel mengunakan
Sampling Jenuh, instrumen yang digunakandalam penelitian ini adalah
-
13
Sphymomanometer air raksa, stetoschope, peralatan bekam, dan lembar
observasi.
-
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Tekanan Darah
a. Pengertian Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang digunakan untuk
mengedarkan darah dalam pembuluh darah dalam tubuh kita
(Gardner, 2007). Menurut Umar (2012) tekanan darah adalah sebuah
tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah
dipompa oleh jantung keseluruh anggota tubuh. Berdasarkan
penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa tekanan darah
merupakan tekanan pada pembuluh darah arteri ketika darah
dipompa jantung ke seluruh tubuh.
b. Pembagian Tekanan Darah
Gardner (2007) membagi 3 istilahtekanan darah, yaitu:
1) Tekanan Darah Normal (Normotensi)
2) Tekanan Darah Rendah (Hipotensi): yaitu istilah yang
digunakan untuk menerangkan tekanan darah yang begitu
rendah sehingga orang tersebut mengalami pusing dan pingsan
karena aliran darah ke otak berkurang.
3) Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi): yaitu berarti tekanan
(ketegangan) yang tinggi dalam arteri.
-
15
c. Hal yang diperhatikan sebelum mengukur tekanan darah
Umar (2012) menjelaskan beberapa hal yang harus
diperhatikan sebelum mengukur tekanan darah, yaitu:
1) Sebaiknya sebelum dilakukan pemeriksaan tekanan darah,
pastikan kandung kemih kosong
2) Tidak mengonsumsi kopi, alcohol dan rokok sebelumnya,
karena semua hal tersebut akan meningkatkan tekanan darah
dari nilai sebenarnya
3) Sebaiknya istirahat dan duduk dengan tenang selama 5 menit
sebelum pemeriksaan
4) Pikiran harus tenang, karena pikiran yang tegang dan stress akan
meningkatkan tekanan darah
5) Pemeriksaan tekanan darah sebaiknya dilakukan dalam posisi
duduk dengan siku lengan menekuk di atas meja dengan posisi
telapak tangan menghadap keatas, posisi lengan sebaiknya
setinggi jantung.
2. Hipertensi
a. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi berarti tekanan
(ketegangan) yang tinggi dalam arteri, yang tingkatnya melebihi
140/90 mmHg yang dikonfirmasikan pada berbagai kesempatan
(Gardner, 2007). Menurut Nurarif & Kusuma (2013), hipertensi
adalah meningkatnya tekanan darah arteri yang persisten. Sementara
-
16
menurut American Society of Hypertension (ASH) dalam Umar
(2012), hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala yang
berasal dari jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) yang
progresif, sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling
berhubungan. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan
bahwa hipertensi merupakan sebuah kondisi medis saat seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal.
b. Klasifikasi Hipertensi
Adapun klasifikasi hipertensi menurut Wahdah (2011) yaitu:
Tabel 2.1 : Klasifikasi tekanan darah pada dewasa
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal 120
c. Etiologi
Menurut Udjianti (2011), berdasarkan penyebabnya hipertensi di
bagi menjadi 2 golongan:
1) Hipertensi primer (esensial)
Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi, yang
didefinisikan sebagai peningkatan darah yang tidak diketahui
penyebabnya (idiopatik). Faktor yang mempengaruhinya yaitu:
-
17
genetik, jenis kelamin, diet: konsumsi diet tinggi garam atau
lemak secara langsung, berat badan: obesitas, dan gaya hidup:
merokok, konsumsi alkohol
2) Hipertensi sekunder
Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi, yang
didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu
kondisi fisik yang sebelumnya, seperti penyakit atau gangguan
tiroid.
Adapun menurut Susiyanto (2013), beberapa hal yang bisa
menyebabkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi/hipertensi,
yaitu: keturunan, obesitas, garam, kolesterol, stress, rokok, kafein,
alcohol, kurang olahraga dan usia, untuk usia penelitian menunjukan
bahwa seiring usia seseorang bertambah tekanan darah pun akan
meningkat, misalnya pada lansia. Pada lansia cendrung terjadi
perubahan fisik, yaitu pada sistim kardiovaskular lansia, katup
jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah menurun,
elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer sehingga menyebabkan tekanan darah akan
meningkat pada lansia Maryam, dkk (2012)
Sementara dilihat dari jenis kelamin Widiyani (2014)
menjelaskan dalam penelitian yang dipublikasikan dalam
Therapeutik Advances in Cardiovascular Disease, yang menemukan
ancaman hipertensi lebih besar mengintai perempuan dibanding laki-
-
18
laki dan penyakit pembuluh darah 30-40% lebih banyak ditemukan
pada perempuan dari pada laki-laki, karena ada perbedaan fisiologis
signifikan antara system kardiovaskuler perempuan dan laki-laki,
termasuk banyak hormon yang berperan dalam pengaturan tekanan
darah, hormon ini yang kemudian berperan dalam tingkat keparahan
dan frekuensi penyakit jantung,
d. Manifestasi Klinis
Menurur Nurarif & Kusuma (2013) tanda dan gejala pada hipertensi
dibedakan menjadi:
1) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan
dengan peningkatan tekanan darah..
2) Gejala yang lazim
Gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.
Sementara Susiyanto (2013) menjelaskan gejala ringan hipertensi
yaitu:
1) Pusing atau sakit kepala
2) Sering gelisah
3) Sukar tidur
4) Mudah marah
-
19
5) Wajah merah
6) Tengkuk terasa pegal dan terasa berat
7) Sesak napas
8) Telinga berdengung
9) Mudah lelah, mimisan dan mata berkunang-kunang
e. Komplikasi Hipertensi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan pada Hipertensi menurut
Susiyanto (2013) adalah :
1) Bagian otak, akan menyebabkan stroke
2) Bagian mata, menyebabkan retinopati hipertensi dan kebutaan
3) Bagian Jantung, menyebabkan penyakit jantung koroner
(termasuk infark kantung), dan gagal jantung
4) Bagian ginjal, menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal
terminal.
-
20
f. Patofisiologi
2
Skema 2.1: Patofisiologi / Pathway Hipertensi (Nurarif & Kusuma, 2013)
Faktor Predisposisi: Usia, jenis kelamin, merokok, stress, kurang
olahraga, alcohol, konsentrasi garam, obesitas
Tekanan sistemik darah
Hipertensi
Beban kerja jantung
Aliran darah makin cepat keseluruh
tubuh, sedangkan nutrisi dalam sel
sudah mencukupi kebutuhan
Kerusakan Vaskuler
Pembuluh darah
Retina
Ggn Sirkulasi
Vasokonstriksi
Vasokonstriksi
pemb. Darah
ginjal
Otak Ginjal Pembuluh darah
Blood flow darah
Respon RAA
Merangsang
Aldosteron
Retensi Na
Edema
Retensi pemb
darah otak
Nyeri kepala
Suplai O2 ke
otak
Sistemik
Vasokonstriksi
Koroner
Afterload
Fatigue
Iskemia Miokard
Nyeri Dada
Curah Jantung
Spasme Arteriol
-
21
g. Penatalaksanaan Hipertensi
1) Pengobatan Farmakologis
Menurut Wahdah (2011) pengobatan farmakologis yaitu
penggunaan obat anti hipertensi, yang pada dasarnya menurunkan
tekanan darah dengan cara mempengaruhi jantung atau pembuluh
darah atau keduanya. Diantaranya yaitu: Diuretik, Penghambat
Simpatetik, Betabloker, Vasodilator, Penghambat Ensim Konversi
angiotensin, Angiotensin Kalsium, dan Penghambat Reseptor
Angiotensin II
2) Pengobatan Non Farmakologis
Wahdah (2011) menjelaskan pengobatan non farmakologis
hipertensi yaitu: penurunan berat badan, olah raga, mengurangi
asupan garam, tidak merokok, dan hindari stress
3) Pengobatan Komplementer
Pengobatan komplementer adalah cara penanggulangan
penyakit yang dilakukan sebagai pendukung pengobatan
konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar
pengobatan medis (Purwanto, 2013). Jenis pengobatan
komplementer menurut Widharto (2007) diantaranya yaitu:
Akupunktur, Bekam, Pijat Refleksi, dan Nuga.
Akhir-akhir ini banyak orang menyukai pengobatan
komplementer, beberapa alasan diantaranya: biayanya terjangkau,
tidak menggunakan bahan-bahan kimia dan efek penyembuhan
-
22
cukup signifikan (Widharto, 2007). Menurut Umar (2012) salah
satu pengobatan komplementer yang dapat menangani hipertensi
yaitu terapi bekam.
3. Terapi Bekam
a. Pengertian Terapi Bekam
Secara bahasa, bekam berarti menghisap. Menurut istilah,
bekam berarti peristiwa penghisapan kulit, penyayatan dan
mengeluarkan darahnya dari permukaan kulit, yang kemudian
ditampung di dalam gelas (Umar, 2008).
