Asuhan Keperawatan pada An. G dengan Gangguan
Kebutuhan Dasar Fisiologis: Cairan Dan Elektrolit
di Lingkungan VI Kelurahan Sari Rejo
Kecamatan Medan Polonia
Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
Kezia Rekha
NIM. 142500113
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
dengan judul “Asuhan Keperawatan pada An. G dengan Gangguan
Kebutuhan Dasar Fisiologis: Cairan Dan Elektrolit di Lingkungan VI
Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia”.
Karya tulis ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu
persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan,
arahan dan bimbingan dari semua pihak secara langsung maupun tidak langsung.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
2. Sri Eka Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Wakil Dekan I Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai Dosen
Pembimbing
3. Cholina Trisa Siregar, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp. KMB., selaku Wakil
Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
4. Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kep., M.Kep., Sp. Mat., selaku Wakil
Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
5. Mahnum Lailan Nasution, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Ketua
Pelaksana Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai Dosen Penguji
6. Wardiah Daulay, S.Kep., M.Kep., selaku Sekretaris Program Studi
DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
7. Seluruh Dosen dan Staf pengajar Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
8. Keluarga saya, ayahanda tercinta Drs. Juniar Hutahaean, M.Si dan
ibunda tercinta Dra. Margareta Eppang serta adik Daniel Maxwel P.
Hutahaean, Kevin Immanuel B. Hutahaean dan Sabrina Olivia
Hutahaean
9. Teman-teman seperjuangan Program Studi DIII Keperawatan stambuk
2014 terimakasih untuk kebersamaan selama menempuh pendidikan di
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran serta masukan yang membangun
dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Kiranya Karya Tulis
Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pelayanan
keperawatan kedepannya.
Medan, Juli 2017
Penulis,
Kezia Rekha
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................................................... 3
1.3 Manfaat .................................................................................................................. 4
BAB II PENGELOLAAN KASUS
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Kebutuhan
Dasar Cairan dan Elektrolit
2.1.1 Volume dan Distribusi Cairan Tubuh ............................................................ 5
2.1.2 Mekanisme Pergerakan Cairan dan Elekrolit................................................. 6
2.1.3 Pengaturan Volume Cairan Tubuh ................................................................. 6
2.1.4 Gangguan Keseimbangan Cairan: Dehidrasi ................................................. 8
2.1.5 Pengkajian ...................................................................................................... 9
2.1.6 Analisa Data ................................................................................................... 12
2.1.7 Diagnosis Keperawatan.................................................................................. 13
2.1.8 Rencana Tindakan Keperawatan .................................................................... 14
2.2 Asuhan Keperawatan Kasus
2.2.1 Pengkajian ...................................................................................................... 21
2.2.2 Analisa Data ................................................................................................... 30
2.2.3 Rumusan Masalah .......................................................................................... 31
2.2.4 Perencanaan Keperawatan ............................................................................. 32
2.2.5 Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan ........................................................ 35
Universitas Sumatera Utara
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 40
3.2 Saran ......................................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis,
yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.
Besarnya kebutuhan dasar yang terpenuhi menentukan tingkat kesehatan dan
posisi pada rentang sehat-sakit (Potter & Perry, 2005).
Menurut Abraham Maslow dalam teorinya tentang kebutuhan dasar
manusia, bahwa kebutuhan dasar manusia tersusun dalam bentuk hirarki atau
berjenjang. Setiap jenjang kebutuhan dapat dipenuhi hanya kalau jenjang
sebelumnya telah (relatif) terpuaskan. Kebutuhan dasar tersebut adalah kebutuhan
fisiologis (physiological needs), kebutuhan keamanan (safety needs), kebutuhan
rasa cinta, dimiliki dan memiliki (belonging and love needs), kebutuhan harga diri
(self esteem needs), kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs). Individu
harus memenuhi kebutuhan terbawah dalam hierarki tersebut sebelum berupaya
memenuhi kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi (Maslow, 1970). Individu
harus memenuhi kebutuhan pada tingkat dasar yaitu kebutuhan fisiologis, yang
meliputi kebutuhan oksigen, cairan, nutrisi, temperatur, eliminasi, tempat tinggal,
istirahat dan seks, untuk dapat bertahan hidup (Potter & Perry, 2005).
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara
fisiologis (physiological needs). Kebutuhan ini memiliki proporsi besar dalam
bagian tubuh dengan hampir 90% dari total berat badan. Cairan tubuh ini sangat
penting perannya dalam menjaga keseimbangan (Homeostasis) proses kehidupan.
Peranan tersebut dikarenakan air memiliki karakteristik fisiologis (Asmadi, 2008).
Cairan dalam tubuh manusia normalnya adalah seimbang antara asupan
(input) dan haluaran (output). Jumlah asupan cairan harus sama dengan jumlah
cairan yang dikeluarkan dari tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh
maka tubuh akan kehilangan cairan antara lain melalui proses penguapan ekspirasi
penguapan kulit, ginjal (urine), ekskresi pada proses metabolisme (defekasi)
(Rosdahl dkk, 2014).
Universitas Sumatera Utara
Dalam tubuh, fungsi sel bergantung pada keseimbangan cairan dan
elektrolit. Keseimbangan ini diurus oleh banyak mekanisme fisiologik yang
terdapat dalam tubuh sendiri. Perubahan sedikit pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tidak akan memberikan dampak bagi tubuh. Akan tetapi, jika terjadi
ketidakseimbangan antara asupan dan haluaran, tentunya akan menimbulkan
dampak bagi tubuh manusia. Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
berarti dari air tubuh total dan elektolit kedalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu sama lainnya, jika
salah satu terganggu maka akan berpengaruh dengan lainnya. Pada bayi dan anak
sering terjadi gangguan keseimbangan tersebut yang biasanya disertai perubahan
Ph cairan tubuh. Hal itu dikarenakan anak mempunyai risiko tinggi untuk
terjadinya dehidrasi. Ada banyak alasan untuk hal ini, salah satunya dikarenakan
anak-anak mempunyai insiden yang cukup tinggi pada gangguan sistem
gastrointestinal, terutama diare (Sodikin, 2011).
Pada anak yang mengalami diare, akan terjadi ketidakseimbangan asupan
dan haluaran cairan. Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara
berlebihan yang terjadi karena frekuensi tiga kali atau lebih buang air besar
dengan konsistensi feses yang encer atau cair, dapat berwarna hijau atau dapat
pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Dasar dari semua diare adalah
gangguan transportasi larutan usus, akibat perpindahan air melalui membran usus
berlangsung secara pasif dan hal ini ditentukan oleh aliran larutan secara aktif
maupun pasif, terutama natrium klorida, dan glukosa (Behrman dkk, 2000).
Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak menderita diare setiap
tahunnya dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di negara-negara
berkembang. Di Indonesia, proporsi terbesar penderita diare pada balita adalah
kelompok umur 6 – 11 bulan yaitu sebesar 21,65%, lalu kelompok umur 12-17
bulan sebesar 14,43%, kelompok umur 24-29 bulan sebesar 12,37%, sedangkan
proporsi terkecil pada kelompok umur 54 – 59 bulan yaitu 2,06%. Penyebab
utama kematian yang disebabkan oleh diare adalah karena dehidrasi sebagai
akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses (DEPKES RI, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk menyusun
karya tulis ilmiah tentang “Asuhan Keperawatan pada An. G dengan
Gangguan Kebutuhan Dasar Fisiologis: Cairan Dan Elektrolit di
Lingkungan VI Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia”.
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan efektif pada An. G
dengan gangguan kebutuhan dasar fisiologis: cairan dan elektrolit di
Lingkungan VI Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan tahap pengkajian asuhan keperawatan pada An. G
dengan gangguan kebutuhan dasar fisiologis: cairan dan elektrolit.
b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada An. G dengan
gangguan kebutuhan dasar fisiologis: cairan dan elektrolit.
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada An. G dengan
gangguan kebutuhan dasar fisiologis: cairan dan elektrolit.
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada An. G dengan
gangguan kebutuhan dasar fisiologis: cairan dan elektrolit.
e. Mampu melakukan evaluasi pada An. G dengan gangguan kebutuhan
dasar fisiologis: cairan dan elektrolit.
Universitas Sumatera Utara
1.3 MANFAAT
1. Bagi Keluarga
Untuk menambah pengetahuan keluarga tentang perawatan pada anak
dengan prioritas masalah kebutuhan dasar cairan dan elektrolit.
2. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar cairan
dan elektrolit.
3. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai tolok ukur kemampuan mahasiswa dalam melakukan penelitian
untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa khususnya
mahasiwa DIII Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Kebutuhan Dasar
Cairan dan Elektrolit
Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan
atau homeostasis tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat
memengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh terdiri atas air yang
mengandung partikel-partikel bahan organic dan anorganik yang vital untuk
hidup. Elektrolit tubuh mengandung komponen-komponen kimiawi. Elektrolit
tubuh ada yang bermuatan positif (anion) dan bermuatan negative (kation).
Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh, termasuk fungsi
neuromuscular dan keseimbangan asam basa. Pada fungsi neuromuscular,
elektrolit memegang peranan penting terkait dengan transmisi impuls saraf
(Asmadi, 2008).
2.1.1 Volume dan Distribusi Cairan Tubuh
A. Volume cairan
Total jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira- kira 60%
dari berat badan pria dan 50% dari berat badan wanita. Jumlah volume ini
tergantung pada kandungan lemak, badan dan usia. Lemak jaringan sangat sedikit
menyimpan cairan, dimana lemak pada wanita lebih banyak daripada pria
sehingga jumlah volume cairan lebih rendah dari pria. Usia juga berpengaruh
terhadap TBW dimana makin tua usia makin sedikit kandungan airnya. Sebagai
contoh, bayi baru lahir memiliki TBW 70%-80% dari BB; usia 1 tahun 60% dari
BB; usia pubertas sampai dengan 39 tahun untuk pria 60% dari BB dan wanita
52% dari BB; usia 40-60 tahun untuk pria 55% dari BB dan wanita 47% dari BB;
sedangkan pada usia diatas 60 tahun untuk pria 52% dari BB dan wanita 46% dari
BB (Tarwoto & Wartonah, 2010).
B. Distribusi cairan
Cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen, yaitu pada
intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler (CIS) kira-kira 2/3 atau 40% dari
Universitas Sumatera Utara
BB. Ion utama di dalam CIS adalah kalium, magnesium dan fosfat (serta protein).
Sedangkan cairan ekstraseluler (CES) 20% dari BB, cairan ini terdiri atas plasma
(cairan intravascular) 5%, cairan interstisial (cairan disekitar tubuh seperti limfa)
10-15%, cairan transselular (misalnya, cairan serebrospinalis, cairan sinovial,
cairan dalam peritonium, cairan akueus dalam rongga mata, dan lain-lain) 1-3%.
Terutama karena kesulitan dalam memperoleh cairan intraseluler, maka relative
sedikit diketahui tentang pengendalian volume cairan intraseluler dalam keadaan
sehat maupun sakit, maka haruslah terdapat mekanisme tertentu yang mencegah
masuknya air secara tidak terkendali ke dalam sel dan mengakibatkan
pembengkakan sel, yang berbeda dengan sel tanaman, sel tubuh tidak dilindungi
oleh membran yang kuat (Tarwoto & Wartonah, 2010).
2.1.2 Mekanisme Pergerakan Cairan dan Elektrolit
Menurut Tarwoto & Wartonah (2010), mekanisme pergerakan cairan
tubuh melalui tiga proses, yaitu :
A. Difusi
Difusi merupakan proses perpindahan partikel cairan dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dak
elektrolit didifusikan menembus membran sel. Kecepatan difusi
dipengaruhi oleh ukuran molekul, konsentrasi larutan dan temperatur.
B. Osmosis
Osmosis merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui
membran semipermiabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke
konsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya menarik.
C. Transpor Aktif
Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi karena adanya daya
aktif dari tubuh seperti pompa jantung.
2.1.3 Pengaturan Volume Cairan Tubuh
Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari jumlah cairan yang masuk
dikurangi dengan jumlah cairan yang keluar. Catatan asupan dan haluaran yang
akurat serta berat badan harian sangat penting untuk merawat klien yang
Universitas Sumatera Utara
mengalami kekurangan atau kelebihan cairan.
A. Asupan Cairan
Asupan merujuk pada air dan cairan lain yang masuk kedalam tubuh
setiap hari. Air diperoleh dari dua sumber yaitu : asupan cairan (melalui
mulut atau metode lain seperti IV), dan sebagai hasil metabolisme
makanan. Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan
mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus dalam rangka mengatur
keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila terjadi
ketidakseimbangan volume cairan tubuh dimana asupan cairan kurang
atau adanya perdarahan, maka curah jantung akan menurun,
menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah (Alimul Hidayat,
2006).
Umur Kebutuhan Air
(Behrman dkk, 2000)
Jumlah Air dalam 24 jam ml/kg berat badan
3 hari 250-300 80-100
1 tahun 1150-1300 120-135
2 tahun 1350-1500 115-125
4 tahun 1600-1800 100-110
10 tahun 2000-2500 70-85
14 tahun 2200-2700 50-60
18 tahun 2200-2700 40-50
Dewasa 2400-2600 20-30
B. Pengeluaran Cairan
Banyak faktor memengaruhi kehilangan cairan. Individu yang sakit
membutuhkan lebih banyak cairan karena mengalami drainase berlebihan
dari luka, muntah atau perdarahan. Demam dapat menyebabkan individu
menggunakan sekitar empat kali lipat jumlah cairan yang ia biasanya ia
butuhkan. Masing-masing bentuk kehilangan cairan juga akan mengubah
konsentrasi elektrolit tubuh (Rosdahl dkk, 2014).
Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan
Universitas Sumatera Utara
pengawasan asupan dan pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan
jumlah dan kecepatan pernafasan, keringat dan diare dapat menyebabkan
kehilangan cairan secara berlebihan. Kondisi lain yang dapat
menyebabkan kehilangan cairan berlebihan adalah muntah secara terus
menerus (Alimul Hidayat, 2006).
Keseimbangan Asupan dan Haluaran Air Normal
(Rosdahl dkk, 2014)
Asupan Haluaran
Sumber Jumlah Sumber Jumlah
Cairan 1200 ml Urine 1500 ml
Makanan 1000 ml Kulit 500 ml
Metabolisme 300 ml Paru 300 ml
Feces 200 ml
Total 2500 ml Total 2500 ml
2.1.4 Gangguan Keseimbangan Cairan: Dehidrasi
Dehidrasi adalah kehilangan air dari tubuh atau jaringan atau keadaan
yang merupakan akibat kehilangan air yang abnormal. Menurut Guyton, dehidrasi
adalah hilangnya cairan dari semua pangkalan cairan tubuh. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa dehidrasi merupakan keadaan kehilangan cairan tubuh.
Pada dehidrasi, haluaran air lebih besar dibanding asupan air. Dehidrasi
dapat disebabkan oleh kehilangan natrium atau larutan elektrolit lainnya seperti
kalium. Penyebab eksternal dehidrasi meliputi pajanan sinar matahari berlebihan,
anoreksia atau bulimia menyebabkan dehidrasi. Penurunan asupan cairan, demam,
pengisapan gastrointestinal, obat tertentu dan hemoragi juga dapat menyebabkan
dehidrasi. Gangguan tertentu seperti disfungsi elektrolit dan penyakit Addison
juga dapat menyebabkan dehidrasi.
Pada tahap awal dehidrasi, individu merasa haus dan minum lebih banyak
cairan. Jika asupan cairan tidak dapat mengimbangi kehilangan cairan, dehidrasi
semakin parah. Tubuh mengompensasi dengan mengurangi haluaran urin dan
keringat.air bergerak dari kompartemen CIS ke dalam cairan intravaskular. Jika
Universitas Sumatera Utara
dehidrasi tidak segera dikoreksi, jaringan tubuh akan mongering dan mengalami
malfungsi. Sel otak paling rentan terhadap dehidrasi; salah satu tanda dehidrasi
berat adalah konfusi mental. Jika tidak ditangani segera, maka kondisi tersebut
akan berkembang menjadi koma (Guyton, 1995).
