ASUHAN KEPERAWATAN PRE DAN POST OPERASI
PADA Ny. “S” DENGAN KANKER OVARIUM GRADE IIIC
POST PAN HISTEREKTOMI, OMENTEKTOMI,
APENDIKTOMI, ADHESIOLISIS DAN PEMASANGAN DRAIN
DI RUANG BOUGENVILLE 2
RSUP Dr. SARDJITO
Disusun untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Maternitas II
Disusun oleh :
Vinda Astri Permatasari NIM. P07120112080
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2014
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN PRE DAN POST OPERASI
PADA Ny. “S” DENGAN KANKER OVARIUM GRADE IIIC
POST PAN HISTEREKTOMI, OMENTEKTOMI, APENDIKTOMI, ADHESIOLISIS
DAN PEMASANGAN DRAIN
DI RUANG BOUGENVILLE 2
RSUP Dr. SARDJITO
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Maternitas II
Disusun Oleh :
Vinda Astri Permatasari NIM. P07120112080
Tingkat 3 Reguler B
Telah mendapatkan persetujuan pada tanggal November 2014
Oleh :
Pembimbing Lapangan,
( )
Pembimbing Pendidikan,
( )
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang
beranekaragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal,
endodermal, mesodermal) dengan sifat-sifat histiologis maupun biologis yang
beraneka ragam.
Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa
reproduksi 30% dan 10% terpadat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini
dapat jinak (benigna), tidak jelas jinak tapi juga tidak jelas atau pasti ganas
(borderline malignancy atau carcinoma of low – maligna potensial) dan jelas
ganas (true malignant).
Kanker ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi cairan maupun
padat. Kanker ovarium disebut sebagai silent killer. Karena ovarium terletak di
bagian dalam sehingga tidak mudah terdeteksi 70-80% kanker ovarium baru
ditemukan pada stadium lanjut dan telah menyebar (metastasis) kemana-
mana.
B. Etiologi
Bila timbul kanker, biasanya tanpa gejala pada awalnya sehingga sulit
ditemukan, membuat diagnosis tertunda. Ketika lesi berkembang dan timbul
gejala, sering kali sudah bukan stadium dini. Maka terdapat 60-70% pasien
kanker ovarium saat didiagnosis sudah terdapat metastasis di luar ovarium.
Penyebab kanker ovarium hingga kini belum jelas, tapi faktor lingkungan dan
hormonal berperan penting dalam patogenesisnya. Akan tetapi banyak teori
yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
1. Hipotesis Incessant Ovulation
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Fathalla pada tahun 1972,
yangmenyatakan bahwa pada saat terjadi ovulasi, terjadi kerusakan pada
sel-sel ovarium. Untuk penyembuhan luka yang sempurna diperlukan
waktu. Jika sebelum penyembuhan tercapai terjadi lagi ovulasi atau trauma
baru, proses penyembuhan akan terganggu dan kacau sehingga dapat
menimbulkan transformasi menjadi sel-sel tumor.
2. Hipotesis gonadotropin
Teori ini didasarkan pada pengetahuan dari percobaan binatang dan data
epidemiologi. Hormon hipofisis diperlukan untuk perkembangan tumor
ovarium pada beberapa percobaan pada rodentia. Pada percobaan ini
ditemukan bahwa jika kadar hormon estrogen rendah di sirkulasi perifer,
kadar hormon gonadotrofin juga menigkat. Peningkatan kadar hormon
gonadotrofin ini ternyata berhubungan dengan makin bertambah besarnya
tumor ovarium pada binatang tersebut. Kelenjar ovarium yang telah
terpapar pada zat karsinogenik dimetilbenzatrene (DMBA) akan menjadi
tumor ovarium jika ditransplantasikan pada tikus yang telah diooforektomi,
tetapi tidak menjadi tumor jika tikus tersebut telah di hipofisektomi.
Berkurangnya resiko kanker ovarium pada wanita multipara dan wanita
pemakai pil kontrasepsi dapat diterangkan dengan rendahnya kadar
gonadotropin.
3. Hipotesis androgen
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Rish pada tahun 1998 yang
mengatakan bahwa androgen mempunyai peran penting dalam
terbentuknya kanker ovarium. Teori ini didasarkan pada bukti bahwa epitel
ovarium mengandung reseptor androgen. Epitel ovarium selalu terpapar
pada androgenic steroid yang berasal dari ovarium itu sendiri dan kelenjar
adrenal, seperti androstenedion, dehidroepiandrosteron, dan testosterone.
Dalam percobaan invitro androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel
ovarium normal dan juga sel-sel kanker ovarium epitel dalam kultur sel.
4. Hipotesis progesteron
Berbeda dengan efek peningkatan resiko kanker ovarium oleh androgen,
progesteron ternyata mempunyai peranan protektif terhadap terjadinya
kanker ovarium. Epitel normal ovarium mengandung reseptor progesteron.
Pemberian pil yang mengandung estrogen saja pada wanita pasca
menopause akan meningkatkan resiko terjadinya kanker ovarium,
sedangkan pemberian kombinasi dengan pemberian progesteron akan
menurunkan resikonya. Kehamilan, dimana kadar progesteron tinggi,
menurunkan resiko kanker ovarium. Pil kontrasepsi kombinasi menurunkan
resiko terjadinya kanker ovarium.
5. Paritas
Penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan satu paritas yang tinggi
memiliki risiko terjadinya kanker ovarium yang lebih rendah daripada
nulipara, yaitu denga risiko relative 0,7. Pada wanita yang mengalami 4
atau lebih kehamilan aterm, resiko terjadinya kanker ovarium berkurang
sebesar 40% jika dibandingkan dengan wanita nulipara.
6. Pil kontrasepsi
Penelitian dari center for disease control menemukan penurunan resiko
terjadinya kanker ovarium sebesar 40% pada wanita usia 20-54 tahun yang
memakai pil kontrasepsi,yaitu dengan risiko relative 0,6.
7. Talk
Pemakaian talk pada daerah perineum dilaporkan meningkatkan resiko
terjadinya kanker ovarium dengan resiko relative 1,9%.
8. Ligasi tuba
Pengikatan tuba ternyata menurunkan terjadinya kanker ovarium dengan
resiko relatif 0,3. Mekanisme terjadinya efek protektif ini diduga dengan
terputusnya akses talk atau karsinogen lainnya dengan ovarium.
C. Epidemiologi
Menurut Tidy (2012) epidemiologi dari tumor ovarium adalah:
1. Tumor ovarium jinak terjadi pada 30% wanita dengan menstruasi yang
teratur (misalnya kista luteal yang ditemukan pada scan pelvis) dan 50%
dari wanita dengan menstruasi yang tidak teratur
2. Lebih banyak ditemukan pada wanita premenopause, dapat juga terjadi
saat kehamilan
3. Jarang terjadi pada wanita yang belum mengalami menstruasi dan post
menopause.
D. Stadium atau derajat tumor ovarium
Tabel 1
Stadium atau derajat tumor ovarium
Stadium Uraian
I
IA
IB
IC
Terbatas hanya di dalam ovarium.
Jaringan tumor hanya pada sebelah ovarium.
Jaringan tumor hanya terbatas ada di kedua belah ovarium tetapi sel
kanker tidak terdapat di permukaan tumor dan kapsul tumor masih
membungkus rapi (intake).
Sel kanker sudah terdapat di permukaan dan kapsul tumor seringnya
sudah robek.