Dalam buku-buku Eropa, bekam didefinisikan dengan suatu
metode pengobatan dengan menggunakan tabung atau gelas yang
ditelungkupkan pada permukaan kulit agar menimbulkan bendungan
lokal, maka prinsipnya bekam adalah pengobatan dengan cara
menghisap permukaan kulit, sehingga darah dan segala sesuatu yang
berada dibawah kulit akan tersedot dan membanjiri daerah yang
dihisap tersebut, dan terjadilah fenomena pengumpulan darah
(Umar, 2008).
Sementara menurut Yasin (2013), bekam diartikan sebagai
peristiwa penghisapan darah dengan alat menyerupai tabung, serta
mengeluarkannya dari permukaan kulit dengan penyayatan yang
kemudian ditampung didalam gelas, sedangkan Nashr (2005)
mengatakan pada zaman dahulu, bekam juga merupakan salah satu
metode pengobatan yang paling penting untuk tekanan darah tinggi.
-
23
Sementara Yasin (2005) untuk hipertensi bekam dapat menurunkan
tekanan darah dan bekam tidak mengakibatkan terjadinya efek
samping.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa bekam
merupakan pengobatan Sunnah Rasul dengan cara penghisapan,
penyayatan/tusukan pada kulit dan membuang darah kotor dari tubuh
yang terkumpul yang sudah ditampung dalam gelas/alat sejenisnya.
b. Jenis Bekam
Yuliatin (2009) mengemukakan ada 2 jenis bekam, yaitu:
1) Bekam Kering (Bekam Angin)
Yaitu menghisap permukaan kulit dan memijat tempat sekitarnya
tanpa mengeluarkan darah kotor.
2) Bekam Basah
Yaitu pertama kita melakukan bekam kering, kemudian kita
melukai permukaan kulit dengan jarum tajam (lancet), lalu
disekitarnya dihisap dengan alat cupping set dan hand pump untuk
mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh.
c. Manfaat Bekam
Menurut Yasin (2013), ada beberapa manfaat medis yang dapat
diperoleh dari melakukan bekam, diantaranya:
1) Membersihkan darah, meningkatkan aktivasi syaraf tulang
belakang , dan memperbaiki permeabilitas pembuluh darah
2) Menghilangkan kejang-kejang dan memar-memar pada otot.
-
24
3) Bermanfaat bagi penderita asma, pneumonia, dan angina
pectoris.
4) Mengatasi pusing, memar-memar , migrain dan sakit gigi.
5) Mengatasi berbagai macam penyakit mata dan rabun.
6) Mengatasi gangguan rahim dan menstruasi bagi wanita
7) Mengatasi rematik, sciatica (pegal di pinggang), dan encok
8) Mengatasi gangguan tekanan darah yang tidak normal dan
pengapuran pada pembuluh darah (arteriosclerosis).
9) Mengatasi sakit bahu, dada, punggung, mengatasi kemalasan,
kelesuan dan banyak tidur
10) Mengatasi luka-luka, bisul, jerawat, dan gatal-gatal di kulit.
11) Mengatasi pericarditis (radang selaput jantung) dan nephritis
(radang ginjal) yang parah.
12) Mengatasi keracunan dan luka-luka bernanah.
d. Alat-Alat Untuk Bekam
Menurut Divisi Diklat dan Litbang & Asosiasi Bekam Indonesia
(ABI) Tahun 2012, alat-alat yang digunakan dalam melakukan terapi
bekam terdiri dari:
1) Kop bekam
2) Pompa bekam (untuk menarik kop bekam)
3) Lancing device (untuk memasang jarum)
4) Lancet / jarum steril
5) Sarung tangan dan masker
-
25
6) Kassa steril (untuk membersihkan lokasi pembekaman sebelum
atau sesudah pembekaman dan untuk membersihkan darah
bekam)
7) Baskom stainless (untuk menampung kop bekam yang sedang
atau telah dipakai)
8) Nampan Stainless (untuk menyimpan perlengkapan bekam
terutama kop, lancing device, lancet, pompa yang belum dipakai
dan beberapa perlengkapan yang lainnya)
9) Neirbeken (untuk menampung lancing device dan clem arteri
yang sedang digunakan)
10) Baskom stainless bertutup (menampung sementara darah bekam)
11) Tissu (untuk mengelap perlengkapan bekam yang sudah
dibersihkan)
12) Tempat sampah (menampung limbah / sampah bahan habis
pakai)
13) Celemek, Baju Pasien
14) Alkohol (untuk membersihkan kop bekam sebelum dan sesudah
di cuci dan membersihkan perlengkapan lainnya seperti nampan,
dan sebagai cairan antiseptic/desinfektan, dll)
15) Rivanol (desinfektan kulit sebelum tindakan dilakukan)
16) Minyak herbal (sebagai media pelembut kulit dan antiseptic)
17) Clorin (cairan disinfektan yang digunakan untuk membersihkan
kop bekam yang sudah dipakai)
-
26
18) Alat cukur rambut dan gunting
Gambar 2.1: Perlengkapan Bekam
(Divisi Diklat dan Litbang & Asosiasi bekam indonesia, 2012)
e. Larangan Berbekam
Bidang Penelitian dan Pengembangan Asosiasi Bekam Indonesia
(2011) menjelaskan orang yang dilarang untuk berbekam yaitu:
1) Penderita diabetes mellitus kronis kecuali ahli bekam
berpengalaman.
2) Pasien yang kulitnya tidak memungkinkan dilakukan bekam
3) Infeksi kulit didaerah pembekaman
4) Anak-anak penderita dehidrasi (kekurangan cairan)
5) Penderita kelainan darah (hemofilia, leukemia, trombositopenia)
6) Penderita anemia dan hipotensi
7) Pasien yang menderita penyakit gagal ginjal
-
27
8) Wanita yang sedang menstruasi sementara kondisinya dalam
keadaan lemah dan mengalami pendarahan yang cukup banyak
9) Orang yang baru saja mendonorkan darah, kecuali setelah 2 atau
3 hari, tergantung kondisinya.
Sementara Salma (2007) menjelaskan area yang dilarang untuk
dilakuakn pembekaman yaitu: :
1) Lubang alamiah tubuh: mata, hidung, telinga, mulut, kemaluan,
anus, puting susu.
2) Daerah sistem nodus limfa yang berfungsi sebagai penghasil
antibodi, yaitu di submaksilari, korvikal, sudmalaonkular,
aksilaris, bagian detak jantung, nodus inguinalglimfa.
3) Daerah yang dekat dengan pembuluh besar (big vessels).
f. Darah bekam
1) Pemeriksaan Mikroskopis darah bekam
Sharaf (2012) menjelaskan, bahwa darah bekam telah
diperiksa dengan mikroskop dan ditemukan adanya bentuk-
bentuk sel darah merah yang abnormal, sebagai berikut:
a) Anisocytosis (perbedaan bentuk ukuran sel darah merah)
dimana ditemukan banyak sekali sel yang membesar melebihi
ukuran sel normal
b) Poikilosytosis (perbedaan bentuk sel darah merah) dimana
ditemukan sel-sel berbentuk kawat dan buah pir
-
28
c) Hypochromia (kekurangan hemoglobin) yaitu kekurangan
warna sel darah merah
d) Target cells (sel-sel target) menunjukan kekurangan
hemoglobin dan gangguan mekanisme produksi darah
e) Schisocytes (sel-sel darah pecah)
f) Acathocytes (sel-se berduri)
g) Spherocytes (sel darah merah berbentuk bola)
h) Teardrop cells (sel darah merah berbentuk tetesan air)
2) Hasil Pemeriksaan Laboratorium Darah yang keluar karena
Bekam:
Divisi Diklat dan Litbang & Asosiasi Bekam Indonesi
(2012) menjelaskan darah bekam dari hasil uji laboratorium,
yaitu terlihat hal-hal sebagai berikut :
a) Kandungan leukosit hanya sepersepuluh dalam darah bekam
b) Eritrosit memiliki bentuk yang ganjil dan tidak mampu
melaksanakan tugasnya. Karena itu sel- sel erirosit yang
ganjil ini akan menghilang dengan sendirinya, yang disebut
dengan darah kotor
c) Oksidasi tetap terjadi, karena dalam darah ada oksigen dan
terjadi imbas suhu tubuh.
d) Dalam darah bekam juga terkandung oxidant dari sekresi
kelenjer 7 jaringan atau yang mengendap didalam tubuh,
bukan hanya toxin dari kontaminan/tercemar.
