29
Foto 3.15 Bagian dari Singkapan Peselingan Batulanau dengan Batupasir pada Lokasi Sdm.5 di
Desa Sungapan
Lokasi pengamatan untuk singkapan breksi volkanik berada pada lokasi
Sdm.1 (foto 3.16). Singkapan terletak pada sisi Sungai Cicantayan. Pada daerah
ini terdapat satu litologi dan singkapan ini tidak terdapat kedudukan. Singkapan
berwarna coklat, dan singkapan pada daerah ini lapuk.
Breksi volkanik, berwarna coklat, matriks berupa pasir sedang-kasar,
fragmen berukuran kerikil sampai dengan bongkah, bentuk fragmen menyudut-
menyudut tanggung, fragmen terdiri batuan beku berupa andesit dan batuan
sedimen berupa batupasir, pemilahan buruk, kemas terbuka, porositas baik dan
kompak.
B T
Batulanau
Batupasir
30
Foto 3.16 Singkapan Breksi volkanik pada Lokasi Sdm.1 di Sungai Cicantayan
3.3 Statigrafi Daerah Penelitian
Stratigrafi pada daerah penelitian ditentukan berdasarkan ciri-ciri litologi
yang diamati di lapangan. Statigrafi pada daerah penelitian (Gambar 3.4) dapat
dikelompokkan menjadi empat satuan litostratigrafi tidak resmi yang disusun dari
tua ke muda, sebagai berikut:
Satuan Batupasir
Satuan Batulanau-Batulempung menjemari dengan Satuan Batugamping
Satuan Breksi Volkanik
S U
31
UM
UR
ZO
NA
SI
BL
OW SATUAN
STRATIGRAFI
PEMERIAN
FO
RM
AS
I
SA
TU
AN
TID
AK
RE
SM
I TE
BA
LS
AT
UA
N
KO
LO
MS
TR
AT
IGR
AF
I
LIN
GK
UN
GA
NP
EN
GE
ND
AP
AN
FO
RM
AS
IWA
LA
T
SA
TU
AN
BA
TU
PA
SIR
FL
UV
IAL
LA
UT
DA
NG
KA
LD
AR
AT
SA
TU
AN
BA
TU
LA
NA
U-B
AT
UL
EM
PU
NG
FO
RM
AS
IB
AT
UA
SIH
FO
RM
AS
IR
AJA
MA
ND
AL
A
SA
TU
AN
BR
EK
SI
VO
LK
AN
IK
Batupasir, batulempung karbonan, konglomerat dan batubara
Batupasir, berwarna abu-abu, berbutir pasir kasar-sangat kasar, fragmen berupa litik dan kuarsa (dominan), bentuk butir membundar-membundar tanggung, kemas terbuka, pemilahan buruk, terdapat struktur perlapisan sejajar, non-karbonatan
Batulempung karbonan, coklat kehitaman, non-karboanatan Batubara, berwarna hitam
Sisipan Konglomerat, berwarna coklat, masa dasar pasir kasar, fragmen berukuan kerikil-kerakal, fragmen terdiri dari litik dan kuarsa
sisipan
Breksi Volkanik, berwarna coklat, matriks berupa pasi r sedang-kasar, fragmen berukuran kerikil sampai dengan kerakal, menyudut-menyudut tanggung,pemilahan buruk, kemas terbuka, poirositas baik dan kompak.
Batugamping terumbu ( ), berwarna putih, terdapat , dan terdapat juga fosil sp., terkekarkan, terdapat urat kalsit
wackestonemud
Lepidocyc lina
Peselingan Batulanau-Batulempung dan Perselingan Batulanau-Batupasir.
Batulempung, berwarna coklat, non-karbonatan
, dan masif.
Batulanau, berwarna abu-abu, non-karbonatan, masif.
