Download - askep pada lansia
-
7/30/2019 askep pada lansia
1/40
MAKALAH SISTEM PERSYARAFAN
PARKINSON
Disusun Oleh Kelompok II :
1. Tiara Simarmata (201111107)2. Rosiana Veronika (201111091)3. Khristina Damayanti (201111065)4. Sri Setyani (201111100)5. Regina (201111088)6. Luvy Septiana K (201111070)7. Rangga Sandy S8. Sri Handayani (201111099)
S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN SANTA ELISABETH
SEMARANG
2012/2013
-
7/30/2019 askep pada lansia
2/40
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Parkinson.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah SISTEM
PERSYARAFAN. Dalam menyelesaikan makalah ini kami berusaha menyusun
dengan baik.Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
pembaca dan untuk kesempurnaan makalah ini kami mengharapkan kritikan dan
saran-saran yang bersifat membangun.
Semarang,
Penyusun
-
7/30/2019 askep pada lansia
3/40
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah1.2Tujuan
BAB II PENYAKIT PARKINSON
2.1Proses degenerative susunan saraf pusat dan susunan saraf tepi2.2Fisiologi susunan saraf pusat dan tepi2.3Patofisiologi Parkinson2.4Diet untuk Parkinson2.5Farmakologi untuk Parkinson2.6Penatalaksanaan medis Parkinson2.7Askep Parkinson2.8Keterampilan memberikan pendidikan kesehatan tentang Parkinson2.9Keterampilan memberikan terapi modalitas2.10 Keterampilan melakukan pemenuhan ADL2.11 Keterampilan melakukan PF system persyarafan2.12 Keterampilan memberikan penkes ke keluarga tentang perawatan
pasien persyarafan selama di rumah (cara berjalan dengan tripon dan walker)
2.13 Askep2.14 Pertanyaan pemicu
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
-
7/30/2019 askep pada lansia
4/40
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang Masalah
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat
kronis progresif, merupakan penyakit terbanyak kedua setelah demensia
Alzheimer.Penyakit ini memiliki dimensi gejala yang sangat luas sehingga baik
langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kualitas hidup penderita maupun
keluarga.Pertama kali ditemukan oleh seorang dokter inggris yang bernama James
Parkinson pada tahun 1887.Penyakit ini merupakan suatu kondisi ketika seseorangmengalami ganguan pergerakan.
Tanda-tanda khas yang ditemukan pada penderita diantaranya resting tremor,
rigiditas, bradikinesia, dan instabilitas postural. Tanda-tanda motorik tersebut
merupakan akibat dari degenerasi neuron dopaminergik pada system
nigrostriatal.Namun, derajat keparahan defisit motorik tersebut beragam.Tanda-tanda
motorik pasien sering disertai depresi, disfungsi kognitif, gangguan tidur, dan
disfungsi autonom.
Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria dan
wanita seimbang. 510 % orang yang terjangkit penyakit parkinson, gejala awalnya
muncul sebelum usia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65 tahun.
Secara keseluruhan, pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di seluruh dunia
dan 1,6 % di Eropa, meningkat dari 0,6 % pada usia 6064 tahun sampai 3,5 % pada
usia 8589 tahun.
Penyakit Parkinson dimulai secara samar-samar dan berkembang secara
perlahan. Pada banyak penderita, pada mulanya Penyakit Parkinson muncul sebagai
tremor(gemetar) tangan ketika sedang beristirahat, tremorakan berkurang jika tangan
digerakkan secara sengaja dan menghilang selama tidur. Stres emosional atau
kelelahan bisa memperberat tremor. Pada awalnya tremor terjadi pada satu tangan,
akhirnya akan mengenai tangan lainnya, lengan dan tungkai. Tremor juga akan
mengenai rahang, lidah, kening dan kelopak mata.
Penderita Penyakit Parkinson mengalami kesulitan dalam memulai suatu
pergerakan dan terjadi kekakuan otot. Jika lengan bawah ditekuk ke belakang atau
diluruskan oleh orang lain, maka gerakannya terasa kaku. Kekakuan dan imobilitas
bisa menyebabkan sakit otot dan kelelahan.Kekakuan dan kesulitan dalam memulai
suatu pergerakan bisa menyebabkan berbagai kesulitan.Otot-otot kecil di tangan
seringkali mengalami gangguan, sehingga pekerjaan sehari -hari (misalnya
mengancingkan baju dan mengikat tali sepatu) semakin sulit dilakukan.Penderita
Penyakit Parkinson mengalami kesulitan dalam melangkah dan seringkali berjalan
tertatih-tatih dimana lengannya tidak berayun sesuai dengan langkahnya.Jika
http://artikel-info-kesehatan.blogspot.com/2009/06/penyakit-parkinson-parkinsons-disease.htmlhttp://artikel-info-kesehatan.blogspot.com/2009/06/penyakit-parkinson-parkinsons-disease.htmlhttp://artikel-info-kesehatan.blogspot.com/2009/06/penyakit-parkinson-parkinsons-disease.htmlhttp://artikel-info-kesehatan.blogspot.com/2009/06/penyakit-parkinson-parkinsons-disease.html -
7/30/2019 askep pada lansia
5/40
penderita Penyakit Parkinson sudah mulai berjalan, mereka mengalami kesulitan
untuk berhenti atau berbalik.Langkahnya bertambah cepat sehingga mendorong
mereka untuk berlari kecil supaya tidak terjatuh. Sikap tubuhnya menjadi bungkuk
dan sulit mempertahankan keseimbangan sehingga cenderung jatuh ke depan atau ke
belakang.Wajah penderita Penyakit Parkinson menjadi kurang ekspresifkarena otot-
otot wajah untuk membentuk ekspresi tidak bergerak. Kadang berkurangnya ekspresi
wajah ini disalah artikan sebagai depresi, walaupun memang banyak penderita
Penyakit Parkinson yang akhirnya mengalami depresi.Pandangan tampak kosong
dengan mulut terbuka dan matanya jarang mengedip.Penderita Penyakit Parkinson
seringkali ileran atau tersedak karena kekakuan pada otot wajah dan tenggorokan
menyebabkan kesulitan menelan.Penderita Penyakit Parkinson berbicara sangat pelan
dan tanpa aksen (monoton) dan menjadi gagap karena mengalami kesulitan dalam
mengartikulasikan fikirannya.Sebagian besar penderita memiliki intelektual yang
normal, tetapi ada juga yang menjadi pikun.
2.2 Tujuan
1.2.1 Mahasiswa/i mampu berkomunikasi secara lisan dan tulisan.
1.2.2 Mahasiswa mampu/i mampu menganalisa asuhan keperawatan
PARKINSON Pneumonia pada lansia dengan mengintegrasikan ilmu
biologi, biokimia, anatomi, fisiologi, patologi, patofisiologi, farmakologi,
dan gizi.
2.3 Manfaat
1.3.1 Agar mahasiswa/i mampu memahami tentang sistem persyarafan,
khususnya pada lansia.
1.3.2 Agar mahasiswa/i mampu memahami tentang PARKINSON.
1.3.3 Agar mahasiswa/i mampu mengimplementasikan penatalaksanaan dengan
pasien parkinson.
http://artikel-info-kesehatan.blogspot.com/2009/06/penyakit-parkinson-parkinsons-disease.htmlhttp://artikel-info-kesehatan.blogspot.com/2009/06/penyakit-parkinson-parkinsons-disease.html -
7/30/2019 askep pada lansia
6/40
BAB II
ISI
2.1Proses degeneratif susunan saraf pusat dan susunan saraf tepiSel-sel saraf baik pada sistem saraf pusat ataupun sistem saraf perifer
sejak sudah dahulu dianggap tidak dapat membelah diri pada individu yang
telah selesai perkembangan sistem sarafnya.Hasil-hasil penelitian pada akhir-
akhir ini menunjukan bahwa kemungkinan besar sel-sel saraf tersebut masih
dapat membelah diri walaupun sangat lamban.Sedangkan tonjolan-tonjolan
sel saraf pada sistem saraf pusat apabila mengalami kerusakan sangat sulit
dapat tumbuh kembali.Sebaliknya pada sistem saraf perifer penggantian
tonjolan saraf berlangsung mudah selama bagian perikarion tidak mengalami
kerusakan.
Apabila sebuah saraf mati bersama tonjolan-tonjolannya, maka sel-sel saraf
yang berhubungan dengan sel saraf tersebut tidak ikut mati, kecuali untuk sel
neuron yang hanya berhubungan dengan sel saraf mati tadi.Peristiwa
semacam ini dinamakan Degenerasi-transneral.
Keadaan untuk sel-sel glia pada sistem saraf pusat dan sel schwann serta sel
satelit ganglion pada sistem saraf perifer berlawanan dengan sel-sel saraf, oleh
karena mereka sangat mudah melangsungkan pembelahan sel. Akibatnya
kematian sel-sel saraf akan cepat diganti oleh sel-sel glia atau sel schwann
atau sel satelit.
Sangatlah perlu untuk membedakan perubahan-perubahan yangberlangsung pada bagian proksimal dan distal dari kerusakan sebuah serabut
saraf, sebab bagian proksimal dari kerusakan yang dekat dengan badan sel
lebih mudah mengalami degenerasi total.
