Download - ASKEP TRAUMA KEPALA.docx
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Trauma kepala merupakan suatu kegawatan yang paling sering dijumpai di unit gawat
darurat suatu rumah sakit. Trauma kepala juga merupakan penyebab kematian ketiga dari semua
jenis trauma yang dikaitkan dengan kematian (CDC, 2010). Angka kematian trauma kepala
akibat terjatuh lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan. Bagi lansia pada usia 65 tahun
ke atas, kematian akibat trauma kepala mencatat 16.000 kematian dari 1,8 juta lansia di Amerika
yang mangalami trauma kepala akibat terjatuh (CDC, 2005). Menurut Kraus (1993), dalam
penelitiannya ditemukan bahwa anak remaja hingga dewasa muda mengalami cedera kepala
akibat terlibat dalam kecelakaan lalu lintas dan akibat kekerasan sedangkan orang yang lebih tua
cenderung mengalami trauma kepala disebabkan oleh terjatuh.
Penyebab utama trauma kepala adalah kecelakaan lalu lintas, kekerasan dan terjatuh.
Pejalan kaki yang mengalami tabrakan kendaraan bermotor merupakan penyebab trauma kepala
terhadap pasien anak-anak bila dibandingkan dengan pasien dewasa.
1.2 TUJUAN
Memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan Trauma Kepala
Mahasiswa mampu memahami konsep dan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Trauma kepala
Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi
bekal dalam persiapan praktik di rumah sakit
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
II.I PENGERTIAN TRAUMA KEPALA
Trauma kepala atau trauma kapitis adalah suatu (trauma) yang menimpa struktur kepala
sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan atau gangguan fungsionaljaringan otak
(Sastrodiningrat, 2009).
Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang
tengkorakatau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada
kepala.(Suriadi & Rita Yuliani, 2001).
II.2 PENYEBAB TRAUMA KEPALA
Menurut Brain Injury Association of karena terjatuh sebanyak 28%,kecelakaan lalu
lintas sebanyak 20%, karena disebabkan kecelakaan secara umum sebanyak 19%dan kekerasan
sebanyak 11% dan akibat ledakan di medan perang merupakan penyebab utamatrauma kepala
(Langlois, Rutland-Brown, Thomas, 2006). Kecelakaan lalu lintas dan terjatuh merupakan
penyebab rawat inap pasien trauma kepala.Kekerasan adalah penyebab ketiga rawat inappasien
trauma kepala.Penyebab utama terjadinya trauma kepala adalah seperti berikut:
a) Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan lalu lintas adalah dimana sebuah kenderan bermotor bertabrakan
dengankenderaan yang lain atau benda lain sehingga menyebabkan kerusakan atau
kecederaan kepadapengguna jalan raya (IRTAD, 1995).
b) Jatuh
Menurut KBBI, jatuh didefinisikan sebagai (terlepas) turun atau meluncur ke bawah dengancepat
karena gravitasi bumi, baik ketika masih di gerakan turun maupun sesudah sampai ketanah.
2
c) Kekerasan
Menurut KBBI, kekerasan didefinisikan sebagai suatu perihal atau perbuatan seseorang
ataukelompok yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain, atau menyebabkan
kerusakan fisikpada barang atau orang lain (secara paksaan).
II.3 MEKANISME TRAUMA KEPALA
Ada tiga mekanisme yang berpengaruh dalam trauma kepala yaitu :
Akselerasi yaitu jika benda bergerak membentuk kepala yang diam, misalnya pada orang
yang diam kemudian dipukul atau terlempar batu
Deselerasi yaitu jika kepala bergerak membentur kepala yang diam, misalnya pada saat
kepala terbentur.
Deformitas yaitu perubahan atau kerusakan pada bagian tubuh yang terjadi akibat trauma,
misalnya adanya fraktur kepala, kompresi, ketegangan atau pemotongan pada jaringan otak.