Batupasir, berwarna coklat, ukuran butir pasir halus-sedang, karbonatan, kemas tertutup, pemilahan baik, porositas baik, terdapat laminasi sejajar.
pada sebagian besar daerah penelitian, tetapi terdapat juga karbonatan pada daerah-daerah tertentu, dan masif
>7
00
m>
60
0m
>1
00
m
N3
-N5
>5
0m
SA
TU
AN
BA
TU
GA
MP
ING
P2
0-N
5P
13
-P1
9
EOSEN AKHIR
OLIGOSEN AKHIR
KUARTER
MIOSEN AWAL
OLIGOSEN TENGAH
OLIGOSEN AWAL
Gambar 3.4 Stratigrafi Daerah Penelitian (tanpa skala)
\
32
3.3.1 Satuan Batupasir
3.3.1.1 Penyebaran
Satuan Batupasir menempati bagian utara daerah penelitian, jurus lapisan
batuan pada satuan ini relatif berarah barat-timur. Satuan Batupasir (Foto 3.17)
meliputi ±30% dari daerah penelitian, satuan ini pada peta geologi berwarna
kuning (Lampiran H-1). Batuan tersingkap dengan baik dengan dimensi yang
besar, singkapan sebagian besar terdapat di sisi tebing dan pada daerah
penambangan. Ketebalan satuan ini berdasarkan Martodjojo (1984) dan
rekontruksi penampang >700m.
Foto 3.17 Singkapan Batuan Satuan Batupasir di Daerah Batununggal
3.3.1.2 Ciri Litologi
Litologi satuan batupasir ini terdiri dari batupasir, batupasir perselingan
batulempung karbonan, batupasir perselingan konglomerat dan batupasir sisipan
batubara.
B T
33
Batupasir (Foto 3.18), berwarna abu-abu, berbutir pasir kasar-sangat kasar,
fragmen berupa litik dan kuarsa (dominan), bentuk butir membundar-membundar
tanggung, kemas terbuka, pemilahan buruk, terdapat struktur perlapisan sejajar,
non-karbonatan. Hasil Sayatan tipis pada batupasir (Lampiran A-1) berdasarkan
klasifikasi Folk (1974), dengan kompisisi mineral penyusunnya didominasi
kuarsa, maka dapat dapat dinamakan Quartz Arenit.
Foto 3.18 Singkapan Batupasir pada Satuan Batupasir di Daerah Batununggal
Batulempung karbonan, berwarna coklat kehitaman, non-karbonatan (Foto
3. 19). Sisipan konglomerat, berwarna coklat, massa dasar pasir kasar, fragmen
berukuran kerikil-kerakal, fragmen terdiri dari litik dan kuarsa (Foto 3.20).
B T
34
Foto 3.19 Singkapan Batulempung karbonan pada satuan Batupasir di Daerah Batununggal
Foto 3.20 Singkapan konglomerat pada Satuan Batupasir di Daerah Batununggal
B T
B T
35
Sisipan batubara, berwarna hitam, panjang batuan yang tersingkap di
lapangan 2 m dan tebal 50cm (Foto 3.21).
Foto 3.21 Singkapan Batubara pada Satuan Batupasir di. Daerah Batununggal
3.3.1.3 Umur dan Lingkungan Pengendapan
Umur Satuan Batupasir berdasarkan fosil foraminifera plankton tidak
dapat diketahui, karena tidak terdapatnya fosil tersebut. Berdasarkan analisis
polen Mulyadi (1997) pada daerah Pasir Bongkok, didapatkan fosil sebagai
berikut Cicatricosisporites eocenicus, Meyeripollis naharkotensis, Proxapertites
cursus, dan Proxapertites operculatus, sehingga didapatkan umur Eosen Akhir.
Sedangkan berdasarkan analisis terhadap polen (Baumann, 1972 dalam
Martodjojo, 1984) di Gunung Walat, terdapat fosil berupa Florschuetzia trilobata
dan Monocalpites medius, dengan umur Oligosen Awal. Berdasarkan hasil
analisis-analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa umur Satuan Batupasir adalah
antara Eosen Akhir sampai Oligosen Awal.