-
29
e) Sel darah merah dalam darah bekam memiliki bentuk yang
aneh, artinya sel-sel tersebut tidak mampu melakukan
aktivitas, di samping juga menghambat sel-sel lain yang
masih muda dan aktif. Ini menunjukkan bahwa proses bekam
membuang sel-sel darah merah yang rusak dan darah yang
tidak dibutuhkan lagi.
g. Titik Bekam untuk Hipertensi
Menurut Divisi Diklat dan Litbang & Asosiasi Bekam Indonesia
(ABI) Tahun 2012 menjelaskan titik utama bekam, yaitu: Titik
Nabawi. Titik Nabawi atau titik sunnah adalah titik yang dianjurkan
dan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, yaitu:
1. Titik Mughits/ala rosun (Puncak Kepala)
Posisinya: pada pertemuan garis lurus penghubung antara daun
telinga kanan dan kiri, dengan garis yang ditarik keatas dari
hidung, secara inferior sejajar dengan foramen magnum.
2. Akhdain (Urat leher kiri dan kanan)
Posisinya: Dibawah garis batas rambut kepala belakang, sejajar
tulang cervical 3-7.
3. Katifain (Bahu kiri dan kanan)
Posisi: langsung di pundak atau bahu kiri dan kanan.
4. Kaahil (Punuk)
Posisi: tepat pada punuk, sejajar dengan vertebra torakal 1-3,
dibawah C7.
-
30
5. Warik (Panggul)
Posisinya: pertemuan otot gluteus maximus dengan gluteus
medius bawah, kiri dan kanan.
6. Ala Dzohril Qadami (Pada Betis)
Posisi: Pada kedua betis
Sementara Sharaf (2012) juga mengatakan pembekaman di
beberapa titik di daerah punggung dapat menurunkan tekanan darah
secara cepat dan hasil bekam dapat terlihat sejak terapi pertama kali,
dan Yasin (2005), juga menjelaskan bahwa sebagian orang langsung
merasa sembuh dan segar sejak pertama kali melakukan pengobatan
bekam.
Gambar 2.2: Titik Bekam Nabawi/Titik Sunnah
(Setar, 2009)
-
31
h. Peranan Bekam terhadap Hipertensi
Menurut Umar (2012) Bekam yang sudah dipakai di masyarakat
sejak ribuan tahun lalu juga sering dipakai untuk menangani
hipertensi. Secara khusus, pembekaman pada titik yang tepat dapat
menurunkan tekanan darah dengan segera. Namun pada kasus lain
bekam tidak menurunkan tekanan darah, tetapi berfungsi untuk
memperbaiki hati yang mengalirkan darah yang membawa energy
vital. Pada titik jantung bekam akan meringankan kerja jantung dalam
memompa darah sehingga memperlancar aliran darah dalam tubuh.
Mekanisme penyembuhan bekam pada hipertensi didasarkan atas
teori aktivasi organ, dimana bekam akan mengaktivasi organ yang
mengatur aliran darah seperti hati, ginjal dan jantung agar organ-
organ ini tetap aktif dalam mengatur peredaran darah sehingga
tekanan darah tetap terjaga. Selain itu bekam juga berusaha
menyeimbangkan secara alamiah bila ada tekanan darah yang
meningkat. Dengan memilih titik yang tepat, maka bekam bisa
membantu penanganan hipertensi (Umar, 2012).
Penelitian dari kedokteran modern membuktikan bahwa apabila
dilakukan pembekaman pada satu poin, maka kulit (kutis), jaringan
bawah kulit (sub kutis), fascia dan ototnya akan terjadi kerusakan dari
mast cell dan lain-lain (Yasin, 2013). Sementara akibat kerusakan ini
dilepaskan beberapa zat seperti serotonin, histamine, bradikinin, Slow
Reacting Substance (SRS), serta zat-zat lain yang belum diketahui
-
32
(Ridho, 2012). Zat-zat ini menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler
dan arteriol, serta flare reaction pada daerah yang dibekam dan
dilatasi kapiler juga dapat terjadi ditempat yang jauh dari tempat
pembekaman, yang menyebabkan terjadinya perbaikan mikrosirkulasi
pembuluh darah, akibatnya akan timbul efek relaksasi (pelemasan)
otot-otot yang kaku serta akibat vasodilatasi umum akan menurunkan
tekanan darah secara stabil (Umar, 2012). Sementara golongan
histamine yang ditimbulkan mempunyai manfaat dalam proses
reparasi (perbaikan) sel dan jaringan yang rusak (Ridho, 2012).
i. Pengaruh Bekam terhadap Hipertensi
Menurut Sharaf (2012) menjelaskan pengaruh terapi bekam
terhadap darah tinggi antara lain:
1) Bekam berperan menenangkan saraf simpatik (simpatik nervous
system). Pergolakan pada sistim saraf simpatik ini menstimulasi
sekresi enzim yang berperan sebagai system angiotensin rennin.
Setelah sistem ini tenang dan aktivasinya berkurang, tekanan
darah akan turun.
2) Bekam berperan menurunkan volume darah yang mengalir di
pembuluh darah sehingga mengurangi tekanan darah.
3) Bekam mengendalikan tekanan hormone aldosteron sehingga
mengendalikan tekanan darah
-
33
4) Zat Nitrit oksida (NO) berperan dalam vasodilation (proses
perluasan pembuluh darah) sehingga menyebabkan turunnya
tekanan darah.
5) Kadar Sodium didapati menjadi proporsional setelah
dilakukannya bekam sehingga menurunkan tekanan darah.
6) Bekam melalui zat nitrit oksida (NO) berperan meningkatkan
suplai nutrisi dan darah yang dibutuhkan oleh sel-sel dan lapisan
pembuluh darah arteri maupun vena, sehingga menjadikannya
lebih kuat dan elastic serta mengurangi tekanan darah.
7) Bekam berperan menstimulasi reseptor-reseptor khusus yang
terkait dengan penciutan dan peregangan pembuluh darah
(baroreseptor) sehingga pembuluh darah bisa merespon berbagai
stimulus dan meningkatkan kepekaannya terhadap faktor-faktor
penyebab hipertensi.
-
34
B. Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini merupakan kesimpulan dari
tinjauan pustaka yang berisi konsep-konsep teori yang berhubungan dengan
penelitian yang akan dilaksanakan. Kerangka teori pada teori ini mengacu
pada penelitian (Gardner: 2007, Widharto: 2007, Wahdah: 2011, Umar,
2012), yang dipaparkan pada skema dibawah ini:
Skema 2.2 : Kerangka Teori (Gardner: 2007, Widharto: 2007, Wahdah:
2011, Umar: 2012)
Hipotensi
Pengobatan
Komplementer
N Normotensi
Tekanan
Darah
akupunktur
Hipertensi
Pijat Refleksi
Nuga
Pengobatan Non
Farmakologi
Bekam
Terapi Bekam
Menurunkan
Tekanan Darah
Pengobatan
Farmakologi
-
35
C. Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini variabel yang di teliti adalah tekanan darah
sebelum intervensi yaitu hipertensi ringan, sedang, berat, dan sangat berat
(variabel dependen pretest) dan tekanan darah sesudah intervensi yaitu
tekanan darah normal, hipertensi ringan, sedang, berat dan sangat berat
(variabel dependen postest). Kerangka konsep dalam penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana pengaruh dari terapi bekam
(variabel independen) terhadap penurunan tekanan darah (variabel
dependen) pada pasien hipertensi yang dikembangkan dari Umar (2012)
dan Wahdah (2011) yang digambarkan dalam skema dibawah ini:
Pre-test Intervensi Post-test
Skema 2.3 : Kerangka Konsep (Umar: 2012, Wahdah: 2011)
Tekanan Darah:
a) Hipertensi Ringan b) Hipertensi Sedang c) Hipertensi Berat d) Hipertensi Sangat Berat
Terapi Bekam
Tekanan Darah :
a) Normal b) Hipertensi Ringan c) Hipertensi Sedang d) Hipertensi Berat e) Hipertensi Sangat Berat
-
36
D. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka, kerangka teori dan kerangka konsep,
hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ha : Terdapat pengaruh terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah
pada pasien hipertensi di Rumah Sehat Cinta Herbal As-Salam
Tanjung Alam Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam Tahun
2014.
E. Definisi Operasional
Tabel 2.2 : Definisi Operasional
Variabel Definisi
Operasional
Alat Ukur Cara
Ukur
Hasil Ukur Skala
Dependen
Tekanan
Darah
Tekanan yang
dialami darah
pada pembuluh
arteri darah
ketika darah di
pompa jantung
keseluruh
tubuh manusia
Set
spygmoma
nometer dan
stetoschope
Mengukur
Tekanan
darah pada
pada
lengan
bawah kiri
atau kanan
1. Normal 120-
139/80-89
mmHg
2. Hipertensi Ringan
140-
159/90-99
mmHg
3. Hipertensi Sedang
160-
179/100-
109 mmHg
4. Hipertensi Berat 180-
209/110-
119 mmHg
5. Hipertensi Sangat
Berat
>210/>120
mmHg
Interval
-
37
Independen
Terapi
Bekam
Suatu tindakan
untuk
mengeluarkan
darah kotor
dari
permukaan
kulit dengan
cara
ditusuk/disayat
dan kemudian
ditampung
dalam
gelas(cup),
pembekaman
dilakukan
sesuai SOP
bekam dan
pembekaman
dilakukan
hanya 1 kali
terapi bekam
dengan
maksimal 5
kali
pengeluaran
darah pada titik
dan waktu
yang sama
untuk masing-
masing
responden
selama
penelitian.