Kerusakan pada axon akan mengakibatkan perubahan-perubahan
dalam perikarion sebagai berikut :
- Hilangnya badan Nissl sehingga neroplasma berkurang basofil
(khromatolisis)
- Membesarnya volume perikarion
- Perpindahan inti kedaerah tepi
Bagian sebelah distal dari kerusakan, degenerasi total dialami oleh
seluruh axon bersama selubung mielin yang di ikuti oleh pembersihan sisa-
sisa degenerasi oleh sel makrofag. Sementara proses ini berlangsung, sel-sel
schwann akan membelah diri secara aktif sehingga membentuk batang solid
yang mengisi bekas yang dilalui oleh axon. Rangkain sel-sel ini akan
-
7/30/2019 askep pada lansia
7/40
bertindak segai pengarah untuk pertumbuhan axon yang bertunas dalam fase
perbaikan. Serabut otot yang di persarafi axon yang rusak tampak mengecil.
Sekitar 3 minggu setelah kerusakan serabut saraf, ujung serabut saraf sebelah
proksimal dari kerusakan akan tumbuh dan bercabang-cabang sebagai
serabut-serabut halus ke arah pertumbuhan sel-sel schwann. Diantara sekian
banyak percangan axon beberapa akan terus tumbuh, khususnya yang dapat
menerobos rangkain sel-sel schwann untuk mencapai sel efektor, misalnya
otot. Apabila celah yang memisahkan bagian proksimal dan bagian distal dari
axon cukup lebar atau pada keadaan hilangnya sama sekali bagian distal,
misalnya amputasi, maka saraf-saraf sebagian hasil pertumbuhan baru tersebut
membentuk gulungan yang menyebabkan rasa sakit. Pembentukan gulungan
tersebut diberi nama yang sebenarnya kurang benar sebagai neroma amputasi.
Proses perubahan degeneratif pada bagian distal dari kerusakan dinamakan
degenerasi sekunder dari Waller.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi degenerative system sarafFaktor-faktor yang mempengaruhi degeneratif sistem syaraf khususnya pada
penyakit parkinsson adalah :
UsiaKarena Penyakit Parkinson umumnya dijumpai pada usia lanjut dan
jarang timbul pada usia di bawah 30 tahun
RasDi mana orang kulit putih lebih sering mendapat penyakit Parkinson
daripada orang Asia dan Afrika.
Genetik, factor genetik amat penting dengan penemuan pelbagaikecacatan pada gen tertentu yang terdapat pada penderita Penyakit
Parkinson, khususnya penderita Parkinson pada usia muda.
Toksin (seperti 1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6-trihidroxypyridine (MPTP),CO, Mn, Mg, CS2, methanol, etanol dan sianida), penggunaan
herbisida dan pestisida, serta jangkitan.
Cedera kranio serebral, meski peranannya masih belum jelas, dan Tekanan emosional, yang juga dipercayai menjadi faktor risiko.
Pada Penyakit Parkinson, sel-sel saraf pada ganglia basalis mengalami
kemunduran sehingga pembentukan dopamin berkurang dan hubungan
dengan sel saraf dan otot lainnya juga lebih sedikit. Penyebab dari
kemunduran sel saraf dan berkurangnya dopamin biasanya tidak diketahui.
http://obatpropolis.com/penyakit-parkinson/http://obatpropolis.com/penyakit-parkinson/ -
7/30/2019 askep pada lansia
8/40
2. Letak dan produksi neurotransmitterSinaps adalah struktur yang terdapat diantara neuron. Impuls ditransmisi
dari neuron ke neuron lain dan pada organ tubuh yang berhubungan. Sinaps
adalah titik pertautan antara dua neuron.Neurotransmitter adalah agen kimiawi
yang berperan dalam mentransmisi impuls melalui sinaps.Neurotransmitter
yang bersifat eksitasi adalah acetylcholine, norepinephrine, dopamine,
glutamate dan histamine.Sedangkan neurotransmitter yang pada umummnya
menginhibisi adalah gamma aminobutyric acid (GABA) pada jaringan otak
dan glycine pada medula spinalis. Serotonin menghambat dan mengontrol
tidur, lapar dan mempengaruhi kesadaran
3. Peran neurotransmitter dan efeknya jika kadarnya berubahAsam amino adalah bahan baku untuk neurotransmiter dan berbagai
vitamin dan mineral adalah co-faktor yang diperlukan untuk produksi
mereka. Ada sekitar 28 asam amino yang digunakan dalam tubuh. Hati
memproduksi sekitar 80 persen dari mereka, sedangkan 20 persen sisanya
harus diperoleh dari diet kita, maka 'asam amino esensial' nama mereka. Asam
amino esensial yang berasal dari protein, dan penelitian menunjukkan bahwa
diet kekurangan protein akan menyebabkan tingkat neurotransmitter yang
lebih rendah dan akibatnya masalah kesehatan mental.Asam amino esensial
untuk produksi serotonin triptofan, fenilalanin dan tirosin sementara adalah
blok bangunan untuk dopamin dan noradrenalin. Gambar di bawah
menunjukkan beberapa langkah biokimia penting yang dibutuhkan untuk
produksi neurotransmitter dopamin dan serotonin.Seperti ditunjukkan dalam
gambar di bawah ini, tirosin dan triptofan pergi melalui sejumlah proses
metabolisme dalam tubuh sebelum akhirnya diubah menjadi neurotransmitter
dopamin dan serotonin. Untuk hal ini terjadi secara efektif, tubuh harus
memiliki toko-toko yang cukup vitamin dan mineral tertentu.Sebagai contoh,
asam folat, zat besi, vitamin B6, vitamin C, magnesium dan tembaga adalah
penting co-faktor penting untuk produksi dopamin. Produksi serotonin
bergantung pada tingkat yang memadai kalsium, asam folat, zat besi,
magnesium, vitamin B6, vitamin C dan zinc dalam tubuh. Fakta ini sering
dilupakan ketika datang untuk mengobati masalah suasana hati. Kecuali tubuh
memiliki pasokan nutrisi yang baik, sejumlah proses fisiologis akan terhenti
dan akan menghasilkan masalah mood.
Tingkat neurotransmitter dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Jelas gizi
dan kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi memainkan peran besar, tetapi
ada sejumlah pengaruh utama lainnya pada produksi
-
7/30/2019 askep pada lansia
9/40
neurotransmiter. Beberapa ini adalah rinci dalam tabel di bawah ini. Penyebab
ini dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesehatan kita dan pada
proses metabolisme dalam tubuh kita.
Penyebab Ketidakseimbangan Neurotransmitter
Pola makan yang buruk misalnya,protein rendah, gula tinggi, tinggi
lemak jenuh, lemak tak jenuh yang
rendah
Penggunaan alkohol menggunakan /narkoba Kelebihan
Gizi kekurangan Obat-obat tertentu Kronis stres fisik dan emosional Bedah / operasi Kondisi medis misalnya, diabetes,
kondisi tiroid, penyakit
kardiovaskular.
Membatasi diet Genetik membuat & biokimia
individu
Gangguan metabolic
Toksisitas logam Masalah pencernaan Alergi Kimia & makanan sensitivitas Tinggi stres dan / atau trauma
psikologis
Kurang tidur Virus & infeksi Kurangnya, atau berlebihan, olahraga Hormon ketidakseimbangan Penting kekurangan asam lemak Ketidakseimbangan gula darah Terlalu menetap gaya hidup
Adapun cara meningkatkan keseimbangan neurotransmitter
Obat utama memperlakukan kekurangan neurotransmiter dan masalah
kesehatan konsekuen mental melalui penggunaan obat-obatan farmasi. Lebih
khusus, antidepresan seperti Prozac, dan Zoloft Cipramil digunakan untuk
pengobatan depresi, sedangkan benzodiazepin seperti valium dan Serapax
digunakan untuk pengobatan kecemasan, stres dan insomnia. Studi
menunjukkan bahwa obat antidepresan efektif untuk manapun antara 30
hingga 60 persen orang depresi. Sayangnya ini masih menyisakan manapun
antara 40 sampai 70 persen orang masih tidak sehat. Ditambah dengan hal ini
adalah efek samping yang sering yang sering dialami oleh orang. Sementara
antidepresan yang lebih baru telah terbukti lebih baik ditoleransi, efek
samping yang masih mempengaruhi sebagian besar penderita. Beberapa efek
samping yang lebih umum meliputi: kecemasan & kegugupan; sembelit atau
diare, pusing, mengantuk; mulut kering, sakit kepala, insomnia, mual,
disfungsi seksual, tremor, retensi urin, dan berat badan. Terapi psikologis
-
7/30/2019 askep pada lansia
10/40
adalah alternatif yang efektif untuk obat untuk mengobati masalah suasana
hati. Meskipun dampaknya terhadap tingkat neurotransmitter masih tak
menentu sekarang juga diakui bahwa terapi psikologis memang memiliki
dampak positif pada suasana hati, mungkin melalui pengaruhnya terhadap
pemikiran dan sistem keyakinan. Meskipun kepercayaan umum bahwa obat
adalah cara utama untuk meningkatkan produksi neurotransmitter, ini tidak
bisa lebih jauh dari kebenaran. Seperti yang dapat Anda lihat dari "penyebab
ketidakseimbangan neurotransmitter 'tabel di atas ada sejumlah penyebab
masalah neurotransmitter dan untungnya banyak dari mereka yang
berubah. Meskipun kita mungkin tidak mampu mengubah gen kita, kita tentu
dapat memodifikasi gaya hidup dan perilaku kita.Misalnya, olahraga teratur
dapat secara dramatis meningkatkan produksi neurotransmitter. Makan
makanan yang sehat, berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan santai dan
menyenangkan dan membatasi asupan alkohol juga semua pengaruh
positif.Penggunaan suplemen herbal tertentu dan juga penting dan telah
terbukti dalam sejumlah studi untuk menjadi efektif dalam meningkatkan
level neurotransmitter dan mengangkat mood seseorang. Meskipun tidak
lengkap, daftar di bawah ini rincian beberapa nutrisi penting yang diperlukan
untuk sintesis neurotransmiter:
St John Wort SAMe Asam amino tirosin, triptofan dan 5-HTP Kalsium Magnesium B-vitamin Asam Folat Vitamin C Seng Besi Tembaga
Neurotransmitter gangguan / ketidakseimbangan adalah penyebab penting dari
masalah kesehatan mental. Sebagaimana dibahas, bagi kebanyakan orang, mereka
untungnya bisa diobati melalui diet, gaya hidup dan suplemen gizi.