Lingkungan pengendapan Satuan Batupasir diinterpretasikan merupakan
lingkungan endapan fluvial, hal ini bedasarkan pengamatan pada lapangan
terhadap ciri-ciri litologi meliputi besar butir batuan, struktur sedimen,
B T
36
terdapatnya kuarsa, batuan tidak karbonatan, dan terdapatnya sisipan karbon, serta
didukung pula oleh analisis penampang stratigrafi, analisis petrografi, serta tidak
ditemukannya foraminifera berdasarkan analisis fosil. Berdasarkan analisis
granulometri (Lampiran B-1) dengan metoda Visher (1969) op. cit. Friedman dkk.
(1992) pada sampel dari Satuan Batupasir ini yang berada pada lokasi Cpu.2,
menunjukkan distribusi penyebaran besar butir dapat dibagi dua tipe pengendapan,
mekanisme arus kuat terdapat pada butiran dengan diameter 840 mikron sampai 210
mikron, dibuktikan dengan peningkatan persen kumulatif yang sangat tajam, sedangkan
mekanisme arus lemah terdapat pada butiran dengan diameter 210 mikro sampai
dengan lebih kecil dari 53 mikron, dibuktikan dengan persen kumulatif yang
landai (Lampiran B-2). Berdasarkan data tersebut mekanisme pengendapan pada
satuan ini dipengaruhi oleh arus kuat.
3.3.1.4 Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, maka satuan batupasir ini dapat dimasukkan
dalam Formasi Walat (Effendi dkk., 1998). Hubungan Satuan Batupasir dengan
Satuan Batulanau-Batulempung yang berumur lebih muda adalah tidak selaras,
karena kemiringan lapisan Satuan Batupasir pada penampang (Lampiran H-1)
lebih besar dibandingkan kemiringan lapisan pada Satuan Batulanau-
Batulempung, sehingga dapat disimpulkan hunungan kedua satuan adalah
ketidakselarasan menyudut. Hubungan Satuan Batupasir dengan satuan yang lebih
umur lebih tua tidak dapat diketahui, karena tidak tersingkap pada daerah
penelitian.
3.3.2 Satuan Batulanau-Batulempung
3.3.2.1 Penyebaran
Satuan Batulanau-Batulempung menempati bagian selatan daerah
penelitian, jurus lapisan batuan pada satuan ini relatif berarah barat-timur. Satuan
Batulanau-Batulempung meliputi ±35% dari daerah penelitian, satuan ini pada
peta geologi berwarna hijau (Lampiran H-1). Singkapan batuan pada satuan ini
37
sebagian lapuk, dan sebagian besar terdapat di sisi sungai. Ketebalan satuan ini
berdasarkan Martodjojo (1984) dan rekontruksi penampang >600 m.
3.3.2.2 Ciri Litologi
Litologi Satuan Batulempung ini terdiri dari batulanau perselingan
batupasir (Foto 3.22) dan batulanau perselingan batulempung (Foto 3.23).
Foto 3.22 Bagian dari Singkapan perselingan batulanau-batupasir di Daerah Babakan
Foto 3.23 Bagian dari Singkapan Perselingan Batulanau-Batulempung di daerah Kebonbera
Barat Laut Tenggara
Tenggara Barat Laut
Batulanau
Batupasir
Batulanau
Batulempung
38
Pada satuan ini dilakukan analisis kalsimetri pada sampel batuan yang
mengandung karbonatan. Hasil analisis kalsimetri pada sampel batuan S.6 dan
Bb.6 (Lampiran C-1) menunjukkan kandungan persen karbonat yaitu 20.39% dan
16.99 %, sehingga dinamakan Napal-Lempung (Lampiran C-2).
