LAK Direktorat Bina Gizi TA 2012
1
B A B I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 Bab VIII pasal 141 menyatakan
bahwa upaya perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan
masyarakat, peningkatan mutu gizi yang dimaksud dilakukan melalui perbaikan pola
konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi, dan peningkatan akses dan mutu
pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Upaya
perbaikan gizi dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan
pentahapan dan prioritas pembangunan nasional.
Salah satu prioritas pembangunan nasional sebagaimana tertuang pada dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan 2010-2014 adalah perbaikan status gizi masyarakat. Sasaran jangka
menengah perbaikan gizi yang telah ditetapkan adalah menurunnya prevalensi gizi
kurang menjadi setinggi-tingginya 15.0 % dan prevalensi pendek (stunting) menjadi
setinggi-tingginya 32 % pada tahun 2014. Untuk mencapai sasaran tersebut di dalam
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan telah ditetapkan 2 (dua) indikator kinerja
kegiatan yaitu balita ditimbang berat badannya (D/S) dan balita gizi buruk mendapat
perawatan.
Dalam upaya mencapai tujuan tersebut telah disusun Kegiatan Pembinaan Gizi
Masyarakat 2010-2014 yang berisikan tujuan, sasaran operasional, kebijakan teknis dan
strategi operasional serta kegiatan pokok, dan pentahapan indikator setiap tahun,
sebagai penjabaran operasional Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014.
Kegiatan pembinaan gizi pada tahun 2012 dilaksanakan melalui beberapa
kegiatan pokok dan pendukung yang terdiri dari: (1) Pendidikan dan Pemberdayaan
Masyarakat bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan
masyarakat untuk berperilaku sadar gizi serta untuk memotivasi, menggerakkan dan
melibatkan masyarakat dalam rangka upaya pembinaan gizi melalui posyandu. Kegiatan
pemberdayaan masyarakat dilaksanakan melalui berbagai sumber dana baik dari
pemerintah maupun masyarakat; (2) Suplementasi dan Fortifikasi Gizi Mikro bertujuan
untuk mencegah dan mengurangi timbulnya masalah gizi, baik masalah gizi makro
maupun gizi mikro; (3) Penanganan Kasus Gizi Buruk ditujukan untuk menanggulangi
masalah gizi buruk pada balita; (4) Dukungan Manajemen diperlukan untuk memfasilitasi
dan memperlancar proses, yang dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
LAK Direktorat Bina Gizi TA 2012
2
monitoring dan evaluasi program pembinaan gizi. Kegiatan dukungan manajemen yang
diperlukan antara lain: Perencanaan gizi, Penyusunan Norma Standar Prosedur Kriteria
(NSPK), Jaringan info Pangan dan Gizi (JIPG), rapat kerjasama lintas sektor dan lintas
program serta monitoring evaluasi.
Ukuran keberhasilan kinerja Direktorat Bina Gizi dilihat dari pencapaian dari
masing-masing indikator kegiatan. Proses evaluasi merupakan penilaian terhadap hasil
pencapaian tersebut, yang dituangkan ke dalam suatu laporan yang disebut Laporan
Akuntabilitas Kinerja (LAK) . Penyusunan LAK ini merupakan perwujudan salah satu
indikator (tolok ukur) dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good
governance), dan berkaitan dengan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dalam
memberikan pelayanan prima serta menyampaikan pertanggungjawaban kinerja
kepada pemerintah dan masyarakat pada umumnya.
LAK 2012 memasuki tahun ke tiga dari periode lima tahunan Rencana Aksi
Pembinaan Gizi Masyarakat 2010-2014. Penyusunan LAK ini dimaksudkan sebagai
bentuk kewajiban Direktorat Bina Gizi untuk mempertanggungjawabkan tujuan dan
sasaran serta rencana kinerja yang telah ditetapkan dalam Renstra, Rencana Kinerja
Tahun 2012 dan Penetapan Kinerja Tahun 2012. LAK ini juga dapat dijadikan sebagai
feedback yang berharga dalam memperbaiki kinerja Direktorat Bina Gizi di masa
mendatang.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Penyusunan laporan akuntabilitas kinerja Direktorat Bina Gizi memiliki maksud
dan tujuan sebagai bentuk pertanggungjawaban secara tertulis atas pelaksanaan tugas-
tugas yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tahun 2012 oleh Direktorat Bina Gizi
sehingga:
1. Dapat diketahui pencapaian indikator yang telah ditetapkan;
2. Dapat diketahui kegiatan yang telah dilaksanakan;
3. Dapat diketahui perkembangan kegiatan yang telah dilaksanakan berikut hasil
pencapaian dan evaluasi;
4. Sebagai dasar untuk perencanaan kegiatan tahun berikutnya;
5. Sebagai bukti laporan program dan hasil kegiatan kepada publik.
LAK Direktorat Bina Gizi TA 2012
3
C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) nomor:
1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan,
bahwa Direktorat Bina Gizi bertugas melaksanakan penyiapan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK)
serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang bina gizi, sedangkan fungsinya
adalah :
1. Penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang bina gizi makro, gizi mikro, gizi
klinik dan konsumsi makanan, serta kewaspadaan gizi;
2. Pelaksanaan kegiatan di bidang bina gizi makro, gizi mikro, gizi klinik, dan konsumsi
makanan serta kewaspadaan gizi;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang bina gizi
makro, gizi mikro, gizi klinik, dan konsumsi makanan serta kewaspadaan gizi;
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang bina gizi makro, gizi mikro, gizi
klinik dan konsumsi makanan serta kewaspadaan gizi;
5. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang bina gizi makro,
gizi mikro, gizi klinik dan konsumsi makanan serta kewaspadaan gizi;
6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
Susunan organisasi Departemen Kesehatan berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor:1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa Struktur Organisasi Direktorat Bina Gizi
adalah sebagai berikut:
a. Direktur Bina Gizi
b. Sub Bagian Tata Usaha
c. Sub Direktorat Bina Gizi Makro
1) Seksi Standarisasi Gizi Makro
2) Seksi Bimbingan dan Evaluasi Gizi Makro
d. Sub Direktorat Bina Gizi Mikro
1) Seksi Standarisasi Gizi Mikro
2) Seksi Bimbingan dan Evaluasi Gizi Mikro
e. Sub Direktorat Bina Gizi Klinik
1) Seksi Standarisasi Bina Gizi Klinik
2) Seksi Bimbingan dan Evaluasi Bina Gizi Klinik
f. Sub Direktorat Bina Konsumsi Makanan
1) Seksi Standarisasi Konsumsi Makanan
LAK Direktorat Bina Gizi TA 2012
4
2) Seksi Bimbingan dan Evaluasi Konsumsi Makanan
g. Sub Direktorat Bina Kewaspadaan Gizi
1) Seksi Standarisasi Kewaspadaan Gizi
2) Seksi Bimbingan dan Evaluasi Kewaspadaan Gizi
LAK Direktorat Bina Gizi TA 2012 5
Gambar 1.1
LAK Direktorat Bina Gizi TA 2012
6
D. SISTEMATIKA
Sistematika penulisan laporan akuntabilitas kinerja Direktorat Bina Gizi Masyarakat ini
adalah sebagai berikut :
1. Kata Pengantar
2. Ringkasan Eksekutif
3. Daftar Isi, yang meliputi :
Bab I Pendahuluan
Menjelaskan tentang latar belakang penulisan laporan, maksud dan tujuan penulisan
laporan, tugas pokok dan fungsi Direktorat Bina Gizi serta sistematika penulisan
laporan
Bab II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
Dijelaskan mengenai perencanaan dan perjanjian kinerja. Pada awal bab ini disajikan
gambaran secara singkat sasaran yang ingin dicapai Kementerian Kesehatan,
khususnya Direktorat Bina Gizi pada tahun 2012 serta bagaimana kaitannya dengan
capaian visi dan misi Kementerian Kesehatan.