II
IIA
IIB
IIC
Kanker sudah mengenai kedua ovarium dan alat-alat rongga panggul
lainnya sudah diekspansi sel kanker.
Ekspansi sel kanker ovarium baru terbatas di uterus dan ovarium.
Organ lain di rongga panggul sudah diekspansi sel kanker.
Seperti IIA dan IIB, sel kanker sudah terdapat di permukaan. Kapsul
tumor sudah diekspansi sel kanker dan sudah terjadi penumpukan
cairan di dalam rongga perut (ascites).
III
IIIA
IIIB
Sel kanker sudah menyerang kedua ovarium. Sel ini sudah terdapat
pada organ di luar rongga panggul serta pada kelenjar limfe.
Secara kasar, sel kanker masih berada di dalam rongga panggul dan
belum ada penyebaran di kelenjar getah bening. Tetapi secara
mikroskopis, mungkin sel kanker sudah ditemukan di luar rongga
panggul.
Sel kanker sudah menyebar di kedua pihak ovarium dan permukaan
selaput rongga perut (peritonium) dengan ukuran tumor >2cm, tetapi
kelenjar getah bening tetap belum di metastase kanker.
IIIC
Penyebaran kanker ke selaput pembungkus perut (peritonium)
dengan diameter tumor >2cm, dan sel kanker sudah menyebar ke
kelenjar getah bening lipat paha dan luar rongga perut
(retroperitonium)
IV Kedua ovarium sudah dimetastase kanker, juga alat-alat yang jauh
dari ovarium, seperti paru dan hati.
Sumber : Yatim, 2008
E. Patologi
Letak tumor yang tersembunyi dalam rongga perut dan sangat berbahaya
itu dapat menjadi besar tanpa disadari oleh penderita.
Pertumbuhan tumor primer diikuti oleh infiltrasi ke jaringan sekitar yang
menyebabkan pelbagai keluhan samar-samar seperti perasaan sebah, makan
sedikit terasa cepat menjadi kenyang, sering kembung dan nafsu makan
menurun. Kecenderungan untuk melakukan implantasi di rongga perut
merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang menghasilkan asites.
Tumor ganas ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histiogenesis
yang beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal,
entodermal dan mesodermal) dengan sifat-sifat histologis maupun biologis
yang beraneka ragam. Oleh sebab itu histiogenesis maupun klasifikasinya
masih sering menjadi perdebatan. Semua klasifikasi tumor ovarium
mempunyai kelemahan oleh karena masih kurangnya pengetahuan tentang
histogenesis semua tumor ovarium dan oleh karena tumor ovarium yang
tampaknya serupa mempunyai asal yang berbeda.
Kira-kira 60% terdapat pada usia peri-menopausal, 30% dalam masa
reproduksi dan 10% pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak
(benigna), tidak jelas jinak tapi juga tidak pasti ganas (borderline malignancy
atau carcinoma of low-malignant potensial) dan yang jelas ganas (true
malignant).
F. Faktor risiko
Faktor risiko dari tumor ovarium adalah (Tidy, 2012):
1. Obesitas
2. Terapi tamoxifen dapat dihubungkan berkaitan dengan meningkatnya
kista ovarium persisten
3. Menstruasi pertama yang lebih awal
4. Infertilitas
5. Kista dermoid (dari riwayat keluarga)
G. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala dari tumor ovarium adalah (Tidy, 2012):
1. Asimtomatis
2. Rasa nyeri atau sakit pada abdomen bagian bawah dan punggung bagian
bawah
3. Apabila terjadi pemecahan, dapat menyebabkan nyeri perut dan demam
4. Dispareunia
5. Perut bengkak dengan massa yang dapat diraba dari pelvis. Terdengar
suara dullnes apabila dilakukan perkusi dan tidak menghilang ketika
kandung kemih telah kosong.
6. Efek penekanan seperti sistem perkemihan dapat menyebabkan
frekuensi berkemih berubah atau pengembalian pembuluh vena berubah
dapat menyebabkan varises vena dan oedem tungkai
7. Pemilinan, infark dan perdarahan : menyebabkan rasa sakit
8. Pecah
a. Pecahnya kista yang berukuran besar dapat menyebabkan peritonitis
dan syok
b. Pecahnya kista mukus dapat menyebarkan sel-sel yang terus
mengeluarkan mukus dan dapat menyebabkan kematian yang
disebabkan dari terjadinya ikatan dengan organ dalam
9. Ascites : dapat menunjukkan adanya keganasan atau sindrom meigs
10. Endokrin : hormon yang disekresikan tumor dapat menyebabkan virilisasi,
ketidakteraturan menstruasi atau perdarahan post menopause. Hal ini
jarang ditemukan.
H. Komplikasi
Komplikasi yang biasa ditemukan pada tumor ovarium adalah (Tidy,
2012):
1. Pemilinan dari kista ovarium
2. Perdarahan, sering ditemukan pada tumor ovarium bagian kanan
3. Pecahnya kista ovarium
4. Infertilitas
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
1. Asites
Kanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi langsung ke struktur-
struktur yang berdekatan pada abdomen dan panggul dan melalui
penyebaran benih tumor melalui cairan peritoneal ke rongga abdomen
dan rongga panggul.
2. Efusi Pleura
Dari abdomen, cairan yang mengandung sel-sel ganas melalui saluran
limfe menuju pleura.
Komplikasi lain yang dapat disebabkan pengobatan adalah :
1. Infertilitas adalah akibat dari pembedahan pada pasien menopause
2. Mual, muntah dan supresi sumsum tulang akibat kemoterapi. Dapat juga
muncul maaslah potensial ototoksik, nefroktoksik, neurotoksis
3. Penyakit berulang yang tidak terkontrol dikaitkan dengan obstruksi usus,
asites fistula dan edema ekstremitas bawah.
I. Prognosis
Menurut Tidy (2012), prognosis dari tumor ovarium adalah:
1. Bervariasi dan tergantung dari tipe, ukuran tumor, komplikasi dan umur
pasien
2. Kebanyakan dari kista ovarium berukuran kecil pada wanita pre
menopause akan teratasi sendiri
3. Pemilinan ovarium : jika masih sempat dilakukan tindakan pembedahan
kurang dari 6 jam dari munculnya tanda dan gejala, jaringan yang terkena
biasanya akan sembuh kembali
J. Pemeriksaan Penunjang
1. USG Ginekologi
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang dalam diagnosis
suatu tumor ganas atau jinak. Pada keganasan akan memberikan
gambaran dengan septa internal, padat, berpapil, dan dapat ditemukan
adanya asites. Walaupun ada pemeriksaan yang lebih canggih seperti
CT-Scan, MRI, dan positron tomografi akan memberikan gambaran yang
lebih mengesankan, namun pada penelitian tidak menunjukan tingkat
sensitifitas dan spesifisitas yang lebih baik dari ultrasonografi.
2. CT-Scan (Computed Tomography Scanning) dan MRI (Magnetic
Resonance Imaging).
3. Laparoskopi
4. Parasentesis cairan asites
Pengambilan cairan asites dengan parasintesis tidak dianjurkan pada
penderita dengan asites yang disertai massa pelvis, karena dapat
menyebabkan pecahnya dinding kista akibat bagian yang diduga asites
ternyata kista yang memenuhi rongga perut. Pengeluaran cairan asites
hanya dibenarkan apabila penderita mengeluh sesak akibat desakan pada
diafragma.