Batulempung, berwarna coklat, non-karbonatan, dan masif. Batulanau,
berwarna abu-abu, non-karbonatan pada sebagian besar daerah penelitian, tetapi
terdapat juga karbonatan pada daerah-daerah tertentu, dan masif. Batupasir,
berwarna coklat, ukuran butir pasir halus-sedang, karbonatan, kemas tertutup,
pemilahan baik, porositas baik, terdapat laminasi sejajar, berdasar analisis
petrografi batuan tersebut bernama Feldspatic Arenite (Lampiran A-4).
3.3.2.3 Umur dan Lingkungan Pengendapan
Umur Satuan Batulanau-Batulempung berdasarkan fosil foraminifera
plankton berada pada Kala Oligosen Akhir – Miosen awal. Berdasarkan analisis
mikropaleontologi (Lampiran D-1 dan D-2) menggunakan klasifikasi (Blow,
1969), didapatkan umur N3-N5. Berdasarkan fosil foraminifera bentos terdapat
fosil Quinqueloculina sp., Pseudorotalia sp., Asterorotalia tripisona dan
Amphicorina sp., yang menunjukkan lingkungan pengendapan neritik dangkal
dengan kedalaman 0-20 meter (Robertson Research, 1983).
3.3.2.4 Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi
Berdasarkan ciri-ciri tersebut dan hubungan stratigrafi dengan Satuan
Batupasir, maka Satuan Batulanau-Batulempung dapat dimasukkan dalam
Formasi Batuasih (Martodjojo, 1984). Hubungan Satuan Batulanau-Batulempung
dengan Satuan Batupasir yang berumur lebih tua adalah tidak selaras. Hubungan
Satuan Batulanau-Batulempung dengan Satuan Batugamping merupakan
hubungan menjemari. Hubungan Satuan Batulanau-Batulempung dengan Satuan
Breksi Volkanik yang berumur lebih muda adalah tidak selaras, karena
terdapatnya selang waktu pengendapan pada kedua satuan.
39
3.3.3 Satuan Batugamping
3.3.3.1 Penyebaran
Satuan Batugamping menempati bagian tenggara daerah penelitian, jurus
lapisan batuan pada satuan ini tidak ditemukan. Satuan Batugamping meliputi
±5% dari daerah penelitian, satuan ini pada peta geologi berwarna biru (Lampiran
H-1). Singkapan batuan pada satuan ini memiliki dimensi yang besar, singkapan
sebagian besar terdapat di sisi sungai dan sisi tebing. Ketebalan satuan ini
berdasarkan Martodjojo (1984) dan rekontruksi penampang >100m (Foto 3.24).
Foto 3.24 Singkapan Batuan Satuan Batugamping di Daerah Sungapan
3.3.3.2 Ciri Litologi
Satuan ini disususun oleh batugamping, berwarna abu-abu, terkekarkan,
terdapat fosil foraminifera, alga, dan coral, masif. Berdasarkan analisis petrografi
(lampiran A-2 dan A-3) batugamping pada satuan ini merupakan Wackestone
(Dunham,1962).
S U
40
3.3.3.3 Umur dan Lingkungan Pengendapan
Umur Satuan Batugamping berdasarkan fosil foraminifera besar
Lepydociclina sp. didapatkan kisaran umur Td – Te5 (Lampiran D-3) berdasarkan
klasifikasi Adams (1970) op. cit. Kapid (1994), dengan umur Oligosen Tengah-
Miosen Awal. Lingkungan pengendapan berdasarkan didapatkannya fosil alga,
coral, foraminifera golongan Lepydociclina sp., menunjukkan satuan ini terbentuk
pada lingkungan laut dangkal.
3.3.3.4 Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, maka Satuan Batugamping dapat
dimasukkan dalam Formasi Rajamandala (Martodjojo, 1984). Hubungan Satuan
Batugamping dengan Satuan Batupasir yang berumur lebih tua adalah tidak
selaras, karena terdapatnya perbedaaan kemiringan lapisan di penampang geologi
pada kedua satuan. Hubungan Satuan Batugamping dengan Satuan Batulanau-
Batulempung merupakan hubungan menjari dengan umur yang sama. Hubungan
Satuan Batugamping dengan Satuan Breksi Volkanik yang berumur lebih muda
adalah tidak selaras, karena terdapatnya selang waktu pengendapan pada kedua
satuan.
