1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.R DENGAN POST OP OPEN METATARSAL PEDIS DEXTRA ATAS INDIKASI FRAKTUR
TIBIA DEXTRA TERBUKA DI RUANG RAWAT INAP
BEDAH TRAUMA CENTER RSUP
Dr.M.DJAMIL PADANG
EVALUASI PRAKTEK KLINIK
ARIFNO JULIYAN PUTRA
11111647
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2013/2014
2
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.R DENGAN POST OP OPEN METATARSAL PEDIS DEXTRA ATAS INDIKASI FRAKTUR
TIBIA DEXTRA TERBUKA DI RUANG RAWAT INAP
BEDAH TRAUMA CENTER RSUP
Dr.M.DJAMIL PADANG
EVALUASI PRAKTEK KLINIK
Untuk Memenuhi Syarat MenyelesaikanProgram Diploma III keperawatan
ARIFNO JULIYAN PUTRA
11111647
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2013/2014
3
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dan puji syukur senantiasa penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan evaluasi praktek klinik dengan judul“ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.R DENGAN POST OP OPEN METATARSAL PEDIS DEXTRA ATAS INDIKASI FRAKTUR TIBIA DEXTRA TERBUKA DI RUANG RAWAT INAP BEDAH TRAUMA CENTER RSUP Dr.M.DJAMIL Padang 2014”.
Penyusunan evaluassi praktek klinik ini, penulis banyak sekali menemukan
kesulitan dan hambatan. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis
dapat menyelesaikan evaluasi praktek klinik ini.
Evaluasi praktek klinik ini tersusun berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai
pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Rizka Ausrianti, S.Kep selaku pembimbing akademik yang telah
mengarahkan, memberi masukan dan bimbingan serta meluangkan waktunya
untuk memberikan petunjuk dan membantu penulis dalam proses penyusunan
evaluasi praktek klinik ini.
2. Ibu Mulyati, S.Kep selaku pembimbing klinik yang telah mengarahkan,
memberi masukan dan bimbingan serta meluangkan waktunya untuk
memberikan petunjuk da nmembantu penulis dalam proses penyusunan evaluasi
praktek klinik ini.
ii
Mudah-mudahan semua bimbingan, petunjuk dan bantuan yang telah di berikan
kepada penulis dapat di terima sebagai suatu amal baik dan mendapatkan balasan dari
Allah SWT
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih belum sempurna dan banyak
kekurangannya, walaupun demikian penulis mengharapkan proposal ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi penulis sendiri.
Penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar penulis dapat
menghasilkan evaluasi praktek klinik yang lebih baik. Pemohonan maaf penulis
ucapkan jika ada kesalahan dalam penulisan evaluasi praktek klinik ini. Semoga
evaluasi praktek klini ini dapat berguna bagi mahasiswa, para dosen dan pembaca
lainnya.
Padang,April 2014
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 4
C. Tujuan penulisan............................................................................. .4
D. ManfaatPenulisan .......................................................................... 5
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Defenisi Fraktur........................................................................ 7
2. Etiologi...................................................................................... 7
3. Anatomi Fisiologi...................................................................... 8
4. Klasifikasi................................................................................. 11
5. Patofisiologi.............................................................................. 12
6. WOC......................................................................................... 14
7. Tanda Dan Gejala...................................................................... 15
8. Komplikasi................................................................................ 16
9. Pemeriksaan Diagnostik............................................................ 17
10. Penatalaksanaan........................................................................ 10
B. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian ................................................................................ 19
2. Diagnose Keperawatan ............................................................. 24
iv
3. Intervensi Keperawatan ............................................................ 24
4. Implementasi ............................................................................ 34
5. Evaluasi .................................................................................... 35
BAB III LAPORAN KASUS
1. Pengkajian ................................................................................ 36
2. Pemeriksaan fisik .................................................................... 38
3. Analisa data .............................................................................. 42
4. Diagnosa ................................................................................... 44
5. Intervensi Keperawatan............................................................ 41
6. Catatan perkembangan ............................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat
diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Meskipun tulang patah,
jaringan sekitarnya juga terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan lunak,
perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendon, kerusakan saraf, dan
kerusakan pembuluh darah. (Brunner & Suddart 2002).
Adapun jenis jenis fraktur yaitu, Fraktur Komplet adalah patah pada seluruh garis
tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran (bergeser dari posisi normal). Fraktur
tidak komplet, patah hanya terjadi pada sebagian dari tengah tulang. Fraktur tertutup
(fraktur simpel) tidak menyebabkan robeknya kulit. Fraktur terbuka ( fraktur komplikata
/ kompleks) merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau membrana mukosa sampai
ke patahan tulang. Fraktur terbuka degradasi menjadi: Grade I dengan luka bersih
kurang dari 1 cm panjangnya, Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak
yang ekstensif, dan Grade III, yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan
jaringan lunak ekstensif,merupakan yang paling berat. ( Brunner dan Suddarth, 2002)
Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada fraktur terbuka yang tidak dapat
direposisi tapi sulit dipertahankan dan untuk memberikan hasil yang lebih baik maka
perlu dilakukan tindakan operasi ORIF (Open Reduktion wityh Internal Fixation).
1
2
Kejadian patah tulang atau fraktur dapat menimpa setiap orang kapan saja dan
dimana saja. Fraktur yang terjadi dapat mengenai orang dewasa maupun anak-anak.
Presentasi keseluruhan dari anak anak 0-16 tahun yang mengalami (sedikitnya 1)
fraktur, lebih tinggi anak laki-laki(42%) daripada anak perempuan (27%). Tetapi
kejadian fraktur tiga tahun lebih awal terjadi pada anak perempuan dari pada anak laki-
laki. Meningkatnya fraktur selama masa prapubertas terjadi karena ketidak sesuaian
antara tinggi badan dan mineralisasi tulang. 77% kasus fraktur disebabkan karena
trauma low-energy (terutama karena jatuh) yang lebih sering terjadi pada anak laki-laki
usia sekolah dan remaja. (Jurnal Pattern of fractures across pediatric age groups:
analysis of individual and lifestyle factors)
Fraktur femur mempunyai insiden yang cukup tinggi yaitu 80% diantara jenis jenis
patah tulang lainnya.fraktur femur lebih sering terjadi pada laki – laki daripada
perempuan yang rata – rata berumur dibawah 45 tahun, yang berhubungan dengan
olahraga, pekerjaan, atau kecelakaan (Masjoer,A,2005).
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat terdapat lebih dari 7 juta orang meninggal
dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami kecacatan fisik.
Usman (2012) menyebutkan bahwa hasil data Riset Kesehatan Dasar (RIKERDAS)
tahun 2011, di Indonesia terjadinya fraktur yang disebabkan oleh cedera yaitu karena
jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma tajam / tumpul. Dari 45.987 peristiwa terjatuh
yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8 %), dari 20.829 kasus kecelakaan
lalu lintas, mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5 %), dari 14.127 trauma benda
tajam / tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7 %). (Depkes 2009)
Dan menurut data depkes 2005 kalimantan timur korban fraktur akibat dari kecelakaan
berkisar 10,5%, sedangkan bedasarkan data yang diperoleh dari catatan medical record
3
di rumah sakit islam samarinda, data pada tahun 2012 (periode januari – juni )
didapatkan 14 kasus fraktur, sedangkan untuk bulan juli ada 7 kasus fraktur.