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Diuraikan hasil pengukuran kinerja, evaluasi dan analisis akuntabilitas kinerja,
termasuk di dalamnya menguraikan secara sistematis keberhasilan dan kegagalan,
hambatan/kendala dan permasalahan yang dihadapi serta langkah-langkah
antisipatif yang akan diambil.
Bab IV Penutup
Mengemukakan tujuan secara umum tentang keberhasilan dan kegagalan,
permasalahan dan kendala utama yang berkaitan dengan kinerja Direktorat Bina Gizi
Masyarakat serta strategi pemecahan masalah yang akan dilaksanakan di tahun
mendatang.
Lampiran-Lampiran :
- Pernyataan penetapan kinerja
- Form RKT : Form Rencana Kinerja Tahunan
- Form PK : Form Pengukuran Kinerja
LAK Direktorat Bina Gizi TA 2012
7
B A B II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
A. PERENCANAAN KINERJA
1. Visi
Visi Direktorat Bina Gizi mengacu kepada visi Kementerian Kesehatan yaitu
Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan.
2. Misi
Misi Direktorat Bina Gizi mengacu kepada misi Kementerian Kesehatan yaitu:
a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan
masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani.
b. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan
c. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan
d. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
3. Tujuan
Tujuan dari pembinaan gizi masyarakat adalah meningkatkan cakupan dan
kualitas pelayanan gizi keluarga untuk meningkatkan status gizi ibu hamil, ibu
menyusui, bayi, dan balita
4. Nilai-nilai
a. Pro Rakyat
b. Inklusif
c. Responsif
d. Efektif
e. Bersih
5. Strategi
Sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014
terdapat 8 (delapan) sasaran keluaran Pembinaan Gizi Masyarakat sebagai berikut:
a. 85% balita yang ditimbang berat badannya (D/S)
b. 100% balita gizi buruk yang mendapat perawatan
c. 80% bayi 0-6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif
LAK Direktorat Bina Gizi TA 2012
8
d. 90% rumah tangga mengonsumsi garam beriodium
e. 85% balita usia 6-59 bulan mendapat Kapsul Vitamin A
f. 95% ibu hamil yang mendapat Fe 90 tablet
g. 100% kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi
h. 100% penyediaan buffer stock MP-ASI untuk daerah bencana
6. Strategi Operasional Direktorat Bina Gizi
Strategi operasional Pembinaan Gizi Masyarakat 2010-2014 adalah sebagai
berikut:
a. Meningkatkan pendidikan gizi masyarakat melalui penyediaan materi KIE dan
kampanye.
b. Memenuhi kebutuhan obat program gizi terutama kapsul vitamin A, tablet Fe,
mineral mix melalui optimalisasi sumber daya Pusat dan daerah.
c. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan petugas dalam pemantauan
pertumbuhan, konseling menyusui dan MP-ASI, tatalaksana gizi buruk,
surveilans dan program gizi lainnya.
d. Memenuhi kebutuhan PMT Pemulihan bagi balita menderita gizi kurang (kurus)
dan ibu hamil keluarga miskin KEK.
e. Mengintegrasikan pelayanan gizi ibu hamil berupa pemberian tablet Fe dan
skrining ibu hamil KEK diintegrasikan dengan pelayanan antenatal (ANC).
f. Melaksanakan surveilans gizi di seluruh kabupaten/kota, surveilans khusus, dan
surveilans gizi darurat
g. Menguatkan kerja sama dan kemitraan dengan lintas program dan lintas sektor,
organisasi profesi, dan Lembaga Swadaya Masyarakat.
h. Menyusun NSPK gizi
7. Kebijakan Teknis
Kebijakan teknis Pembinaan Gizi Masyarakat 2010-2014 adalah sebagai
berikut:
a. Memperkuat peran masyarakat dalam pembinaan gizi masyarakat melalui
posyandu
b. Memberlakukan standar pertumbuhan anak Indonesia
c. Perawatan gizi buruk dilaksanakan dengan pendekatan rawat inap di
Puskesmas Perawatan, Rumah Sakit dan TFC (Therapeutic Feeding Centre)
maupun rawat jalan di Puskesmas dan CFC (Community Feeding Centre) atau
Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (PGBM)
LAK Direktorat Bina Gizi TA 2012
9
d. Menerapkan standar pemberian makanan bagi bayi dan anak
e. Meneruskan suplementasi gizi pada balita, remaja, ibu hamil, dan ibu nifas serta
fortifikasi makanan
f. PMT pemulihan diberikan pada anak gizi kurang dan ibu hamil miskin dan KEK
g. Memperkuat surveilans gizi nasional
h. Menyediakan buffer stock MP-ASI
B. PERJANJIAN KINERJA
Dalam rencana aksi pembinaan gizi masyarakat tahun 2010 -2014 terdapat 8
(delapan) indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja Direktorat Bina Gizi.