3.3.4 Satuan Breksi Volkanik
3.3.4.1 Penyebaran
Satuan Breksi Volkanik sebagian besar menempati bagian tengah dan juga
terdapat pada bagian timur laut, tenggara dan barat daya daerah penelitian, jurus
lapisan batuan pada satuan ini tidak ditemukan. Satuan Breksi Volkanik meliputi
±30% dari daerah penelitian (Foto 3.25), satuan ini pada peta geologi berwarna
oranye (Lampiran H-1). Singkapan batuan pada satuan ini lapuk, singkapan
sebagian besar terdapat di sisi sungai. Ketebalan satuan ini berdasarkan
rekontruksi penampang >50m.
41
Foto 3.25 Singkapan Batuan Satuan Breksi Volkanik di daerah Ci Balener
3.3.4.2 Ciri Litologi
Satuan Breksi Volkanik merupakan endapan volkanik, dengan ciri breksi,
berwarna coklat, matriks berupa pasir sedang-kasar, fragmen berukuran kerikil
sampai dengan kerakal, bentuk fragmen menyudut-menyudut tanggung, fragmen
terdiri andesit dan batupasir, pemilahan buruk, kemas terbuka, porositas baik dan
kompak.
3.3.4.3 Umur dan Lingkungan Pengendapan
Umur Satuan Breksi Volkanik berdasarkan fosil foraminifera plankton
tidak dapat ditentukan, karena tidak terdapat fosil tersebut. Satuan Breksi
Volkanik ini memiliki sifat non-karbonatan dan berdasarkan hasil analisis
petrografi (Lampiran A-5 dan A-6) memiliki komponen yang bersifat intermedier-
SU
42
asam, sehingga dapat diketahui lingkungan pengendapan satuan ini berupa darat.
Umur Satuan Breksi Volkanik merupakan Zaman Kuarter (Martodjojo, 1984).
3.3.4.4 Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi
Berdasarkan ciri-ciri tersebut dan hubungan stratigrafi dengan satuan-
satuan lain yang lebih tua, satuan ini diendapkan secara tidak selaras dan
menindih satuan-satuan yang lebih tua.
3. 4 Struktur Geologi Daerah Penelitian
Struktur geologi pada daerah penelitian didapatkan berdasarkan
identifikasi dari peta topografi dan pengamatan di lapangan. Berdasarkan
pengamatan di lapangan ditemukan bukti-bukti terjadinya struktur berupa
perubahan arah jurus, dan shear fracture. Bukti-bukti terjadinya struktur geologi
tersebut, kemudian diolah dengan menggunakan perangkat lunak.
Struktur geologi yang terjadi pada daerah penelitian berupa lipatan (sinklin
dan antiklin) dan juga terdapat sesar (sesar naik dan sesar mendatar). Gejala-
gejala struktur lipatan di lapangan diamati berdasarkan perubahan kedudukan
lapisan batuan. Gejala-gejala pada sesar diamati berdasarkan shear fracture, dan
interpretasi. Penamaan struktur berdasarkan nama sungai, nama daerah, nama
gunung tempat didapatkannya struktur tersebut.
3.4.1 Analisis Struktur Geologi
3.4.1.1 Kelurusan
Analisis kelurusan sungai dan bukit pada daerah penelitian digambarkan
dengan menggunakan kelurusan pada peta topografi (Gambar 3.5) dan dianalisis
dengan menggunakan diagram bunga (Gambar 3.6).
