arifno juliyan putra 11111647 stikes mercu bakti jaya (utek) tc bedah

83
1 ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.R DENGAN POST OP OPEN METATARSAL PEDIS DEXTRA ATAS INDIKASI FRAKTUR TIBIA DEXTRA TERBUKA DI RUANG RAWAT INAP BEDAH TRAUMA CENTER RSUP Dr.M.DJAMIL PADANG EVALUASI PRAKTEK KLINIK ARIFNO JULIYAN PUTRA 11111647 PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

Upload: yan-eshad

Post on 27-Dec-2015

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.R DENGAN POST OP OPEN METATARSAL PEDIS DEXTRA ATAS INDIKASI FRAKTUR

TIBIA DEXTRA TERBUKA DI RUANG RAWAT INAP

BEDAH TRAUMA CENTER RSUP

Dr.M.DJAMIL PADANG

EVALUASI PRAKTEK KLINIK

ARIFNO JULIYAN PUTRA

11111647

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

2013/2014

Page 2: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

2

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.R DENGAN POST OP OPEN METATARSAL PEDIS DEXTRA ATAS INDIKASI FRAKTUR

TIBIA DEXTRA TERBUKA DI RUANG RAWAT INAP

BEDAH TRAUMA CENTER RSUP

Dr.M.DJAMIL PADANG

EVALUASI PRAKTEK KLINIK

Untuk Memenuhi Syarat MenyelesaikanProgram Diploma III keperawatan

ARIFNO JULIYAN PUTRA

11111647

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

2013/2014

Page 3: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

3

Page 4: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dan puji syukur senantiasa penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan evaluasi praktek klinik dengan judul“ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.R DENGAN POST OP OPEN METATARSAL PEDIS DEXTRA ATAS INDIKASI FRAKTUR TIBIA DEXTRA TERBUKA DI RUANG RAWAT INAP BEDAH TRAUMA CENTER RSUP Dr.M.DJAMIL Padang 2014”.

Penyusunan evaluassi praktek klinik ini, penulis banyak sekali menemukan

kesulitan dan hambatan. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis

dapat menyelesaikan evaluasi praktek klinik ini.

Evaluasi praktek klinik ini tersusun berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai

pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Rizka Ausrianti, S.Kep selaku pembimbing akademik yang telah

mengarahkan, memberi masukan dan bimbingan serta meluangkan waktunya

untuk memberikan petunjuk dan membantu penulis dalam proses penyusunan

evaluasi praktek klinik ini.

2. Ibu Mulyati, S.Kep selaku pembimbing klinik yang telah mengarahkan,

memberi masukan dan bimbingan serta meluangkan waktunya untuk

memberikan petunjuk da nmembantu penulis dalam proses penyusunan evaluasi

praktek klinik ini.

Page 5: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

ii

Mudah-mudahan semua bimbingan, petunjuk dan bantuan yang telah di berikan

kepada penulis dapat di terima sebagai suatu amal baik dan mendapatkan balasan dari

Allah SWT

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih belum sempurna dan banyak

kekurangannya, walaupun demikian penulis mengharapkan proposal ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi penulis sendiri.

Penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar penulis dapat

menghasilkan evaluasi praktek klinik yang lebih baik. Pemohonan maaf penulis

ucapkan jika ada kesalahan dalam penulisan evaluasi praktek klinik ini. Semoga

evaluasi praktek klini ini dapat berguna bagi mahasiswa, para dosen dan pembaca

lainnya.

Padang,April 2014

Penulis

Page 6: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 4

C. Tujuan penulisan............................................................................. .4

D. ManfaatPenulisan .......................................................................... 5

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar

1. Defenisi Fraktur........................................................................ 7

2. Etiologi...................................................................................... 7

3. Anatomi Fisiologi...................................................................... 8

4. Klasifikasi................................................................................. 11

5. Patofisiologi.............................................................................. 12

6. WOC......................................................................................... 14

7. Tanda Dan Gejala...................................................................... 15

8. Komplikasi................................................................................ 16

9. Pemeriksaan Diagnostik............................................................ 17

10. Penatalaksanaan........................................................................ 10

B. Asuhan Keperawatan Teoritis

1. Pengkajian ................................................................................ 19

2. Diagnose Keperawatan ............................................................. 24

Page 7: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

iv

3. Intervensi Keperawatan ............................................................ 24

4. Implementasi ............................................................................ 34

5. Evaluasi .................................................................................... 35

BAB III LAPORAN KASUS

1. Pengkajian ................................................................................ 36

2. Pemeriksaan fisik .................................................................... 38

3. Analisa data .............................................................................. 42

4. Diagnosa ................................................................................... 44

5. Intervensi Keperawatan............................................................ 41

6. Catatan perkembangan ............................................................. 49

DAFTAR PUSTAKA

Page 8: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan

luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat

diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk,

gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Meskipun tulang patah,

jaringan sekitarnya juga terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan lunak,

perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendon, kerusakan saraf, dan

kerusakan pembuluh darah. (Brunner & Suddart 2002).

Adapun jenis jenis fraktur yaitu, Fraktur Komplet adalah patah pada seluruh garis

tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran (bergeser dari posisi normal). Fraktur

tidak komplet, patah hanya terjadi pada sebagian dari tengah tulang. Fraktur tertutup

(fraktur simpel) tidak menyebabkan robeknya kulit. Fraktur terbuka ( fraktur komplikata

/ kompleks) merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau membrana mukosa sampai

ke patahan tulang. Fraktur terbuka degradasi menjadi: Grade I dengan luka bersih

kurang dari 1 cm panjangnya, Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak

yang ekstensif, dan Grade III, yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan

jaringan lunak ekstensif,merupakan yang paling berat. ( Brunner dan Suddarth, 2002)

Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada fraktur terbuka yang tidak dapat

direposisi tapi sulit dipertahankan dan untuk memberikan hasil yang lebih baik maka

perlu dilakukan tindakan operasi ORIF (Open Reduktion wityh Internal Fixation).

1

Page 9: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

2

Kejadian patah tulang atau fraktur dapat menimpa setiap orang kapan saja dan

dimana saja. Fraktur yang terjadi dapat mengenai orang dewasa maupun anak-anak.

Presentasi keseluruhan dari anak anak 0-16 tahun yang mengalami (sedikitnya 1)

fraktur, lebih tinggi anak laki-laki(42%) daripada anak perempuan (27%). Tetapi

kejadian fraktur tiga tahun lebih awal terjadi pada anak perempuan dari pada anak laki-

laki. Meningkatnya fraktur selama masa prapubertas terjadi karena ketidak sesuaian

antara tinggi badan dan mineralisasi tulang. 77% kasus fraktur disebabkan karena

trauma low-energy (terutama karena jatuh) yang lebih sering terjadi pada anak laki-laki

usia sekolah dan remaja. (Jurnal Pattern of fractures across pediatric age groups:

analysis of individual and lifestyle factors)

Fraktur femur mempunyai insiden yang cukup tinggi yaitu 80% diantara jenis jenis

patah tulang lainnya.fraktur femur lebih sering terjadi pada laki – laki daripada

perempuan yang rata – rata berumur dibawah 45 tahun, yang berhubungan dengan

olahraga, pekerjaan, atau kecelakaan (Masjoer,A,2005).

Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat terdapat lebih dari 7 juta orang meninggal

dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami kecacatan fisik.