Set alat
bekam
Melakukan
pembekam
an
1. Dilakukan
Nominal
-
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
penelitian Pre-Eksperiment dengan menggunakan rancangan One Group Pra-
Post test Design yaitu penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan
pretest/pengamatan awal terlebih dahulu sebelum diberikan intervensi. Setelah
diberikan intervensi, kemudian dilakukan kembali posttest pengamatan akhir
(Hidayat, 2012).
Pada penelitian ini, sebelum dilakukan terapi bekam, tekanan darah (pre-
test) pasien diukur. Kemudian dilakukan terapi bekam (intervensi) oleh
peneliti selama 30 menit. Setelah itu diukur kembali tekanan darah (post-test)
pasien tersebut. Kemudian dibandingkan antara tekanan darah pre-test dengan
post test. Desain penelitian ini digambarkan dalam skema dibawah ini:
Pretest Perlakuan Post test
Skema 3.1: Desain Penelitian
Keterangan :
O1 : Pengukuran Tekanan Darah (pre test)
O2 : Pengukuran Tekanan Darah (post test)
X : Pemberian Terapi Bekam
O1 X O2
-
39
B. Populasi dan Sampel Penelitian;
1. Populasi
Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik
tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2012). Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh pasien Hipertensi yang berbekam di Rumah Sehat Cinta
Herbal (RSCH) As-Salam. Jumlah pasien hipertensi rata-rata sebanyak 22
orang dalam sebulan.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2012).
Menurut Nursalam (2011), untuk populasi yang kurang dari 10.000
digunakan rumus Slovin dengan deviasi 5%, yaitu :
=
1 + (2)
= 22
1 + 22(5%)2
= 22
1 + 22(0,0025)
= 20,9 = 21
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (5%)
-
40
Jumlah sampel dalam penelitian ini berdasarkan rumus adalah 20,9
dibulatkan menjadi 21 orang sampel. Teknik pengambilan sampel
menggunakan sampling jenuh yaitu cara pengambilan sampel dengan
mengambil semua anggota populasi menjadi sampel, cara ini diambil
karena populasinya kecil (Hidayat, 2012).
Untuk menghindari terjadinya bias pada hasil penelitian, maka
ditetapkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi dalam penelitian ini :
a. Kriteria inklusi
Kriteria Inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Bersedia sebagai responden.
2) Dapat berkomunikasi dengan baik.
3) Dapat mengikuti prosedur penelitian sampai selesai.
4) Terdiagnosa sebagai penderita hipertensi ringan, sedang, berat dan
sangat berat.
5) Tidak mengkonsumsi obat anti hipertensi atau obat pengencer
darah dan sejenisnya.
6) Tidak sedang menjalani terapi komplementer lain atau sejenisnya.
7) Pasien laki-laki maupun perempuan
8) Berada di tempat penelitian pada saat pengambilan data
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria Eksklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Pasien yang tidak punya riwayat Hipertensi
2) Pasien menolak menjadi responden
-
41
3) Pasien yang sedang mengkonsumsi obat anti hipertensi atau obat
pengencer darah
4) Pasien sedang menggunakan terapi komplementer selain bekam
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian:
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sehat Cinta Herbal As-Salam
Tanjung Alam Kec Ampek Angkek, Kabupaten Agam Tahun 2014,
dengan alasan:
a. Rumah Sehat Cinta Herbal (RSCH) As-Salam merupakan Klinik
Bekam yang sudah terdaftar di Dinas Kabupaten Agam sejak tahun
2008 dengan Nomor STPT (Surat Terdaftar Pengobatan Tradisional):
04/YANKES-INST/AGAM-STPT/VII/2008.
b. Pimpinan RSCH As-Salam adalah inisiator dan pendiri Asosiasi Bekam
Indonesia (ABI) daerah Sumatera Barat dan ketua ABI Sumbar yang
pertama.
c. Tenaga terapis RSCH As-Salam adalah terapis yang berpengalaman dan
bersertifikat, dan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP)
Bekam ABI.
d. RSCH As-Salam sudah menjadi rumah terapi bekam yang selalu
disarankan oleh beberapa tenaga medis, seperti dokter kepada
pasiennya.
-
42
e. RSCH As-Salam mempunyai jalinan kerjasama dengan rumah/klinik
bekam secara nasional dan menjadi rumah sehat rujukan bagi rumah
sehat/klinik di daerah lain.
f. Pimpinan RSCH As-Salam telah menjadi nara sumber acara syafaat
Trans 7, ini bukti bahwa RSCH As-Salam telah diakui secara nasional.
g. RSCH As-Salam ini banyak dikunjungi pasien yang datang berbekam
dengan berbagai keluhan penyakit, tingkat umur, dari remaja sampai
lansia dan dari dalam maupun luar daerah.
2. Waktu Penelitian:
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai bulan Juli tahun 2014.
D. Alat pengumpulan data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode observasi, yaitu lembar observasi terstruktur dengan menggunakan
Rating Scale dalam bentuk deskriptif (Notoatmodjo, 2010). Peneliti tidak
hanya mengobservasi fakta-fakta yang ada pada subjek, tetapi lebih
didasarkan pada perencanaan penelitian yang sudah disusun sesuai
pengelompokannya, pencatatan dan pemberian terhadap hal-hal yang sudah
ditetapkan (Nursalam, 2011).
Lembar observasi berisi data yang meliputi:
1. Nomor Responden
2. Data Demografi: Nama Inisial, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan.
3. Riwayat Terapi Bekam
4. Tekanan Darah Pretest dengan Kategori TD
-
43
5. Tekanan Darah Postest dengan Kategori TD.
Sebelum tindakan dilakukan, peneliti menjelaskan tentang
pelaksanaan terapi bekam dan menanyakan kesediaan pasien menjadi
responden dalam penelitian (informed consent).
E. Uji Validitas& Reliabilitas
Validitas adalah ketepatan pengukuran suatu instrument yang
merupakan syarat mutlak bagi suatu alat ukur agar dapat digunakan dalam
suatu pengukuran. Reliabilitas adalah tingkat konsistensi dari suatu
pengukuran sehingga dapat menunjukan apakah pengukuran mengahasilkan
data yang konsisten jika instrument digunakan kembali secara berulang. Uji
instrument ini dilakukan pada responden yang tidak terlibat dalam penelitian
tetapi memiliki karakteristik yang sama dengan responden yang terlihat
dalam penelitian (Dahlan, 2012). Penelitian ini tidak menggunakan uji
validitas dan reliabilitas instrument karena desain penelitian ini adalah
Eksperimen.
F. Prosedur pengumpulan Data
Langkah-lagkah pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu
1. Persiapan administrasi
Lulus pada mata kuliah Riset Keperawatan dan biostatistik
2. Persiapan penelitian
a. Diawali dengan memberikan surat izin pengambilan data awal dari
Fakultas Kesehatan dan Mipa UMSB kepada salah satu klinik bekam
-
44
yaitu Rumah Sehat Cinta Herbal (RSCH) Assalam Tanjung Alam
Kec Ampek Angkek Kabupaten Agam pada tanggal 13 maret 2014.
b. Selanjutnya melakukan pengambilan data awal untuk mengetahui
populasi dan sampel penelitian
c. Peneliti menemui beberapa orang pasien hipertensi dan beberapa
orang terapis/orang yang membekam untuk mendapatkan data yang
mendukung dan memaparkan tentang penelitian, tujuan dan langkah-
langkah penelitian.