Namun hanya 2 (dua) indikator kinerja yang dipertanggungjawabkan dalam penetapan
kinerja, seperti tabel di bawah ini:
Tabel 2.1 Target Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Tahun 2012
No Indikator Target
2012
1 Persentase Balita ditimbang berat badannya (D/S) 75%
2 Persentase Balita gizi buruk yang mendapat perawatan 100%
1. Persentase balita ditimbang berat badannya (D/S)
Persentase balita ditimbang berat badannya (D/S) adalah jumlah balita yang
ditimbang di seluruh Posyandu yang melapor di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Indikator ini dapat menunjukkan tingkat kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita. Kunjungan balita ke
posyandu juga merupakan realisasi dari upaya kesehatan dalam bentuk promotif
sekaligus preventif guna meningkatkan status gizi dan kesehatan balita.
2. Persentase balita gizi buruk mendapat perawatan
Cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan adalah balita gizi buruk
yang dirawat inap maupun rawat jalan di fasilitas pelayanan kesehatan dan
masyarakat di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Perawatan gizi buruk
dilaksanakan melalui prosedur rawat inap dan rawat jalan. Bagi anak-anak gizi buruk
yang disertai komplikasi penyakit dapat dirawat di Puskesmas, Rumah Sakit, dan TFC,
LAK Direktorat Bina Gizi TA 2012
10
sedangkan bagi anak gizi buruk tanpa komplikasi dapat dirawat jalan. Perawatan anak
di rumah dilakukan melalui pembinaan petugas kesehatan dan kader
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. PENGUKURAN KINERJA
Data dan informasi untuk penyusunan laporan bersumber dari dokumen Rencana
Kinerja Tahun 2012, Penetapan Kinerja Tahun 2012, dan laporan tahunan yang
dituangkan datanya ke dalam formulir Pengukuran Kinerja (PK), serta didasarkan pada
analisis diskripsi yang telah disusun oleh setiap Subdit di lingkungan Direktorat Bina Gizi.
Kegiatan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Gizi merupakan implementasi dari tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan.
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan kinerja Direktorat Bina Gizi dalam rangka
mencapai sasaran indikator yaitu “meningkatnya status gizi masyarakat dengan
menurunnya prevalensi balita anak gizi kurang dari 17,9% menjadi 15% dan menurunnya
prevalensi balita anak pendek (stunted) dari 35,6% menjadi 32%”, berikut diuraikan
kinerja Direktorat Bina Gizi tahun 2012 dilihat dari masing-masing indikator kinerja yang
telah ditetapkan.
Indikator Kinerja Kegiatan
Tabel 3. 1 Pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan Tahun 2012
Uraian Target
(%)
Realisasi
(%)
Pencapaian
(%) Ket
Balita ditimbang berat badannya
(D/S) 75 75,1 100 Tercapai
Balita gizi buruk yang mendapat
perawatan 100 100 100 Tercapai
B. SUMBER DAYA
1. Sumber Daya Manusia
Keadaan Pegawai Direktorat Bina Gizi sampai dengan tanggal 31 Desember
2012 berjumlah 76 (tujuh puluh enam) orang dengan rincian sebagai berikut:
LAK Direktorat Bina Gizi TA 2012
11
Tabel 3.2 Distribusi Pegawai Berdasarkan Golongan, Jenis Kelamin, dan Jabatan
*Keterangan: 1 orang Kasubdit pensiun dan belum ada pengganti
Tabel 3.3
Distribusi Pegawai Berdasarkan Pendidikan, Jenis Kelamin dan Jabatan
JABATAN
PENDIDIKAN
Jumlah SMA D3 S1 S2 S3
L P L P L P L P L P
Eselon II 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
Eselon III 0 0 0 0 0 0 3 1 0 0 4
Eselon IV 0 0 0 0 0 0 7 3 0 1 11
Staf 4 1 3 6 14 18 2 13 0 0 60
Jumlah 4 1 3 6 14 19 12 16 1 1 76
2. Sumber Daya Anggaran
Tabel 3.4 Realisasi Anggaran dari Berbagai Sumber Dana TA 2012
JABATAN
GOLONGAN
JUMLAH II III IV
L P L P L P
Eselon II 0 0 0 0 1 0 1
Eselon III* 0 0 0 0 3 1 4
Eselon IV 0 0 3 1 4 3 11
Staf 2 5 19 30 2 2 60
Jumlah 2 5 22 31 10 6 76
%
Real.
Angg.
1 Realisasi Belanja Negara Transaksi
Kas
102.297.713.000Rp 88.707.498.121Rp 86,72%
- Belanja Rupiah Murni 71.648.474.000Rp 66.593.007.453Rp 92,94%
- Belanja Rupiah Pinjaman 11.628.597.000Rp 6.412.041.854Rp 55,14%
- Belanja Hibah 1.683.539.000Rp 1.395.825.633Rp 82,91%
- Belanja Rupiah Pendamping 17.337.103.000Rp 14.306.623.181Rp 82,52%
Uraian Anggaran RealisasiNo
LAK Direktorat Bina Gizi TA 2012
12
3. Analisa Sumber Daya
a. Analisa Sumber Daya Manusia
Jumlah Pegawai Direktorat Bina Gizi kondisi Desember 2012 adalah 76
pegawai, Pegawai yang berlatar belakang pendidikan S3 sebanyak 2 orang, S2
sebanyak 28 orang, S1 sebanyak 33 orang, D3 sebanyak 9 orang, SMA sebanyak
5 orang.
Berdasarkan jenis kelamin, terdapat 34 orang pegawai laki-laki dan 42
orang pegawai perempuan. Sedangkan dari jenis pendidikan, pegawai dengan
pendidikan di bidang kesehatan sebanyak 62 orang dan pegawai dengan
pendidikan bidang non kesehatan dengan fungsi administratif sebanyak 15 orang.
