Download - Askep Miokarditis Kelompok 4 New
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Myocardium adalah lapisan medial dinding jantung yang terdiri atas jaringan
otot jantung yang sangat khusus (Brooker, 2001). Myocarditis adalah peradangan
pada otot jantung atau miokardium. pada umumnya disebabkan oleh penyakit-
penyakit infeksi, tetapi dapat sebagai akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan
efek toxin bahan-bahan kimia dan radiasi (FKUI, 1999). Myocarditis adalah
peradangan dinding otot jantung yang disebabkan oleh infeksi atau penyebab lain
sampai yang tidak diketahui (idiopatik) (Dorland, 2002).
Terdapat perubahan epidemiologi miokarditis infektif pada saat sekarang yang
disebabkan tingkat kesehatan umum yang baik, tingkat kesehatan gigi yang baik,
pengobatan yang lebih dini dan penggunaan antibiotic. Insidens miokarditis 10-60
kasus per 1.000.000 penduduk per tahun diseluruh dunia dan cenderung meningkat
pada usia lanjut.
Penyakit ini perlu penanganan dan pengobatan yang tepat dan sesegera
mungkin karena apabila tidak disegerkan akan mengakibatkan dampak yang fatal.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengkajian klien dengan miokarditis ?
2. Bagaimana analisis data klien dengan miokarditis ?
3. Bagaimana prioritas diagnose klien dengan miokarditis ?
4. Bagaimana rencana asuhan keperawatan dengan klien miokarditis ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui pengkajian klien dengan miokarditis.
2. Mengetahui analisis klien dengan miokarditis.
3. Mengetahui prioritas diagnose klien dengan miokarditis.
4. Mengetahui rencana asuhan keperawatan dengan klien miokarditis.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
KARDIOVASKULER
MIOKARDITIS
Kasus :
Seorang laki-laki berusia 27 tahun datang ke Poli penyakit dalam dengan keluhan nyeri dada,
sesak nafas, lemas, dan sering berdebar-debar. Klien juga mengatakan bahwa sejak 3 minggu
ini mengalami demam disertai batuk dan pilek. Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu 39 C,
TD 100/60 mmHg, RR 30 x/menit. Hasil pemeriksaan lab didapatkan jumlah leukosit
meningkat hingga 23.000/mm3. Hasil chest X-ray menunjukkan adanya kardiomegali dan
kongesti paru.
1. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama : Tn. Zuan
TTL : Pontianak, 17 April 1986
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : Sarjana
Alamat : JL. A. Yani
Agama : Islam
Suku : Melayu
Pekerjaan : Karyawan swasta
Status perkawinan : Menikah
No. RM :123xxxx
2. Penanggung jawab
Nama : Ny. Ani
Alamat rumah : Jl. A. Yani
Hubungan dg klien : Istri
3. Riwayat kesehatan
Alasan MRS : Tn. Z (27th) dating ke poli penyakit dalam dengan
keluhan nyeri dada, sesak nafas, lemas dan sering berdebar-debar. Dalam 3
minggu ini juga klien mengatakan bahwa ia demam dengan batuk dan pilek
dengan TTV suhu 39C , TD 100/60 mmHg, RR 30x/menit.
Keluhan utama saat ini : Hari ini tanggal 22 Oktober 2013
dilakukan pengkajian pada Tn. Z dan keluhan utamanya adalah nyeri dada dan
sesak nafas serta demam yang menetap.
Riwayat penyakit sekarang : Miokarditis
Riwayat penyakit dahulu : Demam rematik
Riwayat penyaki keluarga : ayah : hipertensi , ibu : -
4. Genogram
Keterangan :
: sudah meninggal
: laki-laki
: perempuan
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum :
Kesadaran : compos mentis
GCS : ( E: 4 V: 5 M : 4)
TTV : TD 100/60 mmHg, suhu 39C, RR 30x/menit
TB : 160 cm
BB : 70 kg
LL : 25 cm
b. Pengkajian head to toe :
Kepala dan leher
Inspeksi : rambut dan kulit kepala klien tampak bersih, mata
isokor, sclera mata tidak ikterik, conjungtiva anemis, mulut klien agak
berbau, ada caries pada gigi, adanya peradangan pada gusi, terlihat
sulit dalam mengambil nafas, adanya lendir yang keluar dari hidung,
sianosis, tidak terpasang NGT, terpasang oksigen nasal kanul
6L/menit.