Penilaian derajat dehidrasi berdasarkan tanda dan gejala
(Mansjoer dkk, 2003)
Penilaian A B C
Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai,
tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa,
tidak haus
Haus, ingin
minum banyak
Malas minum atau
tidak bias minum
Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
lambat
Hasil
pemeriksaan
Tanpa dehidrasi Dehidrasi
ringan/sedang
Dehidrasi berat
2.1.5 Pengkajian
Untuk mengidentifikasi masalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
serta mengumpulkan data guna menyusun suatu rencana keperawatan, perawat
perlu melakukan pengkajian keperawatan. Berdasarkan Manajemen Terapi Balita
Sakit (2010), anak yang menderita diare dinilai dalam hal:
1. Berapa lama anak menderita diare
2. Adakah darah dalam tinja untuk menentukan apakah anak menderita
disentri
3. Adakah tanda-tanda dehidrasi
Klasifikasi Dehidrasi Dengan Konsep MTBS, 2010
A. Klasifikasi diare untuk dehidrasi :
1. Balita diklasifikasikan mengalami diare dehidrasi berat apabila terdapat
Universitas Sumatera Utara
dua atau lebih tanda-tanda berikut ini :
a. Letargi atau tidak sadar
b. Mata cekung
c. Tidak bisa minum atau malas minum
d. Cubitan kulit perut kembali sangat lambat
2. Balita diklasifikasikan mengalami diare dehidrasi ringan/sedang apabila
terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut ini :
a. Gelisah, rewel (mudah marah)
b. Mata cekung
c. Haus, minum dengan lahap
d. Cubitan kulit perut kembali lambat
3. Balita diklasifikasikan mengenai diare tanpa dehidrasi terdapat cukup
tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai diare dehidrasi berat atau
ringan/sedang
4. Klasifikasi diare jika 14 hari atau lebih :
a. Balita diklasifikasikan mengalami diare persisten berat apabila
terdapat gejala dehidrasi
b. Balita diklasifikasikan mengalami diare persisten apabila tanpa
gejala dehidrasi
5. Klasifikasi diare, jika ada darah dalam tinja :
Gejala/derajat Diare tanpa Diare dehidrasi Diare dehidrasi
dehidrasi dehidrasi ringan/sedang berat
Bila terdapat Dua Bila terdapat dua Bila terdapat dua
tanda atau lebih tanda atau lebih tanda atau lebih
Keadaan umum Baik, sedang Gelisah, rewel Lesu, lunglai/tidak
sadar
Mata Tidak cekung Cekung Cekung
Universitas Sumatera Utara
Keinginan Normal, tidak Ada Ingin minum Malas minum
untuk minum rasa haus terus, ada rasa
haus
Turgor Kembali segar Kembali lambat Kembali sangat
lambat
Terkait dengan gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit, maka ada
beberapa aspek yang perlu dikaji oleh perawat, antara lain:
1. Aspek biologis, seperti:
a. Usia
Usia memengaruhi distribusi cairan dan elektrolit dalam tubuh. Oleh
karena itu, pada saat mengkaji klien, perawat perlu menghitung adanya
perubahan cairan yang berhubungan dengan proses penuaan dan
perkembangan
b. Berat badan
Perlu dikaji berat badan sebelum sakit dengan berat badan saat sakit.
Pengkajian ini diperlukan untuk mengukur persentase penurunan berat
badan dalam menentukan derajat dehidrasi.
c. Riwayat kesehatan
Hal yang perlu dikaji antaraa lain riwayat penyakit atau kelainan yang
dapat menyebabkan gangguan dalam homeostasis cairan dan elektrolit.
d. Tanda vital meliputi suhu, respirasi, nadi, dan tekanan darah.
Peningkatan suhu dapat menimbulkan kehilangan cairan dan elektrolit
karena peningkatan insensible water loss (IWL). Sebaliknya, penurunan
suhu tubuh akan mengakibatkan penurunan IWL.
2. Aspek psikologis
Pada aspek psikologis ini, perlu dikaji adanya masalah-masalah perilaku atau
Universitas Sumatera Utara
emosional yang dapat meningkatkan risiko gangguan cairan dan elektrolit
(Tarwoto & Wartonah, 2010).
2.1.6. Analisa Data
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status
kesehatan pasien, kemampuan pasien mengelolah kesehatan terhadap dirinya
sendiri dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainya. Data fokus
adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon pasien terhadap kesehatan
dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang
dilaksanakan terhadap klien (Kozier, 2010).
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan
keperawatan dan kesehatan lainya. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal
dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul didapat data dasar
tentang masalah-masalah yang dihadapi klien. Selajutnya data dasar itu digunakan
untuk menetukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan,
serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien (Kozier,
2010).
Pengumpulan data dimulai sejak dilakukan pengkajian. Tujuan
pengumpulan data adalah untuk memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan
klien, membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah
berikutnya. Tipe data terbagi dua, yaitu data subjektif dan data objektif. Data
subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap
suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat,
mencakup persepsi, perasaan, ide klien terhadap status kesehatan lainya.
Sedangkan data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat
diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, sentuh/ raba) selama
pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, berat
badan dan tingkat kesadaran.
Dalam menganalisa data yang sistematik diperlukan 3 komponen yaitu
masalah (problem), penyebab (etiology), dan tanda dan gejala (symptom). Data
yang sudah dikumpulkan dikelompokkan menurut tipe data, yaitu data subjektif
Universitas Sumatera Utara
dan data objektif. Setelah data terbagi, data perlu disertakan dengan tanda dan
gejala untuk lebih memperkuat data. Selama dan setelah pengumpulan data, data
tersebut akan diperiksa kembali untuk menentukan relevansinya dengan masalah
klien dan hubungannya dengan potongan informasi lain. Melalui analisis data
yang sistematif, maka akan didapatkan mengenai masalah kesehatan klien.
Dari masalah kesehatan tersebut maka akan didapatkan diagnosa
keperawatan yang sesuai dengan masalah kesehatan klien. Setelah diagnosa
keperawatan ditegakkan maka langkah selanjutnya adalah merencanakan asuhan
keperawatan klien berdasarkan masalah atau diagnosis yang telah di identifikasi.
2.1.7. Diagnosis Keperawatan
Kekurangan Volume Cairan (Nanda International, 2012-2014)
A. Defenisi : Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan atau
intraselular. Ini mengarah ke dehidrasi, kehilangan cairan dengan
pengeluaran sodium.
B. Kemungkinan berhubungan dengan :
1. Kehilangan cairan secara berlebihan
2. Berkeringat secara berlebihan
3. Menurunnya intake oral
4. Penggunaan diueretik
5. Pendarahan
6. Kemungkinan data yang ditemukan :
7. Hipotensi
8. Takikardia
9. Pucat
10. Kelemahan
11. Konsentrasi urin pekat
C. Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :
1. Penyakit Addison
2. Koma
3. Ketoasidosis para diabetik
4. Anoreksia nervosa
Universitas Sumatera Utara
5. Pendarahan gastrointestinal
6. Muntah, diare
7. Intake cairan tidak adekuat
8. AIDS
9. Ulcer kolon
D. Tujuan yang diharapkan :
1. Mempertahankan keseimbangan cairan
2. Menunjukan adanya keseimbangan cairan seperti output urin adekuat,
tekanan darah stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik
3. Secara verbal pasien mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat
teratasi
2.1.8. Rencana Tindakan Keperawatan
Terapi Dehidrasi Dengan Konsep MTBS (2010) A. Rencana terapi A : penanganan diare di rumah :
a. Pengertian dan hal-hal berkaitan dengan rencana terapi A :
Terapi A, yaitu terapi di rumah untuk mencegah dehidrasi dan malnutrisi,
dimana anak yang tanpa tanda gejala dehidrasi membutuhkan ekstra
cairan air dan elektrolit yang hilang selama diare.