II.4 TANDA DAN GEJALA TRAUMA KEPALA
Menurut Reissner (2009), gejala klinis trauma kepala adalah seperti berikut:
Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala ringan;
a Pasien tertidur atau kesadaran yang menurun selama beberapa saat kemudian sembuh,
b Sakit kepala yang menetap atau berkepanjangan,
c Mual atau dan muntah,
d Gangguan tidur dan nafsu makan yang menurun,
e Perubahan keperibadian diri,
f Letargik.
Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala berat;
a Simptom atau tanda-tanda cardinal yang menunjukkan peningkatan di otak menurun atau
b meningkat.
c Perubahan ukuran pupil (anisokoria).
d Triad Cushing (denyut jantung menurun, hipertensi, depresi pernafasan).
e Apabila meningkatnya tekanan intrakranial, terdapat pergerakan atau posisi abnormal
ekstrimitas.
3
II.5 JENIS TRAUMA
Luka pada kulit dan tulang dapat menunjukkan lokasi (area) dimana terjadi trauma
(Sastrodiningrat, 2009).Cedera yang tampak pada kepala bagian luar terdiri dari dua, yaitusecara
garis besar adalah trauma kepala tertutup dan terbuka.Trauma kepala tertutup
merupakanfragmen-fragmen tengkorak yang masih intak atau utuh pada kepala setelah luka.The
Brain andSpinal Cord Organization 2009, mengatakan trauma kepala tertutup adalah apabila
suatupukulan yang kuat pada kepala secara tiba-tiba sehingga menyebabkan jaringan otak
menekantengkorak.Trauma kepala terbuka adalah yaitu luka tampak luka telah menembus
sampai kepadadura mater.(Anderson, Heitger, and Macleod, 2006).
Kemungkinan trauma adalah seperti berikut;
a) Fraktur
Terdapat 4 jenis fraktur yaitu
Simple : retak pada tengkorak tanpa kecederaan pada kulit
Linear or hairline: retak pada kranial yang berbentuk garis halus tanpa depresi, distorsi
dan ‘splintering’.
Depressed: retak pada kranial dengan depresi ke arah otak.
Compound : retak atau kehilangan kulit dan splintering pada tengkorak. Selain retak
terdapat juga hematoma subdural (Duldner, 2008).
b) Luka memar (kontosio)
Luka memar adalah apabila terjadi kerusakan jaringan subkutan dimana pembuluh darah
kapiler) pecah sehingga darah meresap ke jaringan sekitarnya, kulit tidak rusak, menjadi
bengkakdan berwarna merah kebiruan. Luka memar pada otak terjadi apabila otak menekan
tengkorak.Biasanya terjadi pada ujung otak seperti pada frontal, temporal dan
oksipital.Padakontusio dapat terlihat suatu daerah yang mengalami pembengkakan yang di
sebut edema.Jika pembengkakan cukup besar dapat mengubah tingkat kesadaran (Corrigan,
2004).
4
c) Laserasi (luka robek atau koyak)
Luka laserasi adalah luka robek tetapi disebabkan oleh benda tumpul atau runcing.
Dengankata lain, pada luka yang disebabkan oleh benda bermata tajam dimana lukanya akan
tampak ratadan teratur. Luka robek adalah apabila terjadi kerusakan seluruh tebal kulit dan
jaringan bawahkulit.
d) Abrasi
Luka abrasi yaitu luka yang tidak begitu dalam, hanya superfisial.Luka ini bisa
mengenaisebagian atau seluruh kulit. Luka ini tidak sampai pada jaringan subkutis tetapi
akan terasasangat nyeri karena banyak ujung-ujung saraf yang rusak.
e) Avulsi
Luka avulsi yaitu apabila kulit dan jaringan bawah kulit terkelupas,tetapi sebagian
masihberhubungan dengan tulang kranial. Dengan kata lain intak kulit pada kranial terlepas
setelahkecederaan (Mansjoer, 2000).
