i
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS Ny ... P... A... DENGAN
POST EPISIOTOMI DI RB RAHMA BUNDA MASARAN SRAGEN
PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh :
Disusun oleh :
Fajriyah Yuni Nurullisca
B.12 170
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2014
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya tulis Ilmiah yang berjudul : “Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Ny. .... P...
A... dengan Post Episiotomi di RB Rahma Bunda Masaran Sragen”. Proposal
Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir
sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program studi D III Kebidanan STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti M.Si, selaku ketua STIKes Kusuma Husuda
Surakarta
2. Ibu Retno Wulandari, S.ST, selaku Program Studi D III kebidanan
Kusuma Husuda Surakarta.
3. Ibu Kartika Dian Listyaningsih, SST,M.Sc, selaku Dosen Pembimbing
yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan
kepada penulis.
4. Ibu Tri Manaawarotul Puada, Amd.Keb selaku Bidan di RB Rahma
Bunda Sragen yang telah memberi ijin kepada penulis untuk untuk
melakukan studi kasus.
5. Ny. A yang telah bersedia menjadi responden dalam studi kasus.
6. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih
atas segala bantuan yang telah diberikan.
7. Semua teman-teman angkatan 2012 yang telah membantu dalam penulisan
Karya Tulis Ilmiah.
8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
v
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya.
Semoga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, 17 Maret 2015
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................... .......... 1
B. Perumusan Masalah ........................................................ ......... 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................. ........ 3
D. Manfaat Penelitian .................................... ............................... 4
E. Keaslian Penelitian ........................................................... ........ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ........................................................................... 7
1. Nifas ..................................................................... 7
2. Episiotomi ..................................................................... 14
3. Ruptur Perinium .................................................................. 17
B. Teori Manajemen Kebidanan .................................................. . 19
C. Landasan Hukum..................................................... ................. 33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus ................................................ ..................... 35
vii
B. Lokasi Studi Kasus ................................................ ................... 35
C. Subyek Studi Kasus ................. ................................................ 35
D. Waktu Pelaksanaan .................................................................. 36
E. Instrument Studi Kasus ...................................................... ...... 36
F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... . 36
G. Alat Yang Digunakan . ............................................................. 39
H. Jadwal Penelitian ....................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 2. Format pengkajian Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Lampiran 3. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4. Surat Persetujuan Responden (Informed Consent)
Lampiran 5. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 6. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 7. Lembar Konsul
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012, angka kematian ibu ( yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan
nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012). Sementara
Jawa Tengah pada tahun 2012 menyumbangkan AKI sebesar 116,34/100.000
kelahiran hidup, angka ini justru mengalami peningkatan dibanding tahun
2011 sebesar 116,01/100.000 kelahiran hidup (Dinkes Jateng, 2013).
Menurut hasil kajian kinerja IGD Obstetri-Ginekologi dari RSUP
Cipto Mangunkusumo,lima besar penyebab kematian ibu diIndonesia
adalah perdarahan, eklampsia, sepsis, infeksi dan gagal paru(Kemkes RI,
2013). Masa nifas masih merupakan masa yang rentan bagi kelangsungan
hidup ibu baru bersalin (Kemkes RI, 2013). Masa nifas disebut juga masa
post partum atau puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan
dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya,
disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkatian dengan
kandugan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya
berkaitan saat melahirkan (Suherni, dkk., 2009). Periode masa nifas yang
berisiko terhadap komplikasi pasca persalinan terutama terjadi pada periode 3
hari pertama setelah melahirkan (Kemkes RI, 2013). Komplikasi pasca
2
persalinan misalnya, perdarahan per vaginam, infeksi kala nifas, payudara
bengkak, dll (Bahiyatun, 2009).
Infeksi kala nifas masih merupakan penyebab tertinggi AKI
(Bahiyatun, 2009). Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua
alat genitalia pada masa nifas (Manuaba, 2010). Sumber terjadinya infeksi
kala nifas adalah luka bekas pelepasan plasenta, laserasi pada saluran genital,
termasuk tindakan episiotomi pada perineum, dinding vagina, dan serviks
(Bahiyatun, 2009).
Episiotomi adalah insisi yang dibuat pada vagina dan perineum untuk
memperlebar bagian lunak jalan lahir sekaligus memperpendek jalan lahir.
Luka post episiotomi harus ditangani dengan baik, apabila tidak tertangani
dengan baik dapat menimbulkan komplikasi, misalnya infeksi lokal karena
terkontaminasi dengan feses atau urin, jahitan terbuka kembali, dan
hematoma lokal yang dapat menyebabkan infeksi sekunder (Manuaba,
2012).Keadaan ini menjadi lebih berbahaya apabila luka post episiotomi
mengalami infeksi berat, sehingga memungkinkan penderita harus dirawat di
rumah sakit, atau bahkan dibutuhkan operasi untuk penyelamatan jiwa ibu
nifas (Manuaba, 2010).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan November
2014 di RB Rahma Bunda Masaran Sragen didapatkan data dari rekam medik
selama bulan Oktober 2014 (RB Rahma Bunda, 2014), terdapat 16 persalinan
yang ditangani 3 ibu dengan luka episiotomi, 2 diantaranya mengalami
3
infeksi. Hal ini menunjukkan di RB Rahma Bunda Masaran Sragen masih
sering melakukan tindakan episiotomi.