Bila terdapat cairan ascites yang tidak dapat diterangkan asalnya
atau sebabnya (misalnya akibat Cirrhosis hepatis), laparatomi eksploratif
harus dijalankan.
5. Tumor marker
Serum CA 125 saat ini merupakan petanda tumor yang paling sering
digunakan dalam penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun sering
disertai keterbatasan. Perhatian telah pula diarahkan pada adanya
petanda tumor untuk jenis sel germinal, antara lain Alpha-fetoprotein
(AFP), Lactic acid dehidrogenase (LDH), human placental lactogen (hPL),
plasental-like alkaline phosphatase (PLAP) dan human chorionic
gonadotrophin (hCG).
K. Penatalaksanaan
Pada dasarnya setiap tumor ovarium yang diameternya lebih dari 5
sentimeter merupakan indikasi untuk tindakan laparatomi, karena
kecenderungan untuk mengalami komplikasi. Apabila tumor ovarium tidak
inemberikan gejala dan diameternya kurang dari 5 sentimeter, biasanya
merupakan kista folikel atau kista lutein.
Pengobatan baku dari kanker ovarium stadium awal adalah dengan
pembedahan radikal berupa pengangkatan tumor secara utuh, pengangkatan
uterus beserta kedua tuba dan ovarium, pengangkatan omentum,
pengangkatan kelenjar getah bening, pengambilan sampel dari peritoneum
dan diafragma, serta melakukan bilasan rongga peritoneum di beberapa
tempat untuk pemeriksaan sitologi. Tindakan pembedahan ini juga
dimaksudkan untuk menentukan stadium dari kanker ovarium tersebut
(surgical staging). Setelah pembedahan radikal ini, jika diperlukan diberikan
terapi adjuvant dengan kemoterapi, radioterapi atau immunoterapi.
1. Operasi
Terapi standar terdiri atas histerektomi abdominal total (TAH),
salpingoooforektomo bilateral (BSO) dan omentektomi serta APP
(optional). Nodus retroperitoneal harus dipalpasi dan dibiopsi jika
mencurigakan. Sebanyak mungkin tumor (untuk memperkecil) harus
diangkat untuk mengurangi keseluruhan massa tumor. Namun
pembedahan lebih radikal belum terbukti menambah manfaat.
Dapat didahului frozen section untuk kepastian ganas dan tindakan
operasi lebih lanjut. Hasil operasi harus dilakukan pemeriksaan PA,
sehingga kepastian klasifikasi tumor dapat ditetapkan untuk menentukan
terapi.
Pada sebagian kasus, penyakit terlalu luas untuk histerektomi total,
adneksektomi dan omentektomi.pada kasus-kasus seperti ini sebaiknya
sebanyak mungkin tumor diangkat untuk meningkatkan hasil terapi
tambahan (kemoterapi dan terapi radiasi). Operasi tumor ganas
diharapkan dengan cara “debulking” (cytoreductive) – pengambilan
sebanyak mungkin jaringan tumor sampai dalam batas aman. Dengan
debulking memungkinkan kemoterapi maupun radioterapi menjadi lebih
efektif.
2. Radiasi untuk membunuh sel-sel tumor yang tersisa, hanya efektif pada
jenis tumor yang peka terhadap sinar (radiosensitif) seperti disgerminoma
dan tumor sel granulosa. Radioterapi sebagai pengobatan lanjutan
umumnya digunakan pada tingkat klinik T1 dan T2 yang diberikan
kepada panggul saja atau seluruh rongga perut.
3. Kemoterapi merupakan terapi tambahan awal yang lebih disukai karena
terapi radiasi mempunyai keterbatasan (misalnya merusak hati atau
ginjal). Setelah mendapatkan radiasi atau kemoterapi, dapat dilakukan
operasi ke dua (eksplorasi ulang) untuk mengambil sebanyak mungkin
jaringan tumor.
4. Untuk memastikan keberhasilan penanganan dengan radioterapi atau
kemoterapi, lazim dilakukan laparatomi kedua (second-look laparotomi),
bahkan kadang sampai ketiga (third-look laparatomi). Hal ini
memungkinkan kita membuat penilaian akurat proses penyakit, hingga
dapat menetapkan strategi pengobatan selanjutnya. Bisa dihentikan atau
perlu dilanjutkan dengan alternatif pengobatan lain.
L. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan terputusnya
jaringan sekunder akibat luka post operasi
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan seksualitas,
fertilitas, dan hubungan dengan pasangan dan keluarga
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
sekunder dari imunosupresan
5. Resiko syok hipovolemik berhubungan denan perdarahan sekunder
kanker ovarium.
M. Intervensi Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan kanker
ovarium adalah :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan
sekunder akibat luka post operasi
Tujuan : Rasa nyaman nyeri berkurang.
Kriteria hasil : Eskspresi wajah klien rileks, skala nyeri berkurang, tanda-
tanda vital stabil.
Intervensi :
a. Kaji pencetus intensitas, kualitas, lokasi, dan durasi nyeri.
b. Monitor tanda-tanda vital.
c. Berikan informasi kepada klien bahwa rasa nyeri hal yang wajar.
d. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
e. Berikan posisi yang nyaman.
(Carpenito, 2001)
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan seksualitas,
fertilitas, dan hubungan dengan pasangan dan keluarga.
Tujuan : Klien menerima diri setelah kehilangan ovarium
Kriteria hasil : Klien dapat menerima keadaanya.
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan klien.
b. Beri informasi tentang efek samping histerektomi.
c. Beri support mental pada klien
d. Dengarkan keluhan klien.
e. Anjurkan keluarga memberikan dukungan dan menerima klien apa
adanya
(Smeltzer & Bare, 2001)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketrbatasan beraktifitas.
Tujuan : Klien mampu mencukupi kebutuhan ADL mandiri
Kriteria hasil : Terjadi peningkatan latihan dan aktivitas
Intervensi :
a. Kaji kemampuan pola aktivitas klien
b. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari.
c. Bantu pasien latihan pasif aktif secara bertahap.
d. Berikan terapi sesuai advis dokter
e. Libatkan keluarga dalam perawatan pasien.
(Carpenito, 2001)
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
sekunder dari imunosupresan.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil : Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
a. Kaji adanya tanda-tanda infeksi
b. Monitor tanda-tanda vital.
c. Tingkatkan prosedur cuci tangan.
d. Kolaborasi pemberian antibiotik.
e. Kolaborasi pengecekan darah rutin.
(Doengoes, 1999)
5. Resiko syok hipovelamik berhubungan denan perdarahan sekunder
kanker ovarium.