4. Hubungan neurotransmitter dengan proses penghantar sarafNeurotransmiter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron
dan disimpan dalam gelembung sinaptik pada ujung akson.Zat kimia ini
-
7/30/2019 askep pada lansia
11/40
dilepaskan dari akson terminal melalui eksositosis dan direabsorbsi untuk
daur ulang. Neurotransmiter merupakan cara komunikasi antar neuron. Setiap
neuron melepaskan satu transmitter. Zat-zat kimia ini menyebabkan
perubahan permeabilitas sel neuron, sehingga neuron menjadi lebih kurang
dapat menyalurkan impuls, tergantung dari neuron dan transmitter tersebut.
Neuron menyalurkan sinyal-sinyal saraf ke seluruh tubuh.Implus
neuron bersifat listrik disepanjang neuron dan bersifat kimia diantara neuron.
Secara anatomis, neuron-neuron tersebut tidak bersambungan satu dengan
yang lain. Tempat-tempat dimana neuron mengadakan kontak dengan neuron
lain atau dengan organ-organ efektor disebut sinaps. Sinaps merupakan satu-
satunya tempat dimana suatu impuls dapat lewat dari satu neuron ke neuron
lainnya atau efektor. Ruang antara satu neuron dan neuron berikutnya (atau
organ efektor) dikenal dengan nama celah sinaptik. Neuron yang
menghantarkan impuls saraf menuju ke sinaps disebut neuron
prasinaptik.Neuron yang membawa impuls dari sinaps disebut neuron
possinaptik.
Komponen listrik dari transmisi saraf menangani transmisi impuls
disepanjang neuron. Permeabilitas membrane sel neuron terhadap ion natrium
dan kalium bervariasi dan dipengaruhi oleh perubahan kimia serta listrik
dalam neuron tersebut ( terutama neurontransmiter dan stimulus oragan
reseptor). Dalam keadaan istirahat, permeabilitas membrane sel menciptakan
kadar kalium intrasel yang tinggi dan kadar natrium yang rendah, bahkan pada
kadar natrium ekstrasel yang tinggi. Impuls listrik timbul oleh pemisahan
muatan akibat perbedaan kadar ion intrasel dan ekstrasel yang dibatasi
membran sel.
Bila rangsang yang menimbulkan perubahan listrik dalam membrane
sel neuron menyebabkan peningkatan permeabilitas terhadap ion kalium,
maka neuron menjadi hiperpolarisasi dan terhambat.Neuron yang mengalami
hiperpolarisasi tak sanggup meneruskan impuls saraf.Jika rangasan
menyebabkan perubahan listrik yang menimbulkan peningkatan permeabilitas
terhadap ion natrium, neuron itu dikatakan dalam keadaan terangsang atau
depolarisasi. Bila membrane mengalami depolarisasi sampai suatu tingkatan
kritis disebut ambang eksitasi, maka terjadi perubahan permeabilitas
membrane dengan influks natrium secara mendadak, depolarisasi cepat, dan
pembentukan potensial aksi pada tempat perangsangan. Potensial aksi
disalurkan melalui akson sebagai suatu fenomena tuntas atau tidak sama
sekali, dan bukan sebagai respon bertahap. Bila potensial aksi tersebut
-
7/30/2019 askep pada lansia
12/40
mencapai ujung ( terminal) suatu akson, maka terjadi pelepasan neuron
transmitter oleh gelembung sipnaptik dengan eksositosis kedalam celah
sinaptik. Transmitter itu melekatkan diri pada reseptor neuron possinaptik
atau membran efektor, dan dapat atau tidak dapat menimbulkan potensial aksi
pada membrane possinaptik.Setiap neuron diliputi oleh banyak sinaps.
Apakah potensial aksi akan timbul atau tidak ditentukan oleh keseimbangan
antara impuls eksitasi dan inhibisi yang diterima oleh neuron pada saat itu dari
semua hubungan sinaptik yang dimilikinya
2.2Fisiologi susunan saraf pusat dan tepiSistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan
bersambungan serta terdiriterutama dari jaringan saraf.Sistem persarafan
merupakan salah satu organ yang berfungsi untuk menyelenggarakan
kerjasama yang rapi dalam organisasi dan koordinasi kegiatan tubuhFungsi sistem saraf yaitu
Mendeteksi perubahan dan merasakan sensasi2. Menghantarkan
informasi dari satu tempat ke tempat yang lain3. Mengolah informasi
sehingga dapat digunakan segera atau menyimpannya untuk masamendatang
sehingga menjadi jelas artinya pada pikiran.Sistem saraf dibedakan atas 2 divisi anatomi yaitu:
1.Sistem saraf pusat (sentral), terbagi atas:a. Otak
-
7/30/2019 askep pada lansia
13/40
b. Sumsum tulang belakang (medula spinalis)
Fungsi sumsum tulang belakang
Menghubungkan sistem saraf tepi ke otak. Informasi melalui neuronsensori ditransmisikan dengan bantuan interneuron (impuls
sarafdari danke otak).
Memungkinan jalan terpendek dari gerak refleks. Sehingga sumsumtulang belakang juga biasa disebut saraf refleks.
Mengurusi persarafan tubuh, anggota badan dan kepala
2. Sistem saraf perifer (tepi) terdiri atas:Divisi Aferen, membawa informasi ke SSP (memberitahu SSP
mengenai lingkungan eksternal dan aktivitas-aktivitas internal yg diatur
oleh SSPB. Divisi Eferen, informasi dari SSP disalurkan melalui divisi
eferen ke organ efektor (otot ataukelenjar yg melaksanakan perintah untuk
menimbulkan efek yg diinginkan), terbagi atas:
-Sistem saraf somatik, yg terdiri dari serat-serat neuron motorik yg
mempersarafi otot-otot rangka
-Sistem saraf otonom, yg mempersarafi otot polos, otot jantung dan
kelenjar, terbagi atas :
1. Sistem saraf simpatis
2. Sistem saraf Parasimpatis
-
7/30/2019 askep pada lansia
14/40
2.3Patofisiologi Parkinson
A. DefinisiPenyakit parkinson adalah penyakit neurodegeneratif progresif
yang berkaitan erat dengan usia. Secara patologis penyakit parkinson
ditandai oleh degenerasi neuron-neuron berpigmen neuromelamin,
terutama di pars kompakta substansia nigra yang disertai inklusi
sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies), atau disebut juga
parkinsonisme idiopatik atau primer.
Sedangkan Parkinonisme adalah suatu sindrom yang ditandai
oleh tremor waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia, dan hilangnya
refleks postural akibat penurunan kadar dopamine dengan berbagai
macam sebab. Sindrom ini sering disebut sebagai Sindrom Parkinson.
KLASIFIKASI
Penyakit parkinson dapat dibagi atas 3 kategori, yaitu :
1. Parkinson primer/idiopatik/paralysis agitans.
-
7/30/2019 askep pada lansia
15/40
Sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan kronis, tetapi penyebabnya
belum jelas. Kira-kira 7 dari 8 kasus parkinson termasuk jenis ini.
2. Parkinson sekunder atau simtomatikDapat disebabkan pasca ensefalitis virus, pasca infeksi lain : tuberkulosis,
sifilis meningovaskuler.Toksin seperti 1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6-
tetrahydropyridine (MPTP), Mn, CO, sianida. Obat-obatan yang
menghambat reseptor dopamin dan menurunkan cadangan dopamin
misalnya golongan fenotiazin, reserpin, tetrabenazin dan lain-lain,
misalnya perdarahan serebral pasca trauma yang berulang-ulang pada
petinju, infark lakuner, tumor serebri, hipoparatiroid dan kalsifikasi.
3. Sindrom Parkinson Plus (Multiple System Degeneration)Pada kelompok ini gejalanya hanya merupakan sebagian dari gambaran
penyakit keseluruhan. Jenis ini bisa didapat pada Progressive supranuclear
palsy, Multiple system atrophy (sindrom Shy-drager, degenerasi
striatonigral, olivo-pontocerebellar degeneration, parkinsonism-
amyotrophy syndrome), Degenerasi kortikobasal ganglionik, Sindrom
demensia, Hidrosefalus normotensif, dan Kelainan herediter(Penyakit
Wilson, penyakit Huntington, Parkinsonisme familial dengan neuropati
peripheral).