Palpasi : rambut klien kering, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, teraba hangat, JVP 4cm
Perkusi : -
Auskultasi : tidak terdengar bunyi bruit
Thorax
Inspeksi : thorax asimetris, dispneu, iktus cordis terlihat, klien
sering terlihat memegang dada kirinya karena nyeri yang dideritanya
Palpasi : palpitasi, vocal fremitus meningkat, HR 120x/menit,
iktus kordis sukar ditentukan
Perkusi : terdengar bunyi pekak pada bagian, pembesaran pada
batas jantung pada daerah,
Auskultasi : Jantung : bunyi S1 lemah, murmur pada bagaian ?
Paru-paru : bronki.
Abdomen
Inspeksi :bentuk datar, tidak terlihat strie.
Palpasi : tidak teraba distensi.
Perkusi : timpani pada keempat kuadran
Auskultasi :peristaltic usus 12x/menit
Alat genitalia
Inspeksi :tidak terpasang cateter
Palpasi : tidak ada pembesaran alat genitalia
Perkusi : -
Auskultasi : -
Ekstermitas atas
Inspeksi : terpasang infuse pada tangan sebelah kanan, tidak ada
bekas suntikan, ruang gerak terbatas karena kelemahan,
Palpasi : turgor kulit buruk, capilarry refiill > 3 detik
Kekuatan otot: skala 4 , kekuatan 75 %.
Ekstermitas bawah
Inspeksi : kulit sianosis
Palpasi :turgor kulit buruk, capilarry refiill > 3 detik
Kekuatan otot: skala 4 , kekuatan 75 %.
c. Pengkajian pola
Aktivitas / istirahat
Gejala : klien tampak kelemahan dan kelelahan
Tanda : takikardia, TD 100/60 mmHg, dispnea dengan
aktivitas, bedrest, susah tidur.
Sirkulasi
Gejala : riwayat demam rematik.
Tanda : takikardia, disritmia, perpindahan titik impuls
maksimal, kardiomegali, murmur, irama gallop (S3 dan S4), edema,
DVJ, terlihat hemoragi splinter, nodus osler, dan lesi Janeway.
Eliminasi
Gejala : susah buang air besar
Tanda : BAB 3x sehari, urin pekat gelap.
Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri pada dada anterior (sedang sampai berat/tajam)
diperberat oleh inspirasi, batuk, gerakkan menelan, berbaring, demam
dan pilek
Tanda : perilaku distraksi, misalnya gelisah.
Pernapasan
Gejala : napas pendek ; napas pendek kronis memburuk pada
malam hari .
Tanda : dispnea, DNP (dispnea nocturnal paroxismal) ; batuk,
inspirasi mengi ; takipnea, krekels, dan ronkhi ; pernapasan dangkal.
Nutrisi
Gejala : nafsu makan menurun
Tanda : mual muntah, BB menurun, makan 3x sehari namun
dengan porsi yang kecil, tidak terpasang NGT
d. Pemeriksaan laboraturium
Pemeriksaan darah lengkap : LED meningkat , leukosit meningkat
23.000/mm3, LDH meningkat
Elektrokardiografi : sinus takikardia, perubahan segmen ST
dan/atau gelombang T, serta low voltage
Foto thorax : kardiomegali dan kongersti paru
Ekokardiografi : hipokinasis dan penebalan ventrikel
2. ANALISIS DATA
No. Hari/tanggal Data Etiologi Masalah
1 Selasa, 22
Oktober
2013
DS:
Klien mengatakan nyeri
pada dada bagian kiri
Klien mengatakan
dadanya serasa terbakar
DO:
Klien tampak meringis
sambil memegang dada
kirinya
TTV: nadi 100 x/ menit
suhu 39C , TD 100/60
mmHg, RR 30x/menit.