Direktorat Bina Gizi memiliki 2 pemangku jabatan fungsional yaitu 2 orang
nutrisionis. Selama tahun 2012 pegawai yang memasuki masa purna bakti
sebanyak 6 orang dan tidak ada CPNS baru.
b. Analisa Sumber Daya Anggaran
Pada tahun 2012, di Direktorat Bina Gizi telah merealisasikan 86,72% dari total
pagu yang ada (102.297.713.000). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 3.5 Realisasi Fisik dan Anggaran Menurut Output Kegiatan TA 2012
OUTPUT KEGIATAN REALISASI FISIK REALISASI KEUANGAN
KODE
OUTPUT TARGET REALISASI % PAGU REALISASI %
003
SDM yang ditingkatkan kapasitas teknis atau manajemen
555 orang 500 90.00
3.680.069.000
2.616.388.660 71,10
004 Dokumen NSPK Pembinaan Gizi Masyarakat
15 dokumen
14 92.00
2.878.373.000
2.512.859.200 87,30
005
Laporan Kegiatan Sosialisasi, Advokasi, Kampanye/Gerakan Masyarakat Dalam Rangka Pembinaan Gizi
79 laporan
71 90.50
18.453.596.000
17.490.176.860 94,78
006
PMT, Taburia untuk Ibu Hamil KEK, Bayi dan Balita Gizi Kurang dan Buruk
1.081.950 kg
1081950 100.00
45.628.183.000
41.753.224.400 91,51
007 Buku/Modul 170.300 buku
170300 100.00
2.069.695.000
2.019.108.660 97,56
008 Media Promosi 764.150 lembar
764150 100.00
2.205.300.000
1.972.507.500 89,44
LAK Direktorat Bina Gizi TA 2012
13
Pada Tahun Anggaran 2012, Direktorat Bina Gizi merealisasikan
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp. 350.906.802,-. Direktorat
Bina Gizi pada tahun 2012 juga telah merealisasikan belanja negara secara bruto
adalah sebagai berikut:
1) Belanja Rupiah Murni sebesar Rp. 66.593.007.453,- atau 92,94% dari jumlah
anggaran Rupiah Murni sebesar Rp. 71.648.474.000,-
2) Belanja Pinjaman Luar Negeri Rp 6.412.041.854,- atau 55,14% dari jumlah
anggaran Pinjaman Luar Negeri sebesar Rp. 11.628.597.000,-
3) Belanja Hibah Rp. 1.395.825.633,- atau 82,91% dari jumlah anggaran hibah
sebesar Rp. 1.683.539.000,-
4) Belanja Rupiah Pendamping sebesar Rp. 14.306.623.181- atau 82,52% dari
jumlah anggaran Rupiah Pendamping sebesar Rp. 17.337.103.000,-
Pada awal tahun anggaran 2012 melalui DIPA No. 0698/024-
03.1.01/00/2012 tanggal 9 Desember 2011 mendapatkan anggaran sebesar Rp.
103.979.921.000,-. Selama periode 1 Januari 2012 s.d. 31 Desember tahun 2012,
Direktorat Bina Gizi 5 (lima) kali melakukan revisi terhadap DIPA yaitu :
1) DIPA Revisi ke-1 tanggal 4 April 2012 berupa pencairan blokir/tanda bintang
sebesar Rp 700.000.000,-
010 Posyandu Kit/Antropometri Kit
3.844 set 3844 100.00
1.488.397.000
1.315.295.000 88,37
016
Laporan Pembinaan Teknis, supervisi, monitoring dan pendampingan
558 laporan
547 98.00
8.475.630.000
7.681.106.021 90,63
017 Dokumen Perencanaan dan Anggaran
9 dokumen
8 93.89
1.243.740.000
1.088.194.809 87,49
018 Dokumen Evaluasi dan Pelaporan Kinerja
21 dokumen
21 51.32
7.239.199.000
2.977.566.754 41,13
020 Layanan Perkantoran 12 bulan layanan
12 100.00
7.994.617.000
6.380.575.204 79,81
022 Dokumen Pengelolaan Keuangan
1 dokumen
1 100.00
69.144.000
60.028.000 86,82
023 Dokumen Pengelolaan Barang Milik Negara
33 dokumen
33 100.00 305.320.000 292.327.550 95,74
996 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
243 unit 238 98.00 566.450.000 548.139.100 96,77
TOTAL 94,01 102.297.713.000 88.707.497.718 86,72
LAK Direktorat Bina Gizi TA 2012
14
2) DIPA Revisi ke-2 tanggal 13 Juli 2012 berupa luncuran dana proyek NICE
sebesar Rp 1.621.597.000,- sehingga alokasi anggaran Direktorat Bina Gizi
menjadi Rp 105.601.518.000,-
3) DIPA Revisi ke-3 tanggal 31 Oktober 2012 berupa efisiensi anggaran sebesar
Rp 21.487.344.000,- dan penambahan anggaran APBN-P untuk PMT-AS di
Papua dan Papua Barat sebesar Rp 16.500.000.000,-sehingga anggaran
Drektorat Bina Gizi menjadi Rp 100.614.174.000,-
4) DIPA Revisi ke-4 tanggal 28 Desember 2012 berupa pergeseran pagu dana
belanja barang (52) sebesar Rp 500.000.000,- dari semula KPPN Jakarta V
(139) dengan cara penarikan RK menjadi KPPN khusus Jakarta VI (140)
dengan cara penarikan PL
5) DIPA Revisi ke-5 tanggal 28 Desember 2012 berupa penambahan alokasi
anggaran Hibah Luar Negeri (WHO dan UNICEF) sebesar Rp 1.683.539.000,-
sehingga anggaran Direktorat Bina Gizi Rp 102.297.713.000,-
Sementara itu, bila dilihat dari realisasi anggaran lima tahun terakhir,
kecenderungannya terlihat tetap. Capaian realisasi anggaran belum mencapai
target yang ditetapkan Kementerian Kesehatan RI yaitu 90%. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar di bawah ini (2.1 )
Gambar 3.1 Trend Realisasi Anggaran Dit Bina Gizi
Sumber: Data laporan Keuangan Dit Bina Gizi 2008-2012
Sampai dengan 31 Desember 2012, Direktorat Bina Gizi telah
merealisasikan belanja secara bruto sebesar Rp. 88.662.133.320,- atau 86,72%
dari total anggaran sebesar Rp. 102.297.713.000,-. Rendahnya persentase
LAK Direktorat Bina Gizi TA 2012
15
realisasi anggaran sampai dengan 31 Desember 2012 antara lain disebabkan
karena :
1) Beberapa kegiatan pengadaan Direktorat Bina Gizi Tahun Anggaran 2012
tidak dapat dilaksanakan, di antaranya adalah :
a) Final Evaluation dan Final Workshop Proyek NICE Rp. 3.527.500.000,-,
bersumber dari RK ADB dengan alasan perubahan endline survey menjadi
final evaluation terjadi pada saat menjelang closing date proyek, sehingga
ketika Executing Agency (EA) mengajukan TOR ke ADB, tidak mendapat
persetujuan NOL dengan alasan waktu pelaksanaan tidak cukup.