5
II.6 PATOFISIOLOGI
Trauma kepala
Ekstra kranial Tulang kranial Intra kranial
6
Jaringan otak rusak (kontusio, laserasi)
Terputusnya kontinuitas jaringan tulang
Terputusnya kontinuitas jaringan kulit, otot dan vaskuler
-Perubahan outoregulasi
-Odem cerebral
-Perdarahan
-Hematoma
Gangguan suplai darah
Iskemia
Perubahan sirkulasi CSS
Perubahan perfusi jaringan
Peningkatan TIK
Girus medialis lobus temporalis tergeser
Kejang
Gangg. Neurologis fokal
Hipoksia
1. Bersihan jln. nafas
2. Obstruksi jln. nafas
3. Dispnea4. Henti nafas5. Perub. Pola
nafas
Resiko tidak efektifnya jln.nafas
Defisit Neurologis
Gangg.persepsi sensori
Gangg.fungsi otak
Herniasi unkus
Mesesenfalon tertekan
Gangg.kesadaran
Resiko injuri
NyeriResiko infeksi
Mual – muntahPapilodemaPandangan kaburPenurunan fungsi
pendengaranNyeri kepala
Cemas
Immobilisasi
Resiko kurangnya volume cairan
Resiko gangg.integritaskulit
Kurangnya perawatan diri
II.7 TINGKAT KEPARAHAN TRAUMA KEPALA DENGAN SKOR KOMA GLASGOW (SKG)
Skala koma Glasgow adalah nilai (skor) yang diberikan pada pasien trauma
kapitis,gangguankesadaran dinilai secara kwantitatif pada setiap tingkat kesadaran. Bagian-
bagian yang dinilai adalah;
1. Minor
SKG 13 – 15
Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30 menit.
Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral, hematoma.
2. Sedang
SKG 9 – 12
Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam.
Dapat mengalami fraktur tengkorak.
3. Berat
SKG 3 – 8
Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam.
Juga meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematoma intrakranial.
II.8 TEST DIAGNOSTIK
Scan CT tanpa/dengan kontras : Mengidentifikasi adanya SOL, hemoragic,
menentukanukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak.
MRI : Sama dengan scan CT tanpa/dengan menggunakan kontras.
Angiografi cerebral : Menunjukan kelainan sirkulasi cerebral seperti pergeseran jaringanotak
akibat edema, perdarahan serta trauma.
EEG : Untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang patologis.
Sinar X : Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur), pergeseran struktur
darigaris tengah (karena perdarahan, edema), adanya fragmen tulang.
BAER (Brain Auditori Evoked Respons). : Menentukan fungsi korteks dan batang otak.
PET (Positron Emission Tomografi) : Menunjukan perubahan aktivitas metabolism
dalamotak.
Pungsi Lumbal, CSS : Dapat menduga kemungkinan adanya perdarahan subarachnoid.
7
GDA (Gas Darah Arteri) : Mengetahuai adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yangdapat
meningkatkan TIK.
( Marlyn. E. Doengoes; 2000 )
II.9 PENTALAKSANAAN MEDIS
Secara umum penatalaksanaan therapeutic pasien dengan trauma kepala adalah sebagai berikut:
1. Observasi 24 jam
2. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.
3. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
4. Pasien diistirahatkan atau tirah baring.
5. Profilaksis diberikan bila ada indikasi.
6. Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi.
7. Pemberian obat-obat analgetik.
8. Pembedahan bila ada indikasi.
II. 10 KOMPLIKASI TRAUMA KEPALA
Menurut Hudak and Gallo, (2005 ) komplikasi trauma kepala yaitu :
1. Edema pulmonal : Ini mungkin berasal dari gangguan neurologis atau akibat sindrom
distresspernafasan dewasa. Edema paru dapat akibat dari trauma pada otak yang
menyebabkanadanya reflek cushing. Peningkatan pada tekanan darah sistemik terjadi sebagai
respon darisistem saraf simpatis pada peningkatan TIK. Peningkatan vasokontriksi tubuh
umum inimenyebabkan lebih banyak darah dialirkan ke paru-paru.