B. EtiologiEtiologi Parkinson primer masih belum diketahui. Terdapat
beberapa dugaan, di antaranya ialah : infeksi oleh virus yang non-
konvensional (belum diketahui), reaksi abnormal terhadap virus yangsudah umum, pemaparan terhadap zat toksik yang belum diketahui,
terjadinya penuaan yang prematur atau dipercepat.
Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di
substansi nigra.Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang
tidak dikehendaki (involuntary).Akibatnya, penderita tidak bisa
mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak disadarinya.
Mekanisme bagaimana kerusakan itu belum jelas benar, akan
tetapi ada beberapa faktor resiko ( multifaktorial ) yang telah
diidentifikasikan, yaitu :
1. Usia : Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50sampai 200 dari 10.000 penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini
berkaitan dengan reaksi mikrogilial yang mempengaruhi kerusakan
neuronal, terutama pada substansia nigra pada penyakit parkinson.
-
7/30/2019 askep pada lansia
16/40
2. Genetik : Penelitian menunjukkan adanya mutasi genetik yangberperan pada penyakit parkinson. Yaitu mutasi pada gen a-sinuklein
pada lengan panjang kromosom 4 (PARK1) pada pasien dengan
Parkinsonism autosomal dominan. Pada pasien dengan autosomal
resesif parkinson, ditemukan delesi dan mutasi point pada gen parkin
(PARK2) di kromosom 6. Selain itu juga ditemukan adanya disfungsi
mitokondria. Adanya riwayat penyakit parkinson pada keluarga
meningakatkan faktor resiko menderita penyakit parkinson sebesar 8,8
kali pada usia kurang dari 70 tahun dan 2,8 kali pada usia lebih dari 70
tahun. Meskipun sangat jarang, jika disebabkan oleh keturunan, gejala
parkinsonisme tampak pada usia relatif muda. Kasus-kasus genetika di
USA sangat sedikit, belum ditemukan kasus genetika pada 100
penderita yang diperiksa. Di Eropa pun demikian. Penelitian di Jerman
menemukan hasil nol pada 70 penderita. Contoh klasik dari penyebab
genetika ditemukan pada keluarga-keluarga di Italia karena kasus
penyakit itu terjadi pada usia 46 tahun.
3. Faktor Lingkungana) Xenobiotik : Berhubungan erat dengan paparan pestisida yang
dapat menimbulkan kerusakan mitokondria.
b) Pekerjaan :Lebih banyak pada orang dengan paparan metal yanglebih tinggi dan lama.
c) Infeksi :Paparan virus influenza intrautero diduga turut menjadifaktor predesposisi penyakit parkinson melalui kerusakan
substansia nigra. Penelitian pada hewan menunjukkan adanya
kerusakan substansia nigra oleh infeksiNocardia astroides.
d) Diet :Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stressoksidatif, salah satu mekanisme kerusakan neuronal pada penyakit
parkinson. Sebaliknya,kopi merupakan neuroprotektif.
4. Ras : angka kejadian Parkinson lebih tinggi pada orang kulit putihdibandingkan kulit berwarna.
5. Trauma kepala : Cedera kranio serebral bisa menyebabkan penyakitparkinson, meski peranannya masih belum jelas benar.
6. Stress dan depresi :Beberapa penelitian menunjukkan depresi dapatmendahului gejala motorik. Depresi dan stress dihubungkan dengan
penyakit parkinson karena pada stress dan depresi terjadi peningkatan
turnover katekolamin yang memacu stress oksidatif.
-
7/30/2019 askep pada lansia
17/40
C. Manifestasi klinis Gejala Motorik
Gambaran klinis penyakit Parkinson
a. Tremor
Gejala penyakit parkinson sering luput dari pandangan awam, dan
dianggap sebagai suatu hal yang lumrah terjadi pada orang tua. Salah satu ciri
khas dari penyakit parkinson adalah tangan tremor (bergetar) jika sedang
-
7/30/2019 askep pada lansia
18/40
beristirahat. Namun, jika orang itu diminta melakukan sesuatu, getaran
tersebut tidak terlihat lagi.Itu yang disebut resting tremor, yang hilang juga
sewaktu tidur.
Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi
metakarpofalangis, kadang-kadang tremor seperti menghitung uang logam
atau memulung-mulung (pill rolling).Pada sendi tangan fleksi-ekstensi atau
pronasi-supinasi pada kaki fleksi-ekstensi, kepala fleksi-ekstensi atau
menggeleng, mulut membuka menutup, lidah terjulur-tertarik.Tremor ini
menghilang waktu istirahat dan menghebat waktu emosi terangsang (resting/
alternating tremor).
Tremor tidak hanya terjadi pada tangan atau kaki, tetapi bisa juga terjadi
pada kelopak mata dan bola mata, bibir, lidah dan jari tangan (seperti orang
menghitung uang).Semua itu terjadi pada saat istirahat/tanpa sadar.Bahkan,
kepala penderita bisa bergoyang-goyang jika tidak sedang melakukan
aktivitas (tanpa sadar).Artinya, jika disadari, tremortersebut bisa berhenti.Pada
awalnya tremor hanya terjadi pada satu sisi, namun semakin berat penyakit,
tremor bisa terjadi pada kedua belah sisi.
b.Rigiditas/kekakuanTanda yang lain adalah kekakuan (rigiditas). Jika kepalan tangan yang
tremortersebut digerakkan (oleh orang lain) secara perlahan ke atas bertumpu
pada pergelangan tangan, terasa ada tahanan seperti melewati suatu roda yang
bergigi sehingga gerakannya menjadi terpatah-patah/putus-putus. Selain di
tangan maupun di kaki, kekakuan itu bisa juga terjadi di leher.Akibat
kekakuan itu, gerakannya menjadi tidak halus lagi seperti break-dance.
Gerakan yang kaku membuat penderita akan berjalan dengan postur yang
membungkuk. Untuk mempertahankan pusat gravitasinya agar tidak jatuh,
langkahnya menjadi cepat tetapi pendek-pendek.
Adanya hipertoni pada otot fleksor ekstensor dan hipertoni seluruh
gerakan, hal ini oleh karena meningkatnya aktifitas motorneuron alfa, adanya
fenomena roda bergigi (cogwheel phenomenon).
c. Akinesia/BradikinesiaKedua gejala di atas biasanya masih kurang mendapat perhatian sehingga
tanda akinesia/bradikinesia muncul. Gerakan penderita menjadi serba
lambat.Dalam pekerjaan sehari-hari pun bisa terlihat pada tulisan/tanda tangan
yang semakin mengecil, sulit mengenakan baju, langkah menjadi pendek dan
diseret.Kesadaran masih tetap baik sehingga penderita bisa menjadi tertekan
(stres) karena penyakit itu.Wajah menjadi tanpa ekspresi.Kedipan dan lirikan
-
7/30/2019 askep pada lansia
19/40
mata berkurang, suara menjadi kecil, refleks menelan berkurang, sehingga
sering keluar air liur.
Gerakan volunter menjadi lambat sehingga berkurangnya gerak asosiatif,
misalnya sulit untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lambat
mengambil suatu obyek, bila berbicara gerak lidah dan bibir menjadi
lambat.Bradikinesia mengakibatkan berkurangnya ekspresi muka serta mimik
dan gerakan spontan yang berkurang, misalnya wajah seperti topeng, kedipan
mata berkurang, berkurangnya gerak menelan ludah sehingga ludah suka
keluar dari mulut.
d.Tiba-tiba Berhenti atau Ragu-ragu untuk MelangkahGejala lain adalah freezing, yaitu berhenti di tempat saat mau mulai
melangkah, sedang berjalan, atau berputar balik; dan start hesitation, yaitu
ragu-ragu untuk mulai melangkah. Bisa juga terjadi sering kencing, dan
sembelit.Penderita menjadi lambat berpikir dan depresi.Hilangnya refleks
postural disebabkan kegagalan integrasi darisaraf propioseptif dan labirin dan
sebagian kecil impuls dari mata, padalevel talamus dan ganglia basalis yang
akan mengganggu kewaspadaanposisi tubuh. Keadaan ini mengakibatkan
penderita mudah jatuh.
e. MikrografiaTulisan tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat, pada beberapa kasus
hal ini merupakan gejala dini.
f. Langkah dan gaya jalan (sikap Parkinson)Berjalan dengan langkah kecil menggeser dan makin menjadi cepat
(marche a petit pas), stadium lanjut kepala difleksikan ke dada, bahu
membengkok ke depan, punggung melengkung bila berjalan.
g.Bicara monotonHal ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara, otot
laring, sehingga bila berbicara atau mengucapkan kata-kata yang monoton
dengan volume suara halus (suara bisikan) yang lambat.
h.DimensiaAdanya perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya dengan
defisit kognitif.
-
7/30/2019 askep pada lansia
20/40
i. Gangguan behavioralLambat-laun menjadi dependen (tergantung kepada orang lain), mudah
takut, sikap kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan respon terhadap
pertanyaan lambat (bradifrenia) biasanya masih dapat memberikan jawaban
yang betul, asal diberi waktu yang cukup.
j. Gejala LainKedua mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan diatas pangkal
hidungnya (tandaMyerson positif)
Gejala non motorika. Disfungsi otonom
Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutamainkontinensia dan hipotensi ortostatik
Kulit berminyak dan infeksi kulit seboroikPengeluaran urin yang banyakGangguan seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan melemahnya
hasrat seksual, perilaku, orgasme.
b.Gangguan suasana hati, penderita sering mengalami depresic. Ganguan kognitif, menanggapi rangsangan lambatd.Gangguan tidur, penderita mengalami kesulitan tidur (insomnia)e. Gangguan sensasi
kepekaan kontras visuil lemah, pemikiran mengenai ruang, pembedaanwarna
penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan olehhypotension orthostatic, suatu kegagalan sistemsaraf otonom untuk
melakukan penyesuaian tekanan darah sebagai jawaban atas perubahan
posisi badan
berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau (microsmia atauanosmia).