Usman (2012) menyebutkan bahwa hasil data Riset Kesehatan Dasar (RIKERDAS)

tahun 2011, di Indonesia terjadinya fraktur yang disebabkan oleh cedera yaitu karena

jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma tajam / tumpul. Dari 45.987 peristiwa terjatuh

yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8 %), dari 20.829 kasus kecelakaan

lalu lintas, mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5 %), dari 14.127 trauma benda

tajam / tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7 %). (Depkes 2009)

Dan menurut data depkes 2005 kalimantan timur korban fraktur akibat dari kecelakaan

berkisar 10,5%, sedangkan bedasarkan data yang diperoleh dari catatan medical record

Page 10: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

3

di rumah sakit islam samarinda, data pada tahun 2012 (periode januari – juni )

didapatkan 14 kasus fraktur, sedangkan untuk bulan juli ada 7 kasus fraktur.

Adapun di Sumatra Barat, jumlah cenderung meningkat dua tahun terakhir (2011-

2012). Menurut kepolisian daerah, peningkatan terjadi dari berbagai faktor, Faktor

tersebut adalah “kesemerautan” arus lalu lintas. Kapolda merincikan,pada tahun 2011

jumlah korban kecelakaan lalu lintas di Sumatera Barat mencapai 1.399 kasus, dan pada

tahun 2012, korban mengalami peningkatan mencapai 1.551 kasus atau naik 11%.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2011 didapatkan

sekitar 2700 orang mengalami insiden fraktur, 56% penderita mengalami kecacatan

fisik, 24% mengalami kematian, 15% mengalami kesembuhan dan 5% mengalami

gangguan psikologis atau depresi terhadap adanya kejadian fraktur (Eko Efriyanto,

2012).

Berdasarkan data yang penulis dapatkan di Medical Record RSUP Dr. M. Djamil

padang, fraktur femur pada tahun 2011 klien dengan fraktur femur 108 orang,

sedangkan pada tahun 2012 terjadi penurunan yaitu 90 orang, sementara pada tahun

2013 angka kejadian fraktur femur yaitu 120 orang. (Medical Record Dr. M. Djamil

Padang).

Dampak masalah dari fraktur yaitu dapat mengalami perubahan pada bagian tubuh

yang terkena cidera seperti terjadinya perdarahan, terhambatnya pergerakan, resiko

terjadinya infeksi, serta masalah yang dapat ditimbulkan secara psikologi adalah rasa

khawatir terhadap kecacatan yang mungkin terjadi di kemudian hari sehingga tidak

memungkinkan baraktifitas seperti biasanya, rasa cemas terhadap perubahan bodi

image, serta dampak sosial yang dapat ditimbulkan adalah klien tidak dapat mengikuti

Page 11: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

4

kegiatan kemasyarakatan seperti gotong royong, mengikuti acara yang ada di

masyarakat, tidak bisa mengikuti pengajian di masyarakat, serta dampak spritual yang

ditimbulkan klien tidak dapat melaksanakan ibadah dengan baik, terutama frekuensi dan

konsentrasi dalam beribadah. Hal ini dapat disebabkan oleh nyeri dan keterbatasangerak

klien. (musliha 2010).

Dalam hal ini sangat penting peranan dari perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan secara komprehensif untuk menghindari komplikasi yang akan terjadi,

seperti memberikan nutrisi yang melebihi kebutuhan sehari-hari, seperti kalsium, zat

besi, protein, vitamin C untuk membantu mempercepat penyembuhan tulang. Dan

perawat juga memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga. (Arif :

2008).

B . Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka dapat di rumuskan

bahwa masalah penelitiannya yaitu memberi Asuhan keperawatan pada klien dengan

Post Op Open Metatarsal Pedis Dextra Atas Indikasi fraktur femur terbuka di instalasi

Trauma center bedah RSUP Dr.Mjamiln Padang.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menerapkan Asuhan Keperawatan kepada pasien dengan Fraktur Tibia

Dextra Terbuka Di Ruangan Rawat Inap Bedah Trauma Center Post Op Open

Metatarsal Pedis Dextra RSUP Dr.M.DJAMIL Padang.

Page 12: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

5

2. Tujuan khusus

a. Mampu melakukan pengkajian secara komprehensif pada klien dengan

fraktur femur terbuka di instalasi Trauma Center Bedah RSUP Dr. M. Djamil

Padang.

b. Mampu menganalisa data hasil pengkajian dalam menegakkan Diagnosa pada

klien dengan fraktur femur terbuka di instalasi Trauma Center Bedah RSUP

Dr. M. Djamil Padang.

c. Mampu merencanakan Asuhan Keperawatan pada klien dengan fraktur femur

terbuka di instalasi Trauma Center Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang.

d. Mampu menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien dengan fraktur femur di

instalasi Trauma Center Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang.

e. Mampu mengevaluasi Asuhan Keperawatan Pada Klien fraktur femur terbuka

di instalasi Trauma Center Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang.

f. Mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan fraktur

femur terbuka di instalasi Trauma Center Bedah RSUP Dr. M. Djamil

Padang.

C. Manfaat Penelitian

1. Bagi RSUP Dr. M. Djamil Padang

Hasil Penelitian ini dapat menjadi sarana untuk menambah pengetahuan

di bidang Keperawatan Medikal Bedah, serta perawat dapat membuat suatu

perencanaan dalam mengambil keputusan yang cepat dan tepat saat

memberikan Asuhan Keperawatan Denagn Klien Fraktur femur.

2. Bagi Klien

Page 13: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

6

Hasil dari Asuhan keperawatan ini dapat digunakan sebagai ilmu

pengetahuan dalam perawatan klien dengan fraktur femur terbuka.

3. Bagi institusi pendidikan

Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi mahasiswa untuk

mengembangkan ilmu pendidikan.

4. Bagi penulis

Sebagai pengembangan wawasan atau ilmu pengetahuan memberikan

Asuhan keperawatan dengan klien fraktur femur terbuka.

Page 14: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

7

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar

1. Definisi Fraktur

Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan

tulang dan atau tulang rawan yang penyebabnya dapat dikarenakan penyakit

pengeroposan tulang diantaranya penyakit yang sering disebut osteoporosis, biasanya

dialami pada usia dewasa. Dan dapat juga disebabkan karena kecelakaan yang tidak

terduga (Masjoer, A, 2005).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak patahnya tulang yang utuh,

biasanya disebabkan oleh trauma / rudapaksa atau tenaga fisik yang di tentukan jenis

dan luasnya trauma (Lukman, Nurna Ningsih.2011)

Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas dari jaringan tulang femur (Taufan

Nugroho, 2011).

2. Etiologi

Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter

mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem ( smeltzer, 2002).

Umumya fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang

berlebihan pada tulang. Fraktur cendrung terjadi pada laki-laki, biasanya fraktur

terjadi pada umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga,

pekerjaan, atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor.

Sedangkan pada orang tua, perempuan lebih sering mengalami fraktur dari pada

7

Page 15: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

8

laki-laki yang berhubungan dengan meningkatnya insiden osteoporosis yang

terkait dengan perubahan hormone pada menopause. (Reeves, 2001).

3. Anatomi Fisiologi

Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat

untuk melekatnya otot-otot yang menggerakan kerangka tubuh. Ruang di tengah

tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik, yang membentuk berbagai

sel darah. Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan

mengatur kalsium dan fosfat (Price, 2006).

Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, yang terbagi dalam empat kategori:

tulang panjang (mis: femur), tulang pendek (mis: tulang tarsalia), tulang pipih

(mis: sternum), dan tulang tak teratur (mis: tulang vertebra). Bentuk dan

konstruksi tulang tertentu ditentukan oleh fungsi dan gaya yang bekerja padanya

(Smeltzer & Bare, 2002).

Bagian-bagian khas dari sebuah tulang panjang adalah diafisis(batang)

merupakan bagian tengah yang berbentuk silinder. Bagian ini tersusun dari

tulang kortikal yang memiliki kekuatan yang besar.

Metafisis adalah bagian tulang yang melebar di dekat ujung akhir batang.

Daerah ini disusun oleh tulang trabekular atau tulang spongiosa yang

mengandung sel-sel hematopoetik. Sum-sum merah juga terdapat di bagian

epifisis dan diafisis tulang.

Metafisis juga menopang sendi dan menyediakan daerah yang cukup luas

untuk perlekatan tendon dan ligamen pada epifisis. Lempeng epifisis adalah

daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak, dan bagian ini akan

menghilang pada tulang dewasa. Bagian epifisis langsung berbatasan dengan

Page 16: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

9

sendi tulang panjang yang bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhan

memanjang tulang terhenti. Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang

disebut periosteum, yang mengandung sel-sel yang dapat berproliferasi dan

berperan dalam proses pertumbuhan tulang panjang. Kebanyakan tulang panjang

mempunyai arteri nutrisi khusus. Lokasi dan keutuhan dari arteri-arteri inilah

yang menentukan berhasil atau tidaknya proses penyembuhan suatu tulang yang

patah.

Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel, yaitu :

a.   Sel osteoblas

Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan

proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses

yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid,

osteoblas mensekresikan sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang

peranan penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks

tulang. Sebagian dari fosfatase alkali akan masuk kedalam aliran darah,

dengan demikian maka kadar fosfatase alkali didalam darah dapat menjadi

indikator yang baik dalam pembentukan tulang setelah mengalami patah

tulang.

b.    Sel osteosit

Osteosit merupakan sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu

lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.

c.    Sel osteoklas

Osteoklas merupakan sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan

mineral dan matriks tulang dapat diabsorbsi. Tidak seperti osteoblas dan

Page 17: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

10

osteosit, osteoklas mengikis tulang. Sel-sel ini menghasilkan enzim-enzim

proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan

mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah

(Price, 2005:1358).

Menurut Syaifuddin (2006:67), fungsi tulang secara umum meliputi :

a.   Formasi kerangka: tulang-tulang membentuk rangka tubuh untuk

menentukan bentuk dan ukuran tubuh, tulang-tulang menyokong tubuh yang

lain.

b.  Formasi sendi: tulang-tulang membentuk persendian yang bergerak dan tidak

bergerak tergantung dari kebutuhan fungsional, sendi yang bergerak

menghasilkan bermacam-macam pergerakan.

c.   Perlengkatan otot: tulang-tulang menyediakan permukaan untuk melekatnya

otot, tendon dan ligamentum untuk melaksanakan pekerjaanya.

d.   Sebagai pengungkit: untuk bermacam-macam aktivitas selama pergerakan.

e.   Menyokong berat badan: memelihara sikap tegak tubuh manusia dan

menahan gaya tarikan dan gaya tekanan yang terjadi pada tulang, dapat

menjadi kaku dan menjadi lentur.

f.   Proteksi : tulang membentuk rongga yang mengandung dan melindungi

struktur yang halus seperti otak, medula spinalis, jantung, paru-paru, alat-alat

dalam perut dan panggul.

g.  Hemopoiesis : sumsum tulang tempat pembentukan sel-sel darah.

h. Fungsi imunologi: limfosit ”B” dan magrofag dibentuk dalam sistem

retikuloendotel sumsum tulang.

Page 18: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

11

i.  Penyimpanan kalsium: tulang mengadung 97 % kalsium yang terdapat dalam

tubuh baik dalam bentuk anorganik maupun garam-garam terutama kalsium

fosfat.

Gambar 1: Anatomi Femur

(Evelyn C : 2013).

4. Klasifikasi

1. Fraktur Komplet adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan

biasanya mengalami pergeseran (bergeser dari posisi normal).

2. Fraktur tidak komplet adalah patah hanya terjadi pada sebagian dari garis

tengah tulang.

3. Fraktur tertutup (fraktur simpel) tidak menyebabkan robeknya kulit.

4. Fraktur terbuka (fraktur komplikata / kompleks) merupakan fraktur dengan

luka padakulit atau membrana mukosa sampai kepatahan tulang.fraktur

terbuka dengan degradasi menjadi: Grade I dengan luka bersih kirang dari 1

cm panjangnya, Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang

Page 19: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

12

ekstensif, dan Grade III yang sangat terkontaminasi dan mengalami

kerusakan jaringan lunak ekstensif, merupakan yang paling berat.

Fraktur jugadigolongkan sesuai dengan pergeseran anatomis fragmen

Tulang (Fraktur bergeser / tidak bergeser).

1. Greenstick : fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisilainnya

bengkok

2. Transversal : fraktur sepanjang garis tengah tulang

3. Oblik : fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang (lebih tidak stabil

dibanding transversal)

4. Spiral : fraktur memuntir seputar batang tulang

5. Kominutif : fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen

6. Depresi : fraktur dengan fragmen patahanterdorong kedalam (sering terjadi

pada tulang tengkorakdan tulang wajah)

7. Kompresi : fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang

belakang).(Brunner & Suddarth :2002)

5. Patofisiologi

Femur merupakan tulang terpanjang yang ada dalam tubuh manusia. Fraktur

tulang femur dapat terjadi mulai dari proksimal sampai distal. Untuk

mematahkan batang femur pada orang dewasa, diperlukan gaya yang besar.

Kebanyakan fraktur ini terjadi pada pria muda yang mengalami kecelakaan

kendaraan bermotor atau jatuh dari ketinggiaan. Biasanya klien ini mengalami

trauma multipel. Secara klinis, fraktur femur terdiri atas patah tulang paha

terbuka dan patah tulang tertutup.

Page 20: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

13

Secara klinis fraktur femur terbuka sering menyebabkan kerusakan

neurovaskuler yang dapat menimbulkan peningkatan resiko syok, baik syok

hipovolemik karena kehilangan banyak darah maupun syok neurogenik karena nyeri

yang sangat hebat.

Respon terhadap pembengkakan yang hebat adalah sindrom kompartemen.

Sindrom kompartemen adalah suatu keadaan otot, pembuluh darah, jaringan saraf

akibat pembengkakan lkal yang melebihi kemampuan suatu kompartemen / ruang

lokal dengan manifestasi gejala yang khas, meliputi keluhan nyeri hebat pada area

pembengkakan, penurunan pefusi perifer secara unilateral pada sisi distal

pembengkakan, capillary refill time (CRT) lebih dari 3 detik pada sisi distal

pembengkakan.

Kerusakan fragmen tulang femur menyebabkan mobilitas fisik dan diikuti

dengan spasme otot paha menimbulkan deformitas pada paha, yaitu pemendekan

tulang tungkai bawah.apabila kondisi ini berlanjut tanpa dilakukan intervensi yang

optimal, akan menimbulkan resiko terjadinya malunion pada tulang femur.