3. Penelitian
Setelah mendapatkan surat pengantar penelitian dari Fakultas
Kesehatan dan Mipa UMSB kepada Rumah Sehat Cinta Herbal (RSCH)
Assalam Tanjung Alam Kec Ampek Angkek Kabupaten Agam, dan
dilanjutkan dengan respon yaitu peneliti mendapatkan surat balasan izin
penelitian dari Rumah Sehat Cinta Herbal (RSCH) Assalam Tanjung
Alam Kec Ampek Angkek Kabupaten Agam. Setelah mendapatkan izin
penelitian tersebut, peneliti melakukan tata cara penelitian sebagai
berikut:
a. Melakukan pengambilan sampel / responden yaitu dengan kriteria
yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 21
responden
b. Sebelum melakukan penelitian, peneliti menjelaskan tujuan dan
manfaat penelitian kepada responden, serta menjaga kerahasiaan data
yang diberikan. Responden berhak untuk menerima dan menolak
-
45
untuk menjadi responden dalam penelitian. Bila calon responden
menyetujui menjadi responden, maka peneliti meminta responden
untuk menandatangani informed consent.
c. Melakukan pengukuran tekanan darah (pre test) setelah responden
beristirahat dan duduk dengan tenang selama 5 menit dengan
menggunakan sphygmomanometer air raksa dan stetoschope. dan
data dicatat dalam lembar observasi
d. Melakukan terapi bekam dengan alat yang telah disediakan sesuai
dengan Satuan Operasional Prosedur (SOP) pada titik sunnah dengan
lama setiap hisapan 3-5 menit, pengeluaran darah/pembekaman
dilakukan tidak melebihi 5 kali pengeluaran darah pada waktu dan
hari yang sama atau sesuai dengan kondisi responden. Responden
diberikan terapi bekam 1 kali proses bekam selama 30 menit untuk
1 responden selama penelitian. Dalam penelitian ini, khususnya
untuk responden berjenis kelamin laki-laki, peneliti menggunakan
perwakilan/asisten penelitian yaitu 1 orang tenaga terapis laki-laki
yang telah peneliti berikan pemahaman dan konsep yang sama dan
telah menyetujui serta menandatangani lembar persetujuan
perwakilan pemberian intervensi dari Rumah Sehat Cinta Herbal
(RSCH) Assalam Tanjung Alam selama penelitian. Perwakilan
pemberian intervensi ini tak lepas dari observasi langsung dari
peneliti
-
46
e. Peneliti melakukan kembali pengukuran tekanan darah (post test)
kepada responden setelah responden beristirahat dan duduk dengan
tenang selama 5 menit dengan menggunakan sphygmomanometer air
raksa dan stetoschope. dan data dicatat dalam lembar observasi
G. Pengolahan dan Analisa Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan program komputer melalui
tahap-tahap berikut:
1. Tahap Pengolahan Data
a. Memeriksa Data (Editing)
Kegiatan untuk melakukan pengecekan terhadap isi dari lembar
observasi
b. Memberi Kode (Coding)
Melakukan pengkodean terhadap data yang sudah diedit, sebagai
usaha menyederhanakan data, yaitu untuk kategori umur member tanda
angka 1 untuk umur dewasa Muda (18-25 tahun). Untuk kategori jenis
kelamin member tanda angka 1 untuk Laki-laki dan angka 2 untuk
Perempuan. Untuk kategori pendidikan member tanda angka 1 untuk
Tidak Sekolah, angka 2 untuk SD, angka 3 untuk SMP, angka 4 untuk
SMA, dan angka 5 untuk PT. Untuk kategori riwayat terapi bekam,
diberi tanda angka 1 untuk Belum Pernah Terapi dan angka 2 untuk
Pernah Terapi. Sementara untuk kategori tekanan darah diberi tanda
angka 1 untuk normal, angka 2 Ringan, angka 3 Sedang, angka 4 Berat
dan angka 5 Sangat Berat.
-
47
c. Mengelompokkan Data (Tabulating)
Tabulasi yaitu mengelompokkan data ke dalam suatu tabel
tertentu menurut sifat yang dimilikinya sesuai dengan tujuan penelitian.
d. Proses (Processing)
Memproses data yang dilakukan dengan cara meng-entry data
dari hasil observasi menggunakan perangkat komputer.
e. Membersihkan Data (Cleaning)
Melakukan pengecekkan kembali data yang sudah di entry apakah
ada kesalahan atau tidak.
2. Analisis Data
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh terapi bekam
terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi, untuk
analisisnya menggunakan teknik pengujian statistik yaitu univariat dan
bivariat, maksudnya untuk menjelaskan karakteristik masing-masing
variabel yang diteliti dan melihat perbedaan yang bermakna untuk dua
kelompok data
a. Analisis univariat
Analisa univariat pada penelitian ini bertujuan untuk melihat
gambaran setiap variabel yang diteliti. Bentuk penyajian data
menggunakan tabel distribusi frekuensi dan selanjutnya dilakukan
analisis terhadap tampilan data tersebut untuk mengetahui sebaran
dari masing-masing variabel, setelah dilakukan skor kemudian dilihat
berapa persentasenya.
-
48
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk melihat
perbedaan yang bermakna antara dua kelompok data (komparatif)
yaitu variabel dependen (tekanan darah) sebelum terapi bekam dan
variable dependen (tekanan darah) setelah terapi bekam.
Berdasarkan uji normalitas data dengan test of normality
Shapiro-Wilk (untuk sampel < 50) didapatkan bahwa data
berdistribusi tidak normal, yaitu sig untuk variabel TD Sistolik Pre-
Test memiliki nilai 0,000 dan variabel TD Diastolik Pre-Test
memiliki nilai 0,005, sedangkan variabel TD Sistolik Post-Test
memiliki nilai 0,012 dan variabel TD Diastolik Post-Test memiliki
nilai 0,014. Keempat variabel < 0,05, sedangkan data berdistribusi
normal jika p 0,05. Setetah dilakukan transformasi data, didapatkan
bahwa data masih berdistribusi tidak normal
Sehingga penelitian ini menggunakan uji hipotesis Wilcoxon,
karena skala pengukuran variabel pada penelitian ini adalah
komparatif numerik distribusi tidak normal dan mempunyai 2
kelompok data yang berpasangan. Penelitian ini menggunakan derajat
kemaknaan 95%. Dinyatakan bermakna jika value 0,05 dan tidak
bermakna jika value 0,05.
-
49
H. Etika Penelitian
Setelah mendapatkan izin dari Pimpian Rumah Sehat Cinta Herbal
(RSCH) As-Salam Tanjung Alam Kec Ampek Angkek Kabupaten Agam
untuk melakukan penelitian. Peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat
penelitian kepada responden sebelum melakukan intervensi, serta
kerahasiaan data yang diberikan. Responden berhak untuk menerima dan
menolak untuk menjadi responden dalam penelitian. Bila calon responden
menyetujui menjadi responden, maka peneliti meminta responden untuk
menandatangani lembar persetujuan yang telah disediakan. Setelah
mendapat persetujuan barulah peneliti melakukan penelitian dengan etika
penelitian yang meliputi :
1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada
responden yang memenuhi kriteria sebagai subjek penelitian dan mendapat
persetujuan dari responden. Pada penelitian ini tidak ada responden yang
memenuhi kriteria penelitian yang menolak menjadi responden.
2. Tanpa Nama (Anonimity)
Penelitian ini tidak mencantumkan nama responden dalam lembar
observasi yang digunakan, tetapi menukarnya dengan inisial nama
responden, termasuk dalam penyajian hasil penelitian.
-
50
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi penelitian ini dijamin oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil
riset.
(Hidayat, 2012)
-
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan menyajikan hasil penelitian tentang pengaruh terapi
bekam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Rumah Sehat
Cinta Herbal (RSCH) Assalam Tanjung Alam Kec Ampek Angkek Kab Agam
Tahun 2014 yang dilakukan sejak bulan Maret sampai dengan Juli Tahun 2014.
Responden dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 21 orang responden.
Hasil penelitian akan dijelaskan dalam dua bagian, yaitu analisis univariat
yang menggambarkan distribusi frekuensi tekanan darah sebelum dan setelah
terapi bekam di Rumah Sehat Cinta Herbal (RSCH) Assalam Tanjung Alam Kec
Ampek Angkek Kab Agam Tahun, sedangkan analisis bivariat menggambarkan
pengaruh terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi
di Rumah Sehat Cinta Herbal (RSCH) Assalam Tanjung Alam Kec Ampek
Angkek Kab Agam Tahun 2014.
-
52
A. Demografi Responden
1. Umur
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Umur Responden di Rumah Sehat Cinta Herbal
(RSCH) Assalam Tanjung Alam Kec Ampek Angkek
Kab Agam Tahun 2014.
No Umur f %
1
2
3
Dewasa Muda (18-25 Tahun)
Dewasa (25-65 Tahun)
Lanjut Usia (>65 Tahun)
0
9
12
0
42,9
57,1
Total 21 100
Pada tabel 4.1 diatas diketahui bahwa dari 21 orang responden,
sebagian besar (57,1%) responden berada pada rentang umur Lanjut Usia
(>65 Tahun).
2. Jenis Kelamin
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden di Rumah Sehat
Cinta Herbal (RSCH) Assalam Tanjung Alam Kec Ampek Angkek
Kab Agam Tahun 2014.
No Karakteristik f %
1
2
Laki-Laki
Perempuan
7
14
33,3
66,7
Total 21 100
Pada tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa dari 21 orang responden,
lebih dari sebagian (66,7%) berjenis kelamin Perempuan.