D. PatofisiologiSecara umum dapat dikatakan bahwa penyakit Parkinson terjadi
karena penurunan kadar dopamine akibat kematian neuron di substansia nigra
pars compacta (SNc) sebesar 40-50% yang disertai dengan inklusi sitoplasmik
eosinofilik (Lewy bodies) dengan penyebab multifaktor.
Substansia nigra (sering disebut black substance), adalah suatu region
kecil di otak (brain stem) yang terletak sedikit di atas medulla spinalis.Bagian
-
7/30/2019 askep pada lansia
21/40
ini menjadi pusat control/koordinasi dari seluruh pergerakan.Sel-selnya
menghasilkan neurotransmitter yang disebut dopamine, yang berfungsi untuk
mengatur seluruh gerakan otot dan keseimbangan tubuh yang dilakukan oleh
sistem saraf pusat.Dopamine diperlukan untuk komunikasi elektrokimia
antara sel-sel neuron di otak terutama dalam mengatur pergerakan,
keseimbangan dan refleks postural, serta kelancaran komunikasi (bicara).
Pada penyakit Parkinson sel-sel neuron di SNc mengalami degenerasi,
sehingga produksi dopamine menurun dan akibatnya semua fungsi neuron di
system saraf pusat (SSP) menurun dan menghasilkan kelambatan gerak
(bradikinesia), kelambatan bicara dan berpikir (bradifrenia), tremor dan
kekauan (rigiditas).
Hipotesis terbaru proses patologi yang mendasari proses degenerasi neuron
SNc adalah stress oksidatif. Stress oksidatif menyebabkan terbentuknya
formasi oksiradikal, seperti dopamine quinon yang dapat bereaksi dengan alfa
sinuklein (disebut protofibrils). Formasi ini menumpuk, tidak dapat di gradasi
oleh ubiquitin-proteasomal pathway, sehingga menyebabkan kematian sel-sel
SNc. Mekanisme patogenik lain yang perlu dipertimbangkan antara lain :
Efek lain dari stres oksidatif adalah terjadinya reaksi antara oksiradikaldengan nitric-oxide (NO) yang menghasilkanperoxynitric-radical.
Kerusakan mitokondria sebagai akibat penurunan produksi adenosintrifosfat (ATP) dan akumulasi elektron-elektron yang memperburuk stres
oksidatif, akhirnya menghasilkan peningkatan apoptosis dan kematian
sel.
Perubahan akibat proses inflamasi di sel nigra, memproduksi sitokin yangmemicu apoptosis sel-sel SNc.
E. Pathway
2.4Diet untuk ParkinsonBeberapa nutrisi telah diuji dalam studi klinik untuk kemudian digunakan
secara luas untuk mengobati pasien Parkinson. Sebagai contoh, L- Tyrosin yang
merupakan suatu perkusor L-dopa menunjukkan efektifitas sekitar 70 % dalam
mengurangi gejala penyakit ini. Zat besi (Fe), suatu kofaktor penting dalam
biosintesis L-dopa mengurangi 10%- 60% gejala pada penelitian terhadap 110
pasien.
THFA, NADH, dan piridoxin yang merupakan koenzim dan perkusor
koenzim dalam biosintesis dopamine menunjukkan efektifitas yang lebih rendah
-
7/30/2019 askep pada lansia
22/40
dibanding L-Tyrosin dan zat besi. Vitamin C dan vitamin E dosis tinggi secara
teori dapat mengurangi kerusakan sel yang terjadi pada pasien Parkinson. Kedua
vitamin tersebut diperlukan dalam aktifitas enzim superoxide dismutase dan
katalase untuk menetralkan anion superoxide yang dapat merusak sel.
Belum lama ini, Koenzim Q10 juga telah digunakan dengan cara kerja yang
mirip dengan vitamin A dan E. MitoQ adalah suatu zat sintesis baru yang
memiliki struktur dan fungsi mirip dengan koenzim Q10.
Pada pasien Parkinson juga sangat baik mendapatkan asupan kalsium dan
vitamin D untuk menambah kekuatan tulang.
2.5Farmakologi untuk Parkinson1. Antikolinergik untuk mengurangi transmisi kolinergik yang berlebihan ketika
kekurangan dopamin.
2. Levodopa, merupakan prekursor dopamine, dikombinasi dengan karbidopa,inhibitor dekarboksilat, untuk membantu pengurangan L-dopa di dalam darah
dan memperbaiki otak.
3. Bromokiptin, agonis dopamine yang mengaktifkan respons dopamine didalam otak.
4. Amantidin yang dapat meningkatkan pecahan dopamine di dalam otak.5. Menggunakan monoamine oksidase inhibitor seperti deprenil untuk menunda
serangan ketidakmampuan dan kebutuhan terapi levodopa.
2.6Penatalaksanaan medis Parkinson EEG (biasanya terjadi perlambatan yang progresif) CT Scan kepala (biasanya terjadi atropi kortikal difus, sulki melebar,
hidrosefalua eks vakuo).
2.7Askep Parkinson
Tn. Beno (66 tahun) dirawat di rumah sakit dengan diagnosa medis Parkinson.
Dari hasil pengkajian didapatkan data Tn Beno sering kaku otot dan gemetaran
pada wajah, ekstremitas, sulit menelan, keluar air liur pada mulut, keseimbangan
tubuh berkurang, biasa bangun tetapi sempoyongan. Tn. Beno mengeluh mual,
sulit makan, sudah 3 hari belum BAB, mulut tampak kering. TTV : T =37 0 C, TD
120/80 mmHg, RR 16x/menit. Tn.Beno mendapat terapi levodopa, benztropin,
dulcolac supp, diit lunak.
-
7/30/2019 askep pada lansia
23/40
ANALISA DATA
Data Problem Etiologi
DS:
-sering kaku otot ( Rigidity)
- gemetaran pada wajah
ekstremitas ( Tremor )
-keseimbangan tubuh
berkurang ( Akinisia )
-bisa bangun tetapi
sempoyongan
DO :
Kerusakan mobilitas fisik Kerusakan neuromuskular,
penurunan kekuatan otot,
control dan atau massa
DS :
- Tn. Beno mengeluhmual
- Tn. Beno Mengeluhsulit makan
- Tn. Beno Mengeluhmulut tampak kering
DO : - makan sedikit
Kerusakan menelan Kerusakan neuromuskular
(penurunan atau tidak ada
reflek menelan)
DS :
DO:
- Keseimbangan tubuhberkurang, bisa bangun
tetapi sempoyongan.
Risiko cedera
Diagnosa keperawatan
1. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular,Penurunan kekuatan otot, control dan atau massa ditandai dengan -sering kaku
-
7/30/2019 askep pada lansia
24/40
otot ( Rigidity), gemetaran pada wajah ekstremitas ( Tremor, keseimbangan
tubuh berkurang ( Akinisia ) , bisa bangun tetapi sempoyongan
2. Kerusakan menelan berhubungan dengan Kerusakan neuromuskular(penurunan atau tidak ada reflek menelan) ditandai dengan keluar air liur pada
mulut, mual, sulit makan, mulut tampak kering, makan sedikit.
3. Resiko jatuh berhubungan dengan usia > 65 th, kerusakan mobilitas fisik,kerusakan keseimbangan, hipotensi ortostatik, penurunan kekuatan
ekstremitas bawah
Tgl/jam NO
.
DP
Tujuan dan
kriteria hasil
Intervensi Rasional
10/12/1
2
12.00
1 Kerusakan
mobilitas
fisik teratasi
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 6x 24
jam dengan
kriteria hasil:
- tidak kaku
otot (
Rigidity)
- tidak
gemetaran
pada wajah
-(ekstremitas
tidak Tremor
)
-
keseimbanga
n tubuh tidak
berkurang
-bisa bangun
1. bantupemenuhan
ADL klien
2. beri terapimodalitas
3. bantu danajarkan terapi
ambulasi
dengan
menggunakan
alat bantu
4. kolaborasidengan ahli
fisioterapi
latihan rom
aktif / pasif
1. dgn membantupemenuhan ADL, klien
dpat terpenuhi keb
sehari-hari
2. terapi modalitasmencegah kontraktur
3. dengan membantu terapiambulasi memperbaiki
status muskoskeletal
klien
4. dengan melatih romaktif / pasif dapat
mencegah kekakuan
lanjut dan melatih
keseimbangan antara
kontraksi dan relaksasi
5. dengan pemberian obatlevodopa untuk
mngurangi regiditas,
akinesia dan benztropin
-
7/30/2019 askep pada lansia
25/40
tidak
sempoyongan
5. kolaborasipemberian obat
levodopa dan
benztropin
6. kolaborasitindakan
pembedahan
stereotaktik
Digunakan untuk
menyekat impuls saraf
yang di stimulasi oleh
asetilkolin
6. mengurangi gejala
parkinson yang
berkelanjutan
Kerusakan
menelan
teratasi
setelah
dilakukan
tindakankeperawatan
selama 6x 24
jam dengan
kriteria hasil :
- tidakdrolling
1. bantu latihanmenelan
2. anjurkanmakanan hangat
sedikit tapisering
3. kolaborasidengan ahli gizi
tentang
pemberian
makan diit
1. dengan membantu latihan
menelan dapat melatih
stimulus menelan klien
2. dengan menganjurkan
makan sedikit tapi sering
dapat memenuhi kebutuhan
nutrisi
3. dengan pemberian makan
diit lunak dapat
memudahkan proses
menelan
-
7/30/2019 askep pada lansia
26/40
- muluttampak
lembab
- tidaksulit
menelan
- tidakmual
- porsimakan
cukup
lunak
4. Kolaborasipemasangan
NGT bila perlu
5. Kolaborasidokter dalam
pemberian
obat anti
emetik
4. pemasangan NGTdilakukan untuk
memenuhi
kebutuhan nutrisi
klien melalui
selang.