b. Cairan yang biasa diberikan dalam pengobatan ini :
1) Cairan yang bisa diberikan, yaitu cairan dehidrasi oral dari gula dan
garam, sayuran dan sop ayam yang mengandung garam
2) Cairan yang diberikan kapada anak sebanyak anak mau sampai diare
berhenti, atau :
a) Anak < 2 tahun, sebanyak 50 – 100 ml
b) Anak 2 – 10 tahun, sebanyak 100 – 200 ml
c) Anak > 10 tahun, diberikan cairan sebanyak anak mau
Universitas Sumatera Utara
c. Dalam hal ini, yang paling utama ditekankan pada rencana terapi A ini
adalah menjelaskan kepada ibu mengenai empat aturan perawatan di
rumah sakit, berikut ini :
a. Pemberian cairan tambahan
Dalam rencana terapi pemberian cairan tambahan sebanyak anak
mau ini, perlu dilakukan hal-hal berikut ini :
1) Berikan penjelasan kepada ibu, hal-hal berikut ini :
a) Untuk menberikan ASI lebih sering dan lebih lama pada
setiap kali pemberian
b) Untuk memberikan oralit atau matang sebagai tambahan,
apabila anak memperoleh ASI tambahan
c) Untuk memperoleh susu cairan atau lebih, apabila anak
tidak memperoleh ASI eksklusif. (cairan-cairan tersebut,
misalnya oralit, cairan makanan, atau air matang)
d) Jelaskan juga kepada ibu bahwa anak harus diberikan
larutan oralit di rumah, apabila :
a) Anak telah diberikan pengobatan dengan rencana terapi B
atau C dalam kunjungan ini
b) Anak tidak dapat kembali ke klinik apabila diare pada anak
bertambah parah
e) Ajarkan kepada ibu tentang cara mencampur dan
memberikan oralit serta berikan ibu 6 bungkus oralit (200
ml) untuk digunakan di rumah
f) Tunjukan kepada ibu tentang berapa banyak oralit/cairan
lain yang harus diberikan setiap kali anak buang air besar
Universitas Sumatera Utara
g) Untuk anak umur sampai 1 tahun, banyaknya oralit/cairan
lain yang harus diberikan adalah 60 sampai 100 ml setiap
kali anak buang air besar (berak)
h) Untuk anak umur 1 sampai 5 tahun, banyaknya oralit/cairan
lain yang harus diberikan adalah 100 sampai 200 ml setiap
kali anak buang air besar
2) Jelaskan kembali atau katakan kepada ibu mengenai hal-hal
berikut ini :
a. Apabila anak yang diberikan minuman muntah, tunggu
sebentar yaitu sekitar 10 menit. Kemudian, lanjutkan lagi
pemberian minum lebih lambat
b. Untuk melanjutkan pemberian cairan tambahan sampai
diare berhenti.
1) Pemberian tablet zinc selama 10 hari
2) Melanjutkan pemberian makan
3) Penjelasan kapan harus kembali
B. Terapi B : penanganan dehidrasi ringan/sedang dengan oralit
1. Rencana terapi B, yaitu terapi dehidrasi oral untuk anak dehidrasi sedang
adalah dengan pemberian CRO (cairan oralit)
2. Hal yang paling utama ditekankan pada rencana terapi B ini, antara lain:
a. Pemberian oralit di klinik sesuai yang dianjurkan selama 3 hari,
antara lain :
a) Anak umur ≤ 4 bulan dan berat badan < 6 kg, cairan oralit yang
diberikan sebanyak 200-400 ml
b) Anak umur 4-12 bulan dan berat badan 6-10 kg, cairan oralit
Universitas Sumatera Utara
yang diberikan sebanyak 400-700 ml
c) Anak umur 1-2 tahun dan berat badan 10-12 kg, cairan oralit
yang diberikan sebanyak 700-900 ml
d) Anak umur 2-5 tahun dan berat badan 12-19 kg, cairan oralit
yang diberikan sebanyak 900-1400 ml
b. Penentuan jumlah oralit untuk 3 jam pertama :
Ketentuan :
1) Jumlah oralit yang diperlukan dihitung dengan rumus: berat
badan (dalam kg) x 75 ml
2) Penggunaan umur digunakan hanya apabila berat badan anak
tidak diketahui
c. Jumlah oralit dapat diberikan lebih banyak dari pedoman yang
ditentukan di atas, apabila anak masih menginginkannya :
Selama periode ini, dapat diberikan juga 100-200 ml air matang pada
anak yang berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu ASI
d. Penjelasan kepada ibu cara pemberian larutan oralit :
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu ditunjukan pada ibu
Dalam memberikan larutan oralit :
1) Larutan oralit dapat diminumkan sedikit demi sedikit tetapi
sering dengan menggunakan cangkir atau gelas
2) Apabila anak muntah, pemberian larutan oralit dapat ditunggu
sebentar, yaitu selama 19 menit, untuk selanjutnya dapat
diberikan kembali dengan lebih lambat
3) ASI dapat diberikan selama anak mau
e. Pemberian tablet zinc
Universitas Sumatera Utara
f. Penanganan selama 3 jam :
1. Lakukan penilaian ulang dan klasifikasikan kembali derajat
dehidrasi pada anak
2. Setelah itu, pilih rencana terapi yang sesuai dengan penilaian
dan klasifikasi tadi untuk melanjutkan pengobatan
3. Selanjutnya, anak bisa mulai diberikan makan
g. Penanganan apabila ibu memaksa pulang sebelum pengobatan
selesai :
1. Peragakan atau tunjukan kepada ibu cara menyiapkan cairan
oralit di rumah
2. Peragakan atau tunjukan kepada ibu banyaknya oralit yang
harus diberikan kepada anak di rumah untuk menyelesaikan 3
jam pengobatan
3. Untuk mencukupi kebutuhan rehidrasi, maka berikan oralit yang
cukup dengan menambahkan 6 bungkus lagi sesuai anjuran pada
rencana terapi A
4. Empat aturan perawatan di rumah berikut ini seperti yang
terdapat pada rencana terapi A, perlu dijelaskan kembali :
a) Pemberian cairan tambahan
b) Melanjutkan pemberian tablet zinc sampai 10 hari
c) Memberikan pemberian makanan
d) Memberitahukan kapan harus kembali
C. Rencana terapi C: penanganan dehidrasi berat dan cepat :
a. Terapi C adalah pengobatan untuk pasien dengan dehidrasi berat, dengan
Universitas Sumatera Utara
pemberian cairan rehidrasi intravena secara cepat
b. Hal yang paling utama ditekankan pada rencana terapi C ini, antara lain:
a. Lakukan pemberian cairan intravena secepatnya
b. Pada anak yang bisa minum, sementara mempersiapkan infus
berikan oralit melalui minum
c. Cairan infus yang diberikan yaitu cairan ringer laktat (apabila tidak
tersedia, bisa diberikan cairan NaCl) dengan pemberian 100 ml/kg,
dengan pembagian sebagai berikut :
1) Untuk bayi dibawah 12 bulan, diberikan cairan cairan sebanyak:
a) 30 ml/kg selama 1 jam (ulangi sekali lagi apabila denyut nadi
sangat lemah atau tidak teraba)
b) 70 ml/kg selama 5 jam
2) Untuk anak usia 12 bulan sampai 5 tahun, diberikan cairan
sebanyak:
a) 30 ml/kg selama 30 menit (ulangi sekali lagi apabila denyut
nadi sangat lemah atau tidak teraba)
b) 70 ml/kg selama 2 1/2 jam
3) Lakukan pemeriksaan kembali pada anak setiap 15-30 menit :
a) Segera setelah anak minum, berikan oralit (dengan
dosis/takaran kira-kira 5 ml/kg/jam
b) Oralit ini bisa diberikan pada bayi sesudah 3-4 jam dan pada
anak sesudah 1-2 jam
c) Disamping oralit, juga perlu diberikan tablet zinc
4) Lakukan pemeriksaan kembali, yaitu sesudah 6 jam pada bayi dan
sesudah 3 jam pada anak
Universitas Sumatera Utara
5) Dalam hal ini dilakukan klasifikasi dehidrasi
6) Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai untuk meneruskan
pengobatan
Universitas Sumatera Utara
2.2 Asuhan Keperawatan Kasus
2.2.1 Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI LINGKUNGAN VI KELURAHAN SARI REJO KEC. MEDAN POLONIA
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. G
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 2 Tahun
Agama : Kristen Protestan
Suku : Batak Toba
Alamat : Jalan Pipa 4 Lingkungan VI
Kelurahan Sari Rejo
Kecamatan Medan Polonia
Tempat, Tgl lahir : Medan, 09 April 2015
Tanggal Pengkajian : 22 Mei 2017
Diagnosa Keperawatan : Kekurangan Volume Cairan
IDENTITAS ORANGTUA
1. IBU
Nama : Ny. M
Umur : 28 Tahun
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jalan Pipa 4 Lingkungan VI
Kelurahan Sari Rejo
Kecamatan Medan Polonia
2.AYAH
Nama : Tn. B
Umur : 30 Tahun
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jalan Pipa 4 Lingkungan VI
Kelurahan Sari Rejo
Kecamatan Medan Polonia
Universitas Sumatera Utara
II. KELUHAN UTAMA
1. BAB lebih dari 4 ×/hari dengan konsitensi cairan lebih banyak dari ampas,
sudah dialami sejak 1 hari yang lalu
2. Muntah sejak kemarin malam sebanyak 2 kali
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocatif /palliative
1. Apa penyebabnya:
Anak mengalami diare karena diberi makan ikan mas arsik oleh
ayahnya, diduga makanannya kurang terjaga kebersihannya dan
perut anak belum terbiasa dengan bumbu makanan tersebut
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan:
Ibunya menghentikan pemberian makanan yang keras dan diganti
dengan bubur.