Mengingat pentingnya perawatan luka post episiotomi, perlu dilakukan
oleh tenaga kesehatan, khususnya bidan dengan penanganan yang intensif
melalui asuhan kebidanan. Studi kasus ini mengambil judul “Asuhan
Kebidanan pada Ibu Nifas Ny ... P... A... dengan Post Episiotomidi RB
Rahma Bunda Masaran Sragen”.
B. Perumusan Masalah
”Bagaimana asuhan kebidanan yang dilakukan pada ibu nifas Ny ....
P...A... dengan post episiotomi di RB Rahma Bunda Masaran Sragen?”
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kemampuan penulis dalam memberikan asuhan
kebidanan pada ibu nifas dengan post episiotomi dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Diharapkan penulis mampu
1) Melaksanakan pengkajian secara lengkap yang berkaitan
dengan ibu nifas post episiotomi.
2) Menginterpretasikan data dasar, masalah dan kebutuhan
pada pasien nifas dengan post episiotomi.
4
3) Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah potensial pada
ibu nifas dengan post episiotomi.
4) Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, pada ibu
nifas dengan post episiotomi.
5) Menyusun rencana asuhan kebidanan secara menyeluruh
pada ibu nifas dengan post episiotomi.
6) Melaksanakan perencanaan secara efisien dan aman.
7) Mengevaluasi pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu
nifas dengan post episiotomi.
b. Penulis mampu menemukan kesenjangan antara teori dengan
kasus nyata pada ibu nifas dengan post episiotomi.
c. Penulis mampu memberikan alternatif pemecahannya dari
kesenjangan antara teori dan praktek nyata pada ibu nifas dengan
post episiotomi.
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Penulis
Penulis mampu menambah pengetahuan dan ketrampilan
tentang cara merawat dan mengatasi masalah yang timbul pada luka
episiotomi.
2. Bagi Profesi
Sebagai salah satu masukan bagi organisasi profesi dalam upaya
meningkatkan kinerja bidan dalam memberikan asuhan kebidanan
5
pada ibu nifas dengan post episiotomi.
3. Bagi Institusi
a. Dapat digunakan sebagai masukan bagi pelayanan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan berupa pemberian
informasi serta ketrampilan yang tepat dan adekuat dalam asuhan
kebidanan, khususnya pada ibu nifas dengan post episiotomi.
b. Pendidikan
c. Dapat menambah wacana bagi pembaca di perpustakaan dan
informasi mengenai asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan
post episiotomi.
E. Keaslian Studi Kasus
1. Jayanti (2007),STIKes Kusuma Husadadengan judul “Asuhan Kebidanan
pada Ibu Nifas Ny. S dengan Post Episiotomi di RB An-Nissa
Surakarta”. Asuhan yang diberikan yaitu mengobservasi keadaan pasien,
mengobservasi TFU, PPV, menyarankan ibu untuk mobilisasi dini,
perawatan luka dengan mengompres betadin paling sedikit 2 kali sehari
dan menganjurkan vulva hygiene setelah mandi atau setelah BAB / BAK.
Dan memberikan terapi obat Asam mefenamat 500 mg 3 x 1 tablet,
Amoxillin 500 mg 3 x 1 tablet, Sulfas ferosus 250 mg 1 x 1 tablet,
Vitamin A 200.000 unit 1 x 1. Hasil asuhan kebidanan selama 3 hari
adalah keadaan umum pasien baik, keadaan luka episiotomi bersih dan
kering serta tidak adanya komplikasi atau infeksi selama pelaksanaan.
6
2. Paramita (2007), Akbid Estu Utomo Boyolali dengan judul “Asuhan
Kebidanan pada Ibu Nifas Ny. N dengan Perawatan Luka Post Episiotomi
di RSUD Pandan Arang Boyolalai”. Asuhan yang diberikan yaitu
mengobservasi keadaan pasien, mengobservasi TFU, PPV, menyarankan
ibu untuk mobilisasi dini, perawatan luka dengan mengompres betadin 2
kali sehari, memberikan terapi obat Asam mefenamat 500 mg 3 x 1 tablet,
Amoxillin 500 mg 3 x 1 tablet, Vitamin A 200.000 unit 1 x 1. Hasil asuhan
kebidanan selama 6 hari adalah keadaan umum pasien baik, keadaan luka
episiotomi bersih dan kering serta tidak adanya komplikasi atau infeksi
selama pelaksanaan.
Persamaan dengan studi kasus sebelumnya adalah pada kasus
yang diambil yaitu ibu nifas post episiotomi. Perbedaan terletak pada
subyek penelitian, waktu dan tempat studi kasus serta pengamatan pada
studi kasus ini dilakukan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Nifas (Puerperium)
a. Pengertian
Masa nifas (puerperium)adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kendungan kembali seperti pra-
hamil. Lama masa nifas ini 6-8 minggu (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
b. Tahapan dalam masa nifas
1. Puerperium dini(immediate puerperium)
Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan– jalan. Dalam agama islam telah bersih dan boleh
bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial (early puerperium)
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8
minggu.
3. Remote puerperium (later puerperium )
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna,
terutama bila selama hamil dan waktu persalinan mempunyai
komplikasi (Anggraini, 2010).