43
550
550
550
500
500
450
400
400
550
700
600
600
550
600
G. Walat
Ci Batu 448
718
646
717
497
541
552
513
557
532
563
502
545
510
514
490
546
445
374
445
DESA HEGARMANAH
Sungapan
Babakan
Cibule
Cikareo
Cibungur
Batununggal
Cipeureu
Kebonbera
Longkewang
Hegarmanah
1060 49’ 00"
U
TB
S
1060 49’ 30" 106
0 50 00" 1060 50’ 30"
1060 49’ 00"
1060 49’ 30" 1060 50 00" 1060 50’ 30"6
0
54’ 30"
60 55’ 00"
60 55’ 30"
60 56’ 00"
60 56’ 30"
60 57’ 00"
60 57’ 30" 60 57’ 30"
60 57’ 00"
60 56’ 30"
60 56’ 00"
60 55’ 30"
60 55’ 00"
60 54’ 30"
: Garis kelurusan sungai
: Garis kelurusan bukit
: Sungai
: Garis kontur
Gambar 3.5 Kelurusan pada Peta Topografi
44
(a) Diagram bunga kelurusan bukit (b) Diagram bunga kelurusan sungai
Gambar 3.6 Diagram bunga dari kelurusan bukit dan lembah
Pola kelurusan bukit yang dominan yaitu pada arah barat laut – tenggara,
berdasarkan hal tersebut ditafsirkan berkaitan dengan arah jurus/kedudukan
lapisan dan sumbu perlipatan. Pola kelurusan sungai yang berkembang berarah
dari barat laut – tenggara yang ditafsirkan kemungkinan sebagai arah dari rekahan
dan sesar sebagai bidang-bidang lemah.
Berdasarkan citra satelit (Google Earth) didapatkan kelurusan yang relatif
berarah timur laut- barat daya (Gambar 3.7), hal tersebut serupa dengan kelurusan
menggunakan diagram bunga. Pada citra satelit kelurusan di utara, dapat
diinterpretasikan sebagai Sinklin Gunung Walat yang memiliki arah relatif barat-
timur. Pada bagian tengah-selatan citra satelit didapatkan kelurusan yang berarah
barat laut-tenggara.
45
.
: Daerah penelitian
Gambar 3.7 Citra Satelit dari kelurusan (diambil dari GoogleEarth.com, 21 Februari 2010)
3.4.1.2 Sinklin Gunung Walat
Sinklin ini berada pada daerah utara dari daerah penelitian. Puncak sinklin
tidak dapat diamati dengan jelas. Arah sumbu lipatan relatif barat-timur, dapat
diinterpretasikan tegasan berarah utara-selatan.
3.4.1.3 Antiklin Hegarmanah
Antiklin ini berada pada daerah tengah dari daerah penelitian. Puncak
antiklin tidak dapat diamati dengan jelas karena telah tertutup oleh Satuan Breksi
Volkanik. Arah sumbu lipatan relatif barat-timur.
1km
1km
46
3.4.1.4 Sinklin Longkewang
Sinklin ini berada pada daerah tengah dari daerah penelitian. Puncak
sinklin tidak dapat diamati dengan jelas. Arah sumbu lipatan relatif barat-timur,
dapat diinterpretasikan tegasan berarah utara-selatan.
3.4.1.5 Antiklin Kebonbera
Antiklin ini berada pada daerah tengah dari daerah penelitian. Puncak
antiklin tidak dapat diamati. Arah sumbu lipatan relatif barat laut- tenggara.
3.4.1.6 Sinklin Sungapan
Sinklin ini berada pada daerah selatan dari daerah penelitian. Puncak
sinklin tidak dapat diamati dengan jelas. Arah sumbu lipatan relatif barat-timur,
dapat diinterpretasikan tegasan berarah utara-selatan.
3.4.1.7 Sesar Mengiri Turun Cibungur
Sesar ini berada pada daerah tengah pada daerah penelitian. Sesar Mengiri
Turun Cibungur merupakan sesar mengiri yang memotong Antiklin Kebonbera.
Sesar ini berarah timur laut-barat daya dan memanjang dari Desa Cibule, Desa
Sungapan, dan Desa Cibungur. Sesar ini diindikasikan berdasarkan shear fracture.