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan:
Anak rewel dan gelisah
2. Bagaimana dilihat:
Anak selalu menangis, mukosa bibir kering, badan semakin
kurus, kulit kering, turgor kulit kembali lambat
Universitas Sumatera Utara
C. Region
1. Dimana lokasinya:
Hanya daerah abdomen.
2. Apakah menyebar:
Tidak menyebar
D. Severity
Anak terlihat lemah dan tidak aktif beraktivitas
E. Time
Hal ini dialami anak sejak 1 hari yang lalu
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami
Anak pertama kali mengalami penyakit demam setelah mendapat
imunisasi DPT
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Pengobatan yang dilakukan oleh keluarga tidak ada hanya memberikan
ASI
C. Pernah dirawat/dioperasi
Anak tidak pernah dirawat dan tidak pernah mengalami operasi.
D. Lama dirawat
Anak tidak pernah di rawat di rumah sakit.
E. Alergi
Anak tidak ada mengalami alergi karena obat maupun makanan.
Universitas Sumatera Utara
F. Imunisasi
No. Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi
1 BCG 1x -
2 DPT 3x Demam
3 POLIO 4x -
4 CAMPAK - -
5 HEPATITIS B 3x -
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang tua
Ayah An. G pernah dirawat di Rumah Sakit Mitra Sejati karena sakit
hipertensi. Ibu An. G memiliki riwayat sakit anemia dan tekanan darah
rendah
B. Saudara kandung
Kakak An.G, 4 tahun, pernah dirawat di Rumah Sakit Boloni karena
mengalami demam tinggi sampai 42°C
C. Penyakit keturunan yang ada
Riwayat penyakit hipertensi dan jantung
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Anggota kelurga pasien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa
E. Anggota keluarga yang meninggal
Anggota keluarga pasien ada yang meninggal yaitu kakek An. G
F. Penyebab meninggal
Meninggal dunia karena riwayat penyakit jantung
Universitas Sumatera Utara
G. Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentang penyakit
Persepsi orangtua tentang penyakit saat ini adalah diare itu penyakit biasa
yang dialami oleh anak-anak
B. Keadaan emosi
Anak mudah menangis dan gelisah saat perutnya sakit
C. Hubungan sosial
1. Orang yang berarti: orangtua
2. Hubungan dengan keluarga: klien sebagai anak dikeluarga
3. Hubungan dengan orang lain: hubungan dengan orang lain sebagai
tetangga di lingkungan
Universitas Sumatera Utara
4. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: An. G sudah bisa
bersosialisasi kepada teman di lingkungannya dan bisa mengikuti
aktivitas dan kegiatan dilingkungannya dalam dampingan orangtua
D. Spiritual
Nilai dan keyakinan: klien mengikuti dan menaati nilai sesuai keyakinan dan
peraturan yang ada ditengah-tengah keluarga klien. Dan itu masih di lakukan
oleh kedua orang tuanya karena klien masih belum bisa melakukan peraturan
yang ada di keyakinannya. Kegiatan ibadah: klien sudah diperkenalkan
dengan kegiatan ibadah sekolah minggu di gereja dengan didampingi oleh
orangtua
VII. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
Anak terlihat lemas, gelisah, rewel dan berat badan semakin menurun
B. Tanda-tanda vital
1. Suhu tubuh : 37,1 ºC
2. Pernafasan : 23×/menit
3. Nadi : 108×/menit
4. TB : 79,7 cm
5. BB : 9,8 kg
C. Pemeriksaan Head to toe
1. Kepala dan rambut
a. Bentuk : bentuk oval, tidak ada massa atau benjolan
b. Ubun-ubun : ubun-ubun sudah menutup
c. Kulit kepala : kulit kepala bersih, tidak ada lesi
Universitas Sumatera Utara
2. Rambut
a. Penyebaran dan keadaan rambut: rambut anak tipis dan hitam,
rambut lurus
b. Bau : tidak ada bau dari rambut
3. Wajah
a. Warna Kulit : warna kulit putih pucat
b. Struktur wajah : struktur wajah oval
4. Mata
a. Kelengkapan dan kesimetrisan: mata lengkap dan simetris
b. Mata: cekung
c. Konjungtiva : anemis
d. Pupil : isokor
5. Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi: lengkap dan simetris
b. Lubang hidung: simetris dan bersih tidak ada sinusitis
c. Cuping hidung: tidak ada pernafasan cuping hidung
6. Telinga
a. Bentuk telinga: bentuk telinga normal, simetris antara telinga
kanan dan kiri
b. Ukuran telinga: ukuran telinga kanan dan kiri sama besar
c. Lubang telinga: kedua lubang telinga pasien bersih
d. Ketajaman pendengaran: anak dapat mendengar suara dengan
baik
Universitas Sumatera Utara
7. Mulut dan faring
a. Keadaan bibir : mukosa bibir kering
b. Keadaan gusi dan gigi : gusi bersih
c. Keadaan lidah : bersih dan tidak ada putih-putih karena ASI
8. Leher
a. Posisi trachea: posisi trakea berada di tengah
b. Suara: anak sudah bisa mengucapkan namanya dengan jelas
c. Denyut nadi karotis : dapat teraba dengan jelas
d. Kelenjar limfe: tidak ada pembengkakan kelenjar limfe
e. Tyroid: tidak ditemukan adanya pembengkakan thyroid
9. Pemeriksaan integumen
a. Kebersihan : kulit bersih
b. Kehangatan : suhu tubuh normal
c. Turgor : kering, bila dicubit kulit kembalinya lambat > 2 detik
10. Pemeriksaan paru
a. Palpasi getaran suaran: tidak ada suara tambahan
b. Perkusi : resonan diseluruh lapang paru
c. Auskultasi : bunyi nafas bronkovesikuler pada daerah bronkus
11. Pemeriksaan abdomen
a. Inspeksi : tidak ada benjolan atau massa pada abdomen
b. Auskultasi: bising usus 20x/menit
c. Palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, lien): tidak
ada nyeri tekan pada semua kuadran abdomen
d. Perkusi : perut kembung
Universitas Sumatera Utara
12. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
a. genitalia (rambut pubis, lubang uretra): lubang uretra ada
b. anus dan perineum (lubang anus, kelainan pada anus, perineum):