P : inspirasi, batuk
Q : rasa terbakar
R : nyeri pada dada
bagian kiri
S : Skala nyeri : 7
T : terjadi terus menerus
Ketidakseimba-
ngan kebutuhan
dan suplai
oksigen ke
miokardium.
Nyeri
2 Selasa,22
Oktober
2013
DS:
Klien mengeluh sesak
Klien mengeluh batuk
DO:
RR: 30x / menit
Nafas dangkal
Klien terlihat sianosis
Klien perlu alat bantu
pernafasan
Pengembangan
paru tidak
optimal
Pola nafas
tidak efektif
3 Selasa, 22 DS: Penurunan Penurunan
Oktober
2013
Klien mengatakan tidak
ingin beraktivitas
Keluarga klien
mengatakan klien mudah
lelah
DO:
TTV : nadi 100 x/ menit
suhu 39C , TD 100/60
mmHg, RR 30x/menit.
Klien terlihat lemah
Klien tampak pucat
Sianosis pada bibir, kuku,
cuping hidung
Capillarry refill : > 3
detik
kemampuan
dilatasi jantung
curah
jantung
4 Rabu, 23
Oktober
2013
DS :
klien mengatakan tidak
nafsu makan
klien mengatakan sering
merasa mual
DO :
klien tidak mampu
menghabiskan 1 porsi
makanan yang biasa dia
makan
klien terlihat pucat dan
lemah
klien sering mual dan
muntah
BB menurun
Penurunan
intake, mual,
dan anoreksia.
Perubahan
nutrisi:
kurang dari
kebutuhan
tubuh
5 Rabu, 23
oktober
2013
DS:
Klien mengatakan tidak
ingin beraktivitas
Keluarga klien
mengatakan klien mudah
lelah
Klien mengatakan apabila
terlalu banyak
beraktivitas maka
dadanya terasa sakit
DO:
Aktivitas klien terbatas
Klien tampak lemah
Ketidakseimba-
ngan antara
suplai oksigen
miokardium
dengan
kebutuhan.
Intoleransi
aktivitas
6 Rabu, 23
oktober
2013
DS:
Klien mengatakan takut
penyakitnya semakin
parah
Keluarga klien
mengatakan tidak
mengetahui cara
mengatasi penyakit klien
Klien cemas akan
meninggal
DO:
Klien tampak cemas
Klien sering murung
Klien tampak depresi
Klien sulit tidur
Rasa takut akan
kematian dan
penurunan status
kesehatan
Cemas
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung b/d penurunan kemampuan dilatasi jantung
2. Nyeri b/d ketidakseimbangan kebutuhan dan suplai oksigen ke miokardium.
3. Pola napas tidak efektif b/d pengembangan paru tidak optimal.
4. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan intake, mual, dan
anoreksia.
5. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokardium
dengan kebutuhan.
6. Cemas b/d rasa takut akan kematian dan penurunan status kesehatan
4. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung b/d penurunan kemampuan dilatasi jantung
Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam penurunan curah jantung dapat teratasi yang
ditandai dengan kriteria hasil:
a. Penurunan episode dispnea,.
b. Tekanan darah normal, nadi normal, tidak terjadi disritmia.
c. CRT < 3 detik, urine 30 ml/ jam
Intervensi Rasional
Kaji dan lapor tanda penurunan curah
jantung
Untuk mengetahui ada tidaknya
penurunan curah jantung
Palpasi nadi perifer Penurunan curah jantung dapat
diperlihatkan dengan tanda
menurunnya nadi radial, kogliteal,
dorsalis pedis, dan post tibial, nadi
mungkin cepat hilang atau tidak teratur
Pantau output urine, catat jumlah dan
kepekatan atau konsentrasi urine
Ginjal berespon terhadap penurunan
curah jantung dengan menahan cairan
dan natrium
Istirahatkan klien dengan tirah baring
optimal
Tirah baring merupakan bagian yang
penting dari pengobatan untuk
membantu dalam menurunkan beban
kerja jantung dengan menurunkan
volume intarvaskuler
Kaji perubahan pada sensorik contoh :
letargi, cemas, dan depresi
Penurunan curah jantung dapat
mengakibatkan tidak efektifnya perfusi
serebral
Berikan lingkungan yang tenang Stress emosi menimbulkan
vasokonstriksi yang terkait serta
meningkatkan tekanan darah,
frekuensi, dan kerja jantung
Berikan oksigen tambahan dengan
kanula nasal / masker sesuai indikasi
Meningkatkan sediaan oksigen untuk
kebutuhan miokardium
Kolaborasi untuk pemberian diet
jantung
Pembatasan natrium ditujuakan untuk
mencegah, mengatur, atau megurangi
edema seperti pada hipertensi atau
gagal jantung
Kolaborasi untuk pemberian obat :
Vasodilator (contoh: isosorbit
dinitrat, isodril)
Digoksin ( lanoxin)
Captopril (capoten), lisinopril
(prinivil), enapril (vasotec)
Vasodilator untuk meningkatkan curah
jantung, menurunkan tahana vaskuler.