Adapun di Sumatra Barat, jumlah cenderung meningkat dua tahun terakhir (2011-
2012). Menurut kepolisian daerah, peningkatan terjadi dari berbagai faktor, Faktor
tersebut adalah “kesemerautan” arus lalu lintas. Kapolda merincikan,pada tahun 2011
jumlah korban kecelakaan lalu lintas di Sumatera Barat mencapai 1.399 kasus, dan pada
tahun 2012, korban mengalami peningkatan mencapai 1.551 kasus atau naik 11%.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2011 didapatkan
sekitar 2700 orang mengalami insiden fraktur, 56% penderita mengalami kecacatan
fisik, 24% mengalami kematian, 15% mengalami kesembuhan dan 5% mengalami
gangguan psikologis atau depresi terhadap adanya kejadian fraktur (Eko Efriyanto,
2012).
Berdasarkan data yang penulis dapatkan di Medical Record RSUP Dr. M. Djamil
padang, fraktur femur pada tahun 2011 klien dengan fraktur femur 108 orang,
sedangkan pada tahun 2012 terjadi penurunan yaitu 90 orang, sementara pada tahun
2013 angka kejadian fraktur femur yaitu 120 orang. (Medical Record Dr. M. Djamil
Padang).
Dampak masalah dari fraktur yaitu dapat mengalami perubahan pada bagian tubuh
yang terkena cidera seperti terjadinya perdarahan, terhambatnya pergerakan, resiko
terjadinya infeksi, serta masalah yang dapat ditimbulkan secara psikologi adalah rasa
khawatir terhadap kecacatan yang mungkin terjadi di kemudian hari sehingga tidak
memungkinkan baraktifitas seperti biasanya, rasa cemas terhadap perubahan bodi
image, serta dampak sosial yang dapat ditimbulkan adalah klien tidak dapat mengikuti
4
kegiatan kemasyarakatan seperti gotong royong, mengikuti acara yang ada di
masyarakat, tidak bisa mengikuti pengajian di masyarakat, serta dampak spritual yang
ditimbulkan klien tidak dapat melaksanakan ibadah dengan baik, terutama frekuensi dan
konsentrasi dalam beribadah. Hal ini dapat disebabkan oleh nyeri dan keterbatasangerak
klien. (musliha 2010).
Dalam hal ini sangat penting peranan dari perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan secara komprehensif untuk menghindari komplikasi yang akan terjadi,
seperti memberikan nutrisi yang melebihi kebutuhan sehari-hari, seperti kalsium, zat
besi, protein, vitamin C untuk membantu mempercepat penyembuhan tulang. Dan
perawat juga memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga. (Arif :
2008).
B . Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka dapat di rumuskan
bahwa masalah penelitiannya yaitu memberi Asuhan keperawatan pada klien dengan
Post Op Open Metatarsal Pedis Dextra Atas Indikasi fraktur femur terbuka di instalasi
Trauma center bedah RSUP Dr.Mjamiln Padang.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menerapkan Asuhan Keperawatan kepada pasien dengan Fraktur Tibia
Dextra Terbuka Di Ruangan Rawat Inap Bedah Trauma Center Post Op Open
Metatarsal Pedis Dextra RSUP Dr.M.DJAMIL Padang.
5
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian secara komprehensif pada klien dengan
fraktur femur terbuka di instalasi Trauma Center Bedah RSUP Dr. M. Djamil
Padang.
b. Mampu menganalisa data hasil pengkajian dalam menegakkan Diagnosa pada
klien dengan fraktur femur terbuka di instalasi Trauma Center Bedah RSUP
Dr. M. Djamil Padang.
c. Mampu merencanakan Asuhan Keperawatan pada klien dengan fraktur femur
terbuka di instalasi Trauma Center Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang.
d. Mampu menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien dengan fraktur femur di
instalasi Trauma Center Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang.
e. Mampu mengevaluasi Asuhan Keperawatan Pada Klien fraktur femur terbuka
di instalasi Trauma Center Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang.
f. Mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan fraktur
femur terbuka di instalasi Trauma Center Bedah RSUP Dr. M. Djamil
Padang.
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi RSUP Dr. M. Djamil Padang
Hasil Penelitian ini dapat menjadi sarana untuk menambah pengetahuan
di bidang Keperawatan Medikal Bedah, serta perawat dapat membuat suatu
perencanaan dalam mengambil keputusan yang cepat dan tepat saat
memberikan Asuhan Keperawatan Denagn Klien Fraktur femur.
2. Bagi Klien
6
Hasil dari Asuhan keperawatan ini dapat digunakan sebagai ilmu
pengetahuan dalam perawatan klien dengan fraktur femur terbuka.
3. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi mahasiswa untuk
mengembangkan ilmu pendidikan.
4. Bagi penulis
Sebagai pengembangan wawasan atau ilmu pengetahuan memberikan
Asuhan keperawatan dengan klien fraktur femur terbuka.
7
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Definisi Fraktur
Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang dan atau tulang rawan yang penyebabnya dapat dikarenakan penyakit
pengeroposan tulang diantaranya penyakit yang sering disebut osteoporosis, biasanya
dialami pada usia dewasa. Dan dapat juga disebabkan karena kecelakaan yang tidak
terduga (Masjoer, A, 2005).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak patahnya tulang yang utuh,
biasanya disebabkan oleh trauma / rudapaksa atau tenaga fisik yang di tentukan jenis
dan luasnya trauma (Lukman, Nurna Ningsih.2011)
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas dari jaringan tulang femur (Taufan
Nugroho, 2011).
2. Etiologi
Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter
mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem ( smeltzer, 2002).
Umumya fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang
berlebihan pada tulang. Fraktur cendrung terjadi pada laki-laki, biasanya fraktur
terjadi pada umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga,
pekerjaan, atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor.
Sedangkan pada orang tua, perempuan lebih sering mengalami fraktur dari pada
7
8
laki-laki yang berhubungan dengan meningkatnya insiden osteoporosis yang
terkait dengan perubahan hormone pada menopause. (Reeves, 2001).
3. Anatomi Fisiologi
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat
untuk melekatnya otot-otot yang menggerakan kerangka tubuh. Ruang di tengah
tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik, yang membentuk berbagai
sel darah. Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan
mengatur kalsium dan fosfat (Price, 2006).
Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, yang terbagi dalam empat kategori:
tulang panjang (mis: femur), tulang pendek (mis: tulang tarsalia), tulang pipih
(mis: sternum), dan tulang tak teratur (mis: tulang vertebra). Bentuk dan
konstruksi tulang tertentu ditentukan oleh fungsi dan gaya yang bekerja padanya
(Smeltzer & Bare, 2002).