ada lubang anus, perineum bersih
VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
1. Pola makan dan minum
a. Frekuensi makan/ hari: makan 3×/hari
b. Nafsu/selera makan: kurang selera makan saat sakit
c. Mual dan muntah: anak ada muntah 2x
d. Waktu pemberian makan: 08.00 pagi, 12.30 siang, 19.00 malam
e. Jumlah dan jenis makan : nasi halus, sayur dan lauk untuk satu
kali porsi makan
f. Waktu pemberian minum : saat anak haus
2. Perawatan diri/ personal hygiene
a. Kebersihan tubuh: anak masih didampingi orangtua saat mandi
b. Kebersihan gigi dan mulut : gigi tidak ada yang berlubang, anak
sikat gigi 3x sehari
c. Kebersihan kuku kaki dan tangan : kuku anak tidak panjang dan
bersih, biasanya kuku dipotong 1x seminggu
3. Pola kegiatan/aktivitas
a. anak biasanya menonton kartun di televisi di pagi hari
b. tidur siang pada pukul 13.00-15.00
c. mandi sore pada pukul 17.00
d. bermain dengan teman-teman di lingkunganya bersama
kakaknya
Universitas Sumatera Utara
4. Pola eliminasi
1. BAB
a. Pola BAB : 4x/hari
b. Karakter feses : bau khas, konsistensi encer
2. BAK.
a. Pola BAK : 4-5x/hari
b. Karakter urin : warna kuning terang
2.2.2 Analisa Masalah
No Data Etiologi Masalah
1 Data Subjektif :
Ny. M mengatakan
bahwa An. G BAB
lebih dari 4x/hari
dengan konsistensi
cair dan muntah
kemarin malam
sebanyak 2 kali
Ny. M mengatakan
bahwa 2 hari yang
lalu anak makan ikan
arsik yang dibawa
oleh ayahnya
Data Objektif :
Turgor kulit kembali
lambat >2 detik
Mata cekung
Mukosa bibir kering
Warna urin kuning
terang
Peristaltik usus
20x/menit
Tanda-tanda vital :
RR : 23x/menit
Nadi : 108x/menit
Suhu : 37,1°C
Makanan
terkontaminasi
Peradangan
saluran cerna
Tekanan osmotic
dalam usus
meningkat
Hiperperistaltik
Sari makanan
sulit diserap
Air dan garam
mineral terbawa
ke usus
Pengeluaran yang
berlebihan
Dehidrasi ringan
Kekurangan
volume cairan
Kekurangan
Volume
Cairan
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Rumusan Masalah
a. Masalah Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan
b. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan pengeluaran cairan
berlebih melalui feses
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan masukan yang tidak adekuat
2 Data Subjektif :
Ny. M mengatakan
bahwa An. G kurang
nafsu makan sejak
sakit
Ny. M mengatakan
An. G kebanyakan
hanya minum teh
manis saja
Data Objektif :
Berat badan 9,8 kg
(sebelum diare, berat
badan An. G 10,5
kg)
Konjungtiva anemis
Badan An. G tampak
kurus
Perut kembung
Diare
Distensi abdomen
Mual, muntah
Nafsu makan
menurun
Berat badan
menurun
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
Nutrisi
Kurang dari
Kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Kriteria
Hasil
Rencana
Tindakan
Rasional
Kekurangan
cairan tubuh
berhubungan
dengan
pengeluaran
cairan
berlebih
melalui feses
1. Mencegah
dan
meringankan
diare
2. Meningka-
tkan keseim-
bangan cairan
dan elektrolit,
dan mence-
gah kompli-
kasi yang
diakibatkan
oleh kadar
cairan dan
serum
elektrolit
yang
abnormal
atau tidak
diharapkan
3. Memperta-
hankan integ-
ritas kulit dan
membran
mukosa agar
tetap lembab
1. Tinja
lunak dan
berbentuk
2. Membran
mukosa
lembab
3. Mata
tidak
cekung
4. Elastis-
itas turgor
kulit baik
5. Tidak ada
rasa haus
berlebihan
6. Tidak
terjadi
demam
1. Kaji tanda-
tanda vital,
turgor kulit,
membran
mukosa dan
status mental
2. Kaji abdomen
(inspeksi,
palpasi, perkusi
dan auskultasi)
3. Kenali
penyebab diare
(misal,
makanan, hewan
peliharaan,
bakteri)
4. Berikan
cairan terapi
larutan rehidrasi
oral (oralit)
5. Pertahankan
intake cairan,
sedikit tapi
sering
6. Catat intake
dan output
7. Ajarkan dan
instruksikan
keluarga untuk
mencatat warna,
volume,
frekuensi dan konsistensi feses
1. Untuk
mengetahui
keadaan umum
dan tanda
dehidrasi
2. Untuk
mengetahui
keadaan sistem
gastrointestinal
3. Untuk
memberikan
penanganan
medikasi yang
tepat
4. Untuk
mengganti
cairan tubuh
5. Mencegah
dehidrasi
berulang
6. Untuk
mengevaluasi
keefektifan
intervensi
7. Untuk
mendapatkan
data yang akurat
Universitas Sumatera Utara
8. Ajarkan
keluarga untuk
membuat larutan
rehidrasi oral
9. Berikan
pendidikan
kesehatan pada
keluarga tentang
diare dan
perilaku hidup
bersih dan sehat
8. Untuk
mempertahanka
n terapi cairan
9. Untuk
menambah
pengetahuan
Perubahan
nutrisi:
kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
masukan
yang tidak
adekuat
1. Meningka-
tkan nutrisi
yang tersedia
untuk
memenuhi
kebutuhan
metabolism
tubuh
2. Memperta-
hankan status
nutrisi yang
adekuat
1. Adanya
peningkatan
berat badan
sesuai
dengan
berat badan
ideal
2. Tidak ada
tanda-tanda
malnutrisi
3. Tidak ada
mual,
muntah
1. Kaji alergi
makanan
2. Observasi dan
catat respon
terhadap
pemberian
makanan
3. Pantau asupan
nutrisi (jumlah,
jenis dan pola
makan)
4. Beri makanan
dalam porsi
sedikit tapi
sering, suapi
jika perlu
5. Manajemen
nutrisi: berikan
makanan bergizi
tinggi protein
dan tinggi
kalori. Hindari
pemberian
pisang, beras,
apel, roti dan teh
karena terlalu
tinggi
karbohidrat dan
1. Untuk
mengkaji
toleransi
pemberian
makanan
2. Sebagai tolak
ukur pemberian
terapi
selanjutnya
3. Mempertaha-
nkan intake
yang adekuat
4. Mencegah
timbul rasa mual
akibat perut
terlalu penuh
5. Diet yang
tepat penting
untuk
mempertahanka
n kadar nutrisi
dalam tubuh
Universitas Sumatera Utara
rendah elektrolit
6. Tentukan
kemampuan
keluarga untuk
memenuhi
kebutuhan
nutrisi
7. Timbang
berat badan anak
tiap hari
8. Berikan
pendidikan
kesehatan pada
keluarga tentang
pemberian diet
pada anak yang
mengalami diare
dan tentang gizi
seimbang pada
anak
6. Meningkatkan
kepatuhan
terhadap
program
terapeutik
7. Mengawasi
penurunan berat
badan
8. Untuk
mencegah salah
pemberian
makanan pada
anak
Universitas Sumatera Utara
2.2.5 Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan
Hari/
Tanggal
No.
Dx
Implementasi Keperawatan Evaluasi
(SOAP)
Senin,
22 Mei
2017
1 1. Mengkaji tanda-tanda vital
(suhu, nadi dan
pernafasan), turgor kulit
dan membran mukosa
2. Melakukan pengkajian
abdomen dengan inspeksi,
palpasi, perkusi dan
auskultasi)
3. Mengobservasi penyebab
diare pada An. G
4. Menginstruksikan ibu
untuk mencatat warna,
volume, frekuensi dan
konsistensi feses An. G 5. Mengajarkan ibu untuk
membuat larutan rehidrasi
oral
6. Menganjurkan ibu untuk
mempertahankan
pemberian cairan, sedikit
tapi sering (Intake : 1300
ml)
air putih : 500 ml
larutan rehidrasi : 500 ml
susu formula : 300 ml
S :
Ny. M mengatakan bahwa
sehari yang lalu anak
sudah BAB lebih dari
4x/hari dengan konsistensi
feses encer, Ny. M
menduga hal tersebut
terjadi karena An. G diberi
makan dengan lauk ikan
arsik oleh bapaknya
O :
An. G tampak lemas
Suhu : 37,1°C Nadi : 108x/menit
Pernafasan : 23x/menit
Turgor kulit kembali > 2
detik
Mata cekung
Mukosa bibir kering
Peristaltik usus 20x/menit
Perut kembung
A :
Ny. M sudah paham dan
mampu membuat larutan
rehidrasi oral secara
mandiri
P: Intervensi dilanjutkan
1. Meningkatkan
pemberian cairan
Intake : 1300 ml
air putih : 500 ml
larutan rehidrasi :
500 ml
susu formula : 300
ml
2. Mencatat intake
dan output
2 1. Mengkaji ada tidaknya
alergi makanan, mual dan
muntah, serta respon
lainnya saat pemberian
S :
Ny. M mengatakan An. G
tidak ada alergi makanan
Ny. M mengatakan An. G
Universitas Sumatera Utara
makanan pada An. G
2. Memantau asupan nutrisi
pada An. G (jumlah, jenis
dan pola makan)
3. Menimbang berat badan
An. G
4. Menjelaskan pada
keluarga tentang
pemberian diet pada anak
yang mengalami diare
tidak selera makan
Ny. M mengatakan bahwa
semalam An. G ada
muntah sebanyak 2 kali
O :
Suhu : 37,1°C
Nadi : 108x/menit
Pernafasan : 23x/menit
Berat badan : 9,8 kg
Konjungtiva anemis
Badan An. G tampak
kurus
Perut kembung
Pola makan 3x/hari
Asupan nutrisi An. G
dalam satu kali porsi
makan:
1. Bubur halus
2. Telur mata sapi
3. Kuah sop
A :
Ny. M sudah mengetahui
diet pada anak yang