5. Klien mengeluhmual sehingga
perlu diberikan
obat anti mual
sebelum makan
untuk
mengurangi
frekuensi mual
klien
Tidak terjadi
cedera setelah
dilakukan
tindakkan
keperawatan
selama 3x24
jam dengan
criteria hasil:
Keseimbanga
n tubuh
berkurang,
bisa bangun
tetapi
sempoyongan
dapat
dipertahanka
n
1. Dekatkanbarang-barang
yang diperlukan
klien sehingga
berada pada
jangkauan klien
2. Pasang Bedtrain
3. Tempatkanklien diruangan
dengan kadar
cahaya cukup
dan berikan
hiburan seperti
menonton tv
atau mendengar
music
1. Jangkauan klien yangterbatas memerlukan
perhatian khusus dengan
mendekatkan barang
yang klien perlukan
2. Pemasangan bedtraindifungsikan untuk
menjaga klien tetap pada
posisinya di atas tilam
3. Kadar cahaya yangcukup dan menonton tv
membuat klien merasa
lebih terhibur
-
7/30/2019 askep pada lansia
27/40
4. Bantu semuaADL klien
4. Klien mengalamikeseimbangan tubuh
yang kurang
2.8Keterampilan memberikan pendidikan kesehatan tentang ParkinsonKeluarga diberikan penkes tentang perawatan pasien dengan masalah parkinson,
diantara yaitu :
Penjelasan tentang pengertian, penyebab, pengobatan dan terapi penderitaparkinson termasuk gangguan fungsi tubuh dari pasien, oleh karena itu perlu
control dan berobat secara teratur dan lanjut.
Mengajarkan bagaimana cara pemenuhan nutrisi dan cairan selama dirawatdan dirumah nantinya
Mengajarkan pada keluarga dan melibatkan keluarga dalam pemenuhankebutuhan sehari-hari pasien
Mengajarkan melatih mobilisasi fisik secara bertahap dan terencana agar tidakterjadi cidera pada neuromuskuler
Mempersiapkan keluarga untuk perawatan pasien dirumah bila saatnyapulang, kapan harus istirahat, aktifitas dan kontrol selama kondisi masih
belum optimal terhadap dampak dari penyakin parkinson pasien.
2.9Keterampilan memberikan terapi modalitasMacam-macam Terapi Lansia
Pengertian
Terapi modalitas adalah Kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi
lansia.
Tujuan
a. Mengisi waktu luang bagi lansia
b. Meningkatkan kesehatan lansia
c. Meningkatkan produktifitas lansia
d. Meningkatkan interaksi sosial antar lansia
Jenis Kegiatan :
- Psikodrama
-
7/30/2019 askep pada lansia
28/40
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih sesuai
dengan masalah lansia.
- Terapi MusikBertujuan untuk mengibur para lansia seningga meningkatkan gairah hidup dan
dapat mengenang masa lalu. Misalnya : lagu-lagu kroncong, musik dengan
gamelan
- Terapi OkupasiBertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas
dengan membuat atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan.
Misalnya : membuat kipas, membuat keset, membuat sulak dari tali rafia,
membuat bunga dari bahan yang mudah di dapat (pelepah pisang, sedotan, botol
bekas, biji-bijian, dll), menjahit dari kain, merajut dari benang, kerja bakti
(merapikan kamar, lemari, membersihkan lingkungan sekitar, menjemur kasur,
dll)
- Terapi KeluargaTerapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga
sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar
keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini
adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-
fungsi yang dituntut oleh anggotanya.
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan
kontribusi dari masing-masing anggota keluarga terhadap munculnya masalah
tersebut digali. Dengan demikian terlebih dahulu masing-masing anggota
keluarga mawas diri; apa masalah yang terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-
masing terhadap timbulnya masalah, untuk kemudian mencari solusi untuk
mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan atau mengembalikan
fungsi keluarga seperti yang seharusnya.
Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2
(kerja), dan fase 3 (terminasi). Di fase pertama perawat dan klien
mengembangkan hubungan saling percaya, isu-isu keluarga diidentifikasi, dan
tujuan terapi ditetapkan bersama. Kegiatan di fase kedua atau fase kerja adalah
keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis berusaha mengubah pola
interaksi di antara anggota keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing
individual anggota keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga,
-
7/30/2019 askep pada lansia
29/40
peraturan-peraturan yang selama ini ada. Terapi keluarga diakhiri di fase
terminasi di mana keluarga akan melihat lagi proses yang selama ini dijalani
untuk mencapai tujuan terapi, dan cara-cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga
juga diharapkan dapat mempertahankan perawatan yang berkesinambungan.
2.10 Keterampilan melakukan pemenuhan ADLIndeks Katz dalam aktivitas sehari-hari (ADL) merupakan alat yang digunakan
untuk menentukan hasil tindakan dan prognosis pada lanjut usia. Indeks Kartz
meliputi keadekuatan pelaksanaan dalam enam fungsi seperti mandi, berpakaian,
toileting, berpindah, kontinen, dan makan (Kart, 1963).
Pengukuran pada kondisi ini meliputi Indeks Katz
1 Mandi Dapat
mengerjakan
sendiri
Sebagaian/pada bagian
tertentu dibantu
Sebagian besar/
seluruhnya dibantu
2 Berpakaian Seluruhnya tanpa
bantuan
Sebagian/ pada bagian
tertentu dibantu
Seluruhnya dengan
bantuan
3 Pergi ke
toilet
Dapat
mengerjakan
sendiri
Memerlukan bantuan Tidak dapat pergi
ke WC
4 Berpindah
(berjalan)
Tanpa bantuan Dengan bantuan Tidak dapat
melakukan
5 BAB dan
BAK
Dapat mengontrol Kadang-kadang ngompol /
defekasi di tempat tidur
Dibantu seluruhnya
6 Makan Tanpa bantuan Dapat makan sendiri kecualihal-hal tertentu
Seluruhnya dibantu
Klasifikasi:
A : Mandiri, untuk 6 fungsi
B : Mandiri, untuk 5 fungsi
C : Mandiri, kecuali untuk mandi dan 1 fungsi lain.
D : Mandiri, kecuali untuk mandi, bepakaian dan 1 fungsi lain
E : Mandiri, kecuali untuk mandi, bepakaian, pergi ke toilet dan 1 fungsi lain
F : Mandiri, kecuali untuk mandi, bepakaian, pergi ke toilet dan 1 fungsi lain
G : Tergantung untuk 6 fungsi.
Keterangan:
Mandiri: berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari orang
lain. Seseorang yang menolak melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan
fungsi, meskipun dianggap mampu.
-
7/30/2019 askep pada lansia
30/40
2.11 Keterampilan melakukan PF system persyarafanPersiapan Alat Pemeriksaan Fisik Persyarafan
1. Refleks hammer2. Garputala3. Kapas dan lidi4. Penlight atau senter kecil5. Opthalmoskop6. Jarum steril7. Spatel tongue8. 2 tabung berisi air hangat dan air dingin9. Objek yang dapat disentuh seperti peniti atau uang receh10.Bahan-bahan beraroma tajam seperti kopi, vanilla atau parfum11.Bahan-bahan yang berasa asin, manis atau asam seperti garam, gula,
atau cuka
12.Baju periksa13.Sarung tangan
Untuk Pemeriksa
Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan, sesuaikan urutan
pemeriksaan dengan keadaan umum klien, mulailah pemeriksaan fisik
sejak awal kontak dengan klien dan gunakan general precaution, metode
yang digunakan cepalo kadral atau distal ke proksimal.
Prosedur Pemeriksaan Fisik Persyarafan
Atur posisi klien, mintalah klien untuk duduk disisi tempat tidur.
Amati cara berpakaian klien, postur tubuh klien, ekspresi wajah dan
kemampuan bicara, intonasi, keras lembut, pemilihan kata dan
kemudahan berespon terhadap pertanyaan. Nilai kesadara dengan
menggunakan patokan Glasgow Coma Scale (GCS).Tanyakan waktu,
tanggal, tempat dan alasan berkunjung, kaji kemampuan klien dalam
berhitung dan mulailah dengan perhitungan yang sederhana.Kaji
kemampuan klien untuk berfikir abstrak.
Saraf Kranial
1. Fungsi saraf kranial I (N Olvaktorius)Pastikan rongga hidung tidak tersumbat oleh apapun dan cukup
bersih.Lakukan pemeriksaan dengan menutup sebelah lubang hidung
klien dan dekatkan bau-bauan seperti kopi dengan mata tertutup klien
-
7/30/2019 askep pada lansia
31/40
diminta menebak bau tersebut.Lakukan untuk lubang hidung yang
satunya.