2. Kejang : Kejang terjadi sekitar 10 % dari pasien trauma kepala selama fase akut perawat
harusmempersiapkan kemungkinan kejang dengan menyediakan spatel lidah yang diberi
bantalanatau jalan nafas oral di samping tempat tidur dan peralatan penghisap dekat dalam
jangkauan.Satu-satunya tindakan medis terhadap kejang adalah terapi obat. Diazepam
merupakan obatyang paling banyak digunakan dan diberikan secara perlahan melalui
intravena.
8
3. Kebocoran cairan serebrospinal : Ini dapat akibat dari fraktur pada fossa anterior dekat
sinusfrontal atau dari fraktur tengkorak basilar bagian petrosus dari tulang temporal.
II. 11 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TRAUMA KEPALA
Faktor-faktor yang mempengarui trauma kepala (Brunner & Suddarth, 2002)
a. Kardiovaskuler
Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler dimana
penurunantekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah anterior bekontraksipengaruh
persarafansimpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dananterior otak yang tidak
terlalu besar.
b. Respiratori
Adanya edema paru pada trauma kepala dan fase kontraksi paru-paru atau hipertensi
parumenyebabkan hipernoe dan berkontraksi. Abnea, edema otak terjadi robekan
padapembuluhdarah kapiler atau cairan traumatic yang mengandung protein aksudal yang
berisi albumen.Edema otak terjadi karena penekanan pembuluh darah dan jaringan
disekelilingnya.
c. Metabolisme
Pada trauma kepala terjadi perubahan metabolisme seperti trauma tubuh lainnya
yaitukecenderungan retensi natrium, air dan hilangnya sejumlah netrogen.
d. Gastrointestinal
Trauma kepala juga mempengaruhi sistem gastrointestinal setelah trauma kepala tigaHari
terdapat respon tumbuh dengan merangsang aktivitas hipotamalus akanmerangsang
lambungmenjadi hiperaditas.
e. Psikologis
Selain dampak masalah yang mempengaruhi fisi klinis, trauma kepala lain adalah suatu
9
pengalaman yang menakutkan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
10
III.1. PENGKAJIAN
1. Data Biografi
2. Riwayat kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status
kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan segera setelah kejadian.
3. Pemeriksaan fisik
a. Sistem respirasi : suara nafas, pola nafas (kusmaull, cheyene stokes, biot, hiperventilasi,
ataksik)
b. Kardiovaskuler : pengaruh perdarahan organ atau pengaruh PTIK
c. Sistem saraf :
Kesadaran GCS.
Fungsi saraf kranial trauma yang mengenai/meluas ke batang otak akan
melibatkan penurunan fungsi saraf kranial.
Fungsi sensori-motor adakah kelumpuhan, rasa baal, nyeri, gangguan
diskriminasi suhu, anestesi, hipestesia, hiperalgesia, riwayat kejang.
d. Sistem pencernaan
Bagaimana sensori adanya makanan di mulut, refleks menelan, kemampuan
mengunyah, adanya refleks batuk, mudah tersedak. Jika pasien sadar tanyakan
pola makan?
Waspadai fungsi ADH, aldosteron : retensi natrium dan cairan.
Retensi urine, konstipasi, inkontinensia.
e. Kemampuan bergerak : kerusakan area motorik hemiparesis/plegia, gangguan gerak
volunter, ROM, kekuatan otot.
f. Kemampuan komunikasi : kerusakan pada hemisfer dominan disfagia atau afasia
akibat kerusakan saraf hipoglosus dan saraf fasialis.
g. Psikososial data ini penting untuk mengetahui dukungan yang didapat pasien dari
keluarga.