Bagian-bagian khas dari sebuah tulang panjang adalah diafisis(batang)
merupakan bagian tengah yang berbentuk silinder. Bagian ini tersusun dari
tulang kortikal yang memiliki kekuatan yang besar.
Metafisis adalah bagian tulang yang melebar di dekat ujung akhir batang.
Daerah ini disusun oleh tulang trabekular atau tulang spongiosa yang
mengandung sel-sel hematopoetik. Sum-sum merah juga terdapat di bagian
epifisis dan diafisis tulang.
Metafisis juga menopang sendi dan menyediakan daerah yang cukup luas
untuk perlekatan tendon dan ligamen pada epifisis. Lempeng epifisis adalah
daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak, dan bagian ini akan
menghilang pada tulang dewasa. Bagian epifisis langsung berbatasan dengan
9
sendi tulang panjang yang bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhan
memanjang tulang terhenti. Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang
disebut periosteum, yang mengandung sel-sel yang dapat berproliferasi dan
berperan dalam proses pertumbuhan tulang panjang. Kebanyakan tulang panjang
mempunyai arteri nutrisi khusus. Lokasi dan keutuhan dari arteri-arteri inilah
yang menentukan berhasil atau tidaknya proses penyembuhan suatu tulang yang
patah.
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel, yaitu :
a. Sel osteoblas
Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan
proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses
yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid,
osteoblas mensekresikan sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang
peranan penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks
tulang. Sebagian dari fosfatase alkali akan masuk kedalam aliran darah,
dengan demikian maka kadar fosfatase alkali didalam darah dapat menjadi
indikator yang baik dalam pembentukan tulang setelah mengalami patah
tulang.
b. Sel osteosit
Osteosit merupakan sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu
lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
c. Sel osteoklas
Osteoklas merupakan sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan
mineral dan matriks tulang dapat diabsorbsi. Tidak seperti osteoblas dan
10
osteosit, osteoklas mengikis tulang. Sel-sel ini menghasilkan enzim-enzim
proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan
mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah
(Price, 2005:1358).
Menurut Syaifuddin (2006:67), fungsi tulang secara umum meliputi :
a. Formasi kerangka: tulang-tulang membentuk rangka tubuh untuk
menentukan bentuk dan ukuran tubuh, tulang-tulang menyokong tubuh yang
lain.
b. Formasi sendi: tulang-tulang membentuk persendian yang bergerak dan tidak
bergerak tergantung dari kebutuhan fungsional, sendi yang bergerak
menghasilkan bermacam-macam pergerakan.
c. Perlengkatan otot: tulang-tulang menyediakan permukaan untuk melekatnya
otot, tendon dan ligamentum untuk melaksanakan pekerjaanya.
d. Sebagai pengungkit: untuk bermacam-macam aktivitas selama pergerakan.
e. Menyokong berat badan: memelihara sikap tegak tubuh manusia dan
menahan gaya tarikan dan gaya tekanan yang terjadi pada tulang, dapat
menjadi kaku dan menjadi lentur.
f. Proteksi : tulang membentuk rongga yang mengandung dan melindungi
struktur yang halus seperti otak, medula spinalis, jantung, paru-paru, alat-alat
dalam perut dan panggul.
g. Hemopoiesis : sumsum tulang tempat pembentukan sel-sel darah.
h. Fungsi imunologi: limfosit ”B” dan magrofag dibentuk dalam sistem
retikuloendotel sumsum tulang.
11
i. Penyimpanan kalsium: tulang mengadung 97 % kalsium yang terdapat dalam
tubuh baik dalam bentuk anorganik maupun garam-garam terutama kalsium
fosfat.
Gambar 1: Anatomi Femur
(Evelyn C : 2013).
4. Klasifikasi
1. Fraktur Komplet adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan
biasanya mengalami pergeseran (bergeser dari posisi normal).
2. Fraktur tidak komplet adalah patah hanya terjadi pada sebagian dari garis
tengah tulang.
3. Fraktur tertutup (fraktur simpel) tidak menyebabkan robeknya kulit.
4. Fraktur terbuka (fraktur komplikata / kompleks) merupakan fraktur dengan
luka padakulit atau membrana mukosa sampai kepatahan tulang.fraktur
terbuka dengan degradasi menjadi: Grade I dengan luka bersih kirang dari 1
cm panjangnya, Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang
12
ekstensif, dan Grade III yang sangat terkontaminasi dan mengalami
kerusakan jaringan lunak ekstensif, merupakan yang paling berat.
Fraktur jugadigolongkan sesuai dengan pergeseran anatomis fragmen
Tulang (Fraktur bergeser / tidak bergeser).
1. Greenstick : fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisilainnya
bengkok
2. Transversal : fraktur sepanjang garis tengah tulang
3. Oblik : fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang (lebih tidak stabil
dibanding transversal)
4. Spiral : fraktur memuntir seputar batang tulang
5. Kominutif : fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen
6. Depresi : fraktur dengan fragmen patahanterdorong kedalam (sering terjadi
pada tulang tengkorakdan tulang wajah)
7. Kompresi : fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang
belakang).(Brunner & Suddarth :2002)
5. Patofisiologi
Femur merupakan tulang terpanjang yang ada dalam tubuh manusia. Fraktur
tulang femur dapat terjadi mulai dari proksimal sampai distal. Untuk
mematahkan batang femur pada orang dewasa, diperlukan gaya yang besar.
Kebanyakan fraktur ini terjadi pada pria muda yang mengalami kecelakaan
kendaraan bermotor atau jatuh dari ketinggiaan. Biasanya klien ini mengalami
trauma multipel. Secara klinis, fraktur femur terdiri atas patah tulang paha
terbuka dan patah tulang tertutup.
13
Secara klinis fraktur femur terbuka sering menyebabkan kerusakan
neurovaskuler yang dapat menimbulkan peningkatan resiko syok, baik syok
hipovolemik karena kehilangan banyak darah maupun syok neurogenik karena nyeri
yang sangat hebat.
Respon terhadap pembengkakan yang hebat adalah sindrom kompartemen.
Sindrom kompartemen adalah suatu keadaan otot, pembuluh darah, jaringan saraf
akibat pembengkakan lkal yang melebihi kemampuan suatu kompartemen / ruang
lokal dengan manifestasi gejala yang khas, meliputi keluhan nyeri hebat pada area
pembengkakan, penurunan pefusi perifer secara unilateral pada sisi distal
pembengkakan, capillary refill time (CRT) lebih dari 3 detik pada sisi distal
pembengkakan.
Kerusakan fragmen tulang femur menyebabkan mobilitas fisik dan diikuti
dengan spasme otot paha menimbulkan deformitas pada paha, yaitu pemendekan
tulang tungkai bawah.apabila kondisi ini berlanjut tanpa dilakukan intervensi yang
optimal, akan menimbulkan resiko terjadinya malunion pada tulang femur.