-
53
3. Pendidikan
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Rumah Sehat Cinta
Herbal (RSCH) Assalam Tanjung Alam Kec Ampek Angkek
Kab Agam Tahun 2014.
No Karakteristik f %
1
2
3
4
5
Tidak Sekolah
SD/Sederajat
SMP/Sederajat
SMA/Sederajat
Perguruan Tinggi
1
9
5
5
1
4,8
42,9
23,8
23,8
4,8
Total 21 100
Pada tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa dari 21 orang responden,
pada umumnya (42,9%) responden dengan riwayat pendidikan
SD/Sederajat.
4. Riwayat Terapi Bekam
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Riwayat Terapi Bekam Responden
di Rumah Sehat Cinta Herbal (RSCH) Assalam
Tanjung Alam Kec Ampek Angkek
Kab Agam Tahun 2014.
No Karakteristik f %
1
2
Belum Pernah Terapi
Pernah Terapi
15
6
71,4
28,6
Total 21 100
Pada tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa dari 21 orang responden,
sebagian besar (71,4%) responden dengan riwayat Belum Pernah Terapi
Bekam.
-
54
B. Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat
a. Tekanan Darah Sebelum Terapi Bekam
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi
Sebelum Terapi Bekam di Rumah Sehat Cinta Herbal
(RSCH) Assalam Tanjung Alam Kec Ampek Angkek
Kab Agam Tahun 2014.
No Tekanan Darah f %
1
2
3
4
5
Normal
Ringan
Sedang
Berat
Sangat Berat
0
6
12
1
2
0
28,6
57,1
4,8
9,5
Total 21 100
Pada tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa dari 21 responden lebih
dari sebagian (57,1%) responden mengalami hipertensi dengan kategori
hipertensi sedang sebelum dilakukan terapi bekam.
b. Tekanan Darah Setelah Terapi Bekam
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi
Setelah Terapi Bekam di Rumah Sehat Cinta Herbal
(RSCH) Assalam Tanjung Alam Kec Ampek Angkek
Kab Agam Tahun 2014.
No Tekanan Darah f %
1
2
3
4
5
Normal
Ringan
Sedang
Berat
Sangat Berat
7
11
1
2
0
33,3
52,4
4,8
9,5
0
Total 21 100
-
55
Pada tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa dari 21 responden lebih
dari sebagian (52,4%) responden mengalami hipertensi dengan kategori
hipertensi ringan setelah dilakukan terapi bekam.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat pengaruh dilakukan
intervensi terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien
hipertensi.
Tabel 4.7
Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Pasien Hipertensi di Rumah Sehat Cinta Herbal (RSCH) Assalam
Tanjung Alam Kec Ampek Angkek Kab Agam
Bulan Mei s/d Juni 2014 (n=21)
Tekanan Darah Median
(Minimum-Maksimum
pvalue
Sistolik:
- Pre Test
- Post Test
160 (145-220)
145 (125-185)
0,000
Diastolik:
- Pre Test - Post Test
100 (90-130)
90 (80-115)
0,000
Pada tabel 4.7 diatas menunjukan bahwa median tekanan darah
sistolik sebelum dilakukan terapi bekam adalah 160 (hipertensi sedang),
dengan tekanan darah sistolik terendah sebelum dilakukan terapi bekam
145 mmHg (hipertensi ringan) dan tekanan darah sistolik tertinggi sebelum
dilakukan terapi bekam adalah 220 mmHg (hipertensi sangat berat). Pada
pengukuran kedua (sesudah dilakukan terapi bekam) didapat median
tekanan darah sistolik 145 (hipertensi ringan), dengan tekanan darah
-
56
sistolik terendah setelah dilakukan terapi bekam adalah 125 mmHg
(tekanan darah normal) dan tekanan darah sistolik tertinggi setelah
dilakukan terapi bekam adalah 185 mmHg (hipertensi berat).
Sementara median tekanan darah diastolik sebelum dilakukan terapi
bekam adalah 100 (hipertensi ringan), dengan tekanan darah diastolik
terendah sebelum dilakukan terapi bekam 90 mmHg (tekanan darah
normal) dan tekanan darah diastolik tertinggi sebelum dilakukan terapi
bekam adalah 130 mmHg (hipertensi sangat berat). Pada pengukuran
kedua (sesudah dilakukan terapi bekam) didapat median tekanan darah
sistolik 90 (tekanan darah normal), dengan tekanan darah diastolik
terendah setelah dilakukan terapi bekam adalah 80 mmHg (tekanan darah
normal) dan tekanan darah diastolik setelah dilakukan terapi bekam adalah
115 mmHg (hipertensi berat).
Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji hipotesis Wilcoxon dengan
derajat kemaknaan 95%, diperoleh value Sistolik=0,000 ( < 0,05) dan
value Diastolik=0,000 ( < 0,05), sehingga Ha diterima, artinya bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara terapi bekam terhadap penurunan tekanan
darah pada pasien hipertensi di Rumah sehat Cinta Herbal (RSCH)
Assalam Tanjung Alam Kec Ampek Angkek Kab agam Tahun 2014,
terbukti dengan value=0,000 ( < 0,05).
-
57
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan menguraikan tentang pembahasan yang meliputi
interpretasi dan diskusi hasil penelitian seperti yang telah dipaparkan dalam bab
sebelumnya dan penjelasan tentang keterbatasan penelitian.
A. Interpretasi dan Diskusi Hasil
1. Analisa Univariat
a. Tekanan Darah Sebelum Terapi Bekam
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan di Rumah
Sehat Cinta Herbal (RSCH) Assalam Tanjung Alam Kec Ampek
Angkek Kab Agam Tahun 2014 di dapatkan bahwa dari 21 responden
hipertensi diketahui lebih dari sebagian besar (57,1%) responden
mengalami hipertensi sedang.
Menurut Wahdah (2011) seseorang dikatakan hipertensi sedang
apabila hasil pengukuran tekanan darah sistoliknya berada diantara 160
s/d 179 mmHg dan tekanan darah diatoliknya berada diantara 100 s/d
109 mmHg, hipertensi sedang merupakan salah satu klasisifikasi
menurut grade/derajat dari hipertensi. Hipertensi diartikan sebagai
tekanan (ketegangan) yang tinggi dalam arteri, yang tingkatnya
melebihi 140/90 mmHg (Gardner, 2007). Menurut Udjianti (2011)
tekanan yang tinggi dalam arteri atau hipertensi dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu faktor yang tidak diketahui penyebabnya
(hipertensi primer), dan yang kedua faktor yang telah diketahui
-
58
penyebabnya (hipertensi sekunder) yaitu disebabkan oleh suatu kondisi
fisik yang sebelumnya, seperti penyakit atau gangguan tiroid. Dari
faktor tersebut 90% dari seluruh kasus hipertensi merupakan hipertensi
primer, faktor yamg mempengaruhinya seperti genetik, jenis kelamin,
diet tinggi garam dan lemak, obesitas, gaya hidup (merokok, konsumsi
alkohol). Sementara Kowalak, dkk (2012) menjelaskan resiko
hipertensi juga terjadi pada individu berpendidikan rendah dan memiliki
pendapatan lebih kecil.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Mustika (2012)
tentang Pengaruh Terapi Bekam Basah terhadap Tekanan Darah pada
Pasien Hipertensi di Klinik De Besh Centre Arrahmah Dan Rumah
Sehat Sabbihisma kota Padang, dimana dari hasil analisis univariat
penelitian dari 20 orang responden menunjukan rata-rata tekanan darah
sistolik sebelum terapi bekam 153,10 mmHg, dan rata-rata tekanan
darah diastolik sebelum terapi bekam adalah 94,50 mmHg. Sementara
penelitian Setio (2011) tentang Pengaruh Terapi Bekam Basah terhadap
Penurunan Tekanan Darah pada Pasien dengan Hipertensi di Klinik
Griya Sehat Madina Pekalongan, dimana dari hasil penelitian
didapatkan rata-rata tekanan darah sistolik 175 mmHg dan rata-rata
tekanan darah diastolik sebelum terapi bekam adalah 108 mmHg.
Perbedaan hasil penelitian peneliti dengan 2 hasil penelitian diatas yaitu
pada penelitian yang peneliti lakukan, hasil penelitian peneliti sebelum
terapi bekam, peneliti sajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.