Kondisi klinis fraktur femur terbuka pada faseawal menyebaban berbagai

masalah keperawatan pada klien, meliputi respon nyeri hebat akibat kerusakan

vaskuler dengan pembengkakan lokal yang menyebabkan sindrom kompartemen

yang sering terjadi pada fraktur suprakondilus, kondisi syok hipovolemik sekunder

akibat cidera vaskuler dengan perdarahan yang hebat, hambatan mobilitas fisik

sekunder akibat port de entree luka terbuka. Pada fase lanjut, fraktur femur terbuka

menyebabkan kindisi malunion, non-union, dan delayed union akibat cara mobilisasi

yang salah. (Arif : 2011).

Page 21: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

14

6. WOC

7. Tanda dan gejala

Gambaran klinis fraktur menurut M. Clevo Rendi & Megareth TH : 2012 :

1. Pada tulang traumatic dan cedera jaringan lunak biasanya disertai nyeri.

Setelah terjadinya patah tulang terjadi spasme otot yang menambah rasa

nyeri.

2. Nyeri, bengkak, dan nyeri tekan pada daerah fraktur(tendernes).

3. Deformitas : perubahan bentuk tulang.

4. Mungkin tampak jelas posisi tulang dan ekstremitas tidak yang tidak alami.

Page 22: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

15

5. Pembengkakan disekitar fraktur akan menyebabkan proses peradangan.

6. Hilangnya fungsi anggota badan dan persendian terdekat.

7. Gerakan abnormal.

8. Dapat terjadi gangguan sensasi atau rasa kesemutan, yang mengisyaratkan

kerusakan syaraf. Denyut nadi dibagian distal fraktur harus utuh dan setara

dengan bagian nonfraktur. Hilangnya denyut nadi sebelah distal mungkin

mengisyaratkan syok kompartemen.

9. Krepitasi suara gemeretak akibat pergeseran ujung-ujung patahan tulang satu

sama lain.

Tanda-tanda fraktur pasti

1. Deformitas.

1. Krepitasi.

2. False movement (gerakan yang tidak biasa).

Tanda-tanda fraktur tak pasti

1. Odema.

1. Nyeri tekan.

2. Nyeri gerak.

3. Luka.

Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,

pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna

( Brunner & suddarth :2002).

1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang

diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai

alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

Page 23: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

16

2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung

bergerak secara tidak alamiah(gerakan luar biasa) bukannya tetap rigit seperti

normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur, lengan atau tungkai

menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa

diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas

tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada

integritas tulang tempat melengketnya otot.

3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena

kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering

saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).

4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang

dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan

yang lainnya.

5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat

trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru bisa terjadi

setelah beberapa jam atau hari setelah cidera.

8. Komplikasi

Adapun komplikasi yang dapat terjadi menurut (M. Clavo Rensy & Margareth

TH) adalah sebagai berikut:

1. Trauma Syaraf

1. Trauma Pembuluh darah

Indikasi ischemia post trauma : pain, pulseles, parasthesia, pale, paralise

Kompartemen sindrom : kumpulan grjala yang terjadi karena kerusakan

Page 24: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

17

akibat trauma dalam jangka waktu 6 jam pertama, kalau tidak dibersihkan

maka akan terjadi nekrose amputasi.

2. Komplikasi tulang :

a. Delayed Union : penyatuan tulang lambat.

b. Non union : (tidak bisa nyambung).

c. Mal union (salah sambung).

d. Kekakuan sendi.

e. Nekrosis avaskuler.

f. Osteoarthriris.

3. Stress pasca traumatik.

4. Dapat timbul embolik lemak setelah patah tulang, terutama tulang panjang.

5. Infeksi, infeksi terjadi pada fraktur terbuka akibat luka yang terkontaminasi.

9. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan rontgen : menetukan lokasi/luasnya fraktur/trauma.

b.  Scan tulang, scan CT/MRI: memperlihatkan fraktur, juga dapat

digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

c. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.

d. Hitung darah lengkap: HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau

menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur) perdarahan bermakna

pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multipel.

e. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beeban kreatinin untuk klirens

ginjal.

f. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,

transfusi multipel, atau cidera hati ( Doenges : 2000).

Page 25: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

18

10. Penatalaksanaan

a) Medis

1. Pembidaian bertujuan untuk membatasi gerakan fragmen.

2. pada fraktur terbuka , luka ditutup dengan pembalut bersih (steril) untuk

mencegah kontaminasi jaringan yang lebih dalam. (Brunner dan suddarth :

2002)

3. Terapi operatif, terapi hampir selalu dilakukan pada klien fraktur femur,

baik orang dewasa maupun orang tua. Terapi operatif dengan pemasangan

plat dan screw. (Arif : 2011)

b) Non Medis

1. Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang

pada kesejajarannya dan anatomis.

2. imobilisasi klien secepat mungkin, agar tidak terjadi kekakuan sendi.

3.TraksI adalah gaya tarikan kebaguan tubuh. Traksi digunakan untuk

meminimalkan spasme otot, untuk mereduksi, menyejajarkan, dan

mengimobilisasi fraktur, untuk mengurangi deformitas dan untuk

menambah ruangan di antara kedua permukaan patahan tulang. Traksi

harus diberikan dengan arah Dan besaran yang diinginkan untuk

mendapatkan efek terapeutik. ( arif : 2008).

Page 26: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

19

B. Asuhan keperawatan Teoritis

1. Pengkajian

a. Identitas klien

Meliputi Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, No. MR, pendidikan,

pekerjaan, tanggal masuk, penanggung jawab, diagnosa medik.

b. Riwayat kesehatan

1. Riwayat kesehatan dahulu

Biasanya penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang bisa

menyebabkan fraktur patologis sehingga tulang sulit menyambung.

Selain itu, klien diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko mengalami

osteomielitis akut dan kronis dan penyakit diabetes menghambat proses

penyembuhan tulang.

2. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya klien datang ke Rumah Sakit karena disebabkan oleh trauma,

kecelakaan, degeneratif yang ditandai dengan adanya perdarahan,

keluhan nyeri, oedema, serta adanya perubahan warna pada kulit

3. Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tulang paha

adalah faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis yang

sering terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang yang

cenderung diturunkan secara genetik. (Arif : 2008).

Page 27: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

20

c. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum klien

Keadaan baik atau buruknya klien tergantung dari kronologi trauma.

Tanda-tanda yang perlu dicatat adalah kesadaran klien: (apatis, sopor,

koma, gelisah, kompos mentis), tanda-tanda vital biasanya tidak normal

karena ada gangguan lokal, baik fungsi maupun bentuk.

2. Kepala

a. Rambut

Biasanya pada klien fraktur femur tidak ada kelainan pada rambut

klien.

a. Wajah

Biasanya wajah terlihat menahan sakit dan bagian wajah yang lain

tidak ada perubahan fungsi dan bentuk. Wajah simetris tidak ada lesi

dan oedema.

b. Mata

Biasanya pada klien fraktur femur dengan banyaknya perdarahan yang

keluar biasanya mengalami konjungtiva anemis, Sklera tidak ikterik.

c. Telinga

Biasanya pada klien fraktur femur tidak ada kelainan pada telinga,

seperti tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada

lesi atau nyeri tekan.

d. Hidung

Biasanya pada hidung klien tidak ada kelainan seperti tidak ada

deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung.