III.2 DIAGNOSA
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan suplai darah
11
b. Nyeri berhubungan dengan trauma kepala
c. Resiko tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
d. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan mual, muntah
e. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan menurunnya kesadaran
f. Resiko injuri berhubungan dengan menurunnya kesadaran atau meningkatnya tekanan
intrakranial
g. Resiko infeksi berhubungan dengan kondisi penyakit akibat trauma kepala.
h. Kecemasan orang tua-anak berhubungan dengan kondisi penyakit akibat trauma kepala.
i. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi.
III.3 INTERVENSI
a. Dx 1 : Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan suplai darah
Tujuan : setelah dilakukan tindakaan keperawatan diharapkan Perfusi jaringan serebral
yang adekuat
Kriteria Hasil:
tidak ada pusing hebat
kesadaran tidak menurun
tidak terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial
Intervensi
INTERVENSI RASIONAL
Kaji tingkat kesadaran dengan GCS Tingkat kesadaran merupakan indicator
terbaik adanya perubahan neurologi
Kaji pupil,ukuran, respon terhadap
cahaya, gerakan mata
Mengetahui funsi N II dan N III
Pertahankan kepala tempat tidur 30o-
450denan posisi leher tidak menekuk
Memfasilitasi drainasi vena dari otak
Kolaborasi:
Berikan obat sesuai program
Mencegah komplikasi lebih dini
b. Nyeri berhubungan dengan trauma kepala
12
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien merasa nyaman
Kriteria Hasil:
tidak mengeluh nyeri
tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi
INTERVENSI RASIONAL
Kaji keluhan nyeri dengan
menggunakan skala nyeri, catat lokasi
nyeri, lamanya, serangannya,
peningkatan nadi, nafas cepat atau
lambat, berkeringat dingin
Adanya tanda awalnyeri sering terjadi
pasien sehingga dpat dilakukan upaya
pencegahan
Tingkatkan istirahat dan relaksasi,
jaga ketenangan lingkungan
Meningkatkan rasa nyaman dan
menghindaristimulus nyeri
Berikan support dan berikan informasi
yang realistis
Membangkitkan kemampuan
menghilangkan rasa nyeri
Kolaborasi :
Berikan pengobatan sesuai indikasi
Mengurangi rasa nyeri dan mencegah
nyeri kepala
c. Resiko tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan Pola nafas dan bersihan jalan nafas
efektif
Kriteria Hasil :
tidak ada sesak atau kesukaran bernafas
jalan nafas bersih
pernafasan dalam batas normal
13
Intervensi
INTERVENSI RASIONAL
Kaji frekuensi pernafasan Pernafasan tidak teratur seperti apneu,
pernafasan cepat atau lambat, kemungkinan
adanyagangguan pada pusat pernafasan di
otak
Berikan posisi semi fowler Memaksimalkan ekspansi paru
Pertahankan kebersihan jalan nafas Mempertahankan adekuatnya suplai oksigen
ke otak
Monitor AGD Mempertahankan kadar PaO2 dan PaCO2
dalam batas normal
d. Resiko kurangnya volume csiran berhubungan dengan mual, muntah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Tidak ditemukan tanda-
tanda kekurangan volume cairan atau dehidrasi
Kriteria Hasil :
membran mukosa lembab
integritas kulit baik
nilai elektrolit dalam batas normal
Intervensi
INTERVENSI RASIONAL
14
Monitor intake dan output cairan Mengetahui keseimbangan cairan
Monitor hasil laboratorium, hematokrit,
dan elektrolit
Hematokrit yang meningkat berarti
cairan lebih pekat
Monitor tanda-tanda dehidrasi : banyak
minum, kulit kering, turgor kulit jelek
Indicator kekurangan cairan
Kolaborasi :
Berikan cairan pengganti melalui oran
atau parenteral
Mengganti cairan yang hilang
e. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan menurunnya kesadaran
Tujuan : Kebutuhan sehari-hari anak terpenuhi yang ditandai dengan berat badan stabil
atau tidak menunjukkan penurunan berat badan, tempat tidur bersih, tubuh anak bersih,
tidak ada iritasi pada kulit, buang air besar dan kecil dapat dibantu.