b) Fellowship (Short Course) Luar Negeri sebesar Rp. 800.000.000,-
bersumber dari RMP. Tidak terserap dikarenakan pada saat dilakukan
proses lelang, semula firm yang mendaftar lebih dari 7 perusahaan, namun
dari 7 perusahaan yang mendaftar hanya 2 perusahaan yang mengajukan
proposal, maka sesuai peraturan tidak dapat diteruskan. Mengingat
keterbatasan waktu, maka tidak mungkin lagi diadakan pelelangan ulang.
c) Manajemen Distribusi PMT AS untuk Papua dan Papua Barat sebesar Rp
725.303.000,- bersumber dari RM dengan alasan pengadaan PMT AS baru
dapat diselesaikan dan dikirim ke kabupaten dan kota di Papua dan Papua
Barat. Dengan demikian, kegiatan manajemen dan distribusi PMT AS di
masing-masing kabupaten/kota belum dapat dilaksanakan pada Tahun
2012 dan akan ditindaklanjuti dengan penganggarannya pada Tahun 2013.
d) Dana pengadaan barang yang tersisa yaitu Rp 2.858.996.340,- (bersumber
dana RM); Rp 2.248.905.500,- (bersumber dana RMP) dan Rp
5.045.924.027,- (bersumber dana RK).
e) Sisa kegiatan operasional (pertemuan, bimtek, dll)
C. ANALISA AKUNTABILITAS KINERJA
Dengan adanya dukungan sumber daya manusia dan sumber daya anggaran
yang tersedia, pencapaian indikator kinerja kegiatan yang digunakan untuk mengukur
pencapaian sasaran ini dapat dipenuhi dengan tingkat capaian indikator berbeda-beda:
1. Indikator Kinerja Kegiatan
a. Persentase Balita ditimbang Berat Badannya (D/S)
Pemantauan Pertumbuhan anak yang dilakukan melalui penimbangan
berat badan secara teratur dan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS),
LAK Direktorat Bina Gizi TA 2012
16
berfungsi sebagai instrumen penilaian pertumbuhan anak merupakan dasar
strategi pemberdayaan masyarakat yang telah dikembangkan sejak awal 1980-
an.
Pemantauan pertumbuhan mempunyai 2 (dua) fungsi utama, yang
pertama adalah sebagai strategi dasar pendidikan gizi dan kesehatan masyarakat,
dan yang kedua adalah sebagai sarana deteksi dini dan intervensi gangguan
pertumbuhan serta entry point berbagai pelayanan kesehatan anak (misalnya
imunisasi, pemberian kapsul vitamin A, pencegahan diare, dll) untuk
meningkatkan kesehatan anak.
Peran serta masyarakat dalam penimbangan balita (D/S) menjadi sangat
penting dalam deteksi dini kasus gizi kurang dan gizi buruk. Dengan rajin
menimbang balita, maka pertumbuhan balita dapat dipantau secara intensif.
Sehingga, bila berat badan anak tidak naik ataupun jika ditemukan penyakit akan
dapat segera dilakukan upaya pemulihan dan pencegahan supaya tidak menjadi
gizi kurang atau gizi buruk. Semakin cepat ditemukan, maka penanganan kasus
gizi kurang atau gizi buruk akan semakin baik. Penanganan yang cepat dan tepat
sesuai tatalaksana kasus anak gizi buruk akan mengurangi resiko kematian.
Sehingga angka kematian akibat gizi buruk dapat ditekan.
Gambar 3.2 Aktifitas Penimbangan di Posyandu Kelurahan Cipedak,
Jakarta Selatan Tahun 2012
Cakupan pemantauan pertumbuhan secara bertahap mengalami kenaikan,
terutama setelah dilakukan revitalisasi posyandu sejak setelah terjadinya krisis
beberapa tahun sebelumnya (gambar 3.2). Pada tahun 2012 secara rata-rata
nasional cakupan D/S sebesar 75,1%, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata
nasional tahun lalu yang sebesar 71,4% dan melebihi target tahun ini (75%).
LAK Direktorat Bina Gizi TA 2012
17
Masalah lain, masih terdapat 23 propinsi yang cakupannya masih dibawah rata-
rata nasional seperti tergambarkan pada gambar 3.4
Gambar 3.3 Cakupan kunjungan balita ke posyandu (D/S) Tahun 2009 – 2012
Ket: Data diperoleh dari Laporan Dinkes Provinsi
1) Faktor pendukung keberhasilan:
a) Adanya perhatian dan dukungan dari pemerintah daerah setempat.
b) Adanya kemauan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan balita di
lingkungannya.
c) Tingginya motivasi dari tenaga kesehatan setempat dalam menjalankan
program.
d) Adanya dukungan dari tokoh masyarakat, tokoh agama danorganisasi
kemasyarakatan lainnya.
e) Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Posyandu dengan dilandasi
Permendagri nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengintegrasian
Layanan Sosial Dasar di Posyandu.
f) Adanya Surat Edaran Menteri Kesehatan nomor GK/Menkes/333/IX/2012
tanggal 21 September 2012 perihal : Penyelenggaraan Bulan Penimbangan
di seluruh Indonesia pada setiap Bulan November setiap tahun sebagai
upaya berdaya ungkit meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
penimbangan.
g) Tersedianya dana BOK yang menjadi daya ungkit peningkatan kinerja
puskesmas termasuk dalam pembinaan posyandu yang berdampak pada
peningkatan D/S
LAK Direktorat Bina Gizi TA 2012
18
Gambar 3.4 Cakupan D/S berdasarkan Provinsi Tahun 2012
Sumber: Laporan Dinkes Provinsi Tahun 2012
2) Permasalahan terkait pencapaian indikator
Belum tercapainya target di beberapa provinsi dari target nasional dapat
disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
a) Permasalah geografis, contoh di Kabupaten Indramayu, terdapat jarak
rumah penduduk ke Posyandu sekitar 2 km ditempuh dengan berjalan kaki.
Untuk wilayah Papua di kabupaten Wamena penduduk harus berjalan kaki
2-3 jam mencapai Posyandu.
b) Kurangnya dukungan dari para pemangku kepentingan, Posyandu hanya
didukung oleh tenaga kesehatan dari Puskesmas setempat.
c) Kualitas dan kuantitas dari kader masih kurang.
d) Terbatasnya dana operasional, sarana dan prasarana di Posyandu
e) Kurangnya kemampuan tenaga dalam pemantauan pertumbuhan dan
konseling
f) Tingkat pemahaman keluarga dan masyarakat akan manfaat Posyandu
masih rendah.