Page 28: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

21

e. Mulut dan faring

Biasanya tidak ada kelainan seperti, pembesaran tonsil, gusi tidak

terjadi perdarahan, mukosa mulut lembab.

3) Leher

Biasanya pada klien fraktur femur terbuka tidak ada kelainan seperti,

tidak adanya pembesaran kelenjer tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar

getah bening.

4) Dada / Thorak

a) Inspeksi : Biasanya simetris kiri dan kanan

b) Palpasi : Biasanya fremitus kiri dan kanan

c) Perkusi :Biasanya tidak ada kelainan seperti adanya

massa atau cairan lainnya.

d) Auskultasi : Biasanya tidak ada kelainan

5) Jantung

a) Inspeksi : Biasanya Ictus cordis tidak ada.

b) Palpasi : Biasanya ictus cordis tidak teraba.

c) Perkusi : Biasanya tentukan batas-batas jantung.

d) Auskultasi : Biasanya tidak ada bunyi murmur.

6) Abdomen

a) Inspeksi : Biasany tidak acites, turgor kulit baik, dan

tidak ada ditemukan kelainan saat

dilakukan inspeksi.

b) Auskultasi : Biasanya bising usus normal (5-35x/menit).

c) Palpasi : Biasanya tidak ada pembesaran hepar.

Page 29: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

22

d) Perkusi : Biasanya bunyi yang dihasilkan timpani.

7) Genitourinaria

Biasanya genetalia klien tampak bersih, dan ditemukan adanya

pemasangan kateter.

8) Ekstremitas

Biasanya untuk ekstremitas bagian atas pada klien fraktur femur tidak

ada gangguan / kekuatan otot baik, sedangkan pada ekstremitas bawah

didapatkan ketidakmampuan menggerakkan tungkai dan penurunan

kekuatan otot dalam melakukan pergerakan.

9) Sistem Integumen

Biasanya terdapat eritema, suhu disekitar daerah trauma meningkat,

bengkak, edema, dan adanya nyeri tekan.

d) Pola kebiasaan sehari-hari

1) Pola Nutrisi

Biasanya pola nutrisi pada klien fraktur tidak mengalami perubahan yang

berarti, tapi klien dengan fraktu harus mengonsumsi nutrisi melebihi

kebutuhan sehari-hari, seperti kalsium, zat besi,protein, vitamin C, dan

lainnya untuk membantu penyembuhan tulang.

2) Pola Eliminasi

Untuk kasus fraktur femur, biasanya klien tidak mengalami gangguan

pola eliminasi.

3) Pola Istirahat

Biasanya klien fraktur mengalami nyeri dan geraknya terbatas sehingga

dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien.

Page 30: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

23

4) Pola Aktivitas

Karena timbul rasa nyeri, gerak menjadi terbatas. Semua bentuk kegiatan

klien menjadi berkurang dan klien memerlukan banyak bantuan orang

lain.

5) Personal hygiene

Biasanya pasien masih mampu melakukan personal hygiene, tapi harus

ada bantuan dari orang lain, ini disebabkan karena terjadinya

keterbatasan gerak dari klien.

e) Riwayat psikologis

Biasanya dampak yang timbul dari klien fraktur adalah timbul ketakutan

akan kecacatan akibat fraktur yang dialaminya, rasa cemas, rasa

ketidakmampuan melakukan aktivitas secara optimal dan pandangan

terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh).

f) Riwayat Spiritual

Biasanya klien dengan fraktur tidak dapat melaksanakan ibadah dengan

baik, terutama frekuensi dan konsentrasi dalam beribadah. Hal ini dapat

disebabkan oleh nyeri dan keterbatasangerak klien.

g) Riwayat Sosial

Biasanya klien tidak dapat mengikuti kegiatan kemasyarakatan seperti

gotong royong, mengikuti acara yang ada di masyarakat, tidak bisa

mengikuti pengajian di masyarakat, serta klien akan manrik diri dari

lingkungan sosialnya karena merasa tidak berguna lagi.

Page 31: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

24

2. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan gerakan fragmen tulang

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka

neuromuskuler

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan kulit

5. Resiko tinggi terhadap trauma tambahan berhubungan dengan kehilangan

integritas tulang (doengus : 2000).

3. Intervensi Keperawatan

NoDiagnosa

Keperawatan

Tujuan dan

Kriteria

hasil

Intervensi Rasional

1 Gangguan rasa

nyaman nyeri

berhubungan

dengan

gerakan

fragmen

tulang.

Tujuan :

setelah dilakukan

intervensi

keperawatan,

klien menyatakan

nyeri hilang.

Kriteria hasil :

klien menunjukan

tindakan santai,

mampu

berpartisipasi

dalam aktivitas,

tidur, serta

istirahat dengan

tepat.

Mandiri

1. Pertahankan

imobilisasi bagian

yang sakit dengan

tirah baring, gips,

pembebat,dan traksi.

2. Tinggikan dan dukung

ekstremitas yang

terkena.

3. Atur posisi imobilisasi

pada paha

1. Menghilangkan nyeri dan

mencegah kesalahan

posisi tulang / tegangan

jaringan yang cedera.

2. Meningkatkan aliran

balik vena, menurunkan

edema, dan menurunkan

nyeri.

3. Imobilisasi yang adekuat

dapat mengurangi

gerakan fragmen tulang

yang menjadi unsur

utama penyebab nyeri

pada daerah paha.

Page 32: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

25

4. Evaluasi keluhan nyeri

/ ketidaknyamanan,

perhatikan lokasi dan

karakteristik, termasuk

intensitas (skala 0-10).

Perhatikan petunjuk

nyeri nonverbal

(perubahan tanda vital

dan emosi/perilaku).

5. Lakukan dan awasi

latihan rentang gerak

pasif/altif.

6. Berikan alternatif

tindakan kenyamanan,

contoh pijatan, pijatan

punggug, perubahan

posisi.

7. Ajarkan relaksasi

4. Mempengaruhi pilihan

atau pengawasan

keefektifan intervensi.

Tingkat ansietas dapat

mempengaruhi persepsi

atau reaksi terhadap

nyeri.

5. Mempertahankan

kekuatan/mobilitas otot

yang sakit dan

memudahkan resolusi

inflamasi pada jaringan

yang cedera.

6. Meningkatkan sirkulasi

umum, menurunkan area

tekanan lokal dan

kelelahan otot.

7. Teknik akan melancarkan

peredaran darah sehingga

kebutuhan O2 pada

jaringan terpenuhi dan

nyeri berkurang.

1. Deberikan untuk

Page 33: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

26

mengurangi

ketegangan otot

rangka yang dapat

mengurangi intensitas

nyeri, sperti relaksasi

massase.

Kolaborasi

1. Berikan obat sesuai

indikasi seperti :

injeksi keterolak

(toradol).

2. Pemasangan traksi

kulit atau traksi

tulang.

3. Operasi untuk

pemasangan fiksasi

internal.

menghambat

siklooksogenase

(prostaglandin sintetase).

2. Traksi yang efektif akan

memberikan dampak

pada penurunan

pergeseran fragmen

tulang dan memberikan

posisi yang baik untuak

penyatuan tulang.