8
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena
merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Tujuan umum dari
asuhan masa nifas adalah untuk membantu ibu dan pasanganannya
selama masa transisi awal mengasuh anak (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
c. Perubahan Fisiologi Masa Nifas
1. Perubahan sistem reproduksi
Selama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna berangsur-
angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan
keseluruhan alat genitalia disebut involusi. Pada masa ini terjadi
juga perubahan penting lainnya, perubahan – perubahan yang
terjadi antara lain sebagai berikut :(Saleha, 2009).
a) Uterus
Uterus yang berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang
lebih pertengahan antara umbilicus dan simfisis, atau sedikit
lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih sama dan
kemudian mengerut, sehingga dalam dua minggu telah
turun masuk ke dalam rongga pelvis dan tidak dapt diraba
lagi dari luar (Saleha, 2009).
b) Lochea
Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri
dan vagina selama masa nifas. Lochea terbagi menjadi tiga
jenis, yaitu:
9
1) Lochea rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi
darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, set-set
desidua, verniks caseosa, lanugo, dan mekoneum
selama 2 hari pasca persalinan.
2) Lochea sanguilenta berwarna merah kuning berisi
darah dan lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-
7 pasca persalinan (Saleha, 2009).
3) Lochea serosa berbentuk serum dan berwarna merah
jambu kemudian menjadi kuning. Cairan ini tidak
berdarah lagi pada hari ke-7 sampai hari ke-14 pasca
persalinan (Saleha, 2009).
4) Lochea alba dimulai hari ke-14 kemudian makin lama
makin sedikit hingga sama sekali berhenti sampai satu
atau dua minggu berikutnya (Saleha, 2009).
c) Endometrium
Pada hari pertama, tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai
permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan
selaput janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak
ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi
plasenta (Saleha, 2009).
d) Serviks
Segera setelah berakhirnya kala TU, serviks menjadi sangat
lembek, kendur, dan terkulai. Serviks akan terlihat padat
10
yang mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi, lubang
serviks lambat laun mengecil, beberapa hari setelah
persalinan diri retak karena robekan dalam persalinan.
Rongga leher serviks bagian luar akan membentuk seperti
keadaan sebelum hamil pada saat empat minggu postpartum
(Saleha, 2009).
e) Vagina
Secara berangsur-angsur luasnya berkurang, rugae timbul
kembali pada minggu ketiga. Himen tampak sebagai
tonjolan jaringan yang kecil, yang dalam proses
pembentukan berubah menjadi karunkulae mitiformis yang
khas bagi wanita multipara (Saleha, 2009).
2. Perubahan sistem pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal
ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan
mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong,
pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan
(dehidrasi), kurang makan, haemorroid, laserasi jalan lahir.
Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit atau
makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang
cukup (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
11
3. Perubahan sistem muskuloskeletal
Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang
sewaktu kehamilan dan persalinan berangsur-angsur kembali
seperti sediakala. Tidak jarang ligamen rotundum mengendur,
sehingga uterus jatuh ke belakang. Fasia jaringan penunjang alat
genitalia yang mengendur dapat diatasi dengan latihan-latihan
tertentu. Mobilitas sendi berkurang dan posisi lordosis kembali
secara perlahan-lahan (Saleha, 2009).
d. Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas
Adaptasi psikologis masa nifas menurut Saleha (2009), terjadi pada
tiga tahap berikut ini :
1) Taking in period
Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan
sangat bergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap
tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan
persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan
meningkat.
2) Taking hold period
Berlangsung 3 – 4 hari post partum, ibu lebih berkonsentrasi
pada kemampuannya dalam menerima tanggung jawab
sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi
sangat sensitif, sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan
perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.
12
3) Letting go period
Dialami setelah tiba ibu dan bayi dirumah. Ibu mulai secara
penuh menerima tanggung jawab sebagai seorang ibu dan
menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada
dirinya.
e. Kebutuhan Dasar Masa Nifas
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), kebutuhan dasar masa
nifas meliputi :
1) Kebutuhan gizi
Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan
meningkat 25 %, karena berguna untuk proses kesembuhan
karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air susu
yang cukup untuk menyehatkan bayi. Semua itu akan meningkat
tiga kali dari kebutuhan biasa.
2) Ambulasi (early ambulation)
Earlyambulation adalah kebijakan untuk selekas mungkin
membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan
membimbingnya selekas mungkin berjalan.
3) Eliminasi
Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap 3
– 4 jam. Defekasi biasanya 2 – 3 hari post partum masih sulit
buang air besar.
13
4) Kebersihan diri
Menurut Anggraini (2009), kebersihan diri meliputi :
a) Kebersihan alat genital
Menjagakebersihanalat genetalia dengan mencucinya
menggunakan sabun dan air, kemudian daerah vulva sampai
anus harus kering sebelum memakai pembalut wanita,
setiap kali selesai buang air besar atau kecil, pembalut
diganti minimal 3 kali sehari. Cuci tangan dengan sabun
dan air mengalir sebelum dan sesudah membersihkan
daerah genetalia. Mengajarkan ibu membersihkan daerah
kelamin dengan cara membersihkan daerah di sekitar vulva
terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian
membersihkan daerah sekitar anus.
b) Pakaian
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah
menyerap keringat karena produksi keringat menjadi
banyak. Produksi keringat yang tinggi berguna untuk
menghilangkan ekstra volume saat hamil. Pakaian yang
digunakan harus longgar, dalam keadaan kering dan juga
terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena
produksi keringat menjadi banyak.
