Download - Aplikasi Klinis Anastesi Umum
1. Aplikasi Klinis
A. Bronkospasme
Pada kejadian bronkospasme atau asma, sering digunakan ketamine dengan
intravena.Bronkospasme adalah suatu keadaan dimana penderita mengalami
kesulitan bernafas. Ketamine disini berfungsi sebagai vasodilator. Ketamin
merupakan satu-satunya anestetik intravena yang merangsang kardiovaskular
karena efek perangsangnya pada pusat saraf simpatis dan kemungkinan
penghambatan ambilan norepinefrin. Pada dosis anestesia, ketamine dapat
berfungsi baik dalam perangsangan, namun apabila dosis berlebihan, akan
menekan pernapasan (Katzung, 2012).
B. Persalinan
Anastetik umum yang biasa digunakan pada saat persalinan biasanya adalah
enfluran. Enfluran adalah anastetik eter berhalogen yang cara penggunaannya
dengan metode inhalasi. Pada proses persalinan, otot uterus lebih banyak bekerja.
Enfluran menyebabkan relaksasi otot uterus sehingga tidak menyebabkan
perdarahan hebat pascasalin. Namun, enfluran tidak dianjurkan untuk pasien
dengan kelainan EEG atau riwayat kejang (Irwan, 2015).
Selain itu terdapat jenis anestesi lain yang berkaitan dengan proses persalinan
yaitu suntikan epidural. Teknik analgesia epidural dianggap sebagai teknik yang
paling efektif untuk mengatasi rasa nyeri persalinan, mulai saat kala pembukaan
sampai penjahitan karena pengguntingan, sehingga ibu bersalin menjadi lebih
tenang dan turut aktif berperan serta selama proses melahirkan (Wijaya, 2015).
Teknik analgesia epidural ini juga terbukti dapat mempersingkat waktu
persalinan. Secara fisiologis, pemberian analgesia dapat menurunkan kebutuhan
oksigen ibu, mengurangi kadar keasaman darah yang meningkat pada ibu dan
janin, menstabilkan kerja jantung dan pembuluh darah serta mengurangi curah
jantung yang meningkat akibat nyeri persalinan sehingga beban jantung
berkurang. Tetapi harus diingat bahwa teknik analgesia epidural ini mempunyai
kelemahan atau komplikasi, seperti tekanan darah rendah, kelumpuhan otot
pernapasan, atau robeknya rahim karena tidak terdeteksinya rasa nyeri di bagian
bawah rahim (Syamsyudin, 2011)
C. Day Surgery
Day surgery (bedah rawat jalan) biasanya dianjurkan pada pasien ambulatory
atau pasien yang dapat melakukan bedah rawat jalan. Pada day surgery propofol
lebih banyak digunakan. Propofol dapat menurunkan tekanan arteri sistemik yang
disebabkan oleh vasodilatasi perifer. Propofol ini diberikan dengan cara injeksi
intravena yang dapat memberikan efek apnea terhadap pernapasan. Namun
kelebihannya, propofol dapat bekerja lebih cepat, kunfusi pascabedah minimal,
dan kurang menyebabkan mual-muntah pascabedah. (Goodman, 2008)
V. Kesimpulan
A. Anestesia merupakan suatu keadaan hilangnya rasa nyeri. Anestesi umum adalah
suatu zat yang bekerja di sistem saraf pusat yang membuat depresi sistem saraf pusat
sehingga terjadi penurunan kesadaran untuk keperluan pembedahan. Terdapat dua
cara pemberian anestesi umum yaitu dengan cara inhalasi dan intravena.
B. Beberapa stadium anestesi yaitu stadium analgesi dimulai dari induksi hingga
hilangnya kesadaran, stadium eksitasi dimulai dari hilangnya kesadaran hingga
muncul pernafasan teratur, stadium operasi dimulai dari nafas teratur hingga
hilangnya pernafasan spontan. Stadium operasi dibagi menjadi 4 plana berdasar
tingkat kedalaman efek anestesi, kemudian yang terakhir adalah stadium depresi
medula oblongata ditandai dengan kegagalan sirkulasi karena depresi berat pusat
vasomotor.
C. Dampak yang diberikan Propofol 0,25 ml terhadap hewan coba (Rattus Norvegicus)
yaitu :
No. Durasi Efek yang timbul
1. 5 menit Hewancobamasihaktifbergerakdanmakinaktif.
2. 10 menit Hewancobamulailemasdannampakmengantuk.
3. 15 menitHewancobamulaitertidur, pernafasan di bagian
abdomen terlihatjelas.
Dengan dosis yang diperoleh menurut perhitungan rumus:
Dosis Konversi Tikus = 0,018
Berat Badan (BB) Manusia Standar = 70 kg
Dosis Propofol = 2 - 2,5 mg/kg BB
Dosis Tikus (DT) = 0,018x70x2,5
= 3,15 mg 200gr tikus
Konversi dalam mL = 3,15/10 = 0,315 mL
REFERENSI:
Goodman, Gilman 2008. Manual of Pharmacology and Therapeutics. The Mc Graw Hill:
USA.
Syamsudin. 2011. Buku Ajar Farmakologi Efek Samping Obat. Salemba Medika : Jakarta.
Katzung, Bertram G. 2012. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi 12. Jakarta: EGC
Wijaya, Andi Ade., Garditya, Rama., Marsaban, Arif HM., Heriwardito, Aldy. 2015.
Perbandingan Penggunaan Triamsinolon Asetonid Topikal dengan Deksametason Intravena
dalam Mengurangi Insidens Nyeri Tenggorok Pascabedah. Jurnal Anestesi Perioperatif [JAP.
2015;3(2):117–22]
Irwan., Pradian, Erwin., Bisr, Tatang., 2015. Efek Penambahan Deksametason 5 mg pada Bupivakain 0,5% terhadap Mula dan Lama Kerja Blokade Sensorik Anestesia Epidural untuk Operasi Ortopedi Ekstremitas Bawah. Jurnal Anestesi Perioperatif [JAP. 2015;3(2): 109–16]