-
59
Menurut asumsi peneliti, hipertensi yang terjadi pada penelitian
ini disebabkan oleh pengaruh usia, jenis kelamin, dan pendidikan. Dari
hasil penelitian diketahui 57,1% responden mengalami hipertensi pada
rentang umur Lanjut Usia (>65 Tahun). Hal ini sesuai dengan
pernyataan Susiyanto (2013) bahwa seiring usia seseorang bertambah,
tekanan darah pun akan meningkat. Pada lansia cendrung terjadi
perubahan fisik, yaitu pada sistim kardiovaskular lansia, katup jantung
menebal dan kaku, kemampuan memompa darah menurun, elastisitas
pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer sehingga menyebabkan tekanan darah akan meningkat
pada lansia (Maryam, dkk, 2012)
Dari hasil penelitian, diperoleh data bahwa lebih dari sebagian
(66,7%) responden hipertensi terjadi pada perempuan. Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa penderita Hipertensi di dominasi oleh
perempuan. Hal ini sesuai dengan penjelasan Widiyani (2014) pada
penelitian yang dipublikasikan dalam Therapeutik Advances in
Cardiovascular Disease, yang menemukan ancaman hipertensi lebih
besar mengintai perempuan dibanding laki-laki dan penyakit pembuluh
darah 30-40% lebih banyak ditemukan pada perempuan dari pada laki-
laki, karena ada perbedaan fisiologis signifikan antara system
kardiovaskuler perempuan dan laki-laki, termasuk banyak hormon yang
berperan dalam pengaturan tekanan darah, hormon ini yang kemudian
berperan dalam tingkat keparahan dan frekuensi penyakit jantung.
-
60
Selain itu dari hasil penelitian, juga diperoleh data bahwa hipertensi
pada umumnya (42,9%) terjadi pada responden dengan riwayat
pendidikan SD/Sederajat. Hal ini diperkuat oleh Kowalak, dkk (2012)
yang menjelaskan bahwa resiko hipertensi juga terjadi pada individu
berpendidikan rendah dan memiliki pendapatan lebih kecil.
b. Tekanan Darah Setelah Terapi Bekam
Berdasarkan hasil penelitian setelah dilakukan terapi bekam
selama 1 kali, didapatkan penurunan tekanan darah yaitu lebih dari
sebagian (52,4%) responden mengalami hipertensi ringan, (33,3%)
responden mengalami tekanan darah normal, (9,5%) responden
mengalami hipertensi berat, (4,8%) responden mengalami hipertensi
sedang dan tidak ada responden yang mengalami hipertensi sangat
berat setelah terapi bekam. Hal ini berarti terdapat penurunan tekanan
pada pasien hipertensi setelah dilakukan terapi bekam selama 1 kali
proses terapi bekam kepada masing-masing responden selama
penelitian
Untuk menurunkan tekanan darah dapat dilakukan dengan 3 cara
yaitu: Pengobatan farmakologi, Non farmakologi, dan Pengobatan
komplementer. Adapun pengobatan farmakologis hipertensi menurut
Wahdah (2011) dapat diobati dengan pemberian: Diuretic, Betabloker,
Vasodilator, Penghambat simpatetik, Penghambat ensim konversi
angiotensin, dan penghambat reseptor angiotensin renin II, sedangkan
pengobatan non farmakologis menurut Wahdah (2011) yaitu:
-
61
Penurunan berat badan, Olah raga, Mengurangi asupan garam, Tidak
merokok, dan hindari stress.
Selain pengobatan farmakologi dan non farmakologi, menurut
Widharto (2007) untuk mengobati hipertensi juga bisa dilakukan
dengan pengobatan komplementer. Purwanto (2013) menjelaskan
Pengobatan komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung pengobatan konvensional atau sebagai
pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis. Widharto (2007)
juga memaparkan bahwa akhir-akhir ini banyak orang menyukai
pengobatan komplementer, beberapa alasan diantaranya: biayanya
terjangkau, tidak menggunakan bahan-bahan kimia dan efek
penyembuhan cukup signifikan. Umar (2012) menjelaskan salah satu
pengobatan komplementer yang dapat menangani hipertensi yaitu
terapi bekam.
Secara bahasa, bekam berarti menghisap. Menurut istilah,
bekam berarti peristiwa penghisapan kulit, penyayatan dan
mengeluarkan darahnya dari permukaan kulit, yang kemudian
ditampung di dalam gelas (Umar, 2008). Yasin (2013) memaparkan
salah satu manfaat dari bekam yaitu mengatasi tekanan darah yang
tidak normal, Hal ini diperkuat oleh Nashr (2005) yang mengatakan
bahwa pada zaman dahulu, bekam merupakan salah satu metode
pengobatan yang paling penting untuk tekanan darah tinggi.
-
62
Dari hasil penelitian menunjukan, bahwa dengan melakukan
terapi bekam dengan 1 kali proses terapi bekam selama 30 menit
untuk masing-masing responden selama penelitian, dimana terjadi
penurunan tekanan darah setelah dilakukan terapi bekam. Hal ini dapat
dibuktikan dengan penjelasan Yasin (2005), bahwa sebagian orang
langsung merasa sembuh dan segar sejak pertama kali melakukan
pengobatan bekam, sedangkan Sharaf (2012) juga mengatakan
pembekaman di beberapa titik di daerah punggung dapat menurunkan
tekanan darah secara cepat dan hasil bekam dapat terlihat sejak terapi
pertama kali.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Mustika (2012)
tentang Pengaruh Terapi Bekam Basah terhadap Tekanan Darah pada
Pasien Hipertensi di Klinik De Besh Centre Arrahmah Dan Rumah
Sehat Sabbihisma kota Padang, dimana dapat peniliti simpulkan bahwa
terapi bekam mampu menurunkan tekanan darah pasien hipertensi
dimana dari hasil analisis univariat penelitian dari 20 orang responden
menunjukan rata-rata tekanan darah sistolik setelah terapi bekam
143,75 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik setelah 89,60
mmHg. Sementara penelitian Setio (2011) tentang Pengaruh Terapi
Bekam Basah terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien dengan
Hipertensi di Klinik Griya Sehat Madina Pekalongan, dimana dari hasil
penelitian didapatkan rata-rata tekanan darah sistolik setelah terapi
bekam basah 166,50 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik
-
63
setelah terapi bekam adalah 101,50 mmHg. Perbedaan hasil penelitian
peneliti dengan 2 hasil penelitian diatas yaitu pada penelitian yang
peneliti lakukan, hasil penelitian peneliti setelah terapi bekam, peneliti
sajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.
Menurut Asumsi peneliti, adanya penurunan tekanan darah
setelah diberikan terapi bekam disebabkan karena apabila dilakukan
pembekaman pada satu poin, maka kulit (kutis), jaringan bawah kulit
(sub kutis), fascia dan ototnya akan terjadi kerusakan dari mast cell dan
lain-lain. Sementara akibat kerusakan ini dilepaskan beberapa zat
seperti serotonin, histamine, bradikinin, Slow Reacting Substance
(SRS), serta zat-zat lain yang belum diketahui. Zat-zat ini
menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler dan arteriol, serta flare
reaction pada daerah yang dibekam dan dilatasi kapiler juga dapat
terjadi ditempat yang jauh dari tempat pembekaman, yang
menyebabkan terjadinya perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah,
akibatnya akan timbul efek relaksasi (pelemasan) otot-otot yang kaku
serta akibat vasodilatasi umum akan menurunkan tekanan darah secara
stabil.
Dilihat dari hasil penurunan tekanan darah dalam penelitian ini,
didapatkan penurunan tekanan darah sistolik yang paling sedikit hanya
sebanyak 10 mmHg terjadi pada 5 orang responden perempuan, 1
orang responden laki-laki dan penurunan tekanan darah diastolik yang
paling sedikit yaitu 5 mmHg terjadi pada 4 orang responden
-
64
perempuan, 1 orang responden laki-laki. Hasil ini mayoritas terjadi
pada responden dengan jenis kelamin perempuan. Menurut asumsi
peneliti, hal ini disebabkan oleh karena perbedaan fisiologis sistim
kardiovaskular dan hormon pada perempuan. Hal ini diperkuat oleh
penjelasan Widiyani (2014) bahwa perempuan mempunyai perbedaan
fisiologis yang signifikan pada sistim kardiovaskular dan hormon yang
berperan dalam pengaturan tekanan darah. Namun hasil ini masih
dapat menunjukan dan tetap mendukung bahwa terapi bekam sangat
efektif menurunkan tekanan darah dengan segera pada pasien
hipertensi.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat pada penelitian ini membahas tentang Pengaruh
Terapi Bekam terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi
di Rumah Sehat Cinta Herbal (RSCH) Assalam Tanjung Alam Kec
Ampek Angkek Kab Agam Tahun 2014. Dari hasil analisa statistik,
dengan jumlah responden 21 orang diperoleh tekanan darah sistolik
minimum (pre-test) yaitu kategori hipertensi ringan dan tekanan darah
sistolik maksimum (pre-test) kategori hipertensi sangat berat, dan terjadi
penurunan tekanan darah setelah dilakukan sekali terapi bekam selama
30 menit untuk masing-masing responden selama penelitian dengan
tekanan darah sistolik minimum (post-test) yaitu kategori normal dan
tekanan darah sistolik maksimum (post-test) kategori berat.