3. Fiksasi internal dapat

membantu imobilisasi

fraktur femur sehingga

pergseran fragmen

berkurang.

1. Pasien mungkin dibatasi

oleh pandangan

diri/persepsi diri tentang

keterbatasan fisik aktual,

memerlukan informasi/

intervensi untuk

meningkatkan kemajuan

kesehatan.

2. Meningkatkan drainase

vena/menurunkan edema.

Catatan : pada adanya

Page 34: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

27

2

Gangguan

mobilitas fisik

berhubungan

dengan

kerusakan

rangka

neuromuskuler

Tujuan :

Klien dapat

meningkatkan

Atau

mempertahankan

mobilitas pada

tingkat yang

paling tinggi.

Kriteria hasil :

- Klien mampu

mempertahankan

possisi fungsional.

- menunjukan

teknik yang

memampukan

melakukan

aktivitas.

Mandiri :

1. Kaji tingkat

imobilitas yang

dihasilkan oleh

cedera/

Pengobatan dan

perhatikan persepsi

pasien terhadap

imobilisasi.

2. Pertahankan

peninggian

ektremitas yang

cedera kecuali

dikontraindikasi-

kan dengan

menyakinkan adanya

sindrom

kompartemen.

3. Instruksikan pasien

untuk/bantu dalam

rentang gerak

peningglkatan tekanan

kompartemen, peninggian

ekstremitas secara

mengahalangi aliran

arteri, menurunkan

perfusi.

3. Meningkatkan aliran

darah ke otot dan tulang

untuk meningkatkan

tonus otot,

mempertahankan gerak

sendi; mencegah

kontraktur/atrofi, resorpsi

kalsium karena tidak

digunakan.

4. Kontraksi otot isometrik

tanpa menekuk sendi atau

menggerakkan tungkai

dan mampu

mempertahankan kekuata

dan masa otot.

5. Berguna dalam

mempertahankan posisi

fungsional ekstremitas,

tangan/kaki, dan

mencegah komplikasi.

6. Mobilisasi dini

menurunkan komplikasi

tirah baring (contoh,

flebitis) dan

Page 35: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

28

pasien/aktif pada

ekstremitas yang tak

sakit.

4. Dorong penggunaan

latihan isometrik

mulai dengan

tungkai yang tak

sakit.

5. Berikan papan kaki,

bebat pergelangan,

gulungan trokanter

atau tangan yang

sesuai.

6. Berikan/bantu dalam

mobilisasi dengan

kursi roda, kruk,

tongkat sesegera

mungkin.

meningkatkan

penyembuhan dan

normalisasi penyembuhan

organ.

7. Untuk mempertahankan

mobilisasi dan keamanan

pasien.

1. Berguna dalam membuat

aktivitas induvidual/

program latihan.

2. Pasien/orang terdekat

memerlukan tindakan

intensif lebih untuk

menerima kenyataan

kondisi, imobilisasi lama,

mengalami kehilangan

kontrol.

1. Memberikan informasi

tentang sirkulasi kulit dan

masalah yang mungkin

disebabkan oleh alat

dan/pemasangan

gips/bebat atau traksi,

pembentukan edema yang

membutuhkan intervensi

medik lanjut.

2. Mendeteksi secara dini

Page 36: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

29

7. Instruksikan

keamanan dalam

menggunakan alat

mobilitas.

Kolaborasi

1. Konsul dengan ahli

terapi fisik/kupasidan

rehabilitasispesialis.

2. Rujuk keperawat

spesialis psikiatrik

klinikal/ahli terapi

sesuai indikasi.

Mandiri

1. Kaji kulit untuk luka

terbuka, benda asing,

kemerahan,

perdarahan, perubahan

warna, kelabu,

memutih.

gejala-gejala inflamasi

yang mungkin timbul

akibat adanya luka post

operasi.

3. Teknik perawatan luka

secara steril dapat

mengurangi kontaminasi

kuman.

4. Menurunkan tekanan

pada area yang peka dan

risiko abrasi/kerusakan

kulit.

5. Mengurangi resiko

kontaminasi kuman dari

orang lain.

1. Diberikan untuk menekan

dan menghentikan suatu

proses biokimia didalam

organisme, khususnya

dalam proses infeksi oleh

bakteri.

1. Pen atau kawat tidak harus

dimasukkan melalui kulit

yang terinfeksi,

kemerahan atau abrasi

(dapat menimbulkan

Page 37: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

30

3

Kerusakan

integritas kulit

berhubungan

dengan fraktur

terbuka

Tujuan :

Klien menyatakan

kerusakan

permukaan

berkurang atau

hilang, dekstruksi

lapisan

kulit/jaringan.

Kriteria hasil :

-Klien mampu

menunjukan

perilaku/teknik

untuk mencegah

kerusakan

kulit/memudahkan

penyembuhan

sesuai indikasi.

- mencapai

penyembuhan

luka sesuai waktu.

2. Kaji dan pantau luka

setiap hari.

3. Lakukan perawatan

luka secara steril

4. Masase kulit dan

penonjolan tulang.

Pertahankan tempat

tidur tidur kering dan

bebas kerutan.

5. Pantau dan batasi

kunjungan.

infeksi tulang).

2. Tanda perkiraan infeksi.

3. Mendeteksi secara dini

gejala-gejala inflamasi

yang mungkin timbul

akibat adanya luka post

operasi.

4. Teknik perawatan luka

secara steril dapat

mengurangi kontaminasi

kuman

5. Dapat mengindikasikan

terjadinya osteomielitis.

6. Menunjukan kemampuan

secara umum, kekuatan

otot, dan merangsang

pengembalian sistem

imun.

1. Untuk memonitor

kondisi klien selama

perawatan terutama saat

Page 38: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

31

4

Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan

kerusakan

kulit.

Tujuan :

Kolaborasi

1. Berikan antibiotik

sesuai indikasi

Mandiri :

1. Inspeksi kulit untuk

adanya iritasi atau

robekan kontinuitas.

2. Observasi luka untuk

pembentukan

krepirasi, perubahan

warna kulit

kecoklatan, bau

drainase yang tak

enak/asam.

3. Kaji dan pantau luka

terjadi perdarahan.

2. Untuk memastikan tidak

terjadi presyok / syok.

3. Dengan melibatkan

pasien dan keluarga maka

tanda-tanda perdarahan

dapat segera diketahui

dan tindakan yang cepat

dan tepat dapat segera

diberikan.

1. Meminimalkan rangsang

nyeri akibat gesekan

antara fragmen tulang

dengan

jaringan lunak

disekitarnya.

2. Meningkatkan stabilitas,

menurunkan

kemungkinan gangguan

posisi atau penyembuhan.

3. Sebagai data dasar untuk

melaksanakan intervensi

sesuai dengan tingkat

Page 39: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

32

Luka sembuh

sesuai waktu,

bebas drainase

purulen, demam.

Kriteria hasil :

-Luka klien

tampak kering

-luka klien tampak

sembuh.

setiap hari.

4. Lakukan perawatan

luka secara steril.

5. Selidiki nyeri tiba-

tiba/keterbatasan

gerakan dengan edema

lokal/eritema

ektremitas cedera.

6. Bantu perawatan diri

dan keterbatasan

aktivitas sesuai

toleransi. Bantu

program latihan.

1. Monitor keadaan

umum klien.