Tujuan : Syok hipovolemik tidak terjadi
Kriteria hasil : Tekanan darah sistole 110 – 120 mmHg, diastole 80 – 85
mmHg, nadi 60 -80 x/menit, pernafasan 16 – 24 x/menit, akral hangat,
tidak keluar keringat dingin
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda syok hipovolemik.
b. Kaji adanya tanda-tanda syok hipovolemik.
c. Monitor pengeluaran pervagina.
d. Memonitor tanda-tanda vital
(Doengoes, 1999)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN PRE OPERASI
Hari, tanggal : Senin, 17 November 2014
Jam : 10.00 WIB
Tempat : Bangsal Bougenvile 2 Kamar 11
Oleh : Vinda Astri Permatasari
Sumber data : Pasien, keluarga pasien, tim kesehatan
lain dan status pasien
Metode pengumpulan data : Observasi, anamnesa, pemeriksaan fisik
dan studi dokumen
1. Identitas
a. Pasien
Nama : Ny. “S”
Tempat tanggal lahir : Bantul, 06 Juli 1965
Umur : 49 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Diagnosa medis : Tumor padat ovarium, anemia MH e.c
susp ADB susp DVT ekstremitas inferior
sinistra
Alamat : Lanteng, Selopamioro, Imogiri, Bantul, DIY
Nomor RM : 01.69.96.49
Tanggal masuk RS : 07 November 2014
b. Penanggung jawab
Nama : Tn. “P”
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan pasien : Suami
2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan pasien
1) Alasan masuk rumah sakit
Pasien mengeluhkan perutnya bertambah besar ±2 bulan. BAB
susah, muntah, mual disertai pusing. Pasien kemudian
memeriksakan diri ke dokter spesialis kandungan. Pasien
kemudian dirujuk ke RSUD Panembahan Senopati Bantul. Pasien
sempat dilakukan rawat inap dan pemeriksaan penunjang. Pasien
kemudian dirujuk ke RSUP Dr. Sardjito untuk dilakukan tindakan
medis dan perawatan lebih lanjut.
2) Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut, terutama sebelah
kanan. Pasien juga menyatakan semalam tidak bisa tidur dan tidak
nafsu makan karena menahan nyeri dan perut terasa mbeseseg.
P : Nyeri timbul tiba-tiba dan waktu tak tentu
Q : Nyeri terasa seperti diremas-remas, terasa panas
R : Perut
S : VAS 3 (1-10)
T : Terus menerus
3) Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengeluhkan kaki kiri bagian tungkai bengkak dan terasa
tebal, dan juga telapak kaki kaki kirinya terjadi pembengkakan.
4) Riwayat Kesehatan dulu
a) Riwayat Penyakit
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit
hipertensi, DM, asma, jantung, TBC, maupun ginjal. Pasien
menyatakan pernah menjalani operasi kistektomi pada tahun
2005 di RSUD Panembahan Senopati. Pasien juga pernah
dilakukan tindakan tubektomi di RSUD Panembahan Senopati
20 tahun yang lalu (pada tahun 1994).
b) Riwayat Reproduksi
1) Riwayat menstruasi
Pasien menarche pada usia 20 tahun, dengan siklus haid
teratur 28 hari selama 4 hari. Jumlah darah haid sedang.
Pasien menyatakan ketika menstruasi mengeluhkan sakit
perut dan tidak pernah mengkonsumsi obat maupun jamu
ketika menstruasi.
2) Riwayat Pernikahan
Pasien menikah satu kali pada usia 24 tahun dengan
suaminya.
3) Riwayat Persalinan sebelumnya :
Pasien menyatakan memiliki 2 anak dan dilahirkan secara
normal. Jarak kehamilan pada anaknya sekitar 2-3 tahun.
4) Riwayat KB
Pasien mengatakan mengikuti KB steril (tubektomi).
5) Riwayat Gangguan Reproduksi
Pasien pernah mengalami kista ovarium dan menjalani
operasi kistektomi pada tahun 2005.
b. Riwayat Kesehatan keluarga
1) Genogram
Keterangan :
= Perempuan
= Laki-laki
= Perempuan meninggal
= Laki-laki meninggal
=Garis Perkawinan
= Garis keturunan
= Tinggal serumah
2) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarganya ada yang memiliki penyakit
yang sama dengan pasien yaitu saudara pasien dengan tumor kista
dan sudah dilakukan tindakan operasi kistektomi.
Pasien
Tumor Kista
4. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
a. Aspek Fisik-Biologis
1) Pola Nutrisi
a) Sebelum sakit
Pasien mengatakan sehari makan 3 kali dengan menu yang
bervariasi. Pasien mengatakan tidak punya alergi terhadap
makanan tertentu. Pasien juga tidak mengkonsumsi suplemen
makanan tertentu. Pasien menyatakan tidak menyukai makan
sayur dan suka makanan yang pedas. Pasien mengatakan
biasa minum air putih sebanyak 8 gelas sehari kira-kira 1600
ml/ hari. Pasien sangat menyukai minum teh pada pagi hari.
b) Selama sakit
Pasien mengatakan selama sakit nafsu makannya berkurang
karena nyeri yang dirasakan pasien. Keluarga pasien
mengatakan pasien hanya menghabiskan 2-3 sendok
makanan yang disediakan rumah sakit. Pasien mengatakan
perutnya terasa mbeseseg, kembung dan mual. Pasien
mengatakan sempat muntah 1x pada pagi hari berisi makan
dan minum. Pasien mengatakan tidak ada perubahan minum
saat sakit. Sehari pasien minum sebanyak 6-7 gelas air putih
kira kira 1500 ml.
2) Pola Eliminasi
a) Sebelum sakit
Pasien mengatakan BAB 1 hari sekali pada pagi hari,
konsistensi lunak dan berwarna kuning, berbau khas feses.
Pasien mengatakan BAK lancar 6-7 kali sehari, berwarna
kuning jernih dan bau khas urine. Tidak ada keluhan pada
BAB dan BAK.
b) Selama sakit
Pasien mengatakan belum BAB selama 4 hari. Pasien sempat
diberikan obat laksatif suppositoria dulcolax 5 hari yang lalu
karena kesulitan BAB. Pasien mengatakan BAK 3-4 kali
dalam sehari. Urine berwarna kuning jernih, bau khas urine
dan tidak ada darah dalam urine. Setiap kali BAK kurang lebih
200cc. Pasien menyatakan tidak ada keluhan selama BAK.
3) Pola Tidur dan Istirahat
a) Sebelum sakit
1) Keadaan aktivitas sehari- hari
Kegiatan sehari-hari pasien di rumah sebagai wiraswasta
menjaga warung, memasak dan mengurus rumah. Pasien
jarang berolahraga. Pasien melakukan kegiatan sehari-
hari secara mandiri.
2) Keadaan pernapasan
Pasien tidak merokok. Pasien tidak memiliki alergi atau
penyakit pernafasan. Tidak ada keluhan di pernafasan
pasien.
3) Keadaan kardiovaskuler
Pasien jarang merasa cepat lelah.
4) Kebutuhan tidur
Pasien tidur rata-rata pukul 22.00 sampai 05.00 dan
dapat tidur dengan nyenyak. Pasien jarang tidur siang.
b) Selama sakit
1) Keadaan aktivitas
No Aktivitas 0 1 2 3 4
1 Makan minum V
2 Mandi V
3 Toiletting V
4 Berpakaian V
5 Mobilitas di tempat tidur V
6 ROM V
Keterangan :
0: mandiri
1: alat bantu
2: dibantu orang lain
3: dibantu orang lain dan alat
4:tergantung total
2) Keadaan pernapasan
Pasien tidak mengeluh sesak nafas atau nyeri dada.
Pasien tidak menggunakan alat bantu pernapasan.
3) Keadaan kardiovaskuler
Pasien kadang- kadang merasakan berdebar-debar
setelah beraktivitas.
4) Kebutuhan tidur
Pasien menyatakan semalam tidak bisa tidur karena
menahan nyeri pada perutnya.