mengalami diare
Sudah ada daftar makanan
yang akan diberikan pada
An. G
P : Intervensi dilanjutkan :
1. Mengkaji respon
saat pemberian
makanan
2. Menimbang berat
badan An. G
3. Memantau asupan
nutrisi An. G
Selasa,
23 Mei
2017
1 1. Mengkaji tanda-tanda vital
(suhu, nadi, dan
pernafasan), turgor kulit
dan membran mukosa
2. Melakukan auskultasi
abdomen untuk
mengetahui peristaltik
usus
3. Mencatat intake (jumlah
dan jenis) dan output
S :
Ny. M mengatakan bahwa
semalam anak sudah BAB
4 kali dengan konsistensi
feses encer dan 1 kali
BAB di pagi ini
O :
Suhu : 37,6°C
Nadi : 113x/menit
Universitas Sumatera Utara
(warna, volume, frekuensi
dan konsistensi)
4. Menganjurkan ibu untuk
mempertahankan
pemberian cairan, sedikit
tapi sering
5. Menjelaskan pada
keluarga tentang diare dan
perilaku hidup bersih dan
sehat
Pernafasan : 25x/menit
Turgor kulit kembali < 2
detik
Mukosa bibir lembab
Peristaltik usus 18x/menit
Perut kembung
Intake : 1300 ml
air putih : 500 ml
larutan rehidrasi : 500 ml
susu formula : 300 ml
Output : 500 ml (urin) dan
±550 ml (feses)
A :
Ny. M sudah paham
penjelasan tentang diare
dan perilaku hidup bersih
dan sehat
Ny. M mampu menjawab
pertanyaan materi tentang
diare dan perilaku hidup
bersih dan sehat
P: Intervensi dilanjutkan
1. Mempertahankan
pemberian cairan
2. Mencatat intake
dan output
2 1. Mengkaji ada tidaknya
mual, muntah dan respon
lainnya saat pemberian
makanan pada An. G
2. Mencatat dan memantau
asupan nutrisi pada An. G
(jumlah, jenis dan pola
makan)
3. Menjelaskan kepada ibu
untuk memberi makan
anak sedikit tapi sering
4. Menimbang berat badan
An. G
5. Menjelaskan pada
keluarga tentang gizi
seimbang pada anak
S :
Ny. M mengatakan An. G
tidak ada mual muntah
lagi
Ny. M mengatakan An. G
sudah ada selera makan
sedikit
O :
Suhu : 37,6°C
Nadi : 113x/menit
Pernafasan : 25x/menit
Berat badan : 10 kg
Badan An. G tampak
kurus
Perut kembung
Pola makan 6x/hari
Asupan nutrisi An. G
dalam satu kali porsi
makan:
Universitas Sumatera Utara
1. Bubur setengah
padat dengan
cacahan wortel dan
kentang
2. Ikan kuah kuning
A :
Ny. M sudah memahami
materi tentang gizi pada
anak dan mampu
menjawab pertanyaan
mengenai materi tersebut
Ny. M sudah menerapkan
arahan memberi makanan
sedikit tapi sering
P : Intervensi dilanjutkan :
1. Mengkaji respon
saat pemberian
makanan
2. Menimbang berat
badan An. G
3. Memantau asupan
nutrisi An. G
Rabu,
24 Mei
2017
1 1. Mengkaji tanda-tanda vital
(suhu, nadi, dan
pernafasan), turgor kulit
dan membran mukosa
2. Melakukan auskultasi
abdomen untuk
mengetahui peristaltik
usus
3. Mencatat intake (jumlah
dan jenis) dan output
(warna, volume, frekuensi
dan konsistensi)
4. Menganjurkan ibu untuk
mempertahankan
pemberian cairan, sedikit
tapi sering
S :
Ny. M mengatakan bahwa
semalam anak sudah BAB
3 kali dengan konsistensi
feses lunak dan 1 kali
BAB di pagi ini
Ny. M mengatakan anak
sudah aktif kembali dan
sudah mau bermain
O :
Suhu : 37,5°C
Nadi : 123x/menit
Pernafasan : 27x/menit
Turgor kulit kembali < 1
detik
Mukosa bibir lembab
Peristaltik usus 15x/menit
Perkusi abdomen : timpani
Intake : 1300 ml
air putih : 500 ml
larutan rehidrasi : 500 ml
susu formula : 300 ml
Output : ±500 ml (urin
Universitas Sumatera Utara
dan feses)
A : masalah sudah teratasi
P: Intervensi dihentikan
2 1. Mengkaji ada tidaknya
mual, muntah dan respon
lainnya saat pemberian
makanan pada An. G
2. Mencatat dan memantau
asupan nutrisi pada An. G
(jumlah, jenis dan pola
makan)
3. Menjelaskan kepada ibu
untuk memberi makan
anak sedikit tapi sering
4. Menimbang berat badan
An. G
S :
Ny. M mengatakan An. G
tidak ada mual muntah
lagi
Ny. M mengatakan An. G
sudah makan bias makan
seperti biasa
O :
Suhu : 37,5°C
Nadi : 123x/menit
Pernafasan : 27x/menit
Berat badan : 10,2 kg
Badan An. G tampak
kurus
Pola makan 5x/hari
Asupan nutrisi An. G
dalam satu kali porsi
makan:
1. Bubur setengah
padat dengan sayur
sawi rebus
2. Ikan goreng
A :
Masalah sebagian teratasi
karena berat badan An. G
belum mencapai berat
badan ideal yaitu 11,8 kg
P : Intervensi dilanjutkan :
1. Mempertahankan
selera makan An.
G
2. Menaikkan berat
badan agar BB An.
G menjadi ideal
Universitas Sumatera Utara
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Diare pada anak merupakan penyakit yang umumnya diakibatkan oleh
infeksi atau dapat disebabkan oleh faktor makanan maupun psikologis pada anak
yang dapat menyebabkan dehidrasi, syok, dan kematian.
Berdasarkan pada hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Pengkajian yang dilakukan kepada Anak G didapatkan data subjektif yaitu:
ibu klien mengatakan bahwa anaknya BAB 4x/hari, rewel, tidak nafsu makan.
Sedangkan data objektif didapatkan hasil dari tanda-tanda vital dan pengamatan
langsung
b. Diagnosa keperawatan yang muncul setelah dilakukan pengkajian yaitu:
Kekurangan volume cairan dan Nutrisi kurang dari kebutuhan
c. Intervensi keperawatan yaitu dapat memenuhi asupan cairan dan nutrisi oral
secara adekuat sehingga pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi dapat terpenuhi
d. Implementasi yang dilakukan yaitu mengobservasi tanda-tanda vital,
memantau intake dan output, memantau masukan nutrisi, melakukan pendidikan
kesehatan pada keluarga
e. Evaluasi setelah dilaksanakan intervensi selama tiga hari, masalah
keperawatan kekurangan cairan tubuh sudah teratasi karena klien sudah
mencukupi asupan kebutuhan cairan secara adekuat , namun masalah keperawatan
nutrisi kurang dari kebutuhan teratasi sebagian karena berat badan An. G belum
memenuhi berat badan ideal
Universitas Sumatera Utara
3.2 Saran
Pada kasus diare pada anak, sebaiknya diperhatikan dengan benar intake
maupun output serta tanda-tanda vital pada anak dan pelaksanaan yang utama
yaitu redehidrasi yang benar.
a. Bagi penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien anak dengan gangguan cairan dan elektrolit.
b. Bagi Institusi
Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana yang
merupakan fasilitas mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan melalui
praktek klinik.
c. Bagi para orang tua
Selalu memantau intake serta output anak, misalkan jenis asupan makan dan
minum serta menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Segera melakukan
pertolongan pertama yang sudah diajarkan jika anak mengalami diare kembali.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Behrman, Kliegman, & Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Ed.15, Vol. 2.
Jakarta: EGC
Departemen Kesehatan. 2010. Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Guyton. 1995. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC.
Hidayat, A. A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia 2. Jakarta: Salemba
Medika.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., Snyder, S. 2010. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC.
Mansjoer, A., Suprohalita, W. I. Wardhani, dan W. Setiowulan. 2003. Kapita
Selekta Kedokteran Edisi Ke-3 Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.
Maslow, A. 2004. Psikologi Sains. Terjemahan dari Psychology Science. Jakarta:
Taraju.
Nanda International. 2012. Diagnosa Keperawatan : Defenisi dan Klasifikasi
2012-2014 Edisi 10. Jakarta: EGC
Perry. A. G., Peterson, V. R., & Potter, P. A. 2005. Buku Saku Keterampilan dan
Prosedur Dasar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Potter, P. A. dan A. G. Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC.
Rosdahl, Bunker C., dan Kowalski, T., Marry. 2014. Buku Ajar Keperawatan
Dasar Edisi 10 Volume 1. Jakarta: EGC.
Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal
dan Hepatobilizer. Jakarta: Salemba Medika.
Sodikin. 2011. Keperawatan Anak: Gangguan Pencernaan. Jakarta: EGC.
Tarwonto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Universitas Sumatera Utara
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/
Tanggal
Waktu No.