Kondisi klinis fraktur femur terbuka pada faseawal menyebaban berbagai
masalah keperawatan pada klien, meliputi respon nyeri hebat akibat kerusakan
vaskuler dengan pembengkakan lokal yang menyebabkan sindrom kompartemen
yang sering terjadi pada fraktur suprakondilus, kondisi syok hipovolemik sekunder
akibat cidera vaskuler dengan perdarahan yang hebat, hambatan mobilitas fisik
sekunder akibat port de entree luka terbuka. Pada fase lanjut, fraktur femur terbuka
menyebabkan kindisi malunion, non-union, dan delayed union akibat cara mobilisasi
yang salah. (Arif : 2011).
14
6. WOC
7. Tanda dan gejala
Gambaran klinis fraktur menurut M. Clevo Rendi & Megareth TH : 2012 :
1. Pada tulang traumatic dan cedera jaringan lunak biasanya disertai nyeri.
Setelah terjadinya patah tulang terjadi spasme otot yang menambah rasa
nyeri.
2. Nyeri, bengkak, dan nyeri tekan pada daerah fraktur(tendernes).
3. Deformitas : perubahan bentuk tulang.
4. Mungkin tampak jelas posisi tulang dan ekstremitas tidak yang tidak alami.
15
5. Pembengkakan disekitar fraktur akan menyebabkan proses peradangan.
6. Hilangnya fungsi anggota badan dan persendian terdekat.
7. Gerakan abnormal.
8. Dapat terjadi gangguan sensasi atau rasa kesemutan, yang mengisyaratkan
kerusakan syaraf. Denyut nadi dibagian distal fraktur harus utuh dan setara
dengan bagian nonfraktur. Hilangnya denyut nadi sebelah distal mungkin
mengisyaratkan syok kompartemen.
9. Krepitasi suara gemeretak akibat pergeseran ujung-ujung patahan tulang satu
sama lain.
Tanda-tanda fraktur pasti
1. Deformitas.
1. Krepitasi.
2. False movement (gerakan yang tidak biasa).
Tanda-tanda fraktur tak pasti
1. Odema.
1. Nyeri tekan.
2. Nyeri gerak.
3. Luka.
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,
pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna
( Brunner & suddarth :2002).
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
16
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secara tidak alamiah(gerakan luar biasa) bukannya tetap rigit seperti
normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur, lengan atau tungkai
menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa
diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas
tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada
integritas tulang tempat melengketnya otot.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering
saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).
4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan
yang lainnya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru bisa terjadi
setelah beberapa jam atau hari setelah cidera.
8. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi menurut (M. Clavo Rensy & Margareth
TH) adalah sebagai berikut:
1. Trauma Syaraf
1. Trauma Pembuluh darah
Indikasi ischemia post trauma : pain, pulseles, parasthesia, pale, paralise
Kompartemen sindrom : kumpulan grjala yang terjadi karena kerusakan
17
akibat trauma dalam jangka waktu 6 jam pertama, kalau tidak dibersihkan
maka akan terjadi nekrose amputasi.
2. Komplikasi tulang :
a. Delayed Union : penyatuan tulang lambat.
b. Non union : (tidak bisa nyambung).
c. Mal union (salah sambung).
d. Kekakuan sendi.
e. Nekrosis avaskuler.
f. Osteoarthriris.
3. Stress pasca traumatik.
4. Dapat timbul embolik lemak setelah patah tulang, terutama tulang panjang.
5. Infeksi, infeksi terjadi pada fraktur terbuka akibat luka yang terkontaminasi.
9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan rontgen : menetukan lokasi/luasnya fraktur/trauma.
b. Scan tulang, scan CT/MRI: memperlihatkan fraktur, juga dapat
digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
c. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
d. Hitung darah lengkap: HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur) perdarahan bermakna
pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multipel.
e. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beeban kreatinin untuk klirens
ginjal.
f. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfusi multipel, atau cidera hati ( Doenges : 2000).
18
10. Penatalaksanaan
a) Medis
1. Pembidaian bertujuan untuk membatasi gerakan fragmen.
2. pada fraktur terbuka , luka ditutup dengan pembalut bersih (steril) untuk
mencegah kontaminasi jaringan yang lebih dalam. (Brunner dan suddarth :
2002)
3. Terapi operatif, terapi hampir selalu dilakukan pada klien fraktur femur,
baik orang dewasa maupun orang tua. Terapi operatif dengan pemasangan
plat dan screw. (Arif : 2011)
b) Non Medis
1. Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang
pada kesejajarannya dan anatomis.
2. imobilisasi klien secepat mungkin, agar tidak terjadi kekakuan sendi.
3.TraksI adalah gaya tarikan kebaguan tubuh. Traksi digunakan untuk
meminimalkan spasme otot, untuk mereduksi, menyejajarkan, dan
mengimobilisasi fraktur, untuk mengurangi deformitas dan untuk
menambah ruangan di antara kedua permukaan patahan tulang. Traksi
harus diberikan dengan arah Dan besaran yang diinginkan untuk
mendapatkan efek terapeutik. ( arif : 2008).
19
B. Asuhan keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, No. MR, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, penanggung jawab, diagnosa medik.
b. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang bisa
menyebabkan fraktur patologis sehingga tulang sulit menyambung.
Selain itu, klien diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko mengalami
osteomielitis akut dan kronis dan penyakit diabetes menghambat proses
penyembuhan tulang.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien datang ke Rumah Sakit karena disebabkan oleh trauma,
kecelakaan, degeneratif yang ditandai dengan adanya perdarahan,
keluhan nyeri, oedema, serta adanya perubahan warna pada kulit
3. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tulang paha
adalah faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis yang
sering terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang yang
cenderung diturunkan secara genetik. (Arif : 2008).
20
c. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum klien
Keadaan baik atau buruknya klien tergantung dari kronologi trauma.
Tanda-tanda yang perlu dicatat adalah kesadaran klien: (apatis, sopor,
koma, gelisah, kompos mentis), tanda-tanda vital biasanya tidak normal
karena ada gangguan lokal, baik fungsi maupun bentuk.
2. Kepala
a. Rambut
Biasanya pada klien fraktur femur tidak ada kelainan pada rambut
klien.
a. Wajah
Biasanya wajah terlihat menahan sakit dan bagian wajah yang lain
tidak ada perubahan fungsi dan bentuk. Wajah simetris tidak ada lesi
dan oedema.
b. Mata
Biasanya pada klien fraktur femur dengan banyaknya perdarahan yang
keluar biasanya mengalami konjungtiva anemis, Sklera tidak ikterik.
c. Telinga
Biasanya pada klien fraktur femur tidak ada kelainan pada telinga,
seperti tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada
lesi atau nyeri tekan.
d. Hidung
Biasanya pada hidung klien tidak ada kelainan seperti tidak ada
deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung.
21
e. Mulut dan faring
Biasanya tidak ada kelainan seperti, pembesaran tonsil, gusi tidak
terjadi perdarahan, mukosa mulut lembab.