4) Pola Kebersihan Diri
a) Kulit
Kulit seluruh tubuh tampak bersih bewarna coklat tua. Turgor
kulit elastis (<3 detik). Kebiasaan mandi 2 kali sehari,
memakai sabun.
b) Rambut
Rambut tampak bersih. Pasien tidak memakai cat rambut.
Rambut tidak rontok. Pasien mengatakan keramas 3 hari
sekali.
c) Telinga
Tidak ada cairan yang keluar dari telinga. Telinga tampak
bersih dan tidak berbau.
d) Mata
Pasien tidak mengalami gangguan penglihatan dan tidak
menggunakan alat bantu untuk melihat.
e) Mulut
Sebelum dan selama dirawat, pasien mengatakan biasa
menggosok gigi 3x sehari.
f) Genetalia
Pasien mengatakan biasa cebok dengan air bersih, dengan
arah dari belakang ke depan.
b. Aspek mental- Intelektual-Psikososial-Spiritual
1) Konsep diri
a) Gambaran diri : Pasien mengatakan menerima keadaan
penyakitnya sekarang, tetapi ingin cepat pulang.
b) Identitas diri : Pasien menyadari dirinya sebagai Ibu dan istri.
Selama sakit, pasien tidak memiliki gangguan dan perubahan
identitas diri.
c) Harga diri : Pasien tidak menunjukkan harga diri rendah
karena penyakitnya.
d) Peran diri : Pasien mengalami gangguan peran diri, karena
tidak dapat melakukan perannya sebagai ibu rumah tangga
selama sakit.
e) Ideal diri : Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dari
penyakitnya.
2) Intelektual
Pasien menyatakan, pasien dan keluarga menyatakan
mengetahui tentang penyakit yang dialami oleh pasien. Pasien
dan keluarga mengetahui tentang nama penyakit pasien dan
pengobatan yang akan dijalani oleh pasien.
3) Hubungan interpersonal
Hubungan pasien dengan anggota keluarga baik. Hubungan
pasien dengan pasien lain maupun tim kesehatan juga baik.
Pasien kooperatif dan taat akan instruksi dokter
f) Mekanisme koping
Pasien menyatakan jika sakit langsung dibawa ke pelayanan
kesehatan terdekat untuk mendapat penanganan segera.
Biasanya pasien periksa ke dokter atau langsung ke rumah sakit.
g) Support sistem
Pasien mendapat support penuh dari keluarganya untuk sembuh.
Selama dirawat pasien ditunggui oleh suami dan anaknya.
h) Aspek mental-emosional
Pasien menyatakan merasa cemas dengan penyakitnya. Tetapi
pasien selalu taat dalam mengikuti semua anjuran dari tim
kesehatan. Pasien mengatakan sudah pasrah dengan keadaan
yang sekarang dialaminya.
i) Hubungan sosial
1) Hubungan komunikasi
Pasien sangat menyimak dan berespon baik saat diajak
berkomunikasi.
2) Faktor kultural
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga
3) Tingkat ketergantungan
Pasien masih mampu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya
secara mandiri. Pasien tidak membutuhkan bantuan orang
lain untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
j) Aspek Spiritual
Pasien dan keluarga menganut agama Islam, keluarga selalu
berdoa untuk kebaikan pasien dan kesembuhan pasien. Pasien
mengatakan selalu menjalankan ibadah shalat wajib 5 waktu
dengan tepat waktu.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemah
1) Kesadaran : Composmentis
2) Status gizi
TB : 150 cm
BB : 43 kg
IMT : 19,1 kg/m2 (normal)
3) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 76 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 37,3oC
b. Pemeriksaan secara sistematik
1) Kepala
Bentuk kepala mesocephal, tidak ada lesi, kulit wajah bersih
2) Rambut
Distribusi rambut merata dan rambut bersih berwarna hitam
dengan sedikit uban.
3) Muka
Tidak telrihat lesi, pasien terlihat meringis menahan nyeri.
4) Mata
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, mata simetris, tidak
ada udema palpebra. Tampak ada lingkaran hitam di sekitar
mata. Mata pasien terlihat sayu. Ada kantung mata.
5) Hidung dan sinus
Pernapasan 24 x/menit, bentuk hidung simetris tidak ada sekret
yang keluar dari hidung, fungsi pembauan baik. Tidak ada
pernapasan cuping hidung.
6) Bibir
Terlihat kering, tidak sianosis.
7) Gigi dan Mulut
Gigi terlihat bersih.
8) Leher
Tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening dan tidak ada pembesaran tonsil. Tidak ada
peningkatan JVP.
9) Kulit
Tidak ada sianosis, warna kulit sawo matang. Teraba hangat,
turgor kulit elastis.
10) Jari dan kuku
Tidak ada clubbing finger, kuku bersih, tidak ada lesi. Capillary
reffil time <2 detik.
11) Thoraks
Paru
a) Inspeksi : Bentuk dada simetris, ekspansi dada simetris.
Tidak terlihat lesi. Persebaran rambut dan warna merata.
Respirasi 24x/menit..
b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa abnormal,
ekspansi dada simetris. Nadi 84 x per menit.
c) Perkusi : Suara resonan
d) Auskultasi : Terdengar bunyi vesikuler
Jantung
a) Inspeksi : Tidak ada jaringan parut, warna kulit merata
b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan. Teraba ictus cordis.
c) Perkusi : Bunyi redup
d) Auskultasi : Terdengar suara jantung S1 dan S2 tunggal
reguler.
12) Abdomen
a. Inspeksi : Bentuk asimetris, terlihat distensi abdomen dan
ascites, terdapat bekas luka jahitan.
b. Auskultasi : Peristaltik usus terdengar.
c. Perkusi : Suara timpani di abdomen kiri, terdengar redup di
abdomen sebelah kanan
d. Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada perut kuadran kanan.
13) Ekstremitas atas
a. Inspeksi : tidak terpasang infus, anggota gerak lengkap
dapat digerakkan dengan baik. Tidak ada lesi.
b. Palpasi : tidak ada edema. Turgor kulit elastis.
14) Ekstremitas bawah
a. Inspeksi : Anggota gerak lengkap, tidak ada lesi.
b. Palpasi : Terlihat oedem di tungkai kaki sebelah kiri, oedem
derajat 2. Telapak kaki sebelah kanan terlihat oedem,
oedem derajat 1. Anggota gerak lengkap dapat digerakkan.
Akral teraba hangat.