Dalam pertemuan seluruh Kepala Seksi/Pengelola Program gizi di Indonesia,
teridentifikasi 17 alasan orang tua tidak mengajak anaknya ke posyandu
sehingga mempengaruhi pencapaian D/S. Ke 17 alasan tersebut adalah :
1. Orang tua balita sibuk
2. Balita masih tidur
3. Balita sudah mendapat imunisasi lengkap
LAK Direktorat Bina Gizi TA 2012
19
4. Fasilitas (sarana dan prasarana) tidak lengkap
5. Tempat tidak memadai
6. Balita merasa takut ditimbang
7. Trauma karena mendengar ada anak jatuh dari timbangan
8. Tidak ada PMT
9. Orang tua merasa bosan membawa anak ke posyandu
10. Orang tua merasa posyandu tidak mendatangkan manfaat
11. Tenaga kesehatan puskesmas tidak datang ke posyandu
12. Kegiatan posyandu monoton
13. Ibu merasa malu ke posyandu karena anaknya kurus
14. Ibu lupa jadwal hari penimbangan posyandu
15. Jarak rumah ke posyandu terlalu jauh
16. Posyandu dianggap tempat pelayanan kesehatan kurang bergengsi
17. Terdapat mitos anak pantang untuk ditimbang
3) Alternatif pemecahan masalah
a) Mensosialisasikan dan memantau pelaksanaan Surat Edaran Menteri
Kesehatan Nomor GK/Menkes/333/IX/2012 tanggal 21 September 2012
perihal : Penyelenggaraan Bulan Penimbangan di seluruh Indonesia pada
setiap Bulan November setiap tahun sebagai upaya berdaya ungkit
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penimbangan.
b) Advokasi dan readvokasi kepada pemangku kepentingan terkait
c) Pelatihan fasilitator dan pemantauan pertumbuhan kepada seluruh tenaga
kesehatan di Indonesia. Hingga akhir Desember 2012 telah dilatih sebanyak
1.749 pengguna akhir (end user) dan 193 fasilitator.
d) Melakukan bimbingan teknis kepada tenaga kesehatan baik di puskesmas
maupun di posyandu.
e) Pelatihan ulang kader posyandu (Refreshing kader)
f) Peningkatan pemberdayaan masyarakat terutama di posyandu.
g) Penyediaan dana melalui Bantuan Operasional Kesehatan dengan
perencanaan yang sesuai dengan besaran masalah di Puskesmas.
h) Di samping upaya tersebut di atas, telah diinventarisasi berbagai upaya
terobosan atau kegiatan dalam rangka peningkatan D/S antara lain :
- Arisan Posyandu yaitu kegiatan yang dilaksanakan pada hari
Posyandu dengan melibatkan keluarga yang memiliki balita sehingga
LAK Direktorat Bina Gizi TA 2012
20
membuat para peserta arisan merasakan keterikatan untuk datang ke
Posyandu.
- Demo memasak atau demo kecantikan yaitu kegiatan yang dilakukan
pada hari buka Posyandu dengan memanfaatkan keterampilan yang
dimiliki masyarakat atau dapat juga bekerjasama dengan pihak lain di
wilayah Posyandu sehingga pada saat demo, ibu dan atau keluarga
balita mau datang ke Posyandu.
- Warung Posyandu yaitu kegiatan seperti “bazar” yang dilakukan pada
hari buka Posyandu, dimana peserta bazar adalah ibu-ibu balita atau
kader yang menjual aneka kebutuhan termasuk kerajinan tangan dan
masakan bergizi yang diolah sendiri. Kegiatan “bazar” ini diharapkan
menarik minat ibu-ibu balita membawa balitanya untuk ditimbang di
Posyandu.
- Odong-odong, kuda-kudaan, jungkat-jungkit, ayunan yaitu bentuk
permainan yang dimiliki dan dikelola oleh Posyandu atau jenis
permainan lain yang biasa terdapat di daerah setempat. Permainan
tersebut digunakan untuk menarik balita datang ke Posyandu, sambil
menunggu giliran ditimbang. Permainan tersebut dioperasikan oleh ibu
balita, kader, dan sukarelawan lainnya.
- Pertunjukan boneka atau pertunjukan lain yang sudah dikenal di
masyarakat setempat. Bentuk boneka merupakan kreativitas
masyarakat setempat. Pesan-pesan yang disampaikan meliputi
kesehatan balita, ibu hamil, ibu menyusui, dll.
- Membagikan cindera mata sesudah balita ditimbang seperti balon,
mainan anak-anak, dan lain-lain yang aman. Dengan kegiatan ini
diharapkan menarik minat balita untuk datang kembali ke Posyandu.
- Memberikan penghargaan atau hadiah sederhana kepada ibu/keluarga
balita yang rutin menimbang balitanya dibuktikan dengan buku KIA
atau KMS. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi
ibu/keluarga agar membawa balitanya ditimbang secara rutin di
Posyandu.
- Memberikan pelayanan lain di luar kegiatan Posyandu seperti pijat/urut
bayi, dll.
LAK Direktorat Bina Gizi TA 2012
21
b. Persentase balita gizi buruk yang mendapat perawatan
Gizi buruk adalah gangguan kekurangan gizi tingkat berat yang ditandai
dengan adanya tanda-tanda klinis gizi buruk dan atau berat badan sangat rendah
tidak sesuai dengan tingginya. Kasus gizi buruk seringkali disertai dengan
penyakit lain seperti hydrocephalus, cerebral palsy, kelainan jantung, TB dan
HIV/AIDS sehingga bila tidak dirawat sesuai standar memiliki risiko kematian
sangat tinggi.
Perawatan gizi buruk dilaksanakan melalui prosedur rawat inap dan rawat
jalan. Bagi anak-anak gizi buruk yang disertai komplikasi penyakit dapat dirawat di
Puskesmas, rumah Sakit, dan TFC, sedangkan bagi anak gizi buruk tanpa
komplikasi dapat dirawat jalan. Perawatan anak dirumah dilakukan melalui
pembinaan petugas kesehatan dan kader.
1) Hasil yang telah dicapai:
Semua balita gizi buruk baik dengan indikasi medis maupun tanpa
indikasi medis yang terdeteksi telah dirawat baik itu rawat inap di TFC,
puskesmas perawatan dan di rumah sakit maupun rawat jalan di puskesmas
non perawatan dan rumah sakit sesuai capaian target 100%. Jumlah kasus gizi
buruk yang ditemukan pada tahun 2012 sebanyak 42.702 kasus, yang artinya
melebihi 42.000 kasus yang ditargetkan untuk ditemukan dan ditangani.