3) Leher
Biasanya pada klien fraktur femur terbuka tidak ada kelainan seperti,
tidak adanya pembesaran kelenjer tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening.
4) Dada / Thorak
a) Inspeksi : Biasanya simetris kiri dan kanan
b) Palpasi : Biasanya fremitus kiri dan kanan
c) Perkusi :Biasanya tidak ada kelainan seperti adanya
massa atau cairan lainnya.
d) Auskultasi : Biasanya tidak ada kelainan
5) Jantung
a) Inspeksi : Biasanya Ictus cordis tidak ada.
b) Palpasi : Biasanya ictus cordis tidak teraba.
c) Perkusi : Biasanya tentukan batas-batas jantung.
d) Auskultasi : Biasanya tidak ada bunyi murmur.
6) Abdomen
a) Inspeksi : Biasany tidak acites, turgor kulit baik, dan
tidak ada ditemukan kelainan saat
dilakukan inspeksi.
b) Auskultasi : Biasanya bising usus normal (5-35x/menit).
c) Palpasi : Biasanya tidak ada pembesaran hepar.
22
d) Perkusi : Biasanya bunyi yang dihasilkan timpani.
7) Genitourinaria
Biasanya genetalia klien tampak bersih, dan ditemukan adanya
pemasangan kateter.
8) Ekstremitas
Biasanya untuk ekstremitas bagian atas pada klien fraktur femur tidak
ada gangguan / kekuatan otot baik, sedangkan pada ekstremitas bawah
didapatkan ketidakmampuan menggerakkan tungkai dan penurunan
kekuatan otot dalam melakukan pergerakan.
9) Sistem Integumen
Biasanya terdapat eritema, suhu disekitar daerah trauma meningkat,
bengkak, edema, dan adanya nyeri tekan.
d) Pola kebiasaan sehari-hari
1) Pola Nutrisi
Biasanya pola nutrisi pada klien fraktur tidak mengalami perubahan yang
berarti, tapi klien dengan fraktu harus mengonsumsi nutrisi melebihi
kebutuhan sehari-hari, seperti kalsium, zat besi,protein, vitamin C, dan
lainnya untuk membantu penyembuhan tulang.
2) Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur femur, biasanya klien tidak mengalami gangguan
pola eliminasi.
3) Pola Istirahat
Biasanya klien fraktur mengalami nyeri dan geraknya terbatas sehingga
dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien.
23
4) Pola Aktivitas
Karena timbul rasa nyeri, gerak menjadi terbatas. Semua bentuk kegiatan
klien menjadi berkurang dan klien memerlukan banyak bantuan orang
lain.
5) Personal hygiene
Biasanya pasien masih mampu melakukan personal hygiene, tapi harus
ada bantuan dari orang lain, ini disebabkan karena terjadinya
keterbatasan gerak dari klien.
e) Riwayat psikologis
Biasanya dampak yang timbul dari klien fraktur adalah timbul ketakutan
akan kecacatan akibat fraktur yang dialaminya, rasa cemas, rasa
ketidakmampuan melakukan aktivitas secara optimal dan pandangan
terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh).
f) Riwayat Spiritual
Biasanya klien dengan fraktur tidak dapat melaksanakan ibadah dengan
baik, terutama frekuensi dan konsentrasi dalam beribadah. Hal ini dapat
disebabkan oleh nyeri dan keterbatasangerak klien.
g) Riwayat Sosial
Biasanya klien tidak dapat mengikuti kegiatan kemasyarakatan seperti
gotong royong, mengikuti acara yang ada di masyarakat, tidak bisa
mengikuti pengajian di masyarakat, serta klien akan manrik diri dari
lingkungan sosialnya karena merasa tidak berguna lagi.
24
2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan gerakan fragmen tulang
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka
neuromuskuler
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan kulit
5. Resiko tinggi terhadap trauma tambahan berhubungan dengan kehilangan
integritas tulang (doengus : 2000).
3. Intervensi Keperawatan
NoDiagnosa
Keperawatan
Tujuan dan
Kriteria
hasil
Intervensi Rasional
1 Gangguan rasa
nyaman nyeri
berhubungan
dengan
gerakan
fragmen
tulang.
Tujuan :
setelah dilakukan
intervensi
keperawatan,
klien menyatakan
nyeri hilang.
Kriteria hasil :
klien menunjukan
tindakan santai,
mampu
berpartisipasi
dalam aktivitas,
tidur, serta
istirahat dengan
tepat.
Mandiri
1. Pertahankan
imobilisasi bagian
yang sakit dengan
tirah baring, gips,
pembebat,dan traksi.
2. Tinggikan dan dukung
ekstremitas yang
terkena.
3. Atur posisi imobilisasi
pada paha
1. Menghilangkan nyeri dan
mencegah kesalahan
posisi tulang / tegangan
jaringan yang cedera.
2. Meningkatkan aliran
balik vena, menurunkan
edema, dan menurunkan
nyeri.
3. Imobilisasi yang adekuat
dapat mengurangi
gerakan fragmen tulang
yang menjadi unsur
utama penyebab nyeri
pada daerah paha.
25
4. Evaluasi keluhan nyeri
/ ketidaknyamanan,
perhatikan lokasi dan
karakteristik, termasuk
intensitas (skala 0-10).
Perhatikan petunjuk
nyeri nonverbal
(perubahan tanda vital
dan emosi/perilaku).
5. Lakukan dan awasi
latihan rentang gerak
pasif/altif.
6. Berikan alternatif
tindakan kenyamanan,
contoh pijatan, pijatan
punggug, perubahan
posisi.
7. Ajarkan relaksasi
4. Mempengaruhi pilihan
atau pengawasan
keefektifan intervensi.
Tingkat ansietas dapat
mempengaruhi persepsi
atau reaksi terhadap
nyeri.
5. Mempertahankan
kekuatan/mobilitas otot
yang sakit dan
memudahkan resolusi
inflamasi pada jaringan
yang cedera.
6. Meningkatkan sirkulasi
umum, menurunkan area
tekanan lokal dan
kelelahan otot.
7. Teknik akan melancarkan
peredaran darah sehingga
kebutuhan O2 pada
jaringan terpenuhi dan
nyeri berkurang.
1. Deberikan untuk
26
mengurangi
ketegangan otot
rangka yang dapat
mengurangi intensitas
nyeri, sperti relaksasi
massase.
Kolaborasi
1. Berikan obat sesuai
indikasi seperti :
injeksi keterolak
(toradol).
2. Pemasangan traksi
kulit atau traksi
tulang.
3. Operasi untuk
pemasangan fiksasi
internal.
menghambat
siklooksogenase
(prostaglandin sintetase).
2. Traksi yang efektif akan
memberikan dampak
pada penurunan
pergeseran fragmen
tulang dan memberikan
posisi yang baik untuak
penyatuan tulang.
3. Fiksasi internal dapat
membantu imobilisasi
fraktur femur sehingga
pergseran fragmen
berkurang.