14
f. Istirahat
Kebahagiaan setelah melahirkan membuat sulit tidur. Seorang ibu
baru akan cemas apakah ia akan mampu merawat anaknya atau
tidak. Hal ini mengakibatkan sulit tidur. Anjurkan ibu supaya
istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
g. Seksualitas
Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomi sudah sembuh
maka coitus bisa dilakukan 3-4 minggu post partum. Secara fisik
aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke
dalam vagina tanpa rasa nyeri, aman untuk melakukan hubungan
suami isteri.
2. Episiotomi
a. Pengertian
Episiotomi merupakan tindakan untuk melebarkan jalan lahir
lunak dengan jalan melakukan insisi pada daerah perineum. Syarat
untuk melakukan episiotomi
1. Proses persalinan dihalangi oleh jaringan lunak di jalan lahir,
khususnya perineum.
2. Indikasi melakukan episiotomiadalah hampir semua persalinan
pada primigravida, pada multigravida bila dianggap
15
perineumnya kaku dan sempit sehingga diperlukan pelebaran
dengan episiotomi (Manuaba, 2010).
Prinsip tindakan episiotomi adalah pencegahan kerusakan yang
lebih hebat pada jaringan lunak akibat daya regang yang melebihi
kapasitas adaptasi atau elastisitas jaringan tersebut. Oleh sebab itu,
pertimbangan untuk melakukan episiotomi harus mengacu pada
penilaian klinik yang tepat dan teknik yang paling sesuai dengan
kondisi yang sedang dihadapi (Saifuddin, dkk., 2009).
Klasifikasi episiotomi ditentukan berdasarkan tempat dan arah
insisi menjadi 2 jenis yaitu (Bobak, 2005):
1. Episiotomi garis medial. Episiotomi ini efektif, mudah
diperbaiki, dan biasanya nyeri yang timbul lebih ringan.
Kadang-kadang dapat terjadi perluasan melalui sfingter rectum
(laserasi derajat ketiga) atau bahkan ke kanal ani (laserasi
derajat keempat). Keuntungan episiotomi garis medial adalah
penyembuhan primer dan perbaikan (jahitan) yang baik akan
memulihkan tonus sfingter (Bobak, 2005).
2. Episiotomi mediolateral dilakukan pada persalinan dengan
tindakan jika ada kemungkinan terjadi perluasan kearah
posterior. Dibandingkan dengan episiotomi garis medial,
kehilangan darah akan lebih banyak dan perbaikan lebih sulit
dan lebih nyeri (Bobak, 2005).
16
b. Etiologi
Khusus pada primigravida, laserasi jalan terutama perineum
sulit dihindari sehingga untuk keamanan dan memudahkan menjahit
laserasi kembali dilakukan episiotomi (Manuaba, 2010).
Indikasi untuk melakukan episiotomi adalah sebagai berikut
(Manuaba, 2010):
1. Hampir pada semua primigravida inpartu, jika dijumpai
crowning kepala tidak seimbang dengan elastisitas perineum.
2. Pada semua persalinan letak sungsang yang dilakukan per
vaginam untuk memudahkan persalinan kepala bayi yang lebih
besar.
3. Pada semua persalinan prematur yang dilakukan vaginam
sehingga tekanan pada kepala semakin berkurang dan persalinan
makin cepat berlangsung.
4. Pada tindakan operasi per vaginam obstetri.
5. Pada distosia yang disebabkan oleh kurangnya elastisitas
perineum.
17
3. Ruptura Perineum
a. Pengertian
Ruptura perineum adalah robekan yang terjadi pada
perineum sewaktu persalinan. Robekan perineum dibagi atas 4
tingkat:
1) Tingkat I : ruptur mengenai mukosa dan kulit perineum
2) Tingkat II : rupturmengenai mukosa vagina, kulit, dan
jaringan perineum.
3) Tingkat III : rupturmengenai mukosa vagina, kulit,
jaringan perineum, dan spincterani
4) Tingkat IV : rupturmengenai vagina, kulit, jaringan
perineum, spincterani, dan mukosa rectum.
b. Penatalaksanaan Luka Episiotomi
Perawatan luka jahitan episiotomi dilakukan secara
terbuka sehingga kesembuhannya dapat berlangsung alami. Pada
perlukaan totalis sampai mencapai rektum, perlu diberikan obat
yang dapat mematikan bakteria usus besar, misalanya: preparat
sulfat yang akan mengurangi atau menghilangkan bakteria usus
akan mengurangi kemungkinan infeksi dan pembentukan fistula.
Pada perlukaan lokal dapat diberikan bethadine sehingga
mengurangi kontaminasi. Obat-obatan per os biasanya
dianjurkan menggunakan kombinasi antibiotika, antiinflamasi,
18
dan analgesic. Mobilisasi dini dapat mempercepat kesembuhan
(Manuaba, 2010).
Perawat melakukan inspeksi tanda-tanda infeksi dan bukti-
bukti penyembuahn pada episiotomi paling tidak setiap 8 jam.
Kecepatan penyembuhan tergantung pada letak dan kedalaman
insisi. Kebanyakan episiotomi sembuh sebelum minggu keenam
postpartum. Mandi berendam, penghangatan dengan cahaya lampu,
dan obat-obatan topical meningkatkan penyembuhan dan
mengurangi ketidaknyamanan luka episiotomi (Hamilton, 2011).