Gambar 3.5
Jumlah Kasus Gizi Buruk di Indonesia yang ditemukan dan dirawat Tahun 2010 – 2012
Sumber: laporan Dinkes Provinsi Tahun 2012
LAK Direktorat Bina Gizi TA 2012
22
Gambar 3.6 Contoh penanganan Kasus Gizi Buruk
Kasus Gizi Buruk
( 4 TAHUN 9 BULAN )
Saat Datang
BB = 11 kg ; TB = 98,3 cm
TB PARU Saat Akan Pulang
BB = 12.7 kg ; TB = 98,3 cm
Lama Perawatan Selama 16 hari
Gambar 3.7 Ruangan di dalam TFC (Terauphetic Feeding Centre)
Ruang Perawatan
LAK Direktorat Bina Gizi TA 2012
23
2) Permasalahan terkait pencapaian indikator
Pada implementasinya masih ditemukan beberapa kendala dalam
pencapaian indikator tersebut antara lain:
a) Pengetahuan, keterampilan dan kesanggupan beberapa tenaga masih
kurang
b) Mobilisasi tenaga kesehatan yang sangat cepat
c) Data yang ada baru sebatas jumlah balita yg ditangani namun belum
dilakukan pasca pemantauan.
3) Alternatif pemecahan masalah:
a) Melaksanakan Pelatihan Tatalaksana Anak Gizi Buruk bagi petugas
kesehatan dari Puskesmas dan Rumah Sakit. Sejak tahun 2004 sampai
dengan Desember Tahun 2012 telah dilatih 5.876 petugas kesehatan
(dokter, perawat/ bidan, dan ahli gizi) dengan jumlah fasilitator sebanyak 98
orang. Sementara itu Puskesmas Perawatan yang sudah dilatih sebanyak
1.434 (47,8 %) dari total 3.000 puskesmas perawatan yang ada, 436
(7,34%) Puskesmas non perawatan dari total 5.937 Puskesmas, dan
sebanyak 367 RSUD (69%) telah dilatih tatalaksana gizi buruk dari total
532 RSUD yang ada di Indonesia.
b) Mendirikan Therapeutic Feeding Centre (TFC) dan Community Feeding
Centre (CFC) atau Pos Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (PGBM)
dengan dukungan pemerintah daerah setempat. Sampai dengan
Desember 2012 telah didirikan 170 TFC di 28 provinsi dan 109 CFC di 10
kabupaten/kota di 4 provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan
Barat dan Sulawesi Tenggara.
c) Telah ditetapkan spesifikasi teknis mineral mix untuk perawatan gizi buruk.
d) Menyediakan materi-materi penunjang berupa buku-buku pedoman,
brosur-brosur maupun leaflet-leaflet
e) Melakukan pelacakan balita gizi buruk
f) Memperbaiki sistem rujukan dan pasca rujukan sehingga mengurangi risiko
jatuh kembali balita ke dalam status gizi buruk
g) Bekerjasama dalam melakukan rujukan dan perawatan gizi buruk dengan
lintas sektor
h) Melaksanakan penanganan gizi buruk dimulai dari tingkat masyarakat
(posyandu)
LAK Direktorat Bina Gizi TA 2012
24
D. PRIORITAS MASALAH DAN RENCANA TINDAK LANJUT
Dari gambaran hasil pencapaian indikator kinerja kegiatan pembinaan gizi yang telah
diuraikan di atas dan beberapa permasalahan yang muncul, maka dapat ditetapkan
beberapa masalah yang menjadi prioritas, yaitu:
1. Pencapaian cakupan D/S sudah mencapai target, namun dalam pelaksanaannya
masih ditemukan beberapa kendala. Oleh karena itu diperlukan upaya terobosan
untuk mempercepat pencapaian target tahun 2014
2. Perawatan kasus anak gizi buruk rawat inap dan rawat jalan telah 100%, namun
dalam pelaksanaannya masih diperlukan peningkatan kualitas sesuai standar.
Demikian juga halnya penanganan balita gizi buruk pasca perawatan di sarana
pelayanan kesehatan
Untuk menindaklanjuti upaya peningkatan cakupan D/S dan peningkatan kualitas
perawatan kasus gizi buruk, maka perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut ditahun
2013, yaitu:
1. Pendidikan Gizi dan Pemberdayaan Masyarakat
a. Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi. Kegiatan ini adalah upaya
meningkatkan partisipasi dan kepedulian pemangku kepentingan secara terencana
dan terkoordinasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat
menerapkan gizi seimbang dalam kehidupan sehari-hari menuju manusia Indonesia
prima. Kegiatan pokoknya adala; 1) kampanye tingkat Nasional dan Daerah, 2)
peningkatan kapasitas petugas di tingkat Nasional, Provinsi/Kota dalam rangka
perencanaan, koordinasi dan evaluasi sehingga tercipta dialog untuk menggalang
dukungan, 3) Peningkatan pengetahuan gizi kepada ibu hamil, ibu menyusui, ibu
balita, abak sekolah, remaja, lanjut usia dan masyarakat umum melalui media
poster, leaflet, spanduk, flyer dan baliho.
b. Sosialisasi pencegahan dan penanggulangan stunting
c. Akselerasi perbaikan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan dalam rangka
pencegahan dan penanggulangan stunting
d. Sosialisasi dan advokasi penanggulangan masalah GAKI
e. Advokasi pengembangan Taburia di 7 (Tujuh) provinsi terpilih
f. Sosialisasi surveilans gizi dan SMS Gateway
LAK Direktorat Bina Gizi TA 2012
25
2. Peningkatan Kapasitas Sumber daya Manusia Gizi
a). Pelatihan fasilitator dan petugas
Kegiatan peningkatan kapasitas pada tahun 2013 yang diselenggarakan
adalah:peningkatan kapasitas petugas kesehatan berupa ToT konseling
menyusui, tata laksana gizi buruk, pemantauan pertumbuhan, konselor MP-ASI,
Peningkatan kapasitas petugas kesehatan tentang tatalaksana Kretin (GAKI)
b) Pembinaan teknis
Kegiatan monitoring-evaluasi terpadu akan dilakukan setiap bulan
ditujukan untuk menggali permasalahan dan hambatan pelaksanaan program
bidang pembinaan gizi yang ada di lapangan serta memberikan pembinaan
teknis sebagai solusi dalam mengatasi permasalahan yang ada.