Lanoxin dan captopril untuk
meningkatkan kekuatan kontraksi
miokardiumdan memperlambat
frekuensi jantung denganmenurunkan
volume sirkulasi
Pemberian cairan IV, pembatasan
jumlah total sesuai dengan indikasi,
hindari cairan garam
Peningkatan tekanan ventrikel kiri
tidak dapat menoleransi peningkatan
preload
Pantau serial EKG dan perubahan foto
rontgen toraks
Depresi segmen ST dan datarnya
gelombang T dapat terjadi karena
peningkatan kebutuhan oksigen. Foto
rontgen dapat menunjukkan
pembesaran jantung dan perubahan
kongesti pulmonal
2. Nyeri b/d ketidakseimbangan kebutuhan dan suplai oksigen ke miokardium.
Tujuan: dalam waktu 1x 24 jam terdapat penurunan respon nyeri dada, yang ditandai
dengan kriteria hasil:
a. Klien mengatakan penurunan rasa nyeri dada.
b. Didapatkan TTV dalam batas normal.
c. Tidak terjadi penurunan perfusi perifer.
d. Urine > 600 ml/hari.
Intervensi Rasional
Observasi dan monitor tanda-tanda vital Perubahan tanda-tanda vital dapat
menggambarkan keadaan umum klien.
Catat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas,
lama, dan penyebarannya.
Variasi penampilan dan perilaku klien
karena nyeri terjadi sebagai temuan
pengkajian.
Lakukan manajemen nyeri keperawatan:
Istirahatkan klien.
Istirahat akan menurunkan kebutuhan
O2 jaringan perifer sehingga akan
menurunkan kebutuhan miokardium
serta akan meningkatkan suplai darah
dan oksigen ke miokardium yang
membutuhkan oksigen untuk
menurunkan iskemia.
Berikan oksigen tambahan dengan nasal
kanul atau masker sesuai dengan
indikasi.
Meningkatkan jumlah oksigen yang ada
untuk pemakaian miokardium sekaligus
mengurangi ketidaknyamanan karena
iskemia.
Manajemen lingkungan: lingkungan
tenang dan batasi pengunjung.
Lingkungan tenang akan menurunkan
stimulus nyeri eksternal dan
pembatasan pengunjung akan
membantu meningkatkan kondisi O2
ruangan.
Ajarkan teknik relaksasi penapasan
dalam.
Meningkatkan asupan O2 sehingga akan
menurunkan nyeri sekunder dari
iskemia jaringan otak.
Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri. Distraksi (pengalihan perhatian) dapat
menurunkan stimulus internal dengan
mekanisme peningkatan produksi
endorphin dan enkefalin yang dapat
memblok reseptor nyeri untuk tidak
dikirimkan ke korteks serebri sehingga
menurunkan persepsi nyeri.
Lakukan manajemen sentuhan. Masase ringan dapat meningkatkan
aliran darah, membantu suplai darah
dan oksigen ke area nyeri, serta
menurunkan sensasi nyeri.
Kolaborasi pemberian terapi farmakologis
Antiangina (nitrogliserin).
Nitrat berguna untuk kontrol nyeri
dengan efek vasodilatasi koroner.
Analgesik. Menurunkan nyeri hebat, memberikan
sedasi, dan mengurangi kerja miokard.