Luka jahitan episiotomi berpotensi menjadi infeksi apabila
perawatan tidak dilakukan dengan baik. Pencegahan dapat
dilakukan dengan rumah sakit mempertahankan fasilitas dan
peralatan yang bersih, perawat melakukan tindakan aseptik dan
semua personel rumah sakit berpartisipasi dalam menjaga alat-alat
bebas dari patogen. Untuk kebersihan ibu, ibu belajar kebersihan
diri yang baik, terutama mencuci tangan (Hamilton, 2011).
19
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan
dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai
dari pengkajian, analisis data, diagnose kebidanan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi (Ambarwati dan Wulandari, 2010)
2. Proses Manajemen Kebidanan
Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah
yang memperkenalkan sebuah metode atau pemikiran dan tindakan –
tindakan dengan urutan yang logis sehingga pelayanan komprehensif dan
aman dapat tercapai (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Proses tersebut
meliputi :
a. Langkah I: Pengkajian
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua
data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan
langkah pertama untuk mengumpulkan semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi pasien (Anggraini, 2010).
Pengumpulan data ini meliputi :
1) Data Subjektif
Data subjektif adalah data didapat dari klien sebagai suatu
pendapat terhadap situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak
dapat ditentukan oleh tenaga kesehatan secara idependen tetapi
melalui suatu sistem interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2013).
20
a . Biodata yang mencakup identitas pasien menurut Ambarwati
dan Wulandari (2010), meliputi:
1) Nama pasien dikaji untuk membedakan pasien satu dengan
yang lain agar tidak keliru dalam memberikan penanganan
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
2) Umur pasien dikaji untuk mengetahui adanya resiko,
apabila dibawah 20 tahun, alat-alat reproduksi belum
matang dan jika lebih dari 35 tahun rentan perdarahan
masa nifas (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
3) Agama pasien dikaji untuk mengetahui keyakinan pasien
untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam
berdoa (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
4) Suku pasien dikaji untuk mengetahui adat dan kebiasaan
yang berhubungan dengan masalah persalinan (Ambarwati
dan Wulandari, 2010).
5) Pendidikan pasien dikaji untuk mengetahui sejauh mana
tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapar memberikan
konseling sesuai dengan pendidikannya(Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
6) Pekerjaan pasien dikaji untuk mengetahui dan mengukur
tingkat sosial ekonominya, karena mempengaruhi dalam
pemenuhan gizi pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
21
7) Alamat pasien dikaji untuk mempermudah kunjungan
rumah bila diperlukan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
b) Keluhan utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui masalah yang
dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas (Ambarwati dan
Wulandari, 2010). Keluhan pada ibu nifas biasanya demam,
keluar darah segar dan banyak, nyeri dan infeksi luka jahitan
(Sulistyawati, 2009).
c) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkina adanya
riwayat atau penyakit akut, kronisseperti : Jantung,
diabetes mellitus, hipertensi, asma yang dapat
mempengaruhi masa nifas (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
(2) Riwayat kesehatan sekarang untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyakit yang diderita saat ini
berhubungan dengan masa nifas dan bayinya (Ambarwati
dan Wulandari, 2010).
(3) Riwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui
kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap
gangguan kesehatan pasien dan bayinya (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
22
d) Riwayat Perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
e) Status Obstetrik
Yang perlu dikaji riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
yang lalu, dam riwayat persalinan sekarang. Hal ini untuk
mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau
tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
f) Riwayat Keluarga Berencana
Riwayat KB dikaji untuk mengetahui jenis KB yang diikuti,
keluhan selama kontrasepsi, serta rencana KB selanjutnya
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
g) Riwayat Kehamilan Sekarang
Menurut Saifuddin (2009), meliputi :
(1) Hari pertama, haid terakhir serta kapan taksiran
persalinannya.
(2) Keluhan- keluhan pada trimester I, II, III.
(3) Di mana ibu biasa memeriksakan kehamilannya.
(4) Selama hamil berapa kali ibu periksa.
(5) Penyuluhan yang pernah didapat selama kehamilan.
23
(6) Pergerakan anak pertama kali dirasakan pada kehamilan
berapa minggu.
(7) Imunisasi TT : Sudah / belum imunisasi, berapa kali telah
dilakukan imunisasi TT selama hamil.
h) Riwayat Persalinan Sekarang
Untuk mengetahui tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis
kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong
persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses
persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa
berpengaruh pada masa nifas saat ini (Anggraini, 2010).
i) Pola Kebiasaan Selama Masa Nifas
(1) Nutrisi
Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, makan
dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral,
dan vitamin yang cukup serta serat – serat makanan yang
cukup, sehingga proses penyembuhan luka lebih cepat. Ibu
dianjurkan untuk minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
Mengkonsumsi zat besi setidaknya selama 90 hari post
partum (Saifuddin, 2009).
(2) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang
air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau
24
serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna,
jumlah (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(3) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam
pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur, kebiasaan
mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang. Istirahat
sangat penting bagi ibu nifas karena dengan istirahat yang
cukup dapat mempercepat penyembuhan (Anggraini,
2010).
(4) Keadaan psikologis
Untuk mengetahui tentang perasaan ibu sekarang, apakah
ibu merasa takut atau cemas dengan keadaan sekarang
(Nursalam,2008).
(5) Riwayat sosial budaya
Untuk mengetahui kehamilan ini direncanakan / tidak,
diterima / tidak, jenis kelamin yang diharapkan dan untuk
mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat
istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien
khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan makan
dilarang makan ikan atau yang amis – amis (Anggraini,
2010).