1. Pasien mungkin dibatasi
oleh pandangan
diri/persepsi diri tentang
keterbatasan fisik aktual,
memerlukan informasi/
intervensi untuk
meningkatkan kemajuan
kesehatan.
2. Meningkatkan drainase
vena/menurunkan edema.
Catatan : pada adanya
27
2
Gangguan
mobilitas fisik
berhubungan
dengan
kerusakan
rangka
neuromuskuler
Tujuan :
Klien dapat
meningkatkan
Atau
mempertahankan
mobilitas pada
tingkat yang
paling tinggi.
Kriteria hasil :
- Klien mampu
mempertahankan
possisi fungsional.
- menunjukan
teknik yang
memampukan
melakukan
aktivitas.
Mandiri :
1. Kaji tingkat
imobilitas yang
dihasilkan oleh
cedera/
Pengobatan dan
perhatikan persepsi
pasien terhadap
imobilisasi.
2. Pertahankan
peninggian
ektremitas yang
cedera kecuali
dikontraindikasi-
kan dengan
menyakinkan adanya
sindrom
kompartemen.
3. Instruksikan pasien
untuk/bantu dalam
rentang gerak
peningglkatan tekanan
kompartemen, peninggian
ekstremitas secara
mengahalangi aliran
arteri, menurunkan
perfusi.
3. Meningkatkan aliran
darah ke otot dan tulang
untuk meningkatkan
tonus otot,
mempertahankan gerak
sendi; mencegah
kontraktur/atrofi, resorpsi
kalsium karena tidak
digunakan.
4. Kontraksi otot isometrik
tanpa menekuk sendi atau
menggerakkan tungkai
dan mampu
mempertahankan kekuata
dan masa otot.
5. Berguna dalam
mempertahankan posisi
fungsional ekstremitas,
tangan/kaki, dan
mencegah komplikasi.
6. Mobilisasi dini
menurunkan komplikasi
tirah baring (contoh,
flebitis) dan
28
pasien/aktif pada
ekstremitas yang tak
sakit.
4. Dorong penggunaan
latihan isometrik
mulai dengan
tungkai yang tak
sakit.
5. Berikan papan kaki,
bebat pergelangan,
gulungan trokanter
atau tangan yang
sesuai.
6. Berikan/bantu dalam
mobilisasi dengan
kursi roda, kruk,
tongkat sesegera
mungkin.
meningkatkan
penyembuhan dan
normalisasi penyembuhan
organ.
7. Untuk mempertahankan
mobilisasi dan keamanan
pasien.
1. Berguna dalam membuat
aktivitas induvidual/
program latihan.
2. Pasien/orang terdekat
memerlukan tindakan
intensif lebih untuk
menerima kenyataan
kondisi, imobilisasi lama,
mengalami kehilangan
kontrol.
1. Memberikan informasi
tentang sirkulasi kulit dan
masalah yang mungkin
disebabkan oleh alat
dan/pemasangan
gips/bebat atau traksi,
pembentukan edema yang
membutuhkan intervensi
medik lanjut.
2. Mendeteksi secara dini
29
7. Instruksikan
keamanan dalam
menggunakan alat
mobilitas.
Kolaborasi
1. Konsul dengan ahli
terapi fisik/kupasidan
rehabilitasispesialis.
2. Rujuk keperawat
spesialis psikiatrik
klinikal/ahli terapi
sesuai indikasi.
Mandiri
1. Kaji kulit untuk luka
terbuka, benda asing,
kemerahan,
perdarahan, perubahan
warna, kelabu,
memutih.
gejala-gejala inflamasi
yang mungkin timbul
akibat adanya luka post
operasi.
3. Teknik perawatan luka
secara steril dapat
mengurangi kontaminasi
kuman.
4. Menurunkan tekanan
pada area yang peka dan
risiko abrasi/kerusakan
kulit.
5. Mengurangi resiko
kontaminasi kuman dari
orang lain.
1. Diberikan untuk menekan
dan menghentikan suatu
proses biokimia didalam
organisme, khususnya
dalam proses infeksi oleh
bakteri.
1. Pen atau kawat tidak harus
dimasukkan melalui kulit
yang terinfeksi,
kemerahan atau abrasi
(dapat menimbulkan
30
3
Kerusakan
integritas kulit
berhubungan
dengan fraktur
terbuka
Tujuan :
Klien menyatakan
kerusakan
permukaan
berkurang atau
hilang, dekstruksi
lapisan
kulit/jaringan.
Kriteria hasil :
-Klien mampu
menunjukan
perilaku/teknik
untuk mencegah
kerusakan
kulit/memudahkan
penyembuhan
sesuai indikasi.
- mencapai
penyembuhan
luka sesuai waktu.
2. Kaji dan pantau luka
setiap hari.
3. Lakukan perawatan
luka secara steril
4. Masase kulit dan
penonjolan tulang.
Pertahankan tempat
tidur tidur kering dan
bebas kerutan.
5. Pantau dan batasi
kunjungan.
infeksi tulang).
2. Tanda perkiraan infeksi.
3. Mendeteksi secara dini
gejala-gejala inflamasi
yang mungkin timbul
akibat adanya luka post
operasi.
4. Teknik perawatan luka
secara steril dapat
mengurangi kontaminasi
kuman
5. Dapat mengindikasikan
terjadinya osteomielitis.
6. Menunjukan kemampuan
secara umum, kekuatan
otot, dan merangsang
pengembalian sistem
imun.
1. Untuk memonitor
kondisi klien selama
perawatan terutama saat
31
4
Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan
kerusakan
kulit.
Tujuan :
Kolaborasi
1. Berikan antibiotik
sesuai indikasi
Mandiri :
1. Inspeksi kulit untuk
adanya iritasi atau
robekan kontinuitas.
2. Observasi luka untuk
pembentukan
krepirasi, perubahan
warna kulit
kecoklatan, bau
drainase yang tak
enak/asam.
3. Kaji dan pantau luka
terjadi perdarahan.
2. Untuk memastikan tidak
terjadi presyok / syok.
3. Dengan melibatkan
pasien dan keluarga maka
tanda-tanda perdarahan
dapat segera diketahui
dan tindakan yang cepat
dan tepat dapat segera
diberikan.
1. Meminimalkan rangsang
nyeri akibat gesekan
antara fragmen tulang
dengan
jaringan lunak
disekitarnya.
2. Meningkatkan stabilitas,
menurunkan
kemungkinan gangguan
posisi atau penyembuhan.
3. Sebagai data dasar untuk
melaksanakan intervensi
sesuai dengan tingkat
32
Luka sembuh
sesuai waktu,
bebas drainase
purulen, demam.
Kriteria hasil :
-Luka klien
tampak kering
-luka klien tampak
sembuh.
setiap hari.
4. Lakukan perawatan
luka secara steril.
5. Selidiki nyeri tiba-
tiba/keterbatasan
gerakan dengan edema
lokal/eritema
ektremitas cedera.
6. Bantu perawatan diri
dan keterbatasan
aktivitas sesuai
toleransi. Bantu
program latihan.
1. Monitor keadaan
umum klien.