2. Fungsi saraf kranial II (N. Optikus)a. Catat kelainan pada mata seperti katarak dan infeksi sebelum
pemeriksaan. Periksa ketajaman dengan membaca, perhatikan
jarak baca atau menggunakan snellenchart untuk jarak jauh.
b. Periksa lapang pandang: Klien berhadapan dengan pemeriksa 60-100 cm, minta untuk menutup sebelah mata dan pemeriksa juga
menutup sebelah mata dengan mata yang berlawanan dengan
mata klien. Gunakan benda yang berasal dari arah luar klien dank
lien diminta , mengucapkan ya bila pertama melihat benda
tersebut. Ulangi pemeriksaan yang sama dengan mata yang
sebelahnya. Ukur berapa derajat kemampuan klien saat pertama
kali melihat objek. Gunakan opthalmoskop untuk melihat fundus
dan optic disk (warna dan bentuk)
3. Fungsi saraf kranial III, IV, VI (N. Okulomotoris, Troklear danAbdusen)
a. Pada mata diobservasi apakah ada odema palpebra, hiperemikonjungtiva, dan ptosis kelopak mata
b. Pada pupil diperiksa reaksi terhadap cahaya, ukuran pupil, danadanya perdarahan pupil
c. Pada gerakan bola mata diperiksa enam lapang pandang (enamposisi cardinal) yaitu lateral, lateral ke atas, medial atas, medial
bawah lateral bawah. Minta klien mengikuti arah telunjuk
pemeriksa dengan bolamatanya
4. Fungsi saraf kranial V (N. Trigeminus)a. Fungsi sensorik diperiksa dengan menyentuh kilit wajah daerah
maxilla, mandibula dan frontal dengan mengguanakan kapas.
Minta klien mengucapkan ya bila merasakan sentuhan, lakukan
kanan dan kiri.
b. Dengan menggunakan sensori nyeri menggunakan ujung jarumatau peniti di ketiga area wajah tadi dan minta membedakan
benda tajam dan tumpul.
c. Dengan mengguanakan suhu panas dan dingin juag dapatdilakukan diketiga area wajah tersebut. Minta klien
menyebabkanutkan area mana yang merasakan sentuhan. Jangan
lupa mata klien ditutup sebelum pemeriksaan.
d. Dengan rasa getar dapat pukla dilakukan dengan menggunakangarputala yang digetarkan dan disentuhkan ke ketiga daerah
-
7/30/2019 askep pada lansia
32/40
wajah tadi dan minta klien mengatakan getaran tersebut terasa
atau tidak
e. Pemerikasaan corneal dapat dilakukan dengan meminta klienmelihat lurus ke depan, dekatkan gulungan kapas kecil dari
samping kea rah mata dan lihat refleks menutup mata.
f. Pemeriksaan motorik dengan mengatupkan rahang danmerapatkan gigi periksa otot maseter dan temporalis kiri dan
kanan periksa kekuatan ototnya, minta klien melakukan gerakan
mengunyah dan lihat kesimetrisan gerakan mandibula.
5. Fungsi saraf kranial VII (N. Fasialis)a. Fungsi sensorik dengan mencelupkan lidi kapas ke air garam dan
sentuhkan ke ujung lidah, minta klien mengidentifikasi rasa
ulangi untuk gula dan asam
b. Fungsi motorik dengan meminta klien tersenyum, bersiul,mengangkat kedua al;is berbarengan, menggembungkan pipi.
Lihat kesimetrisan kanan dan kiri. Periksa kekuatan otot bagian
atas dan bawah, minta klien memejampan mata kuat-kuat dan
coba untuk membukanya, minta pula klien utnuk
menggembungkan pipi dan tekan dengan kedua jari.
6. Fungsi saraf kranial VIII (N. Vestibulokoklear)a. cabang vestibulo dengan menggunakan test pendengaran
mengguanakan weber test dan rhinne test
b. Cabang choclear dengan rombreng test dengan cara memintaklien berdiri tegak, kedua kaki rapat, kedua lengan disisi tubuh,
lalu observasi adanya ayunan tubuh, minta klien menutup mata
tanpa mengubah posisi, lihat apakah klien dapat mempertahankan
posisi
7. Fungsi saraf kranial IX dan X (N. Glosovaringeus dan Vagus)a. Minta klien mengucapkan aa lihat gerakan ovula dan palatum,
normal bila uvula terletak di tengan dan palatum sedikit terangkat.
b. Periksa gag refleks dengan menyentuh bagian dinding belakangfaring menggunakan aplikator dan observasi gerakan faring.
c. Periksa aktifitas motorik faring dengan meminta klien menel;anair sedikit, observasi gerakan meelan dan kesulitan menelan.
Periksa getaran pita suara saat klien berbicara.
8. Fungsi saraf kranial XI(N. Asesoris)a. Periksa fungsi trapezius dengan meminta klien menggerakkan
kedua bahu secara bersamaan dan observasi kesimetrisan
gerakan.
-
7/30/2019 askep pada lansia
33/40
b. Periksa fungsi otot sternocleidomastoideus dengan memintaklien menoleh ke kanan dan ke kiri, minta klien mendekatkan
telinga ke bahu kanan dan kiri bergantian tanpa mengangkat
bahu lalu observasi rentang pergerakan sendi
c. Periksa kekuatanotottrapezius dengan menahan kedua bahu kliendengan kedua telapak tangan danminta klien mendorong telapak
tangan pemeriksa sekuat-kuatnya ke atas, perhatikan kekuatan
daya dorong.
d. Periksa kekuatan otot sternocleidomastoideus dengan memintaklien untuk menoleh kesatu sisi melawan tahanan telapak tangan
pemeriksa, perhatikan kekuatan daya dorong
9. Fungsi saraf kranial XII (N. Hipoglosus)a. Periksa pergerakan lidah, menggerakkan lidah kekiri dan ke
kanan, observasi kesimetrisan gerakan lidah
b. Periksa kekuatan lidah dengan meminta klien mendorong salahsatu pipi dengan ujung lidah, dorong bagian luar pipi dengan
ujung lidah, dorong kedua pipi dengan kedua jari, observasi
kekuatan lidah, ulangi pemeriksaan sisi yang lain
Fungsi Motorik
Sistem motorik sangat kompleks, berasal dari daerah motorik di
corteks cerebri, impuls berjalan ke kapsula interna, bersilangan di batang
traktus pyramidal medulla spinalis dan bersinaps dengan lower motor
neuron.
Pemeriksaan motorik dilakukan dengan cara observasi dan
pemeriksaan kekuatan.
1. Massa otot : hypertropi, normal dan atropi2. Tonus otot : Dapat dikaji dengan jalan menggerakkan anggota gerak
pada berbagai persendian secara pasif. Bila tangan / tungkai klien
ditekuk secara berganti-ganti dan berulang dapat dirasakan oleh
pemeriksa suatu tenaga yang agak menahan pergerakan pasif
sehingga tenaga itu mencerminkan tonus otot.
a. Bila tenaga itu terasa jelas maka tonus otot adalah tinggi.Keadaan otot disebut kaku. Bila kekuatan otot klien tidak dapat
berubah, melainkan tetap sama. Pada tiap gerakan pasif
dinamakan kekuatan spastis. Suatu kondisi dimana kekuatan otot
tidak tetap tapi bergelombang dalam melakukan fleksi dan
ekstensi extremitas klien.
-
7/30/2019 askep pada lansia
34/40
b. Sementara penderita dalam keadaan rileks, lakukan test untukmenguji tahanan terhadap fleksi pasif sendi siku, sendi lutut dan
sendi pergelangan tangan.
c. Normal, terhadap tahanan pasif yang ringan / minimal dan halus.3. Kekuatan otot :
Aturlah posisi klien agar tercapai fungsi optimal yang diuji.Klien
secara aktif menahan tenaga yang ditemukan oleh sipemeriksa.Otot
yang diuji biasanya dapat dilihat dan diraba. Gunakan penentuan
singkat kekuatan otot dengan skala Lovetts (memiliki nilai 0 5)
0 = tidak ada kontraksi sama sekali.
1 = gerakan kontraksi.
2 = kemampuan untuk bergerak, tetapi tidak kuat kalau
melawan tahanan atau gravitasi.
3 = cukup kuat untuk mengatasi gravitasi.
4 = cukup kuat tetapi bukan kekuatan penuh.
5 = kekuatan kontraksi yang penuh.
Fungsi Sensorik
Pemeriksaan sensorik adalah pemeriksaan yang paling sulit
diantara pemeriksaan sistem persarafan yang lain, karena sangat
subyektif sekali. Oleh sebab itu sebaiknya dilakukan paling akhir dan
perlu diulang pada kesempatan yang lain (tetapi ada yang menganjurkan
dilakukan pada permulaan pemeriksaan karena pasien belum lelah dan
masih bisa konsentrasi dengan baik).
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengevaluasi respon klien
terhadap beberapa stimulus.Pemeriksaan harus selalu menanyakan
kepada klien jenis stimulus.