15) Genetalia
Tampak bersih. Persebaran rambut genetalia merata.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah pada tanggal 17 November 2014
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Leukosit 15,98 103/μL4,5-11
Eritrosit 4,62 106/μL4,5-5,2
Hemoglobin 11,3 g/dL 12-16
Hematokrit 34,8 % 36-48
MCV 75,4 fL79-99
MCH 24,6 pg27-31
MCHC 32,6 g/dL33-37
CHCM 33,4 g/dL33-37
CH 25,2 pg
RDW 17,4 %11,5-15,5
HDW 3,38 %2,2-3,2
Trombosit 475 x103/μL150-450
MPV 7,3 fL7,2-11,1
Neut% 84,1 %50-70
Lim% 7,1 %25-40
Mono% 6,9 %2-8
Eos% 1,2 %2-4
Baso% 0,2 %0-1
LUC% 0,6 %0-0,1
Neut# 13,44 103/μL 1,8-8
Limfo# 1,14 103/μL0,9-5,2
Mono# 1,1 103/μL0,16-1
Eos# 0,19 103/μL0,045-0,44
Baso# 0,02 103/μL0-0,2
LUC# 0,09 103/μL0-0,1
b. Hasil pemeriksaan Radiologi colon in loop pada tanggal 14 November
2014
Kesan :
- Massa di cavum pelvis yang meluas ke cavum abdomen curiga
ovarium origin, yang mengindentasi colon sigmoid ke mediocranial
- Tak tampak infiltrasi pada rektum hingga colon descendens pars
distalis
- Tak tampak bone metastase pada sistema tulang yang
tervisualisasi
c. Hasil pemeriksaan BNO-IVP pada tanggal 11 November 2014
Kesan :
- Hidronefrosis dextra grade III dan hidro ureter dextra e.c susp
penekanan massa dari organ ginekologis
- Non visualisasi ren sinistra curiga infiltrasi dari massa ginekologis
- Indentasi VU aspek superior dengan fungsi voiding terganggu
- Sistema tulang yang tervisualisasi intak
B. ANALISA DATA PRE OPERASI
DATA MASALAH PENYEBAB
DS : Pasien mengatakan:
- Nyeri pada bagian perut, terutama sebelah kanan
- Semalam tidak bisa tidur karena menahan nyeri pada
perutnya.
- Semalam tidak bisa tidur dan tidak nafsu makan karena
menahan nyeri dan perut terasa mbeseseg
P : Nyeri timbul tiba-tiba dan waktu tak tentu
Q : Nyeri terasa seperti diremas-remas, terasa panas
R : Perut
S : VAS 3 (1-10)
T : Terus menerus
DO :
- Pasien tampak meringis menahan nyeri
- Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 76 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
- Pemeriksaan abdomen : Bentuk asimetris, terlihat distensi
abdomen dan ascites, terdapat nyeri tekan pada perut
kuadran kanan, terdengar redup di abdomen sebelah kanan
- Hasil pemeriksaan Radiologi colon in loop : massa di cavum
pelvis yang meluas ke cavum abdomen
Nyeri akut Pendesakan
massa tumor
DS : Pasien mengatakan
- Selama sakit nafsu makannya berkurang karena nyeri yang
dirasakan pasien
- Hanya menghabiskan 2-3 sendok makanan yang disediakan
rumah sakit
- Perutnya terasa mbeseseg, kembung dan mual
- Sempat muntah 1x pada pagi hari berisi makan dan minum
DO :
- Keadaan umum : lemah
Risiko
ketidak
seimbangan
nutrisi :
kurang dari
kebutuhan
tubuh
Intake yang
tidak adekuat
- Hasil pemeriksaan darah : hemoglobin 11,3 g/dL
- Status gizi
TB : 150 cm
BB : 43 kg
IMT : 19,1 kg/m2 (normal)
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN PRE OPERASI BESERTA PRIORITAS
1. Nyeri akut berhubungan dengan pendesakan massa tumor ditandai
dengan
DS : Pasien mengatakan:
- Nyeri pada bagian perut, terutama sebelah kanan
- Semalam tidak bisa tidur karena menahan nyeri pada perutnya.
- Semalam tidak bisa tidur dan tidak nafsu makan karena menahan
nyeri dan perut terasa mbeseseg
P: Nyeri timbul tiba-tiba dan waktu tak tentu
Q : Nyeri terasa seperti diremas-remas, terasa panas
R: Perut
S: VAS 3 (1-10)
T : Terus menerus
DO :
- Pasien tampak meringis menahan nyeri
- Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 76 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
- Pemeriksaan abdomen : Bentuk asimetris, terlihat distensi abdomen
dan ascites, terdapat nyeri tekan pada perut kuadran kanan,
terdengar redup di abdomen sebelah kanan
- Hasil pemeriksaan Radiologi colon in loop : massa di cavum pelvis
yang meluas ke cavum abdomen
2. Risiko ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat ditandai dengan
DS : Pasien mengatakan
- Selama sakit nafsu makannya berkurang karena nyeri yang
dirasakan pasien
- Hanya menghabiskan 2-3 sendok makanan yang disediakan rumah
sakit
- Perutnya terasa mbeseseg, kembung dan mual
- Sempat muntah 1x pada pagi hari berisi makan dan minum
DO :
- Keadaan umum : lemah
- Hasil pemeriksaan darah : hemoglobin 11,3 g/dL
- Status gizi
TB : 150 cm
BB : 43 kg
IMT : 19,1 kg/m2 (normal)
III. PERENCANAAN KEPERAWATAN PRE OPERASI
NODIAGNOSA
KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. 17 November
2014
10.00 WIB
Nyeri akut
berhubungan
dengan
pendesakan
massa tumor
17 November 2014
10.00 WIB
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x24
jam diharapkan pasien tidak
merasakan nyeri dengan
kriteria hasil :
1. Pasien mengatakan nyeri
berkurang.
2. Ekpresi wajah tampak
rileks.
3. Pasien dapat melakukan
nafas dalam secara mandiri
Vinda
17 November 2014
10.00 WIB
1. Kaji ulang lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi dan skala nyeri.
2. Monitor tanda-tanda vital (TD, N, RR)
3. Atur posisi senyaman mungkin
4. Ajarkan teknik manajemen nyeri
nonfarmakologi : nafas dalam
5. Jelaskan penyebab nyeri yang
dialami pasien
6. Kolaborasi pemberian analgetik
Vinda
17 November 2014
10.00 WIB
1. Mengidentifikasi kondisi dan dasar
intervensi selanjutnya
2. Mengidentifikasi kondisi dan dasar
intervensi selanjutnya
3. Posisi yang nyaman dapat
menurunkan rasa nyeri.
4. Nafas dalam meningkatkan suplai
oksigen dan merilekskan ketegangan
otot
5. Memberikan informasi kepada pasien
tentang nyeri yang dialaminya,
mengurangi ansietas
6. Analgetik memblok pusat rasa nyeri
Vinda
2. Senin, 17
November 2014
10.00 WIB
Risiko
ketidakseimbang
an nutrisi :
Kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan intake
yang tidak
adekuat
Senin, 17 November 2014
10.00 WIB
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x24
jam diharapkan nutrisi pasien
seimbang dengan kriteria
hasil :
1.Nafsu makan bertambah
2.Pasien tidak muntah
Vinda
Senin, 17 November 2014
10.00 WIB
1. Observasi mual dan muntah
2. Ciptakan suasana yang nyaman dan
bersih
3. Beri makanan dalam porsi kecil tapi
sering
4. Berikan makanan kesukaan pasien,
berikan makanan selagi hangat
5. Anjurkan pasien untuk menjaga
kebersihan mulut
6. Anjurkan kepada pasien untuk
memakan makanan yang lunak
7. Kolaborasi dengan dokter pemberian
obat antiemetik dan suplemen
makanan
Vinda
Senin, 17 November 2014
10.00 WIB
1. Mengetahui kondisi pasien dan dasar
intervensi selanjutnya
2. Suasana yang bersih dan nyaman
membebaskan pasien dari bau-bau
yang menyebabkan mual.