3. Penyediaan Suplemen Gizi dan Alat Penunjang
Dalam rangka pelaksanaan program gizi baik di pusat maupun daerah, Direktorat Bina
Gizi menyediakan suplemen gizi dan alat penunjang sebagai berikut:
1) Taburia dengan penambahan lokasi yang semula hanya di 24 kabupaten/kota di 6
(enam) propinsi NICE Project akan diperluas menjadi 40 kabupaten/kota di 13
Provinsi. Selain daerah yang pernah menjadi binaan NICE, 7 (tujuh) propinsi
tambahan, yaitu : Lampung (4 kabupaten), Jawa Barat (4 kabupaten), Sulawesi
Tenggara (1 kabupaten), Kalimantan Timur (1 kota), Jawa Tengah (4 kabupaten),
Sulteng (2 kabupaten) dan Maluku Utara (1 kabupaten).
2) MP-ASI buffer stock
3) PMT Bumil KEK dan buffer stok (pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil
kurang energi untuk meningkatkan status gizi)
4) Antropometri Kit untuk 60 kabupten/kota terpilih
5) Pengadaan alat test cepat garam beriodium
6) Kit Konseling Menyusui
7) Pengadaan obat program gizi, seperti: Kapsul Vitamin A dosis tinggi (100.000 IU
dan 200.000 IU), Tablet Tambah Darah (Besi-Folat), dan mineral mix
pengadaannya dilakukan oleh Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
berdasarkan usulan daerah melalui verifikasi Direktorat Bina Gizi.
8) Pengadaan PMT-AS untuk siswa SD/MI berupa “biskuit sekolah” yang
merupakan kelanjutan dari PMT-AS tahun sebelumnya. Lokasi distribusi di wilayah
Provinsi Papua dan Papua Barat, masing-masibng 3 Kabupaten/kota.
9) Penyediaan CD Software NutriClin
LAK Direktorat Bina Gizi TA 2012
26
10) Food Model. Didistribusikan ke seluruh Provinsi
11) Buku pedoman dan materi KIE gizi
4. Tatalaksana Gizi Buruk dan Penanganan Gizi Kurang
5. Surveilans
Sosialisasi pemanfaatan SMS Gateway sudah dimulai Tahun 2012 dan akan
ditingkatkan mulai Tahun 2013.
6. Penyusunan NSPK
NSPK yang akan disusunpada tahun 2013 adalah:
a. Petunjuk teknis Gerakan Nasional Perepatan Perbaikan Gizi
b. Penyusunan model intervensi pencegahan stunting
c. Pedoman gizi haji
d. Penyusunan pedoman pelayanan gizi pada TBC
e. Pedoman gizi olahraga
f. Pedoman asuhan gizi terstandar
g. Pengembangan manual monitoring dan evaluasi program gizi
h. Modul pelatihan tatalaksana kretin
i. Draft permenkes tentang spesifikasi kapsul vitamin A
j. Buku saku deteksi dini maslah gizi mikro
7. Dukungan Manajemen
Dukungan manajemen diperlukan untuk memfasilitasi dan memperlancar
proses upaya kegiatan pembinaan gizi tahun 2013 yang dimulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan. Secara tidak langsung
dukungan manajemen seperti pertemuan konsolidasi tim pembinaan gizi masyarakat,
pertemuan kajian pencapaian kinerja pembinaan gizi, rapat koordinasi perencanaan
pembinaan gizi dan pemantapan rencana aksi pembinaan gizi sudah dilakukan pada
Tahun 2012 dan pada Tahun 2013 dilakukan juga Penyusunan SOP Kegiatan, Analisa
Beban Kerja dan Reformasi Birokrasi.
LAK Direktorat Bina Gizi TA 2012
27
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK) pada Direktorat Bina Gizi, Direktorat Jenderal
Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan ini disusun berdasarkan
evaluasi dan penilaian seluruh keadaan dan potensi sumber daya kesehatan yang
tercermin pada kegiatan pembinaan gizi masyarakat dan kegiatan pokok dan kegiatan
indikatif program selama tahun anggaran 2012.
Pelaksanaan pengukuran kinerja telah dilakukan terhadap semua kegiatan yang
dilaksanakan. Pencapaian kinerja pelaksanaan kegiatan diselenggarakan dalam upaya
mendukung pelaksanaan pembangunan nasional menuju visi yang telah ditetapkan.
Dalam hal pencapaian kedua Indikator Kinerja yang menjadi Indikator Kinerja
Kegiatan, yaitu partisipasi masyarakat dalam penimbangan balita (D/S) dan penanganan
balita gizi buruk pada Tahun 2012 sudah mencapai target (100 persen). Berbagai upaya
perbaikan NSPK dan kegiatan inovasi akan diupayakan, dimulai pada Tahun 2013.
Disadari bahwa penentuan indikator pada masing-masing kegiatan sangat
mempengaruhi nilai akhir pencapaian kinerja kegiatan, sasaran dan program. Upaya
peningkatan pendidikan masyarakat, penanggulangan dan perbaikan gizi masyarakat
serta penanganan masalah gizi kurang dan gizi buruk pada ibu hamil dan menyusui, bayi
dan anak balita secara paripurna diharapkan dapat mengatasi masalah gizi yang ada.
Laporan Akuntabilitas Kinerja ini tentunya bermanfaat sebagai bahan penilaian
dalam upaya pemantauan, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kegiatan
program pembinaan gizi masyarakat di lingkungan Direktorat Bina Gizi untuk
perbaikannya di masa mendatang. Semoga Laporan Akuntabilitas Kinerja ini dapat
dijadikan dasar bagi penyusunan Program Pembinaan Gizi di Direktorat Bina Gizi pada
khususnya dan Kementerian Kesehatan pada umumnya, dalam rangka mewujudkan
Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan.
LAK Direktorat Bina Gizi TA 2012
28
B. Saran
1. Berbagai upaya perbaikan NSPK dan kegiatan inovasi perlu segera diupayakan
dimulai pada Tahun 2013.
2. Agar evaluasi kinerja dapat diimplementasikan dan dikembangkan dari tahun ke
tahun maka telaahan perlu dilakukan terhadap Indikator kinerja yang akan
ditetapkan pada RPJMN 2015-2019, menyangkut kejelasan DO, cara perhitungan,
cara menganalisis dan terutama menyangkut fungsinya sebagai gambaran kinerja
satker pembinaan gizi