Gejala paresthesia (keluhan sensorik) oleh klien digambarkan
sebagai perasaan geli (tingling), mati rasa (numbless), rasa terbakar/panas
(burning), rasa dingin (coldness) atau perasaan-perasaan abnormal yang
lain. Bahkan tidak jarang keluhan motorik (kelemahan otot, twitching /
kedutan, miotonia, cramp dan sebagainya) disajikan oleh klien sebagai
keluhan sensorik. Bahan yang dipakai untuk pemeriksaan sensorik
meliputi:
1. Jarum yang ujungnya tajam dan tumpul (jarum bundel atau jarumpada perlengkapan refleks hammer), untuk rasa nyeri superfisial.
2. Kapas untuk rasa raba.3. Botol berisi air hangat / panas dan air dingin, untuk rasa suhu.4. Garpu tala, untuk rasa getar.
-
7/30/2019 askep pada lansia
35/40
5. Lain-lain (untuk pemeriksaan fungsi sensorik diskriminatif) seperti:
a. Jangka, untuk 2 (two) point tactile dyscrimination.b. Benda-benda berbentuk (kunci, uang logam, botol, dan
sebagainya), untuk pemeriksaan stereognosis
c. Pen / pensil, untuk graphesthesia.Fungsi Refleks
Pemeriksaan aktifitas refleks dengan ketukan pada tendon
menggunakan refleks hammer. Skala untuk peringkat refleks yaitu :
0 = tidak ada respon
1 = hypoactive / penurunan respon, kelemahan (+)
2 = normal (++)
3 = lebih cepat dari rata-rata, tidak perlu dianggapabnormal (+++)
4 = hyperaktif, dengan klonus (++++)
Refleks-refleks yang diperiksa adalah :
1. Refleks patellaPasien berbaring terlentang, lutut diangkat ke atas sampai fleksi
kurang lebih 300. Tendon patella (ditengah-tengah patella dan
tuberositas tibiae) dipukul dengan refleks hammer. Respon berupa
kontraksi otot quadriceps femoris yaitu ekstensi dari lutut.
2. Refleks bicepsLengan difleksikan terhadap siku dengan sudut 900 ,supinasi dan
lengan bawah ditopang pada alas tertentu (meja periksa). Jari
pemeriksa ditempatkan pada tendon m. biceps (diatas lipatan siku),
kemudian dipukul dengan refleks hammer.
Normal jika timbul kontraksi otot biceps, sedikit meningkat bila
terjadi fleksi sebagian dan gerakan pronasi. Bila hyperaktif maka
akan terjadi penyebaran gerakan fleksi pada lengan dan jari-jari atau
sendi bahu.
3. Refleks tricepsLengan ditopang dan difleksikan pada sudut 900 ,tendon triceps
diketok dengan refleks hammer (tendon triceps berada pada jarak 1-
2 cm diatas olekranon).
Respon yang normal adalah kontraksi otot triceps, sedikit meningkat
bila ekstensi ringan dan hyperaktif bila ekstensi siku tersebut
menyebabkanar keatas sampai otot-otot bahu atau mungkin ada
klonus yang sementara.
4. Refleks achilles
-
7/30/2019 askep pada lansia
36/40
Posisi kaki adalah dorsofleksi, untuk memudahkan pemeriksaan
refleks ini kaki yang diperiksa bisa diletakkan / disilangkan diatas
tungkai bawah kontralateral.
Tendon achilles dipukul dengan refleks hammer, respon normal
berupa gerakan plantar fleksi kaki.
5. Refleks abdominalDilakukan dengan menggores abdomen diatas dan dibawah
umbilikus. Kalau digores seperti itu, umbilikus akan bergerak keatas
dan kearah daerah yang digores.
6. Refleks BabinskiMerupakan refleks yang paling penting .Ia hanya dijumpai pada
penyakit traktus kortikospinal. Untuk melakukan test ini, goreslah
kuat-kuat bagian lateral telapak kaki dari tumit kearah jari
kelingking dan kemudian melintasi bagian jantung kaki. Respon
Babinski timbul jika ibu jari kaki melakukan dorsifleksi dan jari-jari
lainnya tersebar.Respon yang normal adalah fleksi plantar semua jari
kaki.
Pemeriksaan khusus sistem persarafan, untuk mengetahui
rangsangan selaput otak (misalnya pada meningitis) dilakukan
pemeriksaan :
1. Kaku kudukBila leher ditekuk secara pasif terdapat tahanan, sehingga dagu tidak
dapat menempel pada dada, kaku kuduk positif (+).
2. Tanda Brudzinski ILetakkan satu tangan pemeriksa dibawah kepala klien dan tangan
lain didada klien untuk mencegah badan tidak terangkat. Kemudian
kepala klien difleksikan kedada secara pasif. Brudzinski I positif (+)
bila kedua tungkai bawah akan fleksi pada sendi panggul dan sendi
lutut.
3. Tanda Brudzinski IITanda Brudzinski II positif (+) bila fleksi tungkai klien pada sendi
panggul secara pasif akan diikuti oleh fleksi tungkai lainnya pada
sendi panggul dan lutut.
4. Tanda KernigFleksi tungkai atas tegak lurus, lalu dicoba meluruskan tungkai
bawah pada sendi lutut.Normal, bila tungkai bawah membentuk
sudut 1350 terhadap tungkai atas.
Kernig (+) bila ekstensi lutut pasif akanmenyebabkan rasa sakit
terhadap hambatan.
-
7/30/2019 askep pada lansia
37/40
5. Test LasequeFleksi sendi paha dengan sendi lutut yang lurus akan menimbulkan
nyeri sepanjang m. ischiadicus.
Mengkaji abnormal postur dengan mengobservasi :
1. Decorticate posturing, terjadi jika ada lesi pada traktuscorticospinal.
Nampak kedua lengan atas menutup kesamping, kedua siku, kedua
pergelangan tangan dan jari fleksi, kedua kaki ekstensi dengan
memutar kedalam dan kaki plantar fleksi.
2. Decerebrate posturing, terjadi jika ada lesi pada midbrain, pons ataudiencephalon.
Leher ekstensi, dengan rahang mengepal, kedua lengan pronasi,
ekstensi dan menutup kesamping, kedua kaki lurus keluar dan kaki
plantar fleksi.
2.12 Keterampilan memberikan penkes ke keluarga tentang perawatanpasien persyarafan selama di rumah (cara berjalan dengan tripot dan
walker)
Walker
1. Pengertian.
Wallker yaitu alat digunakan untuk menyangga membantu pasien berjalan,
bisaberbentuk kotak, tripod, dll, sesuai dengan permintaan pelanggan
2. Tujuan
a. Memperbaiki keseimbangan dengan meningkatkan titik tumpu pasien,
b. Memperkaya stabilitas lateral, dan
c. Menopang berat badan pasien.
3. Indikasi
a. Pasien dengan kelemahan kaki
b. Post stroke.
c. Obesitas
d. Parkinson
4. Kontra Indikasi
a. Penderita dalam keadaan bedrest.
b. Penderita dengan post op.
5. Persiapan Pasien
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
c. Menyiapkan lingkungan
-
7/30/2019 askep pada lansia
38/40
6. Persiapan Alat
a. Alat bantu jalan ( Walker )
7. Prosedur Kerja
a. Kaji toleransi aktivitas, kekuatan, nyeri, kemampuan fungsional,
cedera dan penyakitnya
b. Memeriksa lingkungan untuk memastikan tidak ada rintangan di jalan
pasien
c. Menentukan tempat istirahat klien setelah latihan
d. Meminta klien berdiri dengan posisi tripod, sebelum walker dijalankan
e. Atu kesejajaran kaki dan tubuh pasien
f. Klien memposisikan walker pertama kali lalu memposisikan kaki
yangberlawanan
g. Klien mengulangi cara ini dengan kaki yang lainnya
h. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
i.
Catat tindakan dan respons pasienHalhal yang perlu di perhatikan :
jangan di gunakan pada lantai licin
jangan digunakan pada karpet lepas
jangan digunakan pada saat naik dan turun tangga
-
7/30/2019 askep pada lansia
39/40
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis
progresif, merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia basalis
akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke
globus palidus/ neostriatum (striatal dopamine deficiency).Di Amerika Serikat, ada
sekitar 500.000 penderita parkinson. Di Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk
210 juta orang, diperkirakan ada sekitar 200.000-400.000 penderita
Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan
penanganan secara holistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi
untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi
gejala yang timbul . Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala
parkinson, sedangkan perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini.
Sekali terkena parkinson, maka penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya.
Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi
total disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan
dapat menyebabkan kematian.Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien
berbeda-berbeda.Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi.Perluasan gejala
berkurang, dan lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi.Efek samping pengobatan
terkadang dapat sangat parah.
3.2 Saran
-
7/30/2019 askep pada lansia
40/40
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjahrir H, Nasution D, Gofir A. Parkinsons Disease & Other MovementDisorders. Pustaka Cedekia dan Departemen Neurologi FK USU Medan. 2007.
Hal 4-53.
2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I. Penyakit Parkinson. Buku Ajar Ilmu PenyakitDalam Jilid III. FKUI. 2007. Hal 1373-1377.
3. Price SA, Wilson LM, Hartwig MS. Gangguan Neurologis dengan SimtomatologiGeneralisata. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Vol 2. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 2006. Hal 1139-1144.
4. Harsono. Penyakit Parkinson. Buku Ajar Neurologis Klinis. Perhimpunan DokterSpesialis Saraf Indonesia dan UGM. 2008. Hal 233-243.
5. Duus Peter. Diagnosis Topik Neurologi Anatomi, Fisiologi, Tanda dan GejalaEdisi II. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1996. Hal 231-243.