(6) Penggunaan obat – obatan atau rokok
25
Untuk mengetahui apakah ibu mengkonsumsi obat
terlarang ataukah ibu merokok (Manuaba, 2012).
2) Data Objektif
Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan dilihat oleh
tenaga kesehatan (Nursalam, 2013).
a) Status generalis
(1) Keadaan umum
Untuk mengetahui apakah ibu dalam keadaan baik, cukup
atau kurang (Prihardjo, 2007).
(2) Kesadaran
Penilaian kesadaran dinyatakan sebagai composmentis,
apatis, somnolen, soper, koma, delirium.
(3) Tanda-tanda vital meliputi :
(1) Denyut jantung
Menilai kecepatan, irama suara jantung jelas dan
teratur. Denyut jantung normal pada orang dewasa adalah
60-80 x/menit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya
akan lebih cepat, tetapi denyut nadi yang melebihi
100x/menit adalah abnormal, yang kemungkinan
disebabkan oleh infeksi (Sulistyawati, 2009)
(2) Pernafasan
Menilai sifat pernafasan dan bunyi nafas dalam 1
menit. Respirasi normal 40-60 x/menit (Priharjo, 2006).
26
(3) Temperatur
Temperatur normal rektal axilla yaitu 37°C dan
kulit 36,5°C. Dalam 1 hari post partum, suhu badan akan
naik sedikit (37,5-38°C) sebagai akibat kerja keras
sewaktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan
(Sulistyawati, 2009).
3) Pemeriksaan Antropometri
Menurut Nursalam (2013), pemeriksaan atropometri meliputi:
a) Berat badan : Untuk memantau berat badan anak naik atau
tidak.
b) Panjang badan : Untuk mengukur tinggi badan.
c) Lingkar dada : Untuk mengetahui keterlambatan
perkembangan.
d) Lingkar kepala : Untuk mengetahui pertumbuhan otak.
4) Pemeriksaan sistematis
a) Kepala
Inspeksi dengan memperhatiakan kesimetrisan wajah,
tengkorak, warna dan distribusi rambut, serta kulit kepala,
selanjutnya palpasi untuk mengetahui keadaan rambut, massa,
pembengkakan, nyeri tekan, keadaan tengkorak, dan kulit
kepala (Priharjo,2006).
27
b) Muka
Pada daerah wajah/muka dilihat simetris atau tidak, apakah
warna kulitnya, ekspresi wajahnya, dan pembengkakan daerah
wajah dan kelopak mata. Dilanjutkan inspeksi konjungtiva
untuk mengetahui ada tidaknya kemerahan atau keadaan
vaskularisasinya (Anggraini, 2010).
c) Mata
Pemeriksaan mata dilakukan dengan inspeksi bola mata,
kelopak mata, konjungtiva, sklera, dan pupil (Priharjo, 2006).
d) Telinga
Pengkajian telinga secara umum bertujuan untuk mengetahui
keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga/membran
timpani, dan pendengaran (Priharjo, 2006).
e) Hidung
Hidung dikaji dengan tujuan untuk mengetahui keadaan
bentuk dan fungsi hidung. Pengkajian hidung mulai dari
bagian luar, bagian dalam kemudian sinus-sinus. Pada
pemeriksaan hidung juga dilihat apakah ada polip dan
kebersihannya. (Priharjo,2006)
f) Mulut dan faring
Pengkajia mulut dan faring dilakukan dengan posisi pasien
duduk. Pengkajia dimulai dengan mengamati bibir, gudi, lidah,
28
selaput lendir, pipi bagian dalam, lantai dasar mulut, dan
palatum kemudian faring (Priharjo, 2006).
g) Leher
Tujuan pengkajian leher secara umum adalah mengetahui
bentuk leher serta organ-organ penting yang berkaitan
(Priharjo, 2006). Pada ibu nifas, pengkajian leher untuk
mengkaji adanya infeksi traktus pernafasan (Anggraini, 2010).
h) Dada
Suara paru-paru dan jantung, puttin, benjolan, nyeri tekan, dan
hyperpigmentasi. Mengkaji kesehatan pernafasan (Priharjo,
2006).
i) Payudara
Pemeriksaan payudara sebagai tindak lanjut dari pemeriksaan
payudara prenetal dan segera setelah melahirkan apakah ada
komplikasi post partum (Anggraini, 2010).
j) Abdominal
Pemeriksaan abdominal meliputi pemeriksaan kandung kemih
(adanya distensi retensi urine), pemeriksaan involusi uterus,
menentukan ukuran diastasis rektus abdominalis, memeriksa
CVA, mendengarkan bising usus, dan mendeteksi adanya
absees pelvik, dsb (Anggraini, 2010).
k) Ekstermitas
29
Pemeriksaan ekstermitas untuk memeriksa adanya
tromboplebitis, oedema, menilai pembesaran varises, dan
mengukur refleks patela (Anggraini, 2010).
l) Genetalia
Pemeriksaan genetalia untuk memeriksa perineum terhadap
penyembuhan luka meliputi oedema, inflamasi, hematoma,
supurasi, dehiscene, echymosis/memar (Anggraini, 2010).
Pada luka bekas sayatan episiotomi atau luka perinium,
jaringan sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi merah dan
bengkak, jahitan mudah terlepas, luka yang terbuka menjadi
ulkus dan mengeluarkan pus.