3. Memberi kesempatan lambung untuk
mencerna makanan, mencegah refluks
4. Untuk meningkatkan nafsu makan
pasien
5. Kebersihan mulut dapat mengurangi
mual, meningkatkan kenyamanan
6. Membantu mengurangi keletihan
pasien mengunyah makanan dan
meningkatkan asupan nutrisi pasien
7. Antiemetik mencegah refluks lambung,
suplemen makanan memenuhi vitamin
dan mineral untuk nutrisi tubuh
Vinda
IV. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI EVALUASI
Nyeri akut
berhubungan
dengan
pendesakan
massa tumor
17 November 2014
10.00 WIB
1. Memonitor tanda-tanda vital
2. Mengkaji ulang lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi
dan skala nyeri
3. Mengatur posisi senyaman mungkin.
4. Mengajarkan teknik manajemen nyeri nonfarmakologi
: nafas dalam
5. Menjelaskan penyebab nyeri yang dialami pasien
Vinda
17 November 2014
10.15 WIB
S : Pasien megatakan nyeri masih terasa skala 3 (1-10), pasien mengatakan
merasa lebih nyaman ketika posisi berbaring, pasien mengatakan sudah
menerapkan nafas dalam ketika nyeri, pasien mengatakan penyebab nyeri
adalah pembengkakan akibat tumor dalam kandungan
O: Wajah pasien terlihat tegang karena menahan nyeri, pasien terlihat sudah
bisa nafas dalam dengan benar, posisi pasien supinasi, terlihat distensi
abdomen, nyeri tekan abdomen, tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 76
x/menit, respirasi 24 x/menit
A: Masalah nyeri akut teratasi sebagian
P : Monitor TTV
Vinda
Risiko
ketidakseimbanga
n nutrisi : Kurang
17 November 2014
10.00 WIB
18 November 2014
10.20 WIB
S : Pasien mengatakan mual dan perut terasa mbeseseg, tadi pagi sempat
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan intake
yang tidak adekuat
1. Mengobservasi mual dan muntah
2. Menganjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
3. Menganjurkan kepada pasien untuk memakan
makanan yang lunak
Vinda
muntah 1x berisi makan dan minum, makan diet RS hanya 3 sendok, akan
makan makanan yang lunak dalam porsi kecil tapi sering, nafsu makan
berkurang
O : Keadaan umum lemah
A : Masalah risiko ketidakseimbangan nutrisi belum teratasi
P : Observasi mual dan muntah
Vinda
Nyeri akut
berhubungan
dengan agen
cedera biologis
18 November 2014
10.00 WIB
1. Mengkaji ulang lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi
dan skala nyeri.
2. Memonitor tanda-tanda vital (TD, N, RR)
3. Mengatur posisi senyaman mungkin
Vinda
18 November 2014
10.15 WIB
S : Pasien mengatakan nyeri perut berkurang
O : TD : 110/80 mmHg, nadi 63 x/menit, respirasi 24 x/menit, terlihat nafas
dalam secara mandiri, pasien terlihat rileks, pasien posisi supinasi
A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian
P : Monitor TTV
Vinda
V. PENGKAJIAN POST OPERASI (DATA FOKUS)
Hari, tanggal : Rabu, 19 November 2014
Jam : 15.00 WIB
Tempat : Bangsal Bougenvile 2 Kamar 11
Oleh : Vinda Astri Permatasari
Sumber data : Pasien, keluarga pasien, tim kesehatan
lain dan status pasien
Metode pengumpulan data : Observasi, anamnesa, pemeriksaan fisik
dan studi dokumen
Diagnosa medis : Post pan histerektomi, omentektomi,
apendiktomi, adhesiolisis dan pemasangan
drain a/i ca ovarii gr. IIIC H0
A. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan masih lemah dan lemas untuk bergerak. Pasien
mengatakan tidak mengeluhkan sakit. Pasien mengatakan masih minum
sedikit-sedikit karena belum kentut. Pasien mengatakan hanya
diperbolehkan untuk miring kanan dan miring kiri setelah operasi.
B. Data fokus
Pasien terpasang IVFD D5% 30 tpm di tangan kiri sejak tanggal 18
November 2014 kondisi bersih, tidak terlihat tanda flebitis dan infeksi.
Pasien terpasang epidural sejak tanggal 18 November 2014. Terpasang
kateter tinggal sejak tanggal 18 November 2014. Terlihat kassa penutup
luka jahitan sepanjang ±13cm di abdomen arah vertikal kondisi bersih
tidak terlihat rembesan. Terpasang drain di abdomen kanan bawah
kondisi bersih tidak terlihat pus dan perdarahan. Terlihat produk darah
(drain).
1. Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
TD : 110/60 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 21 x/menit
S : 37oC
VI. TERAPI (19 November 2014)
A. Injeksi cefotaxim 1 gram/12jam per IV
B. Metronidazole drip 500mg/8jam per IV
C. Injeksi alinamin 25mg/12jam per IV
D. Injeksi asam traneksamat 500mg/8jam per IV
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Hasil pemeriksaan hematologi pada tanggal 18 November 2014
1. Leukosit 18,7 103/μL (nilai normal 4,5-11 103/μL)
2. Hemoglobin 10,4 g/dL (nilai normal 12-16 g/dL)
3. Trombosit 475 x103/μL (nilai normal 150-450 x103/μL)
B. Hasil pemeriksaan USG Kandungan pada tanggal 18 November 2014
Kesimpulan : Ovarium kiri : Ganas
: Cairan : Sel Ganas (+)
C. Hasil pemeriksaan hematologi pada tanggal 19 November 2014
Albumin 1,91 g/dL (nilai normal 3,97-4,94 g/dL)
VIII. ANALISA DATA POST OPERASI
DATA MASALAH PENYEBAB
DS : -
DO :
- Pasien terpasang IVFD D5% 30 tpm di tangan kiri sejak
tanggal 18 November 2014 kondisi bersih, tidak terlihat tanda
flebitis dan infeksi
- Pasien terpasang epidural sejak tanggal 18 November 2014
- Terpasang kateter tinggal sejak tanggal 18 November 2014
- Terlihat kassa penutup luka jahitan sepanjang ±13cm di
abdomen arah vertikal kondisi bersih tidak terlihat rembesan
- Terpasang drain di abdomen kanan bawah kondisi bersih tidak
terlihat pus dan perdarahan, terlihat produk darah
- Keadaan umum : Lemah
- Suhu 37oC
- Hasil pemeriksaan penunjang leukosit 18,7 103/μL dan
hemoglobin 10,4 g/dL
Risiko
penyebaran
infeksi
Prosedur
invasif dan
luka post
operasi
DS : Pasien mengatakan
- Masih lemah dan lemas untuk bergerak
- Masih minum sedikit-sedikit karena belum kentut
DO :
- Hasil pemeriksaan penunjang hemoglobin 10,4 g/dL dan
trombosit 475 x103/μL
- Terpasang drain di abdomen kanan bawah, terlihat produk
darah
- Pasien post operasi pan histerektomi, omentektomi,
apendiktomi, adhesiolisis dan pemasangan drain a/i ca ovarii
gr. IIIC H0
- Keadaan umum : Lemah
- Tanda-tanda vital :
TD : 110/60 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 21 x/menit
Risiko
perdarahan
Post operasi
IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN BESERTA PRIORITAS
A. Risiko penyebaran infeksi berhubungan dengan prosedur invasif dan luka
post operasi ditandai dengan
DS : -
DO :
- Pasien terpasang IVFD D5% 30 tpm di tangan kiri sejak tanggal 18
November 2014 kondisi bersih, tidak terlihat tanda flebitis dan
infeksi
- Pasien terpasang epidural sejak tanggal 18 November 2014
- Terpasang kateter tinggal sejak tanggal 18 November 2014