2. Observasi vital sign

pengetahuan yang

dimiliki klien.

1. Mengetahui proses

penyembuhan untuk

menentukan tingkat

aktivitas dan kebutuhan

perubahan/tambahan

terapi.

Page 40: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

33

5

6

Resiko syok

hipovolemik

yang

berhubungan

perdarahan

yang

berlebihan

Resiko tinggi

terhadap

trauma

tambahan

Tujuan :

dalam waktu 1x24

jam, resiko syok

hipovolemik tidak

terjadi.

Kriteria hasil :

Klien tidak

mengeluh pusing,

membran mukosa

lembap, turgor

kulit normal, TTV

dalam batas

nomal, CRT <3

detik

setiap 3 jam atau

lebih.

3. Jelaskan pada pasien

dan keluarga tanda

perdarahan, dan segera

laporkan jika terjadi

perdarahan.

Mandiri :

1. Pertahankan

imobilisasi pada

daerah paha.

2. Pertahankan tirah

baring/ekstremitas

sesuai indikasi.

Berikan sokongan

sendi di atas dan

dibawah fraktur bila

bergerak atau

Page 41: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

34

berhubungan

dengan

kehilangan

integritas

tulang

Tujuan :

Resiko trauma

tidak terjadi

Kriteria hasil :

Klien mau

berpartisipasi

dalam pencegahan

trauma.

membalik.

3. Kaji tingkat

pengetahuan klien

tentang faktor yang

beresiko yang

menyebabkan trauma

pada fraktur.

Kolaborasi

1. Kaji ulang foto atau

evaluasi.

4. Implementasi

Merupakan langkah ke empat dalam proses keperawatan dengan

melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah

direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan dengan cara

melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai

atau tidak.

Page 42: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

35

BAB III

LAPORAN KASUS

1. PENGKAJIAN

Tanggal Pengkajian: 04 April 2014

Ruangan Trauma Center

a. Identitas

Nama : Tn. R

Umur : 27 thn

Jenis Kelamin : Laki-laki

No.Mr : 86-38-02

Alamat : Sungai Limau, Padang Bintangan

Agama : islam

Pekerjaan : Wirauswasta

Tanggal masuk : 30 Maret 2014

Tanggal Pengkajian : 04 April 2014

Penanggung jawab : Astuti

Diagnosa : Fraktur Tibia Dextra

b. Riwayat kesehatan

1. Riwaya kesehatan dahulu

Pasien mengatakan belum pernah mengalami kejadian patah

tulang atau kecelakaan sebelumnya.

Page 43: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

36

2. Riwayat kesehatan sekarang

Pasien datang ke IGD tanggal 30 Maret 2014 jam 03.00 dalam

keadaan penurunan kesadaran dengan faktur setelah mengalami

kecelakaan, Pasien bawa motor sendiri kemudiandatang mobildari arah

berlawanan dan menghantam dan bertabrakan dengan motor pasien.

Saat berdiri kaki kanan dirasakan sangat sakit, nyeri dan susah

digerakkan.

Pada saat pengkajian tanggal 04 April 2014 Pasien mengatakan

post op sudah hari ke 6. pasien mengeluh badannya terasa lemah,nyeri

pada kaki kanan saat diredresing dan diangkat ke atas,skala nyeri yang

didapatkan saat redresing adalah 4 (skala sedang),karena klien meringis

pada kaki kanan klien ada bekas jahitan dan bekas luka yang lumayan

besar dan klien terpasang gips pada kaki kanannya,dan klien mengatakan

ADL nya di bantu keluarga.

3. Riwayat kesehatan keluarga

Klien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita riwayat

penyakit keturunan seperti Diabetes Melitus, hipertensi, Tb Paru Dan

penyakiti keturunan lainnya.

c. Tanda – tanda vital

Kesadaran : compos mentis

Tekana darah : 120/80 mmHg

Nadi : 86x/menit

Suhu : 36,2 C

36

Page 44: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

37

Pernapasan : 22 x/menit

d. Pemeriksaan fisik

a) Kepala

Rambut : rambut berwarna hitam,tidak rontok ,dikepala

tidak ada udema dan bekas luka

Mata : simetris kiri dan kanan , pupil

isokor,konjungtiva tidak anemis sklera tidak

ikterik

Hidung : simetris kiri dan kana ,tidak ada sekret dan

polip

Telinga : simetris kiri dan kana tidak ada cerumen,tes

pendengran uji berbisik

Mulut : mukosa bibir kering, gigi lengkap, caries,lidah

bersih berbau

b) Leher : tidak ada pembesaran kelnjar tyroid,tidak ada kaku

kuduk

c) Dada

Inspeksi : simetris kiri dan kanan,tidak ada udema, dan

ada bekas luka

Palpasi : fremitus kiri dan kanan

Perkusi : sonor

Aauskultasi : ronchi tidak ada,whezzing tidak ada

d) Jantung

Page 45: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

38

Inspeksi : ictus cpordis tedak telihat

Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5

Perkusi : redup

Auskultasi : normal

e) Abdoment

Inspeksi : tidak acites

auskultasi : bising usus 16 x/menit

palpasi : tidak ada pembesaran hepar

perkusi : tympani

f) genetalia : bersih,BAB dan BAK di tempat tidur

g) sistem integumen :kuli kuning kecoklatan, turgor kulit baik,

terpasang infus disebelah kiri dan ada bekas luka.

h) Ekstermitas

Atas : tidak ada udema,ada bekas luka, terpasang

infus di sebelah kanan

Bawah : kaki kanan terpasang gips dan susah digerakan

dan ada nyeri

Kekuatan otot : 333 55553333 5555

i) Pola kebiasaan sehari-hari

No Pola Sehat Sakit

1 Nutrisi

Makan

Jenis Nasi +lauk Nasi +lauk

Page 46: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

39

2

3

4

Frekuensi

Porsi

Minum

Jenis

Frekuensi

Eliminasi

BAB

Jenis

Frekuensi

Bau

BAK

Jenis/warna

Frekuensi

Bau

Istirahat dan tidur

Istirahat

Tidur

Aktifitas

pauk+sayur

3x sehari

1 porsi

Air putih+ kopi+susu

8 gelas /hari

Padat

1x sehari

Khas

Kuning-kekuningan

5x sehari

Khas

2 jam

8 jam

Dibantu

pauk

3x sehari

1 porsi

Air putih

7 gelas/ hari

Padat

1x2 hari

Khas

Kuning-

kekuningan

5x sehari

khas

3 jam

7 jam

dibantu

Page 47: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

40

j) Pemeriksaan labor

Hematologi

Hb 14,7g/dl 13-16

Hematokrit 43% 40-48

Leukosit 11,1 10^3/mm3 5-10

Trombosit 266.10^3/mm3 150-400

ApTT 25,1 detik 29,2-39,4

k) Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan darah

Pemeriksaan Rongten : ekstermitas bawah,fraktur tibia

l) Pengobatan

Ceftriaxone 2x1 grGentamisin 2x 1 amp

Gentamisin 2x 1 amp

Ranitidin 2x1 amp

Ketoralac drip

Iufd Rl 16 tetes/ menit

Diet : makanan lunak

Page 48: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

41

2. Analisa data

No Data Masalah Etiologi

1

2.