2. Observasi vital sign
pengetahuan yang
dimiliki klien.
1. Mengetahui proses
penyembuhan untuk
menentukan tingkat
aktivitas dan kebutuhan
perubahan/tambahan
terapi.
33
5
6
Resiko syok
hipovolemik
yang
berhubungan
perdarahan
yang
berlebihan
Resiko tinggi
terhadap
trauma
tambahan
Tujuan :
dalam waktu 1x24
jam, resiko syok
hipovolemik tidak
terjadi.
Kriteria hasil :
Klien tidak
mengeluh pusing,
membran mukosa
lembap, turgor
kulit normal, TTV
dalam batas
nomal, CRT <3
detik
setiap 3 jam atau
lebih.
3. Jelaskan pada pasien
dan keluarga tanda
perdarahan, dan segera
laporkan jika terjadi
perdarahan.
Mandiri :
1. Pertahankan
imobilisasi pada
daerah paha.
2. Pertahankan tirah
baring/ekstremitas
sesuai indikasi.
Berikan sokongan
sendi di atas dan
dibawah fraktur bila
bergerak atau
34
berhubungan
dengan
kehilangan
integritas
tulang
Tujuan :
Resiko trauma
tidak terjadi
Kriteria hasil :
Klien mau
berpartisipasi
dalam pencegahan
trauma.
membalik.
3. Kaji tingkat
pengetahuan klien
tentang faktor yang
beresiko yang
menyebabkan trauma
pada fraktur.
Kolaborasi
1. Kaji ulang foto atau
evaluasi.
4. Implementasi
Merupakan langkah ke empat dalam proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai
atau tidak.
35
BAB III
LAPORAN KASUS
1. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian: 04 April 2014
Ruangan Trauma Center
a. Identitas
Nama : Tn. R
Umur : 27 thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
No.Mr : 86-38-02
Alamat : Sungai Limau, Padang Bintangan
Agama : islam
Pekerjaan : Wirauswasta
Tanggal masuk : 30 Maret 2014
Tanggal Pengkajian : 04 April 2014
Penanggung jawab : Astuti
Diagnosa : Fraktur Tibia Dextra
b. Riwayat kesehatan
1. Riwaya kesehatan dahulu
Pasien mengatakan belum pernah mengalami kejadian patah
tulang atau kecelakaan sebelumnya.
36
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien datang ke IGD tanggal 30 Maret 2014 jam 03.00 dalam
keadaan penurunan kesadaran dengan faktur setelah mengalami
kecelakaan, Pasien bawa motor sendiri kemudiandatang mobildari arah
berlawanan dan menghantam dan bertabrakan dengan motor pasien.
Saat berdiri kaki kanan dirasakan sangat sakit, nyeri dan susah
digerakkan.
Pada saat pengkajian tanggal 04 April 2014 Pasien mengatakan
post op sudah hari ke 6. pasien mengeluh badannya terasa lemah,nyeri
pada kaki kanan saat diredresing dan diangkat ke atas,skala nyeri yang
didapatkan saat redresing adalah 4 (skala sedang),karena klien meringis
pada kaki kanan klien ada bekas jahitan dan bekas luka yang lumayan
besar dan klien terpasang gips pada kaki kanannya,dan klien mengatakan
ADL nya di bantu keluarga.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita riwayat
penyakit keturunan seperti Diabetes Melitus, hipertensi, Tb Paru Dan
penyakiti keturunan lainnya.
c. Tanda – tanda vital
Kesadaran : compos mentis
Tekana darah : 120/80 mmHg
Nadi : 86x/menit
Suhu : 36,2 C
36
37
Pernapasan : 22 x/menit
d. Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Rambut : rambut berwarna hitam,tidak rontok ,dikepala
tidak ada udema dan bekas luka
Mata : simetris kiri dan kanan , pupil
isokor,konjungtiva tidak anemis sklera tidak
ikterik
Hidung : simetris kiri dan kana ,tidak ada sekret dan
polip
Telinga : simetris kiri dan kana tidak ada cerumen,tes
pendengran uji berbisik
Mulut : mukosa bibir kering, gigi lengkap, caries,lidah
bersih berbau
b) Leher : tidak ada pembesaran kelnjar tyroid,tidak ada kaku
kuduk
c) Dada
Inspeksi : simetris kiri dan kanan,tidak ada udema, dan
ada bekas luka
Palpasi : fremitus kiri dan kanan
Perkusi : sonor
Aauskultasi : ronchi tidak ada,whezzing tidak ada
d) Jantung
38
Inspeksi : ictus cpordis tedak telihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5
Perkusi : redup
Auskultasi : normal
e) Abdoment
Inspeksi : tidak acites
auskultasi : bising usus 16 x/menit
palpasi : tidak ada pembesaran hepar
perkusi : tympani
f) genetalia : bersih,BAB dan BAK di tempat tidur
g) sistem integumen :kuli kuning kecoklatan, turgor kulit baik,
terpasang infus disebelah kiri dan ada bekas luka.
h) Ekstermitas
Atas : tidak ada udema,ada bekas luka, terpasang
infus di sebelah kanan
Bawah : kaki kanan terpasang gips dan susah digerakan
dan ada nyeri
Kekuatan otot : 333 55553333 5555
i) Pola kebiasaan sehari-hari
No Pola Sehat Sakit
1 Nutrisi
Makan
Jenis Nasi +lauk Nasi +lauk
39
2
3
4
Frekuensi
Porsi
Minum
Jenis
Frekuensi
Eliminasi
BAB
Jenis
Frekuensi
Bau
BAK
Jenis/warna
Frekuensi
Bau
Istirahat dan tidur
Istirahat
Tidur
Aktifitas
pauk+sayur
3x sehari
1 porsi
Air putih+ kopi+susu
8 gelas /hari
Padat
1x sehari
Khas
Kuning-kekuningan
5x sehari
Khas
2 jam
8 jam
Dibantu
pauk
3x sehari
1 porsi
Air putih
7 gelas/ hari
Padat
1x2 hari
Khas
Kuning-
kekuningan
5x sehari
khas
3 jam
7 jam
dibantu
40
j) Pemeriksaan labor
Hematologi
Hb 14,7g/dl 13-16
Hematokrit 43% 40-48
Leukosit 11,1 10^3/mm3 5-10
Trombosit 266.10^3/mm3 150-400
ApTT 25,1 detik 29,2-39,4
k) Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan Rongten : ekstermitas bawah,fraktur tibia
l) Pengobatan
Ceftriaxone 2x1 grGentamisin 2x 1 amp
Gentamisin 2x 1 amp
Ranitidin 2x1 amp
Ketoralac drip
Iufd Rl 16 tetes/ menit
Diet : makanan lunak
41
2. Analisa data
No Data Masalah Etiologi
1
2.