- Terlihat kassa penutup luka jahitan sepanjang ±13cm di abdomen
arah vertikal kondisi bersih tidak terlihat rembesan
- Terpasang drain di abdomen kanan bawah kondisi bersih tidak
terlihat pus dan perdarahan, terlihat produk darah
- Keadaan umum : Lemah
- Suhu 37oC
- Hasil pemeriksaan penunjang leukosit 18,7 103/μL dan hemoglobin
10,4 g/dL
B. Risiko perdarahan berhubungan dengan post operasi ditandai dengan
DS : Pasien mengatakan
- Masih lemah dan lemas untuk bergerak
- Masih minum sedikit-sedikit karena belum kentut
DO :
- Hasil pemeriksaan penunjang hemoglobin 10,4 g/dL dan trombosit
475 x103/μL
- Terpasang drain di abdomen kanan bawah, terlihat produk darah
- Pasien post operasi pan histerektomi, omentektomi, apendiktomi,
adhesiolisis dan pemasangan drain a/i ca ovarii gr. IIIC H0
- Keadaan umum : Lemah
- Tanda-tanda vital :
TD : 110/60 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 21 x/menit
X. PERENCANAAN KEPERAWATAN POST OPERASI
NODIAGNOSA
KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Rabu, 19
November 2014
15.00 WIB
Risiko
penyebaran
infeksi
berhubungan
dengan prosedur
invasif dan luka
post operasi
Rabu, 19 November 2014
15.00 WIB
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan pasien tidak
mengalami infeksi dengan
kriteria hasil :
1. Suhu rentang 36,5-37,5oC
2. Tidak terlihat tanda gejala
infeksi (tumor, rubor, kalor
dolor, fungsio laesa)
Vinda
Rabu, 19 November 2014
15.00 WIB
1. Observasi suhu aksila dan tanda
gejala infeksi
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak, batasi pengunjung
3. Ajarkan keluarga dan pasien
mengenai tanda dan gejala infeksi
dan cara mencegahnya
4. Kelola pemberian antibiotik injeksi
cefotaxim 1 gram/12jam dan
metronidazole drip 500mg/8jam per IV
Vinda
Rabu, 19 November 2014
15.00 WIB
1. Mengetahui kondisi pasien dan dasar
intervensi selanjutnya
2. Mencegah kontaminasi silang dan
risiko infeksi nosokomial
3. Keikutsertaan keluarga dalam
memonitor infeksi dan mencegahnya
4. Antibiotik membunuh mikroorganisme
penyebab infeksi
Vinda
2. Rabu, 19 Rabu, 19 November 2014 Rabu, 19 November 2014 Rabu, 19 November 2014
November 2014
15.00 WIB
Risiko
perdarahan
berhubungan
dangan post
operasi
15.00 WIB
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan pasien tidak
mengalami perdarahan
dengan kriteria hasil :
1. Perdarahan <50 ml
2. Pasien tidak mengalami syok
hipovolemik
Vinda
15.00 WIB
1. Monitor tanda-tanda vital (TD, N, RR)
2. Monitor perdarahan (drain) dan
observasi adanya tanda syok
hipovolemik
3. Kelola pemberian hemostatik injeksi
asam traneksamat 500mg/8jam per
IV
Vinda
15.00 WIB
1. Mengetahui kondisi pasien dan dasar
intervensi selanjutnya
2. Mengetahui kondisi pasien dan dasar
intervensi selanjutnya, mencegah syok
hipovolemik
3. Hemostatik mencegah perdarahan
berlebihan atau abnormal
Vinda
XI. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI EVALUASI
Risiko penyebaran
infeksi
berhubungan
dengan prosedur
invasif dan luka
post operasi
19 November 2014, 18.00 WIB
1. Mengobservasi suhu aksila dan tanda gejala infeksi
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak,
membatasi pengunjung
Vinda
19 November 2014, 18.10 WIB
S : -
O : S 37oC, pasien ditemani oleh suaminya, pasien terpasang epidural, IVFD
D5% 20tpm, kateter tinggal, tidak terlihat tanda dan gejala infeksi
A : Masalah risiko penyebaran infeksi teratasi
P : Observasi suhu aksila dan tanda gejala infeksi
Vinda
Risiko perdarahan
berhubungan
dangan post
operasi
19 November 2014, 18.00 WIB
1. Memonitor tanda-tanda vital (TD, N, RR)
2. Memonitor perdarahan (drain) dan mengobservasi
adanya tanda syok hipovolemik
Vinda
19 November 2014, 18.15 WIB
S : Pasien mengatakan masih minum sedikit demi sedikit
O : TD : 110/60 mmHg, Nadi : 80 x/menit, respirasi 21 x/menit, terlihat drain
produk (+)
A : Masalah risiko perdarahan teratasi sebagian
P : Monitor TTV, perdarahan dan syok hipovolemik
Vinda
BAB III
KESIMPULAN
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam dapat diangkat 4
diagnosa keperawatan pre dan post operasi pada Ny. “S” dengan kanker
ovarium grade IIIC post pan histerektomi, omentektomi, apendiktomi, adhesiolisis
dan pemasangan drain, yaitu :
A. Pre Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan pendesakan massa tumor
2. Risiko ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
B. Post Operasi
1. Risiko penyebaran infeksi berhubungan dengan prosedur invasif dan
luka post operasi
2. Risiko perdarahan berhubungan dengan post operasi
Pasien Ny. “Y” mengalami kanker ovarium grade IIIC dengan keterangan
telah terjadi penyebaran kanker ke selaput pembungkus perut (peritonium)
dengan diameter tumor >2cm, dan sel kanker sudah menyebar ke kelenjar getah
bening lipat paha dan luar rongga perut (retroperitonium) (Yatim, 2008). Pasien
kemudian dilakukan tindakan pembedahan pan histerektomi, omentektomi,
apendiktomi, adhesiolisis dan pemasangan drain.
Diagnosa yang telah teratasi adalah risiko penyebaran infeksi berhubungan
dengan prosedur invasif dan luka post operasi.
Diagnosa yang teratasi sebagian adalah :
A. Pre operasi
Nyeri akut berhubungan dengan pendesakan massa tumor dikarenakan
pasien masih mengalami distensi abdomen karena pendesakan massa
tumor ovarium sehingga pasien masih merasakan nyeri dan tidak nafsu
makan.
B. Post operasi
Risiko perdarahan berhubungan dengan post operasi dikarenakan pasien
masih membutuhkan monitor drain secara berkelanjutan karena drain
masih memproduksi darah >50cc
Diagnosa yang belum teratasi adalah diagnosa pre operasi risiko
ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat, hal ini dikarenakan pasien tidak bisa menelan
makanan sebab ruangan lambung sudah terdesak oleh rongga peritonium yang
telah mengalami ascites dan distensi, sehingga tidak memungkinkan masuk dan
tercernanya makanan ke lambung.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Terjemahan oleh. Monica Ester. Jakarta: EGC
Doengoes, Marylinn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC : Jakarta
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
Smeltzer, S.C., dan Bare B.G., 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &. Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Tidy, Collin. 2012. Benign Ovarian Tumours. Diunduh tanggal 20 oktober 2014. http://www.patient.co.uk/doctor/Benign-Ovarian-Tumours.htm
Yatim, Faisal. 2008. Penyakit Kandungan. Myoma, kanker rahim/leher rahim dan indung telur, kista serta gangguan lainnya. Jakarta: Pustaka Populer Obor