Berdasarkan analisis shear fracture pada perangkat lunak (Lampiran E-1)
didapatkan sesar ini merupakan sesar mengiri turun. Arah tegasan pada sesar ini
berarah utara-selatan.
3.4.1.8 Sesar Menganan Naik Sungapan
Sesar ini berada pada daerah tengah pada daerah penelitian. Sesar
Menganan Naik Sungapan merupakan sesar menganan yang memotong Sinklin
Sungapan. Sesar ini berarah timur laut-barat daya. Sesar ini diindikasikan
berdasarkan shear fracture, perubahan kedudukan pada daerah Sungapan.
Berdasarkan analisis shear fracture pada perangkat lunak (Lampiran E-2)
didapatkan sesar ini merupakan sesar menganan naik.
47
3.4.1.9 Sesar Mengiri Turun Bojongkembar
Sesar ini berada pada daerah tengah pada daerah penelitian. Sesar Mengiri
Turun Bojongkembar merupakan sesar mengiri yang memotong Antiklin
Kebonbera, Sinklin Longkewang, Antiklin Hegarmanah, dan Sesar Naik
Batununggal. Sesar ini berarah timur laut-barat daya dan memanjang dari Desa
Bojongkembar, Desa Longkewang, dan Desa Batununggal. Sesar ini
diindikasikan berdasarkan perubahan kedudukan kemiringan dan jurus dari
lapisan pada daerah Bojongkembar dan Batununggal.
3.4.1.10 Sesar Mengiri Turun Hegarmanah
Sesar ini berada pada daerah utara daerah penelitian. Sesar Mengiri Turun
Hegarmanah merupakan sesar mengiri yang memotong Antiklin Hegarmanah,
Sinklin Gunung Walat dan Sesar Naik Batununggal. Sesar ini berarah timur laut-
barat daya. Sesar ini diperkirakan menerus dari sebelah barat dari daerah
penelitian yang dipetakan oleh Wicaksono, 2010.
3.4.1.11 Sesar Naik Batununggal
Sesar Naik Batununggal diperkirakan dari rekonstruksi pada penampang
geologi. Pada daerah penelitian tidak didapatkan data mengenai struktur penyerta
sesar naik ini, karena pada daerah penelitian diperkirakan telah tertutup oleh
Satuan Breksi Vollkanik. Sesar Naik Batununggal memanjang dari barat-timur
melalui Desa Hegarmanah dan Desa Batununggal. Arah tegasan pada sesar ini
dapat diinterpretasikan dari arah utara-selatan.
3.4.2 Mekanisme Pembentukan Struktur
Struktur yang terdapat pada daerah penelitian berupa anjakan dan lipatan.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Davis dan Reynolds (1996) struktur utama
yang berkembang pada daerah dengan rezim tektonik konvergen adalah sesar naik
yang dapat membentuk suatu jalur anjakan-lipatan. Jalur anjakan-lipatan tersebut
dapat dipotong oleh sesar sobekan.
48
Lipatan-lipatan yang terdapat pada daerah penelitian secara umum
memiliki berarah barat-timur, begitu pula juga dengan sumbu sesar naik yang
memiliki arah barat-timur. Pada sesar-sesar mendatar yang terjadi pada daerah
penelitian berasal dari gaya yang berarah utara-selatan. Dapat disimpulkan pada
daerah penelitian memiliki tegasan dari utara-selatan.
Struktur-struktur geologi yang terjadi pada daerah penelitian terjadi setelah
pengendapan Satuan Batupasir, Satuan Batulanau-Batulempung, dan
Batugamping, karena struktur-stuktur yang terjadi mempengaruhi ketiga satuan
tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka struktur geologi yang terjadi pada daerah
penelitian memiliki umur setelah Miosen Awal. Pada Satuan Breksi Volkanik
tidak dipengaruhi struktur-struktur geologi pada daerah penelitian. Berdasarkan
hal tersebut dapat diperkirakan struktur geologi tejadi pada Pliosen-Pleistosen, hal
ini bersamaan dengan pengangkatan Cekungan Bogor.