Do :

Pasien tampak meringis

Skala nyeri 4 (sedang)

Ds :

Klien mengatakan kaki

kanan saat diredresing

terasa nyeri

Klien mengatakan jika

disentuh atau sedang

redresing terasa nyeri

Klien mengatakan

sampai meringis

menahan sakitnya

Do :

Klien tampak ADL

dibantu keluarga dan

perawat

Gangguan rasa

nyaman nyeri

Intolerasi

aktifitas

Kerusakan

sekunder

terhadap faktur

Imobilisasi

tungkai

Page 49: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

42

3.

Klien tampak lemah dan

lesu

Klien tampak terpasang

gips sebelah kanan

Ds :

Klien mengatakan

ADLnya dibantu

keluarga dan perawat

Klien mengatakan bahwa

kakinya tidak bisa

digerakkan

Klien mengatakan lemah

dan lesu

Do :

Klien tampak ada bekas

jahitan

Klien tampak ada luka

yang besar

Klien tampak terpasang

gips

Ds :

Klien mengatakan

lukanya ngak mau

Kerusakan

integritas kulit

Luka jahitan

Page 50: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

43

sembuh

Klien mengatakan susah

bergerak

3. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan sekunder

terhadap faktur

b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan imobilisasi tungkai

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka jahitan

4. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria

hasil

Intervensi Rasional

1 Gangguan

rasa nyaman

nyeri

berhubungan

dengan

kerusakan

sekunder

terhadap

faktur

Setelah dilakukan

pengkajian 1x24 jam

maka :

T : nyeri hilang atau

berkurang

k.h :

Ekspresi

wajah klien

tidak

meringis

Klien

mampu

1. Pantau

TTV,intensitas

nyeri dan tingkat

kesadaran

2. Kaji lokasi,

intesitas dan tipe

nyeri

1. Untuk mengenal

indikasi kemajuan

penyimpangan dari

hasil yang dilakukan

2. Teknis relaksasi

kadang lebih cepat

menghilangkan nyeri

3. Posisi yang nyaman

dapat mengurangi

penekanan rasa nyeri

4. Analgetik dapat

mengurangi rasa

Page 51: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

44

2

Intoleransi

aktifitas

berhubungan

dengan

immobilisasi

tungkai

mengatakan

nyeri

berkurang

Setelah dilakukan

pengkajian 1x24 jam

maka :

T : mobilitas

terpenuhi

k.h : pasien bisa

beraktifitas

3. Ajarkan teknik

relaksasi seperti

tarik napas dalam

4. Bantu pasien

untuk posisi yang

nyaman

5. Berikan obat

analgetik sesuai

nyeri dirasakan

1. Kaji

ketidakmampuan

gerak klien yang

diakibatkan oleh

prosedur

pengobatan dan

catat persepsi

klien terhadap

immobilisasi

nyeri

1. Dengan

mengetahui derajat

ketidakmampuan

bergerak klien dan

persepsi terhadap

immobilisai

2. Pergerakkan dapat

aliran darah ke otot

3. Untuk mencegah

terjadinya kontraktur

4. Membantu klien

untuk kemampuan

dari duduk dan turun

dari tempat tidur

5. Untuk memenuhi

kebutuhan klien

6. Memberikan

informasi tentang

sirkulasi kulit dan

masalah yang

mungkin disebabkan

Page 52: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

45

2. Latih klien untuk

menggerakkan

anggota badan

yang masih ada

3. Berikan posisi

klien secara

periodik

4. Bantu aktifitas

klien dalam

memenuhi

kebutuhan

6. Kaji kulit untuk

luka terbuka,

benda asing,

kemerahan,

oleh alat

dan/pemasangan

gips/bebat atau

traksi, pembentukan

edema yang

membutuhkan

intervensi

mediklanjut.

7. Mendeteksi secara

dini gejala-gejala

inflamasi yang

mungkin timbul

akibat adanya luka

post operasi.

8. Teknik perawatan

luka secara steril

dapat mengurangi

kontaminasi kuman.

9. Menurunkan tekanan

pada area yang peka

dan risiko

abrasi/kerusakan

kulit.

Page 53: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

46

perdarahan,

perubahan warna,

kelabu, memutih.

7. Kaji dan pantau

luka setiap hari.

8. Lakukan

perawatan luka

secara steril

10. Mengurangi resiko

kontaminasi kuman

dari orang lain.

1. Diberikan untuk

menekan dan

menghentikan suatu

proses biokimia

didalam organisme,

khususnya dalam

proses infeksi oleh

bakteri.

Page 54: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

47

3

Kerusakan

integritas kulit

berhubungan

dengan luka

jahitan

Tujuan :

Klien menyatakan

kerusakan

permukaan

berkurang atau

hilang, dekstruksi

lapisan

kulit/jaringan.

Kriteria hasil :

-Klien mampu

menunjukan

9. Masase kulit dan

penonjolan tulang.

Pertahankan

tempat tidur tidur

kering dan bebas

kerutan.

10.Pantau dan batasi

kunjungan.

Kolaborasi

1. Berikan antibiotik

sesuai indikasi

Page 55: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

48

perilaku/teknik

untuk mencegah

kerusakan

kulit/memudahkan

penyembuhan sesuai

indikasi.

- mencapai

penyembuhan luka

sesuai waktu

11. Catatan Perkembangan

No Dx Hari jam

tanggal

Implementasi Paraf Evaluasi

1 1 Jumat , 4

April

2014

Pagi

1. Memantau TTV

2. Mengkaji lokasi,

intesitas dan tipe

nyeri

3. Mengajarlan teknik

relaksasi seperti

tarik napas dalam

4. Memberikan posisi

yang nyaman

5. Memantau keadaan

luka

6. Memberikan obat

S : klien mengatakan

masih nyeri jika

digerakkan dan dipenuhi

O : klien tampak

memukul-mukul dan

menggigit jika disentuh

dan digerakkan

A ; masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan

Mengajarlan

teknik relaksasi

seperti tarik napas

Sabtu, 5 April 2014

Pagi

Page 56: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

49

2

analgetik sesuai

nyeri

1. Memberikan latihan

gerakan anggota

badan yang masih

ada

2. Memberikan posisi

klien secara

periodik

3. Membantu aktifitas

klien dalam

memenuhi

kebutuhan

4. Membantu ADL

pasien

5. Mengkaji ketidak

mampuan gerak

klien

6. Mengukur TTV

7. Memantau IUFD

1. Mengkaji kulit

dalam

S : klien mengatakan ADL

dibantu keluarga dan

perawat

O : klien tampak ADL

dibantu keluarga dan

perawat

A : masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan

Membantu

aktifitas klien

dalam memenuhi

kebutuhan

S : klien mengatakan di

kakinya ada bekas jahitan

O : klien tampa ada bekas

jahitan

A : masalah belum teratasi

Page 57: Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) Tc Bedah

50

3

untuk luka terbuka,

benda asing,

kemerahan,

perdarahan,

perubahan warna,

kelabu, memutih.

2. Mengkaji dan

pantau luka setiap

hari.

3. Melakukan

perawatan luka

secara steril

4. Masase kulit dan

penonjolan tulang.

Pertahankan tempat

tidur tidur kering

dan bebas kerutan.

5. Memantau dan

batasi kunjungan.

6. memberikan

antibiotik sesuai

indikasi

P : intervensi di lanjutkan

Melakukan

perawatan luka

secara steril

Minggu, 6 April 2014

Pagi