-
65
Sementara pada tekanan darah diastolik diperoleh hasil yaitu pada
tekanan darah diastolik minimum (pre-test) diperoleh hasil yaitu kategori
hipertensi ringan dan tekanan darah diastolik maksimum (pre-test)
kategori hipertensi sangat berat. dan juga terjadi penurunan tekanan darah
secara bersamaan dengan tekanan darah sistolik setelah dilakukan sekali
terapi bekam selama 30menit untuk masing-masing responden selama
penelitian dengan tekanan darah diastolik minimum (post-test) yaitu
tekanan darah kategori normal dan tekanan darah sistolik maksimum
(post-test) adalah kategori berat.
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji Wilcoxon diperoleh
value=0,000 (
-
66
ganjil dan tidak mampu melaksanakan tugasnya. Karena itu sel- sel erirosit
yang ganjil ini akan menghilang dengan sendirinya, yang disebut dengan
darah kotor, Oksidasi tetap terjadi, karena dalam darah ada oksigen dan
terjadi imbas suhu tubuh. Dalam darah bekam juga terkandung oxidant
dari sekresi kelenjer 7 jaringan atau yang mengendap didalam tubuh,
bukan hanya toxin dari kontaminan/tercemar. Sel darah merah dalam
darah bekam memiliki bentuk yang aneh, artinya sel-sel ter-sebut tidak
mampu melakukan aktivitas, di samping juga menghambat sel-sel lain
yang masih muda dan aktif. Ini menunjukkan bahwa proses bekam
membuang sel-sel darah merah yang rusak dan darah yang tidak
dibutuhkan lagi. Dari hasil uji laboratorium ini bisa disimpulkan bahwa
mekanisme menurunkan tekanan darah melalui bekam tidak menimbulkan
efek yang merugikan bagi tubuh .
Mekanisme menurunkan tekanan darah melalui bekam pada
hipertensi didasarkan atas teori aktivasi organ, dimana bekam akan
mengaktivasi organ yang mengatur aliran darah seperti hati, ginjal dan
jantung, agar organ-organ ini tetap aktif dalam mengatur peredaran darah
sehingga tekanan darah tetap terjaga, selain itu bekam juga berusaha
menyeimbangkan secara alamiah bila ada tekanan darah yang meningkat
dan dengan memilih titik yang tepat, maka terapi bekam dapat membantu
penanganan hipertensi, namun pada kasus lain bekam tidak menurunkan
tekanan darah, melainkan berfungsi untuk memperbaiki hati yang
mengalirkan darah yang membawa energy vital (Umar, 2012)
-
67
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Mustika (2012) tentang Pengaruh Terapi Bekam Basah terhadap Tekanan
Darah pada Pasien Hipertensi di Klunik De Besh Centre Arrahmah Dan
Rumah Sehat Sabbihisma kota Padang yaitu terdapat penurunan tekanan
darah sistolik dan diastolik dengan value Sistolik sebelum dan setelah
terapi bekam = 0,000 ( < 0,05) dan value Diastolik sebelum dan setelah
terapi bekam = 0,003 ( < 0,05). Dilihat dari hasil penelitian, penelitian
Mustika ini sama dengan hasil penelitian yang peneliti lakukan yaitu
menunjukan bahwa terapi bekam berpengaruh terhadap penurunan tekanan
darah pada pasien Hipertensi.
Selain itu hasil penelitian dari penelitian yang dilakukan Setio
(2011) tentang Pengaruh Terapi Bekam Basah terhadap Penurunan
Tekanan Darah pada Pasien dengan Hipertensi di Klinik Griya Sehat
Madina Pekalongan yaitu juga terdapat penurunan tekanan darah dengan
value Sistolik sebelum dan setelah terapi bekam = 0,003 ( < 0,05) dan
value Diastolik sebelum dan setelah terapi bekam = 0,002 ( < 0,05). Hasil
penelitian ini juga serupa dengan penelitian yang peneliti lakukan yang
berarti bahwa terapi bekam berpengaruh terhadap penurunan tekanan
darah pada pasien Hipertensi.
Menurut asumsi peneliti, penurunan tekanan darah pada responden
yang mengalami hipertensi dapat terjadi karena pembekaman dilakukan
pada titik yang tepat, yaitu peneliti juga melakukan pembekaman di
beberapa titik di punggung, hal ini diperkuat oleh Sharaf (2012) bahwa
-
68
melakukan pembekaman pada titik di punggung dapat menurunkan
tekanan darah secara cepat. Adapun titik bekam yang peneliti gunakan
dalam penelitian ini yaitu titik utama (titik nabawi)
Titik bekam yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah titik
yang dianjurkan dan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, yang sesuai
dengan titik menurut Divisi Diklat dan Litbang & Asosiasi Bekam
Indonesia (ABI) Tahun 2012, yaitu: Titik Mughits/ala rosun (Puncak
Kepala), posisinya: pada pertemuan garis lurus penghubung antara daun
telinga kanan dan kiri, dengan garis yang ditarik keatas dari hidung, secara
inferior sejajar dengan foramen magnum. Titik Akhdain (Urat leher kiri
dan kanan), posisinya: Dibawah garis batas rambut kepala belakang,
sejajar tulang cervical 3-7. Titik Katifain (Bahu kiri dan kanan), posisinya:
langsung di pundak atau bahu kiri dan kanan. Titik Kaahil (Punuk),
posisinya: tepat pada punuk, sejajar dengan vertebra torakal 1-3, dibawah
C7. Titik Warik (Panggul), posisinya: pertemuan otot gluteus maximus
dengan gluteus medius bawah, kiri dan kanan. Titik Ala Dzohril Qadami
(Pada Betis), posisi: Pada kedua betisk
Asumsi peneliti ini juga diperkuat oleh penjelasan Umar (2012)
bahwa pembekaman pada titik yang tepat dapat menurunkan tekanan darah
dengan segera. Selain itu menurut asumsi peneliti penurunan tekanan
darah terjadi juga karena adanya efek bekam terhadap hipertensi, hal ini
disebabkan oleh bahwa Bekam berperan menenangkan saraf simpatik
(simpatik nervous system). Pergolakan pada sistim saraf simpatik ini
-
69
menstimulasi sekresi enzim yang berperan sebagai system angiotensin
rennin. Setelah sistem ini tenang dan aktivasinya berkurang, tekanan darah
akan turun. Bekam berperan menurunkan volume darah yang mengalir di
pembuluh darah sehingga mengurangi tekanan darah. Bekam
mengendalikan tekanan hormone aldosteron sehingga mengendalikan
tekanan darah. Zat Nitrit oksida (NO) berperan dalam vasodilation (proses
perluasan pembuluh darah) sehingga menyebabkan turunnya tekanan
darah. Kadar Sodium didapati menjadi proporsional setelah dilakukannya
bekam sehingga menurunkan tekanan darah. Bekam melalui zat nitrit
oksida (NO) berperan meningkatkan suplai nutrisi dan darah yang
dibutuhkan oleh sel-sel dan lapisan pembuluh darah arteri maupun vena,
sehingga menjadikannya lebih kuat dan elastic serta mengurangi tekanan
darah. Bekam berperan menstimulasi reseptor-reseptor khusus yang terkait
dengan penciutan dan peregangan pembuluh darah (baroreseptor)
sehingga pembuluh darah bisa merespon berbagai stimulus dan
meningkatkan kepekaannya terhadap faktor-faktor penyebab hipertensi.
B. Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini masih terdapat berbagai kelemahan dan
kekurangan, walaupun peneliti berupaya semaksimal mungkin dengan
berbagai usaha untuk membuat hasil penelitian ini menjadi sempurna. Peneliti
menyadari bahwa keterbatasan penelitian ini adalah dalam hal sebagai
berikut:
-
70
1. Keterbatasan waktu terhadap responden
Keterbatasan ini dikarenakan pasien yang berkunjung untuk
mendapatkan pengobatan di Rumah Sehat Cinta Herbal (RSCH) Assalam
dengan waktu yang tidak menentu, tidak bisa peneliti pastikan
kedatangannya dan lama keberadaan pasien dalam sekali kunjungan
hanya bisa di hitung dalam beberapa jam saja, karena dengan
keterbatasan ini, sehingga terkadang peneliti hanya memiliki waktu yang
kurang untuk melakukan observasi lebih lanjut kepada responden diluar
waktu selama penelitian.
2. Keterbatasan Instrumen: Lembar Observasi
Dalam pembuatan instrument: lembar observasi mengenai hal-hal
yang melatar belakangi terjadinya peningkatan tekanan darah/hipertensi
pada responden, peneliti belum menemukan standar baku untuk
instrument variabel tersebut, sehingga instrument penelitian dibuat
berdasarkan pengetahuan dan pemahaman dari peneliti sendiri dan
dengan mengambil dari beberapa referensi tenta