3. Pola napas tidak efektif b/d pengembangan paru tidak optimal.
Tujuan: dalam waktu 3 x 24 jam tidak terjadi perubahan pola napas yang ditandai dengan
kriteria hasil:
a. Klien tidak mengeluh sesak napas.
b. RR dalam batas normal 16-20 kali/menit.
c. Respon batuk berkurang.
Intervensi Rasional
Auskultasi bunyi nafas (krakles) Indikasi edema paru, sekunder akibat
dekompensasi jantung
Kaji adanya edema Untuk mewaspadai adanya gagal
jantung kongestif dan perubahan
volume cairan
Ukur intake dan output cairan Penurunan curah jantung
mengakibatkan tidak efektifnya perfusi
ginjal, retensi cairan, dan penurunan
urine
Timbang BB Perubahan tiba – tiba pada BB
menunjukkan gangguan keseimbangan
cairan
Pertahankan pemasukan total cairan 2000 Memenuhi kebutuhan cairan orang
ml/ 24 jam dalam toleransi kardiovaskuler dewasa
Kolaborasi :
Berikan diet tanpa garam
Natrium meningkatkan retensi cairan
Berikan diuretik. Contoh : furosemide,
sprinolakton, hidronolakton.
Untuk meurunkan volume plasma
Pantau data laboratorium elektrolit kalium Hipokalemia dapat membatasi
keefektifan terapi
4. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan intake, mual, dan
anoreksia.
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam terdapat peningkatan dalam pemenuhan nutrisi yang
ditandai dengan kriteria hasil:
a. Klien secara subjektif termotivasi untuk melakukan pemenuhan nutrisi sesuai anjuran.
b. Asupan nutrisi klien meningkat pada porsi makan yang disediakan.
Intervensi Rasional
Jelaskan tentang manfaat makan bila
dikaitkan dengan kondisi klien saat ini.
Dengan pemahaman klien akan lebih
kooperatif mengikuti aturan
Anjurkan agar klien memakan makanan
yang disediakan di RS.
Untuk menghindari makanan yang justru
dapat mengganggu proses penyembuhan
klien.
Beri makanan dalam keadaan hangat dan
porsi kecil serta diet TKTPRG (tinggi
kalori tinggi protein rendah garam).
Untuk meningkatkan selera dan mencegah
mual, mempercepat perbaikan kondisi,
serta mengurangi beban kerja jantung.
Libatkan keluarga pasien dalam
pemenuhan nutrisi tambahan yang tidak
bertentangan dengan penyakitnya.
Klien kadang kala mempunyai selera
makan yang sudah terbiasa sejak dirumah.
Dengan bantuan keluarga dalam
pemenuhan nutrisi dengan tidak
bertentangan dengan pola diet akan
meningkatkan pemenuhan nutrisi
Lakukan dan ajarkan perawatan mulut
sebelum dan sesudah makan
Higine oral yang baik akan meningkatkan
nafsu makan klien.
Beri motivasi dan dukungan psikologis Meningkatkan secara psikologis
Kolaborasi Meningkatkan pemenuhan sesuai dengan
kondisi klien
Dengan ahli gizi tentang pemenuhan
diet klien.
Pemberian multivitamin Memenuhi asupan vitamin yang kurang
dari pemenuhan asupan nutrisi secara
umum dan memperbaiki daya tahan.
5. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokardium dengan
kebutuhan.
Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam aktivitas sehari- hari klien terpenuhi yang ditandai
dengan kriteria hasil: meningkatnya kemampuan klien dalam beraktivitas tanpa
menunjukkan gejala yang berat.
Intervensi Rasional
Catat frekuensi jantung, irama, dan
perubahan TD, selama dan sesudah
aktivitas.
Respon klien terhadap aktivitas dapat
mengindikasikan penurunan oksigen
miokardium
Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan
berikan aktivitas senggang yang tidak berat.
Menurunkan kerja miokardium dan
konsumsi oksigen
Anjurkan menghindari tekanan abdomen
misalnya mengejan.
Mengejan mengakibatkan kontraksi otot
dan vasokonstriksi yang dapat
meningkatkan preload
Jelaskan pola peningkatan bertahap dari
aktivitas, contoh bangun dari kursi,
ambulasi, dan istirahat selama satu jam
setelah makan.