5) Pemeriksaan penunjang
Untuk mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui
dengan pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan laboraturium
terapi (Nursalam, 2013).
a. Langkah II : Interpretasi data dasar
Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam
langkah ini data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi
diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena
beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi
membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan
30
terhadap pasien, masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita
yang diidentifikasikan oleh bidan (Anggraini, 2010).
1) Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan yang ditegakkan dalam lingkup praktik
kebidanan (Varney, 2007).
Ny. X umur ... tahun post partum hari ke 1 dengan post episiotomi
Data dasar :
Menurut Manuaba (2009), yaitu :
a) Dasar subjektif:
Keluhan pasien tentang luka jahitan post episiotomi adalah:
1) Adakah rasa nyeri pada luka jahitan
2) Adakah rasa mules pada perutnya
3) Tanggal dan jam lahir
b) Data objektif :
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) TTV : S: °C, R: x/menit,N: x/menit.
4) Pemeriksaan penunjang
5) Pemeriksaan laboratorium
2) Langkah III : Diagnosa Potensial
Mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial yang
mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau
diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnose, hal
31
ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan
menunggu mengamati dan bersiap - siap apabila hal tersebut benar –
benar terjadi. Melakukan asuhan yang aman penting sekali dalam hal
ini (Anggraini, 2010). Diagnosa potensial yang dapat muncul pada ibu
nifasdengan post episiotomi adalah adalah potensial terjadinya infeksi
kala nifas (Bahiyatun, 2009).
3) Langkah IV : Antisipasi
Menurut Anggraini (2010), Langkah ini memerlukan
kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan
menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien.
4) Langkah V : Rencana tindakan
Langkah ini ditentukan oleh langkah – langkah sebelumnya
yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi atau di antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh
tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau
dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan
kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan
terjadi berikutnya (Anggraini, 2010). Perencanaan tindakan yang
dapat dilakukan untuk ibu nifas dengan post episiotomi adalah dengan
mengevaluasi secara terus-menerus meliputi waspada perdarahan post
partum, pengukuran tanda vital, untuk nyeri perineum, pasien
32
diberikan analgesic oral (parasetamol 500 mg tiap 4 jam, dan pasien
dianjurkan mandi dengan air hangat (Sulistyawati, 2009).
5) Langkah VI : Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan
menyeluruh seperti diuraikan pada langkah kelima secara efisien dan
aman. Pelaksanaan asuhan pada ibu hamil dengan luka post
episiotomi disesuaikan dengan rencana tindakan (Varney, 2007).
6) Langkah VII : Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa
yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan
yang diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar
terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum
efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana (Anggraini,
2010). Hasil yang diharapkan setelah melakukan asuhan kebidanan
pada ibu hamil dengan luka post episiotomi adalahpemulihan kondisi
pasien (Sulistyawati, 2009).
33
C. Landasan Hukum
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang Ijin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan yang disebutkan pada :
Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan
pelayanaan yang meliputi :
a. Pelayanan kesehatan ibu
b. Pelayanan kesehatan anak
c. Pelayan kesehatan reproduksi dan KB
Pasal 10
a. Pelayanan kesehatan ibu dimaksud pada pasal 9 huruf a diberi pada
masa prahamil, kehamilan, persalian, dan nifas, menyusui, dan masa
diantara 2 kehamilan.
b. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksut pada ayat 1
diantaranya menyebutkan pelayanan pada ibu masa nifas normal dan
masa menyusui.
c. Sebagaimana dimaksut pada ayat 2 Bidan dalam memberikan
pelayanan kesehatan disebutkan berwenang dalam Fasilitas atau
bimbingan khusus inisiasi menyusui dini atau pemberian asi ekslusif
selama 6 bulan.
Dan berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan Nomor
369/MENKES/SK/III/2007 tanggal 27 maret 2007 mengenai Standar
34
Kompetensi Bidan, yang menyebutkan pada standar Kompetensi ke 5
(Asuhan Pada Ibu Nifas dan Menyusui) dimana Bidan memberikan
asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap
terhadap budaya setempat.
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus
Metode deskriptif adalah suatu metode studi kasus yang dilakukan dengan tujuan
utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif.
Dalam studi ini menggunakan metode deskriptif dengan rancangan studi kasus yaitu
laporan yang dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus
yang terdiri dari unit tunggal, pada kasus ini mendeskripsikan tentang asuhan
kebidanan ibu nifas pada Ny.X dengan post episiotomy di RB Rahma Bunda Masaran
Sragen dengan manajemen 7 langkah Varney (Notoatmodjo, 2012).
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi merupakan tempat pengambilan kasus dilaksanakan
(Notoatmodjo, 2012). Lokasi yang akan digunakan dalam melaksanakan
pengambilan kasus ini adalah di RB Rahma Bunda Masaran Sragen.
C. Subyek Studi Kasus
Subyek merupakan hal atau orang yang akan dikenai kegiatan pengambilan kasus
(Notoatmodjo, 2012). Subjek yang digunakan dalam studi kasus ini adalah ibu nifas Ny.
X umur ... tahun P...A... dengan post episiotomi.
36
D. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan merupakan batas waktu yang digunakan penulis untuk
melakukan pengambilan kasus yang diambil (Notoatmodjo, 2012). Pada kasus ini akan
dilaksanakan pada bulan November 2014 - Juni 2015.
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu
penelitian dan penilaian. Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan informasi kuantitatif dan kualitatif tentang variasi karakteristik variabel
penelitian secara objektif (Notoatmodjo, 2012).