Dx
Implementasi Keperawatan Evaluasi
(SOAP)
Senin,
22 Mei
2017
09.00 -
10.00
1 7. Mengkaji tanda-tanda
vital (suhu, nadi dan
pernafasan), turgor
kulit dan membran
mukosa
8. Melakukan pengkajian
abdomen dengan
inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi)
9. Mengobservasi
penyebab diare pada
An. G
10. Menginstruksikan ibu
untuk mencatat warna, volume, frekuensi dan
konsistensi feses An. G
11. Mengajarkan ibu untuk
membuat larutan
rehidrasi oral
12. Menganjurkan ibu
untuk mempertahankan
pemberian cairan,
sedikit tapi sering
(Intake : 1300 ml)
air putih : 500 ml
larutan rehidrasi : 500
ml
susu formula : 300 ml
S :
Ny. M mengatakan bahwa
sehari yang lalu anak
sudah BAB lebih dari
4x/hari dengan konsistensi
feses encer, Ny. M
menduga hal tersebut
terjadi karena An. G diberi
makan dengan lauk ikan
arsik oleh bapaknya
O :
An. G tampak lemas
Suhu : 37,1°C Nadi : 108x/menit
Pernafasan : 23x/menit
Turgor kulit kembali > 2
detik
Mata cekung
Mukosa bibir kering
Peristaltik usus 20x/menit
Perut kembung
A :
Ny. M sudah paham dan
mampu membuat larutan
rehidrasi oral secara
mandiri
P: Intervensi dilanjutkan
3. Meningkatkan
pemberian cairan
Intake : 1300 ml
air putih : 500 ml
larutan rehidrasi :
500 ml
susu formula : 300
ml
4. Mencatat intake
dan output
10.00 -
11.15
2 5. Mengkaji ada tidaknya
alergi makanan, mual
dan muntah, serta
respon lainnya saat
S :
Ny. M mengatakan An. G
tidak ada alergi makanan
Ny. M mengatakan An. G
Universitas Sumatera Utara
pemberian makanan
pada An. G
6. Memantau asupan
nutrisi pada An. G
(jumlah, jenis dan pola
makan)
7. Menimbang berat
badan An. G
8. Menjelaskan pada
keluarga tentang
pemberian diet pada
anak yang mengalami
diare
tidak selera makan
Ny. M mengatakan bahwa
semalam An. G ada
muntah sebanyak 2 kali
O :
Suhu : 37,1°C
Nadi : 108x/menit
Pernafasan : 23x/menit
Berat badan : 9,8 kg
Konjungtiva anemis
Badan An. G tampak
kurus
Perut kembung
Pola makan 3x/hari
Asupan nutrisi An. G
dalam satu kali porsi
makan:
4. Bubur halus
5. Telur mata sapi
6. Kuah sop
A :
Ny. M sudah mengetahui
diet pada anak yang
mengalami diare
Sudah ada daftar makanan
yang akan diberikan pada
An. G
P : Intervensi dilanjutkan :
4. Mengkaji respon
saat pemberian
makanan
5. Menimbang berat
badan An. G
6. Memantau asupan
nutrisi An. G
Selasa,
23 Mei
2017
10.00 -
11.00
1 6. Mengkaji tanda-tanda
vital (suhu, nadi, dan
pernafasan), turgor
kulit dan membran
mukosa
7. Melakukan auskultasi
abdomen untuk
mengetahui peristaltik
usus
8. Mencatat intake
S :
Ny. M mengatakan bahwa
semalam anak sudah BAB
4 kali dengan konsistensi
feses encer dan 1 kali
BAB di pagi ini
O :
Suhu : 37,6°C
Nadi : 113x/menit
Universitas Sumatera Utara
(jumlah dan jenis) dan
output (warna, volume,
frekuensi dan
konsistensi)
9. Menganjurkan ibu
untuk mempertahankan
pemberian cairan,
sedikit tapi sering
10. Menjelaskan pada
keluarga tentang diare
dan perilaku hidup
bersih dan sehat
Pernafasan : 25x/menit
Turgor kulit kembali < 2
detik
Mukosa bibir lembab
Peristaltik usus 18x/menit
Perut kembung
Intake : 1300 ml
air putih : 500 ml
larutan rehidrasi : 500 ml
susu formula : 300 ml
Output : 500 ml (urin) dan
±550 ml (feses)
A :
Ny. M sudah paham
penjelasan tentang diare
dan perilaku hidup bersih
dan sehat
Ny. M mampu menjawab
pertanyaan materi tentang
diare dan perilaku hidup
bersih dan sehat
P: Intervensi dilanjutkan
3. Mempertahankan
pemberian cairan
4. Mencatat intake
dan output
13.00 -
14.00
2 6. Mengkaji ada tidaknya
mual, muntah dan
respon lainnya saat
pemberian makanan
pada An. G
7. Mencatat dan
memantau asupan
nutrisi pada An. G
(jumlah, jenis dan pola
makan)
8. Menjelaskan kepada
ibu untuk memberi
makan anak sedikit tapi
sering
9. Menimbang berat
badan An. G
10. Menjelaskan pada
keluarga tentang gizi
seimbang pada anak
S :
Ny. M mengatakan An. G
tidak ada mual muntah lagi
Ny. M mengatakan An. G
sudah ada selera makan
sedikit
O :
Suhu : 37,6°C
Nadi : 113x/menit
Pernafasan : 25x/menit
Berat badan : 10 kg
Badan An. G tampak
kurus
Perut kembung
Pola makan 6x/hari
Asupan nutrisi An. G
dalam satu kali porsi
makan:
3. Bubur setengah
Universitas Sumatera Utara
padat dengan
cacahan wortel dan
kentang
4. Ikan kuah kuning
A :
Ny. M sudah memahami
materi tentang gizi pada
anak dan mampu
menjawab pertanyaan
mengenai materi tersebut
Ny. M sudah menerapkan
arahan memberi makanan
sedikit tapi sering
P : Intervensi dilanjutkan :
4. Mengkaji respon
saat pemberian
makanan
5. Menimbang berat
badan An. G
6. Memantau asupan
nutrisi An. G
Rabu,
24 Mei
2017
10.00 –
11.00
1 5. Mengkaji tanda-tanda
vital (suhu, nadi, dan
pernafasan), turgor
kulit dan membran
mukosa
6. Melakukan auskultasi
abdomen untuk
mengetahui peristaltik
usus
7. Mencatat intake
(jumlah dan jenis) dan
output (warna, volume,
frekuensi dan
konsistensi)
8. Menganjurkan ibu
untuk mempertahankan
pemberian cairan,
sedikit tapi sering
S :
Ny. M mengatakan bahwa
semalam anak sudah BAB
3 kali dengan konsistensi
feses lunak dan 1 kali
BAB di pagi ini
Ny. M mengatakan anak
sudah aktif kembali dan
sudah mau bermain
O :
Suhu : 37,5°C
Nadi : 123x/menit
Pernafasan : 27x/menit
Turgor kulit kembali < 1
detik
Mukosa bibir lembab
Peristaltik usus 15x/menit
Perkusi abdomen : timpani
Intake : 1300 ml
air putih : 500 ml
larutan rehidrasi : 500 ml
susu formula : 300 ml
Output : ±500 ml (urin dan
feses)
Universitas Sumatera Utara
A : masalah sudah teratasi
P: Intervensi dihentikan
13.30 –
14.15
2 5. Mengkaji ada tidaknya
mual, muntah dan
respon lainnya saat
pemberian makanan
pada An. G
6. Mencatat dan
memantau asupan
nutrisi pada An. G
(jumlah, jenis dan pola
makan)
7. Menjelaskan kepada
ibu untuk memberi
makan anak sedikit tapi
sering
8. Menimbang berat
badan An. G
S :
Ny. M mengatakan An. G
tidak ada mual muntah lagi
Ny. M mengatakan An. G
sudah makan bias makan
seperti biasa
O :
Suhu : 37,5°C
Nadi : 123x/menit
Pernafasan : 27x/menit
Berat badan : 10,2 kg
Badan An. G tampak
kurus
Pola makan 5x/hari
Asupan nutrisi An. G
dalam satu kali porsi
makan:
3. Bubur setengah
padat dengan sayur
sawi rebus
4. Ikan goreng
A :
Masalah sebagian teratasi
karena berat badan An. G
belum mencapai berat
badan ideal yaitu 11,8 kg
P : Intervensi dilanjutkan :
3. Mempertahankan
selera makan An.
G
4. Menaikkan berat
badan agar BB An.
G menjadi ideal
Universitas Sumatera Utara