Intervensi:
Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan aktivitas, makan – minum, mengenakan
pakaian, BAK dan BAB, membersihkan tempat tidur, dan kebersihan
perseorangan.
Berikan makanan via parenteral bila ada indikasi.
Perawatan kateter bila terpasang.
Kaji adanya konstipasi, bila perlu pemakaian pelembek tinja untuk memudahkan
BAB.
Libatkan orang tua dalam perawatan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan
demonstrasikan, seperti bagaimana cara memandikan anak.
f. Resiko injuri berhubungan dengan menurunnya kesadaran atau meningkatnya tekanan
intrakranial.
Tujuan: Anak terbebas dari injuri.
Intervensi:
Kaji status neurologis anak: perubahan kesadaran, kurangnya respon terhadap nyeri,
menurunnya refleks, perubahan pupil, aktivitas pergerakan menurun, dan kejang.
Kaji tingkat kesadaran dengan GCS
15
Monitor tanda-tanda vital anak setiap jam atau sesuai dengan protokol.
Berikan istirahat antara intervensi atau pengobatan.
Berikan analgetik sesuai program.
g. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya injuri.
Tujuan: Anak akan terbebas dari infeksi yang ditandai dengan tidak ditemukan tanda-
tanda infeksi: suhu tubuh dalam batas normal, tidak ada pus dari luka, leukosit dalam
batas normal.
Intervensi:
Kaji adanya drainage pada area luka.
Monitor tanda-tanda vital: suhu tubuh.
Lakukan perawatan luka dengan steril dan hati-hati.
Kaji tanda dan gejala adanya meningitis, termasuk kaku kuduk, iritabel, sakit kepala,
demam, muntah dan kenjang.
h. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit akibat trauma kepala.
Tujuan: Anak dan orang tua akan menunjukkan rasa cemas berkurang yang ditandai
dengan tidak gelisah dan orang tua dapat mengekspresikan perasaan tentang kondisi dan
aktif dalam perawatan anak.
Intervensi:
Jelaskan pada anak dan orang tua tentang prosedur yang akan dilakukan, dan tujuannya.
Anjurkan orang tua untuk selalu berada di samping anak.
Ajarkan anak dan orang tua untuk mengekspresikan perasaan.
Gunakan komunikasi terapeutik.
i. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi.
Tujuan: Tidak ditemukan tanda-tanda gangguan integritas kulit yang ditandai dengan
kulit tetap utuh.
Intervensi:
Lakukan latihan pergerakan (ROM).
Pertahankan posisi postur tubuh yang sesuai.
16
Rubah posisi setiap 2 jam sekali atau sesuai dengan kebutuhan dan kondisi anak.
Kaji area kulit: adanya lecet.
Lakukan “back rub” setelah mandi di area yang potensial menimbulkan lecet dan pelan-
pelan agar tidak menimbulkan nyeri.
BAB IV
PENUTUP
IV.1KESIMPULAN
17
Trauma kepala merupakan suatu kegawatan yang paling sering dijumpai di unit gawat
darurat suatu rumah sakit. Trauma kepala juga merupakan penyebab kematian ketiga dari semua
jenis trauma yang dikaitkan dengan kematian. Menurut Brain Injury Association of
Americaadalah karena terjatuh sebanyak 28%,kecelakaan lalu lintas sebanyak 20%, karena
disebabkan kecelakaan secara umum sebanyak 19%dan kekerasan sebanyak 11% dan akibat
ledakan di medan perang merupakan penyebab utamatrauma kepala. Kecelakaan lalu lintas dan
terjatuh merupakan penyebab rawat inap pasien trauma kepala.Kekerasan adalah penyebab
ketiga rawat inappasien trauma kepala.
IV.2 SARAN
Semoga Makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan saran sangat
diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik.
18