Do :
Pasien tampak meringis
Skala nyeri 4 (sedang)
Ds :
Klien mengatakan kaki
kanan saat diredresing
terasa nyeri
Klien mengatakan jika
disentuh atau sedang
redresing terasa nyeri
Klien mengatakan
sampai meringis
menahan sakitnya
Do :
Klien tampak ADL
dibantu keluarga dan
perawat
Gangguan rasa
nyaman nyeri
Intolerasi
aktifitas
Kerusakan
sekunder
terhadap faktur
Imobilisasi
tungkai
42
3.
Klien tampak lemah dan
lesu
Klien tampak terpasang
gips sebelah kanan
Ds :
Klien mengatakan
ADLnya dibantu
keluarga dan perawat
Klien mengatakan bahwa
kakinya tidak bisa
digerakkan
Klien mengatakan lemah
dan lesu
Do :
Klien tampak ada bekas
jahitan
Klien tampak ada luka
yang besar
Klien tampak terpasang
gips
Ds :
Klien mengatakan
lukanya ngak mau
Kerusakan
integritas kulit
Luka jahitan
43
sembuh
Klien mengatakan susah
bergerak
3. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan sekunder
terhadap faktur
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan imobilisasi tungkai
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka jahitan
4. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria
hasil
Intervensi Rasional
1 Gangguan
rasa nyaman
nyeri
berhubungan
dengan
kerusakan
sekunder
terhadap
faktur
Setelah dilakukan
pengkajian 1x24 jam
maka :
T : nyeri hilang atau
berkurang
k.h :
Ekspresi
wajah klien
tidak
meringis
Klien
mampu
1. Pantau
TTV,intensitas
nyeri dan tingkat
kesadaran
2. Kaji lokasi,
intesitas dan tipe
nyeri
1. Untuk mengenal
indikasi kemajuan
penyimpangan dari
hasil yang dilakukan
2. Teknis relaksasi
kadang lebih cepat
menghilangkan nyeri
3. Posisi yang nyaman
dapat mengurangi
penekanan rasa nyeri
4. Analgetik dapat
mengurangi rasa
44
2
Intoleransi
aktifitas
berhubungan
dengan
immobilisasi
tungkai
mengatakan
nyeri
berkurang
Setelah dilakukan
pengkajian 1x24 jam
maka :
T : mobilitas
terpenuhi
k.h : pasien bisa
beraktifitas
3. Ajarkan teknik
relaksasi seperti
tarik napas dalam
4. Bantu pasien
untuk posisi yang
nyaman
5. Berikan obat
analgetik sesuai
nyeri dirasakan
1. Kaji
ketidakmampuan
gerak klien yang
diakibatkan oleh
prosedur
pengobatan dan
catat persepsi
klien terhadap
immobilisasi
nyeri
1. Dengan
mengetahui derajat
ketidakmampuan
bergerak klien dan
persepsi terhadap
immobilisai
2. Pergerakkan dapat
aliran darah ke otot
3. Untuk mencegah
terjadinya kontraktur
4. Membantu klien
untuk kemampuan
dari duduk dan turun
dari tempat tidur
5. Untuk memenuhi
kebutuhan klien
6. Memberikan
informasi tentang
sirkulasi kulit dan
masalah yang
mungkin disebabkan
45
2. Latih klien untuk
menggerakkan
anggota badan
yang masih ada
3. Berikan posisi
klien secara
periodik
4. Bantu aktifitas
klien dalam
memenuhi
kebutuhan
6. Kaji kulit untuk
luka terbuka,
benda asing,
kemerahan,
oleh alat
dan/pemasangan
gips/bebat atau
traksi, pembentukan
edema yang
membutuhkan
intervensi
mediklanjut.
7. Mendeteksi secara
dini gejala-gejala
inflamasi yang
mungkin timbul
akibat adanya luka
post operasi.
8. Teknik perawatan
luka secara steril
dapat mengurangi
kontaminasi kuman.
9. Menurunkan tekanan
pada area yang peka
dan risiko
abrasi/kerusakan
kulit.
46
perdarahan,
perubahan warna,
kelabu, memutih.
7. Kaji dan pantau
luka setiap hari.
8. Lakukan
perawatan luka
secara steril
10. Mengurangi resiko
kontaminasi kuman
dari orang lain.
1. Diberikan untuk
menekan dan
menghentikan suatu
proses biokimia
didalam organisme,
khususnya dalam
proses infeksi oleh
bakteri.
47
3
Kerusakan
integritas kulit
berhubungan
dengan luka
jahitan
Tujuan :
Klien menyatakan
kerusakan
permukaan
berkurang atau
hilang, dekstruksi
lapisan
kulit/jaringan.
Kriteria hasil :
-Klien mampu
menunjukan
9. Masase kulit dan
penonjolan tulang.
Pertahankan
tempat tidur tidur
kering dan bebas
kerutan.
10.Pantau dan batasi
kunjungan.
Kolaborasi
1. Berikan antibiotik
sesuai indikasi
48
perilaku/teknik
untuk mencegah
kerusakan
kulit/memudahkan
penyembuhan sesuai
indikasi.
- mencapai
penyembuhan luka
sesuai waktu
11. Catatan Perkembangan
No Dx Hari jam
tanggal
Implementasi Paraf Evaluasi
1 1 Jumat , 4
April
2014
Pagi
1. Memantau TTV
2. Mengkaji lokasi,
intesitas dan tipe
nyeri
3. Mengajarlan teknik
relaksasi seperti
tarik napas dalam
4. Memberikan posisi
yang nyaman
5. Memantau keadaan
luka
6. Memberikan obat
S : klien mengatakan
masih nyeri jika
digerakkan dan dipenuhi
O : klien tampak
memukul-mukul dan
menggigit jika disentuh
dan digerakkan
A ; masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Mengajarlan
teknik relaksasi
seperti tarik napas
Sabtu, 5 April 2014
Pagi
49
2
analgetik sesuai
nyeri
1. Memberikan latihan
gerakan anggota
badan yang masih
ada
2. Memberikan posisi
klien secara
periodik
3. Membantu aktifitas
klien dalam
memenuhi
kebutuhan
4. Membantu ADL
pasien
5. Mengkaji ketidak
mampuan gerak
klien
6. Mengukur TTV
7. Memantau IUFD
1. Mengkaji kulit
dalam
S : klien mengatakan ADL
dibantu keluarga dan
perawat
O : klien tampak ADL
dibantu keluarga dan
perawat
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Membantu
aktifitas klien
dalam memenuhi
kebutuhan
S : klien mengatakan di
kakinya ada bekas jahitan
O : klien tampa ada bekas
jahitan
A : masalah belum teratasi
50
3
untuk luka terbuka,
benda asing,
kemerahan,
perdarahan,
perubahan warna,
kelabu, memutih.
2. Mengkaji dan
pantau luka setiap
hari.
3. Melakukan
perawatan luka
secara steril
4. Masase kulit dan
penonjolan tulang.
Pertahankan tempat
tidur tidur kering
dan bebas kerutan.
5. Memantau dan
batasi kunjungan.
6. memberikan
antibiotik sesuai
indikasi
P : intervensi di lanjutkan
Melakukan
perawatan luka
secara steril
Minggu, 6 April 2014
Pagi