Pengambilan data untuk kasus ini menggunakan format dokumentasi asuhan
kebidanan pada ibu nifas dengan metode Varney dan SOAP.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data yang
akan dilakukan dalam penelitian (Hidayat, 2007). Ada 2 metode untuk memperoleh data,
yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari obyek penelitian oleh
peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2013). Data primer dalam penelitian
ini meliputi :
a. Pemeriksaan fisik
Menurut Nursalam (2013), pemeriksaan fisik digunakan untuk mengetahui
keadaan fisik pasien secara sistematis dengan cara :
37
1) Inspeksi
Merupakan proses observasi yang dilaksanakan secara sistematik dengan
menggunakan indra penglihatan, pendengaran, dan penciuman sebagai alat untuk
mengumpulkan data.
2) Palpasi
Merupakan teknik pemeriksaan yang menggunakan indra peraba,
tangan dan jari adalah instrumen yang paling sensitif dan dapat digunakan
untuk mengumpulkan data tentang suhu, turgor, bentuk, kelembapan, vibrasi,
dan ukuran (Nursalam, 2013).
3) Perkusi
Merupakan teknik pemeriksaan dengan mengetuk-ngetukan jari
perawat (sebagai alat untuk menghasilkan suara) ke bagian tubuh klien yang
akan dikaji untuk membandingkan bagian yang kiri dengan yang kanan,
bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk, dan konsistensi
jaringan.
4) Auskultasi
Merupakan teknik pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop untuk
mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh.
b. Wawancara
Menurut Notoatmodjo (2012), wawancara adalah suatu metode yang
dipergunakan untuk mengumpulkan data, di mana peneliti mendapatkan
keterangan atau informasi secara lisan dari seorang sasaran penelitian, atau
bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face).
Wawancara ini dilakukan secara langsung dengan bidan dan keluarga pasien di
38
RB Rahma Bunda Masaran Sragen untuk menilai keadaan atau masalah pada
pasien.
c. Observasi
Menurut Notoatmodjo (2012), observasi adalah suatu prosedur yang
berencana meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah situasi tertentu
yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Pada kasus luka post
episiotomi, observasi dilakukan dengan mengobservasi keadaan umum, tanda-
tanda vital (nadi, respirasi, suhu), intake dan output cairan dengan cara inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi. Observasi pada studi kasus ini direncanakan
dilakukan secara teratur setiap hari dari pasien masuk hingga pulang dan
melakukan kunjungan rumah.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek
penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan pihak lain
dengan berbagai metode baik secara komersil maupun non komersial (Riwidikdo,
2013). Data sekunder diperoleh dengan cara:
a. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah setiap bahan tertulis yang disiapkan karena adanya
permintaan seorang penyidik. Pada laporan kasus ini penulis mendokumentasikan
setiap tahapan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan sistem SOAP (Nursalam,
2013). Pengambilan studi kasus ini menggunakan catatan informasi dan catatan
medik yang ada di RB Rahma Bunda Masaran Sragen berupa nomor registrasi
pasien, riwayat kesehatan, buku periksa pasien, buku KIA.
39
b. Studi kepustakaan
Bahan pustaka merupakan hal yang penting dalam menunjang latar belakang
teoritis dari suatu kasus (Notoatmodjo, 2013). Studi kasus ini diambil dari buku-
buku referensi tentang ibu nifas dengan episiotomi tahun 2005 - 2014.
G. Alat yang Digunakan
Alat yang dibutuhkan dengan teknik pengumpulan data antara lain:
1. Alat dan bahan untuk wawancara:
a. Format pengkajian pada ibu hamil sakit.
b. Alat tulis (buku dan bolpoint).
c. Buku register di RB Rahma Bunda Masaran Sragen.
2. Alat dan bahan untuk observasi
a. Timbangan berat badan.
b. Alat pengukur tinggi badan.
c. Pita pengukur lingkar lengan atas.
d. Stetoskop.
e. Termometer.
H. Jadwal Penelitian
Bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan mulai penyusunan proposal penelitian, sampai
penulisan laporan penelitian, serta waktu berlangsungnya tiap kegiatan tersebut.
40
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, ER., dan Diah Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas, Yogyakarta: Nuha
Offset.
Anggraini, Y. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas, Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Bobak, dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta: EGC
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal, Jakarta: EGC. .
Dinas Kesehatan Jawa Tengah. 2012. Capaian Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2008-2012, Semarang.
Data Pasien RB Rahma Bunda Masaran Sragen Tahun 2014
Halminton, M. 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Martenitas,Edisi 6. Jakarta: EGC.
Jayanti, ND. 2007. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Ny. S dengan Post Episiotomi di RB
An-Nissa Surakarta, Surakarta: Akademi Kebidanan Kusuma Husada.
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia 2013, Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013, Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.
Manuaba, I.B.G. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC.
. 2010. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Paramita. 2007. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Ny. N dengan Perawatan Luka Post
Episiotomi di RSUD Pandan Arang Boyolalai, Boyolali: Akademi Kebidanan Estu
Utomo.
Priharjo, R. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta:Buku kedokteran EGC.
Riwidikdo, H. 2013. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Candikia Press.
41
Sarwono, P. 2012. Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Suherni, Widyasih, H., dan Rahmawati, A. 2009. Perawatan Masa Nifas, Yogyakarta:
Penerbit Fitramaya.
Sulistyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas, Yogyakarta: Andi
Offset.
Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.