Aktivitas yang maju memberikan
kontrol jantung dan mencegah aktivitas
berlebihan
Pertahanakan tirah baringselama periode
demam dan sesuai indikasi.
Meningkatkan resolusi inflamasi selama
fase akut dari miokarditis. Demam
meningkatkan kebutuhan dan konsumsi
oksigen , karenanya meningkatkan
beban kerja jantung dan menurunkan
toleransi aktivitas.
Tingkatkan klien duduk di kursi dan
tinggikan kaki klien.
Untuk meningkatkan aliran balik vena
Pertahankan rentang gerak pasif selama
sakit kritis.
Meningkatkan kontraksi otot sehingga
membantu aliran balik vena
Evaluasi TTV saat kemajuan aktivitas
terjadi.
Untuk mengetahui fungsi jantung bila
dikaitkan dengan aktivitas
Berikan waktu di antara waktu aktivitas. Untuk mendapatkan cukup waktu
resolusi dan tidak terlalu memaksa kerja
jantung
Pertahankan penambahan oksigen
sesuaiindikasi.
Untuk meningkatkan oksigen jaringan
Kaji EKG selama aktivitas, dipsnea,
sianosis, kerja nafas, dan frekuensi nafas
serta keluhan subjektif.
Melihat dampak dari aktivitas terhadap
jantung
Berikan diet sesuai indikasi (pembatasa
cairan dan natrium).
Untuk mencegah retensi cairan dan
edema
Rujuk ke program rehabilitasi jantung. Meningkatkan jumlah oksigen yang ada
untuk kebutuhan miokardiium sekaligus
mengurangi ketidaknyamanan akibat
perikarditis
6. Cemas b/d rasa takut akan kematian dan penurunan status kesehatan
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam kecemasan klien berkurang yang ditandai dengan kriteria
hasil:
a. Klien menyatakan kecemasan berkurang, mengenal perasaannya.
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor yang memengaruhi kecemasannya.
c. Klien kooperatif terhadap tindakan yang dilakukan.
d. Wajah klien tampak rileks.
Intervensi Rasional
Bantu klien mengekspresikan perasaan
marah, kehilangan dan takut.
Cemas berkelanjutan memberikan dampak
serangan jantung selanjutnya.
Kaji tanda verbal dan nonverbal
kecemasan, damping klien dan lakukan
tindakan bila menunjukkan perilaku
Reaksi verbal/nonverbal dapat
menunjukkan rasa agitasi, marah dan
gelisah.
merusak.
Hindari konfrontasi. Konfrontasidapat meningkatkan rasa
marah, menurunkan kerja sama, dan
mungkin memperlambat penyembuhan.
Mulai melakukan tindakan untuk
mengurangi kecemasan. Beri lingkungan
yang tenang dan suasana penuh istirahat.
Menurangi rangsangan eksternal yang
tidak perlu.
Tingkatkan kontrol sensasi klien. kontrol sensasi klien (dalam menurunkan
ketakutan) dengan cara memberikan
informasi tentang keadaan klien,
menekankan pada penghargaan terhadap
sumber-sumber koping (pertahanan diri)
yang positif, membantu latihan relaksasi
dan teknik-teknik pengalihan, serta
memberikan respon balik yang positif.
Orientasikan klien terhadap prosedur dan
aktivitas yang diharapkan.
Orientasi dapat menurunkan kecemasan.
Beri kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan ansietasnya.
Dapat menghilangkan ketegangan terhadap
kekhawatiran yang tidak diekspresikan.
Berikan privasi untuk klien dan orang
terdekat.
Member waktu untuk mengekspresikan
perasaan, menghilangkan cemas dan
perilaku adaptasi.
Adanya keluarga dan teman-teman yang
dipilih klien meelayani aktivitas serta
pengalihan (missal membaca) akan
menurunkan perasaan terisolasi.
Kolaborasi: berikan anticemas sesuai
indikasi, contonya diazepam.
Meningkatkan relaksasi dan menurunkan
kecemasan.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2012. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler
dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika